You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masa dewasa merupakan rentangan kehidupan manusia yang paling panjang dibanding dengan masa anak-anak atau remaja. Boleh dikatakan rentangan kehidupan manusia adalah masa dewasa dan sisanya sebagai anak-anak dan remaja. Dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi adalah sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh panca indra. Akan tetapi pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal yang berbeda. Dewasa secara mental dapat dilihat dari sikap yang matang dan rasional serta tidak emosional dalam membuat penilaian, dalam bersikap, dalam mengatasi suatu masalah diri sendiri maupun persoalan orang lain. Kalau pertumbuhan fisik akan berhenti pada usia sekitar 20-an tahun, maka kedewasaan adalah proses yang berkembang dalam waktu lama. Oleh karena itu, dewasa secara fisik dan umur belum menjamin seseorang menjadi dewasa secara mental, pola pikir dan pola sikap. Pada wanita dewasa, umumnya mereka mengharapkan kehamilan. Seorang wanita akan merasa bangga apabila mempunyai anak, melahirkan secara normal dan melewati masa nifas berjalan dengan bahagia dan selamat. Agar sehat dan bahagia dibutuhkan pengetahuan dan perawatan yang baik, sehingga dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud wanita dewasa? 2. Bagaimana masa kehamilan yang biasa dilalui wanita dewasa? 3. Bagaimana masa persalinan yang biasa dilalui wanita dewasa?

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian wanita dewasa 2. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa kehamilan. 3. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa persalinan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Wanita Dewasa 2.1.1 Pengertian Dewasa sendiri berasal dari kata Latin bentuk past participle dari kata kerja Adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Makna dari istilah adult/dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. (http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07) Jadi, wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. 2.1.2 Fase-fase Masa Dewasa 1) Masa Dewasa Dini (18-40 tahun) Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak sepesat masa sebelumnya (puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa dini (sekitar 18 tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang mulai sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami penurunan kualitas di usia pertengahan tiga puluhan. 2) Masa Dewasa Madya (40 - 60 tahun) Pada masa ini mulai terjadi penurunan kemampuan fisik dan psikologis yang akan tampak semakin menonjol pada setiap individu. Pada sebagian individu, khususnya pada masa awal dewasa madya (40-50 tahun) kondisi ini menimbulkan sikap penolakan (denial) yang ditunjukkan dengan sikap over acting, untuk menunjukkan kepada orang lain, bahwa dirinya masih potensialdan tetap muda seperti dua puluh tahun lalu, dengan berusaha mencari pasangan baru yang berusia jauh

di bawah individu (usia dua puluhan), atau menutupi kerut-kerut wajah dengan menebalkan kosmetik yang digunakan. 3) Masa Dewasa Lanjut (60 dan seterusnya) Masa ini sering diistilahkan senescence atau usia lanjut. Pada masa ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat mengalami penurunan, dan cenderung untuk terus-menerus menurun. (http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07) 2.1.3 Ciri-ciri kematangan 1) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego. Minat orang yang sudah matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. 2) Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien. Seseorang yang telah matang akan melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikan secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak, serta bekerja secara terencana menuju arah tertentu. 3) Mengendalikan perasaan pribadi. Individu yang telah matang secara psikologis, akan mampu menyetir dan menguasai perasaan-perasaannya sendiri ketika mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak lagi hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi telah mampu mempertimbangkan perasaan perasaan orang lain. 4) Objektif. Orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. 5) Menerima kritik dan saran. Orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain dem peningkatan dirinya. 6) Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi. Orang yang matang mau member kesempatan pada orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa

beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia perlu batuan orang lain tetapi tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. 7) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatan diri dengan kenyataankenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru. (http://psychologymania.wordpress.com/, 19 maret, 18.20) 2.2 Masa Kehamilan Kehamilan merupakan periode krisis yang akan berakhir dengan dilahirkannnya bayinya. Selama kehamilannya, pada umumnya ibu mengalami perubahan baik fisik maupun psikis yang tampaknya hal tersebut berhubungan dengan perubahan biologis atau hormonal yang dialaminya. Emosi ibu hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukan terhadap kehamilan dapat saja berlebihan dan mudah berubah-ubah. Kehamilan merupakan Episod Dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis yang tentunya memerlukan adaptasi dari seorang wanita yang sedang mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat. Seiring persipannya untuk menghadapi peran baru,wanita tersebut mengubah konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya denga suami. Suami bersiap diri untuk menjadi seorang ayah. Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psiklologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah kehamilannya,

khawatir jika ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau khawatir akan adanya kemungkinan bayinya tidak normal. (Herawati, 2012) 2.2.1 Teori Reva Rubin Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan. Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain: 1) Kesejahteraan ibu dan bayi 2) Penerimaan dari masyarakat 3) Penentuan identitas diri 4) Mengetahui tentang arti memberi dan menerima. Perubahan umum pada perempuan hamil: 1) Ketergantungan dan butuh perhatian. 2) Membutuhkan sosialisasi. Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya: 1) Anticipatory stage Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain. 2) Honeymoon stage Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain. 3) Plateu stage Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
6

