You are on page 1of 28

KLASIFIKASI TUMBUHAN

Tumbuhan paku Tumbuhan paku (Pteridophyta)

Polystichum setiferum Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Pteridophyta Kelas Psilotopsida Equisetopsida Marattiopsida Polypodiopsida Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai: Tumbuhan paku Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara. Morfologi Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna

dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.

Protalium (panah merah) dengan tumbuhan paku muda Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru. Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.

Paku laut. Tumbuhan paku adaptif untuk tempat-tempat marginal. Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog. Smith et al. (2006)[1] mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane, paku kawat, dan Isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil

revisi ini juga terlihat bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda (Equisetum') sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia. Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat dikelompokkan sebagai berikut. Divisio: Lycophyta dengan satu kelas: Lycopsida. Divisio: Pteridophyta dengan empat kelas monofiletik: Psilotopsida, mencakup Ophioglossales. Equisetopsida Marattiopsida Polypodiopsida (=Pteridopsida, Filicopsida) Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita). Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut. Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: a. Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermtozoid b. alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum

Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian : - Vaginula (kaki) - Seta (tangkai) - Apofisis (ujung seta yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid. CONTOH-CONTOH SPESIES LUMUT a. Kelas HEPATICAE (lumut hati) : Marchantia polymorpha >> bentuknya pipih seperti pita, dahulu digunakan untuk pengobatan hepatitis. b. Kelas MUSCI (lumut daun) : - Sphagnum fimbriatum - Sphagnum acutilfolium - Sphagnum squarrosum - Sphagnum ruppinense Semuanya dinamakan lumut gambut dan sering disterilkan dan digunakan orang sebagai pengganti kapas. Ganggang merupakan tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multi seluler). Yang Uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai Nekton, Bentos atau Perifiton. Habitat alga adalah air atau di tempat basah, sebagai Epifit atau sebagai Endofit. Ganggang berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4 DIVISIO 1. CLOROPHYTA (ganggang hijau) Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil Contoh : - Chlamydomonas sp. - Chlorella sp. - Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan

2.

3.

protozoa CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan) Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil. Contohnya yang paling umum adalah Navicula sp. (Ganggang kresik = Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik yaitu silikat. Tanah yang mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali sebagai bahan lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok, saringan dan lain-lain. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat) Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya hidup di laut. Contohnya: - Turbinaria australis - Sargassum siliquosum - Fucus vesiculosus (bahan pewarna alami) Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam Alginat yang berguna bagi industri tekstil dan makanan sebagai zat warna.

4.

RHODOPHYTA (ganggang merah) Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil. Contohnya: - Eucheuma spinosum, merupakan penghasil agar-agar. - Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk pembuatan kosmetika

Jamur tiram Jamur tiram

Jamur tiram Status konservasi Status konservasi: Aman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Basidiomycota Homobasidiomycetes Agaricales Tricholomataceae Pleurotus Nama binomial Pleurotus ostreatus Champ. Jura. Vosg. 1: 112, 1872 Jamur tiram di permukaan batang kayu Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom. Tubuh buah memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m. Miselia berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.

Spesies: P. ostreatus

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik. Selain campuran pada berbagai jenis masakan, jamur tiram merupakan bahan baku obat statin. Jamur tiram diketahui membunuh dan mencerna nematoda yang kemungkinan besar dilakukan untuk memperoleh nitrogen. Kaktus Kaktus

Ferocactus pilosus Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Magnoliophyta Magnoliopsida Caryophyllales Cactaceae Juss.

Marga Lihat Taksonomi kaktus Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus adalah kakti. Kaktus memiliki akar yang panjang untuk mencari air dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus disimpan dalam ruang di batangnya. Kaktus juga memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.

Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam. Kata kaktus diambil dari bahasa Yunani kaktos, digunakan dalam Yunani klasik untuk spesies tanaman liar berduri.

Bunga

Dua belas bunga dari famili yang berbeda-beda Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret. Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.

Rudbeckia fulgida Fungsi bunga Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan. Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias. Morfologi bunga Bagian-bagian bunga sempurna. 1. Bunga sempurna, 2. Kepala putik (stigma), 3. Tangkai putik (stilus), 4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari), 5. Sumbu bunga (axis), 6. artikulasi, 7. Tangkai bunga (pedicel), 8.Kelenjar nektar, 9. Benang sari (stamen), 10. Bakal buah (ovum), 11. Bakal biji (ovulum), 12. , 13. Serbuk sari (pollen), 14. Kepala sari (anther), 15. Perhiasan bunga (periantheum), 16. Mahkota bunga (corolla), 17. Kelopak bunga (calyx) Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga). Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.

