You are on page 1of 10

Contoh Paper Kuliah Bidang Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Contoh Paper Kuliah Bidang Ekonomi Persaingan di era globalisasi mengarah pada s emakin ketatnya persaingan di sektor industri. Daya saing tidak lagi ditentukan oleh keberadaan kekayaan alam, modal, atau aset berwujud, melainkan juga berdasa rkan kemampuan untuk melaksanakan perencanaan yang matang, penguasaan pengetahua n dan teknologi, dan pola, metode serta proses kerja yang yang berdaya dan berha sil guna. Bicara tentang sumber daya manusia tentu tidak lepas dari manusianya sendiri bes erta dengan atribut-atributnya uniknya dari aspek fisik hingga aspek psikologis. Satu hal yang paling menonjol dari manusia adalah makhluk yang komunol, dimana setiap individu selalu membutuhkan individu yang lain untuk saling berinteraksi. Karenanya, pengembangan industri nasional khususnya Industri Kecil Menengah(IKM) perlu memperhatikan dimensi pembangunan inovasi manajemen dan teknologi, pemban gunan infrastruktur ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara terpadu dengan komitmen seluruh pemangku kepentingan di sector industri. B. Rumusan Masalah 1. Masalah-masalah dalam industri pembuatan kue kering 2. Bagaimana mengatasi masalah dalam industri kue kering? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam industri pembuatan kue kering 2. Untuk mengetahui langkah-langkah mengatasi masalah dalam industri pembuatan k ue kering. BAB II PEMBAHASAN A. Masalah-Masalah Dalam Industri Kue Kering Kue kering merupakan hasil olahan industri yang bisa dikatakan maju di daerah SI DRAP dan banyak disukai oleh masyarakat. Meskipun kue kering banyak disukai kons umen namun kue kering ini masih banyak tidak dikenal para konsumen karena kurang nya perhatian dari pihak terkait untuk membantu mengembangkannya sehingga indust ri kue kering pun bisa dikatakan belum bisa menembus pasar luar hanya bersifat l ocal oleh produsen. Selain masalah tersebut masalah yang dihadapi produsen lebih banyak berurusan de ngan kemamapan sumber daya manusia dalam mengelola kue kering Sumber daya manusi a merupakan faktor sentra dalam suatu industri. Padahal apa pun bentuk serta tuj uannya suatu industri dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan pelaksanaan misinya diurus dan dikelola oleh manusia itu sendiri. Di sisi lain masalah yang dihadapi oleh industri kue kering yaitu kemampuan mana jemen usaha yang bisa dikatakan belum profesional. Seperti dalam pengolahan pemb ukuan keuangan, kebanyakan mereka belum bisa mengatur yang mana modal, harta, pe masukan dan pengeluaran sehingga membuat mereka bingung. Selain itu, keterampila n dalam menggunakan alat dan pengetahuan tentang teknologi masih kurang. Sehingg a produk yang dihasilkan masih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan menggunaka n alat yang lebih modern yang produksinya jauh lebih banyak jumlahnya dan lebih menarik. B. Pendekatan Masalah Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pad a ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang ditentukan. Manusia merpakan faktor penentu dalam kemajuan zaman. Hal tersebut h arus diakui karena perkembangan dunia sekarang ini adalah hasil dari pemikiran m anusia untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Di bidang ekono mi dan bisnis, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan perusahaan-perusahaan u ntuk mrngikuti laju perkembangan dan laju kepekaan perusahaan-perusahaan tersebu t terhadap perubahan yang terjadi di dunia bisnis. Oleh karena itu, faktor manus ia dalam perusahaan harus dikelola baik untuk menunjang produktivitas perusahaan agar perusahaan dapat unggul dalam persaingan usaha. Ruang lingkup sumber daya manusia, tugas manajemen sumber daya manusia berkisar

pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefek tif mungkin sehingga diperoleh sumber daya manusia yang puas( satified) dan memu askan ( satifactoty) bagi organisasi. Terdapat tiga persfektif utama dalam penge mbangan manajemen sumber daya manusia ini, yakni persfektif internaasional, nasi onal/ makro, dan mikro. Persfektif internasional atau makro adalah pengembangan atau pemamfaatan personil(pegawai) sebagai pencapaian yang efektif mengenai sasa ran-sasaran dan tijuan-tujuan individu, ormas, nasional dan internasional. SEdan gkan persfektif mikro adlah perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawa san kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegra sian pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai kebut uhan indivudu, organisasi dan masyarakat. C. Pemecahan Masalah 1. Masalah Internal a. Menyiapkan program operasional pada masing-masing didang b. Pemantapan aparatur c. Meningkatkan pelayanan pada tingkat dunia usaha d. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia bagi pekerja, pejabat dan aparatur . e. Memperbaiki sisi mutu produk industri agar dapat bersaing dengan produk dari luar 2. Masalah Eksternal a. Mengupayakan kelancaran arus barang dan bahan keperluan pokok dan strategis y ang ditopang dengan sarana dan prasarana secara lintas sektoral b. Mengadakan pameran promosi dalam rangka pemasaran produk industri untuk menun jang struktur daerah antara lain mampu bersaing dengan produk luar dengan harga yang wajar dan stabil c. Peningkatan informasi tentang peluang pasar maupun potensi yang berpeluang ek spor kepada dunia usaha dan investor d. Pengenalan teknologi tepat guna e. Menumbuhkan wirausaha dan meningkatkan motovasi melalui program Achivement Mo tivation Training (AMT) f. Mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah maupun industri terkait lainny a. BAB III PENUTUP A. Simpulan Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pad a ruang lingku[p karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untu k dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang ditentukan. Manusia merpakan factor penentu dalam kemajuan zaman. Hal tersebut harus diakui karenana perkembangan dunia sekarang ini adalah hasil dari pemikira n manusia untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Di bidang ek onomi dan bisnis, hal tersebut berhubungan dengan kemampuan perusahaan-perusahaa n untuk mrngikuti laju perkembangan dan laju kepekaan perusahaan-perusahaan ters ebut terhadap perubahan yang terjadi di dunia bisnis. Oleh karena itu, faktor ma nusia dalam perusahaan harus dikelola baik untuk menunjang produktivitas perusah aan agar perusahaan dapat unggul dalam persaingan usaha B. Saran 1. Diharapkan kepada Disperindag untuk lebih serius dalam melayani dan memberika n informasi kepada IKM. 2. Diharapkan kepada pelaku industri IKM supaya rajin mengikuti apabila ada pela tihan-pelatiahan tentang sumber daya manusia atau sejenisnya. DAFTAR PUSTAKA Jackson Susan.1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga: Jakarta Adi Kwartono. 2007. Analisi Usaha Kecil dan Menengah, CV Andi Offset: Yogyakarta

Contoh Paper BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Melayu semenjak Kongres Pemuda 28Oktober 1928 telah diangkat dan naik ked udukannya menjadi bahasa persatuan/nasional. Setelah kemerdekaan Indonesia, baha sa Indonesia yang diangkat dan berasal dari bahasa Melayu, secara resmi dijadika n bahasa negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV Pas al 36. Akan tetapi, hingga saat ini bahasa Indonesia oleh masyarakat pemakainya masih banyak yang belum menuruti syarat-syarat penggunaan bahasa yang baik dan b enar, terutama media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Dengan kat a lain, kesalahan dalam penggunan bahasa Indonesia masih banyak kita temukan. Era teknologi dan informasi saat ini telah mempermudah kita untuk mendapatkan be rbagai macam informasi yang kita perlukan. Dengan adanya internet kita dapat men dapatkan informasi dalam hitungan detik. Namun, media yang merupakan sarana bela jar dan informasi masih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang tidak sesuai de ngan kaidahnya. Kita dapat lihat di televisi, sebuah tayangan stasiun swasta sep erti MTV, dimana bahasa Indonesia telah dicampuradukkan dengan bahasa asing, seh ingga maksud dan maknanya sudah tidak jelas lagi. Media cetak pun tak ketinggala n, banyak bahasa-bahasa slank (pergaulan) yang menjadi bahasa pengantar dalam ti ap rubrik ataupun kolom-kolom yang ada