You are on page 1of 108

BAB I PENDAHULUAN

1.1. UKM

PROSES PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN

Pembangunan

pada

hakikatnya

merupakan

proses

berkesinambungan untuk menciptakan peluang seluas-luasnya bagi semua warga masyarakat, agar mewujudkan aspirasinya yang paling manusiawi (humanistik). Pembangunan juga dapat diartikan sebagai proses baik dalam mencapai dinamis menuju keadaan yang lebih tujuan-tujuan dari berbagai aspek

kehidupan bangsa. Proses pem-bangunan merupakan upaya dari kekuatankekuatan-kekuatan pembaharuan yang ada dalam masyarakat dengan dukungan dari pemerintah. Oleh sebab itu dalam pembangunan yang berorientasi optimasi sumberdaya tersedia usaha menggerakkan partisipasi masyarakat menjadi faktor yang menentukan. Demikian juga sebaliknya dalam pembangunan yang menggunakan pendekatan tersebut peluang masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dibuka seluas-luasnya. Kepentingan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

berkaitan langsung dengan tujuan pembangunan itu sendiri yang mengoptimalkan potensi sumberdaya tersedia untuk mendapatkan manfaat yang sesuai dengan partisipasi yang disumbangkan. Dalam konsepsi pembangunan ini, Kelompok Keynesian (penganut paham Adam Smith), membuat beberapa
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

indikator keberhasilan pembangunan yang bersifat kuantitatif, yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per jiwa. Indikator tersebut juga banyak digunakan dalam menilai keberhasilan pembangunan di negara-negara berkembang, tetapi sering kali pertumbuhan itu sendiri bersifat semu karena terpusat pada daerah-daerah atau kelompokkelompok tertentu saja. Dalam konsepsi pembangunan yang demikian dampak yang terjadi adalah inefisiensi dan tidak optimal-nya pemanfaatan sumber daya pembangunan, yang berakibat akhir terjadinya pencucian sumberdaya di daerah belakang (hinterland), serta timbulnya kesenjangan yang memicu kerawanan sosial dan ekonomi. Hasil-hasil pembangunan dalam beberapa kali Pelita (pada era orde baru) yang lalu, juga menilai keberhasilan pembangunan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan per jiwa. Tolok ukur keberhasilan pembangunan tersebut mengarahkan sekelompok kegiatan pengusaha kegiatan besar pembangunan yang pada karena industrialisasi yang padat modal dan dikuasai hanya oleh (konglomerat) ketidakmampuannya dalam bersaing dipasar internasional dan keterikatannya pada bahan baku impor menyebab merka hancur terimbas krisis ekonomi yang yang terjadi sejak tahun 1997 yang lalu. Akibat lain yang terlihat adalah melebarnya kesenjangan ekonomi baik antar daerah maupun antar kelompok dalam masyarakat dan kemiskinan struktural dalam masyarakat. Ironisnya gejala tersebut juga belum pupus di era reformasi sekarang ini. Kondisi yang demikian diduga tidak hanya dipicu oleh belum terwujudnya stabillitas kondisi perekonomian nasional dan desakan perubahan paradigma perekonomian global yang mengarah pada pasar bebas, namun
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

juga dikarenakan belum tercapainya stabilitasdi bidang politik yang berdampak pada ketidak seimbangan antar sektor. Krisis Ekonomi yang berkepanjangan yang berdampak sangat luas terhadap kondisi perekonomian berharga bagi nasional bangsa juga telah memberikan pelajaran Indonesia.

Kejadian tersebut telah menyadarkan banyak orang bahwa usaha besar yang selama ini diunggulkan sebagai penopang utama produksi dan pendapatan nasional ternyata sangat rapuh dalam menghadapi badai perekonomian dunia. Sebaliknya usaha kecil dan usaha menengah (UKM) yang kurang mendapat perhatian, malah dapat bertahan dan menjadi jaring pengaman perekonomian nasional yang sudah sangat terpuruk. dari keadaan tersebut maka TAP MPR RI tahun Belajar 1998

memprioritaskan pembinaan terhadap koperasi dan usaha kecil sebagai pilar perekonomian nasional. Komitmen pemerintah untuk memperkuat kedududukan dan peran usaha kecil dan usaha menengah (UKM) di era reformasi sekarang ini nampaknya juga sangat beralasan dan sudah sewajarnya mendapat perhatian yang lebih dari semua pihak. Justifikasi yang dapat dikemukakan disini adalah bahwa fakta menunjukan dalam masa krisis dimana hampir semua Perusahaan besar mengalami kebangkrutan, sebagian besar (64,1%) pengusaha kecil malah dapat bertahan, dan bahkan ada yang mampu mengembangkan usahanya (0,9%). Sedangkan yang terpaksa mengurangi kegiatannya sebesar 31 % dan yang terpaksa menghentikan kegiatannya hanya 4% (depkop dan UKM 1998/1999). Data tersebut menjadi indikator bahwa UKM yang memiliki keunggulan relatif tersendiri lebih antara lain karena sedikit
3

efisiensiinya

yang

tinggi

hanya

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

menggunakan banan-bahan baku impor dan produk yang dihasilkannya mempunyai daya saing yang cukup tinggi baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Dengan demikian adalah wajar bila kelompok ini dijadikan pelaku utama perekonomian nasional, walaupun sampai dengan akhir tahun tahun 1999 diperkirakan kontribusi UKM terhadap ekonomi nasional baru sekitar 45%. Mengingat kedudukannya yang sangat strategis khususnya dalam proses penyembuhan maka perekomian nasional (national economics recovery)

pengembangan UKM harus dilaksanakan sejalankan dengan kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan kembali berbagai kegiatan yang berbasis ekonomi rakyat berorientasi ekspor. Jumlah UKM yangsangat besar dengan jenis kegitan yang sangat beragan serta tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia luas merupakan potensi yangsangat besar untuk dikembangkan. Demikian juga karena cakupan usaha KUM yang sangat mulai dari produsi bahan baku, bahan setengah jadi maupun barang jadi, pengolahan sampai dengan pemasaran maka kaitan kerjasama usaha yang dapat dibangun diantara UKM sebenarnya sangat mungkin. Permasalahan yang dihadapi UKM sebenarnya merupakan

masalah struktural karena belum adanya sistem kelembagaan yang mampu menghimpun potensi yang ada pada kelompok ini. Misalnya saja jika disatu sisi UKM sebagai produsen peranannya relatif sudah cukup besar UKM yang produsen tersebut menghadapi permasalahan di bidang pemasaran karena harus berhadapan dengan pengusaha besar yang bargainingnya lebiih kuat sehingga UKM tersebut selalu hanya diperankan sebbagi penerima harga (price tacker). Sedangkan disisi yang lain cukup banyak UKM yang bergerak dibidang pemasaran tetapi harus
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

mendapatkan bahan untuk dipasarkan dari pengusaha besar, disini juga UKM yang pedagangtersebut harus menerima kedudukannya sebagai price tacker. Demikian juga umumnya kemampuan pemasaran yang dilakukan oleh UKM umumnya masih di lingkungan lokal dan hal inilah yang menjadi kendala bagi sebagian UKM dalam mengembangkan melaksanakan tahun 1998/1998 usahanya. relatif yang UKM Kemampuan masihsangat UKM kecil. dalam Selama ekspor

melakukan ekspor secara langsung masih sangat kecil yakni sekitar 284 UKM.Umumnya UKM yang bergerak di sektor pertanian, agribisnis, garmen dan handicraf. Berkaitan dengan masalah pemasaran yang dihadapi UKM perdagangan bebas disamping memberikan peluang bagi PKM untuk memperluas pasar sekaligus juga merupakan tantangan yang perlu diwaspadai bagi UKM, karena persaingan akan semakin ketat, tidak hanya dengan kompetitor didalam negri akan tetapi juga harus berhadapan dengan kompetitor luar. Oleh karena itu UKM harus berupaya memperkuat dirinya. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif adalah dengan menjalin kemitraan dengan sesama UKM, baik dengan UKM sejenis, maupun dengan UKM yang bergerak di sektor hilir ataupun sektor hulu. Kenyataan empirik menunjukkan bahwa, disamping masalah kualitas, kelemahan UKM selama ini kurangnya akses terhadap informasi pasar, teknologi dan modal sehingga UKM tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Dengan adanya sinergi antar UKM ini,diharapkan UKM akan lebih kuat dan mampu bersaing tidak hanya dipasar domestik akan tetapi juga di pasar global. Belum dapat dikembangkannya peranan UKM dalam mendukung
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

pertumbuhan ekonomi

dalam beberapa tahun belakangan ini

lebih disebabkan oleh masih banyaknya permasalahan dalam lingkup pembangunan yang belum dapat teratasi antara lain : a) Proses (kegiatan) pembangunan yang kurang merata, baik antara desa dengan kota maupun antara daerah pusatpusat-pusat pertumbuhan yang berada di Indonesia bagian Barat (KBI), ketersediaan perhatian, b) c) Ketimpangan distribusi pendapatan dalam masyarakat dan terkonsentrasinya modal pada sekelompok orang Terkurasnya dan tidak efisienya penggunaan sumbersumber-sumber daya potensial terutama sumber daya mineral dan sumbersumber-daya hutan d) Belum dapat dimanfaatkannya berbagai sumber daya potensial seperti hasilhasil- hasil laut dan bahan galian secara optimal, e) g) Penyebaran dan kualitas penduduk yang tidak merata, Belum terlihatnya dampak nyata dari bantuan luar negeri (hutang) yang semakin hari jumlahnya semakin bertambah. Adanya berbagai masalah dalam pembangunan khususnya dalam upaya perkuatan peran UKM dalam sistem perekonomian nasional tersebut diatas, merupakan indikator bahwa konsep operasional pembangunan yang dilaksanakan dalam era reformasi sekarang ini juga belum mampu menjawab tantangan pembangunan secara tuntas. Sebaliknya ada indikasi bahwa konsep pembangunan yang lebih berorientasi pada pengembangan ekonomi kerakyatan di era reformasi sekarang ini juga sudah terjebak dalam berbagai permasalahan yang
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

dengan hinterlandnya (KTI). Dikarenakan prasarana dan sarana pembangunan di

daerah tersebut pada era orde baru kurang mendapat

menyangkut kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat yang tidak mungkin dapat diselesaikan hanya oleh pemerintah tetapi harus mendapat bantuan sepenuhnya dari masyarakat (kelompok UKM). Fakta juga menunjukan bahwa baik dalam hal jumlah orang yang terlibat maupun tenaga kerja yang terserap dalam kluster usaha ekonomi KUKM ini adalah sedemikian besar yaitu mencapai 59,6 juta orang atau 88,9 % dari jumlah tenaga kerja produktif yang pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 67,1 juta jiwa Bertolak dari fakta tersebut maka dalam rangka mewujudkan keadilan ekonomi adalah wajar bila orientasi pembangunan diarahkan pada upaya perkuatan UKM. Pandangan dari aspek ekonomi positif juga meng indikasikan bahwa perkuatan UKM secara langsung akan berdampak pada keberhasilan mengoptimalkan pemanfaatan guna sumberdaya mengejar dari nasional, yang sekaligus merupakan kebijakan perimbangan eksistensi antar kluster usaha ekonomi orde baru sangat banyak mendapat ketertinggalan UKM dari kelompok usaha besar yang selama era kemudahan pemerintah. Namun demikian usaha membangun dan mengembangan UKM bukanlah hal mudah karena masih banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi UKM juga cukup banyak untuk itu perludicarikan solusi pemecahan masalah yang tepat, yang tidak berdampak pada timbulnya masalah-masalah baru baik bagi UKM sendiri maupun bagi lingkungan perekonomian nasional . Salah satu kendala yang menonjol dan perlu diselesaikan sesegera mungkin adalah kelemahan yang ada dalam kluster UKM ini yaitu kelemahan aksesnya baik terhadap teknologi dan manajemen produksi, permodalan, dan informasi. Berbagai solusi untuk menyelesaikan masalah ini dapat
7

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

dikemukakan tetapi pada prinsipnya harus disepakati dulu pendekatan yang akan digunakan dalam penyusunan solusi menghilangkan kendala tersebut dengan memperkuat potensi dan posisi UKM. Untuk itu perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilannya terutama menyangkut unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam mengatasi kendala tersebut. Dalam upaya perkuatan usaha UKM perlu diperhatikan ciri-ciri dan permasalahan kluster usaha ekonomi tersebut terutama koperasi dan kelompok usaha kecil (KUK) yang antara lain ; 1) Skala usaha (economics of scale) kecil-kecil sebagai akibat dari 2) lemahnya KUK terhadap akses permodalan dan keluasan pasar dari komoditas yang diusahakan. Kualitas produk relatif rendah dan kesinambungan produksi tidak terjamin sebagai akibat dari sifat komoditas yang sebagian masih merupakan bahan mentah, penggunaan teknologi sederhana, kualitas SDM (keahlian) rendah, serta faktor lingkungan fisik (alam) dan kondisi sosial ekonomi yang tidak kondusif ; 3) Akses terhadap pasar relatif rendah karena lemahnya permodalan, keterbatasan informasi serta, sifat pasar yang cenderung kearah Monopsoni bahkan untuk beberapa komoditas ada kecenderungan terjadinya kasus Monopoli. Berbagai kondisi yang tidak menguntungkan bagi UKM seperti diuaraikan di atas sudah terjadi selama masa orde baru. Yang lebih parah lagi selama masa dimana pembangunan diarahkan pada upaya industrialisasi yang tidak memper-hatikan kondisi sumberdaya (terutama manusia dan alam) tersebut berlangsung, juga telah terjadi fragmentasi kegiatan ekonomi
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

yang dilaksanakan oleh UKM, sehingga kaitan usaha antar UKM dibuat semakin tidak jelas, sedangkan usaha besar ditempatkan pada posisi yang sangat menguntungkan. Kondisi tersebut secara yang jelas menggambarkan merupakan bahwa masalah

permasalahan

pokok

dihadapi

struktural. yang hanya dapat diselesaikan melalui reformasi kelembagaan antara lain dengan membangun sistem jaringan usaha antar KUM dalam berbagai bentuk yang mempererat kaitan antar UKM. antar UKM. Model Kemitraan yang selama ini banyak dikenal adalah antara perusahaan besar dengan pengusaha kecil seperti Sub Kontraktor, Pola PIR, Bapak angkat. Sedangkan kemitraan antar UKM walaupun sedah ada tapi masih sebagian kecil UKM misalnya pola francise es teler. Akan tetapi kemitraan antar UKM pada umumnya belum terpola dengan baik, dan bersifat temporer atau sewaktu-waktu. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui lebih jauh bagaimana bentuk-bentuk kerjasama yang sudah ada diantara UKM, perlu dilakukan suatu pengkajian yang akan dapat menyajikan informasi secara rinci mengenai model-model kemitraan antar UKM. Modal kemitraan yang selama ini banyak dikenal adalah antara perusahaan besar dengan pengusaha kecil seperti sub kontraktor, pola PIR, bapak angkat. Sedangkan kemitraan antar UKM walaupun sudah ada tetapi masih sebagian kecil UKM pada umumnya belum terpola dengan baik, dan bersifat temporer atau sewaktu-waktu. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Salah satu alternatif yangdapat dijadikan

solusi adalah dengan membangun lembaga kemitraan usaha

mengetahui lebih jauh bagaimana suatu pengkajian yang akan dapat menyajikan informasi secara rinci mengenai model-model kemitraan antar UKM. Permasalahan umum yang dihadapi oleh UKM diantaranya adalah terbatasnya kemampuan UKM untuk mengakses permodalan, teknologi dan informasi pasar, manajemen dan organisasi, sehingga UKM perlu melakukan sinergi diantara UKM itu sendiri. Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji adalah: a. b. c. model-model kemitraan yang bagaimana yang dapat mengembangkan usaha UKM apa dampak kemitraan tersebut terhadap kinerja UKM secara keseluruhan bagaimana prospek kemitraan usaha dalam mengembangkan usaha UKM

1.2. TUJUAN
1. 2. Mengindentifikasi kemitraan usaha antar UKM Mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam melakukan kemitraan usaha antar UKM

1.3. OUTPUT
Output yang diharapkan dari pengkajian ini adalah model dan rekomendasi mendukung tentang kebijakan peran kemitraan dan kinerja UKM UKM yang pada peningkatan

perekonomian nasional.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


2.1.1. Ketertinggalan dan Kemiskinan Pertambahan jumlah penduduk yang cepat di masa lampau, menyebabkan menyebabkan saat ini pemerintah menghadapi adanya situasi sulit yang menimpa masyarakat, khususnya pedesaan di Jawa.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

11

Hal ini telihat dari kenyataan banyaknya potensi sumberdaya alam menjadi semakin terbatas; berkurangnya pemilikan lahan pertanian; dan nilai tukar yang semakin buruk antara hasil pertanian dengan hasil industri. Akibat dari keadaan ini terjadi proses pemiskinan sumberdaya manusia, jumlah kelompok miskin menjadi semakin banyak dan bahkan cenderung terjadi pada sebagian besar masyarakat masyarakat pedesaan. Proses semacam ini disebut terjangkit oleh Geertz disebut "involusi yang pertanian", mewarisi yang potensi tidak merupakan proses pembagian kemiskinan. kemiskinan. Masyarakat yang penyakit involusi inilah sumberdaya yang kapabilitasnya rendah. Pada umumnya dalam jangka panjang akan menyebabkan para warganya memiliki kemampuan untuk melihat jauh ke depan, tidak memiliki keberanian menanggung resiko, kurang memiliki inisia tif, kurang memiliki kemampuan melihat potensi/peluang yang ada, buta informasi dan akhirnya dapat menjurus menjadi fatalis. Proses pengentasan masyarakat dari fenomena involusi pertani an akan berhasil apabila terjadi pendinamisan masyarakat secara keseluruhan. Disamping itu pola adaptasi baru akan dapat dilalui masyarkat apabila tidak ada perintang yang dapat menghambat terjadinya perkembangan tersebut. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila ada intervensi pemerintah secara langsung dan cukup intense, yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dengan jalan pembangunan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam rangka program pengentasan kemiskinan telah dirancang berbagai sekaligus program pembinaan tingkat sumberdaya manusia Hal dan ini
12

memperbaiki

kesejahteraannya.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

dimaksudkan

untuk

lebih

memeratakan

akses

seluruh

masyarakat terhadap proses pembangunan dan hasil-hasilnya. Selain itu perlu adanya perhatian khusus terhadap kelompok masyarakat miskin yang relatif tertinggal dan belum beruntung dibandingkan dengan kelompok lainnya. Penanganan kemiskinan pada prinsipnya prinsipnya merupakan pemecahan masalahmasalah yang berkaitan dengan kondisi sumberdaya alam yang tidak menguntungkan dan rendahnya rendahnya akses kelompok masyarakat miskin terhadap peluang - peluang peluang yang tersedia. Oleh karena itu upaya pengentasan yang harus diarahkan pada: (a). Meningkatkan kualitas dan kemampuan sumberdaya manusia, melalui jalur pelayanan pendidikan (transfer IPTEK), pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi. (b). Mengembangkan tingkat partisipasi penduduk miskin secara sinergis untuk membentuk kelompok sehingga mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dalam bernegosiasi dengan pihak lain (c). Mengembangkan dan membuka usaha produk tif yang dapat diakses oleh kelompok masyarakat miskin secara berkelanjutan. (d). Memperbesar akses masyarakat miskin dalam penguasaan faktor p faktor produksi. (e). Pemihakan kebijakan publik yang mampu mendorong peningkatan daya beli masyarakat miskin Dengan mengacu kepada lima arah tersebut maka bantuan program pembangunan harus diberikan dalam bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan penghasilan, kemampuan berusaha, upaya meringankan beban hidup masyarakat, pemenuhan prasarana dasar sosial, pemberian pemberian modal kerja melalui
13

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

kelompok swadaya masyarakat (KSM) untuk dapat digulirkan lebih lanjut dan pembangunan /rehabilitasi sarana dan prasarana fisik yang menunjang kegiatan produktif, pemasaran hasil produksi pedesaan, dan perbaikan mutu lingkungan pemukiman hidup. Usaha lain yang sedang dirancang Pemerintah pada awal PJPT II, yakni melalui konsep Program bantuan khusus untuk wilayah dengan kelompok masyarakat miskin yang cukup besar. Usaha Pemerintah permasalahan, pada yakni kenyataannya (a) Kurangnya masih data menghadapi aktual untuk

mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi kelompok miskin ; (b) belum diketahuinya proyek- proyek yang dibutuhkan untuk kelompok masyarakat miskin; (c) belum diketahuinya katagori kelompok sasaran yang relevan dengan jenis proyek yang akan diintroduksikan.

