You are on page 1of 10

KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA (KPSW) DAN POLIHIDRAMNION

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


A.PENGERTIAN Myles.2009.Buku Ajar bidan Edisi 14.Jakarta:EGC Kondisi ini terjadi sebelum kehamilan mencapai usia gestasi 37 minggu ketika ketuban pecah janin jadi pada terjadi tanpa awitan aktivitas uterus spontan ang menyebabkan dilatasi serviks . KPD terjadi pada 2% kehamilan. Abrupsio plasenta tejadi pada 4-7% wanita ang mengalami KPD . Kondisi memiliki angka kekambuhan 21-32% pada kehamilan berikutnya (svigos et al 1999). Hal ini dapat berkaitan dengan inkompetensi serviks (meskipun kontraksi uterus cenderung menyertai pecahnya ketuban pada kondisi ini) . terdapat hubungan yang kuat KPD dan kolonisasi vagina maternal dengan mikroorganisme yang berpotensi pathogen. Varney, Helen.2004.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol. 2.Jakarta:EGC Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi. Namum dalam praktek dan penelitian, pecah ketuban dini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan. Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan saja dari 1 sampai 12 jam atau lebih. Prawirbohardjo,sarwono.2010.Ilmu Kebidanan Edisi 4 cetakan 3.Jakarta:PT Bina Pustaka Dalam keadaan normal ,selaput ketuban pecah dalam proses persalinan .ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur .dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Nugroho, Taufan.2010.Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta:Nuha Medika ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /sebelum inpartu ,pada pembukaan < 4 cm (fase laten ).hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.l KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu . KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan . KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan ,dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan .Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek ,bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrom). Mocthar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta.EGC Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu ;yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah ,maka dapt terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Untunglah karena adanya antibiotika spectrum luas maka hal ini dapat ditekan .

Sampai saat ini masih banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan PROM yang bervariasi dari doing nothing sampai pada tindakan yang berlebih-lebihan . menurut EASTMAN insiden PROM ini kira- kira 12% dari semua kehamilan. B. ETIOLOGI Penyebab dari PROM tidak atau masih belum jelas ,maka preventif tidak dapat dilakukan ,kecuali dalam usaha menekan infeksi . kemungkinan yang menjadi factor predisposisi nya adalah Infeksi :infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadi nya KPD. Serviks yang inkompetensia ,kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan ,curettage) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma ,hidramnion , gamelli. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,pemeriksaan dalam ,maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. Kelainan letak ,misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. Faktor lain : Faktor golongan darah ,akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu . Factor multi graviditas ,merokok dan perdarahan antepartum . Defisiensi gizi dari tembaga atau asam karbonat (vitamin c). Nugroho, Taufan.2010.Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta:Nuha Medika C. PREDIPOSISI Beberapa faktor resiko dari KPD : Inkompetensi serviks (leher rahim ) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) Riwayat KPD sebelumnya Kelainan atau kerusakan selaput ketuban Kehamilan kembar Trauma Serviks(leher rahim) yang pendek(<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu . Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis D. TANDA DAN GEJALA Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak ,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes ,dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran .tetapi bila anda duduk atau berdiri ,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

E. MEKANISME KETUBAN PECAH DINI Prawirohardjo,sarwono.2010.Ilmu Kebidanan Edisi 4 cetakan 3.Jakarta:PT Bina Pustaka Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh ,bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks.perubahan struktur,jumlah sel ,dan katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah : Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan ,keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membrane janin.aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP ,cenderung terjadi ketuban pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda .pada trimester ketiga seaput ketuban mudah pecah.melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus ,kontraksi rahim ,dan gerakan janin.pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban .pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis .ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya factor-faktor eksternal ,misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramion ,inkompeten serviks ,solusio plasenta.

E.DIAGNOSA Menegakkan diagnose KPD secara tepat sangat penting Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnose yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin ,ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara : 1. Anamnesa Penderita merasa basah pada vagina ,atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.cairan berbau khas ,dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut,his belum teratur dan belum ada ,dan belum ada pengeluaran darah. 2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa ,akan tampak keluarnya cairan dari vagina ,bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak ,pemeriksaan ini akan lebih jelas. 3.pemeriksanaan dengan spekulum Pemeriksaan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE) kalau belum juga tampak keluar ,fundus uteri ditekan ,penderita diminta batuk .mengeejan atau mengadakan maneuver valsava ,atau bagian terendah digoyangkan ,akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. 4. Pemeriksaan dalam Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaaan dalam vagina dengan taucher perlu dipertimbangkan ,pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam .karena pada waktu pemeriksaan dalam ,jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.pemeriksaan Laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna ,konsentrasi ,bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini ada air ketuban ,urine atau sekret vagina Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning. Tes lakmus (tes nitrazin ),jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menjukan adanya air ketuban (alkalis) .pH air ketuban 7-7,5 ,darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) ,dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering .pemeriksaan mikroskopis menunjukan gambaran daun pakis. 2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion . G. PROGNOSIS Myles.2009.Buku Ajar bidan Edisi 14.Jakarta:EGC Risiko KPD meliputi : Persalinan , yang dapat terjadi kapan saja sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur. Korioamnionitis ,yang dapat berlanjut menjadi infeksi sistemik ibu dan janin jika tidak segera diobati Oligohidramion jika terjadi KPD berkepanjangan ,dengan masalah terkait janin ,termasuk hipoplasia pulmoner. Masalah psikososial karena kondisi janin dan neonatus yang tidak pasti dan hospitalisasi yang lama Prolaps tali pusat Malpresentasi yang berhubungan dengan prematuritas Perdarahan antepartum primer