Tumbuhan Crateva religiosa berbunga sempurna: memiliki stamen dan pistillum. Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan

(benang sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut: Kelopak bunga atau calyx; Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan; Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari; Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita") berupa putik. Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah. Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.Gambar bunga

Alamanda

Begonia

Clivia miniata

Epilobium Angustifolium

Geranium sylvaticum

Hydrangea macrophylla

Mammilaria gigantea

Papaver nudicaule

Biji

Biji dalam sebuah cabai merah yang terbuka Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan).

Jagung Jagung

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae (tidak Monocots termasuk) (tidak Commelinids termasuk) Ordo: Famili: Genus: Spesies: Poales Poaceae Zea Z. mays

Nama binomial

Zea mays L.

Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Biologi jagung Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu[1]. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. Deskripsi Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Jagung hibrida di ladang. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Kandungan gizi

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda. Sesawi hitam Brassica nigra

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Magnoliophyta Magnoliopsida Brassicales Brassicaceae Brassica

Spesies: B. nigra Nama binomial Brassica nigra (L.) WDJ. Koch Sesawi hitam, black mustard, atau Brassica nigra (L.) WDJ. Koch merupakan tanaman semusim yang ditanam untuk dimanfaatkan bijinya sebagai rempah-rempah. Biji sesawi hitam diolah menjadi mustar. Mustar hitam yang dihasilkannya merupakan mustar dengan "daya sengat" yang paling kuat namun nyaris tanpa aroma dibandingkan dengan sumber mustar lainnya. Sebagaimana sesawi lain, efek "sengatan" ini berasal dari kandungan beberapa bahan golongan glukosinolat seperti sinalbin, sinigrin, dan sinapin.

Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari daerah Laut Tengah timur laut dan sekarang tersebar hingga India. Di India bijinya digunakan sebagai salah satu komponen bumbu kari dan sumber minyak masak, walaupun semakin terdesak oleh sesawi India. Kandungan minyaknya mencapai 30% dan sebagian besar mengandung asam lemak tak jenuh. Di Eropa Timur dan Kanada biji yang telah dilepas cangkangnya digunakan sebagai penekan batuk dan mengatasi infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) sebelum digunakannya obat-obatan modern. Caranya adalah dengan membuat semacam balur yang diletakkan di dada atau punggung hingga si sakit merasakan "sengatan". Semenjak tahun 1950-an sesawi hitam mulai kehilangan popularitas dan digantikan oleh sesawi coklat (sesawi India) karena tersedia kultivar sesawi coklat yang lebih mudah dipanen secara mekanis. Tumbuhan ini dapat tumbuh setinggi 50 hingga 250cm dengan mahkota bunga berwarna kuning. Daunnya ditutupi dengan rambut-rambut kecil. Di alam, sesawi hitam bersifat oportunis dan dapat tumbuh di sembarang tempat sehingga sering menjadi gulma. Bijinya kecil, dengan diameter kurang dari 1mm. Dalam tradisi Kristen, biji sesawi hitam inilah yang diperkirakan yang dimaksud dalam "Perumpamaan biji sesawi" yang disampaikan Jesus dalam beberapa kitab Injil. Tumbuhan runjung

Tumbuhan runjung (Pinophyta)

Tumbuhan Araucaria heterophylla (Araucariaceae) Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Divisi: Kelas: Plantae Pinophyta Pinopsida Ordo & Suku Upakerajaan: Gymnospermae

. Cordaitales (sudah punah) Vojnovskyales (sudah punah) Voltziales (sudah punah) Pinales Pinaceae Araucariales Araucariaceae Podocarpalles Podocarpaceae Sciadopityaceae Cupressales Cupressaceae Taxales Cephalotaxaceae Taxaceae

