You are on page 1of 23

PENGGUNAAN OBAT YANG BAIK DAN BENAR

Sulaiman Badra, S.Si., M.Kes., Apt.


Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena obat merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun demikian, penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.

CARA PEMBERIAN OBAT

Efek Sistemik

1. 2. 3. 4. 5.

Oral Sublingual Injeksi Implantasi subkutan Rektal

Oral Misalnya : - Obat yang bersifat merangsang (aminofilin) - Obat yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin,oksitosin). Sublingual Misalnya: - Obat untuk serangan angina (suatu penyakit jantung) - Obat migrane (ergotamin). Injeksi Kelemahan dengan cara ini adalah - Lebih mahal dan nyeri. - Sukar digunakan oleh pasien sendiri. - Bahaya infeksi dengan kuman (harus steril) - Bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

Implantasi subkutan Terutama digunakan untuk efek sistemis lama (satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya sacara teratur selama 3-5 bulan lamanya. Misalnya: - Hormon-hormon kelamin (estradiol dan testosteron) Rektal - Biasanya untuk obat yang merangsang atau yang dirusak asam lambung - Pasien yang mual atau muntah-muntah (mabok jalan, migrain) - Terlampau sakit untuk menelan tablet. - Bisa juga untuk efek lokal, misalnya laksans

Efek lokal
1. I n t r a n a s a l 2. I n h a l a s i 3. Mukosa mata dan telinga 4. I n t r a v a g i n a l

Intranasal
-

Inhalasi

Digunakan untuk penderita selesma yaitu untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang juga untuk efek sistemis Misalnya: Kortikosteroida .

Pemberian dengan cara ini umumnya adalah: - Anestetika umum (eter, halotan) - Obat-obat asma (adrenalin, isoprenalin, deksametason )

Mukosa mata dan teliga

obat mata dan salep dipakai untuk mengobati penyakit mata atau telinga. Obat tetes mata ada bahayanya, karena obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek toksis, misalnya atropin.

Intravaginal

Untuk mengobati secara lokal gangguangangguan vagina tersedia salep atau tablet yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ Misalnya: - Metronidazol dan Pimarisin pada vaginitis (radang) akibat parasit-parasit trichomonas dan candida.

Kulit (topikal)

- Pada penyakit-penyakit kulit obat digunakan sebagai salep, krim atau lotio (kocokan). - Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya, sebagaimana halnya dengan kortikosteroid (kortison, betametason) - Obat gosok banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri atau kaku otot setempat akibat rematik

EFEK PEMBERIAN OBAT 1. Efek terapetik

Terapi kausal Terapi simptomatik Terapi subtitusi

Terapi kausal, pada mana penyebab penyakit ditiadakan, khususnya pemusnahan kuman atau parasit. Contoh: antibiotika, obat malaria Terapi simptomatis: hanya gejala penyakit diobati dan diringankan, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contoh: analgetika pada rematik atau sakit kepala Terapi subtitusi: obat menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Contoh: insulin pada diabetes

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Efek Terapetik Obat

- Cara dan bentuk pemberiannya.


- Sifat-sifat fisiko-kimianya - Biotransformasi dan ekskresinya dalam tubuh. - Kondisi fisiologi si pemakai (fungsi hati, ginjal, usus dan peredaran darahnya). - Faktor-faktor individual lainnya, misalnya bangsa, kelamin, besar permukaan badan dan kebiasaan makan juga dapat memegang peranan penting.

EFEK-EFEK OBAT YANG TIDAK DIINGINKAN

Efek Samping Indiosinkrasi Alergi Fotosensitasi Efek Toksis Efek Teratogen Toleransi, Habituasi dan Adiksi Resistensi Bakteri

HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT

1. D o s i s 2. U s i a / Berat Badan / Lebar badan 3. Waktu Menelan Obat 4. Kombinasi Obat 5. Interaksi Obat

Dosis

Usia Anak-anak kecil dan terutama bayi-bayi yang baru


Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan. Besarnya dosis tergantung dari banyak faktor, antara lain - Usia, - Berat Badan - Jenis Kelamin - Luas permukaan badan - Beratnya penyakit
lahir (neonati), menunjukkan kepekaan yang lebih besar untuk obat, karena fungsi hati dan ginjal serta sistemsistem enzimnya belum lengkap perkembangannya.. Orang-orang tua. 65 74 tahun dosis 10% 75 84 tahun: dosis 20% di atas 85 tahun : dosis 30%

Cara Menghitung Dosis Berdasarkan Usia.


Rumus Young: n D n + 12

n = usia dalam tahun; D = dosis dewasa. Untuk menghitung dosis anak antara 1-12 tahun. Usia bayi dan usia 12 tahun ke atas diperoleh dosis yang terlampau rendah, maka kini hampir tidak dipakai lagi. Rumus Augsberger yang diturunkan dari permukaan badan, yaitu: Untuk 2-12 bulan: (m + 13)% dari D m = usia dalam bulan Untuk 1-11 tahun : (4n + 20)% dari D Untuk 12-16 tahun : (5n + 10)% dari D Rumus Clark. berdasarkan bobot badan, menghasilkan dosis yang lebih seksama.yaitu: w D w = bobot dalam kg.

