You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah dengan merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru- paru, proses tersebut dinamakan spirometri. Dari spirometri tersebut maka akan dihasilkan lembaran kertas yang bergerak yang akan merekam pergerakan dari inspirasi dan ekspirasi yang telah dilakukan. Spirogram akan memperlihatkan perubahan dalam volume paru pada berbagai keadaan pernafasan. Volume paru dan kapasitas paru juga bisa diidentifikasi dengan grafik sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian terhadap proses pernafasan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan volume dan kapasitas paru pada manusia? 2. Bagaimana proses compliance paru manusia? 3. Apa yang dimaksud dengan flow volume loop? 4. Bagaimana keterbatasan aliran udara ekspirasi pada manusia?

C. Tujuan 1. Mengetahui volume dan kapasitas paru pada manusia 2. Memahami proses compliance paru manusia 3. Mengetahui dan memahami flow volume loop 4. Mengetahui keterbatasan aliran udara ekspirasi pada manusia

BAB II PEMBAHASAN

A. Fisiologi Pernafasan 1. Mekanisme Pernapasan Ventilasi adalah istilah untuk pergerakan udara dari yang keluar dari alveoli. Dua aspek ventilasi adalah inhalasi dan ekshalasi, yang dijalankan oleh system saraf dan otot-otot pernapasan. Pusat pernapasan terletak di medulla oblongata dan spons. Otot-otot yang dimaksud adalah diafragma dan muskuli interkostale eksterni serta interni. Diafragma adalah otot berbentuk kubah dibawah paru-paru. Ketika otot ini berkontraksi, diafragma akan mendatar dan bergerak kebawah. a. Inhalasi Inhalasi disebut juga inspirasi, impuls motoric dari medulla berjalan sepanjang nervus fremitus menuju diafragma dan sepanjang nervus interkostalis menuju muskuli interkostale eksterni. Diafragma berkontraksi, bergerak kebawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas kebawah. Muskuli interkostali eksterni menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada dari sisi ke sisi dan depan ke belakang. Saat rongga dada mengembang, pleura parietal turut berkembang. Tekanan intra pleura menjadi lebih negative karena pengisapan yang dihasilkan diantara membrane pleura. Namun, adesi atau perlekatan yang dihasilkan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura visceral turut mengembang, dan hal ini juga dapat mengembangkan paru. Saat paru-paru mengembang, tekanan intrapulmonal akan turun drastic dibawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan melalui jalan napas menuju alveoli. Udara terus masuk samapai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir, ini adalah inhalasi normal. Tentu saja, inhalasi bisa dilanjutkan melebihi normal, yang melebihi pernapasan dalam. Pernapasan ini memerlukan suatu kontraksi otot-otot pernapasan yang lebih kuat untuk mengembangkan paru lebih lanjut, sehingga udara masuk lebih banyak. 2

b. Ekhalasi Ekshalasi juga disebut dengan ekpirasi dan dimulai ketika impuls motoric dan medulla menurun, dan diafragma serta muskuli interkostale ekterni berelaksasi. Setelah rongga dada menjadi lebih kecil, paru akan terkompresi, dan jaringan ikat elasatis yang teregang selama inhalasi akan menerut dan mengompresi alveoli. Ketika tekanan intrapulmonal meningkat diatas tekanan atmosfir, udara dipaksa keluar dari paru-paru sampai kedua tekanan menjadi sama. Perhatikan bahwa inhalasi adalah suatu proses aktif yang

membutuhkan kontraksi otot, tetapi ekshalasi normal adalah proses pasif, yang bergantung pada besar elastisitas normal paru sehat. Dengan kata lain, pada keadaan normal, kita harus mengeluarkan energy untuk inhalasi, tetapi tidak untuk ekshalasi. Namun kita dapat melakukan ekshalasi normal dengan

