You are on page 1of 15

BAB III

HAK ASASI MANUSIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

A. Hubungan system hukum dan system politik dari sudut pandang HAM

Ketika berbicara system hukum, berarti membahas hukum positif suatu Negara.
Dengan demikian, selalu terkait dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Negara hukum (rule of law) “lekat” dengan system politik demokrasi. Agar terbina
harmonisasi sitem hukum dan system politik dalam tataran bermasyarakat, maka hidup
bermasyarakat berarti siap/mau mengikuti pola hubungan antaraindividu dalam
kelompok yang telah ada sebelumnya. Adanya pola tingkah laku sama dipertahankan
dan dikembangkan terus oleh warganya, menyebabkan terciptanya interaksi social.

Dalam interaksi yang terjaga dengan baik, maka akan terjalin semangat kerja sama yang
baik pula. Sistem politik dan sistem hukum yang ada sangat berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakatnya. Ketika ada anggota masyarakat yang bertindak di luar pola
yang telah diakui, tidak jarang mengakibatkan terjadinya konflik.

Sedangkan sistem politik merupakan bagian dari ilmu politik, dimana ilmu politik
harus mengaitkan (melibatkan) dirinya dengan hakikat, tempat dan penggunaan
kekuasaan. Titik berat perubahan kepentingan dalam pendekatan sistem tetap melalui
lembaga yang ada menuju akumulasi dan penggunaan kekuasaan di mana saja.

B. HAM dalam transisi politik sentralistis ke system politik demokrasi

Sistem politik mempunyai hubungan timbal balik dengan hukum serta bedampak
langsung terhadap penegakan dan pengakuan terhadap HAM. Dalam sistem politik
dictator, hukum yang dihasilkan berwatak represif, mempertahankan status quo, dan
mempertahankan kepentingan bangsa. Pemerintahan dictator memliki kekuasaan yang
mutlak dan sentralistis, sehingga dalam sistem ini oposisi tidak di berikan ruang gerak,
walaupun ada hanya ada sebagai aksesioris politik saja. Sebaliknya dalam sistem politik
demokratis, watak hukum yang dihasilkan bersifat responsive dan akomodatif, dalam
sistem ini pun menghormati dan menjujung tinggi HAM.

Oleh karena itu, pemilihan sistem politik dictator atau demokrasi suatu Negara
tergantung pada politik hukum Negara tersebut, maksud dari politik hukum disini ialah
berupa undang-undang.

BAB IV

HAK INDIVIDUAL DAN KELOMPOK DARI SUDUT PANDANG HAM

A. Status/posisi individu dari sudut pandang HAM

Hukum hak asasi manusia intinya menjamin hak yang paling mendasar dari semua
hak yang dimiliki manusia, yaitu hak hidup sebagaimana termuat di dalam pasal 5
dan 8 Duham, demikian pendapat G.Robertson. pasal 5 yang berbunyi: “tak seorang
pun boleh disiksa atau diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi
atau merendahkan martabat.” Sedangkan pasal 8 berbunyi, “setiap orang berhak
atas penyelesaian yang efektif oleh peradilan nasional untuk mendapatkan hak-hak
mendasar yang diberikan kepadanya oleh konstitusi atau oleh hukum.

Setiap individu diharapkan mengetahui sistem hukum, politik dan pemerintahan


beserta bentuk negaranya, sebagai modal dasar untuk mengetahui akan hak,
kewajiban dan sadar akan tanggung jawab dan kebebasannya.

Adapun hak dasar manusia meliputi hak sipil dan hak politik, yaitu:

• Hak hidup, kebebasan dan keamanan pribadi

• Larangan perbudakan

• Larangan penganiayaan

• Larangan penagkapan, penahanan atau pengasingan yang sewenang-


wenang

• Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur

• Hak atas kebebasan bergerak hak atas harta benda

• Dan lain-lain

B. Hak Asasi Manusia dan kelompok bangsa/etnik/ras


hak asasi kelompok yang sudah mendapatkan pengakuan formal di dalam banyak
konversi internasional, tidak menjadikan maslah ketika hak perorangan di dalam
kelompok tersebut tetap diposisikan sebagai subjek hokum. Dengan demikian,
keberadaan di kelompok merupakan bagian dari hak asasi orang per orang.
Persoalan mulai munculketika di dalam kelompok tersebut ada sejumlah warga
masyarakat dengan kepercayaan, budaya, etnik dan ras berbeda dengan kelompok
lain menjadi mayoritas, kelompok yang berbeda dengan kelompok mayoritas ini
biasanya dianggap sebagai penggangu sehingga terjadilah semacam isolasi yang
bertentangan dengan ide HAM.