pada media cetak tersebut. Dengan latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba untuk mengamati kesalaha n penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam media cetak, dan penulis fokuskan kepada permasalahan pada aspek ejaan, yakni pemakaian huruf kapital, penulisan k ata, dan pemakaian tanda baca. 1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian bertujuan meneliti kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa oleh masyarakat kaum terpelajar dan kaum jurnalis. Sebagai bahan penelitia n diambil sebagai sample tajuk rencana Koran Republika, Kompas dan Media Indones ia. Dengan batasan pada bulan juni 2007 yaitu edisi minggu ke-3 tiap harinya. Se bagai dasar kajian saya dalam penelitian ini ialah kesalahan penggunaan bahasa d alam aspek ejaan, antara lain : a. Penggunaan huruf kapital; b. Penulisan kata; c. Dan penggunaan tanda baca. 1.3 Kerangka Teori Bahasa (kata) berupa lambang dari rangkaian bunyi-bunyi yang diartikulasikan. Ka ta adalah abstraksi dari benda-benda atau segala sesuatu yang ada. Dengan demiki an, bahasa erat hubungannya dengan berpikir. Menurut Affandi (1971:218), bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama sehingga sukar memperkatakan soal bahasa ta npa menyebut soal berpikir dan pikiran. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Dela kroi (dalam Chauchard (1976, XXVI, 2:36) yang mengatakan bahwa Pikiran membentuk bahasa dan membentuk diri lantaran bahasa . Menurut Jakson, ada dua macam bentuk penggunaan bahasa, yakni penggunaan bahasa dengan batas-batas tertentu dan penggunaan bahasa dengan usaha sendiri (dalam Ch auchard 1977, XXVI, 12:372). Yang dimaksud dengan yang pertama ialah penguasaan bahasa dengan ekspresi otomatis yang telah dipelajari dan dikuasai sejak kecil. Ekspresi ini sudah tersusun dalam pola-pola dan formula-formula tertentu. Klisen ya sudah ada dalam pikiran. Jenis penguasaan seperti ini terdapat dalam penguasa an bahasa kebanyakan orang dalam bahasa ibunya, dan sudah mendarah daging baginy a. Jenis yang kedua terdapat pada penguasaan bahasa yang dikehendaki dan direkayasa yang sifatnya intelektual. Hal ini terlihat misalnya pada penggunaan bahasa pad a waktu mencipta suatu hasil karya, makalah dan sejenisnya. Dalam menciptakan ha sil karya itu orang dengan sengaja mencari, membentuk, dan menemukan konstruksi

frasa, dan mengkombinasikannya dengan frasa-frasa yang telah terekam dalam benak nya sehingga dapat digunakan membentuk buah pikiran yang luwes, jelas, dan teran g, serta baik dan benar. Namun, sering kali terjadi, baik pada media elektronik maupun media cetak, secar a tidak sadar pemakai bahasa atau kaum jurnalis menggunakan bahasa yang memperli hatkan penyimpangan dan kesalahan tata bahasa. Penyimpangan itu dapat terjadi pa da struktur ejaan, misalnya penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan penggu naan tanda baca. Kekurangcermatan berbahasa ini semua, disamping disebabkan oleh kaum jurnalis banyak yang masih kurang terampil berbahasa Indonesia yang baik d an benar, juga kurang berdisiplinan mereka dalam menggunakan menggunakan bahasan ya. Bahkan kesalahan tersebut dapat terjadi secara berulang-ulang. Pengulangan kesal ahan terjadi karena kekurangsadaran dan kekurangtahuan si penulis berita tersebu t tentang kesalahan yang diperbuatnya. Dia kurang sadar akan kesalahan tersebut karena frasa-frasa otomatis yang telah dikuasainya sejak kecil dari bahasa ibuny a lebih dominan dan terlalu mempengaruhi keadaan berbahasanya. Dia kurang tahu d an kurang mengerti tentang kesalahan yang telah diperbuatnya karena daya intelek tual penguasaan bahasanya yang kurang sehingga menyebabkan kegiatan berpikirnya dan berbahasa tidak sinkronis. