You are on page 1of 20

http://putrakuningan79.blogspot.com/2012/04/peran-leasing-dalampengembangan.

html Peran Leasing dalam Pengembangan Perusahaan Baik dalam Bidang Jasa Maupun dalam Bidang Produksi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan kehidupan semakin tinggi, terutama dalam perkembangan dunia usaha. Berbagai usahapun dilakukan guna meningkatnya dunia usaha. Untuk menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, setiap aspek yang berkaitan dengan perkembangan usaha harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan semakin hidup. Untuk mengembangkan usaha perusahaan biasanya menentukan jangka tertentun sebagai targetan untuk mengembangkan usahanya. Program perusahaan tersebut salah satunya ialah program jangka waktu anjang, artinya perusahaan harus mempertahankan stabilitas usahanya melalui pencapaian tujuan. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kegiatan-kegiatan yang ada di dalam perusahaan menjadi bertambah banyak, baik jenis kegiatan maupun volume kegitan yang dilaksanakan. Seluruh kegiatan di dalam perusahaan merupakan kegiatan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kegagalan melaksanakan salah satu kegiatan akan berakibat terhadap kegiatan lainnya baik dalam suatu bagian, maupun dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Untuk mengetahui perusahaan berjalan sesuai dengan kriteria, perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain seperti aktiva tetap yang nilainya cukup material dalam memfasilitasi dan memperlancar aktifitas operasional perusahaan guna pencapaian tujuan. Aktiva tetap adalah salah satu bagian utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode akuntansi (accounting period).

Menurut Mulyadi Aktiva tetap adalah: kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Mulyadi (2002 : 179) Aktiva tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan surat berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan semua aktiva tetap yang digunakan di dalam perusahaan, baik yang masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar manfaat aktiva tetap tersebut sesuai dengan perencanaan. Untuk itu dibutuhkan kebijakan aktiva yang tepat untuk menilai kebijakan dalam memperoleh dan menentukan harga perolehannya, estimasi umur ekonomis, metode penyusutan yang digunakan, perbaikan dan penilaian kembali. Perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap tersebut seperti yang ditulis oleh pendapat Warren, Reeve, dan Fees: Penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlakunya waktu dalam penggunaan disebut penyusutan (Depreciation). Warren, Reeve, dan Fees (2005 : 395). Dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, perusahaan dapat melakukan berbagai cara untuk mendapatkan berbagai jenis barang, baik itu barang untuk kebutuhan produksi maupun barang lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perushaan seperti kendaraan. Namun, dalam permasalah seperti ini. Perusahaan terkadang memiliki hambatan untuk mendapatkan barang tersebut yang salah satunya hambatan dari segi finansial. Terbatasnya dana untuk memenuhi kebutuhan finasial dapat menjadi suatu permasalahan yang serius bagi perusahaan yang sangat membutuhkan barang-barang, baik barang yang berkaitan dengan produksi, maupun barang yang tidak memiliki kaitan secara langsung dengan unit produksi. Pada hakekatnya perusahaan membutuhkan biaya yang cukup bersar untuk mendapatkan peralatan atau fasilitas lainnya yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Sehingga, hal tersebut akan memaksa perusahaan untuk mencari sebuah alternatif lain agar dapat menyelasaikan permasalahan yang berkaitan dengan pendanaan atau untuk mendapatkan barangbarang yang berkaitan dengan produkis.