Adapun peraturan yang berkaitan dengan HAM dalam hal ini meliputi:
- pasal 28 UUD 1945

- Resolusi majelis umum PBB no 1514-XV bulan Desember 1960

- Pasal 27 ICCPR

- Pasal 1 ICCPR

- UU no 39/1999 tentang HAM, pasal 3 ayat 1, 2 dan 3

- UU no 39/1999 pasal 6 ayat 1 dan 2

Dalam keterkaitan konflik antara bangsa berdampak pada keputusan politik yang
saling konfrontatif. Karenanya, ketika maslah tersebut pada tataran praktis para
pemimpin dunia dari banyak Negara enggan melaksanakan ketentuan yang ada,
atau setengah hati serta anggota masyarakat dibiarkan bersikap acuh, dapat
dipastikan keacuhan, keributan, sampai perang antara bangas tidak menyurut,
malah akan berlangsung terus sepanjang masa. Untuk itulah kalau pendekatan dan
hubungan antara manusia lebih mengedepankan aspek kebersamaan dan toleransi
dengan sosialisasi terus-menerus, dibarengi sikap politik yang jelas dan tegas serta
penegakan hukum yang mantap, maka akan sangat membantu mempercepat proses
dediskriminasi/pengapusan deskriminasi, sebagaimana diharapkan di dalam
berbagai konvensi internasional dan UU nasional kalu langkah tersebut
dilaksanakan, maka akan menjadi gerakan politik dan social secara stimultan.
Artinya, elit pada tingkat suprastruktur dan massa pada tingkat infrastruktur
berjalan bersama.

BAB V

DIMENSI ABSOLUT DAN RELATIF HAK ASASI MANUSIA


1. Pandangan universal absolute

Pandangan ini melihat HAM sebagai nilai-nilai universal sebagaimana


dirumuskan dalam dokumen-dokumen HAM internasional, seperti the
international Bill of Human Rights. Penganut pendangan ini adalah Negara-
negara maju. Sebagai contoh dalam pernyataan summar of Bangkok NGO
Declaration yang menyatakan “ hak-hak asasi manusia menjadi perhatian dan
baerharga serta bersifat universa, pembelaan hak-hak asasi manusia tidak dapat
dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan nasional”.

2. Pandangan universal relatif

Pandangan ini melihat persoalan HAM sebagai masalah universal. Namun


demikian, perkecualian dan pembatasan yang didasarkan atas asas-asas hukum
nasional tetap diakui keberadaanya. Sebagai contoh, ketentuan yang diatur
dalam pasal 29 ayat 2 universal declaration of human right (UDHR) yang
menegaskan bahwa: “penerapan hal-hal dan kebebasannya, setiap orang
dihadapkan pada suatu batasan-batasan tertentu yang ditentukan oleh hukum
yang bertujuan untuk melindungi penghargaan dan penghormatan terhadap
hak-hak dan kebebasaan orang lain dan memenuhi syarat-syarat yang adil dari
segi moral, norma masyarakat, dan kerjasama umum dalam masyarakat
demokrasi”.

3. Pandangan partikularistis absolute

Pandangan ini melihat HAM sebagai persoalan masing-masing bangsa, tanpa


memberikan alasan yang kuat, khususnya dalam melakukan penolakan terhadap
berlakunya dokumen.dokumen internasional. Pandangan ini sering kali
menimbulkan kesan egois, defensive dan pasif tentang HAM.

4. Pandangan partikularistis relative


Dalam pnadangan ini, HAM dilihat di samping sebagai maslah universal juga
merupakan maslah nasional masing-masing bangsa. Berlakunya dokumen-
dokumen HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan dan
diseimbangkan, serta memperoleh dukungan budaya bangas. Pandangan ini
tidak hanya menjadikan kekhususan di lain pihak juga aktif mencari perumusan
dan pembenaran terhadap karakteristik HAM yang dianutnya.

