You are on page 1of 196

HAKIKAT MANUSIA

BAGIAN SATU
MENJADI MUSLIM SEJATI

Brainstorming :

1. Untuk Apa Beragama?


2. Agama Sebagai Candu Masyarakat
3. Segala Yang Ada : Materi.
4. Tuhan, Hasil Rekayasa Pikiran?
5. Tuhan Telah Mati?
6. Manusia Sebagai Makhluk Pencari Kebenaran.
7. Metodologi Ilmiah Paling Baik?
8. Siapakah Pencipta Alam Semesta?
Pelurusan :
1. Manusia, Makhluk yang Lemah
2. Fungsi Berfikir pada Manusia.
3. Kelemahan Metode Ilmiah
4. “X” power dalam penciptaan alam semesta
5. Existensi Tuhan

1
Bab Satu
Agama dan Tuhan, Pandangan Kaum Atheis

Apa yang anda pikirkan, yang menjadi orientasi dalam kehidupan anda saat ini, cara
pandang mengenai diri dan masyarakat, mengenai hidup dan kehidupan dalam semua
aspek, sangat dipengaruhi oleh paradigma yang anda ikuti dan berlaku dalam masyarakat.
Bagaimana paradigma yang berlaku dan diikuti sebagian besar orang dalam suatu
masyarakat, secara umum bisa kita cermati dalam logika stereotip yang bisa kita
diskusikan dalam buku ini.

1. Untuk Apa Beragama ?


Sebagaimana kita fahami, agama merupakan sebuah jalan bagi manusia untuk
mencari kebahagiaan. Agama menjadi pedoman dan ajaran yang dikuti oleh banyak
manusia, sebagai upaya untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang beragama pada dasarnya
adalah untuk mendapatkan kebahagiaan.
Namun bagaimana realitasnya? Banyak manusia beragama justru harus berhadapan
dengan berbagai konflik. Suatu kelompok masyarakat ketika mereka mementingkan
agamanya, maka masyarakat tersebut akan berhadapan secara diametral dengan
masyarakat lain yang juga ingin menjalankan agamanya.
Masyarakat muslim Palestina ketika atas nama agama, mereka mencoba
mempertahankan tanah kelahirannya, harus berlawanan dengan tentara Israil, yang juga
atas nama agama ingin merebut tanah suci agama Yahudi. Hampir tiap hari pemuda dan
remaja Palestina dengan ketapelnya, dengan batu-batu kerikil harus berhadapan dengan
tentara Isarail yang membawa senjata modern. Puluhan pemuda dan remaja Palestina
menjadi korban pembantaian oleh tentara Israil hampir tiap hari.
Setelah kelompok Hamas memenangkan Pemilu 2006 ini dan memimpin
pemerintahan Palestina, terjadi penghentian bantuan dana dari Amerika Serikat dan dunia
barat. Di negara Palestina sendiri terjadi pertentangan dan konflik internal antara
kelompok Hamas dan kelompok Fatah (partai pemegang pemerintahan sebelumnya).
Di Irak, dalam kepemimpinan Saddam Husein yang mengibarkan bendera “Laa
ilaaha illallah” harus menghadapi keganasan pasukan Amerika Serikat yang kemudian
menghancur luluhkan negeri 1001 malam itu. Setelah Saddam Husein ditangkap dan
diadili, masyarakat Irak mengalami perang saudara, yaitu kaum Sunni dan kaum Syiah,
saling baku hantam. Terjadi pengeboman oleh jamaah Sunni di Masjid milik kaum Syiah
dan sebaliknya dilakukan pengeboman oleh jamaah Syiah di Masjid milik kaum Sunni.
Di Ambon, beberapa tahun lalu juga terjadi peperangan dengan baku tembak, saling
membunuh, dengan peralatan pedang, samurai, tombak, dan pistol rakitan antara kaum
muslimin dan kaum nasrani.
Konflik yang tak pernah ada habisnya juga terjadi antara organisasi NU dan
Muhammadiyah, padahal dua organisasi ini sama-sama dari kelompok muslim.
Barangkali di tingkat pimpinan, ada upaya untuk meredam konflik itu, namun di
kalangan masyarakat bawah, masih sering mereka tidak bersedia untuk duduk dalam satu
forum.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kaum muslim Indonesia juga mengalami
ketakutan dan kekhawatiran jika menunjukkan identitas keislamannnya, karena distampel

2
sebagai teroris. Mereka yang dicurigai teroris, akan ditangkap oleh pasukan detasemen 88
antiteror dan harus melakukan serangkaian proses pemeriksaan. Dengan beragama
diharapkan akan mendapatkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan malah yang
didapat sebaliknya, ketakutan dan kecemasan.
Apa yang saya uraikan merupakan realitas di depan mata yang pada akhirnya
memunculkan pernyataan yang stereotip, untuk apa kita beragama jika agama justru
mengantarkan kita pada peperangan, kehancuran, hilangnya kedamaian? Banyak orang
akhirnya tak mau peduli terhadap ajaran agamanya, cenderung bersikap pasif, cuek
bahkan tak mau membawa konsep agama dalam kehidupannya, khususnya dalam
masyarakat.

2. Agama Sebagai Candu Masyarakat.


Agama bagi sementara orang hanyalah tempat pelarian dari permasalahan hidup.
Ketika seseorang mengalami banyak masalah seperti kemiskinan, ketidakberdayaan,
kesengsaraan, maka dia akan mencari suatu kekuatan yang dianggapnya dapat
menolongnya dari permasalahan hidupnya. Kekuatan tersebut dipercaya dapat
membantunya memberikan solusi atas masalah yang dihadapi.
Demikian anggapan yang ada pada sebagian masyarakat. Anggapan semacam ini
juga didukung dan diperkuat oleh pemikiran Karl Marx (1818-1883), seorang ahli
filsafat kelahiran Jerman. Menurut Marx, agama sebagai candu masyarakat. Dalam
pandangan Marx, agama memang pantas disebut sebagai candu masyarakat karena
seperti candu, ia memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk
sementara waktu melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh
candu/opium dengan sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang sedang
dihadapinya. Ketika orang sedang masuk dalam penderitaan yang dibutuhkan tidak lain
adalah candu yang dapat membantu melupakan segala penderitaan hidup, kendati hanya
sesaat saja. Dalam konteks ini orang memang membutuhkan ilusi-ilusi untuk
meringankan penderitaan dalam dunia real. Pertanyaan filosofis yang diajukan Marx
adalah: Mengapa masyarakat harus memiliki ilusi? Mengapa pula masyarakat
membutuhkan ilusi-ilusi religius?
Bagi Marx, agama merupakan medium dari ilusi sosial. Dalam agama tidak ada
pendasaran yang real-obyektif bagi manusia untuk mengabdi pada kekuasaan
supranatural. Hal ini bisa dijelaskan dari bagaimana agama berkembang. Agama
berkembang karena diwartakan oleh masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh
masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau oleh masyarakat yang didukung oleh orang-
orang yang memiliki kekuasaan itu. Agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari
manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih karena ada keasadaran dari manusia akan
pembebasan sejati, tetapi lebih karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang
memiliki kuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan
oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni
masyarakat. (Eusta Supono, Agama Solusi atau Ilusi?, 2003)
Karena itu, komunitas yang sefaham dengan Marx berpandangan agama hanya
menghambat kemajuan dan modernisasi. Dengan berbagai aturan, norma, dogma-dogma
dan kaidah yang ada dalam ajaran agama membuat masyarakat terbelenggu, terhambat
dalam produktifitas maupun kreativitasnya, dan tak bisa melakukan peningkatan

3
kebudayaan dan peradaban bagi perkembangan masyarakatnya. Karena itu agama harus
ditolak dan ditinggalkan.

3. Segala Yang Ada : Materi?


Keraguan tentang konsep agama sebagai pedoman hidup yang bisa membawa
manusia mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian, berlanjut pada keraguan akan Tuhan.
“Sesuatu” yang menjadi pokok keyakinan orang beragama. Mereka pun meragukan
keberadaan Tuhan.
Segala yang ada adalah materi. Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang
dan terpengaruh oleh waktu. Materi tersusun dari partikel-partikel yang terdalam, tidak
dapat rusak, kecil, bulat, keras, yang dinamakan atom-atom. Atom-atom tersebut bukan
hanya tidak pernah terjadi atom-atom baru. Ini berarti bahwa semua bentuk materi
hanyalah merupakan pengelompokan baru atom-atom tadi, sebagai semula diyakini
kebenarannya, hukum kekekalan materi (Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat, hal 88)
Alam semesta dan manusia menurut paham ini juga materi. Mahluk hidup sebagai
materi tersusun dari partikel-partikel hidup yang disebut sel. Sel pada mahluk hidup akan
mengalami kerusakan dan digantikan dengan yang baru. Itulah yang terjadi pada
binatang, manusia maupun alam semesta. Materi merupakan awal dan akhir suatu
kehidupan.
Orang yang berfaham materialisme menganggap bahwa realitas seluruhnya adalah
materi belaka. Menurut Ludwig Feuerbach (1804-1872), hanya alamlah yang ada.
Manusia adalah alamiah juga. Yang penting bagi manusia bukan akalnya, tetapi
usahanya. Sebab pengetahuan hanyalah alat agar usaha manusia berhasil. Kebahagiaan
manusia dapat dicapai di dunia ini. Oleh karena itu menurutnya, agama dan metafisika
harus ditolak.
Menurut Feuerbach, agama timbul dari sifat egoisme manusia yang mendambakan
kebahagiaan. Apa yang tidak ada pada manusia tetapi didambakannya, digambarkan
sebagai kenyataan yang ada pada para dewa (atau Tuhan). Karena itu, Dewa (atau Tuhan)
sebenarnya merupakan keinginan manusia. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat, 1987)
Penganut faham materialisme, menganggap sebenarnya Tuhan itu tidak ada. Adanya
Tuhan tak dapat dibuktikan. Mereka lebih percaya Tuhan itu tidak ada. Jika keberadaan
Tuhan tidak diakui, maka secara otomatis ajaran dan kebenaran yang bersumber darinya
yaitu agama pun tidak diakui. Paling tidak bagi mereka yang berpaham materialisme,
menolak keberadaan Tuhan.
Akibat penolakan atas keberadaan Tuhan, mendorong penganut paham ini bebas
melakukan tindakan yang mereka sukai, tanpa rasa takut akan mendapat murka dari
Tuhan.

4. Tuhan, Hasil Rekayasa Pikiran?


Pada masyarakat yang tidak mengakui dan menolak keberadaan Tuhan, juga
berpendapat bahwa adanya Tuhan pada kepercayaan orang-orang beragama, hanyalah
hasil rekayasa pikiran. Manusia merupakan makhluk yang berakal, yang mampu berfikir,
maka dengan pikirannya dia bisa mengadakan obyek tertentu dalam alam pikirannya.
Tokoh rasionalis Rene Descartes (1596-1650) menyatakan “cogito ergo sum” yang
artinya aku berpikir, maka aku ada. Adanya aku, sebagai manusia, nyata ada jika aku
berpikir. Dan dengan berpikir, manusia bisa menjadikan segala sesuatunya menjadi

4
“mengada”. Tuhanpun menjadi ada, dengan cara dipikirkan. Jika manusia berpikir Tuhan
ada, maka jadilah Dia ada. Sebaliknya, jika Tuhan tidak dipikirkan, maka Tuhan tidak
ada.
Dengan cara yang sama, pembaca bisa berpikir mengenai seorang wanita cantik
berambut pirang, maka akan muncul dan menjadi ada dalam alam pikiran pembaca
seorang wanita cantik berambut pirang. Pun pembaca bisa berpikir mengenai seekor
harimau besar berwarna putih yang siap menerkam, maka akan muncul dan menjadi ada
dalam alam pikiran pembaca, seekor harimau besar berwarna putih yang siap menerkam.
Meski dalam alam nyata tak pernah ada di depan pembaca.
Demikianlah, analogi yang sama mereka anggap, bahwa adanya Tuhan adalah hasil
rekayasa pikiran manusia.
Perkembangan pemikiran manusia baik perorangan maupun masyarakat, manurut
Auguste Comte (1798-1857) berlangsung dalam tiga zaman yaitu zaman teologis,
metafisis dan zaman positif.

a. Zaman Teologis
Zaman dimana manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam, terdapat
kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Pada
masyarakat primitive, mereka percaya benda-benda seperti batu, pusaka, keris, dan
sebagainya mempunyai kekuatan atau berjiwa (animisme), sehingga mereka begitu
mengagungkan dan memuliakan benda-benda tersebut. Pada tahap selanjutnya, manusia
percaya akan adanya Dewa-dewa (politheisme), sehingga mereka mengagungkan dan
melakukan penyembahan terhadap Dewa-dewa tersebut, seperti Dewa Matahari, Dewa
Padi, Dewa Gunung, Dewa Cinta. Dewa Pemberi Harta dan lain-lainnya. Mereka bahkan
siap mengorbankan apapun agar Sang Dewa tidak murka pada masyarakat. Selanjutnya,
manusia percaya adanya satu kekuatan besar, pemimpin para Dewa atau terkumpulnya
Dewa-dewa menjadi satu yaitu Tuhan yang Maha Kuasa. (monotheisme).

b. Zaman Metafisis
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki para dewa itu, kekuatan adikodrati diganti dengan
kekuatan-kekuatan abstrak. Mereka percaya benda-benda di alam semesta itu menyimpan
energi, yang dengan suatu cara tertentu kekuatan energinya dapat dimanfaatkan bagi
kebutuhan dan kepentingan hidup masyarakat.

c. Zaman Positif
Ketika masyarakat tidak lagi berusaha mencapai pengetahuan tentang yang mutlak
baik dari sisi teologis maupun metafisis. Manusia berusaha mendapatkan hukum-hukum
dari fakta-fakta yang didapatinya dengan pengamatan dan akalnya. Tujuan tertinggi dari
zaman ini, akan tercapai bilamana gejala-gejala telah dapat disusun dan diatur di bawah
satu fakta yang umum saja.
Hukum ketiga tahap zaman tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani
seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan. Umpamanya sebagai
kanak-kanak adalah seorang teolog, sebagai pemuda menjadi metafisikus, dan sebagai
orang dewasa adalah seorang fisikus. (Drs A. Chairil Basori, Filsafat, 1987)
Pada tahap positivisme, manusia telah mampu dengan akal dan pengetahuannya
mengatasi setiap permasalahan. Dengan telah ditemukannya lampu listrik, mesin jahit,

5
mesin industri, traktor dan sebagainya, maka seluruh kebutuhan hidup manusia dapat
dipenuhi dengan mempergunakan akal dan pengetahuannya. Maka pada tahap ini
manusia tidak lagi membutuhkan Dewa-dewa maupun Tuhan untuk membantu mengatasi
permasalahannya.

5. Tuhan Telah Mati?


Dengan kemampuan akal dan pengetahuannya, manusia bahkan berkeinginan untuk
bisa menguasai alam. Kehendak untuk berkuasa merupakan dasar dan sumber tingkah
laku manusia. Kehendak untuk berkuasa memasuki semua bidang kegiatan manusia:
kesadaran hidup, perwujudan nilai-nilai agama, kebudayaan dan lain-lain. Kehendak
untuk berkuasa bahkan merupakan kenyataan yang benar akan dunia ini. Dunia ini adalah
kehendak untuk berkuasa, lain tidak.
Inilah salah satu pokok pikiran Friedrich Nietzsche (1844 – 1900), tokoh filsafat
yang Anti-Theisme. Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa ini nampak dalam ilmu
pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, manusia ingin menyelidiki dunia untuk
menemukan kenyataan dunia yang menjadi. Dengan ilmu, semua yang ada diubah
kedalam bentuk-bentuk yang pasti. Maka ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai
penjelmaan alam menjadi konsep-konsep, dengan tujuan untuk menguasai alam.
Agama juga dinyatakan sebagai perwujudan kehendak untuk berkuasa. Semua
agama hakekatnya berasal dari kehendak untuk berkuasa. Karena kehendak untuk
berkuasa ini tidak dapat dipenuhi dengan kekuatan manusia sendiri, maka manusia
menyerahkan usahanya kepada pribadi yang lebih tinggi. Manusia lari kepada Tuhan
yang Maha Kuasa, karena ia sendirian tidak dapat mengalahkan kekuatan yang
dihadapinya.
Bagi Nietzsche, manusia yang ideal adalah superman. Dengan superman kehendak
untuk berkuasa atas dunia menjadi sempurna. Sejarah akan mencapai kesudahannya pada
kehadiran manusia superman ini. Superman adalah manusia yang mengetahui bahwa
Tuhan telah mati, bahwa tidak ada sesuatupun yang melebihi atau mengatasi dunia ini.
Superman akan muncul bila manusia telah mempunyai keberanian untuk mengubah
system nilai, untuk menghancurkan nilai-nilai yang ada terutama nilai-nilai lama, dan
menyusun dan menggantinya dengan nilai-nilai baru yang melebihi sebelumnya. (Drs A.
Chairil Basori, Filsafat, 1987)
Pernyataan yang cukup berani dari Nietzche bahwa “God is dead” (Tuhan telah
mati) telah mampu membuat masyarakat yang anti Tuhan untuk melangkah dengan
keyakinan diri yang penuh, untuk melakukan kreativitas yang liberal. Jika tuhan telah
mati dengan segala perintah dan larngannya, maka berarti dunia sudah terbuka untuk
sebuah kebebasan dan kreativitasnya.
Segalanya berjalan dengan sendirinya, alam semesta bergerak dan berputar
mengikuti hokum alam, tanpa campur tangan lagi dari Tuhan. Demikianlah, pemikiran
yang liberal semacam ini banyak yang melanda masyarakat modern, yang meski tidak
secara terus terang, telah menganggap bahwa God is dead. Tuhan telah mati!

6. Manusia Sebagai Makhluk Pencari Kebenaran.


Namun tidak semua masyarakat mengikuti pemikiran para ahli filsafat yang anti
Tuhan itu. Banyak diantara mereka yang tidak pernah puas dengan penjelasan para ahli

6
pikir dunia masa lampau. Manusia menyadari bahwa dirinya berbeda dengan binatang.
Adanya akal yang melengkapi makhluk bernama manusia, membedakannya dari makhluk
yang lain. Dengan akalnya manusia terus bertanya, mencari jawaban atas setiap
pertanyaan. Pertanyaan yang paling mendasar adalah Siapakah aku? Dari mana aku?
Hendak kemana Aku? Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengusiknya yang membutuhkan
jawaban yang memuaskan. Termasuk pertanyaan tentang Tuhan dan alam semesta?
Manusia ingin mengetahuinya dengan cara bertanya dan berpikir.
Dengan menggunakan akalnya inilah manusia berusaha untuk menemukan jawaban
atas pertanyaan yang muncul pada dirinya. Menurut Endang Syaifudin Ansori, Manusia
adalah hewan yang berpikir. Berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban.
Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari kebenaran akan Tuhan, alam dan
manusia. Jadi pada akhirnya : Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. (Endang
Syaefuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1987)
Lalu apa itu kebenaran? Dalam dunia ilmu pengetahuan, kebenaran adalah
kebenaran ilmiah, suatu pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai
menurut obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan ditunjang
oleh suatu system yang relevan. Pengetahuan demikian ini tahan uji baik dari verifikasi
empiris maupun yang rasional.
Dalam pembahasan tentang teori kebenaran, Endang mengemukakan tiga teori yaitu
teori korespondensi, teori konsistensi dan teori pragmatis. Uraian tiga teori itu dijelaskan
sebagai berikut.

a. Teori korespondensi (coorespondence theory)


Adalah kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (correspondence) antara
arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau
faktanya.
Menurut teori korespondensi, suatu pernyataan dianggap benar jika materi
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu adalah berkorespondens (bersesuaian)
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, kebenaran itu
adalah suatu pernyataan yang sesuai dengan kenyataan (fakta), tanpa memperhatikan idea
atau pikiran. Contohnya “di luar rumah udaranya dingin”, pernyataan ini benar jika
faktanya ketika kita keluar rumah memang udaranya dingin.

b. Teori konsistensi (consistence theory)


Teori ini disebut pula coherence, adalah kebenaran, tidak dibentuk atas hubungan
antar putusan (gudgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas
hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Atau secara sederhana dapat dikatakan
nahwa menurut teori konsistensi, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat konsisten atau koheren dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah
dianggap benar, tanpa mempedulikan fakta yang ada. Contohnya, “murid SMA Satu
pintar-pintar” adalah pernyataan awal (terdahulu) yang benar. “Harno adalah murid yang
pintar”, pernyataan ini dianggap benar jika Harno adalah murid SMA Satu. Dasar
pembenaran pernyataan “Harno murid yang pintar” karena koheren dengan pernyataan
sebelumnya, “murid SMA Satu pintar-pintar”.

c. Teori pragmatis (pragmatic theory)

7
Suatu proposisi adalah benar sepanjang proposisi itu berlaku, atau memuaskan.
Menurut teori pragmatis, kebenaran bergantung kepada kondisi-kondisi yang berupa
manfaat (utility), kemungkinan dapat dikerjakan (workability) dan konsekuensi yang
memuaskan (satisfactory results).
Dengan perkataan yang lebih sederhana, sesuatu dianggap benar jika itu mempunyai
manfaat fungsional atau menguntungkan dalam kehidupan praktis. Contohnya,
pernyataan “system komputerisasi kantor adalah baik”. Pernyataan tersebut benar karena
penggunaan computer di kantor-kantor sangat membantu proses (memper mudah dan
mempercepat kerja) kegiatan di kantor.
Ketiga teori ini meski tidak seluruhnya tepat, namun yang paling mendekati adalah
teori korespondensi, dimana pernyataan bisa dikatakan benar jika faktanya sesuai dengan
pernyataan.
Bagaimana manusia dalam upaya mencari kebenaran? Jika permasalahan yang
dipertanyakan menyangkut masalah-masalah idea, filsafat atau metafisika maka sulit
untuk bisa memperoleh jawaban sebagai kebenaran. Siapa aku sebenarnya? Untuk apa
aku hidup? Kemana aku nantinya? Benarkah Tuhan itu ada? Bagaimana
membuktikannya? Mencari jawaban atas pertanyaan tersebut sangatlah sulit, demikianlah
untuk menemukan kebenaran tentang permasalahan yang essensial dalam kehidupan
manusia tidaklah bisa dicapai dengan teori-teori diatas.

7. Mencari Kebenaran Dengan Metodologi Ilmiah


Bagaimana cara kita mendapatkan suatu kebenaran. Dalam dunia ilmu
pengetahuan, kita mengenal apa yang dinamakan metodologi ilmiah. Metode ilmiah
adalah sebuah cara untuk mencari sebuah kebenaran. Kebenaran ilmiah ini harus
memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional, dan sistematis.
Empiris berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat ditangkap
dengan pancaindra. Pengetahuan tersebut berasal dari pengalaman manusia, dari dunia
luar yang ditangkap dengan pancaindranya. Sehingga kebenaran tersebut dapat juga
diketahui oleh orang lain sebagai kebenaran yang dapat ditangkap dengan pancaindranya
pula. Misalnya kebenaran mengenai air yang dipanaskan dalam suhu 100 derajat celcius
akan mendidih. Ini merupakan kebenaran yang berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang pernah dijalani manusia, maka terhadap hal tersebut secara empiris manusia lainpun
akan menemui hal yang sama.
Obyektif berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas,
berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai
atau yang mengamati (subyek-nya). Sebuah kebenaran harus dapat dibuktikan oleh orang
lain dan akan memperoleh pengetahuan yang sama. Misalnya air akan bergerak mengalir
pada tempat yang lebih rendah atau menurun. Kebenaran demikian dapat dibuktikan
orang lain dan diperoleh pengetahuan yang sama pula.
Rasional berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran
manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran.
Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Bahkan tanpa perlu pembuktianpun,
kebenaran itu tak terbantahkan. Misal, pernyataan garis lurus merupakan jarak terdekat
diantara dua buah titik, maka kita mau tidak mau harus mengakui kebenaran pernyataan
tersebut.

8
Sistematis berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui
proses yang berurutan. Dalam suatu penelitian ilmiah, sistematis itu bila dilakukan
melalui tahapan-tahapan memilih dan merumuskan masalah, menyusun latar belakang
teoritis, menetapkan hipotesis, menetapkan variable, memilih alat pengump[ulan data,
menyusun rancangan penelitian, menentukan sample, menyimpulkan dan menyajikan
data, mengolah dan menganalisis data, menginterpretasi hasil analisis dan mengambil
kesimpulan, menyusun laporan dan mengemukakan implikasi. (Drs. Cholid Narbuko dan
Drs H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, 2003)
Untuk menghasilkan sebuah kebenaran ilmiah juga harus didukung dengan
berpikir dan bersikap ilmiah yaitu dengan tahapan skeptis, analitis, dan kritis. Skeptis
adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau fakta-fakta terhadap setiap
pernyataan. Analitis adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap
permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama
dan sebagainya. Kritis adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan
menimbangnya selalu obyektif. Untuk ini maka dituntut agar data dan pola berpikirnya
selalu logis. (Drs. Cholid Narbuko dan Drs H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,
2003)

8. Asal Usul Kehidupan


Untuk mengetahui realitas kehidupan manusia dan alam semesta, pertanyaan yang
muncul mengemuka adalah bagaimana awal mula kehidupan di dunia ini. Siapakah yang
menciptakan alam semesta dan bagaimana proses penciptaannya?
Dalam buku pelajaran Biologi Kelas III di SMA, kita dapatkan penjelasan
mengenai asal-usul kehidupan. Bagi mereka yang sempat duduk di bangku SMA Jurusan
IPA/Biologi, tentu pernah mendapatkan sub materi pelajaran Asal Usul Kehidupan ini.
Ada beberapa teori yang dikemukakan yaitu teori-teori abgiogenesis, biogenesis,
kosmozaik, evolusi kimia dan evolusi biologi.

a. Teori Abiogenesis
Menurut teori Abiogenesis, kehidupan berasal dari materi yang tidak hidup atau
benda mati dan terjadi begitu saja (spontan). Itulah sebabnya, teori ini dinamakan
pula teori generatio spontanea. Teori abiogenesis ini dikemukakan pertama kali oleh
Aristoteles (334 – 332 SM), seorang filsuf dan ilmuwan Yunani Kuno. Teori ini
bertahan ratusan tahun. Munculnya teori ini didasarkan pada pengamatan sederhana
terhadap apa yang mereka lihat di sekelilingnya tanpa didukung oleh peralatan yang
memadai. Sebagai contoh, karena cacing berada di dalam tanah, maka cacing berasal
dari tanah. Dengan alasan yang sama, mereka menganggap katak berasal dari
Lumpur, belatung berasal dari daging yang membusuk, dan sebagainya.

Pada abad 17, Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Penemuan


mikroskop ini membuka cakrawala baru bagi dunia saina. Namun bagi para
pendukung teori abiogenesis, adanya makhluk hidup kecil yang mereka lihat melalui
mikroskop makin memperkuat mereka tentang teori abiogenesis tersebut.

b. Teori Biogenesis

9
Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Teori ini menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup pula. Teori biogenesis mendapat
dukungan dari Francesco Redi (1626 – 1697), Lazzaro Spallanzani (1727 –1799)
dan Louis Pasteur (1822 –1895). Ketiganya melakukan percobaan untuk
membuktikan teori biogenesis.

Francesco Redi mengadakan serangkaian percobaan dengan bahan daging yang


dimasukkan ke delapan stoples dengan kondisi yang berbeda-beda. Setelah beberapa
hari di dalam stoples yang terbuka, Redi mendapatkan larva, sedangkan di dalam
stoples yang tertutup tidak terdapat larva Berdasarkan percobaan ini, Redi
berkesimpulan bahwa larva bukan berasal dari daging, melainkan berasal dari telur
lalat yang disimpan dalam daging.

Lazzaro Spallanzani juga melakukan percobaan dengan menggunakan dua tipe


medium dengan prinsip yang sama dengan Redi, tetapi dengan rancangan yang lebih
sempurna. Berdasarkan hasil percobaan Spallanzani, ditemukan kenyataan bahwa
udara memberi pengaruh besar terhadap terbentuknya kekeruhan pada air kaldu,
membuat para pendukung abiogenesis menolak hasil percobaan spallanzani. Mereka
menganggap udara mempunyai daya hidup (vital force) yang dapat memicu
terbentuknya kehidupan.

Konsep tentang adanya daya hidup yang diyakini pendukung teori abiogenesis
membuat Louis Pasteur berpikir bagaimana merancang percobaan yang
memungkinkan udara (daya hidup) tetap dpat berhubungan dengan labu tetapi tidak
mempengaruhi isi labu.

Hasil percobaan Pasteur menunjang teori biogenesis dan sekaligus menumbangkan


teori abiogenesis. Teori biogenesis dapat dirumuskan dalam postulat berikut ini.
Omne vivum ex ovo yang berarti makhluk hidup berasal dari telur, omne ovum ex vivo
yang berarti telur berasal dari makhluk hidup, dan omne vivum ex vivo berarti
makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.

c. Teori Kosmozoik
Teori ini dikemukakan oleh Richter (1865) dan didukung oleh Thompson,
Helmholtz dan Van Tieghan. Menurut teori ini, benda-benda langit yang panas
berpijar pada bagian permukaannnya saja. Bagian-Bagian dalamnya tetap dingin
sehingga embrio suatu organisme yang menempati bagian dalamnya tetap hidup.
Selanjutnya, organisme-organisme menyebar sampai ke bumi dan tumbuh subur di
bumi. Kemudian organisme-organisme ini berkembang dan berevolusi hingga
menghasilkan seluruh spesies yang ada sekarang ini.

d. Teori Evolusi Kimia


Menurut salah satu teori, system tata surya (solar system) terbentuk dari kabut gas di
angkasa. Gaya gravitasi yang timbul menyebabkan terjadinya kontraksi sehingga
menaikkan suhu pusat massa. Kontraksi ini menyebabkan terbentuknya suatu bintang
baru (matahari). Bintang ini dikelilingi lingkaran gas dan debu yang merupakan asal

10
mula terbentuknya planet-planet. Meteorit terbentuk sekitar 4550 juta tahun yang
lalu; bulan 4600 juta tahun yang lalu dan bumi 4550 juta tahun yang lalu,
membuktikan bahwa system tata surya berumur kira-kira 5000 juta tahun atau 5
milyar tahun.

Kondisi bumi pada awal pembentukan sangat berbeda dengan keadaan sekarang.
Pada saat itu, suhu permukaan bumi antara 4000-8000 derajat celcius. Sewaktu
permukaan bumi mulai dingin, senyawa-senyawa karbon © dan unsure logam
membentuk lapisan bumi bagian dalam (mantel), tersusun dari batuan yang mencair
dan terdiri atas senyawa silicon, aluminium, besi dan sebagainya.