Tetumbuhan runjung atau Pinophyta, atau lebih dikenal dengan nama konifer (Coniferae), merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas yaitu memiliki runjung ("cone") sebagai pembawa biji. Kelompok ini dulu dalam klasifikasi berada pada takson "kelas" namun sekarang menjadi divisio tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik. Kurang lebih ada 550 spesies anggota divisio ini, berbentuk berupa semak, perdu atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut dan memiliki daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga sebagai tumbuhan berdaun jarum). Bentuk daun semacam ini dianggap sebagai adaptasi terhadap habitat hampir semua anggotanya yang banyak dijumpai di wilayah bersuhu relatif sejuk, seperti sekeliling kutub (circumpolar) atau di dataran tinggi. Persebaran

Runjung (strobilus) adalah salah satu ciri khas Pinophyta. Tumbuhan runjung kebanyakan tersebar di daerah beriklim sedang. Bentuk daunnya yang sempit sangat adaptif dengan suhu yang rendah yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Di daerah tropika hanya beberapa jenis yang tumbuh di alam dan secara alami menyukai daerah pegunungan yang sejuk. Di Indonesia terdapat beberapa perwakilannya, seperti

tusam (Pinus merkusii Jungh. et de Vries), sejumlah Araucariaceae seperti damar (Agathis alba)dan damar laki-laki (Araucaria cunninghamii), serta beberapa Podocarpus. Galeri gambar

Strobili (runjung) Runjung betina Runjung betina tahap pembawa serbuk sari (sel muda siap sangat muda kelamin jantan) membesar

Dua tahap perkembangan runjung betina

Runjung betina yang hampir masak.

Runjung Pinus mugo yang telah masak.

Pakis haji Pakis haji atau sikas (Cycas)

Daun dan runjung jantan Cycas revoluta Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Cycadophyta Cycadopsida Cycadales Cycadaceae Persoon Cycas L.

Species Lihat bagian Jenisjenisnya. Pakis haji (aji) atau populer juga dengan nama sikas adalah sekelompok tumbuhan berbiji terbuka yang tergabung dalam marga pakishaji atau Cycas dan juga merupakan satu-satunya genus dalam suku pakishaji-pakishajian (Cycadaceae). Masyarakat awam di Indonesia mengenal pakis haji dari beberapa spesies yang biasa ditanam di taman-taman menyerupai palem, yaitu C. rumphii, C. javana, serta C. revoluta (sikas jepang). Pakis haji berhabitus mirip palem, namun sebenarnya sangat jauh kekerabatannya. Kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya yang tersusun berpasangan. Semua pakis haji berumah dua (dioecious) sehingga terdapat tumbuhan jantan dan betina. Serbuk sari dihasilkan oleh tumbuhan jantan dari runjung besar yang tumbuh dari ujung batang. Alat betina mirip daun dengan biji-biji tumbuh dari samping. Alat betina tumbuh dari sela-sela ketiak daun. Walaupun ia disebut "pakis", dan daun mudanya juga mlungker

sebagaimana pakis sejati, pakis haji sama sekali bukan anggota tumbuhan berspora tersebut.

Tumbuhan betina Cycas circinalis

Tumbuhan jantan Cycas circinalis.

Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh sejenis Cyanobacteria, Anabaena cycadeae, yang pada gilirannya menguntungkan kedua pihak (simbiosis mutualistis). Akar yang terinfeksi akan membentuk semacam bintil-bintil yang berisi jasad renik tersebut. Beberapa pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras batangnya, karena mengandung pati dalam jumlah yang lumayan. Jenis-jenisnya Cycas aculeata Cycas angulata Cycas annaikalensis Cycas apoa Cycas arenicola Cycas armstrongii Cycas arnhemica Cycas badensis Cycas balansae Cycas basaltica Cycas beddomei Cycas bifida Cycas bougainvilleana Cycas brachycantha Cycas brunnea Cycas cairnsiana Cycas calcicola Cycas campestris Cycas candida Cycas dolichophylla Cycas edentata Cycas elephantipes Cycas elongata Cycas falcata Cycas fairylakea Cycas ferruginea Cycas fugax Cycas furfuracea Cycas guizhouensis Cycas hainanensis Cycas hoabinhensis Cycas hongheensis Cycas inermis Cycas javana Cycas lanepoolei Cycas lindstromii Cycas litoralis Cycas maconochiei Cycas macrocarpa Cycas pectinata Cycas petraea Cycas platyphylla Cycas pranburiensis Cycas pruinosa Cycas revoluta Cycas riuminiana Cycas rumphii Cycas schumanniana Cycas scratchleyana Cycas seemannii A.Braun Cycas segmentifida Cycas semota Cycas sexseminifera Cycas siamensis Cycas silvestris Cycas simplicipinna Cycas spherica Cycas szechuanensis

