You are on page 1of 11

Makalah Modifikasi Kimiawi oleh Pengaruh Hormon, Senyawa Kimia dalam Upaya untuk Menghambat dan Memacu Respirasi.

Oleh Fiqih Ayu (201110220311014) Ika Ningrum (201110220311015) Noor Sukmo Ayu L. (201110220311016)

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

1.

Pengaruh hormon untuk menghambat respirasi

Proses respirasi merupakan kebalikan dari pembentukan pembentukan yang terjadi pada proses fotosintesa, jelasnya zat-zat organik dibongkar menjadi karbondioksida dan pada proses respirasi penyimpanan tenaga pada suatu ikatan senyawa seperti yang terjadi pada proses fotosintesa tidak terjadi, yang dalam hal inipun terjadi kebalikannya pengeluaran enersi daripadanya. Para proses respirasi berlangsung 2 macam proses yang penting : Pembongkaran zat zat organik atau pembongkaran ikatan atom-atom karbon dan pemutusan ikatan atom atom hidrogen yang telah menjadi senyawa karbohidrat. Selanjutnya atom-atom hidrogen yang telah terputuskan ikatannya tadi akan berpindah ke oksigen membentuk air. Hormon merupakan zat spesifik berupa zat organik yang dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangannya. Hormon juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon-hormon tumbuhan yang telah dikenal pada saat ini meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, kalin, etilen, dan asam traumalin. a. Auksin Auksin atau asam indol asetat ditemukan pada tahun 1926 oleh Frits Went. Dia menemukan auksin di ujung koleoptil kecambah Avena (sejenis gandum). Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA, 2,4-D). Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: Rootone-F, Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa. Golongan Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole3-asam asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara menyeluruh, dan yang paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi IAA adalah yang paling labil di larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara komersial sebagai regulator pertumbuhan tanaman. Golongan auksin alami : 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis (PAA) dan indole-3-asam butirik (IBA). Golongan auksin buatan : 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain. Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan

membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan 2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida. tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun tanaman monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah agen aktif dalam Agen Oranye yaitu defolian atau defoliant (peranggas atau zat yang merangsang pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali dan akhirnya merontokkan daun-daunnya hingga meranggas) yang digunakan secara ekstensif oleh pasukan Amerika di perang Vietnam. Penggunaan auksin dalam memperhambat proses respirasi sebagai contoh pada buncis yang disemprot empat hari sebelum panen, maka menghasilkan polong yang tetap berwarna hijau.

Beberapa peran auksin dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menghambat pembentukan tunas samping. Pertumbuhan tunas ujung menghambat pertumbuhan tunas samping. Keadaan ini disebut dominansi pucuk atau dominansi apikal. 2. Memacu pertumbuhan akar liar pada batang, misalnya pada tanaman apel ditemukan akar pada bawah cabang pada daerah antar nodus. 3. Memacu pertumbuhan akar pada tanaman yang dikembangbiakkan dengan stek. 4. Memacu berbagai sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen. b. Giberelin Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagangantara lain: ProGib. Giberalin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah. Pada tumbuhan terdapat pada biji (terutama kacang-kacangan), daun, dan akar. Giberelin berfungsi untuk : 1. Memacu pemanjangan batang. 2. Mematahkan dormansi biji atau mempercepat perkecambahan.

3. 4. 5. 6.

Mempercepat munculnya bunga. Merangsang proses pembentukan biji. Menyebabkan perkembangan buah tanpa biji (parteno karpik). Menunda penuaan daun dan buah.