BAB VI

LANGKAH-LANGKAN PBB DALAM MENYSUN HA-KHAM

A. Rintisan pembentukan PBB dan penghormatan Hak Asasi Manusia

Piagam PBB yang disepakati dan ditandatangani oleh 50 negara di San Francisco
pada tanggal 24 juni 1945 mrupakan hasil dari perjuangan yang cukup panjang
dari para pemimpin dunia yang dirintis sejak decade-dekade sebelumnya. Lewat
pengalaman yang cukup panjang, negarawan dunia tanta mengenal lelah terus-
menerus mengadakan perundingan untuk memperkecil dan menjebatani
perbedaan-perbedaan yang ada. Saat ini anggota PBB mencapai 181 negara.

Tujuan di bentuknya organisasi ini adalah untuk memajukan perdamaian dunia.


Contoh perjanjian perdamaian dunia yang telah diupayakan ialah:

• Konfersi yalta pada tanggal 11 febuari 1945.


Mengenai pencegahan agrisi dan penghapusan
penyebab perang seperti politik, ekonomi dan
social melalui pendekatan dan kerja sama yang
berkesinambungan seluruh bangsa

• Konfersi san Francisco, tanggal 25 juli-25 juni 1945

• Konfersi cairo tanggal 22-25 november 1943


B. Peran PBB ditengah dan di antara Negara berdaulat

Perana yang dilakukan oleh PBB adalah dengan mengkaji dan memformalkan
hak asasi manusia yang berarti memperkuat posisi HAM. Cara dan langkah ini
akan mengurangi konfrontasi dengan kedaulatan masing-masing Negara
merdeka. Setiap Negara memiliku hak mengatur dan menyelenggarakan sistem
pemerintahan sesuai dengan tujuan masing-masing.

C. Langkah yuridis dan politik PBB dalam membangun Ha-kham

PBB dengan beberapa organisasi internasionla telah menyususn ha-kham dalam


bentuk kovena atau perjanjian dan persetujuan. Jumlah instrument hokum hak
asasi manusia berkembang terus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
manusia. Disamping yang sudah mempunyai kekuatan mengikat/mki ada juga
yang belum mempunyai kekuatan mengikat /bmki. Namum demikian, dalam
pelaksanaanya ketentuan ha-kham masih jauh di bawah standar. Pelanggaean
banyak terjadi di berbagai penjuru dunia, tidak seperti harapan PBB. Karena itu
pula, majelis umum PBB pada tanggal 18 desember 1992 menegaskan suatu
resolusi yang menetapkan agar segera diadakan lagi konfersi HAM tingkat dunia
II. Akhirnya, konfersi tersebut disepakati deselenggarakan di Wina/Auatria
pada tanggak 14-25 juni 1993, yang membicarakan tentang perbedaan sifat HAM,
sejauh mana Negara berhak mencampuri urusan HAM Negara lain, perlu
tidaknya badan khusus PBB yang mengurusi malasah HAM, seperti UNHCR.

BAB VII

DINAMIKA PERJUANGAN HAM DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA

A. Perkembangan hak asasi manusia di benua eropa

Rintisan penyususnan ha-kham di eropa dari pendekatan sejarah yunani


kuno, HAM terah dikenal dimulai pada tahun 1949 lewat bergabungnya
beberapa Negara eropa ke dalam majelis eropa dan mejelis parlemen di
London, yang telah berhasil menyususn konvensi HAM, yaitu “convention
for the protection of human right and fundamental freedom”. Negara-negara
eropa ini kedalam suatu majelis ini didasari oleh memiliki persamaan
pandangan dalam tradisi, ide , sejarah dan politik.

Disamping itu, dalam rangka pengembangan/menjaga lebih lanjut


pelaksanaan ha-kham, telah dibentuk pula, “committee of experts on human
rights”.

B. Perkembangan hak asasi manusia di benua amerika

Negara-negara amerika sejak tahun 1948 telah membentuk organisasi


Negara-negara amerika lewat kesepakatan kemudian, dalam deklarasi
Santiago, Chili 1959 ditegaskan kembali Negara-negara emerika akan
mengikatkan/memasukan HAM ke dalam kostitusinya. Pada tahun 1948 saat
diselenggarakan konfersi Negara-negara amerika ke-9, telah distujui pula
America declaration the rights and duties of man.

Pada tahun 1959, pertemuan konsultatif menlu amerika ke 5 menghasilkan


suatu resolusi pembentukan inter-american conmmission of human right.
Selanjutnya hak asasi, disepakati pula American convention. Sedangkan
organisasi yang bertanggungjawab dalam menangani perkara-perkara yang
menyangkut hak asasi manusia ialah:
the commission/komisi dan The court/mahkamah.