Cycas canalis Cycas chamaoensis Cycas changjiangensis Cycas chevalieri Cycas circinalis Cycas clivicola Cycas collina Cycas condaoensis Cycas conferta Cycas couttsiana Cycas curranii Cycas debaoensis Cycas desolata Cycas diannanensis

Cycas media Cycas megacarpa Cycas micholitzii Cycas micronesica Cycas multipinnata Cycas nathorstii Cycas nongnoochiae Cycas ophiolitica Cycas orientis Cycas pachypoda Cycas panzhihuaensis Cycas papuana

Cycas taitungensis Cycas taiwaniana Cycas tanqingii Cycas tansachana Cycas thouarsii Cycas tropophylla Cycas tuckeri Cycas wadei Cycas xipholepis Cycas yorkiana Cycas yunnanensis Cycas zambalensis Cycas zeylanica

Rosemary Rosemary

Rosemary in flower Status konservasi Aman Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Magnoliophyta Magnoliopsida Lamiales Lamiaceae Rosmarinus

Spesies: R. officinalis Nama binomial Rosmarinus officinalis

L. Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan sebuah tanaman yang tahan penyakit dan hama, yang dapat ditumbuhkan melalui pencangkokan. Teh rosemary dapat membantu mengatasi masalah reumatik dan gejala flu. Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai teh maupun bahan makanan. Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, dan Vitamin B6. Mandrake (Tumbuhan Berbentuk Manusia) Mandrake adalah tanaman terkenal yang menyerupai wujud manusia.

Spoiler untuk Ilustrasi: Mandrake adalah nama umum untuk anggota tanaman genus keluarga mandragora nightshades (Solanaceae). Mandrake termasuk tanaman beracun. Kandungan Mandrake antara lain deliriant halusinogen tropane alkaloid (hyoscyamine), dan kadang-kadang mengandung bifurcations menyebabkan bentuk akar mereka menyerupai sosok manusia, akar mereka telah lama digunakan dalam ritual sihir, Sampai hari ini juga masih dipakai dalam neopagan agama-agama seperti Wicca dan Jermanik revivalisme (Odinisme). Mandrake adalah tanaman yang disebut oleh orang Arab "luffh", atau "beid el-jin" ( "telur jin"). Berbentuk peterseli dan akar sering bercabang. Cabang-cabang ini agak mirip bentuk orang-orangan. Seluruh bagian dari tanaman mandrake beracun. Namun pengolahan yang baik membuat mandrake banyak dibuat obat. Menurut cerita rakyat di beberapa negara, mandrake hanya akan tumbuh di bawah tetesan air mani dari seorang laki-laki yang digantung. Di beberapa negara lain, mandrake dipercaya bisa sebagai obat wanita yang menginginkan anak (mungkin karena bentuknya yang seperti manusia)

Ganja Cannabis(Ganja)

Daun Ganja Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Magnoliophyta Magnoliopsida Urticales Cannabaceae Cannabis

Spesies: C. sativa Nama binomial Cannabis sativa Linnaeus Subspecies C. sativa L. subsp. sativa C. sativa L. subsp. indica Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Kontroversi Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Diantara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir diantara para pengguna tertentu. Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi. Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas), juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia. Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu. (dari berbagai sumber) Pemanfaatan Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak. Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.

Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan. Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong. Budidaya Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca. Tumbuhan berbunga Tumbuhan berbiji tertutup (Magnoliophyta) Rentang fosil: Zaman Jurasik - Sekarang

bunga Magnolia virginiana Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae Divisi: .


Magnoliophyta Kelas

Magnoliopsida Dikotil Liliopsida Monokotil

Tumbuhan berbunga adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup (dikatakan tertutup karena bakal biji terlindung di dalam bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya yang lain. Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain: tumbuhan berbiji terbuka atau Gymnospermae. Dari kedua ciri tersebut muncullah nama Anthophyta ("tumbuhan bunga") dan Angiospermae ("berbiji terbungkus"). Nama lain yang juga dikenakan kepadanya adalah Magnoliophyta ("tumbuhan sekerabat dengan magnolia"). Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua kata bahasa Yunani Kuno: (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan (spermum, "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690. Dalam sebagian besar sistem taksonomi modern, kelompok ini sekarang menempati takson sebagai divisio. Namun demikian, klasifikasi terbaru berdasarkan APG (Sistem klasifikasi APG II) menempatkannya dalam suatu klad yang tidak menempati suatu takson dan dinamakan angiosperms.