Para ilmuwan berpendapat bahwa pada saat itu di atmosfer terkumpul gas-gas ringan,
seperti hydrogen (H2), helium (He), argon (Ar), nitrogen (N), dan oksigen(O2).
Akibatnya, di atmosfer terbentuk senyawa-senyawa yang mengandung unsure-unsur
ringan, misalnya uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan ammonia
(NH3).

Pada saat suhu atmosfer turun menjadi sekita 100 derajat Celcius, terjadi hujan air
mendidih selama beberapa ribu tahun. Pada kondisi seperti ini, kehidupan di bumi
tidak mungkin terbentuk, tetapi sangat memungkinkan terjadi reaksi-reaksi kimia
karena tersedianya materi dan energi yang berlimpah.

e. Teori Evolusi Biologi


A.I. Oparin dalam bukunya Asal Mula Terjadinya Kehidupan (The Origin of Life),
mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi di lautan melalui pembentukan
senyawa-senyawa organic dari senyawa-senyawa sederhana seperti H2O, CO2, CH4,
NH3 dan H2, yang memang berlimpah pada saat itu. Pembentukan senyawa organic
ini dibantu oleh energi radiasi benda-benda angkasa yang juga sangat intensif pada
saat itu. Senyawa kompleks pertama diduga semacam alkohol dan asam amino yang
selama jutaan tahun senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk senyawa yang lebih
kompleks, seperti asam organic, purin dan pirimidin. Senyawa-senyawa ini
merupakan bahan pembentuk sel.

9. Evolusi Menurut Darwin

Charles Robert Darwin seorang biolog Inggris mengemukakan teori evolusinya


melalui buku yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural Selection (Asal
Mula terjadinya Spesies melalui Seleksi Alam) pada tahun 1859. dalam buku tersebut
Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki leluhur yang sama dan
bahwa mereka berkembang satu sama lain dengan cara seleksi alamiah. Mereka yang
terbaik dalam beradaptasi dengan lingkungan mewariskan perilaku mereka ke generasi
berikutnya, dan lambat laun, sifat-sifat yang menguntungkan ini mengubah individu-
individu menjadi spesies yang berbeda total dari leluhur mereka. Dengan demikian,
manusia ialah produk yang paling maju dari mekanisme seleksi alamiah ini. Singkatnya,
suatu spesies berasal dari spesies lain.

11
Dua teori evolusi pokok yang terkandung dalam buku tersebut adalah sebagai
berikut (a) Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa lampau.
Dan (b) Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Ahli evolusi lain, Alfred R. Wallace (1823-1913) ternyata mempunyai pemikiran
yang sama dengan pemikiran Darwin, meskipun diantara mereka tidak saling mengenal.
Pemikiran mereka disajikan bersama dalam pertemuan antar ilmuwan di London yang
tergabung dalam Linneon Society of London pada tanggal 1 Juli 1858. Sejak saat itu teori
evolusi Darwin didukung oleh banyak ilmuwan di dunia.Menurut teori evolusi Darwin,
manusia merupakan hasil proses evolusi dari spesies lain yang hidup lebih dahulu yaitu
kera.
Dalam perkembangan selanjutnya, oleh para pendukung teori evolusi ini dengan
mengemukakan teori neo-Darwinisme. Menurut teori ini spesies berkembang sebagai
hasil dari mutasi-mutasi, perubahan-perubahan kecil dalam gen mereka, dan yang paling
sesuailah yang bertahan hidup melalui mekanisme seleksi alam. Selanjutnya mereka juga
mengembangkan teori punctuated equilibrium (keseimbangan bersela) yang menyatakan
bahwa makhluk hidup tiba-tiba berkembang menjadi spesies lain, meski tanpa bentuk
transisinya. Dengan kata lain, spesies tanpa ”nenek moyang” evolusioner tiba-tiba
muncul. (Harun Yahya, Allah is Known Through Reason, 52)
Menurut teori evolusi, manusia dan kera modern mempunyai leluhur yang sama.
Makhl-makhluk ini berkembang seiring dengan waktu dan beberapa diantara mereka
menjadi kera-kera masa kini, sedangkan sekelompok lain yang mengikuti cabang evolusi
lain menjadi manusia manusia masa kini.
Para evolusionis menyebut ”leluhur bersama” pertama manusia dan kera ini
”Australopithecus” yang berarti ”Kera Afrika Selatan”. Terdapat berbagai jenis
Australopithecus, yang hanya spesies kera lama yang telah menjadi berbeda. Sebagiannya
tegap, sementara yang lainnya kecil dan rapuh.
Para evolusionis menggolongkan tahap evolusi manusia berikutnya sebagai
”Homo”, yakni ”manusia”. Menurut klain evolusionis, makhluk hidup dalam tahap
”homo” ini lebih berkembang dari pada Australpithecus, dan tidak banyak berbeda dari
manusia modern. Manusia modern masa kini, Homo sapiens, konon terbentuk pada tahap
terakhir evolusi spesies ini. (Harun Yahya, Allah is Known Through Reason, 58-59)

10. Dimanakah Tuhan?

Dalam uraian mengenai teori-teori pengetahuan dan hasil dari penelitian sains
diatas, belum ada yang bisa tuntas membahas dan membuktikan adanya Tuhan.
Dimanakah Tuhan? Tak ada ilmuwan yang mampu menjawab pertanyaan mengenai
keberadaan Tuhan dan memberikan bukti-bukti secara ilmiah.

12
Bab Dua
Existensi Tuhan, Bantahan Atas Paradigma Kaum
Atheis
Serangkaian teori, konsep dan pemikiran yang diuraikan pada Bab 1 disadari
ataupun tidak telah memperangkap kebanyakan orang dalam paradigma kaum Atheis
yang menolak keberadaan agama, Tuhan dan ajarannya. Dalam Bab 2 ini penulis
mencoba untuk kembali mendiskusikan konsep dan pemikiran tersebut dengan kejernihan
dan ketajaman berpikir kita. Dalam pembahasan ini diharapkan akan timbul kesadaran
pembaca akan kekeliruan dalam cara pandang dan pola berpikir selama ini.

1. Manusia, Makhluk yang Lemah


Dalam diri manusia terdapat suatu potensi yang disebut akal atau rasio. Akal
berfungsi untuk berpikir, dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan mencari
kebenaran. Mencari kebenaran merupakan hasrat manusiawi, sebagai makhluk yang
berakal. Guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran tersebut, dalam diri manusia
juga dilengkapi perangkat yang namanya panca indera berupa mata, telinga, hidung, kulit
dan lidah. Dengan panca indera ini manusia berusaha untuk menangkap fenomena alam
dan lingkungan, yang kemudian akan ditransfer ke dalam akal untuk diolah menjadi
sebuah pengetahuan. Dengan proses menangkap fenomena alam oleh panca indera dan
menstranfer ke dalam akal, secara menerus itulah, manusia berusaha untuk mencari
kebenaran.
Namun panca indera yang digunakan untuk mengenali dan menangkap fenomena
alam dan lingkungan ini memiliki keterbatasan dan kelemahan. Mata misalnya, hanya
dapat melihat pada jarak tertentu saja dan menginformasikan dengan benar apa yang
dilihatnya. Tetapi diluar jarak yang mampu dilihatnya itu, mata tak mampu melihat obyek
secara tepat, sehingga yang diinformasikan ke dalam akal pun pengetahuan yang keliru.
Terhadap obyek yang cukup jauh mata tak mampu melihat secara tepat, seperti melihat
gunung dalam jarak yang jauh seolah berwarna biru, melihat laut seolah berwarna biru,
melihat dua garis sejajar (rel kereta api) seolah bertemu pada satu titik, melihat pinsil
yang dimasukkan sebagian ke dalam air di ember seolah patah dan masih banyak lagi
contoh lainnya.
Telinga dalam fungsinya sebagai indera pendengar, juga memiliki keterbatasan.
Telinga hanya mampu mendengarkan suara dengan frekuensi tertentu saja. Pada suara
yang sangat lemah ataupun suara yang sangat keras, telinga tak dapat berfungsi dan
menginformasikannya pada akal. Dan sering informasi yang ditangkappun keliru ketika
ditransfer ke akal.
Demikian pula indera-indera lainnya memiliki keterbatasan dan kelemahan. Padahal
panca indera inilah yang diandalkan untuk memberikan masukan pengetahuan pada
akal/otak untuk dianalisis dan disimpulkan menjadi suatu kebenaran.
Akal atau rasio manusia yang digunakan untuk berpikir, mengolah informasi
mengenai fenomena alam dan lingkungan yang diberikan oleh panca indera ternyata juga
memiliki keterbatasan dan kelemahan. Memang dengan akal manusia bisa mengolah
informasi, membentuk pengertian-pengertian, pendapat-pendapat, kesimpulan-

13
kesimpulan suatu pengetahuan. Tetapi pengetahuan yang mampu didapatkan sebatas pada
informasi yang diberikan oleh panca indera (yang sering keliru), dan kemampuan
berpikirnya juga sebatas pengalaman-pengalaman yang pernah didapatnya. Kalaupun
berpikir untuk sebuah idea dan gagasan baru, tetap terbatas pada abstraksi yang mampu
dibentuknya yang sifatnya subyektif. Sehingga belum tentu bisa diterima orang lain dan
komunitas lainnya. Maka kebenaran yang didapatnya adalah kebenaran yang subyektif,
kebenaran yang relative sifatnya. Tidak bisa dijadikan sebagai pedoman.
Emmanuel Kant (1724-1804) dalam bukunya yang terkenal Critic der
Theoritische Vernunft, mengakui akan keterbatasan akal manusia. Dia menandaskan
bahwa penyelidikan dengan akal (budi) benar-benar dapat memberikan sesuatu
pengetahuan mengenai dunia yang tampak, akan tetapi akal (budi) itu sendiri tidak
sanggup untuk membeikan kepastian-kepastian, dan bahwa berkenaan dengan
pertanyaan-pertanyaan terdalam mengenai Tuhan, manusia, dunia, dan akhirat, akal
(budi) manusia itu tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian, melainkan hidup
dalam pengandaian. (Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, 2004)

2. Kelemahan Teori-teori Filsafat Barat


Teori dan konsep filsafat barat yang telah mempengaruhi cara pandang dan pola
berpikir kebanyakan orang selama ini juga terdapat banyak kelemahannya. Marilah kita
coba bahas teori dan konsep yang ada pada bab satu secara rinci sebagai berikut:

a. Klarifikasi atas Pandangan Marx


Menurut Marx, agama sebagai candu masyarakat. Dalam pandangan Marx, agama
seperti candu, ia memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk
sementara waktu melupakan masalah real hidupnya. Seorang yang sedang terbius oleh
candu/opium dengan sendirinya akan lupa dengan diri dan masalah yang sedang
dihadapinya.
Bagi Marx, agama juga merupakan medium dari ilusi sosial. Agama tidak
berkembang karena ada kesadaran dari manusia akan pembebasan sejati, tetapi lebih
karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk
melanggengkan kekuasaannya. Propaganda agama yang dilakukan oleh orang-orang yang
memiliki kekuasaan dipandang oleh Marx sebagai sikap meracuni masyarakat.
Pernyataan Marx bahwa agama sebagai candu masyarakat, muncul tatkala dia
mengamati realitas empiris di sekitarnya pada saat itu, dimana orang beragama dan
melakukan ritualitas karena menghindari realitas hidup yang dihadapinya dan agama
mampu meninabobokan para penganut agama tersebut.
Juga masalah penyebaran agama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama untuk
melanggengkan kekuasaan bisa dimaklumi, karena memang demikian kenyataan saat itu.
Dan ini terjadi pada agama Kristiani, yang menjadi fokus kritik Marx pada fungsi politik
agama, khususnya yang menjadikan agama sebagai ideologi Negara. Agama telah
dijadikan alat pukul oleh Negara untuk membungkam para pemeluknya yang memprotes
sikap otoriter para pemimpin politik dan ekonomi Prussia.
Pandangan Marx tersebut tak bisa digunakan untuk menggeneralisir semua agama.
Juga keterbatasan kemampuan Marx dalam memahami tentang agama secara hakekat,
maksud dan tujuan-lah yang mengantarkannya pada pengetahuan tersebut.

14
b. Materi Bukan Segalanya
Materialisme menganggap segala yang ada adalah materi. Unsur pokok, dasar dan
hakekat segala sesuatu yang ada itu materi. Materi adalah suatu yang abadi, tidak
diciptakan dan ada dengan sendirinya. Materi adalah awal dan akhir kehidupan. Paham
materialisme menganggap pikiran, gagasan dan idea merupakan hasil dari kerja materi.
Pada akhirnya paham materialisme mengingkari keberadaan agama dan Tuhan.
Pandangan yang menyatakan bahwa segala yang ada materi adalah sebuah
kekeliruan. Dalam diri manusia sendiri, disamping adanya materi juga ada unsur non
materi yang mampu menggerakkan tubuh materinya. Yang membuat tubuh materi
tersebut hidup. Dan ketika manusia meninggal, ada sesuatu yang lepas dari tubuh
materinya. Lalu bagaimana materialisme memandang sesuatu (yang non materi) yang
lepas dari tubuh tersebut?
Dalam kehidupannya, manusia juga dihadapkan berbagai hal yang non materi.
Energi listrik yang mampu menggerakkan peralatan elektronik, yang terdiri dari elektron-
elektron bersifat gelombang tak bisa dikatakan sebagai materi. Energi tersebut
kenyataannya ada, dan manusia tak pernah dapat menangkapnya secara langsung.
Masih banyak lagi dalam dunia ini ‘sesuatu’ yang bukan materi. Dus anggapan
bahwa segala sesuatu adalah materi tidak lah tepat. Dan teori materialisme tak bisa
dijadikan dasar pengetahuan akan sebuah kebenaran.

c. Berpikir Tak Dapat “mengadakan” Sesuatu


Apa yang dikatakan Rene Descartes yaitu “cogito ergo sum” yang artinya aku
berpikir, maka aku ada, bukanlah bermakna bahwa dengan berpikir mampu
“mengadakan” sesuatu. Hakekat berpikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari
jawaban. Maka dengan berpikir akan didapat suatu pengetahuan, suatu kepahaman,
kesadaran akan adanya sesuatu. Berpikir bukanlah bisa mengadakan sesuatu tetapi hanya
bisa menyadari keberadaan sesuatu.
Kenyataannya sejumlah benda yang ada di sekitar kita, baik kita pikirkan maupun
tidak, tetaplah ada. Dan suatu benda yang tak ada, tak akan pernah diwujudkan hanya
dengan sekedar berpikir. Terhadap sesuatu yang tidak nyata, yang kemudian kita pikirkan
adanya hanyalah dalam abstraksi pada pikiran kita.
Anggapan bahwa Tuhan pada kepercayaan orang-orang beragama, hanyalah hasil
rekayasa pikiran, adalah sebuah kesalahan. Jika Tuhan merupakan hasil rekayasa pikiran,
betapa hebatnya pemilik pikiran tersebut yang mampu merekayasa adanya Tuhan. Dan
seseorang akan merekayasa sejumlah Tuhan sesuai keinginannya. Jika pemilik pikiran
tersebut mengalami kematian, Tuhan pun akan ikut mati. Maka untuk peran apakah
Tuhan direkayasa?
Demikianlah, sesungguhnya pikiran manusia tidak akan pernah menjangkau
hakekat keberadaan Tuhan. Apalagi merekayasa atau menciptakan Tuhan, kecuali
hanyalah Tuhan-tuhan illutif dan Tuhan-tuhan semu.

d. Skeptisisme Kaum Atheis


Perkembangan pemikiran manusia baik perorangan maupun masyarakat, menurut
Comte, melalui tahapan zaman teologi, metafisi dan positif. Pada zaman positif yang
ditandai dengan kemajuan dan perkembangan sains dan teknologi, manusia sudah tidak
lagi membutuhkan kepercayaan, agama maupun Tuhan, karena seluruh persoalan telah

15
mampu diatasi dengan sains dan teknologi itu sendiri. Pandangan demikian jauh dari
kenyataan. Tahapan-tahapan secara keilmuan, bisa saja terjadi perkembangan pemikiran
manusia, namun masalah kepercayaan, agama dan Tuhan, tak sepenuhnya hilang dari
pemikiran mereka, meski berusaha mereka ingkari.
Masyarakat komunis yang anti Tuhan, yang menolak keberadaan Tuhan pun tak
sepenuhnya bisa menghilangkan akan perasaan akan adanya Tuhan. Mereka sendiri
sebetulnya skeptis (meragukan) akan apa yang dipahaminya tentang ketiadaan Tuhan.
Bahkan pada saat-saat tertentu, mereka masih berharap adanya kekuatan-kekuatan di luar
dirinya (mistis) yang bisa menolongnya.
Dan pernyataan “God is dead” adalah lontaran dari kesombongan ilmiah,
kesombongan intelektualitas yang menyesatkan, yang sebenarnya merupakan
pengingkaran akan hati nurani sendiri.

3. Kelemahan Teori-teori Kebenaran


Sebagai makhluk yang mencari kebenaran, manusia dengan potensi akalnya akan
terus berusaha untuk menemukan hakekat kebenaran. Namun pengetahuan hanya
mengantarkan pada kebenaran-kebenaran yang subyektif. Kebenaran-kebenaran yang
secara teoritis merupakan hasil temuan ilmiah yang sebetulnya memiliki banyak
kelemahan, yang bisa kita diskusikan berikut ini :

a. Kelemahan Teori Koherensi


Teori kebenaran ini banyak dianut oleh kaum idealis, menurut mereka sesuatu yang
disebut benar itu adalah yang benar menurut idea dan dalam idea tanpa memperhatikan
fakta. Plato mengatakan bahwa yang disebut kuda yang sebenarnya adalah kuda yang ada
dalam idea. Sedangkan kuda menurut kenyataan dan yang nyata adalah bayangan dari
kuda yang ada dalam idea. Dari pernyataan Plato ini lalu timbul pertanyaan “Plato yang
sebenarnya itu ada dalam idea siapa?”, mengingat dari teorinya sendiri menyatakan
bahwa Plato yang ada adalah bayangan dari Plato yang ada dalam idea (pikiran). Filosof
Britania Bradley (1864 -1924) sebagai penganut idealisme menyatakan bahwa
kebenaran itu tergantung pada orang yang menentukan tanpa harus memandang realitas
peristiwa, asalkan dalam pikiran itu ada, jika pikiran itu tidak ada maka apapun yang ada
di dunia ini tidak ada. Padahal orang yang berakal sehat akan mengatakan bahwa setiap
yang ada di luar manusia, berpikir atau tidak berpikir kalau zat/sesuatu tersebut memang
ada, maka akan tetap ada.

b. Kelemahan Teori Korespondensi


Sesuatu itu benar jika sesuai dengan fakta, atau dapat dikaji dengan fakta. Ternyata
dalam realitasnya tidak semua masalah dapat dikaji berdasarkan fakta. Misalnya aliran
listrik yang mengalir dalam suatu penghantar yang faktanya dapat dirasakan berupa
gejala-gejala listrik yang ditimbulkannya (aliran listrik) akan tetapi hal yang
sesungguhnya berupa gerakan-gerakan electron yang tidak dapat dilihat, dibaui, didengar
atau bahkan dirasakannya bukan gerakan-gerakan yang sesungguhnya itu hanya ada
dalam pikiran. Begitu juga cinta, tidak dapat dikaji dengan fakta akan tetapi yang dapat
dikaji dengan fakta-fakta hanyalah akibat atau gejala dari cinta itu.

16
c. Kelemahan Teori Pragmatisme
Sesuatu dianggap benar jika bermanfaat, teori ini bagaimana kalau diterapkan
terhadap pernyataan “Menyontek sewaktu ujian” dan “ Mencuri” serta “Narkoba”,
apakah ketiga hal tersebut merupakan kebenaran? Kalau ya, kenapa setiap
siswa/mahasiswa ujian selalu dijaga ketat, dan jika ketahuan ada yang menyontek
diberika sangsi? Lalu mencuri. Apakah dengan mencuri yang mana hasil dari curian
tersebut sangat bermanfaat bagi si pencuri itu juga dapat dikatakan benar? Kemudian
dengan keberadaan narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya) apakah juga
dibenarkan oleh akal sehat dan diterima oleh setiap orang?

4. Kelemahan Metode Ilmiah


Untuk bisa mendapatkan kebenaran ilmiah, harus dilakukan melalui metode
ilmiah. Kebenaran seperti apa yang dihasilkan dari metode ilmiah? Sebetulnya kalau kita
mau cermati, maka metodologi ilmiah itu sendiri memiliki kelemahan bahkan sangat
lemah untuk bisa digunakan mencari hakekat kebenaran.
Dalam metodologi ilmiah, harus memenuhi persyaratan empiris, obyektif,
rasional dan sistematis. Empiris berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang
dapat ditangkap dengan pancaindra, dan dapat dibuktikan. Padahal sebagaimana dalam
uraian mengenai kelemahan panca indra kita yang tak pernah mampu berfungsi terhadap
seluruh obyek dan mampu menangkap dengan tepat apa yang dilihat, didengar dan
dirasakan. Maka pengetahuan sebagai hasil dari pengalam berdasarkan panca indera, tak
sepenuhnya benar.
Obyektif berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas,
berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai
atau yang mengamati (subyek-nya). Dalam kenyataannya, banyak pengetahuan yang
dijadikan sebagai kebenaran hanya atas asumsi dan dugaan sementara dari orang
perorang. Jadi kebenaran tersebut sebenarnya bersifat subyektif, yang belum tentu dapat
diterima orang lain.
Rasional berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran
manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran.
Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya
dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Namun pada realitasnya banyak
kebenaran yang tidak masuk diakal, yang tidak rasional, namun diikuti oleh banyak orang
dan dijadikan sebagai sebuah kebenaran.
Sistematis berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui
proses yang berurutan. Sistematis sebagai sebuah metode bisa menjadi keharusan, namun
tahapan yang dikerjakan secara berurutan itu belum tentu sebagai kebenaran yang hakiki.
Berdasakan uraian dan penjelasan tersebut diatas, maka metodologi ilmiah
sebagai cara untuk menemukan kebenaran tidak bisa untuk dijadikan patokan secara
mutlak. Kebenaran yang didapat dari metodologi ilmiah sebatas kebenaran yang relative,
bahkan terkadang tidak konsisten dengan persyaratan ilmiah itu sendiri.

5. Teori Asal Usul Kehidupan dan Evolusi Darwin


Uraian mengenai asal usul kehidupan yang penulis kemukakan dalam bab satu,
merupakan hasil dari sebuah kajian dan penelitian ilmiah. Maka dengan mengetahui akan
kelemahan metode ilmiah tersebut, kita tak bisa menjadikan teori-teori asal usul

17
kehidupan diatas sebagai pengetahuan yang benar.. Dalam kebenaran ilmiah senantiasa
terjadi perubahan dan pembaharuan manakala ada hasil temuan dan penelitian lainnya
yang dapat menumbangkan teori pengetahuan sebelumnya. Inilah sifat kebenaran ilmiah.
Kebenaran teori-teori tersebut bersifat relative.
Teori Darwin tentang evolusi sudah banyak yang menyanggah. Telah terbukti
ketidakbenarannya. Teman selaboratoriumnya sendiri sudah membantah teorinya habis-
habisan dengan mencoba mengawinkan tikus yang sudah dipotong ekornya, ternyata tak
ada anak tikus yang berekor pendek, demikian juga keturunannya. Dalam teorinya
mengenai manusia sebagai hasil proses evolusi dari kerapun tak memperoleh data
lengkap. Ada mata rantai yang terputus (missing link} antara manusia dengan kera.
Demikianlah, teori evolusi Darwin ini juga tak bisa dijadikan sebuah pengetahuan yang
benar.
Harun Yahya mengupas cukup dalam tentang tipudaya teori evolusi Darwin ini
dalam bukunya ”Allah is Known Through Reason” yang diterjemahkan Muhammad
Shodiq, S. Ag. Menurut Harun, teori evolusi adalah suatu filosofi dan konsepsi dunia
yang menghasilkan suatu keasalahan hipotesis, asumsi dan scenario khayalan dengan
tujuan menjelaskan keberadaan dan asal-usul kehidupan dengan hanya secara kebetulan.
Filosofi ini berakar jauh di zaman lalu sekuno Yunani-kuno.
Ide khayal Darwin dianut dan dikembangkan oleh kalangan ideologis dan politis
tertentu dan teorinya menjadi sangat populer. Alasan utamanya adalah bahwa tingkat
pengetahuan saat itu belum memadai untuk menyingkapkan bahwa skenario imajinasi
Darwin itu sala. Ketika Darwin mengajukan asumsinya, disiplin ilmu genetika,
mikrobiologi, dan biokimia belum ada. Jikalau ada, Darwin mungkin dengan mudah
mengenali bahwa teorinya tidak ilmiah sama sekali, dan sehingga takkan ada yang
berusaha mengajukan pernyataan omong kosong tersebut, informasi yang menentukan
spesies telah ada dalam gen dan seleksi alamiah tidak mungkin menghasilkan spesies
baru dengan mengubah gen.
Pada masa bergaungnya buku darwin, ahli botani Austria yang bernama Gregor
Mendel menemukan kaidah pewarisan sifat di tahun 1865. Meskipun kurang dikenal
hingga akhir abad itu, penemuan Mendel menjadi sangat penting awal 1900-an dengan
lahirnya ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom
ditemukan. Pada 1950-an, penemuan molekul DNA, yang menghimpun informasi
genetik, menempatkan teori evolusi pada krisis yang hebat, karena keluarbiasaaan
informasi dalam DNA, tidak mungkin diterangkan sebagai kejadian kebetulan.
Selauin semua perkembangan ilmiah ini, tidak ada bentuk-bentuk transisi, yang
diduga menunjukkan evolusi organisme hidup secara bertahap dari yang primitif menuju
spesies yang maju, yang pernah ditemukan walaupun dengan pencarian bertahun-tahun.

6. Existensi Tuhan
Kebenaran yang dicapai dengan melalui ilmu pengetahuan maupun filsafat hanya
kebenaran yang bersifat subyektif, kebenaran yang bersifat relative bukan kebenaran
yang hakiki. Karena perangkat yang digunakan untuk mencapai kebenaran tersebut diatas
memiliki keterbatasan dan kelemahan. Panca indera dan akal manusia memiliki
keterbatasan untuk mencapai pada kebenaran yang hakiki.
Dengan mengakui relativitas manusia sebagai bagian dari alam, akan membawa
konsekuensi logis, sesuatu yang tidak relative, yang berada “di luar” alam. Jadi “Ada”

18
sesuatu sebelum dan sesudah adanya alam. Ada sesuatu yang tak terjangkau panca indera
dan akalnya, “sesuatu” itulah yang mengawali dan mengakhiri kehidupan ini. “Sesuatu”
yang memiliki super power, yang menciptakan alam semesta beserta isinya, yang
mengelola dan mengatur ciptaannya. Terhadap “sesuatu” itu, orang menyebutnya dengan
“Tuhan”.
Banyaknya suku, bangsa, aliran, kepercayaan dan agama menimbulkan
banyaknya konsepsi akan ketuhanan dari masing-masing komonitas. Untuk melakukan
pendekatan akan pengetahuan mengenai Tuhan yang hakiki, kita perlu mengenal
karakteristik dari Tuhan yang bisa diakui secara obyektif, sebagai kebenaran universal.
Dari uraian bab sebelumnya dan pembahasan mengenai kelemahan ilmu
pengetahuan dan filsafat, kita telah ketahui pengetahuan akan kebenaran yang
dihasilkannya adalah subyektif, sifatnya relative. Maka Tuhan dalam arti sebenarnya
tentu tidak memiliki sifat relative, Tuhan yang tidak terjangkau, yang tidak dikenal
dengan akal pikiran manusia. Dia memiliki sifat Mutlak. Mutlak dalam segala kehendak
dan perbuatannya. Siapapun tak ada yang dapat mempengaruhi kehendaknya,
mempengaruhi perbuatannya, mempengaruhi keputusan-keputusannya. Karakteristik
demikian disebut Absolut (mutlak).
Karena karakternya mutlak, maka Dia tentu berbeda dengan keberadaan
makhluknya. Tak ada sesuatu yang dapat menyerupainya. Menyerupai dalam seluruh
sifat, dzat, kehendak dan perbuatannya. Karakteristik demikian disebut Distinct yang
artinya berbeda. Karena Tuhan berbeda dengan yang lain, maka Dia juga memiliki
karakter yang lain yaitu khas atau unique, artinya tak ada sesuatu yang menyamainya.
Demikianlah, Tuhan dalam arti yang sebenarnya memiliki karakter Absolut
(mutlak), Distinc (berbeda dengan lainnya) dan Unique (tak ada yang menyamainya).
Inilah karakteristik Tuhan yang sebenarnya.
Untuk mengenal existensi Tuhan, yang patut kita imani perlu kita teliti dan
cermati, dengan cara menganalisis agama atau kepercayaan Ketuhanan yang ada, apakah
memenuhi karakteristik Tuhan sebagaimana di atas.

19
Bab 3
Perbandingan Agama
Adanya agama atau kepercayaan yang jumlahnya lebih dari satu, menuntut kita
untuk memilih yang benar. Anggapan bahwa semua agama benar, secara logika tidaklah
mungkin. Adakah semua agama benar, jika beberapa konsep ketuhanan dan ajaran
masing-masing berbeda atau bahkan saling bertentangan? Tentulah tidak mungkin! Lalu
hanya satu saja yang salah, lainnya benar? Inipun tidak mungkin. Dalam logika yang bisa
diterima akal sehat, adalah satu benar dan lainnya salah. Lalu manakah diantara agama
yang ada itu yang benar?
Dalam upaya mendapatkan kebenaran yang bisa kita pilih untuk menjadi pedoman
dan tuntunan hidup, perlu dilakukan suatu kajian dengan menggunakan kriteria yang
dapat diterima akal sehat serta obyektif dalam penilaiannya.Untuk mengenal kebenaran
mutlak (Tuhan) bisa didapat hanya dengan informasi yang diberikan sendiri oleh Sang
Mutlak kepada manusia, mengenai dirinya melalui firman-firmanNya, yang dalam ajaran
agama terkumpul dalam sebuah Kitab Suci. Kitab suci adalah informasi, petunjuk dari
Tuhan sehingga iapun memiliki bobot kemutlakan juga karena bersumber dari kebenaran
yang sejati (mutlak).
Untuk dapat menguji dan menganalisis suatu ajaran agama, perlu dilakukan
pengkajian Kitab Sucinya, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya serta nabi atau
penerima wahyu/pembawa agama tersebut. Sebuah agama dapat dikatakan benar jika
memiliki konsep ketuhanan yang benar, dengan karakteristik Tuhannya memenuhi
kriteria absolute, distinc dan unique (ADU). Isi firman-firmannya benar dan
menginformasikan tentang konsep Ketuhanan tersebut. Konsep ajaran agamanya juga
menginformasikan mengenai masalah alam semesta dan manusia. Disamping itu,
penerima wahyu atau pembawa ajarannya pun orang yang kridible, memiliki kepribadian
yang suci dilihat dari sisi historisnya.
Marilah kita coba lakukan kajian dan analisis atas agama yang ada, secara rinci:
agama Hindu, Budha, Kong Hucu, Kristen dan Islam.