Sistem kredit merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan cara melakukan kredit sebuah barang atau dana untuk tanggungan biaya yang akan dikeluarkan lebih kecil. Leasing menjadi salah satu pihak yang cukup berperan dalam terealisasinya sistem kredit. Dengan demikian peran leasing cukup penting dalam pengembangan sebuah usaha. Untuk itu, sehubungan peran leasing cukup penting dalam pengembangn perusahaan. Maka penulis bermaksud untuk membuat sebuah makalah yang berjudul. Peran Leasing dalam Pengembangan Perusahaan Baik dalam Bidang Jasa Maupun dalam Bidang Produksi. Dalam hal ini, peran leasing untuk mengembangkan sebuah perusahaan dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sehingga peran leasingpun harus diansilis secara serius agar tidak terjadi simpang siur antara kebenaran sebuah teori yang berkaitan dengan leasing sebagai aspek yang memiliki kaitan untuk pengembangan sebuah perusahaan dan leasing tidak memiliki kaitan yang cukup erat dalam pengembangan sebuah perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat mengambil beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem kerja leasing? 2. Bagaimana cara pemanfaatan leasing oleh perusahaan? 3. Peran Leasing dalam Pengembangan Perusahaan Baik dalam Bidang Jasa Maupun dalam Bidang Produksi? C. Identifikasi Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang semakin ketat dalam persaiangan. Maka hal tersebut dapat mengakibatkan perusahaan memiliki permasalahan yang semakin konflik hal ini diakiabatkan dari berbagai faktor. Fakto-faktor yang mengakibatkan munculnya perusahaan yang memiliki permasalahan yang signifikan ialah: 1. 2. Kurangnya modal, sehingga menurunya produksi atau kualitas pelayanan pada konsumen. Kurang relevasinya sebuah peralatan produksi atau jasa pada perusahaan sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan produksi. 3. Ketatnya peraturan yang diberlakukan oleh leasing, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa mendapatkan bantuan modal.

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah: a. Untuk mengetahu secara lesiang sistem kerja leasing.

b. Untuk mengetahui cara pemanfaatan leasing oleh perusahaan c. Untuk mengetahui peran leasing dalam pengembangan perusahaan baik dalam bidang jasa maupun dalam bidang produksi. 2. Manfaat Penulisan Dalam pembuatan makalan ini terdapat berbagai manfaat yang akan didapatkan oleh penulis, adapun manfaat yang signifikan yang akan didapatkan oleh penulis adalah: a. Dapat mengetahu secara lesiang sistem kerja leasing.

b. Dapat mengetahui cara pemanfaatan leasing oleh perusahaan c. Dapat mengetahui peran leasing dalam pengembangan perusahaan baik dalam bidang jasa maupun dalam bidang produksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Sewa Guna Usaha Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan disini maksud jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang modal sepeti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit dapat diperoleh diperusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang berdiri sendiri. Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Pengertian sewa guna usaha adalah perjanjian antara lessor (perusahaan leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor

menyediakan barang dengan hak penggunaa oleh lesee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No. 1169/ KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease kegiatan sewa guna usaha dimana lesee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati, sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

B.

Ketentuan Mengenai Leasing Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di Indonesiasetelah keluar surat keputusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan Usaha Leasing Indonesia. Wewenang untuk memberikan usaha leasing dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 Tanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di Indonesia. Perkembangan selanjutnya adalah dengan keluarnya Kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes 20 1988) yang isinyamengatur tentang usaha leasing di Indonesia dan dengan keluarnya kebijaksanaan ini, maka ketentuan mengenai usaha leasing sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Kemudian dalam Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 diperkenalkan adanya istilah pembiayaan dalam bentuk dana secara langsung dari masyarakat luas.

C.

Pihak-Pihak yang Terlibat Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut.

1.

Lessor

Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal.

2.

Lessee Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.

3.

Supplier Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat bertindak sebagai lessor.

4.

Asuransi Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.

D. Kegiatan Leasing Didalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. 2. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (finance lessee); Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee (Operating lessee); Ciri-ciri kedua kegiatan leasing seperti yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut. 1. a. Kriteria untuk finance lease apabila suatu perusahaan leasing memenuhi persyaratan: Jumlah pembayaran sewa guna usaha dan selama sewa guna usaha pertama kali, ditambah dengan nilai sisa barang yang dilease harus dapat menutupi harga perilehan barang modal yang dileasekan dan keuntungan bagi pihak lessor; b. Dalam perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessee.

2. a.

Sedangkan kriteria untuk operating lease adalah memenuhi persyaratan sebagai berikut: Jumlah pembayaranselama masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang dileasekan ditambah keuntungan bagi pihak lessor;

b.