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini didahului dengan stud i pustaka dengan menelaah buku dan makalah yang berisi tulisan/ulasan tentang ba hasa pers dan hal-hal yang bersangkut-paut dengan penggunaan bahasa Indonesia ka um jurnalistik. Sebelum tahap pengumpulan data, akan diadakan pengamatan terhada p sumber data yang ada hubungannya dengan topik yang akan diteliti. Data-data ya ng relevan dengan topik penelitian dikumpulkan dan dicatat. Karena data yang dip ilih untuk bahan analisis berupa tajuk rencana dari koran, pengumpulan data dila kukan dengan cara mencatat kalimat demi kalimat pada secarik kertas berupa slip. Slip-slip yang berisi data-data, kemudian diklarifikasi sesuai dengan topik yan g akan diteliti, yakni masalah kesalahan ejaan, yakni pemakaian huruf kapital, p enulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Data-data yang sudah terklarifikasi ini lah yang menjadi bahan analisis, baik secara deskrippsi, kualitatif maupun kuant itatif. 1.5 Sumber Data dan Pemilihan Sampel Yang digunakan sebagai sumber data untuk bahan penelitian ini ialah buku-buku. P emilihan buku sebagai sample dilakukan secara purposif berdasarkan anggapan bahw a buku itu merupakan buku yang a. Jumlah pembacanya meliputi sebagian masyarakat; b. Penggunaan bahasanya dapat dianggap baku; c. Golongan pembacanya pada umumnya berasal dari lapisan masyarakat golong an menegah ke atas. Berdasarkan alasan-alasan di atas, harian yang dipilih sebagai sumber data ialah harian Republika, harian Kompas, harian Media Indonesia, dan masing-masing hari an diambil dari terbitan minggu ke III bulan juni 2007, dari hari senin sampai d engan minggu. Adapun topik yang dipilih sebagai pencarian sumber data ialah tajuk rencana. Rubrik tajuk rencana ini dianggap mempunyai tingkatan yang tinggi dalam penggunaan bahasa Indonesia. BAB 2 KESALAHAN PENGGUNAAN UNSUR EJAAN BAHASA INDONESIA DALAM MEDIA MASSA CETAK Media massa adalah salah satu sarana pengungkapan buah pikiran (ide), kejadian, dan peristiwa sehari-hari dengan menggunakan alat komunikasi bahasa. Namun, hin gga saat ini ternyata masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa tersebut. Seperti telah dikemukakan pada bagian pendahuluan, hal itu diduga ant ara lain karena penulis berita atau redaktur media massa merupakan individu-indi vidu yang dwibahasawan. Data menunjukkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan pada pemakaian ejaan, bentuk

dan pilihankata, dan struktur kalimat. Dalam bab ini akan disajikan temuan tent ang kesalahan pemakaian ejaan atau ketidaktaatan penerapan kaidah ejaan, antara lain, tampak pada pemakaian huruf capital, penulisan kata, dan pemakaian tanda b aca. Berikut ini saya sajikan kasus-kasunya. 2.1 Pemakaian Huruf Kapital Masalah pemakaian huruf kapital, antara lain, berkaitan dengan penulisan kata pe rtama pada awal paragraf. Data memperlihatkan bahwa kata-kata pertama sering dit ulis seluruhnya dengan huruf kapital, baik pada Koran Kompas maupun pada Koran R epublika dan Media Indonesia. Misalnya : LIBUR sekolah ajaran ini baru saja kita ketahui; BELAJAR dari pengalaman tahun lalu, maka pengaturan lalu lintas untuk pemudik di lakukan dengan lebih cermat; TETAPI, kalau kita kaji lebih dalam sasaran perjuangan Kartini . Pemakaian huruf kapital pada penulisan semua kata awal paragraf itu diduga berk aitan dengan penciptaan identitas surat kabar tersebut. Padahal, sebagai media m assa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang terlalu menyimp ang dari kaidah penulisan karena pemakaian huruf kapital seluruhnya. Menurut kai dah EYD, huruf kapital dipakai pada huruf awal setiap kata dalam judul tulisan, artikel, atau karangan berikutnya adalah pemakaian huruf awal nama diri yang dit ulis dengan nama kecil. Sebaliknya huruf awal nama jenis ditulis dengan huruf ka pital. Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan tersebut. (1) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam tahun anggara n 2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton; (2) disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-bangsa ( PBB), ; (3) Mereka mengharapkan partai berlambang Banteng itu akan benar-benar me ndengus . Salah satu butir kaidah ejaan menyatakan bahwa huruf kapital dipakai sebagai hur uf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lem baga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Pada kalimat (2), uns ur kedua pada bentuk ulang nama badan (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak ditulis dengan huruf kapital. Demikian juga bentuk tahun anggaran pada contoh kalimat ( 1) seharusnya ditulis dngan hurf kapital karena tahun anggaran yang dimaksud pad a konteks tertentu (2007/2008) dan merupakan nama diri. Sebaliknya, kata banteng pada contoh kalimat (3) adalah nama jenis yang penulisannya seharusnya dengan h uruf kecil saja. Berikut ini adalah contoh penulisan yang benar. (1a) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam Tahun Anggaran 2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton; (2a) disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PB B), ; (3a) Mereka mengharapkan partai berlambang banteng itu akan benar-benar mend engus . 