mengeluarkan lebih banyak udara, ketika berbicara, menyanyi, atau meniup suatu balon. Ekshalasi kuat juga merupakan proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain. Kontraksi muskuli interkostale interni menarik iga ke bawah dan membawa lebih banyak udara ke luar dari paru. Kontaksi otot-otot abdomen, seperti muskulus reptus abdomines, mengompresi organ-organ abdominal dan menekan diafragma ke atas, yang juga membawa udara keluar dari paru-paru. 2. Pertukaran gas Ada dua tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida, yaitu di paru-paru dan jaringan tubuh. Pertukaran gas antara udara di alveoli dan darah di kapiler pulmonal disebut respirasi eksternal. Istilah ini mungkin sedikit membingungkan pada awalnya, karena kita biasanya berpikir bahwa eksterna berada dibawah tubuh. Namun, pada keadaan ini ekterna berarti melibatkan pertukaran udara dilingkungan ekterna. Respirasi interna adalah pertukaran gas antara darah dalam kapiler sistemik dan cairan jaringan (sel) pada tubuh. Udara yang kita hirup (atmosfir bumi) mengandung kurang lebih 21% oksigen dan 0,04% CO2. Meskipun sebagian besar (78%)

kandungan atmosfir adalah nitrogen, gas ini tidak secara fisiologis tersedia untuk kita, sehingga kita kemudian mengeluarkannya. Udara yang dikeluarkan ini mengandung kurang lebih 16% O2 dan 4,5% CO2, sehingga jelas sejumlah O2 tetap berada didalam tubuh, dan CO2 yang dihasilkan sel dihembuskan keluar. 3. Transpor gas dalam darah Sebagian besar oksigen diangkut oleh darah dengan terikat pada hemoglobin dalam sel darah merah (meskipun beberapa oksigen terlarut dalam plasma darah, tetapi tidak cukup untuk kelangsungan hidup). Mineral besi adalah bagian hemoglobin dan memberikan kemampuan kepada protein ini untuk membawa oksigen. Ikatan oksigen-hemoglobin dibentuk dalam paru-paru, yang memiliki PO2 tinggi. Namun, ikatan ini relative tidak stabil, dan ketika darah melewati jaringan dengan PO2 rendah, ikatan pecah, dan O2 dilepas ke jaringan. Pada keadaan jaringan rendah konsetrasi O2, O2 berlebih yang ada di hemoglobin akan dilepaskan. Ini berarti jaringan aktif, seperti otot bekerja, menerima lebih banyak oksigen untuk menjalankan respirasi sel. Factor lain yangmeningkatkan melepasan oksigen dari hemoglobin adalah PCO2 yang tinggi (pada pH yang rendah) dan temperature yang tinggi, keduanya juga merupakan karakteristik jaringan yang aktif. Pengangkutan CO2 sedikit lebih rumit. Sebagian CO2 terlarut dalam plasma dan sebagian diangkut oleh hemoglobin, tetapi ini hanya sekitar 10% - 30% total CO2 yang ditranspor. Kebanyakan CO2 diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat. Ketika CO2 memasuki darah, sebagian besar berdifusi menuju sel darah merah, yang didalamnya terdapat enzim karbonik anhydrase. Enzim ini mengatalisis reaksi CO2 dan H2O untuk membentuk asam karbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah menuju plasma, meninggalkan ion hydrogen di dalam sel darah merah. Ion hydrogen yang banyak akan cenderung membuat sel darah merah terlalu asam, tetapi hemoglobin bertindak sebagai dapar untuk mencegah asidosis. Untuk mempertahankan keseimbangan ionic, ion klorida dari plasma memasuki

sel darah merah, ini disebut pertukaran klorida. Dimanakah CO2? Di dalam plasma sebagai ion asam karbonat. Ketika darah mencapai paru, daerah dengan PCO2 yang lebih rendah, reaksi ini akan membalik, CO2 akan kembali dibentuk dan berdifusi menuju alveoli untuk diekshalasi.

B. Volume dan Kapasitas Paru

Gambar 1. Grafik Volume dan Kapasitas Paru Pada gambar 1 dituliskan 4 volume paru, bila semuanya dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Adapun arti dari masingmasing volume ini adalah sebagai beerikut: 1. Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal. Besarnya kira-kira 500 mL pada rata-rata orang dewasa muda. 2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang masih dapat diinspirasi secara maksimal setelah akhir inspirasi tidal yang normal. Biasanya mencapai 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi tidal yang normal. Biasanya dengan jumlah kira-kira 1100 ml. 4. Volume sisa atau residu adalah volume udara yang masih tetap berada di dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini rata-rata sekitar 1200 ml.