TUMBUHAN ENDEMIK INDONESIA


1. Aglaia ceramic (sejenis mahoni); Endemik Maluku. 2. Amorphophallus titanium (Bunga bangkai); Tanaman endemik Sumatera. 3. Amorphophallus gigas (Bunga bangkai raksasa sumatera, Sumatra

Giant

Amorphophallus); Endemik Sumatera. 4. Anaphalis javanica (edelweiss jawa); Tumbuhan endemik Jawa, Sumatera bagian selatan, Sulawesi bagian selatan, dan Lombok. 5. Aralia javanica (Spikenard); Endemik Jawa. 6. Canarium kipella; Tumbuhan endemik Jawa. 7. Casearia flavovirens (hulu tulang, badung); Endemik Jawa (bagian timur) dan Bali. 8. Cassine koordersii; Endemik Jawa. 9. Ceratolobus glaucescens (palem jawa); Endemik Jawa Barat. 10. Clethra javanica; Endemik Jawa. 11. Coelogyne pandurata (Anggrek hitam); Endemik Kalimantan. 12. Cycas javana (sejenis pakis haji); Endemik Jawa dan Nusa Tenggara. 13. Dehaasia pugerensis; Endemik Jawa. 14. Diospyros celebica (kayu hitam sulawesi atau kayu eboni); Endemik Sulawesi. 15. Elaeocarpus simaluensis; Endemik pulau Simeulue (Sumatera). 16. Eugeissona utilis (bertan, wild bornean sago palm); Palem endemik Kalimantan 17. Gigantochloa manggong (Bambu manggong); Endemik Jawa. 18. Goniothalamus majestatis; Endemik Sulawesi.

19. Gonystylus glaucescens; Endemik Kalimantan. 20. Guioa asquamosa; Endemik Flores. 21. Guioa malukuensis; Endemik Maluku. 22. Guioa multijuga; Endemik Papua. 23. Guioa patentinervis; Endemik Maluku (Ambon, Buru, Seram, dan Obi). 24. Guioa waigeoensis; Endemik pulau Waigeo (Papua). 25. Halophila sulawesii (lamun atau seagrass); Endemik Sulawesi. 26. Hopea bancana (sejenis merawan atau takian); Endemik Sumatera. 27. Hopea celebica (sejenis merawan atau takian); Endemik Sulawesi. 28. Hopea gregaria (sejenis merawan atau takian); Endemik pulau Buru. 29. Hopea nigra (sejenis merawan atau takian); Endemik Sumatera. 30. Hopea ovoidea (sejenis merawan atau takian); Endemik Kalimantan. 31. Horsfieldia atjehensis (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian utara). 32. Horsfieldia coriacea (sejenis penarahan); Endemik Sulawesi (bagian tengah). 33. Horsfieldia decalvata (sejenis penarahan); Endemik Maluku (pulau Seram, Ambon, Morotai, dan Halmahera). 34. Horsfieldia lancifolia (sejenis penarahan); Endemik Sulawesi (bagian tengah dan selatan). 35. Horsfieldia macrothyrsa (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian tengah dan utara). 36. Horsfieldia talaudensis (sejenis penarahan); Endemik pulau Talaud, Sulawesi. 37. Horsfieldia triandra (sejenis penarahan); Endemik Sumatera (bagian tengah dan selatan). 38. Horsfieldia valida (sejenis penarahan); Endemik Kalimantan dan Sumatera. 39. Kalappia celebica (kalapi atau kalapia); Endemik Sulawesi. 40. Kibatalia wigmani (kibatalia); Endemik Sulawesi. 41. Knema celebica (knema); Endemik Sulawesi. 42. Knema krusemaniana (knema); Endemik Kalimantan. 43. Knema lampongensis (knema); Endemik Sumatera (Kep. Riau) dan Kalimantan (Pulau Anambas). 44. Knema losirensis (knema); Endemik Sumatera. 45. Knema mamillata (knema); Endemik Kalimanatan (bagian selatan). 46. Knema steenisii (knema); Endemik Flores. 47. Licuala orbicularis (sejenis palem); Endemik Kalimantan. 48. Limnocitrus littoralis (klemohan, jeruk swing atau jeruk jepara); Endemik Jawa Tengah.