Gambar 2. Eksperimen pada tanaman Phaseolus Vulgaris yang dipacu dengan giberelin. Beberapa hal mengenai GA yang perlu diperhatikan yakni : Senyawa GA dapat bertambah pada saat sebelum panen Senyawa GA terkadang fungsinya masih terlihat setelah disemprot beberapa saat sebelumnya seperti contoh buah jeruk yang pada saat sebelum panen berwarna tetap hijau serta kekuatan kulit buah antara sel satu dan sel yang lain tetap kuat sehingga tidak mudah terluka. c. Sitokinin Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal untuk tanaman dewasa. sitokinin memiliki struktur menyerupai adenin yang mempromosikan pembelahan sel dan memiliki fungsi yang sama lain untuk kinetin. Kinetin adalah sitokinin pertama kali ditemukan dan dinamakan demikian karena kemampuan senyawa untuk mempromosikan sitokinesis (pembelahan sel). Meskipun itu adalah senyawa alami, Hal ini tidak dibuat di tanaman, dan karena itu biasanya dianggap sebagai "sintetik" sitokinin (berarti bahwa hormon disintesis di tempat lain selain di

pabrik). Sitokinin telah ditemukan di hampir semua tumbuhan yang lebih tinggi serta lumut, jamur, bakteri, dan juga di banyak tRNA dari prokariota dan eukariota. Saat ini ada lebih dari 200 sitokinin alami dan sintetis serta kombinasinya. Konsentrasi sitokinin yang tertinggi di daerah meristematik dan daerah potensi pertumbuhan berkelanjutan seperti akar, daun muda, pengembangan buah-buahan, dan biji-bijian. Sitokinin berfungsi untuk: Menghambat proses degradasi khlorofil Mempertahankan kandungan protein tinggi, tidak terbongkar menjadi senyawa asam amino yang lebih sederhanah, sehingga proses degradasi khlorofil tidak terjadi. Contoh : Sayuran berdaun hijau, misal : Selada bila disemprot 10 ppm BA (Benzyl Adenin) yang merupakan bahan kimia aktif dari sitokinin sebelum panen akan tetap hijau selama penyimpanan. Menghambat proses perombakan gula. Contoh : Buah ceri manis yang berwarna merah terjadi proses perombakan gula (KH yang tidak larut menjadi larut) terhambat. Terjadi proses degtradasi pada tangkai, sehingga tangkai tetap hijau, sehingga kemanisan berubah. BA dapat menghambat proses penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 menjadi kurang permeabel, sehingga O2 dapat masuk & dan proses respirasi dihambat. Contoh : BA pada konsentrasi 5, 10, 20 ppm dapat memperpanjang umur simpan kubis, kubis bunga, peterseli, selada, lobak, bawang merah, brokoli, seledri, bawang daun, dll. 2. Pengaruh senyawa kimia untuk menghambat pertumbuhan MH (Mateic Hydrazide) Pengaruh MH terhadapa proses pematangan bervariasi menurut tipe buah buahan yang diberi perlakuan dan mungkin bergantung pada waktu pemberian dan jumlah yang terserap. Buah mangga yang dicelupakan dalam 1000 dan 2000 ppm MH memperlihatkan penundaan pematangan, namun dalam air panas kurang efektifdari pada dalam air dingin. Hal ini juga diterapkan pada sawo manila dimana didapati percepatan proses pematangan dan peningkatan laju respirasi. Namun pada buah apel dengan MH yang disemprot pada daun 1 6 minggu sebelum dipanen hanya dapat menambah ketegaran dagung buah. CCC (Cycocel) Merupakan zat yang efektif dalam menghambat penuaan beberapa sayuran. Umur simpan seladah daun berlipat dua dan kemunduran mutu bongkol brokoli serta tunas tunas asperses dihambat dengan membenamkan pangkal batang yang dipotong atau mencelupkan sayur sayuran tersebut dalam larutan CCC. CIPC, IPC dan MENA Penggunaan CIPC yang diuapkan dapat mengendalikan penunasan kentang dengan baik sekali dalam penyimpanan hingga satu tahun pada suhu 50F dengan dosis 1 g