Di dalam perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee.

Kemudian dalam praktiknya transaksi finance leasing dibagi lagi kedalam bentuk-bentuk sebagai berikut. 1. Direct finance lease Transaksi ini dikenal juga dengan nama true lease. Di mana dalam transaksi ini pihak lessor membeli barang modal ataspermintaan lessee dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut kepada lessee. Lessee dapat menentukan spesifikasi barang yang diinginkan termasuk penentuan harga dan supliernya. Oleh karena itu, proses pembelian yang dilakukan lessor hanyalah untuk memenuhi kebutuhan pihak lessee. 2. Sales dan lease back Proses ini dilakukan di mana pihak lesse menjual barang modalnya kepada lessor untuk dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut, antara lessee dengan lessor. Metode ini biasanya digunakan untuk menambah modal kerja pihak lessee. E. Jenis-jenis Peruasahaan Leasing Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya di bagi kedalam tiga kelompok, yaitu: 1. Independent leasing Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk dileasekan. 2. Captive lessor Dalam perusahaan jenis ini, produsen atau supplier mendirikan perusahaan leasing dan yang mereka leasekan adalah barang-barang milik mereka sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk dapat meningkatkan penjualan sehingga mengurangi penumpukan barang di gudang/toko. 3. Lease broker Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan lesee untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk dileasekan. Jadi dalam hal ini lease broker hanya sebagai perantara antara pihak lessor dengan pihak lessee. F. Perjanjian Leasing Perjanjian yang dibuat lessor dengan lesse disebut lease agrement, dimana di dalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak, lessor dan lessee. Isi kontrak yang dibuat secara umum memuat antara lain: 1. Nama dan alamat lessee

2. Jenis barang bodal diinginkan 3. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan 4. Syarat-syarat pembayaran 5. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya 6. Biaya-biaya yang dikenakan 7. Sangsi-sangsi apabila lessee ingkar janji 8. Dan lain-lainnya G. Biaya-biaya yang Dikeluarkan Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya. Biaya-biaya ini besarnya ditentukan oleh masing-masing perusahaan leasing. Artinya antara perusahaan leasing biaya yang dibebankan terhadap lessee tidak sama. Besar kecilnya biaya yang dikenakan terhadap lessee tidak sama. Besar kecilnya biaya yang dikenakan terhadap nasabahnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh perusahaan leasing. Adapun biaya-biaya yang dibebankan kepada lessee biasanya terdiri dari: 1. Biaya administrasi yang besarnya dihitung per tahun 2. Biaya materai untuk perjanjian 3. Biaya bunga terhadap barang yang dileasekan 4. Premi asuransi yang disetor kepada pihak asuransi

H. Prosedur Permohonan Leasing Setiap permohonan yang diajukan oleh pihak lessee haruslah langsung ke pihak lessor, baik secara lisan maupun tertulis, kemudian oleh pihak lessor akan dipelajari secara seksama sehingga pada akhirnya nanti tidak akan merugikan pihak lessor akibat terjadi kesalahan analisis. Prosedur permohonan fasilitas leasing oleh lessee kepada lessor secara umum sebagai berikut: 1. Pihak lessee mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas suatu barang modal baik secara lisan maupun tertulis. 2. Pihal lessor akan meniliti maksud dan tujuan permohonan lessee Penelitian tentang kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Jika masih ada dokumen atau informasi yang kurang, pemohon diminta untuk melengkapinya selengkap mungkin.

