You are on page 1of 6

INTERIOR ETNIK RUMAH ADAT JAMBI

Kajang Lako Rumah Orang Batin (Jambi) Secara administratif Suku Batin berdiam di Provinsi Jambi. Suku Batin sebagian besar tinggal di wilayah sepanjang Sungai Tembesi beserta anak-anak sungainya hingga ke bagian hulu sungai yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun. Suku Batin adalah suku yang berasal dari sebelah barat pegunungan Bukit Barisan (Sumatera Barat). Suku Batin sampai saat ini masih mempertahankan adat istiadat terutama peninggalan-peninggalan adat berupa bangunan-bangunan tua. Banyak rumah-rumah tradisional Suku Batin yang telah berusia sekitar 300 tahun, antara lain rumah di Marga Batin V Tabir, di daerah Rantaupanjang dan di kampung Baruh, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin. Bangunan rumah tempat tinggal orang Batin disebut dengan istilah "Kajang Lako", karena bentuk dari bubungan rumah tersebut mirip dengan perahu, di mana kedua ujung bubungan bagian atas dilengkungkan ke atas, dan ke bawah berlipat dua sehingga membentuk segi tiga. Rumah adat Batin bertipologi rumah panggung dengan bentuk empat persegi panjang. Rumah yang berukuran 9 meter x 12 meter ini, bangunannya terbuat dari kayu ulim. Teknik penyambungan pada bagian-bagian rumah tersebut tidak menggunakan engsel besi, melainkan memakai teknik tumpu dan teknik sambung kait atau pasak.

PENDAHULUAN
Jambi adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Salah satu rumah adat jambi yaitu rumah adat Kajang Lako . Kajang lako merupakan rumah adat masyarakat batin, jambi. Masyarakat batin adalah salah satu suku bangsa yang ada di provinsi jambi. Kajang lako atau biasa disebut juga rumah lamo memiliki bentuk yang unik, bentuknya menyerupai perahu dengan ujung

yang melengkung ke atas. Atap dari rumah adat ini disebut gajah mabuk, nama itu diambil dari pembuat rumah yang sedang mabuk cinta tetapi tidak dapat restu dari orang tuanya. Bangunan rumah kajang lako biasanya dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukir-ukiran. Motif ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna (binatang).

INTERIOR RUMAH

Umumnya, tidak dijelaskan seperti apa dan bagaimana interior dari rumah adat kajang lako, karena semua kegiatan dan aktivitasnya hanya di lantai yang beralaskan karpet. Dan rata rata dalam satu keluarga yang ada di dalam rumah kajang lako ini lebih memilih tidur bersama keluarga, sehingga dalam satu ruangan tersebut dibuat los (tanpa batasan). Sehingga susah menentukan apa saja yang ada disana dan terbuat dari apa. Namun dari beberapa ragam hias yang dimiliki oleh rumah adat ini, dapat disimpulkan, kemungkinan furniture furniture yang ada di dalam rumah kajang lako ini terbuat dari kayu, rotan, dan bambu yang dihiasi oleh ukiran ukiran flora dan fauna yang melambangkan bahwa disana banyak tumbuh-tumbuhan.

BENTUK RUMAH
Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.

Sebagai suatu bangunan tempat tinggal, rumah lamo terdiri dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding, pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga. Bubungan/atap biasa juga disebut dengan gajah mabuk, diambil dari nama pembuat rumah yang kala itu sedang mabuk cinta tetapi tidak mendapat restu dari orang tuanya. Bentuk bubungan disebut juga lipat kajang, atau potong jerambah. Atap dibuat dari mengkuang atau ijuk yang dianyam kemudian dilipat dua. Dari samping, atap rumah lamo kelihatan berbentuk segi tiga. Bentuk atap seperti itu dimaksudkan untuk mempermudah turunnya air bila hari hujan, mempermudah sirkulasi udara, dan menyimpan barang. Kasau Bentuk adalah atap yang berada di ujung atas sebelah atas. Kasau bentuk berada di depan dan belakang rumah, bentuknya miring, berfungsi untuk mencegah air masuk bila hujan. Kasou bentuk dibuat sepanjang 60 cm dan selebar bubungan. Dinding/masinding rumah lamo dibuat dari papan. Pintu terdiri dari 3 macam. Ketiga pintu tersebut adalah pintu tegak, pintu masinding, dan pintu balik melintang.

PINTU TEGAK berada di ujung sebelah kiri bangunan, berfungsi sebagai pintu masuk. Pintu tegak dibuat rendah sehingga setiap orang yang masuk ke rumah harus menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada si empunya rumah. PINTU MASINDING berfungsi sebagai jendela, terletak di ruang tamu. Pintu ini dapat digunakan untuk melihat ke bawah, sebagai ventilasi terutama pada waktu berlangsung upacara adat, dan untuk mempermudah orang yang ada di bawah untuk mengetahui apakah upacara adat sudah dimulai atau belum. PINTU BALIK MELINTANG adalah jendela terdapat pada tiang balik melintang. Pintu itu digunakan oleh pemuka-pemuka adat, alim ulama, ninik mamak, dan cerdik pandai. Adapun jumlah tiang rumah lamo adalah 30 terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Tiang utama dipasang dalam bentuk enam, dengan panjang masing-masing 4,25 m. Tiang utama berfungsi sebagai tiang bawah (tongkat) dan sebagai tiang kerangka bangunan. Lantai rumah adat dusun Lamo di Rantau Panjang, Jambi, dibuat bartingkat. Tingkatan pertama disebut lantai utama, yaitu lantai yang terdapat di ruang balik melintang. Dalam upacara adat, ruangan tersebut tidak bisa ditempati oleh sembarang orang karena dikhususkan untuk pemuka adat. Lantai utama dibuat dari belahan bambu yang dianyam dengan rotan. Tingkatan selanjutnya disebut lantai biasa. Lantai biasa di ruang balik menalam, ruang tamu biasa, ruang gaho, dan pelamban.