2.1.2. Beberapa Permasalahan "Kemiskinan dapat dirumuskan sebagai keadaan dari

masyarakat yang hidup serba kekurangan, yang terjadi bukan karena dikehendaki dikehendaki oleh mereka." Keadaan sosial ekonomi masyarakat miskin di wilayah pedesaan masih ditandai oleh pertambahan penduduk yang cukup pesat, dan sebagian terbesar masih tergantung pada sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional. Dalam situasi seperti ini tekanan terhadap sumberdaya lahan semakin besar dan rata-rata
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

14

penguasaan aset lahan setiap rumah tangga semakin minim, bahkan banyak rumahtangga yang tidak memiliki lahan garapan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak keterbatasan lahan pertanian tersebut, baik melalui program intensifikasi pertanian, transmigrasi, maupun pengembangan pengembangan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dalam sektor non-pertanian di pedesaan. Sementara itu sejumlah penduduk pedesaan mengambil jalan pintas untuk menolong dirinya sendiri sendiri melalui urbanisasi ke kota. Penduduk yang tetap tinggal di desa harus bersedia hidup dalam situasi subsistensi dan involutif. Beberapa permasalahan epenting adalah sbb: (1). Seseorang termasuk miskin kalau tingkat pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum yang antara lain meliputi pangan, sandang, perumahan, pendidikan atau karena rendahnya dan kesehatan. Hal ini dapat produktivitas produktivitas rendahnya atau kombinasi dapat dan disebabkan oleh terlalu besarnya jumlah anggota keluarga keduanya. setengah Rendahnya menganggur, tersebut pendidikan

disebabkan oleh banyak faktor, seperti mengangggur atau terbatasnya ketrampilan, atau rendahnya tingkat kesehatan dan gizi. Hal yang memprihatinkan ialah bahwa kemiskinan tersebut dapat "menurun" kepada generasi berikutnya. (2). Upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin lebih lanjut akan semakin sulit karena penduduk miskin tersisa tersisa adalah yang yang peling rendah kemampuannya untuk

dapat menolong menolong diri, semakin terpusat di kantong- kantong kemiskinan dan semakin sulit jangkauannya. Kebijaksanaan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

15

yang berlaku umum kana semakin tidak efektif dan peran utamanya harus digantikan dengan kebijaksanaan khusus yang langsung ditujukan ditujukan kepada dan untuk orang miskin. Harus dapat dikembangkan strategi yang diarahkan secara khusus kepada wilayah dan kelompok miskin. Untuk itu pertama-taha kondisi harus diketahui fisik. Langkah sumber penyebab adalah kemiskinan, bersifat struktural atau kultural, kultural, atau karena lingkungan selanjutnya merumuskan program khusus untuk mengatasi penyebab kemiskinan tersebut. (3). Pemantauan profil penduduk miskin telah mulai dilakukan, dan telah diperoleh gambaran mengenai kemiskinan. persebaran Profil penduduk miskin yang dapat digunakan untuk merumuskan kebijaksanaan rumahtangga pedesaan sanakan. dan pengentasan dan wilayah miskin yang ada pada kita penanggulangan penanggulangan perlu kemiskinan di jenis perkotaan, dibedakan

mengindikasikan bahwa

programnya, kegiatan dan bentuk bantuan yang akan dilak Hal ini menegaskan bahwa program penang gulangan kemiskinan perlu sesuai dengan kondisi masingmasing daerah. (4). Keberhasilan dan efektivitas program kemiskinan berbagai penanggulangan

dalam menjangkau orang miskin ditentukan program anti kemiskinan. harus berisi Program pedoman-

oleh keterpaduan dalam peren canaan dan pelaksanaan penanggulangan masalah berisi:
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

kemiskinan

pedoman umum peningkatan perhatian kemiskinan.

kepada masalah-

Pedoman tersebut pada dasarnya

16

(a).

Peningkatan dan penyempurnaan

program-program

pembangunan pembangunan pedesaan yang telah ada baik yang bersifat sektoral maupun regional termasuk program Inpres dan swadaya masyarakat, masyarakat, (b). (c). efektif. (5). Pada hakekatnya masalah kemiskinan tidak terlepas dari masalah yang lebih besar, yaitu masalah ketimpangan antar wilayah dan antar golongan penduduk. Masalah ketimpangan ini sangat rumit dan hanya dapat diatasi secara bertahap berkesinbambungan. berkesinbambungan. Ketimpangan sosial, yang melibatkan berbagai lapisan masyarakayt merupakan masalah yang mendesak. Kesempatan Kesempatan yang terbuka oleh berbagai kegiatan pembangunan telah dapat dimanfaatkan secara lebih baik oleh sekelompok masya rakat Prakarsa kelas dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Peningkatan desentralisasi dan otonomi peran dalam serta pengambilan keputusan, Peningkatan masyarakat secara aktif dengan pendampingan yang

perorangan seperti ini telah mengem bangkan

pengusaha nasional yang selama ini telah menyum bang kepada pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja khususnya di sektor industri.

2.1.3. Faktor Penyebab Kemiskinan Beberapa hal yang diperkirakan menjadi penyebab kemiskinan di pedesaan adalah:

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

17

(1). Permasalahan rendahnya Kapabilitas dan Ketersediaan Sumber daya Alam bagi proses produksi primer. Rendahnya kqalitas sumberdaya lahan megakibatkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani produsen, akibat selanjutnya selanjutnya ialah proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif tinggi dibandingkan dengna produk sejenis dari tempat lain. (2). Permasalahan tata nilai (etos). Kemiskinan yang telah berjalan dalam dimensi ruang dan waktu yang luas dan lama, dan telah mewarnai pengalaman kesejarahan berjuta penduduk, ternyata telah menyebabkan kemiskinan diterima sebagai bagian yang sah dari kehidupan dan mewarnai sistem nilai dan struktur sosial masyarakat. Kemiskinan diterima sebagai keniscayaan yang tidak perlu dipermasalahkan lagi. Setiap usaha mengentas kemiskinan menjadi pekerjaan yang tidak mudah dan bahkan dipandang aneh dan mungkin dianggap "asosial". fungsi Dalam situasi budaya seperti ini maka gejala dari keterbatasan dan kesehatan pekerjaan, pekerjaan, saja, tetapi pendapatan, juga harus kemiskin an tidak cukup kalau hanya dievaluasi sebagai pendidikan,

diperhatikan adanya fakta bahwa mereka juga "miskin" terhadap makna kemiskinan itu sendiri. (3). Keterbatasan penguasaan faktor produksi pertanian,

khususnya lahan usaha.

Sejumlah besar rumah tangga

petani tidak memi-liki lahan garapan (sawah) atau hanya menguasai lahan sangat sempit (kurang dari 0,05ha). (4). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

18

dan

manajemen

yang

terbatas,

karena

keterbatasan

berlatih (bukan keterbatasan pendidikan). Sebagian besar tenagakerja tenagakerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur dalam berbagai tingkat pengangguran. (5). Keterbatasan lapangan kerja dan lapangan usaha di sektor pertanian, baik akibat keterbatasan lahan pertanian maupun sebagai akibat "keterlemparan" akibat masuknya input pertanian modern. Sementara itu lapangan pekerjaan non pertanian belum cukup ditunjang oleh tradisi bisnis desa. Walaupun tenagakerja paling banyak di sektor perta nian (50- 60%), namun hampir separuh (40-45%) dari pekerja ini bekerja pada keluarga sendiri yang tidak dibayar. (6). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi budidaya untuk komoditi pertanian yang ekonomis, teknologi pasca panen dan pengolahan hasil, serta teknologi non pertanian. Kelompok masyarakat miskin di desa akses yang memadai untuk marginalnya sangat rendah. tidak mempunyai menentukan alternatif usaha Perkem-bangan lapangan

tanaman dan agro-teknologinya, sehingga produktivitas kerja non pertanian juga belum didukung oleh teknologi tepat guna yang memadai, memadai, atau masih bersifat kecil-kecilan dan sederhana sekali. (7). Keterbatasan informasi, pembinaan, fasilitas permodalan, proteksi setiap usaha dan kesempatan mereka harus (opportunity), melakukan suatu secara lingkaran lingkaran yang lazim dalam bisnis modern. Hampir dalam kegiatannya swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa yang
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

19

menjadi miliknya miliknya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang mungkin. mungkin. tersebut Sementara itu faktor produksi unggulan oleh sektor perkotaan industrial, dikuasai

terutama dalam wujud informasi, teknologi dan fasilitas per-kreditan. (8). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk perdesaan lebih rendah terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini mengakibatkan warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti, hampir dalam semua lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak memungkinkan memungkinkan melakukan akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai tukar pdtani. (9). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan dampak dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar penduduk di pedesaan miskin jika memer lukan kredit untuk tambahan modal akan mencari pada saluran kredit atau lembaga keuangan non- formal. (10). Kebijakan pemerintah yang lebih menitik beratkan pada laju pertumbuhan ekonomi, ternyata berdampak negatif terhadap kelompok masyarakat miskin. kebijakan kepada pertanian pangan pemenuhan yang nasional swasembada dan Demikian juga kepada mengacu telah dengan dititikberatkan kurang pedesaan

konsumsi

menyebabkan sektor pedesaan/pertanian hanya berfungsi seba-gai penyangga stabilitas ekonomi nasional, keterbatasan akses untuk menentukan pilihan ekonomis.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

20

(11). Belum berfungsinya kelembagaan swadaya masyarakat di perdesaan yang mampu menampung prakarsa, peran-serta dan swadaya swadaya masyarakat untuk mengentas diri sendiri. Kelembagaan yang ada masih kurang fungsional dan/atau tingkat swadaya rendah. (12). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga miskin yang pada kenyataannya sangat berhubungan erat dengan (1). Masalah pendapatan yang diperoleh, (2). Masalah Gizi dan pangan, (5). (3). Masalah (7). kerja, kesehatan, Masalah dan (4). Masalah (6). kematian, Masalah Masalah Masalah lingkungan pemukiman,

Pendidikan, Pendidikan, Kesempatan

penguasaan Masalah

IPTEK/Ketrampilan, (8). Masalah pemilikan lahan, (9). (10). prasarana/sarana kebutuhan dasar. Pada kenyataannya masalah-masalah tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu (1) masalahmasalah sistem nilai (etos) dan kelembagaan infrastruktur, (2) masalahmasalah struktural, khususnya keterbatasan penguasaan sumberdaya dan faktor produksi pertanian, serta kelimpahan tenagakerja; dan (3) masalah-masalah kebijakan dan pendekatan model pembangunan. Fenomena kemiskinan buatan (atau pengaruh) lingkungan alam berpangkal dari sumberdaya alam yang gersang, misalnya tak mencukupi dalam mendukung hidup sejumlah penduduk yang bertambah dan hidup dari alam itu. Sedangkan fenomena kemiskinan buatan manusia (masyarakat sendiri), disebabkan oleh lingkungan sosial ekonomi dan budaya. Ada struktur kemiskinan yang menjadikan sebagian orang miskin (lapisan bawah) sedang
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

21

sebagian lain (lapisan atas) serba cukup, bahkan kaya, serba kuasa, mampu mengembangkan kekayaan yang sebagian berasal dari upaya nafkah golongan miskin. Ada juga fihak yang mengalihkan perhatian pada "budaya miskin" (miskin karena malas atau berciri negatif lain: fatalistik, cepat menyerah kalah). Sebaliknya golongan kaya mempunyai motivasi kuat dan sifatsifat terpuji (positif) lainnya dan mencapai kesejahteraan kesejahteraan tinggi. Dua pencirian itu dikontraskan dan dipisahkan satu dari yang lain. Tergantung dari sisi mana pendekatan orang, upaya orang luar dalam membantu mengatasinya menunjukkan menunjukkan corak yang berbeda-beda.

2.2. KELEMBAGAAN

SOSIAL

EKONOMI

DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Aspirasi masyarakat yang berkembang saat ini mengisyaratkan perlunya kerangka mempercepat pemberdayaan penguasaan pembangunan masyarakat, teknologi, pedesaan melalui dan dalam penyediaan pemanfaatan

sarana/ prasarana, pengembangan kelembagaan pengelola sumberdaya, keunggulan sumberdaya alam. Dalam upaya pemberdayaan masyarakat tersebut, sangat mutlak penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.

2.2.1. Permasalahan Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

22

ekonomi adalah: (1) kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan kecil akses usaha, bagi masyarakat, khususnya (2) kurangnya lokasi masyarakat penciptaan lahan dalam mengembangkan ke pasar, kecil yang input dan untuk dapat

kegiatan usaha yang kompetitif. masyarakat informasi sumberdaya ekonomi berupa kapital, sumberdaya alam, berusaha/ teknologi produksi, dan (3) lemahnya kemampuan masyarakat ekonomi mengembangkan kelembagaan

meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Ditinjau dari aspek upaya sosial, yang permasalahan dapat pemberdayaan pengaruh

masyarakat adalah: (1) kurangnya mengurangi lingkungan sosial-budaya yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural, (2) kurangnya peningkatan informasi. (3) kurang sosial, (4) belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat yang terkena musibah dampak krisis ekonomi, dan (5) belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, dan perlindungan bagi masyarakat rentan, dll-nya. berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang, dapat menjadi sarana interaksi akses masyarakat dan untuk memperoleh termasuk pengetahuan ketrampilan

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

23

2.2.2. Tantangan Tantangan utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana membangun kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengelola sumberdaya ekonomi secara optimal dan pendapatan yang layak, martabat dan eksistensi pribadi, kebebasan menyampaikan pendapat, berkelompok dan berorganisasi, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik. Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan masyarakat, strategi kebijakan umum yang perlu diambil adalah: 1. Mengembangkan memfasilitasi memanfaatkan pemerintah meningkatkan kelembagaan sumberdaya dari kesejahteraan yang sosial yang dari dapat dan alam, untuk dan masyarakat dan untuk memperoleh berasal sendiri, martabat

masyarakat sosial,

keberadaannya; serta memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. 2. Mengembangkan kapasitas organisasi ekonomi masyarakat untuk dapat mengelola kegiatan usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang layak. 3. Mengembangkan lembaga keswadayaan untuk membangun solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat. 2.2.3. Pengembangan Kelembagaan Pengembangan Kelembagaan Sosial-Ekonomi Masyarakat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat setempat agar mampu menjadi
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

24

wahana bagi masyarakat dalam mengembangkan kehidupan ekonomi, martabat dan keberadaan, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik. Sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat setempat yang dapat memberikan sarana bagi masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraan sosial. Kegiatan prioritas dalam pengembangan kapasitas kelembagaan sosial masyarakat adalah: (1) penghapusan peraturan yang menghambat berkembangnya kelembagaan masyarakat, (2) penyediaan bantuan pendampingan dalam pengembangan lembaga sosial-ekonomi masyarakat, (3) pengembangan forum komunikasi dan konsultasi antara pemerintah lembaga dan lembaga masyarakat kegiatan maupun antar masyarakat dalam pengambilan sosial-ekonomi yang dibentuk oleh

keputusan publik. Pengembangan Kelembagaan Keswadayaan dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan atau volunter yang berfungsi dalam penggalangan solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat luas untuk memecahkan masalah sosial kemasyarakatan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah terwujudnya sistem kelembagaan keswadayaan di masyarakat dan keaktifan kelompok masyarakat, kelompok asosiasi, organisasi yayasan, lembaga swadaya masyarakat dalam membantu pemecahan masalah pengelolaan sumberdaya. Kegiatan prioritas dalam
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

dan

meningkatkan

ketahanan

sosial

25

pengembangan kelembagan keswadayaan masyarakat adalah : (1) pengembangan keswadayaan, (2) pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan, (3) pengembangan forum komunikasi antar tokoh penggerak dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam kegiatan keswadayaan, (4) pengembangan kemitraan antar organisasi keswadayaan, organisasi masyarakat setempat, dan pemerintah, (5) pengurangan hambatan regulasi dan iklim yang menyangkut keberadaan peran organisasi keswadayaan. 2.2.4. Makna Kelembagaan Kelembagaan (=institusi) seringkali dianggap sebagai kendala serius dalam menentukan keberhasilan pembangunan masyarakat pedesaan, terutama bidang agrokompleks yang melibatkan masyarakat pedesaan dengan berbagai bentuk usaha kecilnya. Menurut Hathaway (1977), keberhasilan program pembangunan dalam perbaikan penyediaan pangan di negara-negara berkembang ditentukan oleh kemampuan kelembagaan untuk mengembangkan dan meningkatkan laju adopsi teknologi oleh para petani kecil di pedesaan. Dalam kaitan ini key institutions nya adalah berkaitan dengan applied research, manpower development dan agricultural education . Sementara itu hasil kajian ADB (1978) menyimpulkan bahwa laju perkembangan sektor agraris di wilayah pedesaan tidak dibatasi oleh sikap dan perilaku petani, melainkan ditentukan oleh ketersediaan teknologi tepat guna dan lingkungan kelembagaan yang sesuai dan kondusif bagi petani.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

skema

jaringan

kerja

kegiatan

26

Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang membatasi pembangunan pertanian dan kesejahteraan Commons masyarakat di wilayah pedesaan adalah sebagai kelemahan kelembagaan yang berfungsi melayani masyarakat. (1959) mendefinisikan kelembagaan collective action in restraint, liberation, and expansion of individual action . Definisi ini mengandung makna bahwa eksistensi kelembagaan dilandasi oleh adanya perbedaan antara perspektif bersama (kelompok) dengan perspektif individu (personal). Makna kelembagaan ini sangat penting dalam kaitannya dengan pengembangan/perubahan kelembagaan untuk mencapai redistribusi kesejahteraan yang lenih baik. Ruttan (1978) mendefinisikan kelembagaan sebagai the set of behavioural rules that govern a particular pattern of action and relationship; sedangkan organisasi didefinisikan sebagai a decision-making resources. Wengert (1972) membedakan makna kelembagaan dan unit that exercises control over

organisasi seperti berikut. Organisasi merupakan struktur yang mampu mengubah, mengadopsikan, atau meniadakan perilaku individu/kelompok melalui legislasi; sedangkan kelembagaan menyangkut tata-nilai, kepercayaan, dan sosiopsiko-politik yang mempengaruhi perilaku individu/kelompok.