untuk 32 galon dan MENA dengan kemampuan yang lebih rendah diperlukan 1 gr untuk 8 galon. (Pantastico, 1989) 3. Pengaruh senyawa kimia untuk menyerap etilen Etilen adalah hormon tumbuhan yang secara umum berlainan dengan auxin, gibberalin dan cytokinin. Dalam keadaan normal, etylene akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di dalam alam, etylene akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan pada proses pematangan buah dalam fase klimaterik. Di dalam proses fisiologis, etylene mempunyai peranan penting. Wereing dan Philips (1970) mengelompokkan pengaruh etylene dalam fisiologi tanaman sebagai berikut : Mendukung respirasi klimaterik dan pematangan buah. Mendukung epinasti. Menghambat perpanjangan batang dan akar pada beberapa spesies tanaman walaupun etylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi. Menstimulasi perkecambahan. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal. Mendukung terbentuknya bulu bulu akar. Mendukung terjadinya absicission pada daun. Mendukung proses pembungaan pada nenas. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek. Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya etylene. Tetapi kehadiran ethylene menyebabkan rendahnya konsentrai auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini mementukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktivitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi syntesis etylene dan precursor. Menurut Frenkel et al (1968) dalam Dilley (1969), synthesa protein diperlukan pada tingkat pematangan yang normal. Protein disynthesa secepatnya dalaqm proses pematangan. Eksperimen yang dilakukan pada buah pear, memperlihatkan bahwa pematangan buah dan synthesa protein terlambat sebagai akibat perlakuan cycloheximide pada permulaan fase climateric. Setelah cycloheximide hilang, ternyata synthesis ethylene tidak mengalami hambatan. Berdasarkan hasil penelitian oleh para ahli yang menunjukkan bahwa pembentukan ethylene lebih tampak pada jaringan meristematic tempat auxin dihasilkan. Penghambatan pertumbuhan tunas lateral oleh IAA dan etylene dapat diatasi oleh kinetin. Keterangan tersebut merupakan gambaran adanya hubungan interaksi anatar etylene dengan auxin dan kinetin sebagai mekanisme peranan zat pengatur tumbuh di dalam tanaman. (Abidin, 1989)

Banyak campuran zat zat kimia telah dicoba untuk tujuan yang sama. Karbon aktif yang diberi brom, tapisan molekular 5A dan selit dengan KmnO4 telah dicoba pada berbagai buah dengan hasil bermacam-macam. Akhirnya Scott dkk. (1968) mengembangkan bahan yang lebih praktis, yaitu KmnO4 pada vermukulit. Berdasarkan percobaan pada pisang dengan membungkusnya pada kantung plastik dengan pemberian KmnO4 mempunyai ketegaran yang lebih besar dari pada pisang yang dibungkus dengan Ca(OH)2 (untuk menyerap CO2). Pengaruh terlihat lebuh nyata setelah 38 hari. Diperkirakan bahwa dengan pengemasan KmnO4 bersama-sama dengan buah, umur simpan bertahan dengan dua minggu. Penggunaan purafil (KmnO4 alkalis dengan silikat) sebagai pendukung (carier) yang dihasilkan oleh Maron Chemical Company, ternyata mampu menyerap keseluruhan C2H4 yang dikeluarkan oleh buah pisang yang disimpan dalam kantong politelina tertutup rapat. Subramayan dkk (1969) menemukan bahwa metil fomiat, disamping menunda terjadinya kerusakan juga menimbulkan hambatan pematangan secara maksimal selama 20 hari penyimpanan pada suhu ruang disekitarnya. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa zat kimia tersebut memiliki fungsi sebagai berikut : KMnO4 Menyerap etilen, sehingga etilen tidak dapat berfungsi dalam meningkatkan membran. Diterapkan pada buah berpori, bahan dimasukkan kantong plastik lalu diberi KMnO4 jenuh. Pemberian Ca(OH)2 untuk menyerap CO2 lebih efektif KMnO4. CARBON aktif yang diberi Brom Menyerap etilen. Apabila digunakan dengan sistem MAS maka lebih baik untuk penanganan pasca panen, karena tidak menurunkan jumlah O2 atau menghindari respirasi anaerob. METIL FORMIAT (METIL BROMIDA) Zat untuk pengasapan dan pengendalian pertumbuhan jamur serta menghambat pematangan buah mangga, maka buah dapat bertahan sampai 20 hari selama masa penyimpanan pada suhu ruang. 4. Pengaruh senyawa kimia untuk mempercepat respirasi Menurut Panstastico (1989), beberapa zat pengatur pertumbuhan seperti MH dapat mempercepat atau memperlambat respirasi. Pengaruhnya berbeda-beda pada jaringan yang berlainan dan bergantung pada waktu pemberian dan kuantitas yang diserap oleh tanaman. Buah buah sawo manila menujukkan laju respirasi yang lebih tinggi dengan menyemprotkan pra pemanenan 1000 rpm MH sedangkan laju repirasi tomat yang dipanen pada tingkat praklimaterik mengalami hambatan oleh MH. Metil seter NAA memacu respirasi pada beberapa buah pra klimaterik. Adanya Ki meningkatkan laju respirasi irisan irisan buah pisang dengan 30%. Isopropil n-fenilkarbamat (IPC) dengan kadar 100ppm menghambat laju respirasi buah-buah sawo manila.

