You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit tropis adalah penyakit yang lazim atau unik untuk daerah tropis dan subtropis. Penyakit kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya musim dingin, yang mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi. Serangga seperti nyamuk dan lalat yang jauh pembawa penyakit yang paling umum, atau vektor. Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus yang menular kepada manusia dan hewan. Paling sering penyakit ditularkan oleh "menggigit" serangga, yang menyebabkan transmisi agen menular melalui pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak tersedia untuk salah satu penyakit yang tercantum di sini. Manusia eksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi, imigrasi naik dan perjalanan udara meningkat internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis telah menyebabkan peningkatan insiden penyakit tersebut. Salah satu penyakit menular melalui serangga yaitu penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Dengue Haemmoragic Fever (DHF) atau yang lebih sering dikenal dengan istilah Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia, dimana belakangan ini terjadi perluasan distribusi geografi dari virus dan vektor nyamuk, peningkatan aktivitas epidemi dan perkembangan

hiperendemisitas. DBD juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di banyak Negara di Asia Tenggara (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Soedarmo, dkk (2004) menyatakan bahwa salah satu penyakit yang disebabkan oleh agen infeksius virus adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus penginfeksi ini terbagi menjadi beberapa kelompok yang berbeda dimana gejala dan penatalaksanaan penyakit yang ditimbulkan pun menjadi bermacam-macam. 1.2 Tujuan 1.1.1 Umum Mahasiswa akan dapat memahami konsep Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara Deteksi Dini DBD, Survey Angka Kejadian DBD dan Penanggulangan Penyakit DBD di Komunitas

1.1.2 Khusus Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dan penyebab Demam Berdarah Mahasiswa mengatahui dan memahami Gejala Demam Berdarah Mahasiswa memgetahui dan memahami Penanggulangan Demam Berdarah Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD Mahasiswa mengetahui dan memahami Deteksi Dini Penyakit Dbd Mahasiswa mengetahui dan memahami Tanda Bahaya dan Pemeriksaan Laboratorium Mahasiswa mengetahui dan memahami Epidemologi DBD Mahasiswa mengetahui dan memahami Pengaruh DBD terhadap kependudukan Mahasiswa mengetahui dan memahami Angka kesakitan dan angka kematian Mahasiswa mengetahui dan memahami Gambaran epidemiologi Mahasiswa mengetahui dan memahami Pencegahan / Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

I. Penanggulangan Penyakit DBD dan Cara Deteksi Dini DBD Diagnosis DBD menurut kriteria WHO (World Health Organization) ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinik berupa demam, pembesaran hati, perdarahan, syok disertai penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. Namun diagnosis tersebut ditegakkan secara lengkap biasanya sudah mendekati fase akhir penyakit. 1. Pengertian Demam Berdarah Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus dengue.

2. Penyebab Demam Berdarah Penyakit DBD adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa "Demam Dengue(DD)" atau "Demam Berdarah Dengue (DBD)". DD tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa seperti DBD. Biasanya kasus seperti ini sering diistilahkan masyarakat awam sebagai gejala demam berdarah. Sebenarnya dalam penanganannya tidak perlu dirawat di rumah sakit. DD tidak akan berubah menjadi DBD. Jadi, pendapat yang mengatakan bahwa bila penanganan tidak baik dan terlambat mengakibatkan DD akan menjadi DBD adalah tidak benar. Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Pada DBD trombosit yang menurun sangat drastis hingga kurang dari 90.000, perdarahan yang terjadi lebih berat dan dapat disertai sesak napas karena adanya cairan di rongga paru (efusi pleura) Penyakit ini disebabkan oleh bibit penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini termasuk kedalam kelompok virus yang ditularkan oleh serangga yang menggigit yang dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut Aedes aegypti dianggap penyebab menularnya penyakit ini yang dinamai vektor. Apabila nyamuk ini kebetulan mengisap darah penderita penyakit demam berdarah, maka virus inipun berpindah dari seseorang ke orang lain.