Kelengkapan dokumen tersebut antara lain sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yang berisi antara lain maksud dan tujuan mengajukan leasing serta cara pembayarannya. b. c. d. e. f. 3. Akte pendirian perusahaan jika lessee berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yayasan. KTP dan kartu keluarga jika lessee jika lessee berbentuk perseorangan. Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir jika lessee berbentuk PT. Slip gaji dan buku penghasilan lainnya jika lessee berbentuk perseorangan. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perorangan atau perusahaan. Jika dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor memberiksn informasi tentang persyaratandalam perjanjian kontrak antara lessee dengan lessor, termasuk hak dan kewajibannya masing-masing. 4. Pihak lessor akan mengadakan penelitian dan analisis terhadap informasi dan data yang diberikan lessee dengan cara: a. Penelitian data untuk mengukur kemampuan dan kemauan lessee membayar kembali. Penelitian ini dapat dilakukan dengan 5C, yaitu: character, capacity, capital, condition dan collateral; b. Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot); c. 5. Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan. Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar dan kemauan untuk membayar dengan disertai kebenaran informasi dan data yang ada di lapangan. Dari hasil penelitian dapatlah ditarik tiga kesimpulan yaitu: a. Menolak permohonan lessee dengan alasan tertentu;

b. Masih dipertimbangkan dengan catatan ditunda satau permohonan belum dapat diproses sampai jangka waktu tertentu dengan berbagai alasan; c. 6. Menerima permohonan lessee karena telah sesuai dengan keinginan lessor. Jika permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor mengadaka pertemuan dengan pihak lessee, tentang persyaratan yang harus dipenuhi antara lain penandatanganan surat perjanjian aerta biaya-biaya yang harus dibayar oleh lessee. 7. Pihak lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani surat perjanjian antara lessee dengan lessor. 8. Pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan barang yang diinginkan lessee dan membayar sesuai dengan perjanjian dengan pihak supplier.

9.

Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yang sudah disetor lessee sebelumnya kepada pihak lessor.

10. Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat bukti pembayaran yang telah dilakukan oleh lessor. 11. Pihak lessors juga mengirim polisasuransi kepada lessee setelah diterbitkan oleh pihak lessor atas nama lessee.

I.

Sangsi-sangsi Seperti jenis pinjaman lainnya, bahwa tidak semua pinjaman berjalan mulus atau berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, sekalipun sudah melalui prosedur yang benar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Begitu pula dengan perusahaan leasing jelas tidak semua barang modal yang dibiayai akan terlunasi sesuai rencana. Oleh karena itu, perlu ada tindakan lebih lanjut bagi lessee yang lalai berupa sangsi-sangsi yang telah disepakati. Sangsi-sangsi yang diberikan pihak lessor kepada pihak lessee ingkar janji atau tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lessor sesuai perjanjian yang telah disepakati adalah sebagai berikut:

1. Berupa teguran lisan supaya segera melunasi; 2. Jika teguran lisan tidak digubris, maka akan diberikan teguran tertulis; 3. Dikenakan denda sesuai perjanjian; 4. Penyitaan barang yang dipegang oleh lessee.

BAB III PEMBAHASAN A. Bagaimana sistem kerja leasing Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah: Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama. Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai berikut: Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pada prinsipnya pengertian leasing terdiri dari beberapa elemen di bawah ini: 1. Pembiayaan perusahaan 2. Penyediaan barang-barang modal 3. Jangka waktu tertentu 4. Pembayaran secara berkala 5. Adanya hak pilih (option right) 6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama 7. Adanya pihak lessor 8. Adanya pihak lessee Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam prosedur dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi perusahaan-perusahaan, maka leasing didukung oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1.

Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yaitu besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi perusahaan.

2.

Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang di lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh aktiva yang dilease sudah merupakan jaminan bagi lease itu sendiri.

3.

Capital saving, yaitu tidak menyediakan dana yang besar, maksimum hanya menyediakan down payment yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak terlalu besar, jadi dalam hal ini bisa dikatakan menjadi suatu penghematan modal bagi lessee, yaitu lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lain. Karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

4.

Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih sederhana dan relatif lebih cepat dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit investasi bank, jadi tanpa prosedur yang rumit dan hal itu memberikan kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesinmesin dan peralatan yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha produksi yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.

5.

Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional, artinya pembayaran lease langsung dihitung sebagai biaya dalam penentuan laba rugi perusahaan, jadi pembayarannya dihitung dari pendapatan sebelum pajak, bukan dari laba yang terkena pajak.

6.