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan .dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal ,persalinan prematur ,hipoksia karena kompresi tali pusat ,deformitas janin ,meningkatnya insiden seksio sesaria ,atau gagalnya persalinan normal. Persalinan prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.periode laten tergantung umur kehamilan.pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah .pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam .pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini .pada ibu terjadi korioamnionitis.pada bayi dapat terjadi septikemia,pneumonia ,omfalitis. umumnya terjadi korioamnionitis sebelum terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi .pada ketuban pecah dini prematur ,infeksi lebih sering daripada aterm.secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidraminion,semakin sedikit air ketuban ,janin semakin gawat. Sindrom deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat ,kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,serta hipoplasi pulmonar.

H. PENATALAKSANAAN Nugroho, Taufan.2010.Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta:Nuha Medika 1. Konservatif Rawat dirumah sakit Beri antibiotika : bila ketuban pecah >6 jam berupa :ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg. Umur kehamilan <32-34 minggu :dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi . Bila usia kehamilan 32-34 minggu ,masih keluar air ketuban ,maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu,leokosit ,tanda-tanda infeksi intrauterine) Pada usia kehamilan 32-34 minggu ,berikan steroid selama untuk memacu kematangan paruparu janin. 2. Aktif Kehamilan >35 minggu :induksi oksitosin ,bila gagal dilakukan seksio sesaria. 3. Cara induksi : 1 ampul syntocinon dalam dektrose 5%,dimulai 4 tetes /menit ,tiap dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes /menit . Pada keadaan CPD ,letak lintang dilakukan seksio sesaria. Bila ada tanda-tanda infeksi :beri antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Varney, Helen.2004.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol. 2.Jakarta:EGC

apapun pilihan penatalaksanaan yang digunakan ,penatalaksaan perawatan persalinan yang digunakan sama seperti persalinan yang lain , dengan tambahan sebagai berikut : 1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam .kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil 2. Lakukan pemantauan djj . pemeriksaan djj setiap jam sebelum awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang djj dalam batas normal . pemantauan djj ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi . takikardia dapat mengindikasikan infeksi intrauteri. 3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu. 4. Ketika melakukan pemeriksanaan dalam yang benar-benar diperlukan ,perhatikan hal-hal berikut : a) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa b) Bau rabas atau cairan di sarung tangan anda,, c) Warna rabas atau cairan yang di sarung tangan anda . 5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul .sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi. Ketuban pecah dini akan dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.bidan harus membantu wanita dalam mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiraan janin prematur serta risiko tambahan korioamnionitis . rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinana periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusisikan dengan wanita dan .pemahaman dan kerjasama mereka merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan. Periksa dalam dengan jari meningkatkan risiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini ,karena dia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamnionitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitibs ,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan perlahiran . pilihan metode persalinan (melalui vagina atau seksio seksar ) bergantung pada usia gestasi ,presetasi , dan berat korioamnionitis . Pada saat pelahiran ,kultur yang sesuai haus didapatkan ,termasuk kultur uterus , sisi maternal dan janin plasenta ,tali pusat ,dan cairan lambung yang di aspirasi dari bayi baru lahir .beberapa ahli pediatric juga mengklutur kulit atau telinga bayi atau keduanya .apakah ahli pediatric harus hadir pada saat perlahiran bergantung pada lama ketuban sudah pecah , ada atau tidak ada infeksi ,lama gestasi kehamilan ,dan protocol bagian pediatric pada institusi terkait .angka mortalitas perinatal untuk semua usia gestasi ketika terjadi pecah ketuban adalah 2,6 sampai 11 persen .

POLIHIDRAMION A. Pengertian Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi.Jakarta:EGC

Adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Beberapa ahli ada yang berpendapat sampai 4 atau 4, sedangkan Kuster mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan. Nugroho, Taufan.2010.Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta:Nuha Medika Adalah keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari 2 liter. B. Tipe Penyakit Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi.Jakarta:EGC 1. Hidramnion Kronis Banyaknya dijumpai. Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut. Menurut Myles.2009.Buku Ajar bidan Edisi 14.Jakarta:EGC tipe ini biasanya dimulai pada usia kehamilan kira-kira 30 minggu. 2. Hidramion Akut Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Komposisi dari air ketuban pada hidramion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban normal. Menurut Myles.2009.Buku Ajar bidan Edisi 14.Jakarta:EGC tipe ini biasanya terjadi pada usia kehamilan kira-kira 20 minggu. Uterus mencapai sifisternum dalam 3 atau 4 hari. Tipe ini biasanya berhubungan dengan kembar monozigot atau abnormalitas janin yang parah. C. Frekuensi Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi.Jakarta:EGC Yang sering kita jumpai adalah hidramion yang ringan, dengan jumlah cairan 2-3 liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramion yang sebesar 17,7-29%. Hidramion sering kita dapati bersamaan dengan : a. Gemeli atau hamil kembar (12,5%) b. Hidrops foetalis c. Diabetes melitus d. Toksemia gravidarum D. Etiologi NN.1984.Obstetri Patolog Fakultas Padjadjarani.Bandung:Elstar Offset Etiologi hidramnion belum jelas Secara teori hidramnion bisa terjadi karena : a. Produksi air ketuban bertambah : yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion tetapi air ketuban dapat juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus. b. Pengaliran air ketuban terganggu Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan digantikan dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke placenta, akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophagei, anencephalus atau tumor-tumor plasenta.

Pada anencephalus dn spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transdusi dari selaput otak dan selaput sumsum belakang. Selain daripada itu anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. Pada atresia oesophagus, hidramnion terjadi karena anak tidak meenelan. Pada gemeli mungkin disebabkan karena anak tidak menelan. Pada gemeli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. pada hidramnion sering diketemukan placenta yang besar. E. Prediposisi Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi.Jakarta:EGC Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion antara lain: - Penyakit jantung - Nefritis - Edema umum (anasarka) - Anomali kongenital (pada anak) seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus dan struma blocking oesophagus. Dalam hal ini terjadi karena : Tidak ada stimulasi dari otak dan spina Excressive urinary secretion Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus Transudasi langsung dari cairan meningeal ke dalam amnion - Simpul tali pusat - Diabetes melitus - Gemeli uniovulair - Malnutrisi - Penyakit kelenjar hipofisis - Pada hidramion biasanya plasenta lebih besar dan lebih berat dari biasa kerena itu trandusi menjadi lebih banyak dan timbul hidramnion. F. Diagnosis 1. Anamnesis - Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa. - Pada yang ringan keluahan-keluahan subyektif tidak banyak. - Pada yang akut atau pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama pada diagfragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati dan sianosis. - Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah. - Edema pada tungkai, vulva,dinding perut. - Pada proses akut dann perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin, dan sesak. 2. Inspeksi

- Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar. - Kalau akut, si ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa kandunganya. 3. Palpasi - Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut vulva dan tungkai. - Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya. - Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan. - Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali. - Karena bebasnya janinn bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahankesalahan letak janin. 4. Auskultasi Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali. 5. Rontgen Foto Abdomen - Nampak bayangan berselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan janin tidak jelas. - Foto Rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dann untuk menentukan etiologi seperti anomali kongenital (anensefali atau gemeli). 6. Pemeriksaan Dalam Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun di luar his G. Diagnosa Banding Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya kemungkinan : - Hidramnion - Gameli - Asites - Kista ovarii - Kehamilan beserta tumor H. Prognosis Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas 50%), terutama karena : - Kongenital anomali - Prematuritas - Komplikasi karena kesalahan letak anak yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung - Eritroblastosis - Diabetes Melitus - Solusio plasenta kalau ketuban pecah tiba-tiba Pada ibu : - Solusio plasenta - Atonia uteri - Perdarahan postpartum - Retensio plasenta - Syok - Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.

I. Terapi Terapi hidramnion dibagi dalam 3 fase : 1. Waktu hamil (di BKIA) - Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simtomatis. - pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan fungsi abdominal pada kanan bawah umbillikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang. Kalau cairan dikeluarkan secara dikwatirkan terjadi his dan solusio plasenta apalagi anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa timbul his, trauma pada janin, terkenanya organ-organ rongga perut oleh tusukan dan infeksi serta syok. Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya jarum mengenai plasenta maka pungsi harus dihentikan. 2. Waktu partus - Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu. - Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat lalu air ketuban akan keluar peln-pelan . - Bila sewaktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar deras, masukkanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. 3. Postpartum - Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan postpartum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika. - Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan postpartum - Kalau perdarahan banyak dan keadaan ibu setelah ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup H. Penatalaksanaan
Varney, Helen.2004.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol. 2.Jakarta:EGC

Apabila bidan mencurigai seorang wanita mengalami polihidramion, pemeriksaan berikut harus dilakukan : 1. Pemeriksaan ultrasonografii untuk memastikan diagnosis dan mengidentifikasi komplikasi dan kondisi penyerta pada plasenta dan janin. 2. Penapisan diabetes 3. Penapisan Rh alloimunisasi Setelah diagnosis polihidramion dipastikan, segera konsultasikan dengan dokter konsultan. Apabila terdapat anomali kongenital, maka wanita tersebut sangat memerlukan dukungan emosi. Wanita dengan polihidramion mengalami sejumlah kesulitan dan ketidaknyamanan akibat masalah mekanis sehingga bidan perlu mengambil tindakan untuk menguranginya.

You might also like