A. Agama Hindu
Agama Hindu adalah sebuah agama yang berasal dan berkembang di India.
Konsep ketuhanan agama Hindu pada awalnya adalah bertuhankan Brahma yang
mempunyai sifat wisnu (membangun, memelihara) dan syiwa (merusak). Namun dalam
perkembangannya dua sifat yang menyertainya itu menjadi “Tuhan” tersendiri yang
menyatu dalam konsep Trimurti. Trimurti terdiri dari Brahma (Dewa Pencipta), Wisnu
(Dewa Pemelihara) dan Syiwa (Dewa Perusak). Dengan demikian konsep awalnya adalah
monotheisme kemudian berubah menjadi polytheisme. Selain adanya Tuhan Trimurti
tersebut, dalam agama Hindu juga dikenal Dewa-dewa perantara, seperti Dewa Matahari,
Dewa Bulan, Dewa Angin, dan lain sebagainya.
Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda berasal dari kata vid artinya
mengetahui dari veda yang berarti pengetahuan yang suci/tinggi, kebijaksanaan tertinggi,
pengetahuan spiritual sejati tentang kebenaran abadi. Weda merupakan wahyu atau sabda
Tuhan yang disebut sruti, yang artinya didengar. Weda sebagai himpunan wahyu yang
berasal dari apurusya ( a = tidak, purusya = manusia)

20
Kitab Weda terdiri dari Regweda, Samaweda, Yayurweda dan Athawaweda. Kitab
ini menggunakan bahasa Sansekerta tinggi, dan tidak semua penganut agama Hindu
diperbolehkan membaca/mempelejari kita ini. Mengenai masalah ini, Gotama Risyi
pernah berkata : “Apabila seorang sudra kebetulan mendengarkan kitab Weda dibaca,
maka adalah kewajiban raja untuk mengecor dengan cor-coran timah ke dalam
kupingnya, dan apabila orang sudra membaca mantera-mantera Weda, maka raja harus
memotong lidahnya, dan apabila ia berusaha membaca Weda maka raja harus memotong
badannya (Gotama Smarti : 12)
Yang dipercaya sebagai penerima wahyu Tuhan dalam agama Hindu ini adalah
orang-orang suci yang disebut Rsi, Rsi menerima wahyu Tuhan dengan cara memandang
dan melihat. Rsi tidak hanya seorang tetapi jumlahnya ada tujuh orang Rsi, yaitu Rsi
Rrtsamada berhubungan dengan turunnya Rg veda Mandala II; Visvamitra berhubungan
dengan turunnya Rg veda Mandala III; Vamadeva berhubungan dengan Mandala IV Rg
veda; Atri dikaitkan dengan turunnya Mandala V Rg Veda; Bhradvaja berhubungan
dengan turunnya Mandala VI; Vasistha berhubungan dengan turunnya Mandala VII; dan
Kanva berhubungan dengan Mandala VIII Rg veda.
Pokok ajaran : tujuan agama Hindu adalah tujuan beragama atau darma, yaitu
mencapai pelepasan, kebebasan atau kesempurnaan roh (moksa) dan kesejahteraan
ummat manusia, kedamaian, kelestarian dunia (jagaddhita). Pengertian moksa adalah
kebebasan roh dari kehidupan duniawi atau pelepasan, bebas dari dosa.
Sebelum mencapai moksa, setiap orang akan mengalami reinkarnasi (kehidupan
kembali setelah kematian dalam wujud lainnya). reinkarnasi ini sangat ditentukan oleh
kehidupan sebelumnya. Jika baik kehidupannya akan mengalami Reinkarnasi menjadi
lebih baik dan sebaliknya jika buruk kehidupan sebelumnya, maka akan mengalami
reinkarnasi menjadi lebih buruk. Manusia yang berbuat jahat atau maksiat, akan terkena
karma di dunia ini dalam kehidupan berikutnya. Proses kehidupan yang tiada akhir ini
dalam ajaran Hindu disebut Samsara. Jika seseorang telah mampu memperbaiki diri
menjadi manusia sempurna, maka akan mencapai Moksa (Pelepasan Roh) dan
menyatunya jiwa atman dengan Brahman.

Analisis:
Konsep ketuhanan dalam agama Hindu dikenal dengan Tuhan Trimurti yang
terdiri dari Brahma, Wisnu dan Siwa dan adanya Dewa-dewa Perantara seperti Dewa
Matahari, Dewa Bulan, Dewa Angin, dan lain sebagainya. Dilihat dari konsep ketuhanan
yang demikian telah jelas tidak sesuai dengan criteria absolute. Tuhan terpersonifikasi
dalam Dewa yang banyak (polytheisme) maka tidak distinc dan karenanya tidak unique.
Kitab Suci Weda berdasarkan tinjauan diatas, maka tak dapat dipercaya sebagai
Wahyu dari Tuhan, juga dengan turunnya wahyu tersebut melalui banyak orang suci yang
dipertanyakan kemurniannya, karena mereka tak bisa secara jujur mengatakan yang
sebenarnya. Ajarannya mengenai reinkarnasi, secara akal sehat tak bisa dipercaya, karena
bertentangnya dengan realitas sebenarnya.
Dengan demikian agama Hindu tak bisa kita percaya sebagai agama yang benar
dan harus ditinggalkan.

21
B. Agama Budha
Asal usul agama Budha bersumber dari seorang laki-laki yang dikenal dengan
nama Siddharta Gautama, anak seorang raja atau pimpinan dari Suku Sakya dari sebuah
Negara kecil di bagian Utara India. Suddhodana, ayah Siddharta, memberikan
kesempatan kepada putranya untuk belajar dan berkembang, mengajarkan semua
keahlian yang harus dimiliki seorang pangeran. Sang ayah membawa guru terbaik dari
setiap bidang, yang mengajari Siddharta pelajaran Hindu Klasik. Untuk membahagiakan
anaknya, Suddhodana memanjakan Siddharta dengan memberikan segalanya yang dapat
ia berikan, termasuk istana indah dan hidangan lezat. Ia juga mengatur pernikahan
putranya dengan Yosadhara, putri yang paling cantik di kerajaan.
Harta benda dan kemewahan yang diberikan ayahnya ternyata tak bisa
membahagiakan Siddharta. Pikirannya juga terus bergejolak memikirkan penderitaan
manusia, tatkala suatu hari ia keluar dari Istana dan mendapati seorang lelaki yang kurus
kering karena sakit meminta-minta dan melihat seorang lelaki lain tua yang bungkuk,
gemetaran bersandar pada tiang di pinggir jalan. Dia menyadari bahwa kebahagiaan
kehidupannya hanyalah sementara.
Akhirnya pada usia 29 tahun, Sidharta meninggalkan istana, meninggalkan istri dan
seorang anak yang dicintainya. Ia bergabung dengan kelompok pertapa yang telah
meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebenaran tertinggi dengan menjadi
penganut Hindu. Dari guru yang satu ke guru yang lain tak mendapatkan cara untuk
menghapus penderitaan, akhirnya Siddharta memutuskan untuk berkelana seorang diri,
menjalani meditasi, melakukan pertapaan di hutan belantara, menyiksa diri dan akhirnya
duduk mematung hingga burung pun hinggap dan mematuki bahunya dan seekor tupai
meloncat di lututnya.
Menjalani pengembaraan dan pertapaan selama tujuh tahun, Siddharta tak
menemukan kebenaran yang dicarinya. Tiba-tiba dia menyudahi pertapaan itu dengan
meminum segelas susu dan makan nasi yang diberikan seorang wanita yang baik hati
ketika melihatnya. Ia kemudian duduk di bawah pohon Bodhi yang dikenal sebagai ‘ficus
religiosos’ (pohon kebijaksanaan), berniat untuk tidak meninggalkan pohon tersebut
sampai dia mendapatkan jawaban untuk mengatasi penderitaan.
Saat matahari terbit, Siddharta diterangi dengan cahaya kebijaksanaan yang berasal
dari tubuhnya sendiri. Seluruh pertanyaannya terjawab dengan jelas. Ia mengalami
realisasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, penghentian dari pendeitaan,
pemahaman intuisi terhadap kehidupan dan kematian. Ia bangkit dengan pancaran sinar
dan kuat, penerangan sempurna. Sejak itu, Siddharta Gautama dikenal sebagai Buddha.
Dari uraian dan penjelasan histories munculnya agama Budha, menunjukkan bahwa
konsep ketuhanan agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam agama ini
telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha.
Kitab suci agama Buddha bernama Tripitaka, yang mana kitab ini terhimpun dari
pidato Buddha, yaitu Windyapittaka (peraturan hidup), Sutrantapittaka
(wejangan/pelajaran Buddha) Abbidharmapittaka (soal keagamaan). Ajaran Agama
Budha adalah dua hal, yaitu Aryasatyani (kebenaran yang utama) dan Paratyasamutpada
(rantai lingkaran sebab akibat).
Menurut Buddha, hidup ini adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu,
penderitaan dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat
dibuang dengan delapan cara (astaweda), yaitu kepercayaan yang kuat dan benar, niat

22
dan pikiran yang benar, perkataan yang benar, kelakuan yang benar, penghidupan yang
benar, tindakan yang benar, perhatian yang benar (tidak boleh terkena pengaruh
sedih/senang) Semedi (pemusatan pikiran) yang benar.
Dalam Aryasatyani juga diterangkan, bahwa hidup adalah penderitaan, akibat dari
nafsu, maka nafsu harus ditindas. Tetapi nafsu ini timbul karena kebodohan, sehingga
kebodohanlah yang harus ditindas terlebih dahulu. Dengan demikian terhentilah hidup
yang terjalin karena penderitaan, tinggal hidup yang abadi. Orang-orang yang yang telah
mencapai hidup yang abadi ini tidak akan menitis kembali di atas bumi karena telah
masuk nirwana.
Apabila dicermati, sebenarnya ajaran ini bukanlah merupakan suatu agama,
karena kitab suci yang seharusnya memberikan informasi dari TuhanNya mengenai
konsep ketuhanan, mengenai utusanNya telah gugur bila diukur dengan kaidah-kaidah
kebenaran. Apalagi dengan kitabnya.

Analisis:
Konsep ketuhanan dalam agama Budha tidaklah jelas, karena sang Buddha dalam
agama ini telah menjadi guru sekaligus Tuhan sesembahan bagi penganut Buddha. Dalam
agama ini juga dikenal banyak Dewa disamping Sang Budha, sehingga termasuk dalam
agama polytheisme. Dengan demikian Tuhan dalam agama Buddha tidak distinc dan
karenanya tidak unique.
Kitab Suci Tripittaka merupakan kumpulan pidato dan konsep-konsep kebijakan
dari Sidharta Gautama setelah dianggap mencapai penerangan yang sempurna (Buddha),
bukan merupakan wahyu yang datangnya dari Tuhan yang absolute, distinc dan unique.
Tidak menjelaskan mengenai konsep ketuhanan maupun informasi mengenai alam
semesta.
Pembawa agama ini adalah seorang manusia yang meninggalkan kehidupan
duniawinya dengan hidup menderita, bertapa, menyiksa diri, melakukan meditasi untuk
mendapatkan kebenaran sejati. Cara-cara yang dilakukan dengan menjauhkan diri dari
kehidupan dunia justru bertentangan dengan hasrat terdalam manusia untuk
memanfaatkan alam semesta ini.
Ajaran pokoknya adalah penderitaan, penderitaan akibat hawa nafsu, penderitaan
dapat dibuang dengan jalan membuang hawa nafsu, dan hawa nafsu ini dapat dibuang
dengan delapan cara (astaweda). Konsep demikian merupakan hasil dari pemikiran dan
meditasi sehingga lebih menyerupai konsep filsafat bukan agama yang sebenarnya.
Dengan demikian agama Buddha tak bisa kita percaya sebagai agama yang benar
dan harus ditinggalkan.

23
C. Agama Kristen
Ajaran Kristen mempunyai kaitan erat dengan ajaran Nabi Musa dengan kitabnya
Taurat dan ajaran Nabi Isa dengan kitabnya Injil, karena itu perlu diketahui terlebih
dahulu mengenai ajaran Yahudi dan ajaran Nasrani yang secara ringkas dapat dijelaskan
sebagai berikut :

1. Ajaran Yahudi.
Sewaktu Bani Israil bermukim di Mesir sejak Nabi Yusuf hingga Nabi Musa
selama lebih dari 400 tahun, Bani Israil makin tidak mengenal Tuhan yang Esa lagi, dan
sebagai puncaknya pada zaman Musa/Ramses II. Dengan mu’jizat Musa yang hebat itu,
Bani Israil kembali ke agama Tauhid. Namun setelah Musa berkhalwat di bukit Sinai,
didapatinya Bani Israil tersebut telah berbalik, yaitu menyembah anak lembu yang terbuat
dari emas. Ini membuktikan bahwa mu’jizat Musa telah mulai pudar. Setelah Musa tidak
ada, kitab Taurat sebagai ajaran dari Musa dikotori oleh tangan-tangan Yahudi, sehingga
memindahkan kedudukan Allah dan selanjutnya kitab itu diganti dengan kitab Talmud,
yaitu kitab yang berisi tafsiran kitab Taurat yang berisi 34 kitab tebal. Dan kitab Talmud
itulah yang kemudian dipakai sebagai pegangan utama Bani Israil. Jadi bolehlah
dikatakan bahwa pengaruh dari mu’jizat Musa telah lenyap.
Sejak 63 tahun sebelum Masehi, Palestina dikuasai oleh kaisar Pompanyus dari
Romawi, dan akhirnya orang-orang Yahudi meniru-niru kebiasaan gaya hidup orang
Romawi, sehingga penyelewengan Bani Israil, terutama Yahudinya, telah melampaui
batas, diantaranya di dalam Baitul Maqdis dijadikan tempat maksiat yang luar biasa.

2. Ajaran Nasrani
Pada saat kehidupan agama Yahudi yang sangat kritis di tempat itu, turunlah Isa
AS untuk menyelamatkan umat. Dengan mu’jizatnya yang hebat dalam waktu tiga tahun
tiga bulan lebih tiga hari, berpuluh Bani Israil kembali ke agama tauhid. Imam-imam
jahat Yahudi yang biasanya memeras umatnya untuk kepentingan duniawi, kini tidak
dapat berkutik lagi. Karena rasa amarahnya yang sangat, maka imam-imam jahat itu
kemudian memfitnah Nabi Isa AS hingga pengikutnya murtad secara masal. Setelah Isa
AS tidak mempunyai kekuatan yang berarti maka imam-imam tadi dibantu oleh laskar
Romawi, berusaha membunuh dan menyalib Nabi isa AS, maka terjadilah peristiwa salib
yang misterius itu. Jika toh ada yang mengimani ajaran Isa yang tauhid itu diketahui oleh
kaisar, sehingga mereka dikejar-kejar dan lari menyembunyikan diri di dalam gua dan
tertidur di sana selama 309 tahun seperti tersebut dalam Al-Quran surat Kahfi. Jadi
dapatlah dimengerti kalau pada waktu itu agama tauhid sedang tidak ada.

3. Paulus dan Gerakannya


Paulus yang lahir sepuluh tahun setelas Isa AS itu adalah anak dari seorang bapak
Yahudi dan ibu Romawi. Ia lahir di kota Tarsus di pulau Kilika, sebuah kota Hellinisme,
tempat bercampurnya peradaban Barat dan Timur, termasuk agama dan bermacam-
macam kepercayaan. Ia memasuki sekolah agama di kota itu dan agama yang dipeluknya
adalah Oepheus, sebagai agama yang bertuhan kepada Zeus sebagai Bapak, Zagreus
sebagai Tuhan Putra yang mati disalib dalam rangka penebus dosa/ menyelamatkan umat
dari dosa. Mendengar bahwa di Palestina ada peristiwa salib atas diri Isa AS (Yesus),
sementara baginya tersalibnya anak Tuhan merupakan tonggak kepercayaan baginya,

24
maka ia pergi ke Yerusalem di negeri Palestina. Disana ia belajar kitab Taurat dan kitab
Nabi lain kepada Imam Gamaliel. Disamping itu ia mempelajari ajaran-ajaran yang
ditinggalkan Nabi AS. Ia termasuk anak yang cerdas sehingga dalam waktu yang singkat
dapat menguasai ajaran dari Gamaliel dan ia menjadi orang penting bagi Gamaliel.
Sewaktu diutus ke Damsyik (Damaskus) untuk menangkap sisa-sisa pengikut Isa
AS, sekonyong-konyong terjadfi peristiwa yang mengubah jalan sejarah agama. Karena
perjalanan itu sangat jauh maka sewaktu sampai di Damaskus, ia amat lelah dan rebah
(tidur). Setelah bangun dari rebah ia bercerita kepada pengikutnya bahwa ia bertemu
dengan Yesus sewaktu rebah tadi, dan ia diangkat jadi Rasul.
Sejak itu ia mengajarkan bahwa Yesus itu Tuhan yang kehadirannya di dunia ini
untuk disalib dalam rangka menyelamatkan orang-orang yang beriman. Ajaran Paulus ini
ditentang oleh murid-murid Yesus yang banyaknya 12 orang, namun Paulus terus
melakukan propaganda. Karena daerah operasinya di daerah yang pada umumnya
merupakan daerah paganisme (kepercayaan dan pemujaan kepada dewa-dewa) yaitu
Antiochia, dimana kebanyakan orang-orangnya memuja dewa Mithra (dewa yang mati
dibunuh dalam rangka menebus dosa). Setelah setahun ia mengajar di sana, kemudian
lahirlah agama Kristen (Kisah Rasul-rasul 11 : 26).
Atas dasar ini, maka orang-orang barat yang melakukan penyelidikan dan jujur
mengatakan bahwa agama Kristen itu bukan ciptaan Tuhan, juga bukan didirikan
Yesus/murid-murid Yesus. Jadi kira-kira 15 tahun dari peristiwa salib yang misterius itu,
yaitu pada tahun 48 Masehi lahirlah agama Kristen yang disamping percaya kepada Allah
juga percaya kepada Kristus (Sang Kristus = Yesus).

4. Konsep Ketuhanan
Umat Kristen beriman kepada Tuhan Bapa atau Tuhan Allah, Tuhan Putra, atau
Firman atau Yesus atau dikenal juga sebagai Isa Almasih dan Roh Kudus atau Malaikat
Jibril. Konsep ini disebut sebagai doktrin Trinitas. Dasar dari keyakinan demikian
dijelaskan dalam Injil Yohanes, 5 : 7 – 8 --- ”Sebab ada tiga yang memberikan kesaksian
di dalam sorga : Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga
yang memberikan kesaksian di bumi : Roh, darah dan air dan ketiganya adalah satu.”
Dan Injil Matius, 28 : 19 --- ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”
Demikianlah, doktrin yang telah ditanamkan terhadap umat Kristiani sejak
mereka kecil hingga besar untuk menerima keyakinan dan konsep tersebut tanpa adanya
suatu pertanyaan dan sanggahan yang kritis terhadapnya.

5. Kitab Suci Umat Kristen


Kitab suci umat Kristen disebut Bible atau Byble atau Gospel dan masih banyak
lagi sebutan yang lain. Kitab tersebut terdiri dari kitab-kitab :
a. Kitab Perjanjian Lama, yaitu kitab-kitab yang ditulis sebelum masehi yang meliputi :
Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan.
Kelima Kitab ini dahulunya hanya berupa sebuah kitab saja yang dikenal dengan
Kitab Taurat. Selain itu adalah Kitab nabi Yesayas, dan lain-lainnya.
b. Kitab Perjanjian Baru, yang berisi kitab-kitab Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas,
Injil Yahya, Kitab Rasul-rasul kaya Lukas, Surat-surat Paulus dan Kitab Wahyu.

25
Perlu dijelaskan disini bahwa, Markus adalah pembantu Paulus (Timotius 4:11),
Lukas adalah tabibnya Paulus (Kolese 4 : 14). Matius dan Lukas menulis Injil dengan
mengambil bahan dari Markus. Jadi selain Yahya surat-surat lain dan Kitab Wahyu adalah
karya Paulus dan orang-orang yang telah kena pengaruhnya.
Bibel yang kita jumpai sekarang ini, pada zaman dahulu belum ada. Kitab Taurat
ditulis kira-kira 1200 tahun sebelum masehi. Dan Kitab terakhir dan Perjanjian Baru
(Kitab Wahyu) ditulis sekitar tahun 105. Kitab Injil Markus ditulis dalam bahasa Yunani
dan kemudian disalin, dan salinan ini kemudian disalin lagi.
Kini tulisan Markus dan salinan yang pertama telah tiada, yang ada hanya salinan
kedua. Bibel dijadikan berpasal-pasal oleh Hugo pada tahun 1236 dan kemudian
dijadikan berayat-ayat oleh Robertus pada tahun 1551. Jadi Bibel dalam ujud seperti yang
sekarang ini dibentuk dalam waktu 551, yuitu dari tahun 1200 SM hingga 1551 M.
Bahwa isi Bibel banyak yang irasional dan bertentangan, memang telah diakui banyak
sarjana.

Analisis:
Konsep ketuhanan dalam agama Kristen atau Katholik adalah Trinitas,
mempercayai adanya Tuhan Bapa, Tuhan Putra dan Roh Kudus. Konsep Ketuhanan
demikian menunjukkan bahwa konsep ketuhanannya adalah monoteisme, bukan
poleteisme. Walau umat Kristen yakin dengan konsep Trinitas ini, ternyata konsep itu ada
dalam Injil ”The King James Version”, yang diresmikan pada tahun 1611, dan menjadi
bukti paling kuat tentang doktrin trinitas. Tetapi sekarang bagian ini, ”Bapa, Firman dan
Roh Kudus dan tiga ini adalah satu,” telah dihapus dalam Revised Standard Version
cetakan 1952 dan 1971 dan juga dalam banyak kitab lainnya sehingga perubahan ini jelas
telah mempengaruhi teks Yunani. Injil Yohanes 5 : 7-8, dalam The New American
Standard Bible, berbunyi : ”Dan rohlah yang bersaksi karena Roh adalah benar. Karena
ada tiga yang bersaksi, Roh, air dan darah dan ketiganya sudah sepakat. ” juga dalam
The New Word Translation of Holy Scriptures, digunakan oleh kesaksian Jehovah,
ditemukan penjelasan : ”Karena ada tiga yang bersaksi : Roh, air dan darah dan
ketigany dalam kesepakatan.” Isi ayat tersebut telah dirubah dan digantikan, namun
banyak Pendeta, Pengkhotbah dan Umat Kristiani yang tidak menyadari tentang masalah
ini.
Disamping itu Doktrin Trinitas bukanlah Ayat Al-Kitab. Kata Trinitas ini tidak ada
dalam Al-Kitab atau kamus-kamus Al-Kitab. Trinitas juga tidak pernah diajarkan atau
disabdakan Yesus. Tidak ada dasar atau bukti dalam Al-Kitab untuk membenarkan hal
itu.Lebih jelas lagi dengan mencoba memahami karakteristik Tuhan yang Absolut,
Distinct dan Unique, maka konsep Trinitas dalam agama Kristen ataupun Katolik tidak
masuk dalam kategori Tuhan yang sejati.
Kitab Suci Agama Kristen yaitu Bibel atau dikenal sebagai Perjanjian Lama dan
Injil atau Perjanjian Baru, keduanya telah mengalami perubahan-perubahan dan
kesepakatan-kesepakatan. Ini terjadi pada saat Konsili Nicaea (325 M), Konsili
Chalcedon (451), The King James James Version (1611), Standard Version (cetakan 1952
dan 1971) dan perubahan-perubahan lainnya yang dilakukan hingga saat ini. Kitab
demikian tak terjamin aotentisitasnya, dan sumber kitab suci ini bukan merupakan
firman-firman Tuhan langsung. Sehingga tak bisa dijadikan pedoman sebagai kitab suci
sebuah agama.

26
Pembawa ajaran Kristen ini adalah Yesus sebagai penerima Wahyu dari Tuhan
dalam ajaran Nasrani dan berubah menjadi agama Kristen yang dibawakan oleh Paulus
yang mengaku sebagai Rosul. Dimana jarak kehidupan Yesus (Isa Al-Masih) dengan
Paulus selama sekitar 10 tahun dan Paulus tak pernah bertemu dengan Yesus (Isa Al-
masih) secara langsung. Penyampai dari Injil tersebut adalah Markus adalah pembantu
Paulus (Timotius 4:11), Lukas adalah tabibnya Paulus (Kolese 4 : 14). Matius dan Lukas
menulis Injil dengan mengambil bahan dari Markus. Jadi selain Yahya surat-surat lain
dan Kitab Wahyu adalah karya Paulus dan orang-orang yang telah kena pengaruhnya.
Konsep Ajaran Kristen dikenal dengan 10 perintah Tuhan ajaran yang baik,
karena perintah dari Tuhan kepada nabi Musa maupun nabi Isa. Konsep Ajaran lainnya :
adalah (a) adanya dosa waris; Adam dan Hawa makan buah kholdi akhirnya diturunkan
dari surga, (b) penciptaan manusia sebagai kecelakaan, Roh Allah dibungkus oleh tanah
yang kotor, (c) Lewat Roh Kudus dan Bunda Maria, lahir Isa Almasih sebagai Putra
Tuhan dan menebus dosa manusia dengan disalib, (d) Setelah ditebus dosanya, untuk
membalas dan penghormatan pada Yesus harus bersedia dibaptis, menjadi orang yang
selamat (e) Mereka yang belum dibaptis adalah para domba yang harus diselamatkan.
Dari seluruh konsep ketuhanan, kitab suci, pembawa ajaran dan ajaran pokok dari
Agama Kristen ini, merupakan konsep manusia yang telah diubah-ubah. Sehingga tidak
bisa dijadikan agama yang patut untuk diyakini dan diimani.

D. Agama Islam

Agama Islam datang dan lahir dimulai di jazirah Arab, tepatnya di kota Makkah,
dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang diawali dengan diterimanya wahyu pertama di
gua Hiro pada malam hari di bulan Ramadhan, ketika beliau melakukan takhanuts
(menyendiri untuk berkomunikasi dengan Tuhan). Saat itu beliau berumur sekitar 40
tahun, pada tahun 609 M, datanglah malaikat Jibril ke hadapannya menyampaikan wahyu
dari Allah.
“Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang menjadikan. Ia menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Mulia, yang mengajarkan dengan
qalam. Diajarkannya manusia apa yang tidak diketahu. “ (QS. Al-Iqro, 96 : 1-5)
Wahyu yang pertama ini kemudian dilanjutkan secara bertahap selama sekitar 23 tahun,
yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad ini
berupa informasi-informasi, solusi-solusi atas setiap permasalahan, kisah-kisah manusia
dan kaum terdahulu maupun yang akan datang dan ajaran-ajaran agama Islam, yang
secara keseluruhan merupakan kitab suci agama Islam dan disebut Al-Quran. Dalam kitab
ini diinformasikan secara detail mengenai konsep ketuhanan, alam semesta dan mengenai
manusia sendiri.
Bagaimana Al-Quran sebagai kalamullah (wahyu dari sang Mutlak) bicara
mengenai konsep ketuhanan dalam Islam? Dalam Al-Quran, Tuhan memperkenalkan
dirinya sendiri melalui firmanNya.
“Sesungguhnya aku ini adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah
Aku. Dan dirikanlah sholat untuk mengingatku.” (QS. Thoha, 20 :14)

Allah memiliki sifat-sifat seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Ikhlas:

27
“Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepadaNya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan
tidak seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash, 112 : 1-4)
Allah swt adalah Tuhan pencipta alam semesta, langit dan bumi serta isinya. Dia
yang memelihara dan mengatur seluruh makhluknya. Kepunyaan Allahlah semua yang
ada di langit dan bumi, semua tunduk dan patuh pada aturan Allah swt. Dia ada sebelum
semua ada. Pun Dia ada setelah semua binasa. Allah adalah Yang Awal, Yang Akhir, Yang
Dhohir dan yang Bathin. Sebagian sifat-sifat Allah tersebut tercantum dalam ayat-ayat
dari Al-Quran sebagai berikut :
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepun Dialah Yanag Awal dan Yang
Akhir, Yang Zhahir dan Yang bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemidan Dia
bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa
yang keluar daripadanya dan yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.
Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamui kerjakan.” (QS. Al-Hadid, 57 : 1-4)
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebenaran dan kemuliaan (QS. Ar-Rahman, 55 : 26-27)
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu, tidak ada
Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang
Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-An’am 6 : 102-103)
Demikianlah Al-Quran menginformasikan tentang konsep ketuhanan dalam Islam.
Selanjutnya bagaimana informasi yang Allah sampaikan mengenai Kitab Suci Al-
Quran? Al-Quran merupakan kitab yang berisi kebenaran yang datang dari Tuhan sebagai
peringatan kepada seluruh umat manusia. Al-Quran berisi petunjuk bagi orang-orang
yang bertaqwa. Menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi
kaum muslimin. Hal ini ditunjukkan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut :
“… Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar
kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang
yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat
petunjuk.” (QS. As-Sajdah, 32 : 3)
“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.” (QS. Al-Baqoroh, 2 :2-3)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (QS. An-Nahl, 16 : 89)
Isi Al-Quran tidak akan dapat dirubah oleh siapapun, meski semua manusia
maupun jin berhimpun membuat kitab yang sama dan Allah senantiasa menjaga
keberadaan Al-Quran ini. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat berikut ini :

28
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan
adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimatNya dan Dialah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al- An’am, 6 : 115)
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu sebagian yang lain. (QS. Al-Israa’,
17 : 88).
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr, 15 : 9)
Sementara itu informasi mengenai pembawa risalah, atau utusan yang menerima
Wahyu dari Allah untuk disampaikan pada umatnya, Al-Quran menjelaskan bahwa
terhadap kaum Bani Israil, Nabi Isa telah menyampaikan akan keberadaan dirinya
sebagai utusan Allah dan kelak akan datang sesudahnya Nabi terkakhir yang bernama
Muhammad saw. Muhammad saw merupakan seorang rosul dan para pengikutnya saling
berkasih sayang satu sama lainnya. Hal ini terlihat pada ayat-ayat berikut :
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata : “Hai Bani Israil, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku,
yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rosul yang
akan dating sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata :
“Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. Ash-Shaff, 61 : 6)
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul. Sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rosul.” (QS. Al-Imran, 3 : 144)
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi dia adalah Rosulullah dan penutup nabi-nabi. Dia adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 40)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”
.(QS. Al-Fath, 48 : 29).
Kehadiran Nabi Muhammad saw turun di muka bumi menjadi utusan Allah untuk

memberi peringatan kepada semua manusia seluruh alam. Maka kita sebagai umat

Muhammad saw dituntut untuk mengikutinya dan menjadikan beliau sebagai tauladan

agar kita mendapatkan kebahagiaan dunia hingga akhirat. Al-Quran menjelaskan hal ini

dalam ayat-ayat berikut :

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS.
Saba’ , 34 : 28)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu.” (QS. Al-Ahzab, 33 : 21)
Ajaran Pokok Islam dapat dikelompokkan dalam aqidah (tauhid), syariah dan
akhlak. Yang dimaksud dengan aqidah menurut etimologi (asal kata) adalah ikatan,

29
sangkutan, sedangkan menurut terminology (istilah) makna aqidah adalah iman,
keyakinan. Aqidah memiliki makna yang lebih luas sebagai keyakinan atau keimanan
seseorang terhadap agama dan ajarannya, yang menjadi dasar bagi aktivitas dalam
kehidupannya. Pembahasan tentang aqidah selalu terkait dengan Rukun Iman yang
meliputi : (1) Iman kepada Allah, (2) Iman kepada malaikat-malaikatNya, (3) Iman
kepada kitab-kitabNya, (4) Iman kepada rasul-rasulNya, (5) Iman kepada hari
kiamat/akhirat, (6) Iman kepada qadha dan qadar.
Pembahasan tentang aqidah dilakukan dalam Ilmu kalam, yakni ilmu hasil
penalaran atau ijtihad manusia yang membahas dan menjelaskan tentang kalam Ilahi
(emengenai aqidah) atau juga disebut ilmu tauhid karena membahas dan menjelaskan
(terutama) tentang ke-Esaan Allah (tauhid), atau meminjam istilah asing, kini sering
dipergunakan istilah teologi yakni ilmu tentang ketuhanan.
Menurut etimologi, Syariah adalah jalan (ke sumber atau mata air) yang harus
ditempuh (oleh setiap umat Islam). Menurut terminology (istilah), syariah adalah system
norma (kaidah) Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan sesama manusia dalam kehidupan social, hubungan manusia dengan benda dan
alam lingkungan hidupnya. Kaidah yang mengatur hubungan langsung manusia dengan
Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah yang disebut juga kaidah ibadah murni
(mahdloh), kaidah yang mengatur hubungan manusia selain dengan Allah (dengan
sesame manusia dan dengan alam lingkungan) disebut kaidah mu’amalah. Disiplin ilmu
yang hkusus membahas dan menjelaskan syari’ah disebut ilmu fikih.
Akhlak ialah sikap yang menimbulkan kelakuan baik atau buruk. Berasal dari kata
khuluk yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak, budi pekerti manusia terhadap
Khalik (Pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan). Karena itu dalam garis
besarnya ajaran akhlak berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia terhadap Khalik,
yakni Allah swt dan terhadap sesame makhluk (segala yang diciptakan oleh Khalik itu).
Sikap terhadap sesama makhluk dapat dibagi dua yaitu pertama, akhlak terhadap
sesame manusia yakni diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat. Kedua, akhlak
terhadap makhluk bukan manusia yang ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut
terakhir ini (akhlak terhadap bukan manusia) dapat dibagi lagi menjadi akhlak terhadap
tumbuh-tumbuhan, terhadap hewan dan terhadap bumi dan air serta udara di sekitar kita.
Akhlak manusia terhadap Allah dibahas dan dijelaskan lebih dalam oleh ilmu tasawuf,
sedang akhlak manusia terhadap sesame ciptaan Allah dibahas dan dijelaskan oleh ilmu
akhlak.

