You are on page 1of 10

Evaluasi Proyek

Penerapan Ukuran Berdiskonto Kemanfaatan Proyek

Disusun oleh: Aldias Akmal Dita Christian Bagus Pranata Gilang Rifaldi Inri Asridisastra D Putra Pamungkas Sony Adi Herwmawan F0110007 F0110032 F0110061 F0110074 F0110100 F0110121

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

Diskonto Diskonto adalah bunga yang dibayarkan oleh peminjam pada saat menerima

pinjaman. Proses perhitungan diskonto menggunakan sistem bunga tunggal, sehingga untuk menghitung besarnya diskonto hampir sama dengan perhitungan besarnya bunga tunggal jika besarnya pinjaman dan % diskonto diketahui. Besarnya nilai pinjaman pada sistem diskonto nilainya sama dengan jumlah modal yang harus dibayar saat jatuh tempo. Misalkan : a. Seorang meminjam Rp100.000,00 dengan diskonto 2% tiap bulan, maka diskontonya = 2% x Rp100.000,00 tiap bulan = Rp2.000,00. Jika pinjaman akan dikembalikan 1 bulan yang akan datang, maka di awal pinjaman, orang tersebut hanya menerima = Rp100.000,00 Rp2.000,00 = Rp98.000,00 dan 1 bulan yang akan datang ia harus membayar Rp100.000,00. b. Jika pinjaman akan dikembalikan 3 bulan yang akan datang, maka di awal pinjaman, orang tersebut hanya menerima = Rp100.000,00 3 x Rp2.000,00 = Rp94.000,00 dan 3 bulan yang akan datang ia harus membayar Rp100.000,00. Dalam kasus di atas, bagaimanakah jika pinjaman akan dikembalikan 50 bulan yang akan datang, apa yang terjadi? Jika pinjaman M dengan diskonto i% per bulan dan akan dikembalikan setelah t bulan.maka: Diskonto : D = M . i . t besarnya modal yang diterima di awal pinjaman : Mt = M M . i . t Rumus di atas berlaku juga untuk diskonto i% per tahun dan akan dikembalikan setelah t tahun. Bagaimanakah jika diskonto i% per bulan dan akan dikembalikan dalam t tahun atau diskonto i% per tahun akan dikembalikan dalam t bulan? Nilai diskonto untuk besarnya pinjaman M dengan suku bunga i% per tahun.

akan di bayar t tahun yang akan datang: D =(M . i . t) / 100 akan di bayar t bulan yang akan datang : D =(M .i . t) / 1200 akan di bayar t hari yang akan datang: D = (M . i . t) / 36000 (1 tahun = 360 hari)

Bagaimanakah menentukan nilai diskontonya jika yang diketahui besarnya modal yang diterima peminjam (Mt) dan i% diskonto? Jika hal itu terjadi, maka nilai diskontonya adalah: D = i % di bawah 100 * Modal yang diterima

Contoh: 1. Pinjaman sebesar Rp2.000.000,00 dengan sistem diskonto 3% per bulan dan akan dikembalikan setelah 5 bulan. Tentukan: a. Nilai diskonto b. Modal yang diterima peminjam Jawab: M = Rp2.000.000,00 i = 3 % per bulan t = 5 bulan

a. Diskonto: D = M * i * t= 2.000.000 * 3% * 5 = Rp 300.000,00 b. Modal yang diterima = M D= Rp 2.000.000,00 Rp 300.000,00 = Rp 1.700.000,00

2. Pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 dengan sistem diskonto 30% per tahun dan akan dikembalikan setelah 45 hari. Tentukan modal yang diterima peminjam jika dianggap 1 tahun 360 hari?

Jawab: M = Rp 10.000.000.00 i = 30% per tahun t = 9 bulan

Diskonto: D =(M * i * t) per 3600 = Rp 375.000,00 Modal yang diterima = M D = Rp 10.000.000,00 Rp 375.000,00 = Rp 9.625.000,00

3. Suatu pinjaman akan dilunasi dengan sistem diskonto 14% per tahun dan akan dikembalikan dalam waktu 1.5 tahun. Jika modal yang diterima peminjam di awal periode sebesar Rp 5.135.000,00. Tentukan:Nilai diskonto dan besarnya pinjaman yang harus dikembalikan saat jatuh tempo!