Vektor utama dengue adalah nyamuk Aedes aegypti disamping itu ditemukan pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih dan air tawar seperti bak mandi, drum penampungan, kaleng bekas, dan lainnya. Adapun vektor tersebut berhubungan erat dengan beberapa faktor, antara lain : Kebiasaan masyrakat menampung air di daerah yang terjangkit DBD wilayah penduduk, karena : Antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes aegypti 40-100 meter. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Perubahan musim mempengaruhi frekwensi gigitan nyamu, karena musim hujan puncak jumlah gigitan terjadi pada siang sore dan malam hari. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk, misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan. 3. Gejala Demam Berdarah Ada beberapa gejala orang yang menderita demam berdarah yakni : Demam yang tinggi mendadak selama 2 hari atau lebih yang berlangsung secara terus menerus dengan sebab yang tidak jelas. Demam yang tinggi dapat disertai nyeri perut atau nyeri hati (ulu hati) dan terjadi penurunan kesadaran seperti mau tidur saja. Timbul tanda tanda perdarahan yang sering seperti campak dan kemerahan pada kulit. Pada kulit tampak bercak atau bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk. Bedanya dengan bekas gigitan nyamuk, jika ditekan bintik merah ini tidak hilang. Selain itu juga gejala perdarahan dapat muncul sebagai mimisan, mendadak keluar darah melalui hidung atau gusi mendadak buang air besar bercampur darah dan berarti gawat bila sampai terjadi perdarahan pada saluran pencernaan, darah yang keluar dalam buangan air besar tidak berwarna merah, karena telah bercampur dengan sisa sisa makanan tetapi berwana hitam dan encer. Dalam bahasa kedokteran hal ini disebut melena. Bila terjadi perdarahan pada usus, ia dapat pula menyebabkan terjadinya muntah darah yang disebut Hematesis. Warna muntahnya juga hitam, warna hitam ini juga disebabkan oleh darah yang bereaksi dengan asam asam yang ada pada lambung.
4

Gejala perdarahan juga kadang kadang ditunjukkan juga pada sudut mata yang berwarna merah, rasa nyeri pada beberapa tempat antara lain pada ulu hati, pada sendi sendi, dan otot otot. Kencing penderita juga perlu diawasi karena kencing yang dikeluarkan harus seimbang dengan cairan yang masuk baik lewat minuman maupun lewat infus. 4. Penanggulangan Demam Berdarah Penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan dengan cara : 1. Pertolongan pertama demam berdarah Jika ada kecurigaan pada seseorang dengan penyakit demam berdarah berilah ia minum sebanyak-banyaknya. Jika ada berikan larutan gula garam, penambahan cairan penting sekali. Tubuh penderita sudah kehilangan banyak darah harus diimbangi dengan pemberian cairan. Tubuh penderita yang sudah kehilangan banyak darah ada yang tampak dan ada pula yang tidak tampak. Jika kehilangan darah melebihi kewajaran, penderita akan pingsan. Penderita harus segera dibawah kerumah sakit untuk perawatan selanjutnya oleh dokter ahli penyakit dalam kemungkinan penderita pula diberikan tambahan darah lewat transfusi karena bila tidak diberikan akan mengakibatkan kematian

5. Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD Pencegahan Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997). Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu: 1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. 2. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik. 3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001). Pengobatan Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. Pengobatan alamiah untuk DBD: Jambu biji

Walaupun khasiatnya belum teruji secara medis, tak ada salahnya untuk memberikan jus jambu biji kepada pasien demam berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga sampai enam kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan pepaya dan 10 sampai 30 kali dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun mengandung vitamin C seperti daging buahnya. Alang-alang Tanaman liar yang sudah ribuan tahun dikenal masyarakat Cina ini bermanfaat untuk kesehatan. Bahkan saat ini tumbuhan bernama latin Imperata cylindrica (L) Beauv sudah sering diteliti secara ilmiah. Daun Dewa Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung bila harga pil tersebut dianggap terlalu mahal. Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah Gymura segetum (Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC dan termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina, daun dewa, atau samsit. Herbal yang satu ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah), stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun. 6. Deteksi Dini Penyakit Dbd Deteksi dini DBD pada anak perlu diketahui karena bila terjadi keterlambatan penyakit ini sangat fatal. Gejala awal penyakit ini hampir sama dengan penyakit infeksi virus lainnya. Tetapi ada beberapa karakteristik klinis yang bisa diamati untuk mencurigai penyakit DBD. Beberapa gejala yang diwaspadai adalah bila demam yang timbulnya mendadak, langsung tinggi di atas 390C. Begitu mendadaknya, sering kali dalam praktik sehari-hari terdengar cerita bahwa saat melepas anak berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat. Tetapi saat di sekolah mendadak terdapat keluhan demam tinggi. Gejala khas yang dicurigai biasanya anak tampak lemas, loyo, tidak mau bermain di bawah, minta gendong dan tidur terus menerus sepanjang hari. Bila
7

