You are on page 1of 2

MEKANISME PERTUKARAN GAS Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan terjadi melalui difusi pasif

sederhana O2 dan CO2 mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. Tekanan parsial adalah setiap tekanan yang secara independen ditimbulkan oleh gas tertentu di dalam campuran gas, yang dinyatakan dengan Pgas. Tekana O2 di udara atmosfer dalam keadaan normal adalah 160 mmHg sedangkan CO2 adalah 0,3 mmHg. Apabila pada kasus O2, tekanan parsial suatu gas dalam alveolus lebih tinggi dari tekanan parsial gas tersebut dalam darah yang memasuiki kapiler baru, tekanan parsial alveolus yang lebih tinggi mendorong lebih banyak O2 masuk ke dalam darah. Oksigen berdifusi dari alveolus dan larut dalam darah sampai PO2 darah setara dengan PO2 alveolus. Dan mekanisme yang sebaliknya berlaku pada CO2. Perbedaan tekanan parsial antara darah paru dan udara alveolus tersebut dikenal sebagai gradien tekanan parsial. Jumlah O2 yang diserap oleh paru sesuai dengan jumlah yang diekstraksi dan digunakan oleh jaringan. Demikian juga, jumlah CO2 yang dipindahkan ke alveolus sesuai dengan jumlah CO2 yang diserap di jaringan. Gradien tekanan parsial bukanlah satu-satunya penentu kecepatan difusi O2 dan CO2. Luas permukaan membran alveolus yang meningkat akan meningkatkan kecepatan pertukaran gas (luas permukaan naik misalnya pada ssat berolahraga, menurun pada saat keadaan patologis, misalnya emfisema atau atelektasis), ketebalan sawar yang memisahkan darah melintasi membran alveolus yang meningkat akan mengurangi kecepatan pertukaran gas (dalam keadaan normal, ketebalan tidak berubah, ketebalan sawar naik pada keadaan patologis, misalnya edema paru, fibrosis paru, dan pneumonia), koefisien difusi(daya larut gas dalam membran) yang meningkat akan meningkatkan kecepatan pertukaran gas. Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut ke jaringan agar dapat digunakan oleh sel-sel. Sebaliknya CO2 yang diproduksi oleh sel-sel harus diangkut ke paru untuk dieliminasi. Di dalam darah, oksigen terlarut dalam 2 bentuk : larut secara fisik dan terikat secara kimiawi ke hemoglobin. Hemoglobin merupakan suatu molekul protein yang mengandung besi, memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan longgarreversibel dengan O2. apabila tidak berikatan dengan O2, Hb disebut sebagai hemoglobin tereduksi; apabila berikatan dengan O2, Hb disebut sebagai oksihemoglobin. Masingmasing dari keempat atom besi di bagian hem molekul hemoglobin mampu berikatan dengan sebuah molekul O2. hemoglobin dianggap jenuh apabila semua hb yang ada mengangkut O2 secara maksimum. Persen saturasi hemoglobin adalah suatu ukuran seberapa banyak Hb yang dapat berikatan dengan O2, dapat bervariasi dari 0% - 100%. Hemoglobin berperan penting dalam memungkinkan perpindahan sejumlah besar O2 sebelum PO2 darah seimbang dengan jaringan di sekitarnya. Menurut hukum aksi massa, apabila konsentrasi salah satu bahan yang terlibat dalam sebuah reaksi reversibel meningkat, reaksi akan mengarah ke sisi yang berlawanan. Sebaliknya apabila

konsentrasi salah satu bahan yang terlibat menurun, reaksi akan mengarah ke sisi tersebut.dengan menerapkan hukum ini pada reaksi reversibel yang melibatkan Hb dan O2 ( Hb + O2 < = > HbO2 ), apabila Po2 darah meningkat, misalnya ketika di kapilerparu, reaksi akan mengarah ke sisi kanan persamaan, sehingga terjadi peningkatan pembentukkan HbO2 (peningkatan persen saturasi Hb). Apabila Po2 darah berkurang, misalnya pada saat kapiler sistemik, reaksi akan mengarah ke sisi kiri persamaan dan oksigen akan dibebaskan dari Hb ketika HbO2 terurai (penurunan persen saturasi Hb). Dengan demikian karena ada perbedaan PO2 di paru dan jaringan lain, Hb secara otomatis mendapat O2 di paru, tempat pasukan oksigen segar secara terus menerus diberikan leh ventilasi, dan menumpahkan O2 di jaringan yang secara terus menerus menggunakan O2. Tempat pengikatan oksigen di hemoglobin memiliki afinitas paling besar untuk CO dibandingkan untuk O2. CO dan O2 bersaing untuk menempati tempat pengikatan yang sama di Hb, tetapi afinitas Hb terhadap CO2 adalah 240x lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan ikatan antara Hb dan O2. Ikatan CO dan Hb dikenal sebagai karboksihemoglobin ( HbCO). Karena Hb cenderung berikatan dengan CO, keberadaan CO walaupun sedikit dapat mengikat Hb dalam jumlah yang realtif besar, sehingga tidak ttersedia Hb untuk mengangkut O 2. Walaupun konsentrasi Hb dan Po2 normal, kandungan O2 darah sangat berkurang. Apabila CO yang ada cukup banyak, sel-sel akan mati akibat kekurangan O 2. Selain toksisitas CO, adanya HbCO menggeser kurva O2-Hb ke kiri dengan demikian Hb pengikat O2 yang jumlahnya sudah terbatas tidak mampu membebaskan O2 di tingkat jaringan untuk Po2 tertentu. Untungnya CO bukan merupakan konstituen normal dalam udara inspirasi. CO merupakan gas beracun ynag dhasilkna selama pembakaran (kombustio) tidak sempurna produk-produk karbon. CO sangat berbahaya karena bekerja secara tersembunyi. Apabila dalam suatu lingkungan tertutup diproduksi CO sehingga konsentrasinya terus meningkat, CO tersebut dapat mencapai kadar mematikan tanpa disadari oleh korbannya. CO tidak dapat dideteksi karena tidak berbau, berwarna, berasa,dan tidak mengiritasi. Selain itu korban tidak merasa sesak napas sehinga tidak berusaha meningkatkan venilasi, walaupun sel-sel tubuhnya kekurangan O2.

You might also like