Analisis:
Konsep ketuhanan dalam agama Islam sangat jelas adalah monoteisme,
memenuhi karakteristik adu. Absolut (112:2; 6:102-103; 57 : 1-6; 55 : 26-27), Distinct
(112:1; 2:163; 20:8) dan Unique (42:11; 112:2-3; 2:255)
Al-Quran sebagai kitab suci Al-Quran merupakan kitab yang berisi kebenaran
yang datang dari Tuhan sebagai peringatan kepada seluruh umat manusia. (32:3), Al-
Quran berisi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. (2:2-3), menjelaskan segala
sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi kaum muslimin. (16:89) Isi Al-Quran
tidak akan dapat dirubah oleh siapapun (6:115), meski semua manusia maupun jin
berhimpun membuat kitab yang sama (17:88), dan Allah senantiasa menjaga keberadaan

30
Al-Quran ini (15:9). Dalam kitab suci Al-Quran ini berisi dan menjelaskan mengenai
konsep ketuhanan maupun informasi mengenai alam semesta.
Pembawa risalah agama Islam adalah Nabi Muhammad saw, seorang manusia
terpilih keturunan Nabi Ibrahim AS, yang akhlak dan kepribadiaannya terjaga sejak kecil
dan oleh kaumnya mendapat gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya), sebelum beliau
diangkat menjadi Nabi. Muhammad saw merupakan seorang rosul dan para pengikutnya
saling berkasih sayang satu sama lainnya (48:29). Muuhammad adalah seorang rosul,
melanjutkan risalah nabi-nabi sebelumnya (3:144), Diutusnya Nabi Muhammad saw
sebagai Nabi terakhir (33:40), ajaran yang dibawa Beliau adalah Rahmat bagi semesta
alam (21:107) dan Beliau merupakan teladan bagi pengikutnya (33:21)
Ajaran Pokok Islam dapat dikelompokkan dalam aqidah (tauhid), syariah dan
akhlak. Ketika kelompok ajaran Islam tersebut saling terkait dan secara keseluruhan
membahas konsep Islam mengenai Tuhan, alam dan manusia, yang akan dibahas lebih
lanjut dalam kajian pada bab berikutnya.

31
Bab 4
Pengantar Hidayah
Dalam diri manusia Allah telah melengkapinya dengan instrumen untuk
mendapatkan kebenaran, yaitu insting, panca indera, dan akal atau ilmu pengetahuan.
Insting merupakan gerakan reflek untuk menangkap fenomena alam dan langsung
memberikan tanggapan atasnya. Dengan kemampuan insting tersebut, seseorang bisa
melakukan pendekatan untuk memahami akan kebenaran. Panca indra yang dimiliki
seseorang juga bisa menjadi alat untuk mengenal dan menangkap fenomena alam dan
realitas alam semesta sebagai bagian dari ciptaan Allah swt. Akal sebagai alat untuk
berpikir juga bisa digunakan untuk memikirkan proses penciptaan alam semesta dan
mengenal sang Pencipta itu sendiri. Dengan akal juga manusia memperoleh ilmu
pengetahuan yang memungkinkan seseorang untuk bisa mengenal dan memahami sebuah
kebenaran. Namun keseluruhan itu tak akan mengantarkan sesorang untuk mengenal
Allah swt dengan sebenarnya, tanpa hidayah iman yaitu keyakinan yang Allah masukkan
dalam hati seseorang untuk menerima dan mengakui kebenaran mutlak. Allah swt akan
memberikan hidayah iman pada sesorang yang dia kehendaki dan menyesatkan siapa
yang kehendakinya.
Apa itu hidayah? Hidayah adalah petunjuk dari Allah yang akan membuat
seseorang meyakini Allah dan juga ajaran agama Islam, yang akan mendorong orang
tersebut untuk mengamalkan ajaran dan nilai–nilai kebenaran yang ada dalam ajaran
agama Islam.
Adalah merupakan kewenangan bagi Allah untuk memberikan ataupun mencabut
hidayah iman itu bagi hambanya yang bernama manusia. Siapapun tidak dapat
memberikan hidayah pada seorang manusia, meskipun terhadap orang-orang yang
dikasihinya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam firmannya:

”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang-orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya …”. (QS
28 : 56)

Meskipun seorang nabi atau utusan Allah, dia tidak dapat memberikan hidayah
pada umatnya ataupun keluarganya. Kisah Nabu Nuh memberika pelajaran bagi kita,
bagaimana ketika dia menemukan kenyataan anaknya Kan’an dan istrinya tidak mau
mengikutinya dan justru menantangnya. Pada saat banjir menimpa umat nabi Nuh, beliau
telah menyiaupkan perahu bagi umatnya beriman untuk diselamatkan. Tatkala beliau
memerintahkan anaknya dan istrinya untuk menumpang perahu tersebut mereka menolak
dan akhirnya ditenggelamkan oleh Allah dalam banjir tersebut bersama umat Nuh yang
tidak mau menerima risalah Nabi Nuh untuk beriman pada Allah swt.
Hal yang sama terjadi pada Nabi Muhammad, tatkala beliau menginginkan agar
Abu Tholib, pamannya yang sempat mengasuhnya pada saat dia remaja, tak juga bersedia
untuk mengucapkan kalimat toyibah Laa ilaaha illallah, beriman pada Allah swt. Hingga
akhir hayatnya, Abu Tholib tak juga masuk Islam. Paman nabi, Abu Lahab bahkan
menentang dan memusuhi nabi karena mendakwahkan kebenaran, Al-Islam.

32
Meskipun para nabi menginginkan agar semua manusia di bumi ini dapat
menerima ajakan untuk beriman pada Allah, namun tidak semua manusia mau beriman.
Bahkan Alquran juga menjelaskan, hanya sebagian kecil manusia dibumi ini yang
beriman pada Allah. Hal ini tersirat dalam firman Allah :

“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat
menginginkannya …” (QS 12 : 103)

Dan dalam ayat lain Allah menegaskan:

“Dan jikalau Tuhan-mu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya beriman
semuanya?? …” (QS 10 : 99)

Orang yang mendapatkan hidayah dari Allah adalah orang-orang yang terpilih,
orang-orang yang diselamatkan dari adzab neraka dan orang-orang yang dimuliakan oleh
Allah. Karena itu hidayah iman merupakan sebuah kenikmatan yang besar. Jika Allah swt
telah menghendaki seseorang mendapatkan hidayah iman, maka siapapun tak dapat
menghalanginya. Sebagaimana dijelaskan firmanNya:

“Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia beriman tat kala datang petunjuk
kepadanya, …” (QS 17 : 94)

Maka tatkala datang petunjuk pada seorang budak bernama Bilal ra, meskipun

majikannya tidak menginginkan dan memaksakan agar dirinya murtad dari Islam untuk

kembali menyembah berhala, namun Bilal tetap bertahan untuk dalam keimanannya.

Meskipun sang majikan menyiksanya dengan menidurkannya di padang pasir yang panas

dan ditindih batu pada tubuhnya, namun Bilal ra tetap mengatakan ahad … ahad … ahad

yang artinya dia tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah yang Ahad itu.

Demikianlah maka beruntunglah orang-orang yang mendapatkan petunjuk (hidayah) iman dari Allah swt, mereka akan
tetap dalam keimanannya. Dan orang-orang yang disesatkan oleh Allah mereka adalah orang-orang yang merugi baik di dunia maupun
di akhirat. Allah berfirman:

“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka
merekalah orang-orang yang merugi.” (QS 7 : 178)

A. Hidayah Iman Harus Diusahakan.

33
Meski hidayah iman merupakan pemberian dan karunia Allah swt, namun
manusia mempunyai kewajiban untuk mengusahakan datangnya hidayah bagi diri
pribadi, keluarga, masyarakat lingkungan bahkan bagi manusia seluruh alam.
Apa yang perlu diusahakan untuk mendatangkan hidayah iman tersebut? Dalam
uraian berikut akan dibahas usaha-usaha yang perlu dilakukan, agar hidayah iman dari
Allah swt turun dan bertebaran di alam semesta.

1. Taubat
Sebagai makhluk yang lemah, manusia terkadang khilaf melakukan dosa dan
kemaksiatan. Kesadaran akan perbuatan dosa dan maksiat yang telah dilakukan dan
menetapkan janji untuk tidak melakukannya lagi merupakan langkah awal bagi seseorang
untuk menyongsong datangnya hidayah. Taubat adalah sebuah amalan hati atas
pengakuan dosa dan kemaksiatan yang dilakukan seseorang dengan memohon ampunan
(istighfar) kepada Allah swt dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
Inilah langkah awal untuk mengusahakan datangnya hidayah iman dari Allah swt.

2. Berdekatan Dengan Para Sholihin


Melakukan taubat berarti sekaligus berhijrah dari komunitas pergaulan (lingkungan)
seseorang selama ini. Lingkungan tempat seseorang berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari akan berpengaruh dalam cara pandang, pola pikir dan perilaku (akhlak) orang
tersebut. Agar memiliki pola pikir dan akhlak yang mulia harus dimulai dengan mencari
lingkungan yang baik dan mulia. Lingkungan yang mulia dalam pandangan Allah swt
adalah lingkungan para kekasihNya (majlis wali Allah), yakni majlisnya para nabi,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Mereka adalah para
sholihin, orang-orang yang mentaati Allah dan Rosulnya, yang senantiasa konsisten
menjaga ucapan, perbuatan dan ahklaknya dengan akhlaqul karimah, akhlak yang mulia.
Dengan berdekatan dengan orang-orang sholih ini maka kita akan mendapatkan pengaruh
positifnya. Energi yang terpancar dari orang-orang sholih akan menebar dan mengenai
mereka yang ada di dekatnya sebagai energi Ilahi yang positif.
Begitulah jika seseorang berada dalam lingkungan orang-orang sholih, maka tak lama
lagi orang tersebut akan dapat mengikuti jejak dan langkahnya. Percikan hidayah iman
akan bisa didapatkan dengan berdekatan danberkumpul dengan para sholihin.

3. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah kewajiban. Maka dengan mengkaji dan
mempelajari ilmu akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Hidayah iman adalah
pengetahuan dan pemahaman akan Allah swt sebagai Robb, Ilah dan Al-Malik.
Mengetahui dan memahami akan Allah swt akan mendorong kita untuk lebih mengenal
Allah swt (makrifatullah), sebagai usaha untuk mendatangkan hidayan iman.
Disamping menuntut ilmu mengenai makrifatullah, juga belajar mengenai agama, syariat
yang menjadi pedoman bagi seseorang untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia,
yang hakekatnya dalam rangka untuk menjalankan fungsi, tugas dan peran manusia
sebagai Abdullah (hamba Allah), sebagai Kholifatullah (wakil Allah) dan Naib Nabi
(wakil Nabi) untuk menyebarkan kebenaran. Dengan mempelajari ilmu mengenai agama
akan menghadirkan hidayah iman.

34
4. Mengamalkan Ilmu
Dengan ilmu yang telah dipelajarinya, seseorang dituntut mengamalkannya. Dengan
makrifatullah seseorang akan mengimani dan mencintai Allah. Dengan mengetahui dan
memahami syariat Islam seseorang akan mengaplikasikan dalam amal perbuatan
keseharian. Melakukan aktualisasi atas ilmu yang dimilikinya. Mengamalkan ilmu
merupakan usaha untuk mendatangkan hidayah iman dari Allah swt.

5. Mendakwahkan Ilmu
Usaha untuk mendatangkan hidayah juga dilakukan dengan mendakwahkan kebenaran
(ilmu) yang telah dipahami. Dakwah artinya mengajak, yaitu mengajak diri dan orang
lain untuk taat kepada Allah dan Rosulullah. Menjalankan dan mengamalkan agama
secara sempurna, secara kaffah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
saw. Dakwah juga sekaligus mengandung pengertian menyampaikan (tabligh)
pemahaman akan kebenaran (ilmu) yang telah dipelajari.
Cara yang bisa dilakukan seseorang dalam berdakwah adalah dengan mengajak orang
lain untuk hadir dan membentuk majlis-majlis ilmu dan majlis dzikir, bicara mengenai
kebesaran Allah, keagungan Allah, kesucian Allah dengan segala sifat dan dzatNya yang
mulia, dengan asma-asmaNya yang baik (asmaul husna). Mengajak orang lain untuk
meramaikan dan memakmurkan masjid-masjid, mengajak untuk memperbaiki diri, dalam
beribadah, bermuamalah dan bermuasyaroh dalam mengemban tugas dan tanggung jawab
yang Allah telah amanahkan pada manusia seluruh alam.
Dengan mendakwahkan ilmu inilah sebagai upaya kita untuk mendatangkan hidayah
iman dari Allah swt.

6. Mujahadah dan Doa


Dalam melakukan usaha untuk mendatangkan hidayah iman dengan taubat, berdekatan
dengan para sholihin, menuntut ilmu, mengamalkan ilmu dan mendakwahkan ilmu agar
didapat hasil yang maksimal harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Usaha yang
sungguh-sungguh seperti ini adalah bentuk mujahadah seseorang untuk mendapatkan
hidayah. Mereka melakukan mujahadah dengan suatu pengorbanan, baik pengorbanan
atas harta, waktu dan jiwa yang dimiliki di jalan Allah. Bila seseorang melakukan usaha
dengan mujahadah, sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, maka niscaya Allah akan
memberikan petunjuk kepadanya sebagaimana firmanNya : “Dan orang-orang yang
bersungguh-sungguh di jalanKu, maka Aku akan tunjukkan (kepada mereka) jalan-
jalanKu.”
Demikianlah, setelah semua usaha telah dilakukan, terakhir yang bisa diikhtiarkan adalah
berdoa kepada Allah swt, agar Allah memberikan hidayah iman, memberikan kemudahan
untuk bisa menerima kebenaran yang datang dariNya dan seseorang akhirnya mampu
mengamalkannya. Inilah usaha-usaha yang mesti dilakukan untuk mendatangkan hidayah
iman dari Allah swt.

B. Ciri-ciri orang yang mendapatkan hidayah


Bagi orang-orang yang telah mendapatkan hidayah iman akan nampak pada
perbuatan dan amalan mereka. Ibarat peralatan elektronik, hidayah iman seperti energi
listrik yang akan menggerakkan dan menyalakan peralatan listrik tersebut. Maka iman
yang ada pada seseorang yang mendapatkan hidayah akan mampu menggerakkannya

35
untuk beribadah kepada Allah swt dan menunjukkan amal sholeh sebagai orang yang
beriman. Bagai energi atau arus listrik, maka iman yang ada pada seseorang tidak akan
terlihat oleh mata telanjang. Iman sesorang hanya terlihat pada perilakunya, pada amalan
ibadahnya, jika perilakunya baik dan ibadahnya rajin menunjukkan orang-orang yang
mendapatkan hidayah iman yang kuat. Terhadap orang yang hilir mudik dari rumah ke
masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah, Rosulullah saw bersabda, “Saksikanlah
mereka adalah orang-orang yang beriman.” Allah swt berfirman : “Sesungguhnya yang
memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orang yang beriman pada Allah dan
hari akhir.” (QS. At-Taubah, :18)
Ada beberapa cirri orang yang mendapatkan hidayah iman sebagaimana
diinformasikan dalam Al-Qur’an yang diuraikan dalam penjelasan berikut.

1. Beriman pada Allah dan Rosul


Orang-orang yang mendapat hidayah adalah orang yang beriman pada Allah dengan iman
dan yakin yang benar dengan segala sifat dan dzatNya. Mereka berusaha untuk secara
menerus mengenali Allah dan meningkatkan keyakinannya. Mereka akan tinggalkan
keyakinan kepada selain Allah swt. Orang yang mendapat hidayah juga beriman kepada
Rosul-rosulNya, pada utusan-utusanNya yang telah diberi amanah membawa risalah,
kebenaran dari Allah swt. Terhadap Nabi Muhammad saw mereka juga mengimaninya
sebagai Nabi terakhir, yang menjadi uswatun hasanah. Seluruh kehidupan Rosulullah
Muhammad saw sebagai pribadi, sebagai kepala rumah tangga, sebagai pimpinan umat
dan pemimpin para Nabi dan Rosul, dengan semangat perjuangan yang tinggi
mendakwahkan dienul Islam menjadi contoh bagi hidup dan kehidupannya di dunia ini.
Mereka yakin dengan mengikuti seluruh akhal dan perbuatan Nabi tersebut akan
membawa kebahagiaan di dunia ini hingga akhirat. Tak ada keraguan atas keimanan
dalam hatinya itu. Sebagaimana diebutkan dalam firman Allah : “Sesungguh orang-orang
mukmin itu adalah mereka yang beriman pada Allah dan Rosulnya, kemudian tidak ragu
dengan keimannya itu.”

2. Berjihad Dengan Harta dan Jiwa


Orang yang mendapat hidayah adalah orang-orang yang siap melakukan jihad,
menegakkan kebenaran, mengemban risalah kenabian dengan memiliki kerisauan oleh
keadaan masyarakat lingkungannya, agar bias menjalankan agama dan menyempurna-
kannya. Mereka berjihad dengan mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah dengan
mengharap keridhoan Allah semata. Sebagai seorang mukmin, mereka memiliki
tanggung jawab mengemban risalah nubuwah, setelah Nabi Muhammad dipanggil
kembali oleh Sang Kekasih dan Allah swt tak lagi menurunkan Nabi lain sesudahnya.
Demikianlah, orang-orang yang mendapat hidayah adalah mereka yang berjihad dengan
harta dan jiwanya, sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur’an.

3. Hatinya Bergetar Jika Nama Allah disebut.


Orang-orang yang mendapat hidayah adalah orang-orang yang dalam hatinya senantiasa
mengingat Allah swt, rindu akan pertolongan dan perlindunganNya, bahkan rindu untuk
bisa selalu bertemu dan bersamaNya. Karenanya jika nama Allah disebut hatinya gemetar
karena rindu dan cintanya pada Allah swt, sang kekasih sejati. Sebagaimana firmanNya.

36
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal 8:2)

4. Jika Dibacakan Ayat-ayat Allah akan Bertambah Imannya


Orang-orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat
Al-Quran akan bertambah imannya. Mereka semakin bertambah ilmu, pengetahuan dan
pemahamannya pada Allah sehingga iman pada Tuhan Semesta Alam itu. Hal ini
diinformasikan Al-Quran.
“ …. dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Allahlah mereka bertawakal…” (QS Al-Anfal 8:2)

5. Mendirikan Sholat dan Berinfaq


Orang-orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang mendirikan sholat dan
menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Sholat sebagai kewajiban utama seorang
mukmin senantiasa dijaganya, baik masalah waktunya, tempatnya maupun caranya
sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah. Mereka selalu Sholat diawal waktu, di tempat
dimana adzan dikumandangkan (di masjid atau di mushola) dan melakukannya secara
berjamaah.
Atas harta dan karunia yang Allah berikan kepadanya, mereka akan menginfakkan
sebagiannya di jalan Allah, untuk menolong mereka yang membutuhkan, membantu
orang yang ditimpa musibah dan bagi kepentingan untuk mensiarkan dan mendakwahkan
kebenaran. Al-Quran menginformasikan firman Allah swt : (8:4)

6. Jika dipanggil Allah dan Rosulnya mereka akan mengatakan “Samikna Wathokna”

Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang berusaha untuk selalu taat
kepada Allah swt dan Rosulnya, mengikuti perintahNya. Jika mereka dipanggil
kepada Allah dan Rosulnya untuk menghukum dan mengadili diantara mereka,
maka mereka akan menyambut seruan itu dengan “samikno wa athokna” (kami
dengan dan kami taat), sebagaimana Allah berfirman.

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Alloh


dan rosulNya agar rosul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan :
kami mendengar dan kami patuh….” (QS. An-Nur, 24 : 51).

7. Mengikuti Hukum Allah


Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka yang akan selalu menerima ketetapan
Allah dan rasulnya. Bagi mukmin laki-laki maupun mukmin perempuan apabila Allah
dan rosulnya telah mengambil suatu ketentuan dan ketetapan atas permasalahan mereka
tak akan ada bagi mereka pilihan yang lain. Ini yang disampaikan Allah dalam Al-Quran
sebagai berikut

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin apabila Allah dan rosulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilah (yang lain) tentang urusan mereka” (QS Al-Ahzab, 33:36)

37
8. Mengamalkan agama secara sempurna
Orang yang mendapatkan hidayah adalah mereka akan berusaha memahami seluruh
ajaran Islam, yang disampaikan oleh Rosulullah saw. Dan mereka akan berusaha untuk
menjalankan dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (keseluruhan), mereka tak
akan mengambil ajaran yang mudah dan meninggalkan ajaran yang susah dan berat.
Allah dalam Al-Quran dan mengisyaratkan hal ini.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhannnya (kaffah) dan janganlah kamu turut kangkah-langkah syetan.
Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu…” (QS, Al-Baqoroh, 2 : 208)

38
BAGIAN KEDU A

Paradigma Islam Tentang Alam

Alam Semesta, langit dan bumi serta apa yang ada


diantaranya merupakan ciptaan Allah swt, Tuhan Yang
Maha Esa, Yang Maha Kuasa. Apa yang nampak oleh
mata manusia maupun yang tidak nampak, yang
terdahulu atau yang kemudian, yang nyata maupun yang
ghoib semua adalah dalam kekuasaan Allah. Untuk
menciptakannya cukup dengan mengatakan Kun
(Jadilah!), maka jadilah dia (2:117 ; 36:82 ; 40:68)

Allah tidak menciptakan sesuatunya dengan sia-sia.


Semua yang dicipta Allah ada hikmahnya (38:27). Dan
Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi
semesta alam (38:87).

Dalam pandangan Islam, sesuai dengan apa yang


diinformasikan oleh Allah melalui Al-Quran, alam ini
terdiri dari alam ghoib dan alam syahadah (nyata).
Bagaimana Al-Quran menjelaskan kedua alam ini, akan
dibahas pada bab-bab berikut.

39
Ba b Lima
Alam Ghoib

Alam ghoib adalah kenyataan yang tidak diketahui kehadirannya, kejadiannya, atau
keberadaannya kecuali oleh Allah swt saja. Dalam Al-Quran Allah berfirman :
”Katakanlah, : Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi mengetahui perkara yang
ghoib kecuali Allah dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS
An-Naml, 27:65)
Apa yang tidak diketahui oleh manusia diantaranya segala sesuatu yang ada di
daratan dan di lautan, daun-daun yang gugur, sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan
(6:59), hari Kiamat, apa yang ada dalam rahim, apa yang terjadi pada hari esok, tentang
kapan dan dimana seseorang akan meninggal (31:34), serta mengenai roh (17:85) adalah
perkara-perkara ghoib yang tidak diketahui oleh manusia, kecuali Allah
memberitahukannya.
”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghoib dan yang
nyata. Dialah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr, 59:22)

1. Masa Lalu
Kejadian pada masa lalu, merupakan suatu perkara yang ghoib bagi kita.
Bagaimana sejarah peradaban manusia pada masa lalu, sejak Nabi Adam hingga Nabi
Muhammad, dan seterusnya hingga abad milenium ini. Dalam setiap kaum, Allah telah
turunkan para nabi atau rosul untuk memberikan petunjuk kebenaran dari Allah, berupa
keyakinan akan keesaan Allah, pedoman untuk menjalani kehidupan, pedoman untuk
beribadah, dan anjuran untuk selalu berbuat adil dan bijak terhadap diri, keluarga maupun
mayarakat dalam rangka mendapatkan keselamatan dan kebahagian. Terhadap seruan
para nabi dan rosul ini, ada kaum yang menerima dan mentaati, namun ada pula yang
menolak dan mendustakan. Semua ini Allah beritahukan pada kita dalam Al-Quran
melalui Firman-firmannya.
Bagaimana hasil seruan para rasul Allah berfirman : ”(Ingatlah) hari di waktu Allah
mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka): ”Apa jawaban kaummu
terhadap (seruan)mu?” Para Rosul menjawab : ”Tidak ada pengetahuan kami (tentang
itu), sesungguhnya Engkau-lah yang mengetahu perkara yang ghoib.” (QS. Al-Maidah,
5:109), juga dalam ayat lain : ”Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari
nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam dan
Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, agar Dia menanyakan kepada
orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-
orang kafir siksa yang pedih.” (QS. Al-Ahzab, 33:7-8).
Semua pengetahuan tentang masa lalu merupakan perkara yang ghoib. Hanya
Allahlah yang mengetahui, sesuai firmanNya : ”Berkata Fir’aun : ”Maka bagaimanakah
umat-umat yang dahulu?”. Musa menjawab : ”Pengetahuan tentang itu ada di sisi

40
Tuhanku, di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.”
(QS. Thoha, 20:51-52)
Terhadap seruan para nabi dan rosul yang Allah telah turunkan pada suatu kaum,
sebagian besar mereka mendustakannya. Sebagaimana yang telah diinformasikan dalam
Al-Quran: ”Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah
Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka
dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka (maka) sebagian dari
rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (QS. Al-Maidah,
5:70).
Lalu bagaimanakah Allah memberikan balasan terhadap kaum yang mendustkan
para rasul itu? Dijelaskan dalam ayat-ayat berikut :
”Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah. Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orng yang
mendustakan (rosul-rosul).” (QS. Ali Imran, 3:137)
”Apakah mereka tidak memperhatikan betapa banyaknya generasi-generasi yang
telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan
kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-
sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa
mereka sendiri dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (QS. Al-An’am,
6:6)
”Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul.
Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi
manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang dzalim adzab yang pedih; dan
(Kami binasakan) kaum ”Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi)
generasi-generasi diantara kaum-kaum tersebut” .(QS. Al-Furqaan, 25:37 – 38)

2. Masa Kini
Kejadian masa kini, yang jauh dari pengetahuan kita juga merupakan perkara yang
ghoib. Keadaan di daratan dan di lautan, daun-daun yang gugur, sebutir biji yang jatuh
dalam kegelapan semua ada dalam pengetahuan Allah swt. Sebagaimana Al-Quran
menginformasikan : ”Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada
yang mengetahui kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) dan
tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)” (QS. Al-
An’am, 6:59).
Dengan adanya peralatan teknologi yang canggih seperti internet, telephon dan alat
komunikasi lainnya, hampir setiap kejadian yang ada di atas bumi di seluruh pelosok
dunia, kita bisa mendapatkan informasi dari berbagai media. Namun informasi tersebut
tidak terjamin kebenaran dan akurasinya, karena bisa terjadi distorsi dan tidak dapat
terlihat secara menyeluruh. Hanya Allahlah yang mengetahui seluruh kejadian di masa
kini, di langit, di bumi, di lautan bahkan di semesta alam.
Allah lah yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian naik kembali
kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat : ”Dia mengatur urusan dari
langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya

41
(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. Yang demikian itu ialah Tuhan
Yang mengetahui yang ghoib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa kagi Maha
Penyayang.” (QS. As-Sajdah, 32:5-6)
Apa yang dipikirkan manusia, yang ada dalam hatinya dan yang dilakukannya hari
ini, bagi orang lain merupakan suatu perkara yang ghoib. Namun Allah swt
mengetahuinya, sebagaimana firmanNya : ”Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di
langit maupun di bumi, Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan kamu lahirkan
dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (QS. Al-An’am, 6:3)
Pada detik ini, hari ini Allah menghidupkan dan menciptakan banyak manusia lewat
kelahiran dari rahim ibunya. Dan pada saat yang sama juga Allah mematikan manusia di
atas bumi ini dengan berbagai sebab dan peristiwa. Bahwa setiap manusia akan
merasakan kematian dan kapan kedatangannya? Hanya Allahlah yang mengetahuinya dan
kepadaNyalah manusia akan kembali. Sebagaimana firmannya : ”Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) Dan hanya kepada Kamilah kami
dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa, 21:35)

3. Masa Mendatang
Apa yang akan terjadi pada diri manusia dan alam semesta ini merupakan perkara
yang ghoib, dimana hanya Allahlah yang mengetahuinya. Manusia mengetahuinya
sebatas yang diinformasikan lewat Al-Quran dan sangat sedikit pengetahuan manusia
akan apa yang akan terjadi.
Kehidupan dunia dengan segala tipu dayanya telah melenakan manusia dari
mengingat Allah, melupakan dirinya sebagai makhluk yang harus taat kepadaNya,
sehingga mereka menuruti hawa nafsunya, menghilangkan kesadarannya akan perkara
yang haq dan batil. Mereka melupakan peringatan Allah, dan Allah membukakan pintu-
pintu kesenangan untuk mereka, sehingga mereka bergembira ria, bersuka cita dengan
tanpa ada batasnya. Maka pada saat itulah Allah mendatangkan siksa bagi mereka
sekonyong-konyong dan mereka terdiam berputus asa. Inilah yang Allah infomasikan
kejadian yang akan datang yang akan dihadapi orang-orang yang melupakan diri untuk
mengingat Allah (6:44-45)
Seorang yang melakukan perbuatan dosa, kemaksiatan, maka kemudharatan itu
kelak akan kembali kepadanya, dirinya tak akan memikul dosa dari orang lain melainkan
dosa yang telah diperbuatnya saja. (6:164).
Sebaliknya jika manusia berusaha, berikhtiar untuk melakukan suatu kebaikan,
dengan suatu keikhlasan, senantiasa berbuat untuk kemaslahan umat, maka kelak pun
akan mendapatkan hasil dari kebaikannya tersebut.
Demikianlah apa yang akan terjadi pada seseorang merupakan balasan atas
perbuatannya. Kemudharatan maupun kebaikan akan Allah datangkan pada diri manusia,
sebagai wujud dari hukum-hukum dan janji-janji Allah, merupakan kekuasaanNya,
sebagaimana firmannya dalam Al-Quran : ” Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan
kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannnya melainkan Dia sendiri. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Al-An’am, 6 : 17)

42
4. Hari Kiamat
Pengetahuan tentang perkara yang ghoib masa mendatang di dunia ini hanya
Allahlah yang mengetahui. Demikian juga mengenai hari kiamat dan kehidupan akhirat.
Al-Quran menginformasikan pada kita, bahwa hari kiamat pasti akan datang dan tak
dapat disangkal. Sebagaimana firmanNya : ” Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan
datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
beriman.” (QS. Al-Mu’min, 40:59) dan pada ayat yang lain disebutkan : ”Apabila terjadi
hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal)” (QS. Adz-
Dzariyat, 56:1-2). Kejadian kiamat datangnya begitu cepatnya, seperti sekejap atau
bahkan lebih cepat lagi. (16:77) dan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat
sesungguhnya telah tiba pada kita. Allah berfirman dalam Al-Quran : ”Maka tidaklah
yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada
mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka
apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah
datang?” (QS. Muhammad, 47:18)
Kapankah datangnya hari kiamat? Sesungguhnya waktu datangnya hari kiamat ada
dalam pengetahuan Allah, sebagaimana ditunjukkan dalam firmanNya : ”Mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat : ”Bilakah terjadinya?” Katakanlah :
”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat
berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan
datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-
akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah ”Sesungguhnya pengetahuan
tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.” (QS. Al-A’raaf, 7:187)
Dalam Al-Quran dijelaskan bagaimana keadaan di hari Kiamat. Langit yang
biasanya berwarna biru indah di siang hari dan kelihatan cantik menawan dengan cahaya
kerlap-kerlip dihiasi bintang-bintang di malam hari, saat itu akan pecah dan
mengeluarkan kabut putih (25:25). Bumi yang indah dengan rerumputan, tetumbuhan dan
pepohonan, bangunan-bangunan arsitektur dari rumah-rumah berlantai satu hingga
pencakar langit dengan model dan style modern, yang mewah dan mempesona, pada hari
kiamat akan diratakan. Apabila bumi diguncangkan dengan sedahsyat-dahsyatnya,
gunung-gunung dihancur-luluhkan (56:4-6), langit terbelah dan bumi diratakan oleh
Allah, dan dimusnahkan apa yang ada di dalamnya (84:1-4), matahari digulung, bintang-
bintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, unta-unta bunting ditinggalkan oleh
pemiliknya dan tidak dipedulikan lagi, lautan pun dipanaskan. (81:1-8).
Begitulah gambaran kejadian hari kiamat yang akan membuat setiap orang sibuk
dengan urusan keselamatan dirinya sendiri. Seorang ibu sudah tak mampu lagi mengingat
dan memikirkan bayi dan anaknya, seorang suami tak lagi bisa memikirkan dan
menyelamatkan istrinya, seorang ayah terpaksa harus berpisah dengan anak-anaknya, dan
sebuah keluarga, atau kelompok masyarakat akan tercerai berai karena urusan dirinya
sendiri, dalam dunia yang hancur sehancur-hancur. Sebagaimana Allah informasikan
dalam Al-Qur’an :
”Lalu bila datang kebisingan yang memekakkan telinga, hari itu orang akan lari
dari saudaranya, dari ibunya dan dari bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya.
Masing-masing hari itu sibuk mengurus diri sendiri.” (QS. Abasa, 80:33-37)

43
Hanya iman dan amal sholeh yang dimilikinyalah yang akan menyelamatkan
manusia secara pribadi-pribadi. Semua ini merupakan perkara ghoib di masa mendatang
mengenai hari kiamat.

5. Alam Akhirat
Sangkakala atau terompet yang ditiup malaikat Isrofil pada kali pertama akan
menghentikan seluruh sistem kehidupan di alam semesta. Bintang-bintang dan seluruh
planet, dalam trilyunan galaksi akan mengalami proses yang tidak beraturan, saling
bertubrukan dan saling menghancurkan, yang mengakibatkan kehancuran kehidupan di
muka bumi ini. Semua makhluk akan mengalami situasi hari kiamat yang sungguh chaos
yang tak terbayangkan kehancurannya, dan berakhir dengan kematian seluruh makhluk
Allah.
Dan pada tiupan sangkakala yang kedua, akan menghidupkan kembali manusia dan
makhluk lainnya yang dikehendaki Allah swt, bangkit dari kubur dan digiring di padang
makhsyar untuk menghadap Tuhannya. Saatnyalah kehidupan di alam akhirat dimulai
dan dialami oleh manusia. Demikian Al-Quran memberitahukan dalam ayatnya :
”Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu
melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman, 31:28)
”Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan
kamu akan meihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami
tinggalkan seorangpun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu
dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami
menciptakan kamu pada kali pertama; bahkan kamu mengatkan bahwa Kami sekali-
seklai tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (QS. Al-Kahfi,
18:47-48)
”Dan mereka berkata : ”Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu
adalah orang-orang yang benar?”; Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan
saja, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar; Lalu mereka
tidak kuasa membuat sesuatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat kembali kepada
keluarganya.; dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera
dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.; Mereka berkata : ”Aduh celakalah kami.
Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang
dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rosul-rosulNya.” (QS. Yaa Siin,
36:48-52)
Allah swt akan melakukan perhitungan atas amal baik dan buruk manusia. Setiap
manusia akan menerima catatan amal yang telah dilakukan. Catatan amal kehidupan di
dunia akan diperlihatkan kembali pada masing-masing manusia dan catatan amal tersebut
akan diberikan pada mereka. Ada kelompok yang menerima catatan amal dari kanan
(84:7), dan ada pula yang menerima catatan amal dari kiri atau belakang (84:10). Mereka
pun akan harus melalui jembatan shirot yang akan mengantarkannya ke neraka maupun
ke surga, dalam kehidupan abadi di alam akhirat kelak.
Inilah sebagian informasi yang Allah swt berikan pada kita mengenai alam akhirat
yang merupakan alam ghoib bagi manusia.

44
6. Malaikat
Di samping alam ghoib yang menyangkut dunia dan hari akherat, Allah juga
menciptakan alam malaikat, perkara ghoib yang wajib diimani keberadaannya. Malaikat
adalah jisim-jisim halus yang dijadikan dari nur (cahaya), mereka tidak makan dan
minum. Malaikat adalah makhluk Allah yang diutus dan diberi tugas untuk melaksanakan
perintah-perintahNya. Malaikat merupakan makhluk Allah yang dimuliakan-Nya. Mereka
senantiasa menyembah Allah dan selalu mengerjakan perintah-perintahNya. Mereka tidak
angkuh dan selalu bertasbih siang dan malam tiada henti-hentinya sebagaimana
dijelaskan pada ayat-ayat berikut :
”Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan.” (QS. Al-
Mursalaat, 77:1)
”Dan mereka berkata : ”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak.” Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah
hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahuluiNya dengan perkataan dan
mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:26-27)
”Dan kepunyaanNyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat
yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiadanya henti-hentinya.”
(QS. Al-Anbiyaa’, 21:19-20)
Malaikat jumlahnya miliaran dan memiliki tugas yang telah ditetapkan oleh Allah
swt. Ada empat malaikat yang lebih dimuliakan oleh Allah, yaitu malaikat Isrofil as,
Mikail as, Jibril as dan Izroil as. Malaikat Isrofil mempunyai tugas untuk meniup
sangkakala tanda terjadinya hari kiamat, hari kebangkitan dan pembalasan atas amal
perbuatan manusia (39:68). Malaikat Mikail as bertugas membagikan rizki dan hujan di
seluruh muka bumi ini, malaikat Jibril as bertugas untuk menyampaikan wahyu (Al-
Qur’an) kepada Nabi Muhammad saw (16:102), dan malaikat Izroil as yang bertugas
untuk mencabut nyawa (32:11).
Disamping itu kita mengenal dari Al-Qur’an beberapa malaikat lainnya seperti
malaikat Rokib dan Atid mencatat amal perbuatan manusia (50:17), malaikat Munkar
Nakir memberikan pertanyaan bagi orang yang meninggal di dalam kubur, malaikat
Ridhwan sebagai penjaga surga, malaikat Malik sebagai penjaga neraka (66:6), dan masih
banyak lagi malaikat dengan tugas-tugas tertentu yang telah Allah perintahkan.

7. Jin
Disamping malaikat, Allah juga menciptakan makhluk bernama jin. Jin diciptakan
oleh Allah dari api panas yang menyala (15:27; 55:15). Pada dasarnya jin diciptakan oleh
Allah agar melakukan penghambaan diri kepada Allah seperti halnya manusia (51:56).
Namun sebagian besar mereka mendustakan dan mengingkari perintah Allah. Mereka
telah tertipu oleh kehidupan dunia, sehingga tergelincir dalam golongan orang-orang
yang kafir. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini :”Hai gologan jin dan
manusia, apakah belum datang kepadamu rosul-rosul dari golongan kamu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap
pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: ”Kami menjadi saksi atas diri kami
sendiri.” kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri
mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-An’am, 6 : 130)

45
Manusia dalam menjalani kehidupannya, sering tidak sanggup menghadapi cobaan
dan ujian dari Allah. Terhadap ujian atas kekurangan harta dan benda, kemiskinan,
kekurangan makanan dan buah-buahan dan juga kesulitan hidup lainnya, mereka sering
melakukan jalan pintas dengan meminta pertolongan pada jin. Misalnya meminta bantuan
untuk mendapatkan rezeki, memperoleh pekerjaan, mencari jodoh, agar bisa naik pangkat
atau jabatan, meningkatkan karir, berhadil dalam berdagang dan meminta bantuan dalam
menyelesaikan kesulitan hidup lainnya. Bagi mereka yang meminta tolong dan meminta
perlindungan selain dari Allah, maka mereka akan dimasukkan dalam golongan orang-
orang musyik. Allah swt berfirman dalam Al-Quran :”Dan mereka (orang-orang yang
musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allahlah yang menciptakan jin-
jin itu; dan mereka membohong (dengan mengatakan): ”Bahwasanya Allah mempunyai
anak laki-laki dan perempuan.”, tanpa berdasar ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan
Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS. Al-An’am, 6:100)
Disadari maupun tidak mereka telah mengambil jalan yang menyesatkan dirinya
sendiri dengan datang ke dukun atau ’orang pintar’ yang seolah mampu memberikan
pertolongan pada mereka. Namun sebenarnya mereka telah menyandarkan diri pada para
jin dan menyembah jin-jin tersebut serta menyekutukan Allah swt. Sebagaimana
diinformasikan dalam ayat berikut :”Malaikat-malaikat itu menjawab : ”Maha Suci
Engkau, Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba’, 34:41)

8. Iblis
Sebagian besar jin ini ada yang benar-benar melakukan penentangan terhadap
Allah. Mereka mengingkari perintah Allah. Meski mereka tahu bahwa semua makhluk
adalah ciptaan Allah, dan sudah seharusnya setiap makhluk tunduk dan patuh pada sang
Kholik untuk melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan laranganNya. Namun
dengan kesombongannya, Iblis yang merupakan golongan dari jin ini menolak perintah
Allah untuk bersujud pada Adam, manusia pertama yang Allah ciptakan. Al-Quran
menjelaskan tentang hal itu dalam ayat berikut :
”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : ”Sujudlah kamu kepada
Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kami mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain dari padaKu, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Kahfi,
18:50)
Keengganan iblis untuk tidak ikut bersama-sama malaikat sujud (sebagai
penghormatan) kepada Adam (15:31), dikarenakan keangkuhan dan kesombongannya.
Iblis merasa dirinya lebih mulia ketimbang Adam, karena iblis diciptakan dari api,
sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Alasan ini tersirat dari jawaban iblis ketika
ditanya Allah, kenapa dia tidak ikut bersujud kepada Adam (15:32). Hal ini dijelaskan
dalam ayat berikut :
”Berkata iblis : ”Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engaku telah
menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15:30-33)
Karena kelakuan Iblis yang berani menentang perintah Allah swt ini, maka Iblis
diusir dari surga dan menjadi makhluk yang dikutuk oleh Allah swt hingga hari kiamat

46
(15:34-35). Iblis kemudian meminta tangguh atas azab yang Allah akan timpakan
padanya sampai hari berbangkit (15:36). Iblis juga berjanji untuk menggoda manusia dan
menyesatkan mereka agar menjadi golongannya, makhluk yang menentang dan
mengingkari Allah Swt, yang akan memandang kemaksiatan yang ada di muka bumi,
kesenangan-kesenangan di dunia, sebagai hal yang baik sehingga mereka menyukainya
dan bergumul dengan perbuatan dosa. Al-Quran menjelaskan dalam ayat berikut :
”Iblis berkata : ”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang
mukhlis diantara mereka.” (QS. Al-Hijr, 15:39)
Bagi orang-orang yang senantiasa menjaga keyakinan dan keimanannya kepada
Allah, senantiasa mengingat Allah dengan menyebut astaghfirullah, subhanallah,
alhamdulillah , laa ilaaha illallah, dan tetap taat pada Allah dan Rasulullah, mereka akan
terbebas dari kekuasaan Iblis dan balatentaranya. Sebagaimana Allah berfirman :
”Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami
dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa
yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS.
Saba’, 34:21)

9. Syaitan
Sejak ditetapkannya Iblis menjadi makhluk terkutuk yang dilaknat oleh Allah swt,
dan permohonan Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia diperkenankan oleh
Allah swt, maka Iblis bekerja keras untuk menyesatkan manusia dengan berbagai godaan
materialisme dan kesenangan dunia berupa kemaksiatan, maka jadilah mereka menjadi
bala tentara Iblis yang dinamakan syaitan. Syaitan dari golongan manusia dan jin ini
akan bekerja sama untuk menyesatkan manusia yang beriman, dengan membisikkan tipu
dayanya sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Quran :
”Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-
An’am, 6:112)
Demikianlah kerja syaitan menggoda dan menyesatkan manusia, membisikan tipu
daya dalam hati dan menjadi penyakit yang akan menggerogoti keimanannya yaitu
berupa iri, dengki, dendam, keangkuhan, kesombongan, keserakahan dan kecintaan akan
harta dan kebendaan di dunia. Dalam Al-Quran dijelaskan :
”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka
itulah golongan syaitan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah
golongan yang merugi.” (QS. Al-Mujaadilah, 58:19)
Syaitan merupakan musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman. Karenanya
sebagai orang yang beriman, dalam beragama kita hendaknya masuk dalam Islam secara
keseluruhan dan menjauhi langkah-langkah syaitan. Menghindari jalan-jalan syaitan yang
menyesatkan. Firman Allah dalam Al-Quran menjelaskan :
”Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh, 2 : 208)

47
Mereka yang mengikuti godaan syaitan dan mengambil syaitan menjadi kawan-
kawan dalam aktifitasnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Mereka akan
bersama-sama masuk ke dalam neraka dalam kehidupan di akhirat kelak. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran : ”Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan
ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat, dan bala tentara iblis
semuanya.” (QS. Asy-Syuaraa’, 26:94-95)
Syetan merupakan teman yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya syaitan adalah
musuh bagi manusia atau teman yang seburuk-buruknya (4:38). Mereka akan mengajak
ke nereka dengan berbagai perbuatan kemaksiatan yang seolah merupakan kesenangan-
kesenangan yang melenakan. Maka jangan sampai kita terpedaya oleh bujuk rayu syaitan
yang akan memasukkan manusia menjadi penghuni neraka.
”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai
musuh(mu) karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir, 35:6)
Allah mengingatkan agar kita menjauh dari perbuatan-perbuatan syaitan, yang
selalu mengangganggu dan menyesatkan manusia. Karena jika kita terpedaya oleh
bujukan syaitan, kita menjadi orang-orang yang menyesal ketika kelak dikumpulkan oleh
Allah di padang Mahsyar, sebagaimana firmanNya :”Dan (ingatlah) hari di waktu Allah
menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): ”Hai golongan jin (syaitan),
sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” lalu berkatalah kawan-
kawan mereka dari golongan manusia: ”Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari
kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain). dan kami telah sampai pada
waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman : ”Neraka itulah tempat
diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalu Allah menghendaki (yang
lain).” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
An’am, 6:128)

10. Hikmah Alam Ghoib


Dengan mengetahui dan meyakini keberadaan alam ghoib, hari kiamat, alam
akhirat, malaikat, jin, iblis maupun syaitan akan menempatkan kita pada posisi yang
semestinya sebagai hamba Allah. Kita mengambil pelajaran akan kisah-kisah masa lalu
dalam Al-Quran untuk mengisi dan memanfaatkan waktu kita di masa kini dalam rangka
menyiapkan bekal kehidupan kita di masa datang, baik di dunia ini maupun di akhirat
kelak. Kita juga perlu waspada akan bujuk rayu syaitan yang mewujud dalam bentuk jin
maupun manusia, dalam mengisi waktu kehidupan di dunia ini, agar kita bisa selamat,
dan tetap mampu menjaga iman, senantiasa dalam ketaatan kepada Allah swt dan
senantiasa mengingat Allah dengan bertasbih, bertahmid dan menancapkan keyakinan
kalimat laa ilaaha illallah, muhammadur rosulullah. Senantiasa menyebut asma Allah
yang baik sebagai upaya tazkiyatun nafs, membersihkan hati kita dari penyakit hati dan
kekotoran.

48
Bab 7
Alam Semesta
A. Kosmologi
B. Astronomi
C. Bumi
D. Flora
E. Fauna
F. Manusia

BAGIAN KETIGA:
Pandangan Islam Tentang Manusia

Bab 8
Manusia dan Penciptaannya
A. Penciptaan Manusia Pertama
B. Pencaiptaan Manusia Setelah Adam
C. Karakter Dasar Manusia
D. Ego Dalam Diri Manusia

Bab 9
Sistem Kehidupan Manusia
A. Ideologi
B. Politik
C. Ekonomi
D. Hukum
E. Pendidikan
F. Sejarah Manusia

Bab 10
Perjalanan Hidup Manusia
A. Pedoman Hidup
B. Teladan Hidup
C. Kawan Hidup
D. Lawan Hidup
E. Jalan Hidup
F. Golongan Manusia yang Celaka
G. Golongan Manusia yang Selamat

Bab 11
Rekontruksi Paradigma Islam.

49
BAGIAN PER TAMA
Exsistensi Tuhan
Paradigma seseorang dalam memahami Existensi atau
keberadaan Tuhan berpengaruh pada cara berpikir,
bersikap dan bertindaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Meluruskan pemahaman akan existensi Tuhan adalah sebuah
keharusan dengan cara mengkaji sifat dan dzatNya dengan
metode yang sesuai tingkat intelektualitasnya.

Pada bagian ini, kami ingin mengajak pembaca menyelami


pandangan orang-orang yang menafikan keberadaan Tuhan
atau kaum Atheis. Bagaimana pandangan mereka mengenai
agama dan Tuhan, yang terpengaruh oleh filsafat
materialisme, idealisme, positivisme, rasionalisme bahkan
pandangan darwinisme yang menyesatkan. Dengan
pandangan tersebut membuat manusia semakin jauh dari
Allah swt, bahkan meniadakan Tuhan.

Selanjutnya kami ingin mengajak pembaca untuk berfikir


dengan jernih dan tajam mengenai pandangan mereka dan
meluruskannya. Dengan mengkaji kelemahan dan kesesatan
mereka, kemudian membahas agama yang ada khususnya di
Indonesia dalam perbandingan agama. Pada akhir bagian
pertama ini kami ajak pembaca memahami bagaimana
seseorang bisa mendapatkan hidayah iman dan meyakini
akan keberadaan Allah swt dengan segala konsekwensi dan
konsistensinya.

50
Bab Enam
Alam Syahadah

Alam syahadah (alam nyata) adalah alam yang nampak, yang dapat diditeksi atau
dilihat baik dengan mata telanjang atau dengan alan bantu mikroskop maupun teleskop.
Alam syahadah dipahami sebagai alam fisik, materi yang menempati ruang dan
terpengaruh oleh waktu. Alam syahadah dapat dilihat sebagai lingkungan sekitar kita,
yaitu bumi dan langit serta apa yang ada di dalamnya, atau alam semesta ini.
Imaduddin Abdulrohim dalam Islam Sistem Nilai Terpadu, menjelaskan alam
syahadah dinamai juga ”dunia”. Kata ”dunia” ini adalah jama’ dari kata ”danaa”, artinya
dekat. Pengertian ”dekat” ini mencakup dua hal. Pertama, dekat dalam arti ruang yaitu
”jarak” yang biasa diukur dengan ukuran panjang. Kedua, dekat dalam arti waktu, yaitu
”sekarang” bukan tahun depan atau sepuluh tahun yang lalu. Jadi kata ”dunia” ini
mengandung pengertian ”Segala sesuatu yang ada di sekitar kita pada masa kini”. (Dr. Ir.
Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem Nilai Terpadu, Gema Insani
Press, Jakarta, 2002)
Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai alam syahadah ini, penulis akan
menyampaikan beberapa ayat Al-Quran yang memberikan informasi mengenai alam
syahadah atau alam semesta ini.

Penciptaan Alam Semesta


Mengenai penciptaan alam semesta, Al-Quran menginformasikan bahwa Allah swt
adalah Tuhan yang menciptakan alam ini.
”Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam massa, lalu Dia bersemayam di atas arsy.” (QS. Al-A’raaf, 7:54)
Allahlah yang menciptakan alam semesta ini. Ayat tersebut menegaskan dan
menyanggah anggapan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, sebagaimana
pandangan kaum materialis yang berpendapat alam semesta merupakan kenyataan yang
tak terbatas, ada dengan sendirinya sejak dahulu kala hingga waktu yang tak terbatas.
”Yaitu pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
menggululngnya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang
akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:104)
Bagaimana alam semesta ini mula-mula terbentuk, kemana tujuannya dan
bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan ayat-
ayat Al-Quran menjelaskan dengan secara global dan banyak penafsiran yang
dikemukakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.
Marilah kita coba cermati dari beberapa ayat sebagai berikut :
”Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi.”Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu
dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab : ”Kami datang dengan suka
hati,” (QS. Fush Shilat, 41:11)
”Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:30)

51
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-dzariyaat 51:47)
Dari tiga ayat diatas menunjukkan bahwa asal mula terciptanya alam semesta ini
diawali dengan adanya suatu kumpulan gas dengan bagian-bagian yang sangat halus yang
disebut dukhon atau asap. Asap itu terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagian-
bagian kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atu cair, dan dalam suhu
rendah atau suhu tinggi. Berikutnya mengalami proses perpisahan (fatq) dari suatu
kumpulan pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang dipadukan (ratq) dalam
suatu kumpulan yang homogen. Kejadian ini berlanjut dengan proses pemuaian alam
semesta hingga sekarang ini. Proses terbentuknya alam semesta demikian inilah yang
kemudian dipahami sebagai ledakan besar (big bang).
Ilmuwan Islam pada dekade ini, Harun Yahya menguraikan dalam bukunya
”Rahasia Alam Semesta” menjelaskan mengenai penciptaan alam semesta dengan teori
ledakan besar (big bang). Harun Yahya menuliskan sebagai berikut :
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom
Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah
astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia menemukan
bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah spektrum. Ia
pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari
bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum
fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan
akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan
akan cenderung merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-
bintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut
senantiasa bergerak menjauhi kita.
Menurut Harun, tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya:
bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi.
Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya
bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam semesta sangatlah
penting. Harun berpendapat, pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan
bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa “satu titik tunggal” yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah
memiliki “volume nol” dan “kepadatan tak terbatas”. Alam semesta tercipta akibat
meledaknya titik tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang
menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Ledakan Besar (Big Bang),
dan teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut.
Harus dikatakan di sini bahwa “volume nol” adalah istilah teoretis yang bertujuan
deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep “ketiadaan”, yang
melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai
“titik yang memiliki volume nol”. Sebenarnya, “titik yang tidak memiliki volume” ini
berarti “ketiadaan”. Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta
diciptakan.
Demikian Harun Yahya menjelaskan awal penciptaan alam semesta ini yang oleh
kalangan ilmuwan modern sebagai teori ledakan besar (big bang).

52
Enam Masa dalam Penciptaan Alam
Dalam Al-Quran, disebutkan bahwa penciptaan langit, bumi dan apa yang ada di
dalamnya (alam semesta) berproses selama enam hari (sittati ayyam) (7:54; 25:59; 32:4;
50:38) Sittati ayyam arti harfiahnya adalah enam hari, ayyam artinya hari. Pengertian hari
dalam Al-Quran memiliki beberapa arti, yang bisa berbeda dalam pengertian hari yang
secara umum dipahami manusia. Dalam Surat As-Sajdah disebutkan :
”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.” (QS. As-Sajadah 32: 5)
”Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-
kali tidak akan menyalahi janjiNya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj, 22:47),
”Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya lima puluh ribu tahun.” (70:4)
Tiga ayat diatas memiliki arti bahwa sehari dalam perhitungan manusia bisa berarti
seribu tahun atau lima puluh ribu tahun. Makna yang kemudian bisa dipahami secara
umum adalah massa atau periode. Dengan demikian, penciptaan alam semesta ini melalui
suatu proses tahapan enam masa atau periode.
Penjelasan enam masa ini dijelaskan dalam Surat Fushshilat sebagai berikut :
”Katakanlah: ”Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian
itulah Tuhan semesta alam”. (QS. Fush Shilat, 41:9)
”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya dam Dia
menentukan kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.” (QS. Fush Shilat, 41:10)
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap. Lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi.”Datanglah kamu keduanya menurut perintahKu dengan
suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab : ”Kami datang dengan suka hati,” (QS.
Fush Shilat, 41:11)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-
tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS. Fush Shilat 41:12)
Dari ayat-ayat diatas bisa kita simpulkan sebagai berikut :
a. Penciptaan bumi dilakukan dalam dua masa (41:9)
b. Penciptaan langit dilakukan dalam dua masa (41:12)
c. Penciptaan gunung-gunung, penentuan kadar makanan atau penyempurnaannya
dilakukan selama empat masa (41:10)
Maurice Bucaille dalam bukunya Bibel, Quran dan Sains Modern, menafsirkan
dan berkesimpulan bahwa penciptaan bumi dalam dua masa bersamaan dengan
penciptaan langit dalam dua masa. Penjelasan penciptaan bumi dan langit dalam dua
masa tersebut meliputi dua tahapan. Pertama, pembentukan asap atau kumpulan gas
dengan volume yang dipadatkan dan bersuhu sangat tinggi. Kedua, tahap pemisahan
kumpulan gas yang ada tersebut yang didahului dengan terjadinya ledakan besar (big
bang). Tahap kedua tersebut sekaligus terciptanya planet-planet, bintang-bintang bahkan
galaksi-galaksi yang jumlahnya trilliunan buah.

53
Pada tahap berikutnya, yaitu penciptaan segala isi bumi dan apa-apa yang ada
diantara langit dan bumi, dan penentuan kadar makanan atau penyempurnaan penciptaan
alam semesta ini dilakukan dalam empat masa. Penyempurnaan penciptaan ini bisa
dimaknai dengan menyiapkan segala kebutuhan bagi manusia, yaitu makanan-makanan
berupa tanaman biji-bijian, tumbuhan yang menghasilkan buah atau pepohonan yang
menghasilkan kayu-kayuan untuk tempat tinggalnya, juga bebatuan dan segala macam
mineral yang kelak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Keseluruhan ini Allah ciptakan,
sebelum manusia pertama yakni Nabi Adam diciptakan Allah swt.
Empat masa penciptaan alam semesta, setelah terciptanya langit dan bumi tersebut,
dimaknai Maurice dengan hipotesanya, sesuai penemuan sains modern sebagai zaman-
zaman geologi, dimana menurut sains modern, manusia muncul di bumi ini pada zaman
geologi keempat. Kejelasan tentang rincian enam masa penciptaan alam semesta ini
masih butuh penelitian dan pendalaman lagi oleh sains modern. Dan tentu hanyalah Allah
Yang Maha Mengetahuinya secara pasti.