2.2.5. Institutional Change Berbagai literatur tentang pembangunan menggariskan wilayah dan pemberdayaan masyarakat pentingnya
27

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

pengembangan/perubahan sistem kelembagaan yang ada. Paling tidak ada tiga macam pola , yaitu: (1). Transformasi kelembagaan tradisional Salah satu alasan perlunya mentransformasi kelembagaan tradisional yang ada adalah agar mereka mampu menjadi lebih supportif terhadap proses pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam. Dalam kaitan ini biasanya fungsi kelembagaan tradisional adalah melestarikan law & order, mendorong survival dan akomodasi lingkungan, serta meningkatkan revenue-pajak (Dorner, 1974). Dalam banyak kasus, kelembagaan tradisional seperti keluarga dan kerabatnya, faksi-faksi desa, dan tokoh masyarakat sangat mempengaruhi inovasi seperti partisipasi masyarakat secara luas, voluntary leadership, dan inisiatif (Owens dan Shaw, 1972). Untuk mencapai keberhasilan pembangunan dan

pemberdayaan

masyarakat,

kelembagaan

tradisional

seperti di atas harus dapat dikembangkan menjadi kelembagaan yang mampu men-support proses perubahan, yaitu kelembagaan yang dinamis dan mampu menyediakan insentif bagi perubahan yang diperlukan, seperti pengelolaan sumberdaya DAS yang lestari. (2). Perubahan kelembagaan untuk me-redistribusi pendapatan dan kesejahteraan Dorner (1974) mengemukakan suatu model reformasi kelembagaan, politik, untuk yang melibatkan perubahan PROPERTY yang ada.
28

RIGHTS, penguasaan sumberdaya, dan kekuatan ekonomi & mengoreksi kesenjangan

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Sementara

itu,

menurut

Dantwala

(1973),

perubahan

kelembagaan tanpa didahului

oleh perubahan teknologi ,

tidak akan menghasilkan dampak apa-apa. Taylor dan Parker (1977) memperbaiki distribusi air yang tidak merata dalam suatu sistem irigasi dengan jalan menata struktur kelembagaannya yang mampu mengalokasikan sumberdaya air yang langka. (3). Dinamika perubahan kelembagaan Perubahan kelembagaan hanya akan terjadi kalau ada tekanan-tekanan terhadapnya. Beberapa tekanan seperti ini adalah penduduk dinamika masyarakat introduksi teknologi dan peningkatan populasi (Dorner, 1974). akan untuk Menurut semakin Schultz (1968), dan pembangunan pedesaan mendorong petani

membutuhkan

adanya penyesuaian kelembagaan. Misalnya, mereka akan membutuhkan fasilitas kredit yang lebih banyak dan lebih tepat waktu, kontrak tenancy yang lebih fleksibel, dan akses yang lebih baik terhadap fasilitas irigasi, serta inovasi teknologi. Hayami dan Ruttan (1971) mengemukakan disebut model

pengembangan teknologi menjadi akan

kelembagaan mendorong sistem yang

yang

INDUCED melakukan yang ada Namun perubahan

DEVELOPMENT MODEL . perubahan-perubahan kelembagaan untuk

Menurut model ini, introduksi masyarakat kelembagaan lebih relevan.

demikian, menurut Powell (1971), intervensi eksternal diperlukan mempercepat terjadinya kelembagan tersebut.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

29

2.3. PEMBERDAYAAN USAHA & SDM


2.3.1. Pendekatan Partisipatif Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya merupakan pencerminan dari konsep bottom up planning serta salah satu perwujudan dari upaya pemberdayaan masyarakat. Pendekatan partisipatif dilaksanakan untuk dapat lebih menjamin keberhasilan pelaksanaan program pembangunan maupun dalam rangka menjaga kesinambungan kondisi dan pemanfaatan hasil yang telah dicapai dari programprogram pembangunan tersebut. Pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Ekonomi secara partisipatif UKM pada dalam hakekatnya adalah berbasis UKM upaya untuk

mengikutsertakan semua pihak terkait, khususnya dari pihak masyarakat keseluruhan tahapan kegiatan pelaksanaan kegiatan Pemerdayaan Ekonomi Masyarakat,

yang secara garis besar akan mencakup tahapan perencanaan, implementasi, pemanfaatan, dan pengendalian (monitoring dan evaluasi). Namun dalam hal ini, perlu dihindari kecenderungan implementasi yang tidak mengikutsertakan partisipatif masyarakat dalam pembangunan (cenderung bersifat parsial). Hal ini misalnya terjadi pada tahap perencanaan, dimana masyarkat hanya dilibatkan pada studi awal dalam proses identifikasi sedangkan kebutuhan-kebutuhan pengambilan keputusan yang dirasakannya, program terhadap

pembangunan yang akan dijalankan tetap dilakukan oleh pihak lain (top down planning ). Demikian pula halnya dalam tahap pelaksanaan, dimana keterlibatan aktif masyarakat terbatas
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

30

pada pekerjaan pembangunan fisik sehingga lebih tepat disebut sebagai mobilisasi fisik daripada partisipatif. Konsep partisipatif masyarakat ini harus diterjemahkan secara lebih luas, mulai dari pengumpulan pelaksanaan keterlibatan Pentingnya data, proses analisis, perumusan alternatif, hingga keputusan dalam monitoring masyarakat pendekatan dan evaluasi program,

dalam

pengambilan

terhadap bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan. kemitraan partisipatif pelaksanaan kegiatan pemberdayaan UKM disebabkan karena tindakan yang akan diambil serta hasil pelaksanaan program pada hakekatnya bukanlah ditujukan untuk kepentingan pihak proyek, aparat pemerintahan daerah atau pihak konsultan pelaksana saja, tetapi juga menyangkut kepentingan masyarakat UKM sendiri. Hasil maupun dampak dari kegiatan pemberdayaan ekonomi, langsung ataupun tidak, akan lebih banyak dirasakan oleh masyarakat UKM sendiri. Berangkat dari hal tersebut, maka kegiatan-kegiatan

Pemberdayaan Ekonomi UKM harus dirancang sedemikian rupa sehingga masyarakatlah yang akan lebih banyak menentukan arah dan langkah pelaksanaan kegiatan Ekonomi UKM. Dalam konteks ini, tim konsultan bersama aparat pemerintah daerah akan berperan sebagai fasilitator yang akan mendampingi, membimbing, alternatif menyusun dan membantu pemecahan masyarakat berikut dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan, merumuskan rencana konsekwensinya, mewujudkan UKM. Melalui dan dan
31

rencana/memilih

keputusan,

serta

rencana/langkah yang dipilih selama berada dalam konteks pelaksanaan kegiatan pendekatan tanggungjawab ini, Pemerdayaan Ekonomi rasa dalam diharapkan masyarakat kepemilikan pelaksanaan

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

pemeliharaan kegiatan-kegiatan UKM akan meningkat, karena pada dasarnya kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Dalam konteks upaya pemberdayaan masyarakat, pendekatan partisipatif masyarakat juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. bagaimana Masyarakat menyusun akan belajar kegiatan dan yang mengetahui baik, cara rencana

melaksanakan rencana, dilakukannya

serta bagaimana memonitor dan menciptakan

mengevaluasi terhadap apa yang telah direncanakan dan sebagai bahan masukan untuk kondisi, rencana, atau cara implementasi yang lebih baik lagi di masa mendatang. 2.3.2 Pendekatan satu Kemitraan Antara Masyarakat, Aparat kegiatan Pemerdayaan dan

Pemda dan Swasta Salah strategi linkages) pelaksanaan dalam Ekonomi (economic UKM adalah untuk memperbaiki keterkaitan ekonomi rangka meningkatkan

memperlancar proses produksi, pengelolaan, dan pemasaran sumber daya kelautan. Upaya untuk meningkatkan keterkaitan ekonomi tersebut diwujudkan melalui pembentukan jaringan kemitraan diantara aktor-aktor terkait, yaitu masyarakat, aparat pemerintah daerah, serta pihak sewasta baik dari kalangan pengusaha besar, menengah, maupun pengusaha kecil. Dalam hal ini, jaringan kemitraan yang dibentuk dapat ditinjau dalam konteks keterkaitan antar sektor komoditas serta konteks perwilayahan. Dalam tinjauan keterkaitan agar sektor komoditas, keterkaitan ini dapat dibedakan menjadi keterkaitan kebelakang (backward
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

32

linkage)

serta

keterkaitan

kedepan

(forword

linkage).

Keterkaitan kebelakang akan berhubungan dengan jaringan kemitraan dalam pengadaan input serta pelaksanaan proses produksi, seperti pemenuhan kebutuhan alat tangkap, peralatan budidaya atau peralatan pengolahan hasil produksi lebih lanjut (pengolahan pasca panen). Sedangkan keterkaitan ke depan akan lebih terkait pada pembentukan jaringan kemitraan dalam pemasaran hasil produksi sumber daya kelautan hingga sampai ke tangan konsumen. Sedangkan dalam konteks perwilayahan, hubungan kemitraan ini akan terkait dalam tinjauan antara daerah produksi dengan wilayah pemasarannya,baik dalam lingkup lokal, regional, nasional, maupun internasional. Dalam lingkup lokal (yaitu dalam tinjauan hubungan desa/pesisir kota), hubungan keterkaitan ini diarahkanuntuk dapat mengurangi kesenjangan desa dan kota. Salah satu penyebab timbulnya kesenjangan desa-kota tersebut adalah akibat tidak berjalannya konsep tricle down effect sebagaimana pembangunan akan disekitarnya,tidak yang dicita-citakan. Orientasi yang dengan pelaksanaan kemudian kewilayah dikawasan menularkan dapat perkotaan berjalan

diharapkan

perkembangannya

sempurna.Yang terjadi adalah pola-pola hubungan desa-kota yang cenderung menjadikan desa hanya sebagai wilayah eksploitasi pemenuhan pemenuhan dari kota dan penduduknya.Oleh karena itu,pembangunan jaringan kemitraan Pemerdayaan Ekonomi Kawasan Pesisir (PEKP) berbasis sumber daya kelautan unggulan dalam konteks pendekatan hubungan pewilayah desa-kota harus mampu menciptakan hubungan timbal balik yang seimbang dan saling menguntungkan sehingga pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan antara
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

33

desa-kota. Upaya untuk menciptakan jaringan kemitraan tersebut (baik dalam lingkup kemitraan sektoral maupun perwilayahan) difasilitasi dengan mempertemukan antara semua aktor terkait dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir,yaitu dari unsur masyarakat,pihak swasta,dan pihak aparat pemerintah daerah. Ketiga aktor ini akan dihimpun dalam suatu wadah jaringan kemitraan sedemikian rupa sehingga diantara ketiganya terbentuk kapasitas pemerintahan suatu kesepakatan sesuai dalam dengan masingkebijakan pengembangan fungsi,peran,dan penyelenggara ekonomi kawasan pesisir

kewenangannya dan pembuat

masing,yaitu pemerintah daerah dalam kapasitasnya sebagai pembangunan di daerah, pihak swasta dalam kapasitasnya sebagai inti maupun bapak angkat dalam proses produksi dan distribusi sumber daya laut, serta masyarakat dalam kapasitasnya sebagai plasma yang akan berkaitan langsung proses budi daya paupun penangkapan sumber daya laut.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

34

2.1. KERANGKA KONSEPSIONAL PENGKAJIAN


Perkuatan koperasi, usaha kecil dan usaha menengah (KUKM) secara langsung mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat untuk secepatnya terintegrasi dalam perekonomian perekonomian nasional secara keseluruhan. Kebijakan ini sangat diperlukan karena perekonomian rakyat yang didominasi oleh usaha kecil selama era orde baru hanya menjadi bagian (subsistem/marginal) dan hanya di dengung-dengungkan secara normatif sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebaliknya dalam kondisi aktual mereka tereksploitasi oleh usaha besar yang formal dan modern. Dalam era keterbukaan sekarang ini KUKM harus diperkuat berarti untuk secara aktual menjadi perubahan basis menjadi dari perekonomian nasional. Demikian juga memberdayakan KUKM mendorong percepatan struktural ekonomi tradisional ke ekonomi modern, serta dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh. Dalam upaya memperkuat posisi dan peran KUKM tersebut di atas Nasution (2000) berpendapat ada beberapa langkah strategis harus ditempuh adalah membangun kelembagaan yang mampu berperan mempersatukan KUKM sehingga KUKM dapat meningkatkan akses terhadap, modal, pasar, informasi dan teknologi. adalah pembentukan Langkah pertama dalam membangun KUKM akses terhadap permodalan KUKM. melalui lembaga permodalan Kelembagaan memperkuat

yangdibangun tidak harus selalu dalam bentuk kelembagaan formal, tetapi bisa dalam bentuk non formal berupa aturan main atau model-model kerjasama antar KUKM. Model kerjasama tersebut dapat berbentuk kemitraaan, arisan, atau bentukbentuk lainnya. Untuk itu diperlukan penyusunan sistem pola
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

35

dan model kerjasama yang sesuai dengan kondisi KUKM akan berdampak efektif efisien bagi perkuatan KUKM. Dalam bentuk formal, kerjasama ini dapat dilembagkan dalam bentuk koperasi, sindikasi, asosiasi dan sebagainya. Yang harus diwaspadai adalah bahwa lembaga profit yang tetapi dibentuk yang tidak hanya adalah diorientasikan pasar dapat diperlukan. Membangun kelembagaan kerjasama kemitraan dalam bentuk formal maupun non formal harus dilakukan sendiri oleh KUKM agar terbangun rasa memiliki, untuk itu juga harus dikelola dan hasilnya dinikmati oleh KUKM sendiri. Pendekatan ini (swakarsa dan swadaya KUKM) adalah sangat strategis sedangkan bantuan yang diperlukan dari pemerintah hanyalah pemberian yang kesempatan melalui peraturan perundang-undangan pada terpenting

perkuatan akses KUKM terhadap berbagai faktor produksi dan lebih mudah diperoleh oleh KUKM pada saat

kondusif, sesuai dengan kondisi KUKM. Pemerintah seharusnya juga mau memberikan dukungan untuk memperkokoh lembaga keuangan KUKM seperti dalam pembentukan lembaga kemitraan bahkan seharusnya di era Reformasi seperti sekarang ini keperpihakan kepadaUsaha Kecil menengah dan koperasi harus jelas-jelas diwujudkan. Lebih jauh dikatakan oleh Nasution (2000), lembaga kemitraan usaha baik dalam bentuk asosiasi dan sindikasi selama ini sebagian besar terkecuali telah gagal melaksanakan amanat dari para anggotanya. Dibidang kelembagaan untuk pembangunan sistem kemitraan ini pemerintah mutlak harus melakukan reformasi sesuai dengan semangat dan jiwa GBHN 1999 untuk memberdayakan Usaha Kecil. Hal ini misalnya
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

36

dengan

menetapkan

salah

satu

asosiasi

yang

sehat

dikembangkan peranya untuk mendukung KUKM pada satu sektor usaha tertentu, yang sesuai dengan bidang usaha asosiasi yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya asosiasi eksportir textil membantu para pengusaha kecil dibidang kerajinan berbahan textil sulaman, renda tenun dan lain-lain. Dalam hal pemasaran kondisi pasar yang dihadapi KUKM juga masih belum kondusif hal ini dikarenakan lemahnya kondisi yang menyebabkan lemahnya posisii KUKM dalam pasar. KUM selalu dihadapkan pada ketidakpastian pasardan ketidak-pastian harga. Kondisi yang demikian juga merupakan dampak dari tidak adanya keterkaitan struktural yang jelas antar KUM karena pada banyak komoditas pengusaha besar hanya bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan dua kelompok KUKM yaitu KUKM yang berlaku sebagai produsen dan KUKM yang berlaku sebagai konsumen. Ironisnya marjin terbesar dalam kegiatan ekonomi tersebut jatuh di pasar dan pasar dikuasai oleh pengusaha besar dengan perkataan lain pengusaha besarlah yang mendapat keuntungan terbesar dalam proses ekonomi tersebut. Kondisi yang demikian juga tidak akan terjadi jika terbangun satu sistem kelembagaan yang menghubungkan kedua kelompok KUKM tersebut. Sekali lagi disini diperlukan adanya suatu kelembagaan antara yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi produsen dan penekanan harga bagi konsumen yang kedua-duanya mungkin adalah KUKM. Dengan perkataan lain untuk mendukung pembangunan KUKM yang diperlukan adalah pembangunan sistem kerjasama usaha antar UKM baik dalam dalam lingkup sektoral maupun kewilayahan. Kerjasama tersebut juga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang didasarkan pada saling ketergantungan dan kesetaraan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

37

posisi diantara KUKM-KUKM. Adanya saling ketergantungan merupakan modal dasar bagi KUKM untuk untuk membangun kerjasama sedangkan adanya kesetaraan memungkinkan terjadinya kesesuaian tune in, dan dapat menghindari adanya eksploitasi atau penindasan antar unsur yang melakukan kerjasama. Pengalaman selama era orde baru memperlihatkan bahwa mekanisme pasar seakan-akan tidak dapat diperbaikai tanpa intervensi pemerintah. Kenyataan menunjukan campur tangan pemerintah dalam pasar malah tidak akan dapat memecahkan masalah, sebaliknya semakin ketidak-merataan. Hambatan memperbesar kesenjangan dan terhadap kuatnya menopoli,

monopsoni, kartel bagi masuknya usaha kecil ke pasar sebagian juga merupakan kesempatan yang diberikan pemerintah kepada kelompok usaha besar. Oleh sebab itu untuk membuka peluang masuknya KUKM ke dalam pasar mutlak diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang lebih transparan dan konsisten dan usaha KUKM sendiri melalui penyatuan potensi yang cukup besar yang ada dalam kelompok usaha ekonomi ini. Dengan perkataan lain yang diperlukan adalah kebijakan yang memungkinkan KUKM dapat bersaing sehat dan KUKM sendiri harus mempersatukan kekuatan untuk mampu bersaing dengan usaha besar. Penyatuan yang KUKM dalam dan suatu kelembagaan lokasi usaha nampaknya dari KUKM.

bukanlah hal yang mudah karena sangat beragamnya usaha dilakukan luasnya Keberagaman dan penyebaran KUKM di satu sisi merupakan kendala untuk mempersatukan KUKM tetapi dilihatdari sisi yang lain hal tersebut merupakan potensi yang sangat besar yang
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

38

bila

diarahkan

akan

menjadi

satu

kekuatan

yang

sulit

tertandingi. Salah satu cara yang paling efektif dalam hal ini adalah membangun suatu sistem kemitraan antar KUKM yang dikuti dengan penyusunan berbagai model kemitraan yangsesuai dengan kondisi dan potensi KUKM. Pembangunan sistem dan model kemitraan antar KUKM ini juga secara langsung dapat mengatasi masalah keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan juga menghambat berkembang KUKM. Dengan adanya sistem kemitran KUKM, KUKM tidak banyak lagi mengharapkan prasarana bantuan pemerintah untuk untuk membangun perhubungan mendukung

kelancaran produksi dan pemasaran.. Kelancaran distribusi arus barang dan jasa serta kebutuhan pokok amat penting pula bagi semua dapat ditanggulangi melalui pola kemitraan yang saling diantara KUKM dilapisan paling bawah. Dengan demikian memperkuat sektor perdagangan eceran adalah sangat strategis sifatnya dalam upaya memperkuat Usaha Kecil. Untuk memperkuat kedudukan dan peran pengusaha kecil dalam perekonomian nasional tersebut, perlu ditempuh upaya mendorong percepatan perubahan struktural (Structural adjusment and structural tranformation) . Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke demikian meliputi mensyaratkan pengalokasian ekonomi pasar dan dari mendasar yang ketergantungan kepada kemandirian. Perubahan struktural yang langkah-langkah sumberdaya tersedia, penguatan

kelembagaan serta pemberdayaan sumberdaya manusia.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

39

Dalam mengupayakan transformasi struktural perlu ditempuh beberapa langkah strategis yang antara lain : Pertama , Reformasi kebijaksanaan pengembangan dunia usaha yang harus diarahkan pada penguatan kedudukan dan peran usaha kecil sebagai bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Pengembangan usaha kecil terutama arahkan ke daerah perdesaaan untuk mendukung transformasi ekonomi perdesaan melalui proses industrialisasi, dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ditopang lokal, terutama melalui kegiatan agribisnis yang agroindustri yang kuat. Pemanfaatan oleh

sumberdaya lokal harus dilakukan dengan tetap memperhatikan asas optimalitas dan kelestarian sumberdaya dan lingkungannya. Dengan berpegang pada asas optimalitas maka pemakaian tenaga kerja lokal merupakan bentuk parisipasi masyarakat setempat. Demikian juag lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada perlu diikut-sertakan, dan memperkuat akses usaha kecil dari aspek, permodal, penggetahuan, teknologi, serta dari aspek informasi dan pasar. Kedua, memyediakan permodalan melalui usaha perkreditan

yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha kecil dan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan mereka, serta pemupukan usaha kecil, modal. Dalam hal ini perlu dihindari kasus persyaratan perbankan yang selama ini menjadi kendala bagi karena kelompok pelaku ekonomi ini tidak bankable. Untuk itu dibidang perkreditan diperlukan pendekatan yang lebih progresif, yang berbeda dengan cara-cara bank konvensional (yang menerapkan konsep The Five C of cridite ), dengan mengembangkan lembaga keuangan alternatif misalnya lembaga keuangan syariah (sistem bagi hasil).
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

40

Ketiga, memperkuat posisi transaksi dan kemitraaan usaha kecil. untuk itu kualitas produk usaha kecil harus ditingkatkan dan para pengusaha kecil harus diorganisasikan untuk bersamasama memasarkan hasil produksinya sehingga dapat memperkuat posisi tawar ( bargaining position ), mereka dalam pasar. Untuk tujuan tersebut nampaknya wadah koperasi amat cocok untuk kegiatan ini, mekipun demikian koperasi bukan satu-satunya wadah yang disarankan untuk membantu pengembangan usaha kecil. Keempat, Kebijaksanaan ketenaga-kerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal lapisan wirausaha baru, yang diharapkan dapat berkembang menjadi wirausaha menengah tersebut keterampilan kecil maka dan seterusnya luas akan menjadi wirausaha pelatihan serta yang kuat dan saling menujang. Untuk tujuan secara dan harus disediakan teknis keterampilan manajemen

keterampilan bisnis,

termasuk pengetahuan mengenai pasar

serta cara untuk memperoleh pendanaan-nya. Kelima, Pemerataan pembangunan antar daerah dalam rangka pengembangan eksistensi usaha kecil tersebut, diaplikasikan dengan memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang usaha kecil dan koperasi terutama di daerahdaerah terbelakang. Untuk tujuan tersebut maka sumberdaya manusia dan sumberdaya maya (instusi-institusi) yang ada di daerah perlu diperankan dan terus diperkuat eksistensinya. Dengan dilatarbelakangi pada kondisi-kondisi yang telah

diuraikan dimuka serta pemahaman tentang arah, dinamika


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

41

interaksi kedepan khususnya dalam pemberdayaan pengusaha kecil inilah yang menjadi salah satu dasar diperlukannya suatu model kemitraan yang dapat menjadi wadah pengembangan eksistensi mereka. Model kemitraan ini memungkinkan KUKM mampu melakukan kegiatan-kegiatan melalui dukungan jaringan infrastruktur komunikasi dan koordinasi antar KUKM.