49. Lithocarpus crassinervius (sejenis oak); Endemik Jawa. 50. Lithocarpus indutus (sejenis oak); Endemik Jawa. 51. Lithocarpus kostermansii (sejenis oak); Endemik Jawa. 52. Lithocarpus platycarpus (sejenis oak); Endemik Jawa dan Nusa Kambangan. 53. Macropanax concinnus; Endemik Jawa. 54. Mammea timorensis (mammea); Endemik Nusa Tenggara Timur. 55. Mangifera campnospermoides (sejenis mangga); Endemik Kalimantan. 56. Mangifera casturi (mangga kasturi atau kalimantan mango); Endemik Kalimantan. 57. Mangifera dewildei (sejenis mangga); Endemik Sumatera Utara. 58. Mangifera lalijiwa (Mangga lalijiwa); Endemik Jawa dan Bali. 59. Mangifera sumbawaensis; Endemik Sumbawa dan Flores. 60. Mangifera transversalis (sejenis mangga); Endemik Maluku. 61. Myristica fragrans (pala); Endemik Maluku dan Sumatera. 62. Myristica pubicarpa (sejenis pala); Endemik Halmahera dan Obi. 63. Myristica robusta (sejenis pala); Endemik Maluku. 64. Myristica sangowoensis (sejenis pala); Endemik pulau Morotai, Halmahera, dan Bacan. 65. Myristica succadanea (sejenis pala); Endemik pulau Ternate, Tidore, dan Bacan . 66. Myristica tamrauensis (sejenis pala); Endemik Papua. 67. Myristica teijsmannii (sejenis pala); Endemik Jawa Timur. 68. Myristica ultrabasica (sejenis pala); Endemik Sulawesi. 69. Nepenthes adnata (kantong semar); Endemik Sumatera Barat. 70. Nepenthes aristolochioides (kantong semar); Endemik Sumatera. 71. Nepenthes bongso (kantong semar); Endemik Sumatera. 72. Nepenthes diatas (kantong semar); Endemik Sumatera. 73. Nepenthes clipeata (kantong semar); Endemik Kalimantan Barat. 74. Nepenthes dubia (kantong semar); Endemik Sumatera. 75. Nepenthes eymae (kantong semar); Endemik Sulawesi. 76. Nepenthes inermis (kantong semar); Endemik Sumatera. 77. Nepenthes insignis (kantong semar); Endemik Papua. 78. Nepenthes jamban (kantong semar); Endemik Sumatera. 79. Nepenthes klossii (kantong semar); Endemik Papua. 80. Nepenthes lavicola (kantong semar); Endemik Sumatera. 81. Nepenthes mikei (kantong semar); Endemik Sumatera. 82. Nepenthes ovata (kantong semar); Endemik Sumatera. 83. Nepenthes papuana (kantong semar); Endemik Papua.

84. Nepenthes sumatrana(kantong semar); Endemik Sumatera. 85. Nothaphoebe javanica (Kamfer); Endemik Ujung Kulon Banten. 86. Parashorea aptera (sejenis meranti); Endemik Sumatera. 87. Pinanga crassipes (sejenis palem); Endemik Kalimantan. 88. Piper ornatum (Celebes Pepper / Sirih Merah); Endemik Sulawesi. 89. Pometia pinnata (Matoa); Endemik Papua. 90. Prunus adenopoda (Sejenis Persik); Endemik Jawa . 91. Rafflesia arnoldii (Rafflesiaatau Patma Raksasa); Endemik Sumatera. 92. Rafflesia borneensis (Rafflesia); Endemik Kalimantan. 93. Rafflesia cilliata (Rafflesia); Endemik Kalimantan Timur. 94. Rafflesia horsfilldii (Rafflesia); Endemik Jawa. 95. Rafflesia micropylora (Rafflesia); Endemik Sumatera. 96. Rafflesia rochussenii (Rafflesia); Endemik Jawa. 97. Rafflesia patma (Rafflesia Patma); Endemik Jawa Tengah dan Jawa Barat. 98. Rhododendron album (Sejenis bunga yang tumbuh di puncak gunung); Endemik Jawa. 99. Rhododendron wilhelminae (Sejenis bunga yang tumbuh di puncak gunung); Endemik Jawa Barat .

You might also like