You are on page 1of 6

Macam-macam Model Pembelajaran Source : http://www.anneahira.com/model-pembelajaran.

htm Model pembelajaran merupakan sebuah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Model pembelajaran terdiri atas beberapa jenis, di antaranya yang tergolong ke dalam model pembelajaran umum dan model pembelajaran terpadu. Model dalam pembelajaran -baik itu yang jenisnya umum atau terpadu- sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri seperti berpusat pada siswa (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, dan pemisahan antarbidang studi tidak terlihat jelas. Kedua jenis model tersebut memiliki beberapa macam model pembelajaran anakan. Berikut adalah uraian tentang macam model dalam pembelajaran. A. Model Pembelajaran Umum Model pembelajaran umum biasanya dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dalam model ini umum dilakukan dengan pendekatan induktif dan deduktif, ekspositori, proses, dan penemuan terbimbing. Model dalam pembelajaran umum memiliki beberapa macam. Berikut ini macam-macam model pembelajaran umum. 1. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif dan Deduktif Model dalam pembelajaran induktif dan deduktif merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa dengan bahan ajar. Namun, kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan induktif merupakan suatu penalaran dari khusus ke umum. Sementara itu, pendekatan deduktif merupakan suatu penalaran dari umum ke khusus. Pendekatan deduktif berdasarkan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi hal yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogisme yang terdiri dari 2 macam, yaitu pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi). Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis). Premis terbagi menjadi 2, yaitu Premis Mayor dan Premis Minor. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan jenis premi itu. 2. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Ekspositori Pendekatan ekspositori adalah suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini, semata-mata siswa tinggal menerima apa yang disajikan oleh guru. Jadi, guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistematis sehingga siswa dapat menerimanya dengan mudah. Untuk itu, dalam proses pembelajarannya seorang guru harus melakukan apersepsi. apersepsi yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan bahan ajar yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini, guru menjelaskan panjang lebar, jika perlu guru membuat gambar maupun menggunakan media yang dianggap dapat lebih mempermudah siswa memahami bahan ajar yang disampaikan. Penjelasan yang diberikan tentunya adalah seputar pelajaran yang ada. Dalam pembelajaran ini menuntut guru untuk memiliki pemahaman lebih dan cara yang pas dalam menyampaikan materi ke

siswa. Dengan demikian materi yang disampaikan dengan pendekatan ini bisa tersampaikan dengan apik dan rapi serta dapat diterima oleh siswa dengan baik. 3. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Dalam pendekatan ini, guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Atas bimbingan guru, siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala, yang dapat dilakukan siswa dalam pendekatan ini antara lain mengamati gejala yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari hubungan konsep-konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melakukan percobaan, menganalisis data, dan menyimpulkan. Pendekatan ini menuntut siswa lebih aktif dalam menjalankan proses pendidikan. Jika siswa kurang aktif dalam pendekatan ini maka hasil pembelajaran yang diperoleh siswa juga kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan semua kegiatan pembelajaran menuntut siswa untuk memahaminya sendiri, tentunya dengan bimbingan dan arahan dari gurunya. 4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, guru memiliki peranan untuk menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Selanjutnya, siswa mengikuti pertunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan yang ditemukan sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Strategi dan pendekatan dalam model ini membagi kegiatan guru menjadi 5 (lima) tahap, yaitu: Apersepsi Investigasi Diskusi Penerapan Pengayaan Keunggulan yang diperoleh dengan menggunakan model ini dalam pembelajaran ke siswa adalah 1) adanya peran aktif dari siswa dalam pembelajaran, 2) menumbuhkan sifat kepada siswa mencari dan menumukan sendiri solusi dari permasalahan, 3) kesan yang diberikan dalam memperoleh ilmunya lebih lama membekas kepada siswa. B. Model Pembelajaran Terpadu Model dalam pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam. Berikut ini macam-macam model dalam pembelajaran terpadu. Model Fragmen (The Fragmented Model) Model fragmen (The Fragmented Model) merupakan model dalam pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai saat satuan waktu telah ditempuh, contohnya pada satu caturwulan. Keterpaduan model fragmen terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Misalnya, dalam sebuah pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).