2.2. KERANGKA OPERASIONAL


Kemitraan merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan diantara dua atau lebih unsur pemitra yang dibangun berdasarkan kesamaan tujuan dan terdapat faktor ketergantungan diantara keduanya. Kemitraan akan berjalan efektif dan efisien serta salaing menguntungkan jika diantara unsur-unsur yang bermitra unsur--unsur bagaianing lemah. Dalam hal kemitraan sebagai suatu sistem dapat dikemukan pendapat Nasution (1986) yang menyatakan bahwa dalam suatu sistem usaha yang dilaksanakan oleh beberapa komponen sistem maka resiko terbesar akan ditanggung oleh komponen sistem yang berada pada posisi terlemah. Demikian juga pendapat pareto (1927) yang mengemukakan bahwa dalam suatu sistem kepuasan maksimal dari satu komponen sistem akan mengurangi kepuasan dari komponen sistem lainnya. Dengan demikian menurut Anwar (1992) untuk mendapatkan oiptimalitas kemanfaatan dari semua komponen sistem tersebut diperlukan adanya konsepsi dasar perimbangan dan pengaturan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

memeliki kesamaan bagainibg, tersebut unsur terdapat yang perbedaan dapat

Sebaliknya kemitraan akan berjalan timpang jika diantara yang yang bermitra berakkibat satu

mengekspoloitir unsur lainnya yang berada pada posisi lebih

42

melalui

kelembagaan

yang

kondusif

dalam

arti

mampu

mendistribusikan sumber daya secara efisien. Dari pendapat ketiga pakar diatas, maka untuk membangun suatu pola kemitraan sebagai suatu suatu sistem yang efisien dan efektif, lain : a) b) c) d) e) kesamaan persepsi tujuan dan harapan kemanfaatan : Kesamaan bargaining diantara para pelaku kemitraan Adanya saling ketergatungan antara sistem Ada tidaknya potensi Konflik dan; Unsur lingkungan yang dapat dirinci menjadi kondisi ekonomi dan sosial serta pemerintah. Kelima faktor diatas akan menjadi variabel bebas yang secara langsung dan tidak langsung diduga dapat mempengaruhi keberhasilan pola kemitraan yang akan disusun. Keberhasilan itu sendiri dapat diindikasikan dari : a) peningkatan omzet usaha dan keuntungan KUKM dan b) Perluasan jangkauan usaha KUKM. Mengingat bahwa kajian ini masih dalam taraf penyusunan konsep maka kewberhasilan pola pelaksanaan dan pengaruh dari tiap unsur (variabel bebas) terhadap keberhasilan tersebut masih bersifat dugaan. Pembuktian dari dugaan tersebut baru dapat dilakukan setelah konsep yang disusun diujucobakan di lapang setelah terlebih dahulu dilkukan pola yang akan disusun disempurnakan melalui diskusi-diskusi dan loka karya.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

lebih dahulu perlu dikaji unsur unsur kemitraan

yang dapat mendukung efisien dan efektifitas tersebut anatara

unsur-unsur dalam

kebijakan pembinaan dari

43

3.3. DATA YANG DIPAKAI


3.2.1 Data Primer Sumber data primer adalah instansi-instansi terkait. Data diperoleh dengan cara interview langsung. 3.2.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui kajian literatur, hasil penelitian dari berbagai lembaga, berbagai buku dan laporan penelitian yang sudah dipublikasikan.

3.4. RUANG LINGKUP KAJIAN


a. b. c. Menginventarisasi pengembangan UKM Menganalisisi dampak kemitraan terhadap kinerja UKM Menganalisis Prospek kemitraan usaha dalam pengembangan usaha UKM model-model kemitraan dalam

3.5. LOKASI
Lokasi kegiatan ini akan dilaksanakan di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

3.6. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan oleh Deputi Sumberdaya Koperasi dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Lembaga yang Pengabdian sesuai Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Brawijaya, serta melibatkan para peneliti dan narasumber dengan bidang keahliannya.
44

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Operasionalisasi pengkajian dilaksanakan oleh Tim peneliti dari Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Brawijaya.

3.7. Waktu dan Kegiatan


Penelitian ini merlukan waktu 5 (lima) bulan yaitu dimulai bulan Juli 2002 dan selesai pada bulan November 2002.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

4.1. KONDISI DAN PEMBANGUNAN UKM


Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama era orde yang berorientasi pada usaha mengejar pertumbuhan (dengan menerapkan kemajuan teknologi dan informasi) dalam kondisi kepincangan pemilikan faktorfaktor-faktor produksi di masyarakat, (baik modal, maupun teknologi dan keahlian) telah melahirkan keberhasilan semu berupa peningkatan preoduksi dan pendapatan masyarakat yangsangat tidak merata. Hasil dari berbagai program pembangunan ekonomi memang terlihat nyata, berupa peningkatan produksi (terutama peningkatan gross national produck dan in come per kapita yang pada tahun 1996 telah mencapai US $ 967), ternyata juga secara langsung telah memperlebar kesenjangan ekonomi dan sosial antar kelompok dalam masyarakat. Kesenjangan tersebut terutama
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

45

berupa ketimpangan peluang berusaha yang secara langsung mempengaruhi distribusi pendapatan antar golongan dalam masyarakat, dan antar daerah serta antara pedesaaan.dengan perkotaan Ketimpangan tersebut jelas sangat diperbesar dengan masuknya teknologi baru di berbagai bidang sehingga cenderung mengarah pada pembangunan yang bersifat padat modal. (Capital intensive) dan terkonsentarasinya pemilikan faktor-faktor produksi pada sekelompok pemilik modal. Kondisi pembangunan yang demikian, dalam jangka pendek memang belum memperlihatkan dampak yang mencemaskan, namun dengan terjadinya krisis moneter (yang salah satu penyebabnya juga kesalahan dalam menentukan orientasi pembangunan kearah usaha-usaha yang bersifat padat modal dan berjangka panjang seperti usaha property) terlihat bahwa inefisiensi sumber daya pembangunan tersebut telah memporak porandakan sistem perekonomian nasional. Pada masa masa awal reformasi terlihat bahwa kondisi perekonomian nasional sudah berada pada titik nadir, yang antara lain diindikasikan dari rusaknya sumber daya alam (terutama pertambangan dan hutan), tidak termanfaatkannya sumberdaya manusia, serta pencemaran lingkungan yang cukup parah. Bagi kelompok KUKM yang ternyata tidak banyak terimbas oleh krisis moneter pembangunan yang tidak membuka peluang patisipasi bagi mereka, sejak dini telah dirasakan, terutama dengan kehadiran teknologi maju. Kemajuan kebudayaan manusia tersebut ternyata merugikan mereka (Baik sebagai petani berlahan sempit dan usaha bermodal gurem), dengan skala ekonomi yang relatif kecilkecil-kecil mereka (sebagian besar warga masyarakat yang tergolong KUKM memang tidak mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang memerlukan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

46

tambahan

modal).

Namun

kelemahan

mereka

ternyata

membawa hikmah tersendiri, karena mereka

dalam kondisi

krisis ekonomi ternyata mampu bersaing karena skala usaha yang kecil-kecil tersebut ternyata malah dapat melampaui titik marjinal produktivity . Hasil pengamatan lapang lebih lanjut mengindikasikan bahwa perkuatan KUKM bersifat linier dengan pembangunan pada upaya perekonomian nasional yang berorientasi

mengoptimalkan semua potensi sumberdaya nasional. Hal tersebut sejalan dengan yang tersirat dalam GBHN (1999) yang menggaris bawahi bahwa pengembangan Koperasi usaha kecil dan Menengah mempunyai dalam pembangunan peranan yang sangat penting ekonomi rakyat. Oleh karena itu ada lintassektoral dalam upaya

empat alasan yang perlu dikemukakan dalam mendukung pembangunan kelembgaan pengembangan UKM adalah ; Pertama, dibandingkan dengan usaha besar, usaha skala kecil lebih bersifat padat tenaga kerja ( labour-intensive) dengan demikian pengembangan usaha kecil atau usaha rumah tangga dapat digunakan sebagai salah satu instrumen kebijaksanaan dalam menanggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Kedua, sebagian besar UKM di Indonesia terdapat di daerah. Hal ini berarti bahwa pembentukan dan distribusi pendapatan daerah juag akan tergantung pada perkembangan UKM dari segala sektor ekonomi. Oleh karenanya, berkembangnya UKM akan dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan antara pusatdan Daerah

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

47

Ketiga,

proses produksi pada UKM relatif intensif dalam

pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia secara lokal atau barang-barang masukan yang bisa dibuat di dalam negeri. Dengan demikian pertumbuhan UKM tidak akan membebani atau berdampak negatif terhadap neraca pembayaran negara. Keempat, pengembangan UKM dapat mendukung usaha-usaha peningkatan ekspor non-migas seperti misalnya sepatu, pakaian jadi, barang-barang Untuk memperkuat kedudukan dan peran pengusahha kecil dalam perekonomian nasional tersebut, perlu ditempuh upaya mendorong percepatan perubahan struktural (Structural adjusment and structural tranformation) . Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar dan dari ketergantungan kepada kemandirian. Perubahan struktural yang demikian mensyaratkan langkah-langkah mendasar yang meliputi pengalokasian sumberdaya tersedia, penguatan kelembagaan serta pemberdayaan sumberdaya manusia. Dalam mengupayakan transformasi struktural perlu ditempuh beberapa langkah strategis yang antara lain : Pertama , Reformasi kebijaksanaan pengembangan dunia usaha yang harus diarahkan pada penguatan kedudukan dan peran usaha kecil sebagai bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Pengembangan usaha kecil terutama arahkan ke daerah perdesaaan untuk mendukung transformasi ekonomi perdesaan melalui proses industrialisasi, dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ditopang lokal, terutama melalui kegiatan agribisnis yang agroindustri yang kuat. Pemanfaatan oleh

sumberdaya lokal harus dilakukan dengan tetap memperhatikan


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

48

asas

optimalitas

dan

kelestarian

sumberdaya

dan

lingkungannya. Dengan berpegang pada asas optimalitas maka pememakai tenaga kerja lokal merupakan bentuk parisipasi masyarakat setempat. Demikian juag lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada perlu diikutsertakan, dan memperkuat akses usaha kecil dari aspek, permodal, penggetahuan, teknologi, serta dari aspek informasi dan pasar Kedua, menyediakan permodalan melalui usaha perkreditan

yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha kecil dan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan mereka, serta pemupukan usaha kecil, modal. Dalam hal ini perlu dihindari kasus persyaratan perbankan yang selama ini menjadi kendala bagi karena kelompok pelaku ekonomi ini tidak bankable. Untuk itu dibidang perkreditan diperlukan pendekatan yang lebih progresif, yang berbeda dengan cara-cara bank konvensional (yang menerapkan konsep The Five C of cridite ), dengan mengembangkan lembaga keuangan alternatif misalnya lembaga keuangan syariah (sistem bagi hasil). Ketiga, memperkuat posisi transaksi dan kemitraaan usaha kecil. Untuk itu kualitas produk usaha kecil harus ditingkatkan dan para pengusaha kecil harus diorganisasikan untuk berasmasama memasarkan hasil produksinya sehingga dapat memperkuat posisi tawar ( bargaining position ), mereka dalam pasar. Untuk tujuan tersebut nampaknya wadah koperasi amat cocok untuk kegiatan ini., mekipun demikian koperasi bukan satu-satunya wadah yang disarankan untuk membantu pengembangan usaha kecil. Keempat, Kebijaksanaan ketenaga-kerjaan yang mendorong
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

49

tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal lapisan wirausaha baru, yang diharapkan dapat berkembang menjadi wirausaha menengah tersebut keterampilan kecil maka dan seterusnya luas kan menjadi disediakan wirausaha pelatihan serta yang kuat dan saling menujang. Untuk tujuan secara dan harus teknis keterampilan manajemen

keterampilan bisnis, termasuk pengetahuan mengenai pasar serta cara untuk memperoleh pendanaannya. Kelima, Pemerataan pembangunan antar daerah dalam rangka pengembangan eksistensi usaha kecil tersebut, diaplikasikan dengan memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang usaha kecil dan koperasi terutama di daerahdaerah terbelakang. Untuk tujuan tersebut maka sumberdaya manusia dan sumberdaya maya (instusi-institusi) yang ada di daerah perlu diperankan dan terus diperkuat eksiastensinya. Dengan dilatar-belakangi pada konsisi-kondisi yang telah

diuraikan dimuka serta pemahaman tentang arah, dinamika interaksi kedepan khususnya dalam pemberdayaan pengusaha kecil inilah yang menjadi salah satu dasar diperlu-kannya suatu model kemitraan yang dapat menjadi wadah pengembangan eksistensi mereka. Model kemitraan ini memungkinkan UKM mampu melakukan kegiatan-kegiatan melalui dukungan jaringan infrastruktur komunikasi dan koordinasi antar UKM Hasil pengamatan lapang memperlihatkan bahwa kemitraan sebagai hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara UKM maupun UKM dengan unsur lainnya sampai terbagun dengan baik. Berbagai kemitraan yang sudah dibentuk yang biasanya antara usaha besar dengan UKM umumnya
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

50

hanya bersifat politis atau karena alasan belas kasihan. Kemitraan tidak dibangun berdasarkan kesamaan tujuan dan terdapatnya faktor ketergantungan diantara keduanya, seperti misalnya P.T. Karakatau stell bermitra dengan pengrajin emping melinjo. Kemitraan tidak akan berjalan efektif dan efisien karena tidak ada saling ketergantungan yang menguntungkan diantara unsur-unsur yang bermitra unsur-unsur bagaining lemah. Memang kemitraan yang akan dibangun pada hakikatnya adalah ditujukan untuk memperkuat kedudukan dan peran pengusahha kecil dalam perekonomian nasional. Dalam hal ini kemitraan merupakan upaya yang ditempuh untuk mendorong percepatan perubahan struktural tranformation) . (Structural adjusment and structural struktural ini meliputi proses Perubahan yang yang bermitra berakkibat memeliki kesamaan bagainibg, tersebut unsur terdapat yang perbedaan hanya Sebaliknya kemitraan terlihat berjalan timpang karena diantara satu

mengekspoloitir unsur lainnya yang berada pada posisi lebih

perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar dan dari ketergantungan kepada mendasar yang meliputi pengalokasian serta dapat kemandirian. Perubahan struktural yang demikian mensyaratkan langkah-langkah sumberdaya diharapkan tersedia, dapat penguatan kelembagaan yang

pemberdayaan sumberdaya manusia. Kemitraan dalam hal ini menjadi kelembagaan mengalokasikan sumberdaya secara efisien. Dengan dilatar-belakangi pada konsisi-kondisi yang telah

diuraikan dimuka serta pemahaman tentang arah, dinamika


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

51

interaksi kedepan khususnya dalam pemberdayaan pengusaha kecil inilah yang menjadi salah satu dasar diperlu-kannya suatu model kemitraan yang dapat menjadi wadah pengembangan eksistensi mereka. Model kemitraan ini memungkinkan UKM mampu melakukan kegiatan-kegiatan melalui dukungan jaringan infrastruktur komunikasi dan koordinasi antar UKM. Pembangunan kemitraan antar UKM hendaknya tidak terlepas dari kerangka pembangunan nasional yang didalamya juga mengandung unsur pembangunan koperasi. Menurut Undangundang Pokok Perkoperasian No. 25 tahun 1992, koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, berdasarkan prinsip gotong usaha royong dan beranggotakan orang-orang/badan hukum yang melandaskan kegiatannya kekeluargaan. Koperasi sebagai badan mempunyai

tujuan untuk memajukan kepentingan ekonomi dan sosial dari anggota-anggotanya. Namun tujuan koperasi ini sampai sekarang belum sepenuhnya terlaksana. Sedangkan GBHN 1993-1998 secara jelas menegaskan bahwa koperasi sebagai badan usaha perlu untuk terus dikembangkan. Pengembangan koperasi idealnya dapat diarahkan sebagai pembangunan lembaga kemitraan antar UKM, sehingga tidak perlu lagi

mereka-reka bentuk kelembagaan lain yang belum tentu efektif untuk mendukung kerjasama antar UKM. Masalah-masalah utama yang sering dihadapi oleh pengusaha kecil antara lain adalah modal, permintaan/pemasaran, bahan baku, tenaga ahli, teknologi, dan manajemen. Studi-studi empiris menunjukkan bahwa pengusaha industri skala kecil tidak selalu menghadapi masalah yang sama. pada kondisi Hal tersebut tersebut,
52

tergantung

pengusaha-pengusaha

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

sehingga dapat dipastikan bahwa pengusaha yang bermodal lemah akan menghadapi banyak kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dalam rangka perluasan usahanya. Hasil pengamatan lapang menunjukan bahwa kemitraan antara UKM yang memperoduksi bahan baku (petani kelapa) dengan UKM yang memanfaatkan bahan baku (pengrajin arang batok kelapa) di propinsi Lampung ternyata sangat bermanfaat dan dapat memperluas usahanya selama lima tahun sebesar 180 persen Hasil penelitian Steel dan Webster (1991) di Ghana

memperlihatkan bahwa 23 persen

dari jumlah responden

menyatakan modal yang terbatas untuk membeli bahan baku sebagai masalah utama dan 17 persen menyebutkan bahwa permintaan di pasar yang sedikit terhadap produksi mereka adalah masalah utama. Dengan terbangunnya kemitraan usaha diantara UKM di tempat tersebut ternyata hasil angket berikutnya menunjukan bahwa hanya tinggal 6,3 persen yang menyatakan kesulitan dalam memperoleh modal dan hanya 4,2 persen yang menyatakan kesulitan dalam pemasaran. Disini terlihat adanya efektifitas dari sistem kemitraan yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya di Bogor, Tambunan mengemukakan bahwa masalah kekurangan modal merupakan hal yang paling banyak disebut oleh responden (49 persen). Lebih lanjut Tambunan juga berpendapat bahwa masalah yang penting diperhatikan adalah pemasaran yang tidak baik (26 persen) dan sulitnya mendapatkan bahan baku (16.5 persen). Modal sebagai lembaga masalah utama dapat disebabkan oleh faktor formal lainnya. Masalah pemasaran
53

kesulitan dalam mendapatkan, pengaman dari perbankan atau keuangan

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, seperti misalnya permintaan kurang karena kualitas produk yang rendah. Kualitas rendah ini dapat disebabkan, antara lain, oleh tenaga kerja yang kurang terampil, teknologi yang terbatas, dan kualitas bahan baku yang rendah. Kondisi tersebut di atas pada dasarnya masalah atau kendala yang dihadapi oleh pengusaha kecil bersumber pada lemahnya posisi rebut-tawar (bargaining position ) dari usaha kecil. rebut tawar ini disebabkan oleh (Saragih, energi yang cukup untuk kecil. Kedua penyebab of scale ) Lemahnya posisi atau tidak kerjasama

1995) : (i) usaha kecil yang terlalu kecil sehingga tidak memiliki mampu menyimpan diantara pengusaha bergerak secara leluasa, serta (ii) kurang terorganisirnya lemahnya posisi rebut-tawar pengusaha kecil ini dapat diperkecil dengan cara peningkatan skala usaha ( economics melalui pengorganisasian dalam berbagai bentuk baik bentuk kemitraan, asosiasi, sindikasi maupun koperasi (Nerlove, 1995). Dari uraian di atas dan dari hasil pengamatan lapang dapat dikemukakan bahwa perkuatan UKM melalui pola kemitraan dibidang usaha ekonomi adalah bersifat linier dengan pengembangan usaha untuk menghadapi permasalahan yang cukup rumit. Untuk menstimulir permasalahan tersebut menjadi tantangan yang bila teratasi dapat mendukung keberhasilan perkuatan UKM sebagai unsur basis ekonomi rakyat maka perlu di analisis dan dicermati beberapa faktor yang berperan strategis diantaranya adalah efektifitas dari pola kerjasama antara UKM dalam bentuk kemitrran.