68

Waktu Menelan Obat

Sebagian obat diberikan pada saat lambung kosong, yakni 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan, adalah: Antibiotika Tonika INH Propranolol Sejumlah obat lain yang bersifat merangsang terhadap mukosa lambung harus digunakan pada waktu atau setelah makan, antara lain: Semua kortikosteroida dan obat-obat rematik-encok, termasuk asetosal Antidiabetika oral dan antiepileptika Garam-garam besi (ferro) Obat-obat cacing dan antacida ( jam p.c.). vasodilator-vasodilator Kemoterapetika

Kombinasi obat a. antagonisme. Kegiatan obat pertama dikurangi atau

ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologi bertentangan ( barbital dan strychnin) b. sinergisme. Adalah kerjasama antara dua obat dan dikenal dua jenis: a d i s i dan s u m a s i. Efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat, misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol. p o t e n s i a s i (mempertinggi potensi). Kegiatan obat diperkuat oleh obat kedua. Kedua obat dari kombinasi dapat memiliki kegiatan yang sama (estrogen dan progesteron)

Interaksi obat

Efek masing-masing obat dapat saling diganggu dan/atau efek samping yang tidak diinginkan mungkin ditimbulkan (asetosal dengan dikumarol), yang efeknya diperkuat hingga sering terjadi perdarahan-perdarahan berbahaya.

PENYEBAB KETIDAKPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN

1. Sikap Penderita 2. Hubungan Dokter dengan Penderita 3. Pengetahuan Penderita 4. Cara Pengobatan 5. Faktor-faktor Lain (Usia, jenis kelamin, status ekonomi, tingkat pendidikan)

Pada penderita usia lanjut, jenis penyakit yang diderita bersamaan makin banyak, makin kompleks dan bersifat menahun dan semua ini mengundang terjadinya ketidakpatuhan dengan segala dampak negatifnya. Kemungkinan terjadi medication errors adalah: - 15% satu jenis obat yang digunakan - 25% bila digunakan 2-3 jenis obat - 35% bila digunakan 4 atau lebih jenis obat. Jenis obat / pengobatan menghasilkan tingkat kepatuhan yang berbeda. Pada penderita dengan penyakit jantung dan diabetes, tingkat kepatuhan berkisar antara 80-90% Pada penggunaan obat golongan analgesik, antasid, sedatif, hipotik dan antibiotik, tingkat kepatuhan hanya berkisar 50%.

CARA-CARA MENDETEKSI KETIDAKPATUHAN


Ketidakpatuhan dapat dideteksi dengan cara :

Tidak langsung :

Melalui wawancara Menghitung sisa obat Meneliti cara peresepan kembali

Langsung :

Memantau kadar obat dalam darah Memantau kadar metabolik obat atau senyawa pelacak dalam urin

CARA-CARA UNTUK MENANGGULANGI KETIDAKPATUHAN Upaya yang dilaksanakan adalah :


1. Membatasi jenis obat yang diberikan. 2. Memberikan obat sesuai dengan kebiasaan sehari-hari penderita yang bersangkutan. 3. Memberikan penyuluhan secara lisan dan tertulis. 4. Membangkitkan peran dan tanggung jawab penderita. 5. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait antara dokter, apoteker ,perawat dan bidan dengan memanfaatkan bantuan 6. Melakukan pemantauan antara lain dengan cara wawancara anggota keluarga dan teman dekat penderita.

APA YANG HARUS ANDA PERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT?


Baca aturan pakai pada label/etiket setiap anda akan menggunakan obat. Untuk menghindari kesalahan, jangan menggunakan obat di tempat gelap. Jangan menggunakan obat yang telah kadaluarsa. Minumlah obat anda dengan menggunakan air putih. Jangan minum alkohol selama anda minum obat. Jangan berikan obat anda untuk orang lain, karena orang lain tersebut tidak sama dengan anda, baik penyakit maupun kondisinya. Letakkan obat pada tempat yang kering sejuk dan tidak terkena cahaya matahari. Jangan mencampur beberapa obat dalam satu wadah. Simpanlah obat anda dalam wadah aslinya. Jika ada yang anda ragukan, tanyakan pada apoteker anda

APA YANG HARUS DIBERITAHUKAN KEPADA APOTEKER APABILA MELAKUKAN PENGOBATAN SENDIRI ?
Nama dan jumlah setiap obat yang sedang dipakai. Bila anda pernah mengalami reaksi alergi. Bila anda sedang melakukan diet khusus, misalnya diet

rendah gula, diet rendah garam. Bila Anda sedang hamil atau menyusui.

Apakah anda memerlukan obat ? Konsultasikan dengan Apoteker tentang obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter Bagaimana cara memakainya ? Berapa jumlahnya ? Berapa kali sehari ? Waktu pemakaian, sebelum atau sesudah makan, pagi hari atau menjelang tidur ? Apakah masalah kesehatan yang sedang Anda hadapi memerlukan pemeriksaan dokter ? Hal-hal yang perlu diperhatikan : Pada keadaan bagaimana obat tidak boleh digunakan (kontradiksi) ? Makanan, minuman atau obat lain apa yang harus dihindari? Cara Penyimpanan Obat. Dapatkah sisa obat disimpan untuk digunakan lagi ?

APA YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM MELAKUKAN PENGOBATAN SENDIRI ?

TERIMA KASIH

You might also like