Volume di atas adalah volume statis paru, sedangkan volume dinamis paru ada 2 jenis yaitu FVC (Forced Vital Capacity) dan FEV1 (Forced Expired Volume in one second). FVC merupakan volume udara maksimum yang dapat dihembuskan secara paksa/kapasitas vital paksa yang umumnya dicapai dalam 3 detik, normalnya 4 liter, sedangkan FEV1 merupakan volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama normalnya 3,2 liter adalah parameter dalam menentukan fungsi paru. Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru. Adapun kapasitas paru dapat diuraika sebagai berikut: 1. Kapasitas inspirasi adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi (KI = VT + VCI). Nilai rata- ratanya adalah 3.500 ml. 2. Kapasita residu fungsional adalah penambahan volume residual dan volume cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE). Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata- ratanya adalah 2.300 ml. 3. Kapasitas vital adalah penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi (KT = VT + VCI + VCE). Kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Kapasitas vital dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya postur, ukuran rongga toraks, dan compliance paru dengan nilai rata- rata sekitar 4.600 ml. 4. Kapasitas paru total adalah jumlah total udara yang dapat ditampung dalam paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV + VR). Nilai rata-ratanya adalah 5.800 ml.

Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada orang atletis dan bertubuh besar dari pada orang yang bertubuh kecil dan astenis.

C. Complience paru dan Thorax Complience adalah daya pengembangan paru-paru dan thorax. Complience seluruh sistem paru (dan rangka thorax bersama-sama) dapat dihitung ketika paru mengembang dan merelaksasikan atau melumpuhkan seseorang secara total. Untuk melakukan hal ini, dalam waktu singkat udara dipaksa masuk ke dalam paru sementara dilakukan perekaman tekanan dan volume paru. Untuk mengembangkan sistem paru ini secara total, maka dibutuhkan tekanan hampir dua kali lebih besar dari pada yang dibutuhkan untuk mengembangkan paruparu yang sama setelah dikeluarkan dari rangka thorax. Oleh karena itu, compliance gabungan sistem paru-thorax hampir tepat separuh dari paru-paru itu sendiri, 110 ml volume/cm air untuk sistem gabungan, di bandingkan dengan 200 ml/cm untuk paru-paru saja. Selanjutnya, bila paru dikembangkan sampai volume yang cukup besar atau di kompresikan menjadi volume yang kecil, maka batas dada ekstrim dan bila mendekati batas ini, maka compliance dari sistem gabungan paru-thorax sampai seperlima dari paru itu sendiri. Compliance paru normal bila dikeluarkan dari toraks kira-kira 0,22 liter/cm air. Sedangkan bila gabungan antara paru dan toraks yang merupakan compliance sistem pernafasan besarnya adalah 0,13 liter/cm air. Ini menjelaskan bahwa otot-otot inspirasi harus mengeluarkan energi tidak hanya untuk mengembangkan paru- paru tetapi juga untuk mengembangkan rangka dada di sekitar paru- paru. Pengukuran compliance paru dapat dilakukan dengan tahap sebagai berikut: 1. Glotis orang tersebut harus terbuka dan tetap demikian 2. Udara dihirup secara bertahap, kira-kira 50-100 ml untuk sekali penghirupan, pengukuran tekanan dilakukan dari suatu balon intra esophagus pada setiap tahap, sampai volume total udara di dalam paruparu sama dengan volume tidal normal orang tersebut.

3. Udara dikeluarkan secara bertahap juga, sampai volume paru kembali ketingkat ekspirasi istirahat. 4. Gambarkan hubungan volume paru dengan tekanan yang terjadi.

Keadaan apapun yang merusak jaringan paru akan menyebabkan fibrotik atau edema, menyumbat bronkiolus, atau dengan cara lain apapun yang mengahalangi pengembangan dan pengempisan yang menyebabkan

penurunan compliance paru. Bila memikirkan compliance paru dan toraks secara bersama- sama, orang harus memasukkan pula setiap kelainan yang mengurangi daya pengembangan sangkar dada. Jadi, kelainan bentuk sangkar dada, seperti kifosis, skoliosis berat, dan keadaan lain yang menghambat penegmbangan paru dan toraks, seperti pleuritis fibrosa atau paralisis dan fibrosis otot, semuanya dapat mengurangi daya pengembangan paru dan dengan demikian menurunkan compliance total paru.