C. Perkembangan hak asasi manusia di benua afrika

Negara-negara afrika sudah membentuk organisasi Negara-negara afrika.


Dan telah menyelenggarakan konfersi I pada tanggal 15-22 april 1958 di
akra/Ghana. Pertemuan itu menghasilkan deklarasi yang berisis:
mengormati HAM, memberikan dukungan kemerdekaan bagi nagsa-bangsa
afrika yang masih dijajah dan mengutuk rasialisme di afrika selatan. Pada
tahun 1981 pertemuan majelis antrakelapa Negara afrika mengeluarkan
piagam tentang kemanusiaan dan hak-hak warga Negara, dikenal dengan
“the bajul charter and human people’s right”
D. Perkembangan hak asasi manusia di benua asia

Berbeda dengan benua-benua lainya, benua asia belum meiliki piagam hak
asasi manusia, hal ini disebabkan kuat dan dalamnya tradisi dan agama-
agama besar di kebanyakan Negara-negara asia. Pengaruh tradisi dan agama
pada sebagian besar Negara-negara asia mewarnai pola pikir/ pola tindak
dan sikap sebagian Negara-negara asia.

Meskipun demikian sebagaimana diketahui sebagian besar Negara asia


adalah Negara bekas jajahan yang memperoleh kemerdekaan setelah perang
duania II. Negara-negara tersebut sebagian besar atau dapat dikatakan
hampir semuanya, sudah menjadi anggota PBB. Dengan dmeikian, konvensi-
konvensi internasional terutama yang terkait dengan HAM sejak awal sudah
banyak diketahui. Persoalanya tinggal sejauh mana ketentuan-ketentuan
tersebut dapat diterima.

Adapun contoh penegakan HAM di asia adalah, dengan adanya lokarya


Jakarta pada bulan april 1993 yang diselenggarakn konfersi HAM untuk
kawasan asia pasifik di Bangkok dan berhasil menyusun suatu deklarasi
yang disebut dengan deklarasi Bangkok yang isinya menyangkut tentang:
peninjauan struktur dan system PBB agar lebih demokratis, menghindari
dominasi barat tentang HAM yang sering kali tidak adil dan pilih-pilih,
memberi perhatian khusus perlindungan hak-hak perempuan.

BAB VIII

HUBUNGAN HUKUM DENGAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA (HA-


KHAM)

Perkembangan pengertian/makna kedaulatan serta pengakuanbahwa individu


sebagai suatu totalitas yang utuh diakui hukum karena memiliki hak asasi, tetapi
juga menjadi pendorong mempercepat proses penyusunan hukum hak asasi
manusia. Karena hukum HAM merupakan anak/bagian/lanjutan pecahan dari
hukum internasional itu sendiri.

Ha-kham adalah bagian daru hukum internasionl/nasional yang berarti juga


bagian dari ilmu hukum. Karenanya sebagian dari napas, tujuan, ide, asas ilmu
hukum melekat/menempel, paling tidak menjadi salah satu landasan hukum
internasional pula. Walaupun dalam tataran teori dan wacana beragam
perkembangan ilmu hukum pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada
umumnya.

Kalau kesepakatan ka-kham adalah bagian hokum internasional, dewasa ini


sudah menjadi suatu disiplin utuh yang dubuktikan dan didukung oleh
instrument hukum yang semakin lengkap, baik pada tingkat internasiomal
maupun nasional. Sumber hukum internasional tetap menjiwai dan menjadi
bagian tak terpisahkan dengan ha-kham. Pandangan dan pendapat tersebut
mempunyai akibat hukum yang jelas. Ketika pelanggaran/kejahatan terhadap
HAM berlangsung dan belum ditemukan dalam hakham positif, dapat merujuk
ke sumber hukum internasional.

BAB IX

APLIKASI HUKUM HAK ASASI MANUSIA DALAM NEGARA RI

A. Pengegakan hak asasi manusia bagian dari cita-cita perjuangan bangsa

Pengegakan hak asasi manusia bagian dari cita-cita perjuangan bangsa, hal
ini dikatakan karena sesuai dengan dasar hokum yang berlaku di suatu
Negara, contohnya saja di inodesia hal yang menyangkut HAM telah di atur
dalam pancasila sial ke 2 yang berbunyi” kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Pancasila itu sendiri merupakan suatu esensi dari cita-cita
perjuangan bangsa Indonesia.