4.2. FAKTOR-FAKTOR

STRATEGIS

DALAM
54

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

PENYUSUNAN KONSEP KEMITRAAN ANTAR UKM


Beberapa faktor yang dinilai strategis dalam penyusunan Kemitraan antar UKM adalah 4.2.1. Kesamaan keterkaitan dan Kesetaraan Usaha Kesamaan dan keterkaitan bidang usaha merupakan unsur pembangun kemitraan yang sangat diperlukan karena dari adanya salah satu faktor tersebut akan timbul ketergantungan antara satu UKM dengan UKM lainnya atau antar UKM dengan koperasi. Dari saspek kesetaraan usaha, usaha kecil walaupun tidak dapat lagi dikatakan sebagai usaha subsisten, tetapi masih memiliki ciri yang jelas yaitu dari aktifitas ekonomi yang hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sesaat. Kemajuan teknologi yang secara langsung mengimbas karakteristik usaha sehingga terbentuk klaster-klaster atau segmentasi usaha dari kelompok UKM. Demikian juga masukny teknologi telah mempengaruhi kelangsungan usaha kecil telah menyebabkan penguasaan teknis usaha dan pola kerja usaha kecil yang bersifat tradisional harus dikembangkan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut penguasaan pengetahuan pada berbagai usaha kecil tidak lagi hanya diperoleh dari pengalaman, tetapi juga berkorelasi positif dengan pendidikan dan pelatihan, keterampilan dan atau kewiraswastaan. Penguasaan materi usaha baik dari aspek teknis maupun manajemen dalam hal ini amat diperlukan karena secara langsung mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan dan kemampuan kewirausahaan dari para pengusaha kecil. Peningkatan kemampuan usha dari UKM kemudian dapat mengimbas kepada UKM lainnya baik berupa imbas maupun negatif. Untuk membangun imbas positif diperlukan kesamaan persepsi yang dapat dirintis melalui kemitraan usaha.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

55

4.2.2. Kesamaan Bargaining Kesamaan Bargaining antar para pelaku kemitraan dilihat dari beberapa aspek anatra lain : a) Pemilikan Modal Usaha kecil memang dilaksanakan dengan menggunakan modal yang relatif sedikit dan tteknologi yang sederhana. Dengan demikian usaha kecil umumnya dilaksanakan dalam skala usaha yang relatif kecil. Walaupun modal yang diperlukan bagi usaha kecil tidaklah besar tetapi mengingat bahwa sebahagian besar dari para pengusaha kecil adalah kelompok masyakat yang kehidupan perekonomiannya berada di bawah ambang batas marjinal, maka jumlah modal yang kecil tersebut juga menjadi masalah besar buat mereka. Modal dalam usaha kecil secara langsung berkaitan dengan akses terhadap faktor produksi, posisi transaksi dan kemitraan usaha. Hasil analisis seperti diuraikan di muka mengindikasikan bahwa pemilikan modal akan memperkuat bargaining para pengusaha kecil dalam transaksi modal juga memperbesar daya tahan mereka dalam menghadapi gejolak pasar, sebagai akibat perubahan harga bahan baku maupun minat konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Permodalan para pengusaha kecil masih sangat lemah sedangkan bantuan modal dari pemerintah tidaklah semulus seperti yang digariskan dalam berbagai peraturan kebijaksanaan. Perbedaan pemilikian modal diantara para pengusaha kecil memang tidaklah signifikan tetapi bila PK harus bermitra dengan usaha menengah, perbedaan ini menjadi significant
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

56

dan

bisanya

secara

langsung

berdampak

terhadap

bargaining PK terhadap PM yang menjadi mitra usahanya. Sebagai contoh dapat dikemukanan hubungan kemitraan antara petani padi dengan pemilik tempat pengolahan. Disini petani selalu hanya berperan sebagai price taker (penerima harga), sedangkan pemilik tempat pengolahan berperan sebagai price maker. Hal twersebut terjadi karena petani selalu didesak oleh kebutuhan hidup sehingga sering harus menjual padinya sebelum panen, yang harganya ditentukan oleh para pedagang yang menjadi agen-agen dari para pemilik tempat pengolahan gabah. Kesulitan permodalan juga telah membawa para pengusaha kecil dalam masalah ketergantungan pemasok kepada para pedagang yang sekaligus sarana produksi.

Pengembangan kemampuan permodalan para pengusaha kecil melalui program kemitraan juga dalam hal ini diharapkan mampu membangun permodalan usaha kecil agar dapat lebih cepat berkembang. Dalam banyak kasus walaupun modal bagi usaha kecil dapat diperoleh dari para pengusaha menengah yang menjadi mitra usahanyam tetapi kemitraan disini dalam kenyatannya lebih diwarnai oleh sifat paternalistik, yang menempatkan pengusaha kecil sebagai client. Hal tersebut adalah wajar mengingat bahwa dalam ikatan kemitraan tersebut bargaining antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar sebagai mitra usahanya rata-rata sangat timpang dalam kemitraan. Secara teoritis dalam hal kemitraan kedua pihak baru akan mendapat keuntungan yang sepadan dan akan berjalan baik jika kedua unsur yang bermitra memiliki kekuatan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

57

yang sama. Sebagai jalan keluar mungkin disinilah koperasi perlu diperankan untuk bermitra dengan usaha besar. Dasar pemikirannya adalah bahwa disatu sisi koperasi merupakan milik anggota dimana setiap anggota dapat mengemukan aspirasinya secara terbuka sedangkan disisi yang lain bargaining koperasi terhadap pengusaha besar relatif lebih kuat dibandingkan dengan para pengusaha kecil secara sendiri-sendiri . b) Pemilikan Sarana Faktor ini terkait erat dengan kemampuan permodalan, walaupun sebagian usaha kecil menggunakan sarana yang sangat sedikit dan sebagian besar sarana yang digunakan dalam usaha kecil bersifat tradisional, dengan teknologi yang sederhana. Namun demikian pemilikan sarana nampaknya berpengaruh nyata terhadap kemampuan dan kualitas produksi. Berkaitan dengan pengelolaan sarana baik alat maupun bahan produksi pengetahuan penguasaan teknologi dari yang digunakan serta adalah

berpengaruh cukup besar. Dalam hal ini inovasi teknologi tepat guna terhadap sarana yang digunakan oleh para pengusaha kecil nampaknya sangat lambat, oleh sebab itu diperlukan pemikiran untuk pengembangannya, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat luas. Sebaliknya inovasi teknologi maju bila digunakan oleh usaha besar dapat menjadi ancaman bagi pengusaha kecil, walaupun kualitas produk yang dihasil maju oleh tersebut sarana tidak yang orisinil menggunakan teknologi

sehingga dapat mengurangi minat pembeli. c. Ketersedian dan kualitas SDM


58

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Sumberdaya maupun

keluarga

merupakan

modal

utama

dari

sebagian besar pengusaha kecil baik di sektor produksi jasa. penggunakan tenaga kerja keluarga merupakan keunggulan komparatitif dari pengusaha kecil. Berapa sifat unggul dari penggunaan tenaga kerja keluarga ini antara lain : a) tidak terikat oleh waktu dan tempat, sehingga dapat memperkecil permodalan yang diperlukan dan mempermudah sistem manajemen keuangan yang lebih penting lain adalah bahwa setiap tenaga kerja lebih merasa memiliki usaha yang dilaksanakan dan lebih jawab terhadap pekerjaan. Penggunaaan bertanggung

tenaga kerja dari luar keluarga dalam usaha kecil juga biasanya terbatas pada tetangga atau kerabat sekampung.

d.

Kemampuan Manajemen dan kewirausahaan Pengembangan kewirausahaan dari para pengusaha kecil. memegang peranan yang cukup penting dalam pengembangan usaha kecil karena resiko yang ditanggung oleh usaha kecil biasanya lebih fatal dan menyangkut kepentingan tersebut mitra kehidupan keluarga. juga kecil, Di samping alasan kewirausahaan sesama secara maupun langsung dengan

mempengaruhi kemampuan usaha kecil untuk melakukan dengan usaha pengusaha pada tingkat di atasnya, mengingat bahwa masalah kepercayaan masyarakat merupakan potensi yang diandalkan dalam usaha kecil. Pengembangan kewirausahaan pada kelompok pengusaha kecil biasanya diperoleh melalui pengalaman dan pendidikan non formal, baik atas usaha sendiri maupun dari kalangan pembina dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Pembinaan dalam
59

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

bentuk pengembangan kewiraswastaan baik secara sektoral maupun terpadu juga telah dilaksanakan oleh pemerintah BUMN dan kalangan swasta. Hasil pengamatan lapang memperlihatkan bahwa masalah rendahnya penguasaan kewiraswastaan masih menjadi kendala dalam pengembangan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah. Dampak dari keadaan tersebut adalah bahwa sampai sekarang ini usaha kecil belum mampu menginduksi iklim usaha untuk lebih kondusif bagi pengembangan usaha mereka. Mereka pada umumnya belum mampu menghadapi kendala struktural yang tidak seluruhnya harus diselesaikan melalui kebijaksanaan pemerintah masalah yang tidak mungkin dapat diatasi sendiri oleh pengusaha kecil, tanpa campur tangan pemerintah misalnya masalah oligopoli oleh sindikasi tertentu dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran. 4.2.3. Unsur Lingkungan a). Sistem Pasar Dari berbagai jenis usaha strategis kecil yang diteliti dapat disimpulkan bahwa kondisi pasar (sistem dan polanya) merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi nilai tambah yang diperoleh produsen. Kepentingan kepastian pasar dan harga sangat terasa pada usaha di sektor pertanian yang produknya bersifat mudah rusak, dan pemiliknya umumnya adalah kelompok masyarakat yang tergolong miskin.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

60

Sebagian besar produk usaha kecil memiliki pasar yang bersifat oligopoli bahkan monopoli dan hanya sedikit yang bersifat pasar bebas. Pasar bebas hanya ditemui pada produk jasa dan sedikit pada kerajianan rumah tangga. Kondisi pasar yang demikian sudah merupakan masalah klasik yang secara konsepsual seharusnya dapat dipecahkan oleh koperasi. Tetapi dalam hal ini juga perlu diingat bahwa pasar dari produk ekonomi rakyat tersebut sebagian sudah merupakan bagian dari sindikasi pasar internasional, yang dikuasai oleh kelompok masyarakat tertentu. Dalam kasus yang demikian rasanya sulit bagi koperasi untuk mampu bersaing membantu anggotanya yang pengusaha kecil. Dalam beberapa kasus ditemui bahwa koperasi sendiri sudah terjebak dalam sistem pasar yang oligopoli, dengan demikian peran koperasi tidak lebih dari kepanjangan tangan para pengusaha, atau koperasi hanyalah agen dari para pengusaha tersebut di tingkat desa atau tingkat kecamatan. Kasus yang demikian adalah ironis oleh sebab itu disarankan jika koperasi hendak berperan aktif dalam suatu usaha pemasaran produk anggotanya, terlebih dahulu koperasi harus mempelajari sistem dan pola pemasaran dari komoditas yang dihasilkan tersebut minimal sampai dengan tingkat kabupaten. b). Kebijaksanaan Pemerintah Kebijaksanaan yang berkaitan dengan pembinaan dari aspek produksi dan pemasaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan usaha kecil. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yang kesemuanya
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

61

berkaitan dengan arah, strategi dan Sistem pembangunan. Konsep pembangunan yang posisi lain : a) Lokasi Sumberdaya Kebijaksanaan alokasi sumber daya, yang berkaitan dengan pendistribusian faktor modal baik modal fisik maupun dari pengembangan kemampuan belum usaha terlihat kecil nyata. sudah memang sudah banyak dikeluarkan, tetapi efektifitas kebijaksanaan yang tersebut Kebijaksanaan dikeluarkan sebagaian tertentu, dapat nempatkan usaha kecil pada merugikan atau sebaliknya

menguntungkan. Beberapa kebijak-sanaan tersebut antara

bekaitan dengan alokasi sumberdaya manusia antara lain dalam bentuk kebijaksanaan moneter dan fiskal menyangkut masalah : 1) Permodalan/perkreditan dudah sering dibahas tetapi yang perlu digaris bawahi bahwa dalam hal ini kredit yang diberikan kepada para pengusaha kecil harus memenuhi kriteria perkreditan yang tidak berorientasi pada konsep 5C (the Five C of credits ) dari bank komersial atau yang perbankan. memenuhi Sebaliknya persyaratan biasa digunakan oleh pihak bentuk 4P perkreditan yaiti tidak yang terikat

diperlukan oleh para pengusaha kecil adalah yang penggunaannya. Didasarkan atas kelayakan usaha dan atau berdasarkan kepercayaan secara individual, mudah prosedur mendapatkannya, dalam arti tidak menggunakan prosedur yang berbelit-belit, mencukupi jumlahnya serta dapat diberikan dalam waktu yang tepat.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

62

2) juga

Di samping masalah pendistribusian sumberdaya dapat memberikan bantuan dalam bentuk

(modal) melalui kebijaksanaan perkreditan, pemerintah penanaman modal seperti pembangunan prasana dan prnyediaan bahan baku. Dalam kasus pengusaha kecil tidak mampu bersaing karena harga bahan baku yang tinggi atau harga produk yang rendah, pemerintah juga dimungkinkan untuk memberikan subsidi, dari pemerintah tersebut akan lebih efektif jika bantuan tersebut tidak mengikat dan mampu menjadi stimulan bagi pengembangan usaha mereka. b) Kebijaksanaan pengusaha kebijaksanaan ; 1) UndangUndang-undang 2) peraturan 3) peraturan tentang perkoperasiaan ; UndangUndang-undang tentang pengusaha kecil ; pemerintah pemerintah tentang tentang pengembangan pengembangan kesempatan usaha dan; teknologi dan informasi ; 4) berbagai kebijaksanaan tentang ketenaga kerjaan dan; 5) Peraturan/kebijaksanaan yang berkaitan dengan: pendidikan/pelatihan bagi usaha kecil. UndangUndang-undang perkoperasian menempatkan koperasi pengembangan dan iklim usaha bagi bentuk

kecil

koperasi

dalam

sebagai unsur penting dalam sistem perekonmian yang terutama berkaitan dengan upaya mempersatukan potensi kecikeci-kecil dari ekonomi rakyat yang sangat banyak dan tersebar sangat luas. Diterbitkannya UU no 25 tahun 1992
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

63

menghilangkan pemetakpemetak-petakan bidang usaha dan wilayah kerja koperasi, sehingga koperasi dapat leluasa berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kelompok masyarakat miskin. Demikian juga UU tersebut banyak memberikan kesempatan kepada koperasi untuk bergerak di segala aspek usaha ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan dari para anggotanya. Kebijaksanaan pengembangan teknologi dan informasi yang dituangkan lebih dalam berbagai peraturan sektoral banyak dan untuk interdepartemental tersebut memberikan peluang yang besar kepada masyarakat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebarluaskan melalui lembaga ilmiah dan sektoral. Kebijaksanaan pengembangan kesempatan usaha dikaitkan langsung dengan kebijaksanaan perkreditan penanaman modal memberikan kesempatan yang lebih besar bagi para pengusaha kecil untuk berperan langsung dalam programprogram-program pembangunan dari pemerintah. Peluang keikutsertaan para pengusaha kecil dalam hal ini mendapat prioritas langsung pada berbagai aktifitas pembangunan yang dibiayai oleh masih berkaitan rendahnya sendiri bertahan pemerintah, sedikit namun yang dalam dapat usaha dari pelaksanaannya dimanfaatkan. kecil tersebut dan kecil struktural pengusaha sekedar sekali

Ketidakmampuan jiwa yang

pengembangan dengan kewiraswastaan sering dan

langsung

hambatan

memanfaatkan bukan untuk

kesempatan yang diberikan untuk membangun kehidupan.

dari pemerintah tersebut hidup

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

64

c)

Penciptaan iklim usaha menurut sektor dan daerah. Faktor ini secara langsung mempengaruhi kemampuan usaha kecil untuk tumbuh dan berkembang serta bersaing dengan usaha menegah dan usaha besar yang telah lebih dulu maju melalui akses pengusaha kecil. Dari ke lima komponen tersebut di atas yaitu ; 1) Akses terhadap aset produksi (productive assets) ; 2) Posisi transaksi dan kemitraan usaha ; 3) Pendidikan dan pelatihan ; 4) Penciptaan iklim usaha dan ; 5) Pengembangan kewirausahaan akan lebih dapat dikembangkan lagi. Iklim usaha menurut sektor dan regional diciptakan dari berbagai kebijaksnaan yang dikeluarkan secara sektoral baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah. Kebijaksanaan yang demikian sudah cukup banyak, namun nampaknya belum mampu mendukung pemberdayaan kelompok ekonomi rakyat, terutama juga dikarenakan banyaknya hambatan yang bersifat struktural. HambatanHambatan-hambatan tersebut lebih disebabkan oleh masih besarnya perbedaan persepsi diantara para pembina dan persingan antara pengusaha kecil sendiri. Dalam memanfaatkan peluang usaha, kolusi antara pengusaha debgab pembina juga bisa terjadi sehingga persaingan dalam kesempatan tersebut sering tidak sehat. Sebaliknya kerancuan dalam sistem pelaksana kebijaksanaan tersebut sering dimanipulasikan oleh kelompok tertentu yang berakibat terjadinya eksploitasi para pengusaha kecil oleh kelompok tertentu di atasnya (pengusaha menengah dan besar) yang sudah lebih mapan.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

65

Kelembagaan strategis dan

merupakan

unsur

yang

ternyata dari

paling

mememegang

kendali

unsurunsur-unsur

lainnya. Kenyataan tersebut diindikasikan dengan peran kelembagaan dalam mengatasi masalah masalah struktural seperti pendistribusian aset produksi, pememberian pasar, serta Sistem tersebut kepastian ketersedian bahan baku dan pendistribusian kelembagaan nilai dalam tambah. mengatur

mekanisme harga yang berdampak langsung terhadap Ketidakmampuan keempat hal

menyebabkan posisi para pengusaha kecil sulit untuk di bangun. Sebaliknya anggapan bahwa sistem kelembagaan merupakan unsur yang tetap ( given) dan dianggap sebagai unsur external yang tidak dimasukan dalam kalkulus perencanaan menyebabkan mekanisme yang terjadi dalam proses pembangunan tersebut dapat keluar dan berjalan diluar jalur yang lebih ditetapkan. Demikian juga dengan membiarkan kelembagaan tradisional mengatur mekanisme sistem perekonomian yang sedang pesar berkembang, telah menyebabkan terjebaknya pengembangan usaha kecil dalam struktur ekonomi dan sosial yang merugikan pembangunan kemampuan mereka. Hsil pengamatan lapang di keempat propinsi contoh

mengendalikan bahwa pengembangan kemitraan antar UKM sistem kelembagaan usaha kecil relatif sangat lamban perkembangannya. Di sisi yang lain terlihat bahwa berbagai kelembagaan introduksi seperti kelompok tani, kelompok pengrajin kelompok akseptor KB dan banyak jenis kelembagaan memproduksi lainnya, lebih bersifat sektoral sehingga sering memberikan tumpang tindih tugas dan tanggung jawabnya. Kondisi yang demikian mempersulit
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

66

pengembangan kelembagaan ekonomi yang kondusif yang diperlukan dalam rangka pemberdayaan usaha kecil, sebagai bagian terbesar dari ekonomi rakyat untuk menjadi gerakan yang tangguh. Kelembagaan sebagai unsur strategis ternyata lebih sering dibangun tidak atas dasar kesamaan motivasi dari kelompok masyarakat yang ada didalamnya. Kelembagaan yang diciptakan sebagai sarana penyelenggaraan konsep pembangunan baik secara sektoral, fungsional maupun perwilayahan adakalanya juga tidak memiliki batas tugas yang jelas. Akibatnya kelembagaan yang demikian tidak memiliki kemampuan untuk membangkitkan partisipasi ideal dari kelompok masyarakat yang ada di dalamnya. Kelembagaan tersebut lebih dipandang sebagai program pemerintah yang berperan sebagai pelaksana kegiatan pembangunan dari pemerintah.