Etilena dan senyawa pengahasil etilena Melalui penyemprotan Ethepon pada daun, dapat dicapai pematangan yang merata dan kemasakan total pada waktu yang bersamaan pada buah buah lainnya. Temperatur yang rendah atau lebih rendah mempengaruhi rangsangan terhadap respirasi oleh etilena menjadi berkurang. Absisin (abscisin) Pemberian absisin pada buah-buahan dan daun daun yang sudah dipetik dari pohon dapat mempercepat proses penuaan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Cooper dan Henry (1971) bahwa jeruk manis dengan perlakuan pemberian asam absidin mengakibatkan dipercepatnya perombakan klorofil dan peningkatan sintesis karotenoid karotenoid. Pematangan tangan irisan irisan buah pisang juga dipercepat oleh asam absidin. Asam Askorbat dan b-hidroksil hidrazin (BOH) Asam askorbat, Cu-EDTA (kupri etilena diamin tetraasetat) dan BOH diketahui sebagai pembangkit pembentukan C2H4 bila disemprotkan sebelum pemanenan. Tetapi, sewaktu dicoba sebagai pencelupan pasca panen, tidak ada dari zat-zat kimia itu yang menghilangkan warna hijau dengan laju yang serupa dengan pengaruh pemberian C2H4 pada jeruk sitrun dan jeruk manis Sastuma, meskipun penghilangan warna hijaunya sedikit lebih baik dari pada buah buahan yang tiadak diberi perlakuan. Asitilena dan Kalsium Karbida Perlakuan dengan kalsium karbida (CaC2) untuk menghasilkan gas asitelena juga digunakan untuk mempercepat pematangan buah. Kalsium karbida telah digunakan untuk buah pisang dan jeruk. Ternyata buah tomat tidak peka terhadap perlakuan dengan CaC2. Pada tomat perlu penambahan konsentrasi jika dibandingkan dengan penggunaan CaC2 pada pisang. Asap dari pembakaran setiap bahan seperti ranting, daun atau jerami dapat juga mempercepat pematangan. Analisis menunjukan bahwa asap asap ini kandungan aktifnya berupa C2H4 dan asitelena. Teknik pengasapan ini dapat dilakukan berulang selama 3 4 hari dengan memanfaatkan lubang tanah yang telah diletakkan beberapa daun kering lalu buah diletakkan di atasnya dan tutupi dengan tanah. Setelah itu kenai asap panas dari sisi lain lubang tanah. Teknik ini telah dilakukan pada komoditas mangga dan dihasilkan mangga yang cepat masak dengan permukaan (warna) yang menarik. Diperlukan 1000 ppm asitilena untuk memperoleh laju penghilangan warna hijau yang sama dengan C2H4 pada buah pisang. Pemeraman dengan karbit (CaC2) dilakukan dengan penambahan air sehingga terjadi reaksi kimia seperti berikut : CaC2 + H2O --------------------- (Ca (OH)2 + C2H2 (asitelena) C2H2 + H2 ----------------------- C2H2 (atilena)