Model Terhubung (The Connected Model) Model terhubung dalam model pembelajaran terpadu adalah setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Penekanan model ini terletak pada perlu adanya integrasi bidang studi itu sendiri.Hubungan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Model Tersarang (The Nested Model) Model tersarang merupakan model dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswanya. Pencapaian pembelajaran model ini meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), sosial (social skill), dan keterampilan organisasi (organizing skill). Kelebihan model ini adalah, guru bisa memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran. Selain itu, guru dapat memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu waktu sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan bisa memadukan kurikulum secara luas. Sementara kekurangannya adalah jika tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa ketika prioritas pelajaran menjadi kabur. Model Terurut (The Sequenced Model) Model terurut adalah model dalam pembelajaran ketika guru mengajarkan suatu mata pelajaran dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran dengan topik yang sama atau relevan. Kelebihan model ini yaitu dengan menyusun kembali urutan topik dan bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum dari pada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks. Selain itu, dapat membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sementera itu, kekurangannya adalah dibutuhkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam konten area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini. Model Terbagi (The Shared Model) Model Terbagi merupakan suatu model dalam pembelajaran terpadu dengan pola pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya, Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan. Kelebihan model ini adalah lebih mudah menggunakannya sebagai langkah awal menuju model terpadu yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Sementara itu, kekurangan model ini adalah model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerja sama dalam fase awal untuk menemukan konsep kurikulum yang tumpang tindih secara nyata sehingga diperlukan dialog yang mendalam. Model Jaring Lab-Laba (The Webbed Model) Model Jaring Laba-Laba merupakan model dalam pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Contoh pengaplikasian pembelajaran model ini adalah siswa dan guru menentukan tema. Misalnya tema air. Setelah ditentukan tema, guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema, seperti siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.

Macam-macam model pembelajaran tersebut memiliki tingkat efektivitas yang berbeda untuk masing-masing pelajaran. Dengan demikian, model dalam pembelajaran akan menjadi tidak efektif jika diterapkan pada semua jenis pelajaran. Selain itu, efektivitas pembelajaran dengan modelmodel tadi hanya akan terwujud jika ditunjang oleh strategi dan metode pembelajaran yang baik juga. Beberapa Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses keberhasilan belajar mengajar. Hal ini terutama dalam kaitan proses pembelajaran bagi seorang anak. Apabila proses belajar pada seorang anak tersebut bisa mencapai hasil yang diinginkan, niscaya kita akan mendapatkan generasi yang memiliki kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan juga wawasan yang luas. Generasi yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan luas inilah yangn pad aakhirnya dibutuhkan oleh sebuah negara sebagai bekal untuk pembangunan. Tanpa ada generasi yang dibekali kemampuan berpikir dengan baik, maka sebuah negara tidak akan pernah mengalami kemajuan. Sebaliknya, sebuah negara yang dikuasai oleh generasi tanpa ilmu yang memadai, hanya akan mengalami kehancuran. Demikian pentingnya arti pendidikan bagi generasi muda inilah, maka kemudian setiap orang perlu memiliki model pembelajaran yang efektif. Dalam arti, setiap ilmu yang diberikan bisa dipahami dan bukan sekedar dihafalkan oleh setiap siswa. Mengapa dikatakan semua orang dan bukan semua guru? Hal ini terkait dengan fungsi pendidikan merupakan kewajiban bagi semua orang dan bukan terbatas pada guru di sekolah saja. Dengan pendidikan yang menyeluruh inilah maka sebuah nilai pendidikan bisa diterapkan secara bersamasama dan terjadi keseimbangan antara pendidikan di rumah dan sekolah. Dalam proses pendidikan, kita tidak bisa hanya mengandalkan sekolah sebagai tempat untuk memberikan ilmu bagi anak-anak. Sebab, waktu yang bisa diberikan sekolah untuk menyampaikan materi pendidikan sangatlah terbatas. Sehingga, ilmu yang bisa diberikan pun juga terbatas. Pendidikan di sekolah hanya bisa terpaku pada proses pembelajaran formal. Dimana seorang anak hanya akan diajarkan materi ilmu yang bersifat scientific atau ilmu pengetahuan. Sementara, proses pendidikan moral dan perilaku, sebagian besar akan ditentukan oleh cara seorang anak mendapatkan pendidikan di luar sekolah. Metode Pembelajaran Untuk proses pendidikan di sekolah, meski memiliki berbagai macam keterbatasa namun harus tetap bisa dimanfaatkan secara efektif. Dengan demikian, hasil yang dicapai bisa optimal dan mampu memunculkan siswa yang memiliki kemampuan mumpuni. Baik dari sisi pengetahuan keilmuan maupun dari sisi kedewasaan sikapnya. Ada beberapa jenis metode yang layak dikedepankan sebagai metode belajar di sekolah agar bisa mendapatkan hasil yang efektif. Beberapa metode tersebut antara lain : Metode Debat Metode debat ini sering dipilih oleh para guru karena dianggap paling efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Dalam metode ini, para siswa akan dibagi menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok akan diminta untuk membahas mengenai satu masalah yang sama. Bedanya, satu kelompok akan berada pada posisi yang mendukung permasalahan yang