Tebar layar, berfungsi sebagai dinding dan penutup ruang atas. Untuk menahan tempias air hujan, terdapat di ujung sebelah kiri dan kanan bagian atas bangunan. Bahan yang digunakan adalah papan. Penteh, adalah tempat untuk menyimpan terletak di bagian atas bangunan. Pelamban, yaitu bagian rumah terdepan yang berada di ujung sebelah kiri. Pelamban merupakan bangunan tambahan/seperti teras yang digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu yang belum dipersilahkan masuk. Tangga Sebagai ruang panggung, rumah tinggal orang Batin mempunyai 2 macam tangga. Yang pertama adalah tangga utama, yaitu tangga yang terdapat di sebelah kanan pelamban. Yang kedua adalah tangga penteh, digunakan untuk naik ke penteh.

SUSUNAN DAN FUNGSI RUANGAN


Kajang Lako terdiri dari 8 ruangan, meliputi pelamban, ruang gaho, ruang masinding, ruang tengah, ruang balik melintang, ruang balik menalam, ruang atas/penteh, dan ruang bawah/bauman. Pelamban adalah bagian bangunan yang berada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya terbuat dari bambu belah yang telah diawetkan dan dipasang agak jarang untuk mempermudah air mengalir ke bawah. Ruang gaho adalah ruang yang terdapat di ujung sebelah kiri bangunan dengan arah memanjang. Pada ruang gaho terdapat ruang dapur, ruang tempat air dan ruang tempat menyimpan. Ruang masinding adalah ruang depan yang berkaitan dengan masinding. Dalam musyawarah adat, ruangan ini dipergunakan untuk tempat duduk orang biasa. Ruang ini khusus untuk kaum laki-laki.

Ruang tengah adalah ruang yang berada di tengah-tengah bangunan. Antara ruang tengah dengan ruang masinding tidak memakai dinding. Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruang tengah ini ditempati oleh para wanita.

Ruang balik menalam atau ruang dalam. Bagian-bagian dari ruang ini adalah ruang makan, ruang tidur orang tua, dan ruang tidur anak gadis.

Ruang balik malintang. Ruang ini berada di ujung sebelah kanan bangunan menghadap ke

ruang tengah dan ruang masinding. Lantai ruangan ini dibuat lebih tinggi daripada ruangan lainnya, karena dianggap sebagai ruang utama. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang orang. Besarnya ruang balik melintang adalah 29 m, sama dengan ruang gaho. Ruang atas yang disebut penteh. Ruangan ini berada di atas bangunan, dipergunakan untuk menyimpan barang. Selain ruang atas, juga ada ruang bawah atau bauman. Ruang ini tidak berlantai dan tidak berdinding, dipergunakan untuk menyimpan, memasak pada waktu ada pesta, serta kegiatan lainnya.

RAGAM HIAS
Bangunan rumah tinggal orang Batin dihiasi dengan beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukir-ukiran. Motif ragam hias di sana adalah flora (tumbuh-tumbuhan) dan fauna (binatang). Motif flora yang digunakan dalam ragam hias antara lain adalah motif bungo tanjung, motif tampuk manggis, dan motif bungo jeruk.

Motif bungo tanjung diukirkan di bagian depan masinding( jendela ). Motif tampuk manggis juga di depan masinding dan di atas pintu, sedang bungo jeruk di luar rasuk (belandar) dan di atas pintu. Ragam hias dengan motif flora dibuat berwarna.

Ketiga motif ragam hias tersebut dimaksudkan untuk memperindah bentuk bangunan dan sebagai gambaran bahwa di sana banyak terdapat tumbuh-tumbuhan. Adapun motif fauna yang digunakan dalam ragam hias adalah motif ikan. Ragam hias yang berbentuk ikan sudah distilir ke dalam bentuk daun-daunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan. Motif ikan dibuat tidak berwarna dan diukirkan di bagian bendul gaho serta balik melintang. Motif ini melambangkan bahwa mata pencaharian para penduduk setempat adalah sebagai nelayan atau penangkap ikan di sungai.

KESENIAN
Kesenian yang berkembang di kalangan masyarakat Batin, antara lain yang erat kaitannya dengan arsitektur adalah seni ukir. Dalam seni ukir banyak pula motif-motif yang dipakai, baik alam flora, fauna maupun alam semesta. Maksud pembuatan motif di atas disamping untuk memperindah bangunan juga menggambarkan alam lingkungan daerahnya yang banyak terdapat tumbuh-tumbuhan. Menurut pengamatan penulis dan keterangan tokoh masyarakat Batin di marga Batin V Tabir hanya satu motif fauna yang dipakai di bangunan rumah maupun pada bendabenda kerajinan lainnya, yaitu motif ikan. Selain untuk memperindah bangunan, motif ini juga menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat di daerah ini, selain sumber pengidupannya di daratan juga bersumber dari sungai dengan jalan mencari ikan.

NILAI ESTETIKA
Nilai estetika dari rumah kajang lako ini terlihat pada kedua bubungan sebelah atas melengkung sedikit ke atas sehingga tampak seperti bentuk perahu. Kemudian di masing masing ujung bubungan diberi papan menjulur ke atas melebihi tiang bubungan sehingga membentuk silang, dan setiap ujung papan diberi ukuran. Jika dilihat dari jauh maka terlihat seperti tanduk kambing. Dan ragam hias yang diambil dari motif flora dan fauna yang memiliki estetika dan arti simbolik.

You might also like