2.2 Penulisan Kata Kesalahan penulisan kata, baik kata turunan maupun gabungan/kata masih terdapat dalam media massa walaupun tidak telalu banyak. Hal ini disebabkan, antara lain , oleh ketidakkonsistenan penerapan kaidah ejaan. Kesalahan penulisan kata masih kita jumpai, seperti pada kalimat-kalimat berikut. (1) Yang harus kita garisbawahi pada kesempatan ini adalah (2) Petugas polisi dan keamanan Australia sering kali bertingkah dan ber tindak Pada contoh kalimat (1) penulasn garisbawahi diserangkaikan, sedangkan penulisan sering kali pada contoh kalimat (2) dipisahkan atau tidak diserangkaikan. Sesua i dengan kaidah ejaan, penulisan bentuk dasar yang berupa gabungan kata hanya ji ka pendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung meng ikutinya, sedangkan jika hanya mendapat akhiran saja seperti kata garis bawahi h arus ditulis terpisah. Lain halnya dengan bentuk sering kali, bentuk ini harus d itulis serangkai dengan gabungan kata tersebut sudah dianggap padu benar seperti halnya kata bagaimana, bilamana, padahal, acapkali, manakala, dan barangkali. D

ibawah ini adalah contoh penulisan yang benar. (1a) Yang harus kita garis bawahi pada kesempatan ini adalah (2a) Petugas polisi dan keamanan Australia seringkali bertingkah dan bertin dak Kekeliruan atau kesalahan penulisan kata depan atau preposisi masih juag terdapa t dalam media massa, seperti pada kalimat-kalimat berikut. (3) disamping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia khususnya pulau jawa (4) Namun, dilain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan (5) di antaranya, menyangkut perihal Dalam contoh kalimat (3) (5) bentuk di merupakan kata depan, bukan awalan. Oleh ka rena itu, penulisan kata depan pada kata-kata dalam kalimat tersebut harus dipis ahkan dari kata yang mengikutinya. Jadi, penulisan yang benar adalah sebagai ber ikut. (3a) di samping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia, khususnya pulau jawa (4a) Namun, di lain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan (5a) di antaranya, menyangkut perihal 2.3 Pemakaian Tanda Baca Kesalahan atau kekeliruan pemakaian tanda baa, antara lain, meliputi pemakaian t anda titik, tanda koma, dan tanda pisah. Dibawah ini adalah uraiannya satu per s atu. 2.3.1 Pemakaian Tanda Titik Data menunjukkan bahwa kesalahan atau kekeliruan pemakain tanda titik terdapat p ada penulisan gelar akademik seperti pada kata-kata berikut. (1) Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad Nuh, M. SC mengigatkan kepada (2) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, SH menyatak an (3) Mimbar Dra Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini Penulisan gelar akademik pada ketiga kalimat (1) (3) tidak sesuai dengan kaidah ej aan. Menurut kaidah, penulisan setiap unsur singkatan gelar akademik harus denga n tanda titik dan antara satu gelar dengan gelar lainnya diikuti spasi. Jadi, pe nulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan adalah sebagai berikut. (3a) Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad Nuh, M. Sc . .mengigatkan kepada (4a) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, S.H. menyatak an (5a) Mimbar Dra. Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini 2.3.2 Pemakaian Tanda Koma Kesalahan pemakaian tanda koma adalah kesalahan yang cenderung tinggi ditemukan dalam data media cetak. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh ketidak konsistena n dalam penerapan kaidah tanda baca atau sebagai akibat pengaruh ragam bahsa lis an. Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kesalahan tersebut tampak pada pemakaian t anda koma untuk keterangan tambahan, keterangan aposisi, bagian terakhir kalimat yang mengandung rincian, ungkapan penghubung intrakalimat, dan ungkapan penghub ung antar kalimat. Setelah itu, kesalahan pemakaian tanda koma juga terdapat did alam struktur kalimat majemuk, yaitu dua kalimat setara. Sebelum anak kalimat da n sebagai penyulih konjungsi bahwa. Dibawah ini akan paparkan kesalahan-kesalaha n pemakaian tanda baca koma. 1.) Penghilangan Tanda Koma A. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Tambahan Penghilangan tanda koma pada keterangan tambahan seperti terdapat ada kalimat be rikut. (1) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata. Selama 25 Tahun pada kalimat diatas merupakan frasa keterangan tambahan. Menurut

kaidah ejaan, penulisan frasa keterangan tambahan seperti itu sebaiknya diapit oleh tanda koma sehingga penulisannya tampak pada kalimat dibawah ini. (1a) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata. B. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Aposisi Penghilangan tanda koma pada keterangan aposisi, misalnya, tampak pada kalimat b erikut ini. (2) Ketika itu, Bagir Manan Ketua Mahkamah Agung (MA) melaporkan kepada Presiden Contoh tersebut adalah kalimat yang mengandung keterangan aposisi, yaitu Ketua M ahkamah Agung (MA) menurut kaidah ejaan, diapit oleh tanda koma. Perbaikannya se perti terlihat pada kalimat dibawah ini. (2a) Ketika itu Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung (MA) melaporkan kepada Pr esiden C. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung Antarkalimat Kasus penghilangan tanda koma pada ungkapan penghubung antarkalimat sangat tingg i frekuensi pemakaiannya di dalam data. Berikut ini adalah contoh penghilangan t nda koma pada ungkapan penghubung antarkalimat. (3) Bahkan ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi Kalimat yang mengandung ungkapan penghubung antarkalimat, yaitu bahkan yangdisaj ikan tanpa diikuti tanda koma. Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan ungkapan pe nghubung antar kalimat harus diikuti tanda koma. Berikut penulisan yang benar. (3a) Bahkan, ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi D. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung Intrakalimat Ketidakkonsistenan pemakaian tanda koma sebelum ungkapan penghubung intrakalimat tamapak pada contoh berikut. (4) Penampilan luarnya amat mengesankan tetapi mutu akademiknya rendah. Menurut kaidah ejaan, pemakaian ungkapan penghubung intrakalimat, seperti tetapi terdapat pada kalimat majemuk setara harus didahului oleh tada koma. Dalam cont oh tersebut tidak ada tanda koma sebelum penghubung intrakalimat tersebut. Oleh karena itu, sesuai kaidah ejaan, sebelum kata tetapi diberi tanda koma sehingga penulisan yang benar sebagai berikut. (4a) Penampilan luarnya amat mengesankan, tetapi mutu akademiknya rendah. 2.) Penambahan Tanda Koma A. Penambahan Tanda Koma Sebelum Unsur Predikat Data juga memperlihatkan bahwa penambahan tanda koma di antara unsur subjek dan predikat merupakan masalah yang lain pula sehubungan denagn tanda koma terutama apabila slah satu atau kedua unsur tersebut berupa frasa nomina panjang. (5) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing, justr u sering gagal menata hubungan harmonis diantara mereka sendiri. Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing pada contoh ka limat berfungsi sebagai subjek kalimat yang berupa frasa nominal yang panjang. P enambahan tanda koma di antara unsur subjek dan predikat, seperti pada contoh, k emungkinan akibat pengaruh ragam bahsa lisan yang dimaksud dengan tanda jeda. Me nurut kaidah ejaan, pemakaian tanda koma dalam konteks ini tidak benar (harus di buang). Penulisannya yang benar adalah sebagai berikut. (5a) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan penduduk asing justru sering gagal menata hubungan harmonis diantara mereka sendiri. B. Penambahan Tanda Koma pada Dua Klausa Setara Penambahan tanda koma di antar dua klausa setara terdapat pada pemakaian bahasa Indonesia di media surat kabar; pada contoh kalimat dan bagian kalimat berikut i ni. (6) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua peraturan yang ada, dan memperbaikinya. Contoh tersebut mengandung ungkapan penghubung intrakalimat dan. Ungkapan penghu bung itu berfungsi menghubungkan dua klausa yang mengikutinya. Tanda koma sebelu