B. Ham dalam hukum positif

Memperhatikan hukum positif suatu Negara tidak dapat lepas dari system
hokum yang berlaku di Negara tersebut. Karena itu, dasar Negara pancasila
yang terdiri dari lima sila, ditambah dengan pembukaan UUD 1945,
mengidikasikan indonesia adalah Negara demokrasi, menjujung tinggi
supermasi hukum, serta menghormati/ menjunjung tinggi HAM. Apa yang
digariskan di dalam pembukaan UUD 1945 merupakan arah dan politik
hukum dalamtataran makra.

Dalam UUD 1945 baik setelah ataupun sebelum amandement HAM


menempati posisi penting, bahkan sudah tersaji dakam beberapa aturan
organic yang disebut hukum positif aplikatif. Sedangkan aturan pokok,
hukum positif menjadi efektif ketika hukum positif aplikatif segera disusun.

BAB X

MENGENAL PERADILAN KRIMINAL INTERNASIONAL DAN


PENGADILAN AD HOC HAM INONESIA

A. Sekilas mengenai pengadilan criminal internasional

Membahas ide pembentukan pengadilan criminal internasiolan tidak


dapat dilepaskan dengan masih banyaknya pelananggaran berat HAM
yang terjadi di berbagai kawasan dunia. Selama itu, penanganan
pelanggaran berat HAM, baik terkait dengan lembaga maupun pada
penghukumannya, belum ada kesepakatan secara internasional.

Sebagaimana diketahui, penaggaran berat HAM sering terjadi di Negara-


negra otoritarian. Adapun pelanggaran HAMnya dapat berupa,
pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan,
penyiksaan dan menghilangkan orang secara paksa yang diatur di dalam
UU no 26/2000. Dalam hal ini Negara menjadi penanggung jawab bila
terjadi pelanggaran HAM tersebut.

Kedudukan peradilan pidana internasional diatur dalam pasal 3,


sedangkan kewenangan dan status hukumnya diatur pada pasal 4.

B. Pertanggungjawaban

1) Sifat pertanggung jawaban dalam yuridiksi


ICC berlaku atas orang-perorang
2) Seorang tersangka dalam yurisidiksi
pengadilan bertanggung jawab secara
individu dan dapat dikenakan hukum sesuai
pidana dalam statute roma

3) Dijatuhkan hukuman yurisdiksi ICC jika;


melakukan kejahatan, menyebabkan
dilakukannya kejahatan, mempermudah
jalannya kejahatan.

4) Cara lain yang mempermudah dilakukannya


suatu percobaan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang bertindak dengan
suatu tujuan bersama, apabila bantuan
tersebut dengan sengaja.

5) Berkenaan dengan kejahatan genosinda

6) Berudaha melakukan kejahatan semacam itu


tidak terjadi karena keadaan-keadaan yang
bergantung pada maksud orang tersebut,
tetapi seseorang yang membatalkan
perbuatan kejahatan tidak dikenai pidana
atas percobaan melakukan kejahatan, seperti
halnya bila orang tersebut secara suka rela
membatalkan perbuatannya.

C. Struktur organisasi dan administrasi peradilan pidana internasional

1. Struktrur organisasi

2. Administrasi

3. Penyidikan, penyelidikan dan penuntutan

4. Hak tersangka selama penyidikan dan penyidikan berlangsung

5. Peranan divisi prayustisi dalam hubungan dengan kesempatan


penyelidikan dan penyelidiakan yang khas

D. Persidangan peradilan pidana internasional


1. Fungsi dan kewenangan

• Persidangan berpegang pada


prinsip keadilan

• Menetapkan relevan/tidaknya
suatu bukti

• Mengambil langkah-langkah demi


tertibnya persidangan

2. Terdakwa

Hak-hak terdakwa, meliputi:

• Diadili tampa penundaan yang


tidak beralasan

• Tidak dipaksa untuk nersaksi atau


untuk mengaku bersalah dan
untuk tetap diam

• Untuk membuat pernyataaan lisan


atau tertulis yang tidak di bawah
sumpah dalam pembelaanya

E. Mengenal pengadilan ad Hoc HAM Indonesia

Kalau pada pelanggaran HAM ringan hukum/sistem hukum nasionalnya


belum ada/ belum jelas, sebaliknya mekanisme yuridis kejahatan HAM
berat di atur dengan jelas dalam UU no 26/2002.