D. Flow Volume Loop Flow Volume Loop (FVL) adalah metode lain untuk melihat pengukuran kapasitas vital kuat dengan membuat grafik aliran terhadap volume aliran udara. Flow volume loop memberikan gambaran grafis dari upaya spirometri pasien. Bentuk keseluruhan dari flow volume loop penting dalam menafsirkan hasil spirometri. Perbandingan antara volume dan waktu adalah cara alternatif merencanakan hasil spirometri. Pada penyakit restriktif laju alir maksimum berkurang, seperti volume total berakhir. Sedangkan pada penyakit obstruktif laju aliran sangats rendah dalam kaitannya dengan volume paru-paru.

Gambar 2. Grafik Flow Volume Loop 8

E. Keterbatasan aliran udara ekspirasi Bila seseorang mengekspirasi dengan kekuatan besar, aliran udara ekspirasi mencapai kecepatan maksimum meskipun kekuatan ekspirasi masih terus meningkat. Efek ini dapat dijelaskan dengan melihat gambar 3. A. Bila dilakukan tekanan terhadap paru dengan penekanan sangkar dada, jumlah tekanan yang sama pada saat yang sama bekerja pada bagian luar alveolus dan saluran pernafasan. Oleh karena itu, tekanan tidak hanya meningkat di alveolus untuk memaksa udara keluar, tetapi bronkiolus terminalis kolaps pada waktu yang sama yang meningkatkan tahanan jalan nafas. Di luar usaha pernafasan tertentu, kedua efek ini mempunyai hasil yang sama tetapi berlawanan terhadap aliran udara, jadi mencegah peningkatan aliran lebih lanjut. Kurva yang direkam dalam gambar 3.B merupakan aliran ekspirasi yang dicapai oleh orang normal yang mula-mula menghirup udara sebanyakbanyaknya dan kemuadian mengeluarkannya dengan usaha ekspirasi maksimum sampai ia tidak dapat mengeluarkan udara lagi. Perhatikan bahwa ia dengan cepat mencapai suatu aliran udara ekspirasi lebih dari 400 liter/ detik. Tetapi tidak peduli betapa besar usaha ekspirasi tambahan yang dilakukannya, ini masih merupakan aliran ekspirasi maksimum yang dapat dicapainya. Perhatikan pula bahwa ketika volume paru menjadi semakin kecil, aliran ekspirasi maksimum ini menjadi makin berkurang. Alasan utama untuk reaksi ini adalah bahwa di dalam paru-paru yang mengembang, bronkus dipertahankan terbuka sebagian karena tarikan elastik pada bagian luarnya oleh unsur struktur paru. Tetapi ketika paru menjadi lebih kecil, struktur ini berelaksasi sehingga bronkus menjadi lebih mudah kolaps.

Gambar 3. Aliran ekspirasi maksimum

Abnormalitas kurva volume aliran ekspirasi maksimum sering di rekam pada laboratorium paru klinis untuk menentukan abnormalitas ventilasi paru. Gambar 4 melukiskan kurva normal dan kurva yang di rekam pada dua jenis penyakit paru-paru yang berbeda (1) konstriksi paru-paru seperti yang timbul pada tuberculosis dan (2) obstruksi saluran pernapasan seperti terjadi pada asma.

Gambar 4. Kurva keadaan normal dan abnormal

10

BAB III PENUTUP A. Simpulan Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon dioksida sehingga dilakukannya salah satu proses yaitu ventilasi paru, yaitu proses keluar dan masukknya udara dari dan ke paru. Dari proses tersebut, intensitas pernafasannya dapat diukur dengan proses spirometri dan dengan alat yang disebut dengan spirometer. Dengan alat tersebut akan dihasilkan grafik yang bisa menggambarkan volume dan kapasitas paru pada manusia baik yang normal maupun yang tidak normal. Dalam proses pernafasan juga mengenal istilah compliance paru yaitu ukuran seberapa banyak perubahan dalam volume paru yang terjadi akibat pergangan paru. Semakin rendah compliance, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru, semakin mudah paru-paru untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru.

B. Saran Sistem pernafasan adalah sistem yang penting untuk tubuh kita. Di dalam tubuh ini terjadi begitu banyak proses sehingga kita juga harus menjaga agar sistem yang terjadi dalam tubuh kita dapat berjalan sesuai dengan semestinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah dengan cara menjaga kesehatan diri sendiri dengan cara sering berolahraga, tidak merokok, dan menjaga diet agar proses pernafasan kita dapat berjalan tanpa hambatan maupun dengan suatu kelainan.

11

DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur. C. 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Ganong, W. F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC Guyton, Arthur. C & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC Rahajoe, Nastiti N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC

12

You might also like