4.2.4. Kebijakan Pembinaan Sampai sekarang ini faktor pembinaan masih tetap merupakan unsur esensial dalam pengemnbangan KUKM termasuk dalam hal pembangunan kemitraan usaha.

a)

Pembinaan Non Fisik Pembinaan non fisik antara lain dilakukan dalam bentuk kebijakan dikeluarkan perundang-undangan untuk mendukung dan peraturan yang KUKM. pembangunan

Demikian juga pembinaan non fisik banyak dirintis melalui program pendidikan dan pelatihan bersama. Pembinaan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

67

bagi pengusaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan telah banyak dilakukan baik secara sektoral maupun terpadu, kelemahan tetapi pada lain baik umumnya ; a) karena memiliki pergiliran, beberapa tidak perubahan antara dilakukan sering

berkesinambungan,

orientasi pembinaan, ataupun perubahan jenis usaha yang dilakukan oleh si pengusaha kecil sendiri. Keberhasilan dari pembinaan yang demikian nampaknya masih sangat terbatas, terlebih lagi karena sifat dari sebagian usaha kecil adalah temporer (dinamis). Di samping itu teknis cara dan materi pendidikan tidak selalu tepat dengan kebutuhan sehingga cenderung tidak dapat menutupi kekurangan pengetahuan para pengusaha kecil. Pelaksanaan pendidikan dan atau pelatihan juga adakalanya hanya untuk memenuhi tuntutan rencana pembangunan, mereka ini cenderung menjadikan para pengusaha kecil hanya sebagai objek dan tidak sekaligus sebagai subyek dalam usaha peningkatan kemampuannya sendiri. Akibat akhir yang sering terlihat adalah bahwa dampak positif dari pola pembinaan yang demikian belum terlihat nyata. b). Penyediaan prasarana dan sarana Prasarana pembinaan usaha. merupakan (pembangunan secara unsur pendukung oleh sebab yang itu iklim ketersediaanya lebih banyak ditentukan oleh kebijaksanaan wilayah), ketersediaannya langsung prasarana mempengaruhi seharusnya

Pembangunan

sejalan

(sinkron) dengan potensi ekonomi wailayah. Prinsip tersebut tidak selamanya diaplikasi dengan baik dalam perencanaan wilayah, karena adakalanya perencanaan pembangunan sarana berorientasi pada unsur lain sehingga kurang sesuai
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

68

dengan kebutuhan pengembangan usaha kecil. Hasil pengamatan lapang memperhatikan bahwa sebagian besar (68,125 %) industri kecil berorientasi pada keahlian dan bukan pada ketersedian bahan baku atau ketersedian pasar. Oleh sebab itu untuk menjaga penyediaan bahan baku dan memasarkan produknya yang sebagian besar (81,25 %) adalah keluar daerah ketersedian prasarana terutama jalan memegang peranaan sangat penting. Prasarana ini memang bersifat umum oleh sebab itu penyediaannya relatif lebih baik di bandingkan dengan prasarana lain yang seharusnya juga tersedia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahhwa untuk pengembangan kemampuan usaha kecil di sektor perkebunan di kalimantan barat diperlukan gudang penyimpanan karet dan atau kelapa sawit yang sulit di biayai dengan dana swadaya masyarakat. Tetapi prasarana tersebut dinilai belum terlalu penting dibandingkan dengan penyedian MCK yang secara langsung berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan lingkungan oleh sebab itu priotas pembangunannya di nomor duakan. Dalam kasus serupa di atas peran Koperasi nampak sangat diperlukan mengingat koperasi berkemampuan untuk membangun gudanggudang-gudang dengan skala yang lebih kecil tetapi dapat dikembangkan di banyak tempat konsep ini nampaknya akan lebih efektif sesuai dengan kebutuhan para pengusaha kecil. Keunggulan koperasi dalam hal ini secara konsepsional akan terlihat dari rasa memiliki dari anggotanya.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

69

Konsekuensi dari rasa memiliki ini adalah semua merasa bertanggung jawab untuk menjaga prasarana yang dibangun oleh koperasi tersebut. Yang perlu diingat dalam hal ini adalah bahwa koperasi hendaknya menjadi pemilik yang syah dalam arti bukan titipan pemerintah atau pihakpihak lain seperti pemilikan Gudang Lantai Jemur dan Kios (GLK) pada waktuwaktu-waktu yang lalu. Jika koperasi hanya ketitipan barang yang dianggap milik pemerintah maka ada kecendrungan bahwa para anggota tidak menganggap barang tersebut milik mereka. Di samping masalah prioritas dalam penyedian prasarana oleh pemerintah perlu dikaji bahwa penyediaan prasarana juga berkaitan dengan kesinambungan usaha. Dalam beberapa kasus yang ditemui di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan dapat dilaporkan bahwa jenis-jenis usaha dari para pengusaha yang tersedia kecil yang beberapa rusak. waktu Kondisi normatif sebelumnya relatif sudah maju, mengalami stagnasi karena prasarana sedang sudah mulai ini demikian merupakan ironi karena pembangunan yang dilaksanakan sekarang secara dinyatakan berpihak pada pengembangan usaha kecil. Beberapa prasarana penting bagi pengembangan produksi usaha kecil di samping jalan, prasarana yang sangat diperlukan dalam waktu dekat adalah pasar dan prasarana informasi. Masalah penyedian informasi semakin mendesak dengan semakin berkembangnya sering globasi. di Kasus daerah keterlambatan informasi dijumpai

pedesaan yang berakibat kerugian bagi para petani sebagai pengusaha kecil, terutama yang berkaitan dengan masalah
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

70

informasi pasar.

4.3. MASALAH KENDALA DAN PELUANG PENYUSUNAN POLA KEMITRAAN ANTAR UKM
4.3.1. Permasalahan Arah strategi dan sistem pembangunan secara langsung dipengaruhi oleh kondisi ekonomi sosial dan politis. Dalam masa pembangunan sekarang ini dimana GBHN 1999 menempatkan pemerataan melalui perkuatan ekonomi kerakyatan sebagai unsur utama dari tujuan harus dapat pada pembangunan, masalah pengembangan KUKM secara tegas diwujudkan secepat dan pembangunan kelompok

sebaik mungkin. Penjabaran dari tujuan tersebut GBHN 1999 berpihak masyarakat UKM yang sekarang ini diprediksikan eksistensinya dalam pemulihan perekonomian nasional adalah cukup besar namun kondisinya masih sangat lemah. Garis besar kebijaksanaan yang demikian adalah sangat mendukung usaha perkuatan KUKM pada era reformasi sekarang ini merupakan momentum yang tepat Permasalahan umum yang dihadapi dalam perkuatan KUKM disemua sektor hampir sama yaitu ; a) Keterbatasan penguasaan faktor produksi terutama modal bahan baku peralatan, serta keahlian, teknologi dan informasi. Masalah klasik ini tidak terlepas dari dualisme pembangunan ekonomi yang sudah ada sejak zaman kolonialisme tersebut ternyata belum dapat terhapus, bahkan cenderung berkembang
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

71

dalam era pembangunan. Salah satu sebab berkembangnya dualisme dalam pembangunan ekonomi tersebut adalah karena orientasi pembangunan pada tahapan sebelumnya lebih ditekankan pada usaha mengejar pertumbuhan. Penguasaan faktor produksi yang sangat sedikit bahkan dapat dikatakan marjinal oleh para pengusaha merupakan dampak dari sistem alokasi sumberdaya yang terkait dengan ketidakmampuan sistem kelembagaan sebagai institusi. Pengkajian terhadap masalah tersebut menuntut kesadaran tentang pentingnya kelembagaan yang dapat mengalokasikan sumberdaya secara efisien. Salah satu bentuk kelembagaan yang diduga dapat mempersatukan potensi yang tersebar dilingkungan KUKM adalah pola kemitraan. Penyusunan pola kemitraan tidaklah sulit tetapi untuk faktor mendapatkan endogen pola dalam kemitraandianggap sebagai

pembangunan. Yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah bagaimana mendefenisikan kelembagaan itu secara tegas adalah masih sukar dan kompleks, karena itu disadari bahwa beragam berbeda. pengertian yang dibangun untuk menjelaskan eksistensi kelembagaan membawa berbagai dampak yang Untuk dapat memahami makna dari kelembagaan tersebut di atas dalam kajian ini akan digunakan pengertian kelembagaan seperti yang dikemukakan oleh Nasution 1991 untuk memahami pengertian kelembagaan Nasution. Pendapat Nasution tersebut dipertegas oleh mengabaikan berkembangnya berpendapat bahwa tanpa penafsiran mengenai

kelembagaan, barangkali dapat dikatakan karakteristik yang tercakup dalam kelembagaan tersebut itu mengacu pada pengelolaan sumberdaya. Dalam hal ini Pakpahan (1990) memberikan batasan bahwa kelembagaan adalah suatu sistem
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

72

organisasi yang dapat mengontrol sumberdaya. Kelembagaan mempunyai karakteristik batas yuridiksi yang menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam sistem. Hal ini menyangkut batas otoritas dan kekuasaan. Banyak masalah pembangunan ekonomi muncul karena terkait dengan batas yuridiksi tersebut. Unsur lain yang tercakup dalam sistem kelembagaan adalah "hak"hak-hak properti". Ciri ini mengacu pada kepastian masalah hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum, adat, dan/atau konsensus. Kejelasan hakhak-hak properti dalam kelembagaan adalah sebagai sumber kekuatan partisipan pembangunan dan partisipasi dalam mengembangkan akses dan pengontrolan lalu lintas alokasi sumberdaya. Karakteristik lainnya yang penting dalam kelembagaan adalah bagaimana aturan reprensentasi, yang dapat memastikan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa, dalam setiap proses pengambilan keputusan. Dari uraian di atas dapatlah kita nyatakan bahwa kelembagaan itu sangat berdimensi normatif, di samping dimensi positif. Refleksi kelembagaan dengan sendirinya sangat luas dan beragam, mencakup nilai (baik(baik-buruknya dan benarbenar-salahnya), pranata sosial (sosial(sosial-budaya), peraturan perundangperundang-undangan, dan kebijakan pembangunan, serta lainya. Termasuk di dalam analisis kelembagaan adalah bentukbentuk-bentuk organisasi (badan hukum). Namun bukan berarti berdirinya begitu banyak organisasi di pedesaan, seperti LKMD, KUD, organisasi massa, organisasi sosial, dan keagamaan dengan sendirinya menjawab masalah kelembagaan. sebagai kelembagaan. Ditinjau dari sudut pandang sejarah pemikiran ekonomi, secara
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

selama ketiga karakterisitik di atas

belum menjiwai lembaga tersebut, belum dapat dikatakan

73

jelas dapat terlihat bagaimana kelembagaan memberikan arti pada pembangunan ekonomi. Paham neo klasik yang teori -teori ekonominya menjelaskan pertumbuhan dijiwai oleh semangat ekonomi individualisme hanya neo melalui klasik dapat teori yang pembangunan ekonomi.

Para

penganut

diprakasai oleh Adam Smith, hanya mampu menerangkan fenomena ekonomi hanya dengan membangun suatu fungsi produksi agregat. Dalam konsep ekonomi klasik tersebut produksi nasional ditentukan oleh input kapital dan tenaga kerja maka adalah wajar jika mereka pertumbuhan Asumsi dan yang pembangunan ekonomi dapat dijelaskan.

mengabaikan masalah kelembagaan menurut neo klasikalis dengan sendirinya dapat menurunkan bagaimana pembangunan ekonomi terjadi. Tetapi asumsi yang sangat restriktif ini dalam negara berkembang tidak dapat diterima. Dalam banyak kasus pembangunan atau tidak mau perencanaan di negara berkembang terdapat masalah kelembagaan, yang besarnya sangat komplesk sehingga mau kelembagaan harus dianggap sebagai adalah Kerancuan dalam menempat faktor endogen, yang harus dimasukan kedalam kalkulus pembangunan. kelembagaan dapat menyebabkan efek menetes ke bawah yang digunakan oleh neoneo-klasikalis dalam menjelaskan pembangunan tidak berjalan dengan sendirinya. Masalah ketimpangan pendapatan dan jurang kayakaya-miskin menjadi produk dari situasi seperti itu. Di samping masalah pendistribusian sumberdaya masalah lain yang terkait dengan ketidak mampuan sistem kelembagaan adalah masalah tenaga kerja. Kelebihan tenaga kerja non skil pada sistem ekonomi rakyat terutama di sektor pertanian menyebabkan terjadinya inefiseiensi dalam sistem produksi.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

74

Kondisi tersebut berdampak terhadap ratarata-rata produktifitas ekonomi rakyat yang umumnya rendah dan akses kepada faktor produksi tidak berkembang. Disisi yang lain terlihat bahwa dampak modernisasi

menyebabkan usaha besar yang seharusnya mampu menyerap tenaga kerja yang berlebih dari kelompok usaha kecil ternyata tidak berjalan. Kecenderungan mengikuti perkembangan teknologi dan orientasi pada keuntungan yang sebesar -besarnya (dengan mengejar skala usaha) menyebabkan pengusaha besar berorientasi pada kegiatan yang menyerap teknologi maju yang bersifat padat modal. Pertanyaan yang sepadan dapat diajukan disini adalah apakah produksi dengan modernisasi secara pranata hanya menyangkut (b) pada (a)

dimensi

perubahan teknologi semata dalam mengejar ketersediaan nasional, sosial, atau untuk apakah modernisasi pendapatan, menyangkut pada perubahan teknologi yang berkesesuaian peningkatan kesejahteraan dan mempersempit jurang pemisah antara usaha besar dan usaha kecil. Kedua pertanyaan tersebut kiranya harus dijawab dengan sangat hati-hati dan harus mengacu pada amanat konstutusi (UUD 45). Pertanyaan pertama barangkali sudah menjadi pengalaman dibanyak negara sedang berkembang, sebagaimana yang juga pernah kita alami dalam upaya pembangunan pertanian. Kecenderungan tersebut akan berlanjut lagi pada masa yang akan datang jika orientasi pembangunan tidak secepatnya dialihkan pada upaya pemberdayaan ekonomi rakyat yang dibangun secara dominan oleh para pengusaha kecil. Lebih
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

75

lanjut

kita

sebaiknya

memberikan itu apakah

acuan

modernisasi telah

padapertanyaan

keduanya

modernisasi

diarahkan pada upaya mendayagunakan semua aset nasional yang bagian terbesarnya adalah sumber daya manusia. Berbagai studi empiris mengindikasikan adanya tiga kendala yang sosial, membatasi dari pengembangan kecil, usaha serta kecil yaitu sistem kebijaksanaan iklim usaha, rendahnya potensi ekonomi dan pengusaha lemahnya kelembagaan dalam kelompok usaha kecil. Ketiga kendala di atas bersifat struktural dan cenderung berpangkal dari belum mantapnya institusi dalam kelompok usaha kecil. Akibatnya kelompok ini belum mampu beradaptasi terhadap iklim, usaha nasional, sehingga timbul kesulitan untuk membangun potensi usaha mereka. Terkait langsung dengan permasalahan tersebut di atas adalah pemikiran menjadikan Koperasi sebagai alternatif lembaga pendukung pemberdayaan kemampuan usaha kecil sebagai bagian dominan dari ekonomi rakyat. Pilihan atas koperasi sebagai sistem kelembagaan disini didasarkan pada pemikiran bahwa koperasi adalah badan usaha ekonomi yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan. Sifat yang demikian secara normatif maupun positif adalah sesuai dengan tujuan pembangunan dan sifat usaha kecil yang umumnya kurang individualis. Dalam hal ini diasumsikan bahwa koperasi adalah mitra usaha yang ideal bagi usaha kecil. Kajian empiris terhadap pembangunan ekonomi rakyat yang didominasi oleh pengusaha kecil selama era orde baru yang lalu mengindikasikan bahwa Sistem dan pola mitra usaha serta
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

76

pembinaannya melalui jalur program pemerintah diaharapkan dapat memampukan usaha kecil untuk eksis dan berdiri sejajar dengan usaha menengah dan usaha besar. Tetapi isyu dan sinyalemen malah mengindikasikan bahwa pola mitra usaha yang diterapkan malah menyebabkan tingkat pertumbuhan usaha kecil jauh dan sistem tertinggal usaha dibandingkan yang tidak dengan usaha menengah tindihnya besar menjadi mitranya. sistem

Ketertinggalan tersebut juga tidak terlepas dari tumpang pembinaan dan efektifnya kelembagaan. Pada beberapa pola perkuatan koperasi usaha kecil dan menengah melalui sistem kemitraan yang ada dibentuk pada waktu itu. Sistem kelembagaan tidak sepenuhnya berorientasi pada upaya mengadakan pengusaha kecil untuk berdiri sejajar dengan mitra usahanya.Sebagai contoh misalnya dalam pola PIR dan Bapak angkat, konsep kemitraan yang diupayakan menimbulkan dalam rangka pemerataan dampak yang tersebut malah berbagai menghambat

pemberdayaan ekonomi rakyat. Kerjasama diantara kedua pihak dalam sistemsistem-sistem tersebut tidak di bangun berdasarkan kesamaan tujuan dan kemampuan (bargaining diantara keduanya). Akibatnya kemungkinan terjadinya eksploitasi dari yang lebih kuat terhadap yang lemah menjadi semakin besar. Dari keadaan seperti disebutkan di atas jelas bahwa

pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pengembangan usaha kecil yang melibatkan koperasi dapat diandalkan sebagai pendorong pembangunan nasional pada beberapa Repelita mendatang. Hal ini tercermin juga dari target pembangunan pada Repelita VI. Secara jelas terlihat bahwa target pertumbuhan ekonomi selama Repelita VI adalah sebesar 9,5 % per tahun yang terutama bersumber dari pertumbuhan sektor
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

77

industri sebesar 11.5 % dan sektor pertanian 4.6 % per tahun. Namun, penciptaan kesempatan kerja terbesar diharapkan dari sektor pertanian sebesar 4.0 juta orang, sedangkan sektor industri hanya sebesar 2.3 juta orang. Sementara tantangan terkuat yang akan kita hadapi pada masa akan datang adalah bagaimana mengatasi kesempatan kerja bagi pertumbuhan angkatan kerja ratarata-rata 2,4 juta orang per tahun (Situmorang, 1990). Di samping masalah-masalah yang dikemukakan di atas itu

peneterasi eksternal (seperti telah disebutkan pada awal tulisan ini) telah memaksa perhatian diarahkan pada ekspor non -migas, khususnya produk pertanian. Hal tersebut amat penting karena peran migas sebagai sumber pendapatan negara tidak dapat diandalkan lagi pada masa yang akan datang. Pada saat yang sama pembangunan usaha besar akan dihadapkan pada suatu dilema, karena iklim liberalisasi dikhawatirkan kurang efektif untuk mengangkat usaha besar dalam perspektif pembangunan ekonomi nasional. Dalam situasi perekonomian dewasa ini, efek globalisasi secara cepat akan dirasakan oleh perusahaan besar. Hal yang demikian ditandai oleh kecenderungan perusahaan besar membentuk grupgrup-grup perusahaan (konglomerasi). Di samping itu juga usaha besar mulai melakukan diversifikasi ke arah usaha -usaha yang lebih kecil. Walaupun diversifikasi usaha yang dilakukan oleh konglomerasi adalah sebagai salah satu cara mengantisipasi ketidakpastian usaha mereka akibat globalisasi dalam perdagangan internasional. Tetapi karena yang direbut adalah segonen pasar dari pengusaha maka (seperti aktifitas Indofood mereka
78

memproduksi

kecap

dan

sambel)

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

mengancam pengembangan usaha kecil. Walaupun demikian secara konsepsional dapat dikemukakan bahwa pada akhirnya dapat diperkirakan bahwa berkembangnya perekonomian global pada saatnya akan ditentukan dan dinikmati oleh para pengusaha kecil, karena usaha kecil memiliki nilai komparativ yang lebih besar dalam persaingan di pasaran internasional.