Membahas kemandirian mahkamah agung dalam menyelenggarakan


pengadilan ham pada diskusi yang diadakan komnas HAM 2001, bagir
manan mengatakan “MA adalah institusi yang tidak bisa mencampuri
suatu prosrs politik yang berlaku”.

BAB XI

DIMENSI/PENYEBARLUASAN HAK ASASI MANUSIA


HAM adalah hak dasar pemberikan tuhan yang dimiliki oleh setiap manusia
serta melekat pada semuanya.dalam pelaksanaanya wajib menghormati dan
menghargai hak-hak oranglain. Karenannya, demi terciptanya harmonisasi
hubungan antara warga masyarakat, setiap anggota masyarakat
merealisasikan hak dasar tersebut dilakukan dengan penuh kearifan, artinya
ketika menikmati hak asasinya dibarengi pula dengan kesadaram bahwa ada
kewajiban asasi dan tanggungjawab asasi.

Dengan dmeikian maka adanya dua gerakan . Pertama, dari pemerintah ada
kemauan politik dan tindakan politik, sedangkan dari bawah terus-menerus
membangun kesadaram pentingnya pengetahuan HAM bagi anggota
masyarakat. Kedua, adanya pengawasan yang efektif, terutama kepada
pejabat yang dikhawatirkan tidak menegakkan HAM yang tertulis indah di
dalam peraturan efektif.

Disinilah partisipasi aktif warga dituntut, baik dalam bentuk partisipasi aktif
para pengamat, intelektua dan semua pihak lainya, akan sangat membantu
membantu upaya penegakan ha-kham pada khususnya.

BAB XII

HUBUNGAN HAK ASASI MAUNSIA DENGAN HUKUM HUMANITER

A. Hukum, kemanusiaan dan HAM

Hokum humaniter adalah keseluruhan asas, kaedah dan ketentuan


hokum internasional, baik yang tertulis maupun tidak ynag mencangkup
hokum perang dan HAM yang bertujuan menjamin penghormatan
terhadap harkat dan martabat pribadi seseorang.

Perinsip humaniter adalah menghormati manusia seutuhnya, terutama


dikala perang.

B. Titik singgung HAM dalam hokum humanter

Dalam hukum humaniter, HAM sudah banyak, terutama menyangkut


segi-segi humaniter, walaupun mungkin tidak atau kurang banyak secara
eksplisit diungkapkan. Konsep hokum humaniter internasionla pada
intinya bagaimana agar perang atau sengketa bersenjata yang memegang jarus
ditempuh atau dilakukan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.

C. Aplikasi hokum humaniter

Hokum humaniter menganut pada aplikasu yang bertumpu kepada


kesadaran para pimpinan/komandan.

BAB XIII

TERORISME DAN HAM

A. Pengertian umum

Terorisme adalah penggunan atau ancaman kekerasan fisik oleh individu


atau kelopok untuk tujuan-tujuan politik atau untuk kepentingan atau untuk
melawan kekuasaan yang ada, dimana tindakan-tindakan terorisme itu
dimaksudkan untuk mengejutkan, melumpuhkan atau mengitimidasi suatu
kelompok sasaran yang lebih besar dari pada korban-korban langsungnya.

B. Terorisme dan langkah-langkah politik/hokum PBB

Kesepakatan-kesepakatan bersama yang mampu mengokomodasikan


kepentingan bersama tanpa merendahkan Negara lain, baik dalam bentuk
perjanjian, kesepakatan maupun produk hukum lainya.

Disini terlihat adanya perbedaan presepsi dalam memandang Negara islam


dari pihak barat dan timur. Barat mengatakan bahwa islam sebagai masalah
sedangkan timur mengatakan bahwa islam adalah solusi.

Perbedaan dalam memandang Negara islam ini dapat berdampak pada


prilaku yang menyimpang, contohnya saja invasi AS ke irak dan kasus
penerbitan kartun nabi Muhammad SAW.

C. Ketidakadilan

Bagi sebagian delegai, konflik islam-baat memeng bukan factor idiologi,


agama dan perbedaan kultur melainkan ketidakadilan dan ketimpangan
politik , ekonomi dan militer. Dengan timbulnya maslah ketidakadilan ini
maka PBB telah membentuk kelompok kerja kebijakan yang melakukan
analisa atas semua pihak terkait dengan aktivitas para teroris.

You might also like