m ungkapan penghubung dan tersebut sebaiknya dihilangkan karena hanya ada dua kl ausa yang dihubungkan. Sebaliknya, apabila terdapat lebih dari dua klausa yang d ihubungkan, tanda koma perlu dicantumkan. Denagn demikian, penulisan yang benara adalah sebagai berikut. (6a) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua peraturan yang ada d an memperbaikinya. C. Penambahan Tanda Koma Sebelum Anak Kalimat Contoh data berikut merupakan contoh kasus yang lain sehubungan dengan kesalahan pemakaian tanda koma. Kalimat berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat. (7) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia, karena Indonesia mendapa t Contoh kalimat diatas berpola induk kalimat diikuti anak kalimat. Menurut kaidah ejaan, tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalima t jika anak kalimat itu mengikuti induknya. Dalam contoh terdapat pemakaian tand a koma diantara anak kalimat karean Indonesia mendapat .... Jadi, pemakaian ata u penambahan tanda koma tersebut tidaklah sesuai dengan kaidah ejaan. Oleh karen a itu, tanda koma tersebut harus disunting. Berikut ini adalah penulisan yang be nar. (7a) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia karena Indonesia mendapat 3.) Tanda Koma Sebagai Penyulih Konjungsi Bahwa Didalam penelitian ini ditemukan pula pelesapan konjungsi bahasa yang disulih de ngan tanda koma. Data seperti itu sangat tinggi frekuensi pemakaianny dalam medi a cetak. Perhatikan contoh berikut : (8) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara Hatta Rajasa mengemukakan. Presiden dengan tegas membantah pendapat Presiden dengan tegas membantah pendapat pada contoh merupakan klausa anak kalim at dari bagian kalimat itu. Seperti yang dinyatakan dalam buku pedoman ejaan, an ak kalimat yang mengikuti induk kalimat tidak dipisahkan tanda koma. Sehubungan dengan itu, tanda koma yang terdapat pada contoh rupanya berfungsi sebagai penyu lih konjungsi bahwa pada anak kalimat tersebut. Sebagai kalimat majemuk bertingk at, kehadiran konjungsi bahwa sebelum anak kalimat justru wajib. Jadi, penulisan nya yang benar adalah sebagai berikut. (8a) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara Hatta Rajasa mengemukakan bahwa Presiden dengan tegas membantah pendapat 2.3.3 Pemakaian Tanda Pisah Kesalahan pemakaian tanda pisah yang bermakna sampai dengan masih juga terdapat da lam media massa cetak walaupun jumlahnya masih sedikit. (0a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21 23 Mei lalu di Jakarta dan (1a) Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006 - 2007 Contoh tersebut adalah bagian kalimat yang di dalamnya terdapat tanda pisah. Mak sud pemakaian tanda pisah tersebut sudah benar, yaitu untuk diletakkan di antara dua bilangan yang bermakna sampai dengan . Hanya saja, cara menyatakannya tidak be nar. Sesuai dengan kaidah ejaan, pengetikan tanda pisah dalam konteks itu harus dinyatakan dengan dua buah tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Den gan demikian, kedua contoh bagian kalimat itu kekurangan satu buah tanda hubung. Menurut kaidah pula tandapisah (--), yang panjangnya dua kali tanda hubung, bol eh dipakai untuk konteks makna sampai dengan . Oleh karena itu, penulisan yang bena r adalah sebagai berikut. (1a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21--23 Mei lalu di Jakarta dan (2a) Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006--2007 2.3.4 Pemakaian Tanda Petik

Contoh di bawah ini mengandung kesalahan pemakaian tanda petik. (1) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah mengungka pkan, adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini berhitung untung rugi (2) bahwa pemerintah seakan-akan ingin membuldoser atau mencekoki DPR deng