Sebagai pelindung terhadap inflasi, artinya terhindar dari resiko penurunan nilai uang yang disebabkan oleh inflasi, yaitu lessee sampai kapan pun tetap membayar dengan satuan moneter yang lalu terhadap sisa kewajibannya.

7. 8.

Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa lease. Adanya kepastian hukum, artinya suatu perjanjian leasing tidak dapat dibatalkan dalam keadaan keuangan umum yang sangat sulit, sehingga dalam keadaan keuangan atau moneter yang sesulit apapun perjanjian leasing tetap berlaku.

9.

Terkadang leasing merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan aktiva bagi suatu perusahaan, terutama perusahaan ekonomi lemah, untuk dapat memodernisasi pabriknya. Klasifikasi leasing dalam melaksanakan sistem kerja leasing terbagi atas beberapa bagian yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Capital Lease

Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama. Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi dua yaitu:

a.

Direct finance lease Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.

b. Sale and lease baca Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan direct finance lease. Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek barang lease. 2. Operating Lease Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada lessee untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental yang besarnya secara keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.

Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan biayabiaya tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee. 3. Sales type lease (Lease Penjualan) Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu lease. 4. Leverage Lease Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider. 5. Cross Border Lease Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara yang berbeda. Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus. Prosedur Mekanisme Leasing Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan. 2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai dokumen lengkap. 3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewa lease), setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani. 4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease dangan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.

a.

Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan

b. supplier peralatan tersebut. 5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lessee. Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian purna jual. 6. 7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada suppplier. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor. 8. 9. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease. Aspek perpajakan yang berkaitan dengan leasing. 1. Pajak Penghasilan (PPh) a. Berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000 dan surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1169/KMK.01/1991 Pasal 16 ayat 2 menyatakan: Lessee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi. Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan bahwa angsuran-angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis transaksi finance lease tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan. b. Pasal 17 ayat 2 menyatakan: 1. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 2. Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor. 2. Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessee. Di sini dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transaksi operational lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak diperlakukan sebagi sewamenyewa biasa. 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) a. 1) Perlakuan PPN atas transaksi capital lease: Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994 huruf d dan e, Pengumuman Direktur Jenderal Pajak No. Peng- 139/PJ.63/1989 dan Pasal 1 angka 4 Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep05/PJ/1994, penyerahan jasa dalam transaksi capital lease dari lessor kepada lessee adalah penyerahan jasa yang terutang PPN, karena lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang dengan demikian adalah pengusaha kena pajak. 2) Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan penyerahan barang kena pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam rangka persewaan biasa. 3) Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian. 4) PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3) merupakan PPN Keluaran bagi lessor dan merupakan PPN Masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah Pengusaha Kena Pajak. PPN yang dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease merupakan PPN Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN Pajak Keluaran lessor. b. Dalam hal transaksi sale and lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas perolehan barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal lessee kemudian melease kembali barang tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan barang yang dilakukan. c. Lease : Suatu kontrak sewa atas penggunaan harta untuk suatu periode tertentu dengan sewa tertentu. d. Lessee : Pemakai aktiva yang akan di lease. Perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak perusahaan leasing. e. f. a. Lessor : Pemilik dari aktiva yang akan di lease. Lease term: Jangka waktu lease yang tetap dan tidak dapat dibatalkan, termasuk: Periode yang mencakup hak opsi untuk memperbarui kontrak leasing.

b. Periode yang mencakup digunakannya hak opsi untuk membeli aktiva yang dilease. c. d. Periode dimana lessor mempunyai hak untuk memperbarui atau memperpanjang masa lease. Periode dimana denda dikenakan bagi lessee atas kegagalannya untuk memperbarui lease dan jumlah denda tersebut dijamin pada permulaan lease. e. Periode yang mencakup hak opsi pembaruan yang biasa yaitu diberikan jaminan oleh lessee atas utang lessor yang mungkin terjadi.