BAB V POLA KEMITRAAN ANTAR UKM

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

79

5.1. PENYUSUNAN POLA KEMITRAAN ANTAR UKM


Seperti telah diuraikan di muka, kemitraan merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan diantara dua atau lebih unsur pemitra yang dibangun berdasarkan kesamaan tujuan dan terdapat faktor ketergantungan diantara unsur-unsur yang bermitra. Idealnya kemitraan akan berjalan efektif dan efisien serta saling menguntungkan jika diantara unsur-unsur yang bermitra memiliki kesamaan bargaining, oleh sebab dalam banyak kasus sering terlihat bahwa kemitraan berubah menjadi eksploitasi dari yang kuat kepada yang. Hal yang demikian harus dihindari, oleh sebab itu dalam penyusunan pola kemitraan disini disarankan unsur-unsur yang bermitra adalah mereka yang memiliki bargaining sama dan bila terjadi berlainan bargaining, unsur yang bargainingnya lebih lemah konsep harus dipersatukan yang untuk dibentuk mencapai melalui kesamaan pengaturan, bargaining. Kesamaan bargaining juga dapat dilakukan dalam kelembagaan pemberian prioritas, kemudahan, proteksi dan subsidi kepada unsur yang bargainingnya lebih lemah. Namun peraturan perudang undangan yang dikeluarkan (sebagai bentuk kebijakan kelembagaan) juga tidak selalu berhasil mencapai tujuannya bahkan dapat terjadi sebaliknya yaitu malah memperkuat posisi unsur yang sudah kuat. Sebagai gambaran kongkrit dari penyamaan bargaining dalam upaya membangun kemitraan antara unsur yang kuat dan yang lemah dalam kajian ini akan dianalisis efektifitas dari beberapa unsur institusi yang penting dalam bentuk perundangperundang-undangan yang telah dikeluarkan berikut ini. Untuk sampai pada kajian tersebut dan penyusunan pola kemitraan antar UKM perlu terlebih dahulu diketahui kondisi faktor-faktor yang diduga
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

80

dapat mempengaruhi efektifitas yang akan di bangun antara lain : a) Reformasi kelembagaan ekonomi dalam bentuk kebijaksanaan. Untuk mengkaji kondisi kebijakan di bidang ekonomi ini dapat dimulai dengan dikeluarkannya UndangUndang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 (UUPA/1962), UndangUndang-Undang Pokok Penanaman Modal Asing dan Dalam Negeri tahun 1967 dan 1968 (UUPMA/1967 Pokok dan UUPMDN/1968), tahun 1967 Perkoperasian UndangUndang-Undang Perbankan

(UUPB/1967), dan UndangUndang-Undang Pokok

tahun 1967 yang diperbaharui dengan UU no 25 tahun 1992 dan UndangUndang-undang Pengusaha kecil (UUPK/1996) keempat undang yang terakhir dikeluarkan oleh pemerintah tersebut diatas memang sudah dapat dikatakan sebagai suatu reformasi kelembagaan dalam yang terkait pada pengertian aturan representatif, karena keempat UU inilah yang menentukan arah perekonomian nasional dari Repelita ke Repelita berikutnya. Namun yang disayangkan, dari ke lima UU itu yang paling berkembang dan memberikan dampak besar terhadap perekonomian nasional adalah UUPMA, UUPMDN, dan UUPP. Lalu lintas dana dan moneter baik domestik maupun internasional ditentukan oleh kekuatan UU ini. Sedangkan potensi yang terkandung dalam UUPA dan UUPK masih belum tergali secara sempurna. UU ini dapat mengatasi pemerataan. Ketidakefektifan pengaplikasian kedua Undang-Undang
81

Padahal kapasitas kedua kemiskinan dan

masalah

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

yang secara konkrit dapat membantu usaha pemerataan tersebut diatas menyebabkan berkembangnya secara pesat bentukbentuk-bentuk berpengaruh akan sangat korporasi kuat yang pada gilirannya akan pada pengambilan kebijakan

pembangunan. Pengaruh tersebut bila sudah berkembang sukar dikendalikan dan menjurus kepada monopoli. Dalam hal ini pandangan John K. Galbraith mengenai korporasi tampaknya menjadi kekhawatiran kita. Pandangan tersebut adalah sebagai berikut (Situmorang, 1987): Pertama : Di dalam masyarakat industri yang modern, karakteristik dari bentuk organisasinya bukanlah berwujud unit yang perusahaan kecilkecil-kecil melainkan "giant corporation" akhirnya berkembang menjadi "conglomerate

corporation". Kedua : Mengingat besarnya jumlah modal dan "gestation period" maka perusahaan sangat berkepentingan bahwa produknya dapat dijual dan jalur suplai faktor produksinya tidak macet sehingga kedua pasar itu akan berada di bawah kekuasaannya. Kondisi yang demikian nampaknya sejalan dengan

pendapat Nasution (1986) yang menyatakan bahwa dalam suatu sistem usaha yang dilaksanakan oleh beberapa komponen sistem maka resiko terbesar akan ditanggung oleh komponen sistem yang berada pada posisi terlemah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

membangun suatu pola kemitraan sebagai suatu suatu sistem yang efisien dan efektif, lebih dahulu perlu dikaji
82

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

unsur unsur kemitraan yang dapat mendukung efisien dan efektifitas tersebut antara lain : a) Kesamaan persepsi tujuan dan harapan kemanfaatan : b) Kesamaan bargaining diantara para pelaku kemitraan c) Adanya saling ketergantungan antara dalam sistem d) Ada tidaknya potensi Konflik dan : e) Unsur lingkungan yang dapat dirinci menjadi kondisi kebijakan pembinaan dari ekonomi dan sosial serta pemerintah. Untuk mendukung keberhasilan lembaga kemitraan diperlukan adanya lembaga pendukung yang terdiri dari lembaga produksi dan pengembangan teknologi, lembaga permodalan, lembaga pemasaran, lembaga informasi dan lembaga pendidikan pelatihan serta lembaga penelian dan pengembangan Perkuatan KUKM melalui penyusunan rancang bangun unsur-unsur

Kemitraan antar KUKM pada dasarnya adalah usaha Penyediaan kelembagaan informasai, permodalan teknologi dan pasar. Pasar dijuruskan ke bentuk Pasar Bebas ( free Market), mana dalam pasar bentuk ini penentuan harga dilakukan bersama antara produsen (UK) dengan konsumen baik primer maupun sekunder. Perubahan bentuk pasar tersebut hanya dimungkinkan jika KUKM memiliki bargaining yangsama dengan pengusaha besar untuk itu potensi KUKM yang banyak dan tersebar harus dipersatukan melalui pembentukan rancang bangun kelembagaan Lintas Sektoral KUKM Pembentukan lembaga kemitraan dapat dirinci sebagai berikut : dimulai dengan ;
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

83

a) pengumpulan calon anggota yang dilanjutkan dengan p b) Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan c) Penetapan pendekatan dan strategi usaha d) Pembangunan Jaringan Kemitraan Untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi dari kemitraan antara UKM dengan usaha besar adalam arti kata mendapatkan dampak positif yang optimal tetap diperlukan adanya dukungan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, dalam bentuk kebijakan dan pengaturan yang berorientasi pada kepentingan optimalitas pemanfaatan sumberdaya nasional. Untuk itu perlu diperhatikan menghindari terjadinya kesalahan sasaran dalam mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat ini ekspansi kebijaksanaan pemerintah yang usaha kecil diera reformasi diprioritas pada pembangunan

sekarang ini sesungguhnya harus diarahkan pada sektor -sektor potensial seperti sektor pertanian, sektor industri rumah tangga dan usahausaha-usaha berskala kecil lainnya di perdesaan. Pada sektor atau subsektor-subsektor yang secara langsung berpihak pada upaya pengembangan kemampuan usaha kecil tersebut potensi komparatif yang ada dapat digali, oleh sebab itu reorientasi kebijaksanaan ekonomi perlu diarahkan ke sana. Menyadari kondisi dan peluang seperti yang diuraikan diatas kiranya sudah saatnya kebijaksanaan tidak didasarkan pada peningkatan produksi dari pendapatan nasional saja. Tetapi untuk mendukung orientasi pembangunan kearah sana perlu dikeluarkan lagi beberapa kebijaksanaan dasar. Yang secara langsung berpihak pada upaya pengembangan kemampuan usaha kecil. Berbagai kebijaksanaan tersebut idealnya sudah dapat langsung dirasakan oleh sektor perdesaan yang mengacu pada peningkatan produktivitas dan produksi usaha kecil. Tetapi
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

84

berbai kajian empiris mengindikasikan bahwa walupun telah dikeluarkan kebijaksanaan bagi pengembangan ekonomi rakyat tersebut, tetapi sampai sekarang ini hasilnya masih dipertanyakan. Dari aspek formalitas usaha UKM, data statistik memberikan gambaran bahwa hanya 1.8 % usaha kecil yang telah berbadan hukum, dan ironisnya usahausaha-usaha ini yang paling sedikit menikmati pemerintah. kebijaksanaan Salah satu yang sebab bersifat yang bantuan dari diduga mendorong

terciptanya kondisi tersebut

adalah karena lemahnya sistem dapat

kelembagaan,.Oleh sebab itu maka pengembangan industri dan kerajinan dengan pendekatan kelembagaan diharapkan lebih memberikan jaminan proses industrialisasi. Di samping pembangunan sektoral di atas, pembangunan unsur penunjang pembangunan dipedesaan juga telah dilaksanakan. adanya rekayasa lembaga penunjang. LembagaLembaga-lembaga penunjang ekonomi yang sudah dibangun dalam upaya perkuatan UKM, seperti KUD, koperasi primer nonnon-KUD, kelompok tani, kelompok pendengar dan pirsawan televisi (kelompen capir), kelompok kesehatan, dan keluarga berencana dalam era orde baru dari aspek jumlahnya memang telah berkembang sangat pesat namun efektifitasnya sangatsangat diragukan. Demikian juga upaya pengembangan UKM secara dilihat kuantitas dengan daerah berdasarkan target pertumbuhan produktivitas dan dan pembobotan inovasi teknologi telah tercapai. Hal ini dapat juga semakin meningkatnya Namun, produksi pedesaan. peningkatan dimensi Namun keberhasilannya juga belum optimal., untuk itu diperlukan

kesejahteraan secara empirik belum diketahui walaupun secara


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

85

"common sense" telah dinyatakan berhasil. Sementara itu di sisi yang lain terlihat bahwa lembaga yang bersifat Ad Hocracy (Ad Hoc) yang secara alamiah tumbuh di tengah masyarakat Padahal secara lembaga turunturun-temurun Ad Hoc akibat dari secara restrukturisasi ekonomi dan sosial, eksistensinya lambat laun memudar. tersebut meyakinkan pada waktu-waktu yang lalu mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Nasution, 1990). Berkembangnya lembaga artifisial dan memudarnya lembaga Ad Hoc disangsikan keberhasilannya mewujudkan sistem partisipatif. Atau sebaliknya hal tersebut dapat meningkatkan "partisipasi semu".Artinya orang masuk dalam sistem karena faktor insentif temporer dan jika terjadi kejadian yang bersifat disinsentif maka mereka akan keluar dari sistem tersebut. Di samping pembangunan lembaga penunjang untuk

mendukung keberhasilan program kemitraaan juga diperlukan adanya bantuan dari aspek penyediaan prasarana dan sarana bagi pengembangan sistem kerjasama koperasi pengusaha kecil dan menengah. Salah satu indikator selama ketidakberpihakan masa orde baru sangat adalah program-program terhadap pembangunan

pemberdayaan

ekonomi

rakyat

sedikitnya pembangunan prasarana dan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi pengusaha kecil dan menengah. Sebagai contoh misalnya pembangunan rel kereta api yang sangat diperlukan oleh kelompok ekonomi rakyat ternyata tidak mendapat perhatian sebesar pembangunan jalan TOL atau Bandar Udara. Demikian juga penyediaan prsarana seperti pelabuhan dan air bersih tidak pernah mendapat porsi yang memadai.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

86

Keperluan dan ketersedian prasarana dan sarana usaha bagi koperasi pengusaha jenisnya, kecil dan menengah tidak hanya masalah menyangkut tetapi juga menyangkut

penyebaran dan

lokasi penempatannya. Jenis sarana yang

disediakan juga harus disesuaikan kondisi sumberdaya manusia pada pengusaha kecil dan menengah. Demikian juga teknologi yang sesuai (tepat guna) yang mudah diperoleh dan dioperasionalkan. Hal yang sangat mendesak sekarang ini

adalah penyediaan prasana transportasi dan fasilitas-fasilaitas pendukung usaha kecil lainnya serta penyeba--luasan informasi tentang teknologi perkembangan dan peluang permintaan kerjasama pasar, antar perkembangan kecil pengusaha

menengah dan koperasi.

5.2. PENGEMBANGAN KEMITRAAN USAHA ANTAR UKM


Pengembangan peran kemitraan dalam upaya perkuatan

pengusaha kecil dan menengah baik secara sektoral/fungsional maupun perwilayahan selama era orde baru relatif masih belum optimal. Program kemitraan dalam mendukung perkuatan UKM dalam banyak kasus terlihat masih bersifat potensial sedangkan aktualisasinya masih sangat terbatas. Hal ini terutama disebabkan karena penataan di dalam konsep kemitraan sendiri belum memadai untuk melakukan ekspansi pelayanan yang lebih baik kepada unsur-unsur yang bermitra Untuk mewujudkan tumbuh berkembangnya pola kemitraan pengusaha kecil dan menengah agar berperan menjadi kekuatan ekonomi yang berakar dalam klaster UKM, maka perlu
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

87

dikaji lebih lanjut konsepsi dan aktualisasi kemitraan pengusaha kecil dalam dan menengah, iklim terutama yang yang sangat bertujuan sangat untuk tidak memperkuat kedudukan dan perannya sebagai kelembagaan kondisi usaha menguntungkan bagi UKM. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka dalam kajian ini disarankan, Secara perlu dilakukannya pembenahan iklim usaha. pengkajian terhadap berbagai berkesinambungan

kebijaksanaan makro, sektoral dan regional yang berkaitan dengan upaya memperkuat posisi dan peran koperasi dan pengusaha kecil dalam kerangka perkutan KUKM dalam perekonomian nasional juga harus dilakukan. Demikian pula

perlu dikaji kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan koperai pengusaha kecil dan menghadapi sistem perdagangan bebas, terutama berkaitan dengan operasionalisasi keputusan GATT dan APEC. Sejalan dengan konsepsi di atas juga perlu dilakukan pembinaan yang oleh pemerintah harus bersifat lintas sektoral., komprehensif dan harus terpadu sebagai sub sistem dalam sistem pembinaan UKM secara keseluruhan sesuai dengan kondisi riil UKM. Pola pembinaan yang diorientasikan pada kondisi riil UKM di lapangan tersebut diperlukan karena adanya spesifikasi kondisi usaha UKM. Dari aspek kondisi UKM sendiri integralitas antar pelaku ekonomi ini juga perlu dikembangan untuk itu salah satu pemikiran yang dapat dikemukan adalah membangun suatu sistem jaringan usaha antar KUM yang dapat saling mendukung potensi dari tiap unsur yang ada didalamnya, sebaliknya juga dapat saling dapat menutupi kelemahan unsur lainnya. Yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa dengan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

88

terbangunnya jaringan sistem usaha KUKM maka nilai tambah ekonomi yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas usaha KUKM dapat ditingkatkan, sebaliknya kebocoran nilai tambah yang selama ini banyak dinikmati oleh pihak lain dapat dikembalikan ke lingkungan KUKM. Dari adanya kelemahan-kelemahan tersebut maka bargaining UK sebagai produsen terhadap konsumen, pengusaha pengolahan hasil (industri), baik pedagang, maupun konsumen

akhir, menjadi lemah. Akibatnya UK dalam mekanisme pasar dan pembentukan harga, selalu hanya menjadi penerima harga (price taker) dan pembeli yang menjadi penentu harga ( price maker). Kondisi tersebut membentuk satu ingkaran setan ( The Vicious circle) yang selama ini sulit terpecahkan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut yang menjadi pertanyaan dan harus dijawab disini adalah kekuatan UK sebagai produsen, Salah satu solusi yang dapat "bagaimana membangun untuk menghadapi pasar?". dijalankan adalah dengan

membangun Trading House yang kemudian dilengkapi dengan pembentukan Forum Pemasaran Bersama (UBK). Konsepsi ini menurut Todaro (1989) dan Isard (1958) sudah berhasil mengangkat kemampuan India dan Costarica. Dalam upaya memberdayakan UKM kiranya konsepsi tersebut yang disesuikan dengan kondisi dan situasi pertekonomian sekaran ini seperti diperlihatkan pada gambar 1 di bawah ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk diujicobakan. Pengembangan konsepsi tersebut relatif tidak memerlukan biaya yang besar karena dapat dicobakan dalam lingkungan mikro (lokasi tertentu), untuk komoditas tertentu dan usaha
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

UK untuk menghadapi pembeli di

89

besar tertentu dalam bentuk pola kemitraan Solusi dari permasalahan kelembagaan seperti dikemukakan diatas telah banyak juga diajukan, namun sebagian besar masih bersifat normatif dan sebagian lagi tidak sejalan dengan strategi pembangunan bahwa yang masih Nasional lebih diarahkan tahun pada 1942 upaya telah mengejar pertumbuhan sebagai contoh dapat dikemukakan Konperensi Perhepi merekomendasikan pengembangan agroindustri, untuk langkah modernisasi pertanian dan menciptakan keterkaitan sektoral. Pengembangan agroindustri sebagai bagian dari pengembangan sistem komoditi tersebut masih relevan, apalagi dalam kondisi perekonomian yang sangat terkait dengan tata perekonomian dunia, Pada tahun 1978, S. B. Judono telah menyatakan bahwa pembentukan kelompok orang yang berkapital kecil merupakan pilihan yang tepat untuk mengantisipasi gejolak ekonomi. Di samping itu, S. Ranudihardjo tahun 1982 menyatakan bahwa bilamana kita menerima industrialisasi sebagai basis lepas landas perekonomian nasional, maka restrukturisasi industri dengan menghilangkan proteksi perlu dilakukan (Nasution dan Situmorang, 1990). Pemikiran di atas juga relevan dengan situasi sekarang ini. Jelas bahwa kelabilan ekonomi, bahkan dapat menjurus ketidakstabilan sistem sosial. Banyak kasus dan hasil penelitian membuktikan bahwa kemantapan sistem ekonomi juga secara langsung dipengaruhi oleh polarisasi pemilikan kapital. Kondisi ini memungkinkan akses pada golongan ekonomi lemah semakin pudar menguntungkan karena kehilangan saja, "resource kurang endowment". terjadi proses
90

Sebaliknyan proteksi yang tinggi terhadap industri sangat produsennya

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

pendidikan dan alih teknologi yang menuju kepada kemandirian. Pengoptimalan kemitraan sebagai kelembagaan memberikan hasil yang baik dalam perekonomian UKM dapat ditunjukkan oleh pembangunan irigasi. hasil Pengelolaan sumberdaya air dari pembangunan irigasi telah menunjukkan performa yang

baik melalui sitem Subak di Bali, seperti yang diungkapkan oleh I B. Teken dengan kawankawan-kawan. Pengalaman pengelolaan irigasi di Asia Tenggara yang diungkapkan oleh E. W. Coward Jr dan pengelolaan yang sama di negara sedang berkembang seperti yang diungkapkan oleh D. W. Bromley dengan kawan kawan (Pasandaran dan Taylor, 1988) juga memperlihatkan keberhasilan dari kelembagaan kelembagaan ad hoc tersebut. Sistem Subak adalah suatu bentuk kelembagaan tradisional yang telah berkembang secara turun temurun, berdasarkan hamparan usaha tani. karena proses Pengoptimalan sistem Subak tidak keputusan dan pelaksanaan diragukan lagi akan mampu mengontrol alokasi sumberdaya, pengambilan dilakukan oleh anggota kelompok. Kepastian hak -hak properti serta sanksi pelanggaran yang secara tegas juga biasanya telah ditetapkan dalam sistem kelembagaan Ad Hoc tersebut. Dalam tahap ini diharapkan organisasi dan manajemen KUD beserta sekundernya/koperasi sekunder dari KUD yaitu pusat KUD dan induk KUD sudah efektif dan efisien. Modal cukup tersedia dengan jumlah yang memadai dan usaha sudah berjalan atas kekuatan sendiri. Kemitraan akan dapat berkembang dengan baik dan dapat mengatasi tantangan dan hambatan, baik masa kini maupun yang akan datang, jika disusun sesuai dengan kondisi dan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

91

tuntutan kebutuhan KUKM, serta dibangun sendiri oleh KUKM. Untuk itu maka dibutuhkan kebulatan tekad dan motivasi ideal yang didasarkan persepsi yang sama dari semua pihak. Hal ini diperlukan membangun sebagainya, karena tetapi membangun gedung yang kemitraan bertingkat, ialah bukan seperti dan rumah, jembatan

dibangun

kelembagaan

menyangkut sistem ekonomi dan sosial sekaligus lebih spesifik lagi disini dapat dikemukakan bahwa membangun kemitraan lebih cenderung kepada membangun manusianya sebagai sumber daya utama. Membangun manusia ini tidak hanya fisiknya saja, tetapi juga mental dan moral serta kemampuan berpikirnya. Hal inilah yang menyebabkan membangun koperasi memerlukan waktu yang panjang dan berkesinambungan. Sejarah di negara barat juga menunjukkan bahwa mereka baru dapat menikmati hasil pembangunannya seperti sekarang setelah tanpa kenal lelah selama kurang lebih 100 tahun. Dengan merujuk pada kondisi pembangunan koperasi pada masa lalu dan peluang koperasi di masa datang, maka perkuatan UKM melalui pola kemitraan adalah simultan dengan upaya pembangunan KUKM. Oleh sebab itu pola kemitraan yang akan dibangun diupayakan untuk mampu menangkap berbagai peluang usaha yang berkaitan dengan usaha para pengusaha kecil sejak dari pra produksi sampai dengan pemasarannya, dari semua sektor usaha ekonomi. Dalam upaya tersebut yang perlu dilakukan kemampuan pertamapertama-tama koperasi internal adalah menyusun sistematika usaha, dan koperasi (pengelompokan) berdasarkan peluang

koperasi,

perwilayahan

penyesuaian waktu pelaksanaanya.


