Professional Documents
Culture Documents
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak
usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan
memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Yang artinya :
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun,
dan pukullah jika enggan melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun,
serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Daud, dan
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Sunan Abi Dawud. No.
466).
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk
memukul, jika anak malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi
hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah
(pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan
bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di
antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan
kemaksiatan meninggalkan shalat.
Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah
dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan oleh kita para orang tua. Dalih yang
disampaikan, karena rasa sayang kepada anak dan takut melanggar HAM.
Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan
pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak
melakukan perbuatan maksiat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya
saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan
bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung
jawab yang lebih besar lagi. Kita orang tua hendaknya senantiasa
mengawasi anak-anak kita, menjauhkannya dari teman dan pergaulan
yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada
di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah.
Sebagai orang tua kita seyogyanya mengetahui tempat dan dengan siapa
anak-anak kita bergaul. Ingatlah jamaah.... orang tua adalah pemimpin, ia
akan diminta tanggung-jawabnya.
ُ ْسؤُولٌ َو ُكّلكُمْ رَاعٍ كّلكُم
ْ َع ّيتِهِ عَنْ م
ِ َر
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta
pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).
Yang artinya :
“Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim)
Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia
durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang
tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua
tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan.
Keadaan seperti ini bisa terjadi, jika kita para orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang
tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengingatkan kita,
َأوْلَ ِدكُمْ َبيْنَ وَاعْ ِدلُوا الَ فَاتّقُوا
“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil
kepada anak-anakmu.” (HR. Imam al-Bukhari).
Yang artinya :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. al-Bukhari)
Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang
tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk
keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok
kepribadian seorang anak.
“Ya Rabb kami, jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku,
berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali ‘Imran: 38).
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan
pendidikan kepada anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang
shahih dan lurus.
Sebagai akhir dari khutbah pertama ini marilah kita mendoakan anak-
anak kita, adik-adik kita dan saudara-saudara kita khususnya mereka
yang akan mengikuti Ujian Nasional yang insya Allah Minggu depan
SMA dilanjutkan dengan SMP dan SD mudah-mudahan mereka diberikan
petunjuk, kemudahan, dan kesehatan oleh Allah sehingga dalam
mengikuti ujian yang dimaksud tidak menemukan rintangan dan
kesukaran serta mendapatkan jawaban yang benar.
Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas
kebenaran dan kabaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak,
akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu
wata’ala.