4) Disengagement Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir. Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan. Arti dan efek kehamilan pada pasangan: 1) Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan. 2) Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil. 3) Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan: a. Hubungan ibu dengan pasangan b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang c. Hubungan ibu dengan individu yang unik 4) Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri 5) Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan: a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh. b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin c. Penyelesaian dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi. 6) Reaksi yang umum pada kehamilan, yaitu : a. TM I b. TM II : Ambivalen, takut, tantasi, khawatir. : Perasaan enak memenuhi kebutuhan untuk mempelajari

perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered. c. TM III : berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.

Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu: 1) Gambaran tentang idaman bayi sehat. 2) Gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan. 3) Gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas. (http://viniezharachma.wordpress.com, 19 maret, 18.31) 2.2.2 Teori Ramona Mercer Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaian peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan: 1) Efek stress Anterpartum Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, asuhan yang di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu. Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu: a. Hubungan Interpersonal b. Peran keluarga c. Stress anterpartum d. Dukungan social e. Rasa percaya diri f. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi

Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri. 2) Pencapaian peran ibu Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status

kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum. Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trimester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis. Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah: a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya. b. Ibu memerlukan sosialisasi c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya. d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya. Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Mercer: a. Anticipatory Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu. b. Formal Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan kondisi system social. c. Informal Di mana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya. d. Personal

Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu. Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan. Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut: a. Faktor ibu a) Umur ibu pada saat melahirkan b) Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali c) Stress social d) Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya e) Dukungan social f) Konsep diri g) Sifat pribadi h) Sikap terhadap membesarkan anak i) Status kesehatan ibu. b. Faktor bayi a) Temperament b) Kesehatan bayi c. Faktor-faktor lainnya a) Latar belakang etnik b) Status pekawinan c) Status ekonomi d. Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung: a) Emotional support Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti. b) Informational support. Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri

10

c) Physical support Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana d) Appraisal support Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkan oleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress antepartum. (http://deetha-nezz.blogspot.com/, 20 maret, 17.13) 2.3 Masa Persalinan Banyak dokter psikolog dan seniman yang berspekulasi mengenai arti dari peristiwa kelahiran. Ada beberapa pendapat spekulatif mengenai peristiwa kelahiran anak manusia ini. Misalnya saja: Tangis seorang bayi pada saat kelahirannya itu merupakan suatu mekanis disebabkan oleh peristiwa terhirupnya udara untuk pertama kalinya dalam paru-paru. Bayi tersebut dicabut dari kehangatan perlindungan dalam rahim ibunya. Dan sejak kelahirannya, ia harus belajar dengan kemampuan sendiri untuk hidup, menghirup udara, menghisap air susu. Ia harus melatih semua fungsi jasmaniah dan rokhaniahnya agar bisa mempertahankan hidupnya. Dengan sendirinya, saat kelahiran itu menimbulkan akibat psikologis yang mengejutkan bagi si bayi. Terjadilah semacam trauma psikis, yang akan dibawa sepanjang hayat.
(http://anto1987.files.wordpress.com/, 20 maret, 17.30)

2.3.1 Adat Kebiasaan Melahirkan Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis semata, akan tetapi banyak pula diwarnai proses psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma fisiologis semata saja sifatnya dan kondisi organisnya juga normal maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja dimana-mana dan