Jawab: Mt = Rp 5.135.000,00 i = 14 % per tahun t = 1.5 tahun. Jadi, i total = 14% * 1.5 = 21%

a.

Diskonto: D = i% di bawah 100 * Mt * Rp 5.135.000,00 = Rp 1.365.000,00

b.

Modal yang dibayar = Mt + D = Rp 5.135.000,00 + Rp 1.365.000,00 = Rp

6.500.000,00 Nilai mutlak B/C ratio akan berbeda tergantung pada tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah B/C ratio yang dihasilkan. Jika tingkat bunga yang dipilih cukup tinggi maka B/C ratio akan kurang dari 1.

Analisis Kelayakan Investasi Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya

yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan perhitungan berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang digunakan pada model perhitungan berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger 1986). Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: 1) time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi dibandingkan jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), 2) Produktifitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat ini memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah 2001). Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses discounting (Kadariah 2001). Perbedaan utama antara keduanya adalah tingkat diskonto digunakan untuk produk keuangan jangka pendek seperti treasury bill (T/B), sertifikat deposito, promissory

notes,dan commercial paper (CP). Produk-produk pasar uang ini biasanya jatuh tempo dalam 30 hari sampai 90 hari dan maksimal 270 hari. Produk-produk ini biasanya dijual pada harga diskon sehingga disebut efek dijual dengan diskon atau discount securities. Sementara itu, tingkat bunga umumnya digunakan untuk produk keuangan jangka menengah dan jangka panjang termasuk produk-produk pasar modal (saham dan obligasi).

Analisis Sensitivitas Analsis ini merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang

akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Bisnis sangat sensitif atau peka terhadap perubahan akibat beberapa hal, yaitu : Harga Perubahan harga (terutama harga output) dapat disebabkan karena adanya penawaran (supply) yang bertambah dengan adanya bisnis skala besar (misal perkebunan kelapa sawit) atau adanya beberapa bisnis baru dengan umur ekonomi yang panjang . Keterlambatan pelaksanaan Terlambat dalam pemesanan/penerimaan alat baru. Masalah administrasi yang tidak terhindarkan. Khusus pada usaha di sektor pertanian, karena adanya teknik bercocok tanam baru, sehingga petani perlu adaptasi dengan teknik tersebut. Kenaikan biaya "cast over run" Terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya konstruksi, misalnya pada saat pelaksanaan ada kenaikan pada : a. Harga peralatan b. Harga bahan bangunan Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi) Terutama bila cara produksi baru yang sedang diusulkan yang dipakai sebagai ukuran atau informasi agronomis terutama didasarkan pada hasil penelitian. Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis terhadap perbedaan dari perkiraan hasil bisnis dengan hasil yang betul-betul dihasilkan di lokasi bisnis. Tujuan anlisis sensitivitas adalah menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat untuk memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan; untuk memperbaiki design daripada proyek, sehingga dapat meningkatkan NPV; untuk mengurangi resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus di ambil. Kelemahan analisis sensitivitas adalah analisa ini tidak dapat dipakai untuk pemilihan proyek, karena merupakan analisa parsial dan hanya merubah satu parameter pada suatu

saat tertentu, analisa ini juga hanya mengatakan apa yang akan terjadi bila suatu variable berubah ,dan bukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek. Teknik Analisis Sensitivitas: 1. Lakukan identifikasi faktor-faktor perubahan (penurunan produksi, penurunan harga output, dan kenaikan biaya atau harga input) yang mungkin atau dapat saja terjadi pada bisnis tersebut. 2. Perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi berapa besar pengaruh pada aliran kas perusahaan, apakah manfaat ataupun biayanya sejumlah nilai tersebut berdasarkan data-data yang tersedia (ada dasarnya) Sebagai contoh analisis sensitivitas kelayakan bisnis budidayalidah buaya dibawah ini: Terjadi penurunan produksi lidah buaya sebesar 30%, karena perubahan iklim dan cuaca (Tabel 2) Terjadi kenaikan harga input, yakni pupuk kimia sebesar 40% akibat kenaikan tarif impor bahan baku terhadap pupuk kimia tersebut (Tabel 3)