Alkohol Penyuntikan etanol menyebabkan pematangan buah tidak merata pada buah tomat. Derajat pematangan buah berbanding terbalik dengan jumlah etanol yang disuntikkan. Diantara beberapa alkohol seperti etanol, heksanol, oktanol, dodekanol, heptanol dan heksadekanol yang digunakan untuk pencelupabn buah tomat hijau sebelum pematangan, rupanya pencelupan dalam heksanol mempercepat pematang buah tomat. Asam Asam Lemak Penggunaan asam asam lemak ini sudah dikenal sejak 3 abad sebelum masehi sebagai praktek umum mempercepat pematangan buah fig. Perlakuan terhadap buah ini dengan mengoleskan berbagai jenis minyak dan buah buah yang tidak diberi perlakuan tetap hijau dan keras. Perlakuan dengan minyak membangkitkan respirasi dan produksi C2H4. Perlakuan itu juga berpengaruh pula terhadap kegiatan zat zat tumbuh. Hasil hasil ini memberui petunjuk bahwa pemberian minyak mempercepat jalanya pematangan buah buah fig yang normal. 5. Pengaruh senyawa kimia untuk menghambat dan memacu respirasi (senyawa yang berfungsi ganda) 2,4 D (2,4-dikloro phenoxy asetic acid) 2,4,5-T (2,4,5-tri khloro phenoxy asetic acid) dan 2,4,5-TP Shah dan Gosh (1972) peningkatan klimaterik dipercepat dengan pemberiaan 100 1000 ppm 2,4-D namun warna yang dihasilkan adalah kuning kehijau-hijauan dan bukan nuansa hijau kekuning-kuningan. Sedangkan konsentrasi 100ppm 2,4,5-T dapat menunda kematangan mangga tanpa berpengaruh terhadap warnanya. Variasi pengaruh 2,4-D, 2,4,5-T dan 2,4,5-TP terhadap berbagai proses pematangan menyebabkan adanya perbedaan mengenai hasil percobaan penerapan zat-zat itu. Pada jeruk umur simpan diperpanjang dengan pemberian 2,4-D dan 2,4,5-T. Mutu simpan buah yang diperlakukan dengan 2,4,5-T juga bertambah baik. Kehilangan berat buah karena proses fisiologis menjadi lebih sedikit, presentase buah yang dapat dipasarkan lebih besar dan hilangnya vitamin C pada jeruk keprok yang disimpan menjadi lebih sedikit. Pengaruh kedua auksin ini terhadap pematangan, bergantung pada konsentrasi yang digunakan, jenis dan kultivar buah dan sayuran, faktor-faktor prapanen, maupun pada berbagai kondisi pada waktu pelaksanaan percobaan. IAA dan NAA NAA (asam naftalena asetat) lebih banyak digunakan dalam percobaan-percobaan terapan dari pada IAA oleh karena itu mudah dan didapatkan. Asam indolasetat hanya digunakan pada skala laboratorium dan dalam penelitian yang berhubungan dengan

fenomena metabolik. IAA menghambat kegiatan poligalakturonase pada tingkat permulaan pematangan buah tomat tetapi tidah setalah saat itu.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia Kartasapoetra, 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta : PT Rineka Cipta Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penangan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta : UGM Press. Anonim, 2013. Fitohormon (Hormon Tumbuhan). (online)( (http://biologisimple.blogspot.com/2013/01/fitohormon-hormon-tumbuhan.html). Diakses pada 3 April 2013.

You might also like