lemasnya hanya saat demam tinggi, tetapi begitu demam turun anak aktif lagi biasanya tidak harus dikawatirkan dan merupakan hal yang wajar. Biasanya pada hari ke 3 demam sedikit menurun namun hari ke IV dan ke V meningkat lagi akhirnya hari ke VI demam membaik. Selain itu harus dicurigai bila panas tidak disertai batuk, pilek dan sakit tenggorokan atau di lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit flu. Harus diwaspadai juga bila dalam beberapa waktu terakhir di sekitar rumah ada yang mengalami penyakit DBD. Atau, dalam waktu dekat sebelumnya pernah ada fogging (pengasapan), karena bila ada fogging biasanya ada penderita DBD di sekitarnya. Gejala perdarahan bukan dianggap sebagai tanda untuk mendeteksi awal penyakit, karena gejala itu lebih jelas timbul saat fase akhir penyakit. 7. Tanda Bahaya Bila pada awal deteksi dini sudah dicurigai DBD, harus dimonitor dengan ketat tanda bahaya yang bisa terjadi. Tanda bahaya yang harus diketahui pada penyakit DBD adalah tanda perdarahan berlebihan pada kulit (bintik merah), hidung, gusi atau berak darah warna kehitaman dan berbau. Tanda bahaya lainnya adalah bila panas yang berangsur dingin, tetapi anak tampak loyo dan pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin. Gejala yang dingin ini sering dianggap anak telah sembuh, padahal merupakan tanda bahaya. Kondisi tersebut mengakibatkan orangtua tidak segera membawa putra mereka ke fasilitas kesehatan terdekat. Tanda bahaya lain yang menyertai adalah penampilan anak tampak sangat gelisah, tidak mau makan minum sama sekali, kesadarannya menurun, kejang dan napas sesak. Pada keadaan tersebut penderita harus segera dibawa ke dokter, bila terlambat akan menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti syok, perdarahan kepala, perdarahan hebat di seluruh tubuh (Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) atau gangguan fungsi otot jantung. Dalam keadaan ini penderita biasanya sulit untuk diselamatkan. Seringkali orang tua disalahkan karena keterlambatan membawa anaknya ke dokter. Orangtua tersebut menolak pendapat ini karena sejak hari pertama dan ke dua panas anak selalu kontrol ke dokter. Tetapi panas hari ke 1 - 2 tidak bisa terdeteksi gejala demam berdarah dan tidak ada penanganan secara khusus. Manifestasi berbahaya biasanya justru timbul pada panas

hari ke 3 - 5. Keterlambatan penanganan yang terjadi justru saat keterlambatan dalam memonitor saat periode tersebut. Bila tanda bahaya itu terjadi maka jangan ditunda harus segera ke dokter atau ke rumah sakit terdekat. Jadi monitor tanda bahaya dan tindakan penting harus dilakukan saat panas hari ke 3 - 5. 8. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis DBD adalah pemeriksaan darah tepi atau sering diistilahkan pemeriksaan darah lengkap. Gambaran hasil laboratorium yang khas adalah terjadi peningkatan kadar hemoglobin (hb) dan peningkatan hematokrit (hct) disertai penurunan trombosis kurang dari 150.000. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-5 panas. Pemeriksaan darah pada panas hari ke 1 - 2 tidak bermanfaat dan malah menyesatkan karena hasilnya masih dalam normal. Hasil normal tetapi bukan berarti bebas DBD atau belum menyingkirkan diagnosis DBD. Dalam perjalanannya trombosit akan terus menurun pada hari ke-3, ke-4, dan hari ke-5. Bila dicurigai DBD, pemeriksaan darah mungkin terus dilakukan pada hari ke 4 dan ke 5,. Pada hari ke-6 dan selanjutnya akan meningkat terus kembali ke nilai normal. Peningkatan jumlah trombosit secara drastis timbul setelah hari ke-6. Selama ini masyarakat awam selalu kawatir bila trombositnya menurun. Sebenarnya dalam monitoring hasil pemeriksaan darah yang penting bukan hanya jumlah trombosit. Meski trombosit sangat rendah tetapi tidak menimbulkan perdarahan tidak harus dikhawatirkan dan tidak perlu penambahan tranfusi trombosit. Hal penting lainnya dan sering diabaikan adalah peningkatan jumlah hematokrit atau kekentalan darah. bila hematokrit meningkat, pertanda terjadi kebocoran plasma atau cairan dari dalam pembuluh darah. Hal ini yang sering mengakibatkan syok atau tekanan darah menurun. Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serologi dengue blot (imunoglobulin G dan imunoglobulin M). Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga harganya relatif mahal. Pada keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan ini sering membantu menunjang menegakkan diagnosis DBD. Hasil pemeriksaan dengue blot positif dapat terjadi pada penyakit DBD dan DD.