Karakteristik Alam
Alam semesta yang Allah ciptakan, juga semua makhluk yang ada di langit dan di
bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohonan dan binatang-binatang melata,
semua tunduk dan bersujud pada Allah swt (22:18). Mereka secara keseluruhan
mengikuti hukum-hukum yang telah ditatapkannya atau sunnatullah. Sunnatullah
merupakan ketetapan dan kehendak Allah agar tercipta keteraturan dan keseimbangan
alam semesta. Contoh dari sunnatullah adalah adanya keteraturan rotasi bumi, baik
terhadap porosnya maupun gerak rotasi bumi mengelilingi matahari dengan waktu yang
telah ditentukanNya, sehingga secara teratur matahari senantiasa memancarkan
cahayanya ke sebagian bumi pada siang hari dan akan tenggelam di malam hari untuk
menyinari bagian bumi yang lain.
”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan
pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepadaNya.” (QS. Ar-Rahman, 55:5-6)
Setiap benda akan selalu jatuh menuju ke bawah karena gaya grafitasi bumi.
Semakin berat benda tersebut maka kecepatan jatuhnya akan semakin tinggi, dan akan
mengalami percepatan secara teratur. Juga, uap air yang terbawa angin di udara dalam
bentuk mendung, tat kala melewati wilayah yang dingin akan mencair dan jatuh menjadi
titik-titik hujan.
Tanaman akan tumbuh subur jika mendapatkan siraman air yang cukup dan akan
menjadi kering bahkan mati ketika tidak mendapatkan air. Demikian pula binatang akan
tumbuh berkembang jika mendapat makanan yang cukup dan akan mati jika tidak
mendapat makanan dalam waktu yang lama. Demikianlah setiap makhluk atau alam
semesta ini akan selalu mengikuti sunatullah. Selalu tunduk dan patuh pada ketentuan
dan hukum Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, semua makhluk bersujud
pada Allah swt:
”Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua
makhluk melata yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka
(malaikat) tidak menyombongkan diri.” (QS. An-Nahl, 16:49)
Sifat atau karakteristik alam dalam mengikuti sunnatullah ini ada 3 macam:
1. Exact atau Pasti.

54
Karakteristik alam semesta, pertama adalah exact atau pasti. Sebagai contoh sifat-
sifat yang menyertai berbagai benda yang ada di sekitar kita. Api memiliki sifat
membakar, memberi suasana panas dan mengubah benda-benda menjadi carbon (C2). Air
memiliki sifat mengalir, menurun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada
suhu kamar air memiliki wujud cair, pada suhu nol derajad celcius akan membeku, pada
suhu 100 oC akan mendidih dan pada suhu 200 oC akan menjadi gas. Udara memiliki sifat
selalu mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Karena sering
suatu tempat dengan tempat lainnya tekanan udaranya berbedar, maka udara tersebut
akan senantiasa mengalir sebagai angin. Sifat minyak yang tak bisa bercampur dengan
air, maka dalam suatu bejana juika dituangkan kedalamnya air dan minyak, kemudian
diaduk sampai menghilangkan banyak energi, yang terjadi pasti, minyak tak akan pernah
bercampur dengan air. Posisi minyak akan berada diatas, karena ukuran berat jenisnya
lebih kecil ketimbang berat jenis air. Allah berfirman dalam Al-Quran :
”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar,
54:49)
Air hujan yang turun menyirami bumi juga ”sesuai ukuran”. Ukuran yang dimaksud
adalah berkaitan dengan air yang menguap dari bumi dengan air hujan yang jatuh selalu
memiliki ukuran yang sama. Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari
bumi. Angka ini sama dengan curah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini
berarti bahwa air beredar terus menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu
”ukuran” yang pasti. (Harun Yahya, Memahami Allah Melalui Akal, tanpa tahun)
Dalam hal ini Al-Quran menyebutkan :
”Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit sesuai dengan ukuran,
dan Kami menghidupkan dengan itu daerah yang sudah mati. Demikian juga kamu akan
dibangkitkan (dari kematian)” (QS. Az-Zukhruf : 11)
Dengan sifat-sifat inilah para saintis atau ilmuwan menemukan berbagai rumus
yang pasti, seperti rumus kekekalan energi, rumus grafitasi, newton, percepatan dan
lainnya serta teori-teori didapat dari hasil mempelajari meneliti fenomena yang timbul di
alam semesta.

2. Immutable
Dengan sifat exact atau pasti tersebut, dapat diketahui bahwa benda-benda dan alam
semesta memiliki sifat tetap dan tidak mengalami perubahan sifat. Ketetapan dan tidak
terjadinya perubahan pada karakteristik alam semesta tersebut dinamakan immutable.
Maka pada jaman dahulu hingga sekarang, sifat-sifat yang menyertai benda-benda di
alam semesta ini tidak mengalami perubahan. Semuanya mengikuti sunnatullah, hukum
dan ketentuan Allah yang teratur dan seimbang tersebut. Inilah bentuk ketundukan alam
semesta pada Allah. Bentuk dari tasbih alam semesta pada Allah swt.
Keteraturan sistem di alam semesta, galaksi, bintang-bintang, matahari, bumi, bulan
dan planet-planet lain yang senantiasa berotasi melalui garis edarnya masing-masing,
tidak akan saling bertubrukan yang akan mengakibatkan terjadinya kehancuran.
Keteraturan dan keseimbangan demikian merupakan suatu sifat yang tetap dan tak akan
pernah berubah, kecuali pada saatnya ketika Allah swt hendak menghancurkan dunia ini
dengan datangnya hari kiamat.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

55
”Mahasuci Dia yang telah menjadikan gugusan bintang di langit dan
menempatkan sebuah pelita (yang cemerlang) dan sebuah bulan yang memberi
penerangan.” (QS Al-Furqaan, 25:61);
”Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
beredar dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiyaa’ 21:33)
”Tiada semestinya matahari menyusul bulan, dan malam tak akan mendahului
siang. Masing-masing beredar dalam garis edarnya.” (QS Yaasiin, 36:40)
Dengan sifat-sifat alam semesta yang demikian ini, semestinyalah kita sebagai
manusia juga bisa belajar dari alam untuk senantiasa tunduk pada aturan dan ketentuan
Allah swt. Secara fisik, sebagai bagian dari alam semesta kita sudah pasti mengikuti
sunnatullah, tunduk pada aturan-aturan yang Allah telah tetapkan. Pertumbuhan fisik kita,
keteraturan proses pernafasan kita, kerja jantung kita, kerja pencernakan dalam tubuh
kita, juga sistem peredaran darah kita, semua mengikuti aturan dan hukum Allah. Maka
bagaimana pikiran dan hati kita dalam memandang dunia, dalam mengelola semesta
alam, dalam bekerja, bermasyarakat, berusaha untuk bisa mengikuti hukun-hukum dan
ketentuan Allah swt.

3. Objektif
Sifat objektif yang merupakan karakteristik alam yang ketiga, merupakan bagian
yang tak terpisahkan. Dengan karakteristik yang pertama, exact atau pasti dan
karakteristik kedua immutable atau tetap sebagaimana diuraikan diatas, maka para
engineer, perekayasa pembangunan baik fisik maupun non fisik akan dapat melakukan
perencanaan pembangunan dengan lebih mudah. Misalnya seorang arsitek yang hendak
mengubah suatu kawasan, dia akan melakukan penelitian dan pendataan kawasan
tersebut, kemudian melakukan analisa atas data-data existing dan merencanakan
pembangunan kawasan dari site plan, disain bangunan, dan detail engineering-nya. Dan
selanjutnya akan dilaksanakan pembangunannya oleh konstruktor, sesuai yang
direncanakan. Keseluruhan proses ini disadari atau tidak menggunakan karakteristik dari
alam yang senantiasa mengikuti sunnatullah. Jika bangunan tersebut didirikan dengan
struktur yang kokoh sesuai dengan beban dan momen yang telah diperihitungkan, maka
bangunan itu akan bertahan lama. Namun jika pembangunannya tidak sesuai bestek
dengan mengurangi ukuran strukturnya di bawah angka toleransi, maka bangunan itu
akan lebih cepat roboh. Siapapun yang membangunnya, itulah yang akan terjadi.
Lebih jelas lagi sebagaimana yang diuraikan Imaduddin Abdulrohim. Contoh yang
lebih ekstrem, tulisnya, namun terbukti dalam kehidupan sehari-hari, ialah sebuah menara
masjid yang tinggi, menurut sunnah Allah, haruslah memakai penangkal petir di
puncaknya. Penangkal petir (lightning arrester) ini berupa sepotong batang tembaga yang
cukup besar (biasanya kira-kira sebesar induk jari) yang ujungnya ditanamkan ke dalam
tanah sampai sedalam batas air di dalam tanah itu. Biasanya diujung kawat yang tertanam
ini dipatrikan sekeping lempeng tembaga demi mendapatkan hubungan listrik yang
sebaik-baiknya dengan tanah di sekitar kaki menara itu.
Memasang penangkal petir ini adalah sunnatullah, yang bisa dipelajari dalam teknik
listrik. Jika hal ini dilanggar, artinya jika seseorang membuat menara tanpa penangkal
petir, maka di musim hujan, ketika banyak petir, maka menara itu pasti dihancurkan petir,
walau betapapun ikhlasnya orang yang mendermakan uangnya untuk membuat masjid
itu, dan walaupun masjid itu betul-betul dipakai semata-mata untuk menghimbau orang

56
mengingat dan mendekatkan hati kepada Allah swt. Sedangkan, mungkin sebuah papan
reklame minuman keras atau sebuah bangunan tempat bermain judi (casino), yang tin
gginya sama dengan menara tadi, dan jelas mengajak kepada maksiat, namun memenuhi
sunnatullah, karena memakai penangkal petir di atasnya, akan selamat dari sambaran
petir pada musim hujan.
Hal ini membuktikan sunnatullah itu obyektif, tak pilih kasih. Siapa saja
yangmelanggar, akan kena hukuman-Nya, apa pun alasan pelanggaran itu, termasuk
kejahilan atau kealpaan. (Dr. Ir. Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem
Nilai Terpadu, Gema Insani Press, Jakarta, 2002)

4. Peristiwa Khusus
Meski alam semesta dan segala isinya mengikuti sunnatullah, dengan karakteristik
exact, immutable dan obyektif diatas, ada peristiwa-peristiwa khusus yang di luar
kenyataan yang biasa kita temui. Peristiwa ini bukannya tidak mengikuti sunnatullah,
namun sebuah peristiwa yang Allah swt tunjukkan kepada manusia sebagai tanda
kebesarannya, sebagai sebuah pelajaran dan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian
ganjil tersebut.
Contohnya adalah pada saat Nabi Ibrahim dibakar oleh kaumnya yang
membangkang, maka sifat api yang panas dan membakar itu Allah perintahkan agar
menjadi dingin. Maka nabi Ibrahim di dalam api yang menyala-nyala menjilati tubuhnya
justru merasakan kesejukan dan kenyamanannya. Bahkan Allah swt juga memberinya
rezki kepada Ibrahim berupa buah-buahan dari surga. Ini dijelaskan dalam firmanNya :
”Mereka berkata: ”Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-
benar hendak bertindak.” Kami berfirman: ”Hai api menjadi dinginlah dan menjadi
keselamatanlah bagi Ibrahim.” mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka
Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan
Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian
manusia.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:68-71)
Peristiwa yang lain adalah Ibunda nabi Isa as, Siti Maryam, yang waktu sebagai
seorang gadis yang tanpa berhubungan dengan lelaki, namun dapat hamil dan akhirnya
melahirkan seorang anak, yaitu Isa as, atas kehendak Allah swt. Maka dalam kasus-kasus
tertentu seperti itu, Allah menunjukkan keagungan dan kebesarannya.
”Maryam berkata: ”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”
Jibril berkata: Demikianlah Tuhanmu berfirman: ”Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar

dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan

hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”

Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke


tempat yang jauh.
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, ia berkata : ”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.”

57
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ”Janganlah kamu bersedih hati,
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.”
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia,
maka katakanlah : ”Sesunggguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari
ini.” (QS. Maryam, 19:20-26)

Selanjutnya, tatkala Siti Maryam melahirkan, Isa kecil yang waktu itu masih sebagai
seorang bayi Allah beri kemampuan untuk bisa berbicara, menjelaskan siapa dirinya
sebenarnya kepada orang-orang yang mempertanyakannya.
”Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya.
Kaumnya berkata : ”Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang
amat mungkar.
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata : ”Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Berkata Isa : ”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan
Dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup.
Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka,
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (QS. Maryam, 19:27-34)

Untuk Apa Alam Diciptakan?


Allah menciptakan alam semesta, bumi, langit dan apa yang ada di dalamnya
dengan karakteristiknya, yang mengikuti hukum dan ketentuan Allah atau sunnatullah.
Untuk apa sebenarnya alam semesta ini diciptakan?
Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa penciptaan alam semesta ini tidak untuk main-
main.
”Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dengan bermain-main.”(QS. Al-Anbiyaa’, 21:16)
Juga dijelaskan, penciptaan alam semesta dilakukan dengan haq, bukan dengan
tujuan yang batil.
”Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan
haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ad-Dukhaan, 44:39)
Serta, penciptaan alam semesta ini mengandung sebuah hikmah, untuk
kebijaksanaan bagi manusia.

58
”Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Shaad, 38:27)
Bagaimana kita dapat mengambil hikmah atas penciptaan alam semesta? Mari kita
lihat dan pahami firman Allah dalam ayat berikut :
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Al-Imran, 3:190)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta fenomena
alam yang terjadi, sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah swt bagi orang yang berakal.
Siapakah orang yang berakal itu?
”(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata:) ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha
suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Imran, 3:191)
Orang yang berakal adalah mereka yang mau memanfaatkan hatinya untuk
senantiasa dzikrullah (mengingat Allah) dan menggunakan akalnya untuk tafakur fii
khalqillah (memikirkan ciptaan Allah).
Orang yang senantiasa dzikir pada Allah dan berfikir tentang ciptaan Allah, maka
setiap melihat alam semesta, melihat bumi, langit, matahari, bintang-bintang, pepohonan,
binatang, gunung, bahkan menyaksikan fenomena alam yang terjadi seperti gempa bumi,
tsunami, banjir dan sebagainya akan semakin mengagungkan asma Allah : Allahu Akbar.
Dan semakin mensucikan Asma Allah : Subhanallah!.
Dzikir akan membersihkan hati dari penyakit syirik dan akan semakin mendekatkan
diri pada Allah, akan mampu meningkatkan keimanan dan mentauhidkan Allah swt.
Dengan berfikir akan mampu menumbuhkan kreativitas dan inovasi dalam berkarya,
untuk meningkatkan kwalitas diri bagi kemaslahatan ummat.

Eksplorasi Alam

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, penciptaan alam semesta ini adalah sebagai


tanda kebesaran dan keagungan Allah agar kita mau dzikrullah dan tafakur fii khalqillah
(3:190-191). Penciptaan langit dan bumi, dan adanya fenomena alam di sekitar kita,
menuntut kita untuk menggunakan akal dan fikiran, untuk mengkaji, melakukan
penelitian dan mengambil pelajaran darinya. Bagaimana Allah menurunkan hujan dari
langit dan dengan air hujan tersebut bumi yang mati menjadi hidup (16:65). Sehingga
menumbuhkan berbagai macam tumbuhan, pepohonan, biji-bijian dan buah-buahan, yang
menjadi rezeki untuk bisa kita makan dan nikmati. Sebagaimana Al-Quran menjelaskan :
”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuhan-tumbuhan dan biji buah-buahan.
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih
berpaling?” (QS. Al-An’am, 6:95)
”Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf, 50:9)
Dengan air hujan dan tanaman yang tumbuh itu juga menjadi minuman dan
makanan bagi binatang ternak. Selanjutnya, pada binatang ternak, bisa kita dapatkan air

59
susu untuk menjadi minuman yang menyehatkan (16:66). Semua ini menjadi pelajaran
yang cukup penting bagi kita, sebagai tanda kebesaran dan keagungan Allah swt.
Allah juga memberikan tawaran pada manusia untuk menembus penjuru langit dan bumi,
melakukan eksplorasi atas alam semesta ini, tentu dengan suatu kemampuan dan
kekuatan khusus.
”Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, Kami tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan.” (QS. Ar-Rahmaan, 55:33)
Bagaimana kita sebagai kholifah dapat mengelola dan memanfaatkan alam semesta
ini untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan hidup kita, dengan tetap menjaga
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup (environment). Jangan sampai kita
berbuat kerusakan pada alam yang akan menimbulkan berbagai bencana seperti banjir,
tanah longsor, kekeringan dan lain sebagainya. Allah telah memberikan peringatan
kepada kita lewat FirmanNya :
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum, 30:41)

60
Bab Tujuh

MEMBACA DAN
MEMAHAMI ALAM
Allah swt menyerukan kita agar menuntut ilmu, yang merupakan petunjuk bagi
manusia untuk menjalani hidup di dunia ini. Petunjuk dari Allah swt tersebut bisa kita
temui dalam alam semesta di sekitar kita (ayat-ayat qouniyah), yang penjalasannya bisa
didapat dalam Kitab Suci Al-Quran (ayat-ayat qouliyah).
Seruan Allah swt untuk menuntut ilmu merupakan wahyu yang pertama turun kepada
Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril saat beliau melakukan tahanuts
(menyendiri untuk taqorub pada Allah) di gua Hira.
Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam Tafsir Juz’amma, menyebutkan,
sungguh amat mengagumkan kalimat Iqra’ sebagai permulaan wahyu Ilahi yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang ummi, yang diutus kepada kaum yang
ummi pula. Padahal kaumnya dicekam oleh kejahiliyahan dan ke-watsaniyah-an serta
jauh dari kebudayaan materialis dan rasional. Kata-kata Iqra’ (bacalah) merupakan
seruan untuk membaca dan mempelajari ilmu pengetahuan. Hal ini menjelaskan kepada
kita bahwa agama Islam berciri khas sejak permulaannya dengan ciri keilmuan dan
datang untuk menghapus kejahiliyahan serta menyebarkan cinta membaca serta
mempelajari pengetahuan. (Al-Ustadz Afif Abdul Fattah Thabbarah dalam Tafsir
Juz’amma, Terjamahan, Sinar Baru Bandung, 1989)
Secara lengkap wahyu yang pertama turun pada Nabi Muhammad saw adalah sebagai
berikut :

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-’Alaq, 96:1-5)

Ayat di atas mengisyaratkan agar dalam mempelajari ilmu pengetahuan melalui alam
semesta tersebut, hendaknya diawali dengan menyebut nama Allah, dengan tetap
mengagungkan Allah. Dialah yang Maha Pemurah, dengan kemurahan itu mengajarkan
manusia melalui perantaraan kalam (pena atau perangkat pembelajaran lainnya). Dengan
sebuah usaha yang dilakukannya, setiap orang memiliki peluang untuk memperoleh ilmu
yang dicarinya. Allah mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
Dalam bab ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk melakukan iqra’, membaca
alam semesta melalui ayat-ayat Al-Quran. Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran ini,
semoga Allah memberi kepahaman pada kita, karena hanya Allahlah dzat yang bisa
memahamkan kita akan ilmuNya.

61
A. ASTRONOMI

1. Keteraturan Alam Semesta


Sejak diciptakannya hingga saat ini alam semesta mengikuti sunnatullah, hukum dan
ketentuan Allah swt. Galaksi, bintang-bintang, matahari dan bulan serta planet-planet
pelengkapnya beredar sesuai garis edarnya masing-masing dengan teratur dan terjadi
keseimbangan yang demikian hebatnya dalam sistem alam semesta ini. Tidak ada yang
cacat dalam alam semesta ini, semua sistem berjalan secara teratur dan seimbang.

”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kami sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah
sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk, 67:3-4)

Menguraikan kesempurnaan di alam semesta, sebagai penjelasan dari ayat di atas,


Harun Yahya menuliskan betapa serasi dan teraturnya alam semesta yang didiami
miliaran bintang-bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya, bergerak dalam
orbit yang terpisah. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing
dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri
atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan
dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak
terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
Di seluruh alam semesta, besarnya ukuran massa sampai miliaran atau triliunan ton,
kecepatan bergerak, serta jarak antar benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila
dibandingkan dengan standar bumi. Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan
kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kurang-
lebih sebesar 108.000 km/jam. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas
logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh
meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan
720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang,
adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.
Kecepatan yang luar biasa ini menurut Harun Yahya, menunjukkan bahwa hidup
kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit, kecelakaan
besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan Allah dalam ayat di atas,
sistem ini tidak memiliki “cacat” atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga
segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini bekerja
sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah. (DR Harun Yahya, Keajaiban
Alam Semesta, 2002?)

62
2. Galaksi-galaksi
Dalam alam semesta ini Allah telah ciptakan milyaran galaksi. Galaksi merupakan
sekumpulan bintang yang jumlahnya ribuan milliar, menyatu dalam sekumpulan debu
dan gas yang terikat oleh suatu kekuatan gaya grafitasi. Galaksi mempunyai berbagai
bentuk dan ukuran. Galaksi besar mempunyai milyaran bintang. Ada galaksi yang tampak
seperti gumpalan kabut, ada sekumpulan galaksi yang tampak demikian indah yang
membentuk apa yang dinamakan Milky Way (kabut susu), ada juga yang mempunyai
bentuk tertentu mirip hot dog atau kincir angin. Galaksi-galaksi ini terkumpul dalam
sebuah cluster atau supercluster. Diantara milyaran galaksi itu, ada sekitar 30 galaksi
yang berkumpul dalam satu kluster yang sangat dikenal karena menjadi tempat bumi
yang ditinggali manusia, yang oleh para astronom disebut kelompok lokal, yaitu bima
sakti.

”Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang (galaksi) dan
Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (QS. Al-Furqaan,
25:61)

Kumpulan-kumpulan raksasa bintang-bintang atau galaksi itu baru diketahui manusia


sekitar 50 tahun yang lalu, sebagai hasil dari sebuah eksplorasi astronomik (penyelidikan
atas bintang-bintang) dengan menggunakan alat-alat optik yang sempurna seperti alat
yang memungkinkan dibuatnya teleskop di Mount Wilson, Amerika Serikat. Dengan cara
ini orang dapat mengetahui sejumlah besar galaksi-galaksi, atau sekumpulan galaksi yang
terpisah dan terdapat pada jarak yang sangat berjauhan, sehingga memerlukan ukuran
tahun cahaya yang dinamakan Parsec, yaitu suatu jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam
3,26 tahun, dengan kecepatan 300 ribu km per detik.
DR. Maurice Bucaille menguraikan mengenai galaksi di alam semesta, yang
merupakan pandangan dari sains modern, bahwa kosmos telah terjadi dari pada kumpulan
gas yakni hidrogen dan sedikit helium yang berputar secara pelan pada zaman yang
sangat kuno. Kumpulan gas tersebut kemudian terbagi menjadi potongan-potongan
banyak daripada dimensi dan kelompok yang sangat besar. Ahli-ahli ilmu astrofisika
(fisika bintang) memperkirakan bahwa dimensi tersebut adalah satu milliar sampai 100
milliar kali besarnya matahari, dan besarnya matahari adalah 300.000 kali besarnya bumi.
Angka-angka tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang pentingnya kelompok
gas mula-mula yang kemudian melahirkan matahari.
Pecahan baru terjadi lagi dan melahirkan bintang-bintang. Kemudian terjadilah proses
kondensasi dimana daya tarik (karena benda-benda itu itu bergerak dan beredar sangat
cepat), tekanan, pengaruh medan-medan magnetik dan radiasi semuanya memberikan
pengaruh.
Bintang-bintang menjadi bercahaya karena pperubahan kekuatan daya tarik menjadi
energi panas. Reaksi thermo nuklir ikut melakukan peran dan karena bercampur maka
terjadilah atom berat yang menggantikan atom ringan. Dengan begitu maka hidrogen
menjadi helium, kemudian menjadi karbon dan kemudian lagi menjadi oksigen, dan
akhirnya menjadi logam dan akhirnya menjadi metalloid. Jadi bintang-bintang itu
mempunyai kehidupan dan astronom modern telah dapat menyusun klasifikasi mengenai
perkembangan bintang tersebut. (DR. Maurice Bucaille, Bible, Quran dan Sains Modern,
Bulan bintang Jakarta, 1978)

63
3. Matahari dan Bulan
Dalam kumpulan galaksi yang menyatu dalam cluster yang bernama bima sakti, Allah
ciptakan matahari sebagai pelita dan bulan sebagai cahaya. Hal ini Allah berfirman dalam
Al-Quran :

”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-
tingkat.? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan
matahari sebagai pelita?” (QS. Nuh, 71:15-16)

”Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan
pelita yang amat terang (matahari)” (QS. Surat An-Naba’, 78:12-13)

Maurice Bucaille menguraikan, matahari adalah cahaya (dziya’) dan bulan adalah
terang (nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang
yang mencampur adukkan dua kata tersebut. Sesungguhnya perbedaan arti antara dua
kata tersebut sangat kecil. Dziya’ berasal dari akar kata yang menurut kamus Arab-
Perancis karangan Kazimirski, berarti menyala, mengkilat, tetapi pengarang itu juga
memberi arti terang di samping arti cahaya.
Perbedaan antara matahari dan bulan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat diatas, bulan
dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir) dari akar yang sama dengan kata nur
(kata terang dipakai untuk bulan). Sedangkan matahari diserupakan sebagai pelita
(siraj)atau lampu yang sangat terang sinarnya (wahhaj).
Manusia pada zaman Nabi Muhammad dapat menerima perbandingan antara
matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal oleh orang-orang yang hidup di
sahara, dengan bulan, bintang, udara sejuk di waktu malam. Perbandingan tentang hal ini
yang kita dapatkan dalam Al-Quran adalah wajar. Yang sangat menarik perhatian dan
perlu dicatat di sini ialah keagungan perbandingan, dan tidak terdapatnya dalam teks Al-
Quran unsur-unsur perbandingan yang menunjukkan keagungan pada waktu Al-Quran
diturunkan, tetapi yang nampak pada zaman kita sekarang sebagai khayalan.
Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang memprodusir panas yang
hebat serta cahaya, karena terjadi pembakaran di dalamnya dan kita mengetahui bahwa
bulan yang tidak mempunyai cahaya dari dirinya sendiri, hanya memantulkan kembali
cahaya yang diterima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak
berkegiatan, sedikitnya di lapisan-lapisan yang di luar. (DR. Maurice Bucaille, Bible,
Quran dan Sains Modern, Bulan bintang Jakarta, 1978)
Sebagai sumber cahaya dan energi panas, matahari menyediakan energi yang kita
butuhkan setiap hari. Harun Yahya menulis, pada benda angkasa yang berenergi sangat
besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar
ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang
dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom.
Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan
di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan untuk kehidupan disediakan oleh
matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya
berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.

64
Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini
berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3
km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam.
Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun
325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang
terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti,
yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.)

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasiin, 36:38)

Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari


berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada
bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kira-kira 720.000x24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung
padanya. (DR Harun Yahya, Keajaiban Alam Semesta, 2002)

4. Bintang-bintang
Bintang-bintang merupakan benda angkasa sebagai suatu fenomena alam. Menurut
para ilmuwan, bintang adalah bola gas yang sangat panas. Pusat sebuah bintanf seperti
tungku nuklir raksasa. Disana terjadi perubahan gas hidrogen menjadi helium, disertai
pengeluaran sejumlah besar energi. Sebagian dari energi itu bisa kita lihat dan rasakan
dalam bentuk cahaya dan panas. (Cynthia Pratt Nicolas, Menjelajah Ruang Angkasa,
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002)
Bintang dalam bahasa Arabnya Najm disebutkan dalam Al-Quran 13 kali. Kata
jamaknya “Nujum”, akar kata dari berarti nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda
samawi (angkasa) yang dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda
itu memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleksi dari pada cahaya yang diterima
dari luar. Untuk memberi gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi adalah benda
yang kita namakan bintang, kita sebutkan surat Ath-Thaariq : 1-3:

“Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang
pada malam hari, yaitu bintang yang cahayanya menembus.” (QS. Ath-Thaariq, 86:1-3)

Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Al-Quran dengan kata “tsaqib” artinya
yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus. Di sini menembus
kegelapan waktu malam. Kata yang sama “Tsaqib” juga dipakai untuk menunjukkan
bintang-bintang yang berekor, ekor itu adalah hasil pembakaran di dalamnya.

5. Planet dan Sistem Tata Surya


Planet adalah suatu obyek besar yang bergerak mengelilingi suatu benda. Bumi
adalah planet yang mengelilingi sebuah bintang, yaitu matahari. Delapan planet lainnya
yaitu merkurius, venus, mars, jupiter, saturnus, uranus, neptunus dan pluto, juga
mengelilingi matahari. Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan telah menemukan
planet-planet di sekitar bintang-bintang lain yang jaraknya cukup jauh.

65
Matahari dan sembilan planet yang mengelilinginya itu disebut sebagai tata surya.
Ada sembilan planet dan lebih dari 60 bulan di dalam tata surya kita. Ribuan gumpalan
batu-batu kecil yang disebut asteroid juga mengelilingi matahari. Sebagian besar asteroid
terletak diantara mars dan jupiter. Jauh melampaui orbit dari planet-planet itu, terdapat
sekelompok komet yang dingin. Seringkali orbit planet ini membawa mereka mendekati
matahari, sehingga terlihat dari bumi. (Cynthia Pratt Nicolas, Menjelajah Ruang
Angkasa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002)
Menurut Mourice Bucaille, adalah sukar untuk menyatakan bahwa planet-planet itu
disebutkan dalam Al-Quran dengan arti yang tepat seperti yang kita berikan kepada
planet-planet yang kita ketahui sekarang. Jika ditelusuri lebih jauh, Al-Quran menamakan
planet itu dengan nama Kaukah. Kata jamaknya Kawakib, tetapi tanpa memberitahukan
jumlahnya. Impian nabi Yusuf menyebutkan sebelas (Surut Yusuf), akan tetapi ini adalah
riwayat impian Nabi Yusuf.
Untuk menjelaskan arti kata planet (kaukah) dalam Al-Quran, kita baca ayat yang
sangat masyhur yang arti sesungguhnya nampak bersifat spiritual dan juga dipersoalkan
dianatara para ahli tafsir Al-Quran. Walaupun begitu, kata itu penting karena ada
perbandingan mengenai kata yang menunjukkan “planet”
Teks tersebut adalah :

“Allah pemberi cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada
dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara.” (QS
An-Nur, 24:35)

Yang dimaksudkan disini adalah proyeksi cahaya kepada suatu benda yang
merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana planet yang
disinari matahari. Ini adalah satu-satunya perinci yang menerangkan arti kata “kaukah”
yang dapat kita jumpai dalam Al-Quran.
Kata Kaukah terdapat juga dalam ayat-ayat yang lain. Dalam beberapa ayat kita tak
dapat menentukan apakah yang dimaksudkan dengan kata itu. (Surat Al-An’am ayat 72)
dan Surat Al-Infithar ayat 1-3).
Akan tetapi dalam suatu ayat terdapat kata “Kawakib” yang menurut pengetahuan
modern hanya dapat diartikan planet.