11

tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi cukup bervariasi dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar, berlangsung normal ataupun yang abnormal dll. Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan bayi itu dengan memperbandingkan prosesnya diantara berbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam kebudayaan. Orang menyebutnya beberapa faktor penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi antara lain : 1) Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin, kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada saat melahirkan bayi. 2) Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara hidup seksualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya. 3) Kondisi otot panggul wanita. 4) Kondisi psikis wanita yang bersangkutan. Banyak peneliti menyatakan bahwa otot panggul wanita primitif lebih efisien dari pada otot panggul wanita modern yang serba manja, sebab wanitawanita dengan kebudayaan primitif hidupnya sangat aktif dan kerjanya lebih berat guna mengatasi tantangan alam. Kerja berat dan kehidupan aktif jelas memperkuat otot panggulnya sehingga memudahkan proses kelahiran. Lagipula wanita primitif memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit ketika melahirkan bayinya, sehingga sepintas lalu tampak bahwa proses kelahiran pada wanita primitif lebih mudah dan cepat. Biasanya proses melahirkan itu banyak dipengaruhi oleh proses identifikasi wanita yang bersangkutan dengan ibunya, jika ibunya mudah melahirkan, maka pada umumnya anak gadisnya kelak juga akan mudah melahirkan bayinya. Dengan demikian pengaruh psikologis ibu ikut memainkan peranan dalam fungsi reproduksi anak perempuannya. Patut dicatat, bahwa masih banyak terdapat adat kebiasaan dan kepercayaan takhayul di Indonesia, terutama di jawa, misal peristiwa mitoni atau menujuh bulani wanita hamil dan selamatan tradisional untuk menyambut bayi. Pada umumnya upacara tradisional bertujuan untuk :

12

1) Menjauhkan pengaruh buruk dari lingkungan. 2) Menghindarkan godaan setan atau tenaga gaib. 3) Mengundang roh yang baik untuk merestui ibu hamil berserta bayinya. Asistensi oleh seorang kawan, ibu, mertua atau nenek bukan disebabkan oleh karena mereka memiliki banyak pengalaman, akan tetapi lebih banyak didorong oleh relasi kekeluargaan dan sebab emosional tertentu. Adat kebiasaan ini lambat laun mengalami modifikasi atau perubahan, yaitu relasi tadi menjadi lebih rasional sifatnya, sebab mereka selanjutnya mengundang seorang wanita yang berpengalaman atau dukun dan dikemudian hari memanggil seorang bidan. Pada intinya relasi mereka itu mempunyai tujuan yang sama yaitu : 1) Memperlancar proses kelahiran bayi. 2) Menjamin keselamatan ibu dan bayinya. Pada zaman modern ini kepercayaan pada kekuatan gaib selama proses reproduksi sudah mulai berkurang, sebab secara anatomis dan fisiologis kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau sebab abnormalitas, namun semua kemajuan ini dibarengi dengan kecemasan dan ketakutan pada desa dan kesalahan sendiri sehingga menimbulkan rasa tegang, ketakutan, konflik batin dan materil psikis lainnya. (http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46) 2.3.2 Faktor Somatis dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu sejak turunnya bibit kedalam rahim ibu sampai kelahiran bayi itu senantiasa saja dipengaruhi (distimulir atau justru terhambat) oleh pengaruh-pengaruh psikis tertentu maka ada: 1) Interdependensi di antara faktor-faktor somatis (jasmaniah) dan faktorfaktor psikis. 2) Jadi pada fungsi reproduksi yang sifatnya biologis itu selalu dimulai pula oleh elemen-elemen psikis.

13

Untuk memperoleh sedikit pengertian tentang situasi psikologis kelahiran, kita harus menjenguk sejenak fase terakhir dari masa kehamilan. Bahkan pada wanita paling sehat sekalipun kondisi somatis menjelang kelahiran bayi ini dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu banyak menimbulkan gangguan psikis. (http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46) 2.3.3 Emosi pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stres, yang bisa menjadi masalah apabila berlebihan. Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak, apabila dirinya hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta, benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraan dan kecemasan yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahirannya bayinya. Hal ini disebabkan oleh : 1) Takut mati Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah suatu fenomena fisiologis yang normal namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun bayinya. Pada saat sekarang perasaan takut mati tidak perlu dilebih-lebihkan karena majunya ilmu pengetahuan. 2) Trauma kelahiran Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan terpisahnya bayi dari rahim ibunya yaitu merupakan ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya, seolah-olah ibu tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.

14

3) Perasaan bersalah/berdosa Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminisme sejati yaitu sejak masa kanak-kanak, gadis cilik, pubertas sampai usia adolescen, selalu saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi cinta kasih pada ibu yang kadangkala juga diiringi rasa kebencian. Dalam semua aktifitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi itu menjadi salah satu bentuk dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja ia bebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Oleh karena itu kita sering menjumpai adat kebiasaan dimana orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya/nenek sang bayi menunggu dikala ia melahirkan bayinya, maka menjadi sangat pentinglah kehadidran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya. 4) Ketakutan riil Pada setiap wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkrit lainnya, misal takut bayi lahir cacat, bayi bernasib buruk, beban hidup makin bertambah, takut dipisahkan, takut kehilangan bayinya. Ketakutan mati yang sangat mendalam dikala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer, ketakutan itu menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati padanya ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan keadaannya. Oleh karena itu sikap menghibur dan melindungi dari suami dan keluarganya sangat besar artinya karena bisa memberikan support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakutan, baik yang riil maupun yang tidak. (http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46) 2.3.4 Reaksi Wanita Hypermaskulin dalam Menghadapi Kelahiran Wanita yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim, sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara keinginan instinktif untuk memiliki seorang anak melawan rasa keengganan

