Professional Documents
Culture Documents
Efek Sistemik
1. 2. 3. 4. 5.
Oral Misalnya : - Obat yang bersifat merangsang (aminofilin) - Obat yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin,oksitosin). Sublingual Misalnya: - Obat untuk serangan angina (suatu penyakit jantung) - Obat migrane (ergotamin). Injeksi Kelemahan dengan cara ini adalah - Lebih mahal dan nyeri. - Sukar digunakan oleh pasien sendiri. - Bahaya infeksi dengan kuman (harus steril) - Bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
Implantasi subkutan Terutama digunakan untuk efek sistemis lama (satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya sacara teratur selama 3-5 bulan lamanya. Misalnya: - Hormon-hormon kelamin (estradiol dan testosteron) Rektal - Biasanya untuk obat yang merangsang atau yang dirusak asam lambung - Pasien yang mual atau muntah-muntah (mabok jalan, migrain) - Terlampau sakit untuk menelan tablet. - Bisa juga untuk efek lokal, misalnya laksans
Efek lokal
1. I n t r a n a s a l 2. I n h a l a s i 3. Mukosa mata dan telinga 4. I n t r a v a g i n a l
Intranasal
-
Inhalasi
Digunakan untuk penderita selesma yaitu untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang juga untuk efek sistemis Misalnya: Kortikosteroida .
Pemberian dengan cara ini umumnya adalah: - Anestetika umum (eter, halotan) - Obat-obat asma (adrenalin, isoprenalin, deksametason )
obat mata dan salep dipakai untuk mengobati penyakit mata atau telinga. Obat tetes mata ada bahayanya, karena obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek toksis, misalnya atropin.
Intravaginal
Untuk mengobati secara lokal gangguangangguan vagina tersedia salep atau tablet yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ Misalnya: - Metronidazol dan Pimarisin pada vaginitis (radang) akibat parasit-parasit trichomonas dan candida.
Kulit (topikal)
- Pada penyakit-penyakit kulit obat digunakan sebagai salep, krim atau lotio (kocokan). - Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya, sebagaimana halnya dengan kortikosteroid (kortison, betametason) - Obat gosok banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri atau kaku otot setempat akibat rematik
Terapi kausal, pada mana penyebab penyakit ditiadakan, khususnya pemusnahan kuman atau parasit. Contoh: antibiotika, obat malaria Terapi simptomatis: hanya gejala penyakit diobati dan diringankan, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contoh: analgetika pada rematik atau sakit kepala Terapi subtitusi: obat menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Contoh: insulin pada diabetes
Efek Samping Indiosinkrasi Alergi Fotosensitasi Efek Toksis Efek Teratogen Toleransi, Habituasi dan Adiksi Resistensi Bakteri
1. D o s i s 2. U s i a / Berat Badan / Lebar badan 3. Waktu Menelan Obat 4. Kombinasi Obat 5. Interaksi Obat
Dosis
Dosis obat yang harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan. Besarnya dosis tergantung dari banyak faktor, antara lain - Usia, - Berat Badan - Jenis Kelamin - Luas permukaan badan - Beratnya penyakit
lahir (neonati), menunjukkan kepekaan yang lebih besar untuk obat, karena fungsi hati dan ginjal serta sistemsistem enzimnya belum lengkap perkembangannya.. Orang-orang tua. 65 74 tahun dosis 10% 75 84 tahun: dosis 20% di atas 85 tahun : dosis 30%
n = usia dalam tahun; D = dosis dewasa. Untuk menghitung dosis anak antara 1-12 tahun. Usia bayi dan usia 12 tahun ke atas diperoleh dosis yang terlampau rendah, maka kini hampir tidak dipakai lagi. Rumus Augsberger yang diturunkan dari permukaan badan, yaitu: Untuk 2-12 bulan: (m + 13)% dari D m = usia dalam bulan Untuk 1-11 tahun : (4n + 20)% dari D Untuk 12-16 tahun : (5n + 10)% dari D Rumus Clark. berdasarkan bobot badan, menghasilkan dosis yang lebih seksama.yaitu: w D w = bobot dalam kg.
68
Sebagian obat diberikan pada saat lambung kosong, yakni 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan, adalah: Antibiotika Tonika INH Propranolol Sejumlah obat lain yang bersifat merangsang terhadap mukosa lambung harus digunakan pada waktu atau setelah makan, antara lain: Semua kortikosteroida dan obat-obat rematik-encok, termasuk asetosal Antidiabetika oral dan antiepileptika Garam-garam besi (ferro) Obat-obat cacing dan antacida ( jam p.c.). vasodilator-vasodilator Kemoterapetika
ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologi bertentangan ( barbital dan strychnin) b. sinergisme. Adalah kerjasama antara dua obat dan dikenal dua jenis: a d i s i dan s u m a s i. Efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat, misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol. p o t e n s i a s i (mempertinggi potensi). Kegiatan obat diperkuat oleh obat kedua. Kedua obat dari kombinasi dapat memiliki kegiatan yang sama (estrogen dan progesteron)
Interaksi obat
Efek masing-masing obat dapat saling diganggu dan/atau efek samping yang tidak diinginkan mungkin ditimbulkan (asetosal dengan dikumarol), yang efeknya diperkuat hingga sering terjadi perdarahan-perdarahan berbahaya.
1. Sikap Penderita 2. Hubungan Dokter dengan Penderita 3. Pengetahuan Penderita 4. Cara Pengobatan 5. Faktor-faktor Lain (Usia, jenis kelamin, status ekonomi, tingkat pendidikan)
Pada penderita usia lanjut, jenis penyakit yang diderita bersamaan makin banyak, makin kompleks dan bersifat menahun dan semua ini mengundang terjadinya ketidakpatuhan dengan segala dampak negatifnya. Kemungkinan terjadi medication errors adalah: - 15% satu jenis obat yang digunakan - 25% bila digunakan 2-3 jenis obat - 35% bila digunakan 4 atau lebih jenis obat. Jenis obat / pengobatan menghasilkan tingkat kepatuhan yang berbeda. Pada penderita dengan penyakit jantung dan diabetes, tingkat kepatuhan berkisar antara 80-90% Pada penggunaan obat golongan analgesik, antasid, sedatif, hipotik dan antibiotik, tingkat kepatuhan hanya berkisar 50%.
Tidak langsung :
Langsung :
Memantau kadar obat dalam darah Memantau kadar metabolik obat atau senyawa pelacak dalam urin
APA YANG HARUS DIBERITAHUKAN KEPADA APOTEKER APABILA MELAKUKAN PENGOBATAN SENDIRI ?
Nama dan jumlah setiap obat yang sedang dipakai. Bila anda pernah mengalami reaksi alergi. Bila anda sedang melakukan diet khusus, misalnya diet
rendah gula, diet rendah garam. Bila Anda sedang hamil atau menyusui.
Apakah anda memerlukan obat ? Konsultasikan dengan Apoteker tentang obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter Bagaimana cara memakainya ? Berapa jumlahnya ? Berapa kali sehari ? Waktu pemakaian, sebelum atau sesudah makan, pagi hari atau menjelang tidur ? Apakah masalah kesehatan yang sedang Anda hadapi memerlukan pemeriksaan dokter ? Hal-hal yang perlu diperhatikan : Pada keadaan bagaimana obat tidak boleh digunakan (kontradiksi) ? Makanan, minuman atau obat lain apa yang harus dihindari? Cara Penyimpanan Obat. Dapatkah sisa obat disimpan untuk digunakan lagi ?
TERIMA KASIH