Hal lain yang sering dijumpai penderita DBD di diagnosis sebagai sebagai penyakit tifus. Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid pada minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut. Bila hasil pemeriksaan widal meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus dicurigai sebagai penyakit tifus. Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan saat panas pada akhir minggu pertama atau awal minggu ke 2. Secara medis sebenarnya tidak ada pengobatan secara khusus pada penderita DBD. Penyakit ini adalah self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh sendiri. Prinsip pengobatan secara umum adalah pemberian cairan berupa elektrolit (khususnya natrium) dan glukosa. Pemberian minum yang mengandung elektrolit dan glukosa, seperti air buah atau minuman yang manis, dapat membantu mengatasi kekurangan cairan pada penderita DBD. Paling penting adalah bukan mengobati, tetapi pencegahan penyakit. Paling tidak melakukan deteksi dini penyakit berbahaya ini secara cermat dan benar. II. Survey Angka Kejadian DBD

Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Infeksi dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad terakhir dari gejala yang ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa tahun terakhir penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang semakin berat sebagai demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian luar biasa meningkat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat mencapai 245 juta penduduk. Hampir 60% penduduk tinggal di pulau Jawa, daerah kejadian luar biasa infeksi dengue terjadi. Walaupun demikian, penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar dan pedesaan di Indonesia dan telah menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena perpindahan dan kepadatan penduduk yang tinggi. Epidemologi DBD Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di
10

Asia tenggrara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan subtropis, karena peningkatan jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dan manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi keberadaannya di 102 negara di dari lima wilayah WHO yaitu : 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah Amerika, Asia Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A yaitu : KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai 5 tahun. Menyebar sampai daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus beragam (WHO, 2000). Pengaruh DBD terhadap kependudukan Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di Jakarta, dalam dua hari jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang.. Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 174 kelurahan di 10 kecamatan di Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar biasa (KLB). Tidak tertutup kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah.. Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran Lama. Di Jakarta Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati. Kota Bekasi, Jawa Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut sama dengan jumlah korban meninggal sepanjang 2003. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada periode Januari hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus DBD. Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29 kabupaten/kota di provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten tersebut, antara lain, Rembang, Kudus, Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.