Tabel 1. Perhitungan Nilai NPV Pada Kondisi Normal


Thn Discount factors 17% (1) 1 0.855 2 0.731 3 0.624 4 0.534 5 0.456 6 0.390 7 0.333 8 0.285 Nilai NPV 40% (2) 0.714 0.510 0.364 0.260 0.186 0.133 0.095 0.068 55% (3) 0.645 0.416 0.269 0.173 0.112 0.072 0.047 0.030 Nilai NPV untukperhitunganawal (Rp.000) Total Benefit (4) 4,480 66,240 66,240 66,240 66,240 66,240 66,240 74,440 Total Biaya (5) 78985 26335 27335 26335 26785 27335 26335 26335 Selisih (6)=(4)-(5) (74,505) 39,905 38,905 39,905 39,455 38,905 39,905 48,105 NPV 17% (7)=(1)*(6) (63,679) 29,151 24,291 21,295 17,996 15,167 13,296 13,699 71,216 NPV 40% (8)=(2)*(6) (53,218) 20,360 14,178 10,388 7,336 5,167 3,786 3,260 11,256 NPV 55% (9)=(3)*( 6) (48,068) 16,610 10,447 6,914 4,410 2,806 1,857 1,444 (3,581)

Tabel 2. Analisis Sensitivitas Dengan Penurunan Produksi Sebesar 30% Thn Discount factors 17% (1) 1 2 3 (2) 0.855 0.731 0.624 40% (3) 0.714 0.510 0.364 Nilai NPV untukperhitunganpenurunanproduksisebesar 30% (Rp. 000) Total Total Selisih NPV 17% NPV40% Benefit Biaya (4) (5) (6)=(4)-(5) (7)=(2)*(6) (8)=(3)*(6) 3,136 78985 (75,849) (64,828) (54,178) 47,808 26335 21,473 15,686 10,956 47,808 27335 20,473 12,783 7,461

4 0.534 5 0.456 6 0.390 7 0.333 8 0.285 Nilai NPV

0.260 0.186 0.133 0.095 0.068

47,808 47,808 47,808 47,808 56,008

26335 26785 27335 2 6335 26335

21,473 21,023 20,473 21,473 29,673

11,459 9,589 7,981 7,155 8,450 8,275

5,590 3,909 2,719 2,037 2,011 (19,496)

Tabel 3. Analisis Sensitivitas Dengan Kenaikan Pupuk Kimia Sebesar 40% Thn Discount factors 17% 55% Nilai NPV untukperhitungankenaikanpupukkimiasebesar 30% (Rp. 000) Total Total Selisih NPV 17% NPV 55% Benefit Biaya (4) (5) (6)=(4)-(5) (7)=(2)*(6) (8)=(3)*(6) 4,480 80,593 (76,113) (65,054) (49,105) 66,240 27,943 38,297 27,976 15,940 66,240 28,943 37,297 23,287 10,016 66,240 27,943 38,297 20,437 6,635 66,240 28,943 37,297 17,012 4,169 66,240 28,943 37,297 14,540 2,690 66,240 27,943 38,297 12,760 1,782 74,440 27,943 46,497 13,242 1,396 64,200 (6,478) 1, 2, dan 3 dapat diperoleh nilai NPV, Net B/C dan IRR pada