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planet-
planet.” (QS. Ash-Shaffat, 37:6)

Kalimat Al-Quran: “Langit yang terdekat” dapatkah diartikan : sistem matahari? Kita
mengetahui bahwa tak terdapat di antara benda-benda samawi yang terdekat kepada kita
selain planet. Matahari adalah bintang satu-satunya dalam sistem ini yang pakai nama.
Orang tak dapat mengerti, benda samawi apa gerangan yang dimaksudkan dalam ayat
tersebut, jika bukan planet. Rasanya sudah benar jika kita terjemahkan “Kawakib”
dengan planet; dan ini berarti bahwa Al-Quran menyebutkan adanya planet menurut
definisi modern.

66
6. Orbit Benda-benda Langit
Dalam sistem alam semesta, setiap benda samawi (langit) secara keseluruhan
senantiasa bergerak, sebagaimana telah dikemukakan terdahulu. Pergerakan ini
merupakan sesuatu yang pasti, baik menyangkut arahnya, kecepatannya, garis edarnya
dan juga waktu yang dipergunakannya. Pergerakan benda-benda langit ini berupa gerak
rotasi yakni berputar sendiri pada sumbunya, juga berputar mengelilingi benda yang lebih
besar, yang lebih kuat gaya grafitasinya. Misalnya, bulan selalu berputar pada sumbunya,
dan berputar mengelilingi bumi dengan waktu 27,3 hari. Bumi juga berputar pada
sumbunya dengan waktu 23 jam 56 menit, dan berputar mengelilingi matahari dalam
waktu 365,2 hari. Pada saat yang sama, bulan juga ikut berputar bersama bumi
mengelilingi matahari. Matahari bersama bintang-bintang lain dalam satu galaksi juga
berputar mengelilingi pusat atau sumbu galaksi yang disebut axis.
Pergerakan bulan, bumi, matahari, galaksi-galaksi ini berjalan dengan sangat teratur
sehingga menghasilkan keseimbangan sistem di alam semesta ini, juga timbulnya waktu
siang dan malam, serta pengaruh panas matahari yang mengakibatkan keadaan suhu
panas dan dingin di berbagai wilayah tertentu di muka bumi ini. Peredaran benda-benda
langit tersebut tidak saling mendahului dan tidak saling bertubrukan yang mengakibatkan
kehancuran alam semesta. Allah telah berfirman dalam Al-Quran :

“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.” (QS. Ar-Rahman, 55:5)

“Tidakkah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yaa Siin,
36:40)

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:33)

Harun Yahya menuliskan dalam “Memahami Alam dengan Akal”, menurut sebuah
teori murakhir yang terakui, benda-benda yang padat dan sangat besar di alam semesta
memaksakan kekuatan gravitasi terhadap benda-benda yang lebih kecil. Sebagai misal,
bulan membuat orbit mengelilingi bumi, yang mempunyai volume yang lebih besar.
Bumi dan planet-planet lain di tata surya ini bergerak di suatu orbit mengelilingi
matahari. Masih ada sistem besar lain yang dikelilingi oleh matahari di suatu orbit. Hal
terpenting di semua rincian ini adalah bahwa tak satu pun dari bintang-bintang dan
benda-benda lainnya di angkasa bergerak secara tak terkendali, memotong orbit lain
ataupun saling berbenturan. Alquran mengisyaratkan dalam sebuah ayat : “Demi langit
yang penuh dengan jalan-jalan.“ (QS. Adz-Dzariyat, 51:7)
Matahari, sebagai salah satu dari trilyunan bintang di alam semesta, melakukan
perjalanan lebih dari 17 juta kilometer perhari di angkasa. (DR Harun Yahya, Keajaiban
Alam Semesta, 2002)

7. Misteri ”Black Hole”


Di sebagian besar umur hidupnya, bintang bersinar stabil. Selama itu, bintang
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Kemudian, setelah milyaran tahun, hidrogen
di intinya mulai menipis. Saat inilah bintang-bintang memasuki usia tua. Ia mulai

67
membakar hidrogen di lapisan sekeliling intinya. Perubahan ini membuat bintang
memuai dan berubah warna. Dari bintang kuning atau putih berukuran sedang, ia menjadi
bintang merah raksasa.
Setelah menjadi bintang tua yang berwarna merah, bintang terus mengalami
perubahan. Ia bisa memuai dan mengkerut sambil membentuk dan kehilangan lapisan
terluar gasnya yang berkilau. Akhirnya, bintang tua itu menyemburkan seluruh gasnya
yang merah dan panas itu. Ia menjadi bintang kecil yang disebut bintang kerdil putih.
Bintang kerdil biasanya seukuran dengan bumi. Karena sangat padat, bintang ini sangat
berat. Bintang kerdil seukuran bumi, beratnya menyamai berat matahari.
Para Astronom menemukan sebuah lubang hitam (black hole) di angkasa. Astronom
menduga bahwa lubang hitam terbentuk ketika bintang yang paling terang dan sangat
besar, yang disebut bintang biru super raksasa, kolaps pada akhir hidupnya. Sebuah
lubang hitam adalah sejumlah besar zat dan energi yang dimampatkan ke suatu tempat
yang kecil. Karena lubang hitam sangat padat, maka gravitasinya luar biasa kuat. Tak ada
sesuatupun bahkan cahaya yang bisa lolos dari gaya tariknya. Maka tak seorangpun yang
pernah melihat lubang hitam ini. Namun lubang hitam ini diyakini ada. (Cynthia Pratt
Nicolas, Menjelajah Ruang Angkasa, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002)
Apa yang ditemukan para ilmuwan, para Astronom adalah sebagian kecil dari misteri
alam semesta yang baru bisa diungkap. Dalam suatu proses penelitian ilmiah, temuan-
temuan baru akan terus didapatkan. Maka sepanjang temuan itu tidak bertentangan
dengan apa yang telah Allah informasikan dalam Al-Quran, maka dia semakin
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah. Dan sudah semestinya
manusia semakin yakin dan beriman akan eksistensi Allah swt, dan menjadikannya
semakin tunduk, patuh dan taat pada ketentuan dan hukum-hukum Allah swt.

68
B. BUMI

1. Bumi Dihamparkan
Allah swt menciptakan langit dan bumi, serta apa yang ada di dalamnya. Bumi
merupakan planet yang diciptakan sebagai bagian dari alam semesta, merupakan tempat
hidup berbagai macam makhluk, termasuk di dalamnya adalah manusia. Allah berfirman
dalam Al-Quran:

“Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? ” (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:20)

Allah memberikan pertanyaan ini bersama dengan perintah kepada Rasulullah untuk
memberikan peringatan kepada umatnya, dengan cara penyadaran atas mereka untuk
memperhatikan alam semesta.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia di ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberikan peringatan” (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:17-21)

Allah menghamparkan bumi dan Allah juga telah meratakannya untuk dapat dihuni
bagi sekalian makhluknya.

“Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluknya.” (QS. Al-Hijr, 15:10)

Tidak itu saja, Allah juga melengkapi bumi dengan gunung-gunung sebagai pasaknya,
menciptakan sungai-sungai, membuat jalan-jalan di muka bumi dan juga menumbuhkan
pepohonan sebagai perhiasan bumi. Ini bisa kita lihat dalam ayat-ayat berikut:

“Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya dan menjadikan padanya buah-buahan berpasang-pasangan.”
(QS. Ar-Ra’d, 13:3)

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu dengan ukuran. Dan Kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-
makhluk yang kamu bukan pemberi rezki kepadanya.” (QS. Al-Hijr, 15:19-20)

“Yang menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu
di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”
(QS. Thaha, 20:53-54)

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik
perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi, 18:7)

69
Demikianlah Allah menciptakan bumi, kemudian dihamparkanNya dan menjadikan
segala sesuatu di muka bumi untuk memenuhi keperluan manusia, sekaligus untuk
menguji diantara mereka, manakah yang beriman dan taat kepada Allah sebagai Tuhan
alam semesta, dan manakah yang membangkang dan mendustakan kebesaranNya.

2. Lapisan Bumi dan Gunung Sebagai Pasak


Harun Yahya mengemukakan, menurut temuan-temuan geologis, pegunungan itu
muncul sebagai hasil dari pergerakan dan perbenturan pelat raksasa yang merupakan
kerak bumi. Pelat-pelat ini amat besar dan membawa semua benuanya. Bila dua pelat
bertabrakan, yang satu biasanya tergelincir di bawah yang lain dan puing-puing
diantaranya terangkat. Tonjolan besar di puing-puing yang terpadatkan ini membentuk
pegunungan dengan terangkat lebih tinggi daripada sekelilingnya. Sementara itu tonjolan
yang merupakan pegunungan bergerak di bawah tanah selain di atas tanah. Ini berarti
bahwa pegunungan mempunyai bagian yang terseret ke bawah sebesar bagiannya yang
terlihat. Perpanjangan pegunungan di bawah tanah ini mencegah kerak bumi dari
tergelincir pada lapisan magma atau antara lapisan-lapisannya.
Dengan penjelasan ini, salah satu dari sifat pegunungan yang paling bermakna adalah
formasinya di titik-titik gabung pada pelat-pelat bumi yang tertekan bersama-sama
dengan berdekatan ketika mendekat dan “memancangkan” diri. Artinya, kita bisa
mempersamakan pegunungan dengan paku-paku yang merekatkan potongan kayu-kayu.

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya. Padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan.” (QS. A-Naml, 27:88)

Selanjutnya, tekanan yang didesakkan oleh pegunungan terhadap kerak bumi dengan
massa yang amat besar itu mencegah pergerakan magma di inti bumi dari jangkauan
bumi dan penghancuran kerak bumi. Lapisan tengah bumi, yang disebut inti, merupakan
kawasan yang terbuat dari bahan-bahan yang mendidih di suhu yang mencapai ribuan
derajat celcius. Pergerakan di inti ini menyebabkan pemisahan bagian-bagian untuk tegak
di antara pelat-pelat yang membereskan bumi. Pegunungan yang tegak di bagian-bagian
ini menghalangi pergerakan ke atas dan melindungi bumi dari gempa bumi yang keras.

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung
sebagai pasak?” (QS. An-Nabaa’, 78:7)

“Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan.”


(QS Al-Ghaasyiyah, 88: 6-7)

Allah pancangkan gunung-gunung dengan teguh untuk mengokohkan letak (kulit) bumi
agar tidak terguncang dan menjadi hancur permukaannya.

“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.” (QS. An-Naazi’aat, 79:32)

“Dia meletakkan gunung di (permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan
kamu” (QS. Luqman, 31:10)

70
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu.” (QS. An-Nahl, 16:15)

3. Siklus Air di Bumi


Air merupakan sumber kehidupan. Di bumi, Allah ciptakan air untuk kepentingan
kehidupan manusia. Dengan air itu, manusia dapat meminumnya dan menggunakannya
untuk berbagai keperluan, mandi, mencuci, menyiram tanaman dan untuk menghidupkan
tanah pertanian. Air juga dibutuhkan untuk binatang ternak maupun hewan-hewan liar
yang ada di hutan. Allah juga ciptakan sungai-sungai dan lautan. Selanjutnya Allah
mengatur sedemikian rupa siklus air agar dapat memenuhi kebutuhan di daratan,
tersimpan di wilayah hutan-hutan di pegunungan, mengalirkannya lewat sungai-sungai di
permukaan bumi maupun di dalam perut bumi dan selanjutnya kembali mencapai lautan.

”Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit sesuai dengan ukuran, dan
Kami menghidupkan dengan itu daerah yang sudah mati.” (QS. Az-Zukhruf, 43:11)

Harun Yahya menguraikan, ukuran yang dimaksud adalah berkaitan dengan air yang
menguap dari bumi dengan air hujan yang jatuh selalu memiliki ukuran yang sama.
Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama
dengan curah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar
terus menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu ”ukuran” yang pasti.
Pembentukan hujan di permukaan bumi, sebagai hasil peneletian atas fenomena alam,
menurut sain modern berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, ”bahan baku” hujan naik ke
udara. Lalu awan terbentuk dan akhirnya turunlah curahan hujan.
Allah swt menginformasikan proses terjadinya hujan dan siklus air ini dalam Al-
Quran sebagai berikut :

”Dialah Allah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan, lalu Ia


membentangkan di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-
gumpal, lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya, maka bila Ia
menurunkannya kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki,
merekapun bergembira ria.” (QS Ar-Ruum, 30:48)

Harun Yahya, menguraikan penjelasan tiga tahap sebagaimana ayat diatas sebagai
berikut:
Tahap Pertama : ”Dialah Allah yang mengirimkan angin ....”
Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di
lautan yang pecah terus menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur
menuju langit. Partikel-partikel ini yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin
bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan
dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik
kecil dengan mekanisme yang disebut ”perangkap air”.
Tahap Kedua : ” ....dan yang menggerakkan awan, lalu Ia membentangkannya di langit
sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal...”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau
partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan

71
diameter 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di
langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
Tahap Ketiga : ” ...lalu kau lihat air hujan keluar dar celah-celahnya.”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu
mengental dan membentuk air hujan. Jadi air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada
udara, bertolak dari awan, dan mulai jatuh ke atas tanah sebagai hujan. (Harun Yahya,
Memahami Allah Melalui Akal, tanpa tahun)
Air hujan yang turun ke tanah, sebagian akan disedot oleh tumbuh-tumbuhan, dengan
transpirasinya mengembalikan sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain dari air
tersebut meresap ke dalam tanah, dan dari tanah itu sebagian menuju danau-danau atau
lautan dengan melalui saluran dan sungai-sungai yang ada atau terus masuk lebih ke
dalam pada tanah untuk kembali lagi ke permukaan bumi berupa sumber-sumber air atau
air mancur. Demikian seterusnya air yang ada dipermukaan bumi, di danau atau di lautan
kembali naik ke atmosfir dalam bentuk uap atau partikel-partikel air yang kemudian
membentuk gumpalan awan dan akhirnya menjadi hujan yang turun ke bumi.
Inilah fakta yang dapat kita lihat dan secara jelas telah diinformasikan Allah lewat
firman-firmanNya secara jelas.

4. Lautan Sebagai Bagian dari Bumi


Lautan merupakan bagian terbesar dari bumi kita, sebagai tempat berkumpulnya air
dan tempat bermuaranya aliran air dari daratan. Lautan menyimpan banyak karunia Allah
berupa ikan dengan berbagai macam jenisnya, juga keindahan terumbu karang di
beberapa tempat. Di lautan bisa dihasilkan mutiara yang indah sebagai perhiasan.
Lautan merupakan tempat berlayar bagi bahtera-bahtera, tempat bagi sebagian
manusia mencari karuniaNya. Semua ini merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah
swt berfirman dalam Al-Quran:

“Dan Dia telah menundukkan bahtera-bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di
lautan dengan kehendak-Nya.” (QS Ibrahim, 14:32)

“Dan Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
dari padanya daging yang segar (ikan) dan Kami mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya dan supaya
kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya dan supaya kamu bersyukur” (QS. An
Nahl, 16:14)

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan
nikmat (kemurahan) Allah, supaya diperlihatkanNya kepadamu sebagian tanda-tanda
(kekuasaan)Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman,
31:31).

Bagi mereka yang berada diatas kapal atau bahtera yang berlayar di tengah lautan,
betapa terasa kecilnya kita manusia di atas lautan yang demikian luas. Melihat ke depan
yang ada air, menengok ke kiri ke kanan juga air, menengok ke belakang juga terlihat

72
hanya air. Di dalam bahtera yang digoncang-goncang ombak di tengah lautan dan
terkadang datang badai, siapakah yang dapat menyelamatkan dirinya selain Allah.
Air yang seperti lautan pernah didatangkan Allah ke daratan di masa perjuangan Nabi
Nuh, tat kala sebagian besar kaumnya menentang dan mendustakan kebesaran Allah.
Maka Allah datangkan banjir bandang yang menenggelamkan mereka. Sebagian kecil
kaumnya sekitar 40 orang Allah selamatkan dengan menaiki perahu yang telah disiapkan
oleh Nabi Nuh As, sebagaimana firmanNya.

“Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan
mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang
mereka kendarai yang seperti bahtera itu. Dan jika Kami tenggelamkan mereka, maka
tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Kecuali karena
rahmat daripada Kami, dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu
tertentu.” (QS. Yaasiin, 36:41-44)

Fakta lain mengenai lautan dapat kita baca pada beberapa ayat, yang menunjukkan
suatu fenomena khusus, yakni bahwa air lautan yang asin dengan air sungai-sungai besar
yang tawar tidak dapat bercampur seketika.

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (bersampingan), yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit. Dia jadikan anatara keduanya dinding dan batas
yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan, 25:53)

“Dan tidak sama (antara) dua laut, Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini
asin lagi pahit. Dan masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging segar dan
kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya.” (QS. Faathir,
35:12)

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara
dan marjan.” (QS. Ar-Rahmaan, 55 : 20-22)

Harun Yahya, memberikan penjelasan pada ayat terakhir di atas, ditekankan bahwa
dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini
dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling
bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan
yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan
Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu,
airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Batas ini
adalah gaya yang disebut “tegangan permukaan”.

5. Penjagaan Dengan Atmosfir Bumi


Sesuai dengan keteraturan dan keseimbangan yang Allah swt pelihara dalam seluruh
kejadian di angkasa (alam semesta) ini, pernahkah kita bayangkan apa yang terjadi dalam
logika sains podern? Bagaimana kondisi bumi ini jika tanpa pemeliharaan dari Allah swt?
Seperti halnya informasi yang kita dapatkan mengenai kondisi bulan yang menampakkan
permukaan yang tidak rata dan penuh dengan lubang-lubang akibat terkena jatuhan dari

73
pecahan benda-benda angkasa. Juga akibat pancaran sinar matahari dan berbagai bintang
lainnya, kondisi di bulan tidak memungkinkan seorang manusia hidup tanpa peralatan
dan pakaian angkasa luar.
Maka pada planet bumi dimana beraragam makhluk hidup termasuk manusia
menjadi penghuninya, Allah swt telah melakukan penjagaan demikian rapi dan teratur
dengan lapisan-lapisan atmosfir bumi. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188),
lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu.
Lapisan pertama Troposfer: Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17
km di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun
sebesar 6,5°C, bergantung pada ketinggian. Pada salah satu bagian yang disebut
tropopause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada –57°
C.
Lapisan kedua Stratosfer: Lapisan ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar
ultraviolet diserap, sehingga panas dilepaskan dan suhu mencapai 0°C. Selama
penyerapan ini, dibentuklah lapisan ozon yang penting bagi kehidupan.
Lapisan ketiga Mesosfer: Lapisan ini mencapai ketinggian 85 km. Di sini suhu
turun hingga –100°C.
Lapisan keempat Termosfer: Peningkatan suhu berlangsung lebih lambat
Lapisan kelima Ionosfer: Gas pada lapisan ini berbentuk ion. Komunikasi di bumi
menjadi mungkin karena gelombang radio dipantulkan kembali oleh ionosfer.
Lapisan keenam Eksosfer: Karena berada di antara 500 dan 1000 km, karakteristik
lapisan ini berubah sesuai aktivitas matahari.
Lapisan ketujuh Magnetosfer: Di sinilah letak medan magnet bumi.
Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel subatom yang
bermuatan energi tertahan pada suatu daerah yang disebut sabuk radiasi Van Allen.
Harun Yahya, mengkaitkan tujuh lapisan dalam atmosfir bumi ini dengan firman
Allah dalam beberapa ayat Al-Quran yang menyatakan Allah menciptakan tujuh lapis
langit, diantaranya ayat berikut.
“Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS Ath-Thalaq,
65:12)
Lapisan atmosfir diatas juga berperan dalam proses penjagaan bumi atas bahaya yang
mengancam akibat adanya peristiwa di angkasa luar. Seperti adanya meteor-meteor yang
jatuh menuju ke planet bumi, semua meteor besar dan kecil akan dihancurkan oleh
atmosfir bumi. Sehingga meteor yang mencapai permukaan bumi relatif kecil dan tidak
terlalu membahayakan.
Harun Yahya juga menjelaskan, banyak sinar yang berbahaya – dan bahkan fatal –
mencapai bumi dari matahari dan bintang-bintang lain. Sumber utama sinar-sinar yang
berbahaya ini terutama adalah ledakan energi, ”kobaran” di matahari, bintang terdekat
dengan bumi.
Selama matahari ini bersorot, suatu awan plasma terlempar ke angkasa dengan
kecepatan 1.500 km/detik. Awan plasma ini yang tersusun dari proton yang bermuatan
positif dan elektron yang bermuatan negatif, menghantarkan listrik. Ketika awan itu
mendekati bumi dengan kecepatan 1.500 km/detik, awan ini mulai menghasilkan arus

74
listrik di bawah pengaruh bidang magnit di sekeliling bumi. Di sisi lain, bidang magnetik
bumi itu mengarahkan gaya pendorong terhadap awan plasma tersebut yang mengalir
langsung melalui ini. Gaya ini menghentikan pergerakan awan itu dan menjaganya pada
jarak tertentu. Kini, mari kita amati daya awan plasma yang ”dihentikan” sebelum
mencapai bumi.
Walaupun awan plasma itu tertahan oleh bidang magnetik bumi, pengaruhnya masih
tercerap dari bumi. Dengan mengikuti kobaran kuat tersebut, transfomer-transformer bisa
meledak di saluran-saluran yang bertegangan tinggi, jaringan komunikasinya bisa putus
atau gabungan jaringan listriknya bisa berhamburan.
Di suatu ledakan bintik-matahri, energi yang diluncurkan akan terhitung sama dengan
100 trilyun kali energi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Limapuluh-delapan jam
sesudah kobaran, aktivitas yang menonjol bisa diamati pada jarum kompas, dan panasnya
melonjak sampai 2.500 C pada ketinggian sekitar 250 kilometer di atas atmosfir.
Sekalipun demikian, arus partikel lain disebarkan dari matahari dengan kecepatan
yang relatif lebih rendah, kira-kira 400 km/detik. Ini disebut ”angin matahari”. Angin
matahari dikendalikan dengan lapisan partikel bermuatan yang disebut ”Lajur Radiasi Val
Allen” yang dihasilkan di bawah pengaruh bidang magnetik bumi dan, dengan demikian,
tidak membahayakan bumi. Pembentukan lapisan ini dimungkinkan karena karakteristik
inti bumi. Inti ini mengandung logam-logam magnetik seperti besi dan nikel. Yang lebih
penting adalah bahwa nekleusnya tersusun dari dua struktur yang berbeda. Inti dalamnya
padat, sedangkan inti luarnya cair. Dua lapisan inti ini masing-masing berputar.
Pergerakan ini menciptakan efek magnetik di logam-logam yang mengarah pada
pembentukan bidang magnetik.
Lajur Val Allen itu merupakan perpanjangan dari bidang magnetik ini yang merentang
ke jangkauan atmosfir terluar. Bidang magnetik ini melindungi bumi terhadap bahaya-
bahaya yang mungkin berasal dari angkasa. Angin- angin matahari tidak bisa lewat
melalui Lajur Van Allen, 40.000 mil dari bumi. Bila dalam bentuk partikel- partikel yang
bermuatan listrik, mereka menjumpai bidang magnetik ini, terurai dan tersebar di sekitar
lajur ini.
Tepat seperti Lajur Van Allen, atmosfer bumi juga melindungi bumi dari efek-efek
angkasa yang merusak. Kami menyebutkan bahwa atmosfir melindungi bumi dari meteor.
Akan tetapi, ini bukan hanya ciri atmosfir. Sebagai misal, suhu minus 273 di angkasa
luar, yang disebut ”nol mutlak” yang akan berdampak fatal bagi orang – orang,
sedangkan suhu di atmosfir bumi lebih tinggi secara permanen.
Yang lebih menarik adalah bahwa atmosfir hanya membiarkan masuk sinar-sinar,
gelombang – gelombang radio, dan cahaya – cahaya yang tidak berbahaya, karena ini
merupakan unsur-unsur yang vital bagi kehidupan. Sinar ultraviolet, yang hanya
dibiarkan masuk sebagian oleh atmosfir, sangat penting untuk fotosintesis tanaman dan
untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Pancaran ini, yang terpancar dengan
sangat kuat dari matahari ke bumi, disaring melalui lapisan ozon atmosfir dan hanya
sebagian yang diperlukan saja yang mencapai bumi. Sinar matahari adalah salah satu
persyaratan hidup yang paling mendasar.
Singkatnya, terdapat suatu sistem hebat yang berfungsi di bumi yang mencakup-diri
dan melindungi dari bahaya luar. Dalam Al-Qur’an, keadaan bumi yang berperisai
diungkapkan dengan ayat sebagai berikut ini:

75
Dan Kami telah menjadikan langit (sebagai ) atap yang terjaga baik, (namun)
mereka berpaling dari ayat – ayat ini. (QS. Al-Anbiyaa’, 21:32)

Tiada keraguan bahwa pada abad k2 7, mengetahui perlindungan atmosfir ataupun


keberadaan Lajur Van Allen adalah mustahil. Sekalipun begitu, ungkapan ”atap yang
terjaga baik” menjelaskan dengan sempurna perantara-perantara pelindung di sekitar
bumi yang belum ditemukan hingga zaman modern. Jadi ayat tersebut yang menyebut
langit sebagai atap yang terjaga baik, menunjukkan bahwa Al-Quran dikirim oleh Sang
Pencipta Yang berpengetahuan atas segala sesuatu.

C. FLORA

Allah swt menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan tersebut Allah hidupkan
tanah yang mati menjadi subur dan menumbuhkan berbagai macam flora berupa
pepohonan, tumbuhan dan tanaman perdu dan rerumputan. Firman Allah dalam Al-
Quran:

“Dan (Kami) turunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam.” (QS. Thaha, 20:53)

Dengan pengetahuan yang telah didapat manusia, dari air hujan tersebut dikelola
sedemikian rupa untuk sistem irigasi bagi tanah pertanian. Sesuai lahan tanah menurut
kondisi struktur dan tekstur tanah, serta curah hujan dan iklim setempat dapatlah
diciptakan berbagai macam pertanian.

”Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-
A’raaf, 7:58)

Demikianlah, dalam Al-Quran kita mengenal berbagai macam jenis flora yang
diusahakan oleh manusia dalam bentuk pertanian seperti perkebunan, buah-buahan dan
biji-bijian.

1. Perkebunan
Pada dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup, bisa kita temukan tanah
perkebunan tanaman keras seperti perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa, atau berupa
hutan seperti hutan cemara, hutan jati, hutan mahoni, dan tanaman keras lainnya yang
tergolong tanaman tahunan. Perkebunan demikian bisa dihasilkan kayu-kayuan yang
dapat dimanfaatkan untuk kelengkapan bahan bangunan untuk rangka atap atau pintu dan
kosen, bahkan dapat dimanfaatkan untuk dinding rumah-rumah tradisional. Hasil kayu ini
juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan perabot rumah dan meubelair seperti meja,
kursi, tempat tidur, almari dan sebagainya.

76
”Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun korma dan anggur, di
dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-
uahan itu kamu makan.” (QS. Al-Mu’minun, 23:19)

Dari perkebunan kelapa sawit, kelapa dan pohon jarak juga bisa dihasilkan minyak-
minyak nabati, seperti minyak kelapa, CPO untuk menjadi minyak goreng dan minyak
jarak untuk alternatif bagi biosol untuk pengganti bahan bakar minyak yang selama ini
dikenal.

”Dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun) yang menghasilkan minyak dan
pemakan makanan bagi orang-orang yang makan.” (QS. Almu’minun, 23:20)

Pada daerah padang pasir dan gurun dengan curah hujan yang kurang, kita kenal
perkebunan korma dan pohon zaitun. Korma untuk makanan dan zaitun untuk minyak
zaitun.

”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung yang yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya dihari
memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-
An’am, 6:141)

2. Buah-buahan
Pada dataran tinggi dan rendah dengan curah hujan yang cukup maupun sedang, bisa
didapati berbagai macam pepohonan yang menghasilkan buah-buahan seperti mangga,
kelengkeng, durian, duku, jeruk dan sejenisnya. Adapula dari tumbuhan perdu ataupun
merambat kita kenal buah pepaya, apel, pier, anggur, stoberry dan sejenisnya. Buah-
buahan ini menjadi rezki dan makanan bagi manusia bahkan juga binatang. Menjadi
produk untuk komoditi lokal maupun export, yang dengannya tumbuh aktivitas
perdagangan.

”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air
itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-
kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah)
kematangannnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-An’am, 6:99)

Dari berbagai buah-buahan juga dapat diciptakan berbagai macam minuman,


termasuk minuman yang memabukkan yang bisa dibuat dari buah korma dan anggur.
Sebagaimana Allah menginformasikan lewat Al-Qur’an.

77
”Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki
yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:67)

3. Biji-bijian
Pada dataran tinggi dan rendah dengan curah hujan cukup bisa kita dapati lahan
pertanian tanaman pangan berupa biji-bijian seperti padi dan gandum, atau pada daerah
yang curah hujan kurang kita dapati tanaman biji-bijian berupa jagung, kacang-kacangan
dan lain sebagainya. Hasil tanaman biji-bijian ini juga menjadi bahan makanan pokok
manusia untuk dijadikan beras, tepung dan sebagainya. Allah berfirman dalam Al-Quran.
“Dan Kami turunkan dari langit air hujan yang banyak manfaatnya, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,” (QS. Qaaf,
50:9)

“Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,” (QS. An-
Nabaa’,78: 15)

“Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,” (QS. ‘Abasa, 80:27)

Demikianlah Allah tumbuhkan berbagai macam tanaman bagi manusia, menjadi


rezeki dan makanan, sebagai sebuah kenikmatan yang harus disyukuri. Sebagaimana
Firman Allah.