11

Dari wacana diatas, dapat kita ketahui bahwa DBD merupakan penyakit yang menyerang pada masyarakat luas, dan penderita penyakit ini rawan mengalami kematian. Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa faktor utama dari kependudukan adalah vertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan), jadi akibat dari serangan DBD yang dapat mengakibatkan kematian tentu akan mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu tempat. Penderita kronis dari penyakit ini diharuskan dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan secara optimal oleh perawat, sehingga pasien mendapatkan kesehatannya kembali. Penderita kronis ini secara tidak langsung telah mengubah kapadatan penduduk pada suatu wilayah tertentu (tempat tinggalnya) karena penderita ini berpindah tempat tinggal ke rumah sakit untuk sementara. Angka kesakitan dan angka kematian Pada tahun pertama diketahui infeksi dengue di Indonesia, dilaporkan 58 kasus di DKI Jakarta dan Surabaya (termasuk 24 kasus yang meninggal).5 Pada tahun 1970, 24 kasus dengue diidentifikasi diantara 48 kasus anak tersangka dengue di Yogyakarta.6 Selanjutnya, 8 kasus diklasifikasikan DBD dan 2 kasus berkembang menjadi SSD.Pada tahun 1997, 2004 dan 2005 Depkes melaporkan angka kematian dengue berurutan adalah 15,2 per 100.000 orang, 30 per 100.000 orang dan 13,7 per 100.000 orang.2 (tidak dipublikasi, sumber data dirjen P2MPL Depkes RI). Pada tahun terakhir, penyakit dengue mengakibatkan lebih dari 400 kematian setiap tahun di Indonesia dan tahun 1998 angka ini meningkat mencapai 1414. Jika terapi cairan adekuat, maka angka kematian di negara Asia bisa menurun berkisar antara 0,5% dan 3,5%.7 Sejak tahun 19682008 kasus demam berdarah dengue meningkat terus. Pada gambar 1. terdapat jumlah kasus demam berdarah dengue yang memuncak setiap 10 tahun sekali, yaitu pada tahun 1988, 1998 dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen Kesehatan menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 133,402 kasus dengan angka kesakitan (incidence rate) 58,85/100.000 penduduk. Di Indonesia, angka kematian (case fatality rate) menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000, menurun menjadi 1,21% pada tahun 2004,1 dan pada tahun 2008 angka kematian sudah menurun menjadi 0,86%. Pada tahun 2008 angka kesakitan tertinggi terjadi pada propinsi DKI Jakarta (303,5), Kalimantan Timur (174,6) dan Bali (170,1), sedangkan angka kematian
12

tertinggi terjadi di propinsi Maluku (3,66%), Kalimantan Barat (3,53%), dan Nusa Tenggara Timur (2,87%). Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5 tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Data dari tahun 2006 menunjukkan proporsi jenis kelamin lelaki lebih banyak dibanding perempuan pada semua kelompok umur. Gambaran epidemiologi Kasus infeksi dengue pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 1968 di kota DKI Jakarta dan Surabaya.5,8,9 Kemudian dilanjutkan dengan laporan dari Bandung dan Yogyakarta.6,10 Sejak saat itu tersangka kasus dengue dilaporkan oleh Departemen Kesehatan. Awalnya, angka kesakitan dilaporkan hanya di pulau Jawa dengan jumlah kasus yang terbatas.5,8,9 Pada awal tahun 1980-an, laju angka kesakitan meningkat dari 10000 sampai 30000 per tahun, dan sejak sepuluh tahun terakhir laju angka kesakitan telah meningkat dari 30000-60000 kasus per tahun. Meningkatnya kasus dengue secara bermakna dilaporkan terjadi pada tahun 1973 dan 1988, dan pada tahun 1998 dan 2004 dilaporkan berturut-turut 73133 dan 78680 kasus. Kini, infeksi dengue telah menyebar merata di antara 33 propinsi di Indonesia, dengan latar belakang interepidemis antara 10000- 25000 kasus setiap tahun.Kejadian luar biasa dengue pertama dilaporkan terjadi tahun 1973.Dari 10189 kasus yang dilaporkan, 6225 kasus didiagnosis di Semarang, tidak didapatkan data mengenai derajat beratnya penyakit.5 Pada tahun berikutnya dilaporkan kejadian luar biasa di luar pulau Jawa yaitu di Manado, Sulawesi Utara. 11 Suatu epidemik demam berdarah dengue dengan derajat berat dan viremia tinggi dilaporkan di Bantul, Jawa Tengah pada akhir tahun 1976 dan awal 1977. Survey Angka Kejadian DBD di Padang : Tahun 2011, di temukan kasus DBD sebanyak 965 kasus, meninggal dengan CFR 0,01 Tahun 2010, angka kejadian DBD 1045

13

III.