(1) (2) (3) 1 0.855 0.645 2 0.731 0.416 3 0.624 0.269 4 0.534 0.173 5 0.456 0.112 6 0.390 0.072 7 0.333 0.047 8 0.285 0.030 Nilai NPV Berdasarkan Tabel

kondisi normal dan dua kondisi yang diukur sensitivitasnya karena penurunan produksi dan kenaikan harga pupuk kimia. o Perbandingan NPV (i = 17%) Tabel 1.Hasil perhitungan pertama pada kondisi normal: Rp 71.216.000 Tabel 2.Hasil perhitungan pada produksi turun 30% : Rp 8.275.000 Tabel 3.Hasil perhitungan kenaikan pupuk kimia 40% : Rp 64.200.000 o Perbandingan Net B/C Ration(i=17%) Tabel 1.Hasil perhitungan pertama pada kondisi normal Rp 134.895.738/Rp.63.679.487 = 2,12 Tabel 2.Hasil perhitungan pada produksi turun 30% : = Rp 73.103.165/Rp.64.828.205 = 1,13 Tabel 3.Hasil perhitungan kenaikan pupuk kimia 40% = Rp. 129.504.980/Rp.65.053.846 = 1,99 o Perbandingan IRR I. Hasil perhitungan pada kondisi normal :

II. Hasil perhitungan pada kondisi produksi turun 30% :

III. Hasil perhitungan pada kenaikan biaya pupuk kimia sebesar 40% :

Berdasarkan contoh diatas, maka: 1) Pada kondisi normal nilai bisnis budidaya ini layak untuk dijalankan karena telah memenuhi ktriteria kelayakan investasi. 2) Pada saat terjadi kondisi (i) terjadi penurunan produksi sebesar 30%, usaha budidaya juga masih layak dijalankan walaupun terdapat penurunan perolehan manfaat bersih yang signifikan 3) Pada saat peningkatan harga input menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang sangat signifikan pada bisnis lidah buaya tersebut. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bisnis budidaya ini sensitive terhadap perubahan produksi (yakni penurunan produksi), dan tidak sensitive terhadap perubahan peningkatan harga pupuk kimia.

Analisis Nilai Pengganti Gittinger (1986) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensivitas adalah

nilai pengganti (switching value). Switching value ini adalah perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum. Perbedaan yang mendasar antara analisis sensivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empiric. Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas. Pada switching value digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu ambang batas kelayakan proyek. Kondisi untuk masing-masing komponen dibuat pada kondisi peningkatan harga input seperti meningkatnya harga bahan baku utama, dan penurunan harga output seperti berkurangmya jumlah penjualan. Dengan switching value dapat diketahui sampai batas maksimal berapa usaha masih layak. Kondisi tersebut dibuat sampai mencapai nilai NPV mendekati nol, nilai Net B/C mendekati satu dan nilai IRR mendekati tingkat diskonto. Jika ada perubahan-perubahan yang terjadi pada arus biaya dan manfaat, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas

yang akan digunakan adalah dengan metode switching value (mencari nilai pengganti pada setiap variable yang akan dianalisis). Tujuannya adalah sampai dimana batas kelayakan bisnis yang dijalankan apabila terjadi perubahan. Perubahan-perubahan yang akan diujikan adalah kenaikan harga beli bahan baku.

Rumus Switching Value (SV)

Gittinger dalam Nurmalina dkk (2009) menyatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan analisis switching value ini adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal:penurunan harga output 20%) untuk selanjutnya dihitung dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada switching value justru perubahan tersebut yang dicari (misal: berapa perubahan maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak). Hal ini menunjukkan bahwa harga output tidak boleh turun melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0. Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur Husnan, Suad dan Suwarsono. 1984. Studi Kelayakan Proyek, BPFE : Yogyakarta Soekartawi. 1985.Dasar Dasar Evaluasi Proyek dan Petunjuk Praktis dalam Membuat Evaluasi. PT. Bina Ilmu : Surabaya. Simanjuntak, Payaman dkk. 1985. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Pudjosumarto, Muljadi .1995.Evaluasi Proyek, Liberty : Yogyakarta Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis)Departemen Agribisnis, FEM IPB

Internet http://www.docstoc.com/docs/51384951/Studi-Kelayakan-Bisnis-_DediPurwana_UNJ_111 http://dandysfile.blogspot.com/2011/12/analisis-sensitivitas.html

You might also like