diangkat sebagai tema tersebut, sementara satu kelompok lagi akan menolak atau kontra dengan permasalahan tersebut. Dalam setiap kelompok, maksimal hanya ada empat orang siswa. Pada proses perdebatan, masingmasing kelompok harus bisa mengemukakan pendapat dengan disertai alasan yang kuat untuk mendukung pernyataan mereka. Dengan demikian, setiap kelompok harus memahami dan mendalami masalah yang menjadi tema perdebatan tersebut. Melalui metode ini, seorang guru akan bisa menilai kemampuan siswa mereka dalam menyikapi sebuah masalah. Mulai dari pemahaman tentang materi tersebut, penyampaian alasan dan dasar untuk menyikapi masalah tersebut dan juga tentang cara bagaimana menyampaikan pendapat atau proses komunikasi siswa. 2. Metode Role Playing Melalui metode role playing ini, seorang siswa akan diajari menguasai materi pelajaran dengan mengembangkan imajinasi serta penghayatan siswa. Proses ini dilakukan para siswa dengan cara mengibaratkan diri sebagai benda hidup atau benda mati. Dalam metode ini, tidak seperti metode debat yang hanya melibatkan jumlah siswa secara terbatas. Dalam pelaksanaan metode ini, semua siswa dalam kelas bisa ikut terlibat. Kelebihan lain yang bisa didapatkan dalam metode role playing ini antara lain : Siswa bisa memiliki kebebasan dalam proses pengambilan keputusan serta mereka bisa mengekspresikan diri secara utuh. Dengan metode bermain ini, proses pembelajaran bisa dilakukan pada waktu serta situasi yang bermacam-macam. Proses penilaian yang dilakukan guru pengajar, bisa dilaksanakan pada saat proses permainan berlangsung. Dengan cara bermain, maka seorang siswa akan bisa belajar dengan cara yang menyenangkan. 3. Metode Memecahkan Masalah Dalam metode ini, peserta didik akan diajari untuk berlatih menyelesaikan permasalahan yang ada, baik itu masalah yang tergolong pribadi atau juga masalah kelompok. Proses ini bisa dilakukan baik dengan cara perseorangan maupun dilakukan secara bersama-sama. Metode ini banyak digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah karena metode ini dinilai memiliki beberapa keunggulan. Beberapa kelebihan yang bisa didapatkan dari penggunaan metode ini dalam proses belajar antara lain : Membiasakan siswa untuk bisa merancang sebuah penemuan. Mengajarkan siswa untuk terbiasa berpikir serta bersikap kreatif. Siswa akan terbiasa berpikir realistis pada saat memecahkan masalah. Siswa mampu melakukan identifikasi serta melaksanakan proses penyelidikan. Mampu menganalisa serta melakukan evaluasi atas pengamatan yang dilakukan. Siswa akan dirangsang untuk berpikir dalam menghadapi masalah secara tepat. Menyiapkan siswa untuk bisa berpikir yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata, terutama untuk dunia kerja. 4. Pembelajaran Berdasar Masalah

Pada metode ini, seorang guru hanya akan bertindak sebagai fasilitator pada proses pembelajaran yang dilakukan siswa. Caranya dengan memberikan beberapa pokok masalah, menyampaikan beberapa pertanyaan serta menyediakan fasilitas untuk proses penyelidikan serta dialog. Kelebihan metode ini antara lain : Siswa mampu terlubat pada aktivitas belajar. Dengan demikian, pengetahuan yang mereka dapatkan bisa terserap dengan baik. Siswa akan berlatih untuk melakukan kerjasama dengan siswa yang lain. Siswa akan belajar untuk mencari sumber informasi dari banyak sumber dan bukan sekedar mendapatkan informasi yang berasal dari pemberian semata. Di sisi lain, meski memiliki beberapa kelebihan pada metode ini juga terdapat beberapa kelemahan. Antara lain : Metode ini tidak akan bisa mencapai hasil yang optimal pada siswa yang malas. Biaya yang diperlukan untuk metode ini cukup banyak serta menyita waktu khusus. Pada beberapa pelajaran, metode ini tidak bisa diterapkan. 5. Cooperative Script Dalam metode ini, siswa akan dipasang-pasangkan oleh guru. Selanjutnya guru akan menyampaikan materi pada tiap pasangan siswa tersebut. Siswa yang berpasangan selanjutnya akan membaca dan memilih salah satu siswa untuk menjadi pembaca materi sementara siswa lain menjadi pendengarnya. Setelah orang pertama selesai membacakan, selanjutnya peran tersebut dibalik. Dimana siswa pertama menjadi pendengar dan siswa kedua menjadi pembaca. Setelah masing-masing siswa menyelesaikan tugasnya, maka guru akan memberikan kesimpulannya. Metode ini memilki beberapa kelebihan, antara lain : Meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengar, serta mengasah ketelitian dalam mendapatkan informasi. Tidak ada siswa yang pasif karena semua memiliki peran yang sama. Siswa akan belajar untuk mengkoreksi apabila ada kesalahan yang dilakukan siswa lain secara lisan.

You might also like