Penanggulangan Penyakit DBD di Komunitas 1. Pencegahan / Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh

berikut : alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya. Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi. Siasat pemberantasan wabah DHF seluruhnya bergantung pada sumber sumber yang tersedia. Mengingat mahalnya pemberantasan Aedes aegypti yang terus menerus dengan melakukan pemberantasan meskipun dalam keadaan tidak terdapatnya wabah, maka berhubung dengan kurangnya biaya sebaiknya tenaga dan wewenang diarahkan kepada program jangka panjang berdasarkan prioritas. Kepadatan nyamuk harus diberantas dengan cara cepat dan tepat. Pemberantasan DHF didasarkan atas pemutusan rantai penularan yang dapat dilaksankan dengan cara sebagai berikut : Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan Aedes aegypti yang dilakukan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dilakukan : Menggunakan mosquit repellent dan insektisida dalam bentuk spray mortein, dsb). Menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit. Memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak. Pemberantasan Vektor jangka panjang. Cara yang harus dilakukan adalah membuang secara baik kaleng, botol, ban dan semua yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang. Vas bunga satu kali seminggu diganti airnya. Dinding bagian dalam bak mandi dan tempat penyimpanan air lain digosok secara teratur pada saat permukaan air rendah untuk menyingkirkan telur (raid,

14

nyamuk. Sebelum mengisi kembali, tempat penyimpanan air sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu untuk menyingkirkan larva. Singkirkan semua genangan air disekitar pekarangan rumah. Peliharalah ikan pemakan jentik nyamuk di kolam tergenang, tidur berkelambu disiang hari dan tidak bermain di kebun selama berjangkit demam berdarah. Serta pakaian tidak dibiarkan bergantungan di kamar yang gelap dan lembab. Bubuhi semua wadah penampung dengan garam abate pada musim hujan. Abatisasi Di wilayah yang sering berjangkit demam berdarah dilakukan gerakan Abatisasi. Pemberian garam abate secara cuma cuma oleh Dinas Kesehatan setempat. Maksudnya agar wadah penampungan air di rumah dibubuhi garam abati. Garam ini membentuk lapisan pada dinding wadah penampungan air, lapisan garam inilah yang akan membunuh jentik jentik nyamuk. Jika dibubuhi sesuai aturan pakainya, lapisan garam ini tidak berbahaya untuk diminum, namun sedikit berbau. Lapisan garam ini mampu bertahan sampai 3 bulan karena itu sebaiknya tidak menyikat dinding bagian dalam wadah air jika mengurasnya. Penyemprotan Nyamuk. Jika disuatu wilayah terdapat penderita demam berdarah, dilaporkan pada pamong setempat. Pamong akan melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dinas Kesehatan akan melakukan penyemprotan nyamuk di lingkungan rumah penderita. Jarak penyemprotan mencapai keluasan 100 meter. Nyamuk yang telah menggigit penderita dapat terbasmi.

15

Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan memakan jentik nyamuk.

Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.

Mengubur. Kuburlah barang barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan terjadinya genangan air.

16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Demam berdarah ialah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah merupakan manifestasi infeksi virus dengue. Gejala klinis DBD dan DD hampir sama, yaitu panas tinggi, perdarahan, trombosit menurun dan pemeriksaan serologi IgG atau IgM positif. Penyakit ini disebabkan oleh bibit penyakit yang sangat kecil yang disebut virus. Virus ini termasuk kedalam kelompok virus yang ditularkan oleh serangga yang menggigit yang dinamakan Arbovirus. Nyamuk yang disebut Aedes aegypti dianggap penyebab menularnya penyakit ini yang dinamai vektor. Prinsip yang tepat dalam pencegahan penyakit demam berdarah ialah sebagai berikut : Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah, dan rumah sakit, termasuk pula daerah penyangga di daerah sekitarnya. Mengusahakan pemberantasan vektor disemua daerah berpotensi tinggi.

3.2 Saran Penatalaksanaan yang dilakukan lebih mengarah kepada menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, bisa dilakukan dengan pemberian infus dan pengganti cairan tubuh yang lainnya.Untuk pencegahan dapat dilakukan pemberantasan sarang nyamuk yang sering disebut dengan 3M (menguras penampungan air, menutup bak penampungan, dan mengubur barangbarang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk)

17

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Informasi Penyakit Menular Demam Berdarah. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD di Indonesia. Jakarta Depkes R.I. 1996. Membina Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN)-DBD) : Petunjuk Bagi Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD). Jakarta: Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-3 Depkes R.I. 1998. Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue: Petunjuk Bagi Kader dan Tokoh Masyarakat pada Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-23 Depkes R.I. 2001. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Ditjen Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hlm 1-2 Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rhineka Cipta. Hlm 114-117

18

You might also like