an RUU-RUU yang diajukannya. Pada contoh kalimat (1) terdapat kalimat langsung, tetapi penyajiannya tidak men ggunakan tanda petik. Kesalahan penyajian kalimat langsung itu menimbulkan kesan seakan-akan kalimat itu menjadikalimat tak langsung. Sesuai dengan kaidah ejaan , kalimat langsung itu harus disajikan dengan menggunakan tanda petik seperti pa da perbaikan kalimat (1a). berikut dari segi pemakaian, terdapat kekeliruan besa r tidak tampilnya tanda petik tersebut karena hal itu dapat ditafsirkan sebagai kalimat jurnalis (bukan kalimat narasumber). Lain halnya dengan data pada contoh bagian kalimat (2), tanda petik digunakan un tuk mengapit kata asing buldoser. Di dalam bukum pedoman ejaan dinyatakan bahwa tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Jadi, pemakaian tanda petik pada bagian kalimat itu tidak benar. P enulisan yang benar adalah menghilangkan tanda petik dan merangkaikan imbuhan me m- dengan kata buldoser menjadi satu kata seperti pada perbaikan bagian kalimat (2a) berikut. (1a) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah mengungkapk an, Adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini berhitung untung rugi (2a) bahwa pemerintah seakan-akan ingin membuldoser atau mencekoki DPR deng an RUU-RUU yang diajukannya. BAB 3 KESIMPULAN Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah penulis lakukan pada Koran Republ ika, Kompas, dan Media Indonesia, ternyata masih banyak memperlihatkan kesalahan , pada aspek ejaan yang meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pe makaian tanda baca. Berikut ini saya utarakan beberapa hal yang berupa kesimpulan dari penelitian te rsebut. a. Penulisan kata pertama pada awal paragraph banyak ditulis dengan huruf kapital seluruhnya. Diuga gaya penulisan yang salah ini berkaitan dengan pencipt aan identitas secara spesifik surat kabar bersangkutan. Padahal, sebagai media m assa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang terlalu menyimp ang dari kaidah penulisan karena penggunaan huruf kapital seluruhnya yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. b. Huruf awal nama diri ada yang ditulis dengan kuruf kecil. Sebaliknya, hu ruf awal nama jenis ditulis huruf kapital. c. Pengetikan tanda pisah ditulis dengan hanya satu tanda hubung dan denga n spasi. d. Penulisan kalimat lansung ditulis seolah-olah kalimat tidak langsung, ya ni dengan menghilangkan tanda petik pada awal dan akhir kalimat. e. Tidak digunakan tanda koma sebagai pengapit keterangan sisipan. f. Tidak digunakan tanda koma pada keterangan aposisi. g. Penghilangan tanda koma juga sangat tinggi frekuensinya pada (sesudah) ungkapan pengantar penghubung. h. Hal yang sama juga terjadi (sebelum) kata ungkapan penghubung intrakali mat. i. Penghilangan tanda koma terdapat juga pada (sebelum) rincian terakhir . j. Sebaliknya, dari butir (h, e, i) terjadi penggunaan penggunaan tanda k oma yang salah pada kalimat sebelum unsur predikat. k. Pembubuhan tanda koma yang salah terdapat diantara unsur subjek dan pred ikat. Hal ini mungkin akibat pengaruh ragam bahasa lisan yang disamakan dengan t anda jeda. l. Pemakaian tanda koma yang salah terdapat juga pada (sebelum) anak kal imat. m. Pemakaian tanda koma yang salah juga terdapat sebagai peyulih konjungsi b ahwa.

Mudah-mudahan kesimpulan penulis dapat memberikan manfaat untuk perbaikan media massa cetak dalam penggunaan ejaan yang benar sesuai kaidah bahasa Indonesia. Da n khususnya kita sebagai mahasiswa sebagai pengguna sekaligus pemerhati pengguna an bahasa Indonesia untuk lebih disiplin dan kritis dalam penggunaan bahasa Indo nesia yang baik dan benar. Sehingga kesalahan-kesalahan serupa tidak terulang la gi. DAFTAR PUSTAKA Djabarudi, Slamet. 1991. Peningkatan Kualitas Bahas Media Massa. Jakarta : Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Susanto, Astrid S. 1978. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi. Jakarta : P usat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Umari, Darius. 1991. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Berita Radio. Jakarta : Pu sat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dra. Rusmiati, M.Hum. 2007. Handout Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta : STIA LAN.

You might also like