15

untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat karier dan kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontrak kebencian akan mendapatkan keturunan. Kedua gejala tersebut akan memuncak, lalu meletus jadi fenomena neoritis yang obsesif. Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri dan sering dikacau oleh gangguan syaraf antara lain berupa migraien, juga banyak konflik batin dalam dirinya. Kehamilan dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau dirasakan sebagai pengalaman somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu dikejar oleh emosi yang antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan yaitu cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas lebih memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas secara naluri menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran bayinya wanita yang bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi ketakutannya dan kesakitan jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap kelahiran bayinya sebagai suatu prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena usaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru mengacaukan kelahiran normal dan semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiperpasif dan membiarkan dokter/bidan melahirkan bayinya melalui pembedahan. (http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46) 2.3.5 Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Kelahiran Wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif, selama kehamilannya wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya dan merasa tidak bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia cuma tahu bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah janin yang kelak akan lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidaktahu bagaimana ia seharusnya bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu mengetahui secara detail keadaan dirinya yang tengah hamil karena

16

menganggap sesuatu yang tidak berguna atau itu urusan suaminya/ibunya dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan anak kecil yang masih senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada upaya menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah. Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu : 1) Selalu bergantung dan menempel pada ibunya. 2) Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugasnya. 3) Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantil, kekanak-kanakan 4) Tetap saja ia bersikap sangat pasif. 5) Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan kondisi perutnya yang semakin membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang gadis cilik yang tengah bermain dengan bonekanya. 6) Jika kehamilannya semakin tua wanita ini menjadi tidak sabaran dan sedikit pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat. 7) Wanita ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya sebagai suatu peristiwa magis yang menakjubkan. Otomatis ia menyatakan kepada dunia luar adanya sesuatu benda yang diinjeksikan ke dalam rahimnya melalui coitus secara sadar atau tidak sadar. 8) Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati atau hidupnya benda yang dititipkan di rahimnya itu. 9) Semua sikap bermusuhan terhadap ibunya sendiri menjadi lenyap, sebab sejak kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua tanggung jawab sendiri kepada ibunya. 10) Ia mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya. (http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Pada masa kehamilan, biasanya psikologis wanita dewasa cenderung berubah drastic, terutama dia akan cenderung memulai perannya seolah-olah menjadi ibu. Sehingga pada masa kehamilanlah biasanya seorang wanita akan belajar menjadi seorang ibu, hal ini tentu membutuhkan orang lain untuk mendampingi dan membantunya hingga dia merasa mampu menjalankan perannya sebagai ibu. Masa persalinan merupakan masa yang terberat yang harus dilalui oleh wanita dewasa. Masa persalinan sering kali dikaitkan dengan adat kebiasaan persalinan, factor somatic dan psikis yang mempengaruhi kelahiran bayi, emosi dalam masa persalinan seperti perasaan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah dan ketakutan rill. Pada wanita hypermaskulin, dia lebih goyah dalam menghadapi persalinan, karena adanya pertandingan konflik yang lebih fundamental yaitu dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Pada wanita total pasif, dia cenderung bersikap lebih cuek terhadap kehamilannya dan mempercayakan kepada orang yang dipercayainya untuk menjaganya. Biasanya wanita total pasif selalu bergantung dan menempel pada ibunya, dan dia lebih sering mengeluh kapan janin yang ada didalam kandungannya akan keluar. 3.2 Saran Baik pada petugas kesehatan dan wanita dewasa, harus mengetahui kondisi psikologis wanita dewasa terutama saat kehamilan dan persalinan. Karena kondisi psikologis juga dapat mempengaruhi. Sehingga jika kita sudah mengetahui apa yang biasanya terjadi, kita dapat lebih mengontrol segala tindakan yang dapat merugikan pada masa-masa tersebut.

18

DAFTAR PUSTAKA Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika http://midwifecommunity.blogspot.com/ http://psychologymania.wordpress.com/ http://viniezharachma.wordpress.com/ http://deetha-nezz.blogspot.com/
http://anto1987.files.wordpress.com/

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/

19

You might also like