B. Bagaimana pemanfaatan leasing oleh perusahaan Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi

perusahaan

tersebut

untuk

membeli

barang-barang

modal

yang

bersangkutan

atau

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor. Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai. Di Indonesia leasing baru dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/MK/IV/2/1974,

No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir tahun. Capital lease dan operating lease sama-sama dikenakan pajak pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease disamping dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 23, hal ini karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya yang berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak lessee. Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barangbarang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih.

Disamping hal tersebut di atas para pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya seperti kemudahan dalam pengurusan, dan adanya hak opsi. Suatu keuntungan lain jika ditinjau dari laporan keuangan fiskal adalah transaksi capital lease diperhitungkan sebagai operational lease pembayaran lease dianggap sebagai biaya mengurangi pendapatan kena pajak. Tetapi tidak begitu halnya jika ditinjau dari segi komersial. Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Peran Leasing dalam Pengembangan Perusahaan Baik dalam Bidang Jasa Maupun dalam Bidang Produksi Era globalisasi, membawa dampak positif dan dampak negatif, dampak postitifnya dapat memberikan informasi secara gelobal. Tetapi sejauh ini informasi yang berkembang beraneka ragam yang salah satunya ialah informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Hal tersebut menyebabkan ketatnya persaiangan pada perushaan semakin ketat dan kompetitip. Dengan demikian, perusahaan harus memiliki kesiapan yang memungkinkan agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan baik pada sektor ekonomi, pemasaran, maupun produk. Untuk mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan perusahaan lain, faktor yang paling berpengaruh pada perkembangan perusahaan ialah faktor modal. Perusahaan yang bergerak pada bidang pendanaan yang salah satunya perusahaan leasing memiliki peranan yang signifikan dalam membangun perusahaan agar menjadi perusahaan yang siap bersaing dengan perusahaan lain. Sesuai dengan pendapat para ahli perushaan leasingn merupakan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pembiayaan perusahaan Penyediaan barang-barang modal Jangka waktu tertentu Pembayaran secara berkala Adanya hak pilih (option right) Adanya nilai sisa yang disepakati bersama Adanya pihak lessor Adanya pihak lessee

Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita mengajukan kredit kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan dapat membeli barang modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai. Di Indonesia leasing baru dikenal melalui surat keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/MK/IV/2/1974,

No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak penghasilan badan akhir tahun. Capital lease dan operating lease sama-sama dikenakan pajak pertambahan nilai, sedangkan untuk operating lease disamping dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 23, hal ini karena diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa. Biaya-biaya yang berkaitan dengan transaksi lease dianggap sebagai biaya usaha bagi pihak lessee. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan leasing memiliki peranan yang besar dalam membangun perusahaan agar menjadi perusahaan yang siap bersaing dan mampu berjalan sesuai dengan era yang sedang berjalan. Untuk itu dapat dapat diartikan perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa maupun dibidang produksi memiliki ketergantungan pada badan usaha leasing. Hal ini dapat dikatakan demikian karena dengan adanya badan usaha leasing perusahaan dapat mendambah modal dan pengembalian modal tersebut dapat diasung sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pada prinsipnya pengertian leasing terdiri dari beberapa elemen di bawah ini: 1. 2. 3. 4. Pembiayaan perusahaan Penyediaan barang-barang modal Jangka waktu tertentu Pembayaran secara berkala Badan usaha leasing merupakan badan usaha yang memiliki peran yang cukup penting. Salah satu peran yang berikan oleh pihak leasing ialah bantu modal pada perusahaan, dengan bantuan modal tersebut membantu perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan yang lain. B. Saran Badan usaha leasing memiliki peran yang cukup baik, maka dari itu sebaiknya badan usaha leasing mampu menjaga integritasnya agar tetap memiliki manfaat yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Untuk menjaga stabilitas perushaan leasing memang memiliki peran yang penting. Maka dari itu sebaiknya pihak leasing menjalankan fungsinya sesuai dengan peraturan pemerintah. Efektifitas pembayaran pada perusahan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk itu pihak leasing sebaiknya menilai secara hati-hati agar uang yang dikreditkan dapat dikembalikan oleh kreditur sesuai kesepakatan.

You might also like