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

92

Memperhatikan permasalahan yang dihadapi dan kondisi UKM, maka untuk dapat menyusun rencana yang akurat sesuai dengan tujuan yang ideal tersebut di atas, perlu lebih dulu dilakukan kaji tindak (action researh). Kegiatan penelitian tersebut adalah bertujuan untuk mengetahui secara lebih spesifik kemampuan lembaga kemitraan, permasalahan yang dihadapi, dan pembinaan yang diperlukan untuk memampukan kelembagaan tersebut. Dalam kegiatan action reaserch, pemilihan Kemitraan KUKM contoh contoh harus dilakukan dengan pola stratifikasi yang memungkinkan contoh -contoh yang terpilih dapat mewakili kondisi koperasi berdasarkan kelompok kegiatan usaha, perwilayahan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Di samping masalah di atas pengembangan lembaga kemitraan juga berkaitan dengan penetrasi usaha sektor tradisional ke dalam sektor modern, dalam arti usaha kecil, usaha menengah dan koperasi ke dalam usaha besar baik BUMN maupun BUMS. Oleh sebab itu aspek kemitraaan usaha sesungguhnya dapat memegang peranan penting dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat. Dari pengalaman selama PJP-I kita melihat bahwa menciptakan keterkaitan Koperasi dan Pengusaha Kecil Dengan Swasta dan BUMN bukanlah hal yang mudah. Demikian juga. Pembahasan hubungan antarpilar perekonomian nasional, yaitu koperasi dan pengusaha kecil, dengan badan usaha milik negara (BUMN), dan badan usaha milik swasta (BUMS) juga sudah menjadi masalah yang pelik. Sampai saat ini masalah itu masih dalam perdebatan, tentang bagaimana konsepsi ideal yang dapat menggambarkan
93

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

hubungan antar ketiga pilar atau pelaku ekonomi tersebut. Meskipun demikian secara parsial terlihat adanya berbagai hubungan secara fisik antarketiganya dalam kegiatan ekonomi. Formasi perekonomian yang didasarkan prinsip demokrasi ekonomi yang sesuai dengan amanat konstitusi sesungguhnya menetapkan hubungan ketiga pilar perekonomian tersebut berada sistem kelembagaan yang bersifat kooperatif. Kelembagaan kooperatif pada awalnya merupakan suatu asumsi yang dibangun untuk mewujudkan sistem kekeluargaan. Hal ini dapat kita tafsirkan secara implisit dari pemikiran Bung Hatta, Beliau sebagai Bapak koperasi Indonesia pernah mengemukakan bahwa sifat kooperatif dalam ekonomi merupakan perluasan dari sifat gotonggotong-royong dan kekeluargaan. Sifat ini telah mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Beberapa ahli hukum bahkan menyatakan bahwa sifat kooperatif dalam sistem perekonomian Indonesia dapat menjadi asumsi premis mayor dalam pengelolaan secara ekonomi. Namun telah penafsiran yang berkembang meyakinkan membangunformasi seperti telah

perekonomian nasional ke dalam tiga pilar dapat kita elakkan lagi.

disebutkan di atas. Tampaknya eksistensi ketiga pilar itu tak

Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional maka hubungan antar ketiga pilar perekonomian di atas harus dapat di defenisikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka tulisan ini mencoba mengemukakan konsepsi kelembagaan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, yaitu (1) pengertian kelembagaan ekonomi dan (2) begaimana eksistensi koperasi sehubungan dengan pengelolaan sumber daya dalam sistem ekonomi nasional dalam kerangka pemberdayaan ekonomi
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

94

rakyat.

5.3. PROSPEK OPERASIONALISASI POLA KEMITRAAN UKM


Pembangunan ekonomi yang ditujukan pada usaha pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan ditandai oleh mantapnya dasar demokrasi ekonomi yang menumbuhkan ekonomi rakyat. Dalam kondisi yang demikian Sistem Free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia, kelompok, maupun bangsa dapat ditekan sekecil mungkin. Demikian juga Sistem Demokrasi ekonomi dapat menghindari kelemahan dari Sistem Etatisme yang mematikan potensi serta daya kreasi masyarakat di luar sektor negara. Upaya mengejar pemerataan melalui pertumbuhan seperti pengembangan sektor industri untuk menyerap tenaga kerja belum dapat dinyatakan berhasil sepenuhnya. Sektor industri yang padat modal dan banyak mendapat proteksi karena diprioritaskan sebagai substitusi produk impor, secara kumulatif memang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Tetapi jumlah jumlah tenaga kerja yang terserap tersebut secara prosentatif terhadap jumlah angkatan kerja, relatif sangat kecil. Demikian juga rata-rata tingkat kesejahteraan para pekerja relatif rendah karena memang upah yang rendah dijadikan andalan dalam menekan biaya produksi. Dalam hal ini penetapan upah minimal regional (UMR) relatif belum mampu memperbaiki kesejahteraan mereka, sebaliknya produktifitas mereka sulit ditingkatkan karena usaha peningkatan kualitas sumberdaya jarang difikirkan. Pada akhirnya yang terlihat adalah harga produk produsen dalam negeri relatif lebih tinggi
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

95

terhadap produk impor sehingga sebagian besar produksi hanya untuk konsumen lokal. Di sisi yang lain terlihat bahwa produk dari para pengusaha kecil yang merupakan gerakan ekonomi rakyat tidak mendapat kesempatan seperti apa yang diperoleh oleh industri besar. Kebijaksanaan moneter dan fiskal belum sepenuhnya menjamin usaha mereka, bahkan sebaliknya peluang yang diberikan untuk mereka dapat dimanipulir untuk dimanfatkan oleh usaha menengah dan usaha besar. Kondisi yang demikian sudah menggejala misalnya dalam penyediaan modal dengan ketentuan batas aset yang relatif masih cukup besar dan kurang proporsional dengan asset (Rp 200 juta dinyatakan sebagai pengusaha kecil) yang dimiliki oleh sebahagian besar dari pengusaha kecil. Kondisi seperti di atas permasalahannya dapat dilihat dari berbagai aspek, tetapi yang cukup mencolok adalah belum adanya keberanian untuk secara tegas memberikan prioritas tinggi kepada gerakan ekonomi rakyat tersebut, dengan menciptakan iklim dan sistem usaha yang efektif bagi mereka. Dalam hal ini juga mandiri terlihat bahwa koperasi belum secara peran nyata sebagai sistem yang mampu memberdayakan memperlihatkan

kelembagaan yang ideal, gerakan ekonomi rakyat.

Pada akhirnya dapat dikemukakan bahwa dengan melaksanakan sistem demokrasi ekonomi secara konsekuen, persaingan tidak sehat, serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni sekecil yang merugikan masyarakat dapat ditekan mungkin.
96

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Demikian juga iklim usaha harus dapat mendorong pengembangan gerakan ekonomi rakyat. Tetapi sosial tersebut belum terlihat nyata. ciri pembangunan Kondisi tersebut ekonomi yang bertujuan pada pembangunan yang berkeadilan diindikasikan dengan tidak berdayanya gerakan ekonomi rakyat untuk tumbuh dan berkembang sejajar dengan usaha besar. Seperti diuraikan di atas maka permasalahan yang diduga dapat dikemukakan, bahwa menghambat pengembangan

gerakan koperasi sebagai badan usaha ekonomi yang ideal dengan amanat konstitusi tersebut adalah : a) kebijaksanaan Iklim usaha, serta strategi dan pendekatan pembangunan pertumbuhan ; b) ketidakmerataan potensi ekonomi antar anggota masyarakat serta ketidakmerataan pembangunan antar sektor dan antar daerah; c) d) Tidak efektifnya institusi yang tersedia untuk mendorong pemberdayaan gerakan ekonomi rakyat serta ; Masih adanya berbagai kendala struktural yang menandai belum selesainya transformasi sosial tahun. Pemerataan pembangunan sebagai wujud pelaksanaan budaya dan politik, walaupun usia kemerdekaan sudah hampir mencapai 50 yang masih lebih berorientasi pada

demokrasi ekonomi adalah upaya pembangunan yang dilandasi dengan jiwa dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam konsep normatif yang demikian koperasi sebagai badan usaha ekonomi yang diamanatkan dalam konstitusi mutlak perlu dikembangkan, ekonomi untuk menjadi pendukung utama gerakan rakyat yang tangguh kuat dan Mandiri. Kondisi

koperasi yang terlihat sekarang ini masih jauh dari yang


Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

97

diharapkan, hal ini perlu difikirkan karena dalam menghadapi keterbukaan mengharuskan pasar dengan daya liberalisasi saing yang perdagangan peluangnya peningkatan

terbuka luas melalui

pemberdayaan gerakan ekonomi rakyat

yang di dukung oleh berperannya koperasi akan semakin besar. Pengembangan kemampuan komparatif yang diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas dari gerakan ekonomi rakyat serta pengembangan gerakan koperasi sebagai pendukung dari usaha tersebut pada dasarnya ada dalam satu lingkup permasalahan. Peningkatan efisiensi dan produktivitas membutuhkan adanya dukungan terdapat sumber hanya daya dalam manusia gerakan yang berkualitas, rakyat yang yang ekonomi

tertampung dalam satu wadah institusi. Sebaliknya sebagai institusi koperasi memerlukan partisipasi yang ideal dari para anggotanya. Antara partisipasi dan kemampuan koperasi untuk memberikan pelayanan, berkorelasi yang tingkat keeratan disamping ditentukan oleh kesadaran kedua pihak, juga oleh kondisi sosial ekonomi dan politik lingkungannya. Peningkatan daya saing memerlukan pranata sosial, ekonomi, dan politik yang kukuh yang dicerminkan oleh pemberian kesempatan yang lebih besar kepda koperasi. Kondisi yang demikian belum nyata terlihat dalam struktur perekonomian Indonesia pada awal PJP II sekarang ini, dan untuk itu masih diperlukan berbagai penataan. Keadaan seperti di atas adalah menjadi pokok permasalahan dalam kajian ini, yaitu bagaimana menciptakan kondisi yang lebih progresif untuk mendukung pemberdayaan pengusaha kecil sebagai gerakan ekonomi rakyat melalui pengembangan peran serta koperasi. Pertanyaan tersebut hanya akan terjawab
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

98

melalui pengkajian terhadap berbagai aspek perekonomian sejak dari pengusaan ekonomi sumberdaya global yang sampai dengan kebijaksanaan memungkinkan

pengembangan eksistensi para pengusaha kecil dan pengusaha menengah yang selama ini masih tertinggal.

BAB VI
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

99

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. KESIMPULAN
1) Aktifitas ekonomi UKM merupakan suatu sub sistem dalam sistem ekonomi nasional yang seharusnya memiliki kaitan struktural yang sangat erat antara satu dengan lainnya, tetapi kaitan tersebut tidak terbentuk atau belum melembaga. 2) Keragaman usaha dan penyebaran lokasi UKM yang

sedemikian luas menyebabkan UKM sulit untuk meperbesar eksisistensinya sebagian produksi baku. 3) Kajian mendalam terhadap permasalahan yang dihadapi UKM menunjukan adanya indikasi bahwa permasalahan yang dihadapi UKM tidak hanya terbatas pada masalah ekonomi pasar, tetapi menyentuh masalah institusional, yaitu belum adanya suatu sistem yang mampu mengembangkan potensi yang tersebar dalam UKM antara lain melalui pembangunan sistem kemitraan usaha . 4) Lembaga kemitraan usaha baik dalam bentuk asosiasi dan sindikasi selama ini sebagian besar terkecuali telah gagal melaksanakan amanat dari para anggotanya. 5) Adanya saling ketergantungan merupakan modal dasar bagi UKM untuk untuk membangun kerjasama sedangkan adanya kesetaraan memungkinkan terjadinya kesesuaian tune in,
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Kondisinya menjadi semakin rumit karena UKM masih menggunakan kondisi pendekatan selera memperhatikan pasar,

besar tanpa

konsumen maupun sumber, ketersediaan dan harga bahan

100

dan dapat menghindari adanya eksploitasi atau penindasan antar unsur yang melakukan kerjasama. 6) Untuk mendukung keberhasilan lembaga kemitraan

diperlukan adanya lembaga pendukung yang terdiri dari lembaga produksi dan pengembangan teknologi, lembaga permodalan, lembaga pemasaran, lembaga informasi dan lembaga pendidikan pelatihan serta lembaga penelian dan pengembangan 7) Membangun kelembagaan kerjasama kemitraan dalam

bentuk formal maupun non formal harus dilakukan sendiri oleh UKM agar terbangun rasa memiliki, untuk itu juga harus dikelola dan hasilnya dinikmati oleh KUKM sendiri. 8) Bantuan pemberian undangan yang diperlukan dari pemerintah peraturan hanyalah perundang-

kesempatan yang kondusif,

melalui

sesuai dengan kondisi UKM.

Pemerintah seharusnya juga mau memberikan dukungan untuk memperkokoh lembaga keuangan UKM seperti dalam pembentukan lembaga kemitraan 9) Untuk mendukung pembangunan UKM yang diperlukan adalah pembangunan sistem kerjasama usaha antar UKM baik dalam dalam lingkup sektoral maupun kewilayahan. Kerjasama tersebut juga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang didasarkan pada saling ketergantungan dan kesetaraan posisi diantara UKM10). Pembangunan sistem dan model kemitraan antar KUKM secara langsung dapat mengatasi masalah Keterbatasan
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

101

sarana dan prasarana perhubungan juga menghambat berkembang UKM. Dengan adanya sistem kemitran UKM, UKM tidak banyak lagi mengharapkan bantuan pemerintah untuk membangun prasarana perhubungan untuk mendukung kelancaran produksi dan pemasaran. 11). Masalah kelancaran distribusi arus barang dan jasa serta kebutuhan pokok amat yang penting bagi UKM juga dapat ditanggulangi melalui pola kemitraan yang saling menguntungkan diantara UKM dilapisan paling bawah. Dengan demikian memperkuat sektor perdagangan eceran adalah sangat strategis sifatnya dalam upaya memperkuat Usaha Kecil.

6.2. SARAN
1). Dalam upaya upaya perkuatan posisi UKM yang diperlukan bukan dengan hanya memperkuat atau permodalan mengkatkan tetapi UKM juga dengan SDM penting program perkreditan kualitas

pendidikan/pelatihan,

diperhatikan usaha menumbuh-kembangkan sinergi UKM melalui pembangunan suatu sistem perkuatan UKM yang dapat mempersatukan potensi UKM yang selama ini terfragmentasi menjadi suatu kekuatan utuh yang sekaligus mampu mengeleminir kendala-kendala yang dihadapi UKM dalam persaingan pasar. 2). Diperlukan usaha melembagakan kaitan struktural antar UKM dalam bentuk kemitraan yang didasarkan pada prinsip saling menguntungkan dalam upaya memanfaatlan potensi sumberdaya UKM.
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

102

3). Disarankan agar lembaga kemitraan dapat memberikan informasi pasar yang akurat sehingga pendekatan dalam memproduksi barang UKM didasarkan pada permintaan pasar agar bargaining produk UKM di pasar dapat ditingkatkan 4). Dalam membangun suatu pola kemitraan sebagai suatu suatu sistem yang efisien dan efektif, lebih dahulu perlu dikaji unsur unsur kemitraan yang dapat mendukung efisien dan efektifitas tersebut antara lain :a) kesamaan persepsi tujuan dan harapan kemanfaatan :b) Kesamaan bargaining diantara para pelaku kemitraan c) Adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur dalam sistem d) Ada lingkungan yang

tidaknya potensi Konflik dan : e) Unsur kebijakan pembinaan dari pemerintah.

dapat dirinci menjadi kondisi ekonomi dan sosial serta

5). Kemitraan usaha besar dengan UKM harus bersifat spesifik misalnya dengan menetapkan salah satu asosiasi yang sehat dikembangkan peranya untuk mendukung UKM pada satu sektor usaha tertentu, yang sesuai dengan bidang usaha asosiasi yang bersangkutan.

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

103

DAFTAR PUSTAKA

Annonymous, 1992. UndangUndang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, tentang PokokPokok-Pokok Jakarta. 1993 Anonymus 1996 Undang-Undang nomor. tahun 1996 tentang Usaha Kecil Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil, Jakarta ---------- 2002 Laporan Bulanan Kementeraian Koperasi PK dan M Perbulan Juli 2002, Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

Perkoperasian.

Direktorat

Jenderal

Koperasi,

104

------------- , 2001. Statistik Indonesia 2000. Badan Pusat Statistik. Jakarta Sutrisno, Nur & Beddu Amang. 1986. Koperasi dan Efisiensi : Suatu Tinjauan Teoritis : Koperasi dalam Era Efisiensi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi. Departemen Koperasi Sutrisno, PH. Penelitian Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Kehidupan Perkoperasian (Studi Perbandingan) LPM dan Direktorat Jenderal Koperasi, Departemen Perdagangan dan Koperasi.Jakarta. 1981 Asmon. 1987. "Proposal for Employes Purchases of 15 % the Shaves of State Owned Exterprizes of "ESOP" (Executive Summary) Publication of the National Contex for Employes Ownership; "The Employes Ownership Export" Asher, H.B. 1976. Causal Modeling. Sage Pub. Beverly Hills, London Djojohadikusumo, Sumitro. i989. Kredit Rakyat: Rakyat: Dimasa Depresi (Judul Asli: Het Volkscredietwesen in de depressie). LP3ES, Jakarta. Dulfer, E. ed. 1979. Cooperative. Quiler Press, London Esman, Milton J. 1972. The Element of Institution Building. Dalam Eaton, Joseph W. Institution Building and Development. SAGE Publications, Beverly Hills, London Franklin,J.L. 1976. Characteristics of Successful and Unsuccessful Organization Development. J. of Applied Behav. Science 11 (4):
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

105

471-492 Friedmand, J. and Clyde Weaver 1979, Teritory and function the evolution of regional planning. Edward Arnold Publisher Ltd London Grosskopf, Werner. 1986. Concentration in the CoCo-operative System the Abolition ofCoofCo-operative Principles ? Dalam Laakkonen, V. 1986. CoCo-operatives ToDay ToDay (selected Essays from various Fields of CoCo-operative Activities). The International International Alliance, Geneva Gibson, J. L., J. M. Ivancevich, and J. H. Donnelly. l976. Organization: Behavior, Structure, Process. Business Publications Inc., Dallas, Texas Harrison, E.F. 1978. Management and Organization. Houghton Mifflin Company, Boston Heflebower, Richard B. 1980. Cooperatives and Mutual in The Market System. The University of Wisconsin Press, Madison Koeswardhono, 1985. Ekonomi Sumber Daya. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Pertanian Bogor, Bogor Miller, J.B. 1974. Dalam Southworth and Johnston, 1979. Agriculture Development and Economic Growth. Cornell University Press., London Morrison, Donald F. 1976. Multivariate Statistical Methods: 2 nd Edition. McGraw Hill Kogakusha Ltd., Japan

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

106

Nasoetion, Lutfi Ibrahim. 1992. Perencanaan Pengembangan Regional Sebagai Suatu Pendekatan Terpadu. Ceramah di Departemen Ilmu-Ilmu Tanah IPB, tanggal 2 Nopember1992 ----------. 1984. Unsur Manusia dalam Wawasan Koperasi antara Persepsi dan Potensinya. Potensinya. Dalam Memperkokoh PilarPilar-Pilar Kemandirian Koperasi. Departemen Koperasi Nikolaus, N. 1978. New Experiences in People's Participation and EconomicDevelopment in SouthSouth-East Asia. Dalam, Dalam, Dulfer. 1985. Cooperative. Quiller Press.,London Pakpahan, Agus. 1990. Perspektif Ekonomi Institusi dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam (Tidak Dipublikasikan). Pedersen, K. M. 1977. A proposed Model for Evaluation Studies. ASQ, June Powelson, J.P. 1972. Institution of Economic Growth : A Theory of Conflict Management in Developing Countries. Princeton University Press, New Jersey Siffin, W.J. 1972. The Institution Building Perspective: A Model for Applied Social Change. Cambridge Publishing Co., London Soetrisno, Loekman. 1986. Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan di D.I. Yogya. Lembaga Lembaga Penelitian dan Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta Stukey, Barbara, 1975. From Tribe to Multinational cooperation and approach to Study of urbanisation. Los Angeles University,
Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

107

California Swenson, C. Geoffrey. 1978. Estimating Gini Ratios with Varying Proportionate Stratified Sampling Todaro, Michael P. 1984. Economic Development in The Third World 2nd Edition, Longman, NY & London

Pengkajian Tentang Pegembangan Kemitraan antar UKM Dalam Peningkatan Peran Dan Kinerja UKM

108

You might also like