“Dan pohon korma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun,
untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami) dan Kami hidupkan dengan air itu
tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf, 50:10-11)

4. Reproduksi Tumbuh-tumbuhan
Dalam alam tumbuh-tumbuhan terjadi suatu proses dikenal sebagai reproduksi
tumbuh-tumbuhan. Mourice Bucaille, menguraikan reproduksi yang terjadi dalam alam
tumbuh-tumbuhan dapat dengan cara sexual dan asexual. Sesungguhnya yang dapat kita
namakan reproduksi itu hanya yang terjadi dengan cara sexual, karena reproduksi
semacam itu menunjukkkan proses biologi yang bertujuan untuk melahirkan individu
baru yang sama dengan indivisu yang melahirkan.
Adapun reproduksi asexual hanya merupakan pergandaan, karena reproduksi
semacam itu terjadi dengan pembagian organisme. Sesudah organisme itu terpisah, ia
mengalami perkembangan yang akan menjadikan sama dengan induknya. Guilliermond
dan Mangenot menganggap hal tersebut sebagai kasus pertumbuhan yang istimewa.
Contoh yang sangat sederhana dapat kita jumpai dalam hal sebagai berikut : Satu cabang
daripada sesuatu tumbuh-tumbuhan dipotong, di tanam ditanah yang cukup mendapatkan
air, cabang itu akan hidup sendiri dengan timbulnya akar-akar baru. Ada tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai anggota khusus untuk perkembangan tersebut, ada pula yang
mengeluarkan anggota baru yang menyesuaikan diri seperti biji-bijian (yang merupakan
hasil reproduksi seksual)
Reproduksi sexual daripada tumbuh-tumbuhan terjadi dengan hubungan antara unsur-
unsur jantan dan unsur-unsur betina yang bersatu di dalam tumbuh-tumbuhan itu sendiri

78
atau terpisah di tumbuh-tumbuhan lain. Reproduksi sexual itulah yang disebutkan dalam
Al-Quran.

“Yang telah menjadikan bagimu sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu
di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”
(QS. Thaha, 20:53)

Pasangan adalah terjemahan dari kata bahasa zauj (jamaknya aswaj) yang arti
pokoknya sesuatu yang dengan sesuatu lainnya menjadi sepasang. Kata tersebut juga
dipakai untuk sepatu, kita katakan sepasang sepatu.

“Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan daripadanya segala
macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS. Luqman, 31:10)
“Dan menjadikan padanya (bumi), semua buah-buhan berpasang-pasangan.” (QS. Ar-
Ra’d, 13:3)

Kita mengetahui bahwa “buah” adalah hasil reproduksi daripada tumbuh-tumbuhan


tingkat tinggi yang mempunyai organisasi (susunan anggota) yang lengkap dan sangat
kompleks. Tahap sebelum menjadi buah adalah bunga dengan anggota jantan (etamin)
dan betina (ovules), Ovul ini setelah menerima “pollen” menghasilakan buah, dan buah
itu sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah mengandung arti tentang adanya
anggota jantan dan anggota betina. Inilah yang dimaksud oleh ayat tersebut diatas.

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.” (QS. Yaasiin, 36:36)

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)” (QS. Al-
Hijr, 15:22)

D. FAUNA

Disamping menciptakan alam semesta dan melengkapi berbagai macam pepohonan,


tumbuhan dan rerumputan di bumi ini, Allah juga menciptakan alam binatang atau
dikenal alam fauna. Berbagai macam spesies dapat kita temukan di bumi ini baik di
daratan, di lautan maupun di udara yang luas. Allah swt berfirman dalam Al-Quran.

”Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Nya ialah menciptakan langit dan


bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia
Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (QS. Asy-Syuura,
42:29)

”Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-


binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).” (QS. Al-Faathir,
35:28)

79
Allahlah yang memelihara makhlukNya, binatang-binatang melata, baik di daratan
maupun di lautan, semuanya mendapatkan rezeki dari Allah swt. Sedangkan manusia
tinggal memanfaatkan dan menggunakannya untuk keperluan dirinya. Allah berfirman:

”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
menyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS.
Hud, 11:6)

1. Manfaat Binatang Ternak


Allah menciptakan binatang ternak dengan berbagai manfaat bagi manusia. Dengan
bulu dan kulit binatang tersebut dapat digunakan sebagai pakaian bagi manusia, juga
untuk selimut di saat dingin menyentuh tubuhnya, maka bulu dan kulit binatang tersebut
akan menghangatkannya. Binatang ternak yang telah ditetapkan kekhalalannya juga
menjadi makanan bagi manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan Dia menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.” (QS. An-
Nahl, 16:5)

Dan pada binatang ternak, Allah menjadikan air susu yang dapat diminum untuk
membuat segar dan sehat tubuhnya. Dengan kesehatan yang Allah berikan, manusia dapat
melakukan berbagai macam aktivitas dalam kehidupannya.

”Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang terdapat dalam perutnya (berupa) susu
yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.” (QS. An-Nahl, 16:66)

Mengenai air susu yang dihasilkan oleh binatang ternak dalam ayat di atas, Mourice
Bucaille menguraikan, zat-zat yang pokok yang menjamin makanan sesuatu organisme
datng dari transformasi kimia yang terjadi sepanjang anggota-anggota pencernakan, zat-
zat itu timbul; unsur-unsur yang terdapat dalam usus. Jika unsur-unsur dalam usus itu
sudah sampai waktunya untuk bertransformasi, unsur-unsur itu menembus kulit-kulit
usus dan mengarah ke alat-alat sirkulasi . Perpindahan ini terjadi dengan dua cara: cara
langsung dengan dinamakan ”saluran-saluran Lymphatique” atau cara tidak langsung
dengan melalui pintu sirkulasi yang akan menyempaikan kepada lever (hati) tempat
unsur-unsur itu mengalami perobahan. Dari hati, unsur-unsur itu menuju ke sirkulasi
umum. Dengan cara ini, semua zat diedarkan dengan peredaran darah.
Unsur-unsur susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan yang mendapat bahan
dari kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang beredar. Jadi darah itu
bertindak sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari makanan
untuk dijadikan bahan bagi kelenjar-kelenjar penyusuan yang menghasilkan susu dan
dibawa anggota-anggota lain.

80
Dal hal ini semuanya bermula dari adanya isi usus dan dinding usus. Pemikiran yang
jitu ini sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan kimia dan psikologi pencernaan. Hal ini tak
diketahui orang pada zaman Nabi Muhammad, dan hanya baru diketahui pada zaman
modern. Adapun peredaran darah, baru saja diketemukan oleh Harvey, yakni 10 abad
sesudah Al-Quran diwahyukan. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern,
Buulan Bintang, Jakarta, 1978)

Binatang ternak juga dapat berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat mengangkut
manusia dan barang bawaannya dari suatu tempat di wilayah tertentu menuju tempat di
wilayah yang lain, dari suatu kota yang satu ke kota yang lain, bahkan dari negara yang
satu ke negara yang lain. Kita mengenal binatang unta yang menjadi alat transportasi bagi
para pedagang di daerah padang pasir, timur tengah pada zaman dahulu. Binatang gajah
juga menjadi alat transportasi di daerah-daerah pegunungan dan hutan-hutan yang tak ada
jalan aspal. Kuda juga merupakan binatang untuk transportasi yang bisa mengangkut
kereta penumpang maupun kereta barang. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Allah-lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu
kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan, Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang
lain pada binatang ternak itu untuk kamu, dan supaya kamu mencapai suatu keperluan
yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu diangkut dengan
mengendarai binatang-binatang itu dan dengan mengendarai bahtera.” (QS. Al-
Mu’min, 40:79-80)

2. Binatang Berkelompok
Binatang memiliki kecenderungan berkelompok atau bermasyarakat dalam kehidupan
mereka. Kita bisa amati hewan seperti burung, nyamuk, lebah atau semut, dan lain-
lainnya, mereka akan selalu berkelompok atau berkoloni melakukan kegiatannya, dalam
mencari makan, melakukan reproduksi dan membuat sarang untuk tinggal mereka. Allah
berfirman dalam Al-Quran.

”Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhan merekalah, mereka
dihimpunkan.” (QS. Al-An’am, 6:38)

Maurice Bucaille menguraikan, cara hidup binatang-binatanag itu pada beberapa


puluh tahun terakhir, telah dipelajari secara teliti dan kita menjadi yakin akan adanya
masyarakat-masyarakat binatang. Sudah terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat
meyakinkan orang tentang perlunya organisasi kemasyarakatan. Tetapi penemuan tentang
mekanisme organisasi beberapa macam binatang baru terjadi dalam waktu yang akhir-
akhir ini. Kasus yang paling banyak diselidiki dan diketahui adalah kasus lebah. Nam
Von Frisch dikaitkan orang dengan penyeleidikan tersebut. Pada tahun 1973, Von Frisch,
Lorenz dan Tinbergen mendapat hadiah Nobel karena penyelidikan mereka.
Menjelaskan tentang ayat di atas, Sayid Abu Bakar Hamzah dalam tafsirnya menulis,
naluri yang mendorong mkhluk-makhluk untuk berkelompok dan berreproduksi, untuk
hidup bermasyarakat yang menghendaki agar pekerjaan tiap-tiap anggota dapat berfaedah

81
untuk seluruh kelompok. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern,
Buulan Bintang, Jakarta, 1978)
Dalam kehidupan berkelompok tersebut masing-masing binatang sering menunjukkan
kerjasama yang kompak, saling membantu, saling memberikan informasi atas suatu
kebaikan atau keuntungan bagi kelompok mereka dan sebaliknya mengenai informasi
yang mengancam dan membahayakan mereka. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam
ayat berikut.

”Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut : Hai semut-
semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS, An-Naml, 27:18)

3. Keaneka-ragaman Binatang
Allah secara khusus juga menyebutkan beberapa binatang yang menarik untuk kita
kaji dan perhatikan, sebagai tanda-tanda kebesaranNya. Diantaranya adalah nyamuk,
lebah madu dan unta *). Binatang-binatang itu akan diuraikan berikut.

Nyamuk
Binatang nyamuk yang kita kenal adalah seekor serangga yang sering mengganggu
kenyamanan tidur kita dengan hinggap menempel pada kulit dan menghisap darah.
Akibatnya kulit terasa gatal, membengkak kecil dan memerah. Terkadang akibat gigitan
binatang nyamuk ini mengakibatkan seseorang menjadi sakit malaria atau bahkan sakit
demam berdarah akibat gigitan nyamuk aides.
Nyamuk yang sering dianggap binatang biasa dan tidak begitu penting itu, justru
secara khusus disebut Allah dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan,
“Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang
yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang
yang fasik.”(QS. Al Baqarah, 2: 26)

Mengapa sampai-sampai Allah membuat perumpamaan berupa seekor nyamuk


tersebut? Apa yang menjadikannya istimewa? Marilah kita cermati bersama.
Harun Yahya menguraikan dalam tulisannya, bahwa sebenarnya nyamuk hinggap
pada tubuh manusia, bukan karena dia pemakan darah. Yang mengisap darah hanya
nyamuk betina. Selain itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik
nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina mengisap darah

*) Uraian mengenai nyamuk, lebah madu dan unta penulis kutip dari “Misteri Alam Semesta” tulisan Harun
Yahya, penulis ringka dengan sistematika diolah kembali.
hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya
berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara
kelangsungan spesiesnya.

82
a. Reproduksi Pada Nyamuk
Harun Yahya juga menjelaskan bagaimana nyamuk memelihara kelangsungan
spesiesnya dalam proses reproduksi. Nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk
kawin akan menggunakan antenanya—organ pendengar—untuk menemukan nyamuk
betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena nyamuk betina. Bulu tipis di
ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di
sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang membantunya
mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di udara. Nyamuk
jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina
memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk
betina akan melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak
berlangsung lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan.
Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya. Karena
itulah nyamuk betina hinggap pada tubuh manusia dan menghisap darah untuk
perkembangan telur hasil perkawinannya.
Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk
betina di atas daun lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur.
Sebelumnya, si induk memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor
halus di bawah perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur.
Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu milimeter, tersusun dalam satu baris,
secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur dalam bentuk tertentu,
saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini bisa terdiri
atas 300 telur.
b. Metamorfosa Pada Nyamuk
Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu
menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi larva,
agar tak terlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur, warna kulit sebagian larva
juga berubah sesuai dengan lingkungan, sehingga mereka lebih terlindungi.
Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui berbagai
proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk tersebut tidak
mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap perkembangan nyamuk.
Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan sendiri. Tidak mungkin
pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah diciptakan dengan sistem ini
sejak mereka pertama kali muncul.
Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan.
Larva, yang terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi
sempit, sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya
untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini
mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai selesai berkembang.
Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air,
dengan menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini
membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil bergantung
terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara yang mirip “snorkel” yang
digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah
masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas. Singkatnya, makhluk hidup

83
ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan rumit yang berhubungan timbal-
balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki pipa udara, ia tidak akan mampu
bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air.
Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian
pada tahap ini. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh
sejak awal. Dengan kata lain, ia telah diciptakan.
Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda dengan
sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir, yaitu tahap
kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat sempit. Ini berarti sudah
tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong. Makhluk yang keluar dari
kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit dipercaya bahwa kedua wujud ini
adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk yang sama. Sebagaimana yang terlihat,
proses perubahan ini terlalu rumit dan sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun
nyamuk betina….
Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya
pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa
udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan lubang
ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan tubuhnya. Oleh
karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum pergantian kulit.
Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap terbang, lengkap dengan
semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan matanya
yang besar.
Kepompong tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah
bocornya air ke dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek
ini ditutupi suatu cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari
sentuhan air. Ini saat yang sangat penting. Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat
tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas air dan hanya kakinya yang boleh
menyentuh permukaan air. Ia berhasil.

c. Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan


Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang
mengatur kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.
Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan
bibir pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus
khusus yang membuka selama proses pengisapan darah.
Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara
menghunjamkan belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang
atas yang setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke
belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti gergaji dan
mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan melalui irisan pada
kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir. Sekarang waktunya
nyamuk mengisap darah.
Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan
menyebabkan tubuh manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan
menghentikan kebocoran. Enzim ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh

84
manusia juga akan segera bereaksi membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk
dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak akan bisa mengisap darah lagi.
Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia
menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini
menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap darah yang ia
butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak pada titik yang digigit
nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah ini.

“Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang
Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari langit dan bumi adalah miliknya. Ia
memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.”
(QS. Al Hadid, 57:1-2)

Lebah Madu
Lebah merupakan hewan yang masuk dalam kelompok serangga, yang disebut Al-
Quran sebagai hewan penghasil madu yang bermanfaat sebagai obat penyakit bagi
manusia. Untuk dapat menghasilkan madu tersebut Allah wahyukan terhadap lebah untuk
membuat sarang dan memakan buah-buahan serta mengikuti jalan yang telah ditetapkan
baginya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan)
bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl, 16:68-69)

Dari ayat di atas kita akan coba cermati bagaimana lebah membuat sarang-sarangnya,
makanan yang dihisap dan proses yang terjadi dalam memproduksi madu, juga zat apa
saja yang menjadi kandungan pada madu yang menjadi obat penyembuh itu.

a. Sarang Lebah.
Bagaimana bentuk sarang lebah madu dan keistimewannya yang dibuat hewan ini,
Harun Yahya mengungkapkan, sarang yang dibangun lebah dapat menampung 80 ribu
lebah yang hidup dan bekerja bersama-sama, dengan menggunakan sedikit bagian dari
lilin lebah.
Sarang tersebut tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan sel-
sel kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berukuran sama persis.
Keajaiban teknik ini dicapai melalui kerja kolektif ribuan lebah. Lebah menggunakan sel-
sel ini untuk menyimpan makanan dan memelihara lebah muda.
Selama jutaan tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk membangun
sarangnya. (Sebuah fosil lebah yang berusia 100 juta tahun telah ditemukan). Sungguh
menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi enam, bukan segi delapan atau segi

85
lima. Ahli matematika memberikan alasannya: “struktur segi enam adalah bentuk
geometris yang paling cocok untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum”.
Jika sel-sel sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak
terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih sedikit lebah yang
mendapatkan manfaatnya.
Sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling sedikit dalam
pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah tentu tidak akan mampu
menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan manusia dengan perhitungan geometris yang
rumit. Hewan kecil ini menggunakan bentuk segi enam secara fitrah, hanya karena
mereka diajari atau “diilhami” oleh Tuhan mereka.
Desain sel segi enam ini sangat praktis dalam banyak hal. Sel-sel tersebut pas saat
disusun dan menggunakan satu dinding bersama-sama. Sekali lagi, hal ini menjamin
penyimpanan maksimal dengan lilin minimal. Kendatipun agak tipis, dinding sel ini
cukup kuat untuk menahan berat beberapa kali lebih besar dari beratnya sendiri.
Satu hal lain yang dipertimbangkan ketika membangun sarang madu adalah
kemiringan sel. Dengan menaikkan kemiringan sel 13° pada kedua sisinya, lebah
mencegah sel berposisi sejajar dengan tanah. Dengan demikian, madu tidak akan bocor
dari mulut sel.
Selagi bekerja, lebah madu saling bergelantungan membentuk lingkaran dan
bergerombol. Dengan melakukan hal ini, mereka menghasilkan suhu yang dibutuhkan
untuk produksi lilin. Kantung kecil dalam perut mereka memproduksi cairan transparan,
yang mengalir keluar dan mengeraskan lapisan lilin tipis. Lebah mengumpulkan lilin
dengan menggunakan kait kecil pada kakinya. Mereka memasukkan lilin ini ke dalam
mulut, lalu mengunyah serta memprosesnya sampai lilin tersebut cukup lunak, dan
membentuknya dalam sel. Sejumlah lebah bekerja bersama untuk menjaga suhu yang
dibutuhkan tempat kerja mereka, agar lilin tersebut tetap lunak dan mudah dibentuk.
Ada satu hal lagi yang menarik untuk diketahui: pembangunan sarang madu dimulai
dari bagian atas sarang dan berlanjut ke bawah secara bersamaan pada dua atau tiga baris
yang terpisah. Sementara potongan sarang madu berkembang ke arah yang berbeda,
pertama-tama bagian bawah dari dua baris tersebut menyatu. Proses ini dilaksanakan
dengan selaras dan tertata secara menakjubkan. Oleh karena itu, sulit dimengerti bahwa
sarang madu sebenarnya terdiri atas tiga bagian terpisah. Potongan-potongan sarang
madu, yang pembangunannya dimulai dari arah yang berbeda-beda, diatur begitu
sempurna, sehingga kendatipun terdapat ratusan sudut berbeda dalam strukturnya, sarang
tetap tampak seperti satu sarang yang seragam.
Untuk pembangunan tersebut, lebah harus terlebih dahulu memperhitungkan jarak
antara titik awal dan titik sambungan. Lalu, mereka mendesain dimensi sel tersebut sesuai
dengan ini. Bagaimana perhitungan yang demikian rumit dapat dilakukan oleh ribuan
lebah? Hal ini senantiasa menakjubkan para ilmuwan.
Sungguh sangat tidak rasional bila kita mengira bahwa lebah telah menyelesaikan
tugas ini, yang hampir tak mampu dilakukan manusia sendiri. Hal ini melibatkan
organisasi yang sedemikian rumit dan terperinci, mustahil mereka bisa melakukannya
sendiri. Semua ini karena ilham dari Allah bagi lebah madu.
Lebah diberi petunjuk oleh sebuah sumber unik dan karenanya mereka berhasil
melaksanakan pekerjaan mereka—yang tanpa petunjuk ini tak akan mampu mereka
lakukan. Bukan naluri—sebuah istilah tanpa arti—yang menunjuki lebah, melainkan

86
“wahyu” yang disebutkan dalam Surat an-Nahl. Binatang mungil ini melaksanakan
program yang telah ditetapkan Allah bagi mereka secara khusus.

“Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang
meyakini.” (QS. Al Jatsiyah, 45:4)

b. Cara Menemukan Makanan


Lebah biasanya harus terbang menempuh jarak jauh dan menjajagi wilayah luas
untuk menemukan makanan. Mereka mengumpulkan serbuk sari bunga dan bahan
pembuat madu dalam jarak 800 m dari sarang. Seekor lebah, yang telah menemukan
bunga, terbang kembali ke sarangnya untuk memberi tahu lebah lain tentang tempat
bunga tersebut. Bagaimana lebah ini menjelaskan lokasi bunga kepada lebah lain di
sarang?
Dengan menari!… Lebah yang kembali ke sarangnya mulai menari. Tarian ini adalah
sarana ekspresi, yang mereka gunakan untuk memberi tahu lebah lain tentang lokasi
bunga. Tarian yang diulang-ulang lebah tersebut mengandung semua informasi tentang
sudut, arah, jarak, dan informasi perincian lain tentang sumber makanan, sehingga lebah
lain dapat mencapai tempat itu.
Tarian ini berbentuk angka “8” yang diulang terus-menerus oleh lebah tersebut (lihat
gambar di atas). Lebah tersebut membentuk bagian tengah angka “8” dengan mengibas-
ngibaskan ekor dan bergerak zig-zag. Sudut antara gerakan zig-zag dan garis matahari-
sarang menunjukkan arah sumber makanan dengan tepat (lihat gambar di atas).
Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah pekerja
juga harus “mengetahui” seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan
mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut
memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan
menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara. Misalnya, untuk
“menjelaskan” jarak 250 m, ia mengibaskan bagian bawah tubuhnya lima kali dalam
setengah menit. Dengan demikian, lokasi pasti sumber makanan tersebut dapat dijelaskan
dengan terperinci, baik tentang jarak maupun arahnya.
Ada masalah baru bagi lebah yang memerlukan waktu lama untuk terbang ke sumber
makanan. Saat lebah—yang hanya mampu menjelaskan sumber makanan berdasarkan
arah matahari—kembali ke sarangnya, matahari bergeser 1° setiap 4 menit. Akhirnya,
lebah akan melakukan kesalahan 1° setiap 4 menit perjalanannya, yang ia beri tahukan
pada lebah-lebah lain.
Anehnya, lebah ini tidak menghadapi persoalan tersebut! Mata lebah terdiri atas
ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah sempit, persis
seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu tertentu di siang hari
akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang. Lebah melakukan perhitungan ini
dengan memanfaatkan perubahan cahaya matahari berdasarkan waktu. Akibatnya, lebah
menentukan arah lokasi sasaran tanpa salah, dengan melakukan koreksi dalam informasi
yang ia berikan di dalam sarang ketika matahari bergerak maju.

Lebah madu dapat mengetahui kalau bunga yang ia temui telah didatangi dan diambil
nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain, dan ia segera meninggalkannya. Dengan

87
demikian, ia menghemat waktu dan tenaga. Lalu, bagaimana seekor lebah mengetahui,
tanpa memeriksa, bahwa nektar bunga tersebut telah diambil?
Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu menandainya dengan
tetesan berbau khas. Begitu seekor lebah baru mengunjungi bunga yang sama, ia
mencium bau tersebut dan mengetahui bahwa bunga tersebut sudah tidak berguna dan
karenanya langsung pergi ke bunga yang lain. Dengan demikian, lebah tidak membuang
waktu pada bunga yang sama.

c. Kehidupan Sosial Lebah dan Penjagaan Madu


Kehidupan lebah di sarang dan produksi madunya sangatlah menakjubkan. Tanpa
membahas terlalu terperinci, marilah kita amati ciri-ciri utama “kehidupan sosial” lebah.
Lebah harus melaksanakan banyak “tugas” dan mereka mengatur semua ini dengan
organisasi yang luar biasa.
Kelembapan sarang, yang membuat madu memiliki kualitas perlindungan tinggi,
harus dijaga pada batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah batas ini,
madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya. Begitu juga, suhu
sarang harus 35°C selama sepuluh bulan pada tahun tersebut. Untuk menjaga suhu dan
kelembapan sarang ini pada batas tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga
ventilasi.
Jika hari panas, terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang
dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur kayu, mereka mengipasi sarang dengan
sayap. Dalam sarang standar, udara yang masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi
yang lain. Lebah ventilator yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke
semua sudut sarang. Sistem ventilasi ini juga bermanfaat melindungi sarang dari asap dan
pencemaran udara.
Upaya lebah untuk menjaga kualitas madu tidak terbatas hanya pada pengaturan
kelembapan dan panas. Di dalam sarang terdapat sistem pemeliharaan kesehatan yang
sempurna untuk mengendalikan segala peristiwa yang mungkin menimbulkan bakteri.
Tujuan utama sistem ini adalah menghilangkan zat-zat yang mungkin menimbulkan
bakteri. Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki sarang. Untuk itu, dua
penjaga selalu ditempatkan pada pintu sarang. Jika suatu zat asing atau serangga
memasuki sarang walau sudah ada tindakan pencegahan ini, semua lebah bereaksi untuk
mengusirnya dari sarang.
Untuk benda asing yang lebih besar yang tidak dapat dibuang dari sarang, digunakan
mekanisme pertahanan lain. Lebah membalsam benda asing tersebut. Mereka
memproduksi suatu zat yang disebut “propolis” (resin lebah) untuk pembalsaman. Resin
lebah ini diproduksi dengan cara menambahkan cairan khusus yang mereka keluarkan
dari tubuh kepada resin yang dikumpulkan dari pohon-pohon seperti pinus, hawwar, dan
akasia. Resin lebah juga digunakan untuk menambal keretakan pada sarang. Setelah
ditambalkan pada retakan, resin tersebut mengering ketika bereaksi dengan udara dan
membentuk permukaan yang keras. Dengan demikian, sarang dapat bertahan dari
ancaman luar. Lebah menggunakan zat ini hampir dalam semua pekerjaan mereka.

d. Madu Sebagai Obat


Madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta
sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi, dan

88
fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya
berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu, dalam madu
terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta beberapa jenis hormon.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah “obat bagi manusia”. Fakta
ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur
Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26
September 1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan
menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan
bahwa madu, royal jelly, serbuk sari, dan propolis dapat mengobati berbagai penyakit.
Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan
pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga
menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan
banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit
lainnya.
Dewasa ini, apikultur dan produk lebah telah membuka cabang penelitian baru di
negara-negara yang sudah maju dalam hal ilmu pengetahuan. Manfaat madu lainnya
dapat dijelaskan di bawah ini:
Mudah dicerna: Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain
(misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif
sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu ginjal dan usus
untuk berfungsi lebih baik.
Rendah kalori: Kualitas madu lain adalah, jika dibandingkan dengan jumlah gula
yang sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah. Walau memberi energi yang besar,
madu tidak menambah berat badan.
Berdifusi lebih cepat melalui darah: Jika dicampur dengan air hangat, madu dapat
berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit. Molekul gula bebasnya membuat otak
berfungsi lebih baik karena otak merupakan pengonsumsi gula terbesar.
Membantu pembentukan darah: Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan
tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu pembersihan darah. Madu
berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah. Madu juga
berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis.
Membunuh bakteri: Sifat madu yang membunuh bakteri disebut “efek inhibisi”.
Penelitian tentang madu menunjukkan bahwa sifat ini meningkat dua kali lipat bila
diencerkan dengan air. Sungguh menarik bahwa lebah yang baru lahir dalam koloni
diberi makan madu encer oleh lebah-lebah yang bertanggung jawab merawat mereka—
seolah mereka tahu kemampuan madu ini.
Royal jelly: Royal jelly adalah zat yang diproduksi lebah pekerja di dalam sarang. Zat
bergizi tinggi ini mengandung gula, protein, lemak, dan berbagai vitamin. Royal jelly
digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang disebabkan kekurangan jaringan
atau kelemahan tubuh.
Jelaslah bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah, dibuat
untuk kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan
tugas-tugas yang sedemikian sulit “dengan sendirinya”.

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. An-Nah, l6:68-69)

89
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.“ (QS. Al
Jatsiyah, 45: 13)

Unta
Unta dikenal sebagai binatang yang hidupnya di padang pasir dengan iklim yang
kering di darah Timur Tengah dan daerah Eropa. Binatang ini sering disebut dalam Al-
Quran karena memiliki keistimewaan yang tak dimiliki binatang lain dalam kelompok
mamalia. Allah menuntut suatu perhatian kita mengenai binatang unta ini.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan? Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan
bumi, bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghasiyah, 88:17-21)

Tidak diragukan lagi bahwa semua makhluk, dengan kemampuan mereka,


menunjukkan kekuasaan dan pengetahuan tak terbatas dari Pencipta mereka. Allah
mengungkapkan hal ini dalam berbagai ayat Al Quran, mengisyaratkan bahwa segala
sesuatu yang Dia ciptakan sebenarnya adalah sebuah tanda, yaitu lambang dan
peringatan.
Yang menjadikan unta “makhluk hidup istimewa” adalah struktur tubuhnya, yang
tidak terpengaruh oleh kondisi alam paling keras sekalipun. Tubuhnya memiliki beberapa
keistimewaan, yang memungkinkan unta bertahan hidup berhari-hari tanpa air dan
makanan, dan mampu mengangkut beban ratusan kilogram selama berhari-hari.

“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan
Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS.Yunus, 10:6).

a. Binatang Padang Pasir


Sebagai binatang padang pasir, unta memiliki kekhususan dalam tubuhnya. Kepala
unta terlindung dari kondisi yang ada di padang pasir. Bulu mata memiliki sistem
pengaitan. Dalam keadaan bahaya, bulu ini secara otomatis menutup. Bulu mata yang
saling berkait ini mencegah masuknya partikel debu ke mata. Hidung dan telinga ditutupi
oleh bulu panjang agar terlindungi dari debu dan pasir. Lehernya yang panjang
memungkinkan hewan ini mencapai dan memakan dedaunan yang berada 3 m di atas
tanah.
Kaki unta memiliki dua jari kaki yang dihubungkan dengan bantalan elastis. Struktur
ini, yang memungkinkan unta mencengkeram tanah dengan erat, terdiri dari empat bola
berlemak. Ini sangat cocok untuk berbagai jenis kondisi tanah. Kuku melindungi kaki
dari kemungkinan rusak akibat benturan.
Lututnya tertutup kapalan, yang terbentuk dari kulit sekeras dan setebal tanduk.
Ketika hewan ini berbaring di pasir yang panas, struktur berkapalan ini melindunginya
dari luka akibat permukaan tanah yang sangat panas.

90
Punuk unta, yang berupa gundukan lemak, menyediakan sari makanan bagi hewan ini
secara berkala ketika ia mengalami kesulitan makanan dan kelaparan. Dengan sistem ini,
unta dapat hidup hingga tiga pekan tanpa air. Selama masa ini, unta kehilangan 33% berat
badannya. Dalam kondisi yang sama, seorang manusia akan kehilangan 8% berat
badannya dan meninggal dalam waktu 36 jam, dan kehilangan seluruh air dari tubuhnya.
Bulu tebal ini terdiri atas rambut yang tebal dan kusut, yang tidak hanya melindungi
tubuhnya dari kondisi cuaca dingin maupun panas, tetapi juga mengurangi kehilangan air
dari tubuh. Unta Dromedari dapat memperlambat penguapan air dengan meningkatkan
suhu tubuhnya sampai 41°C. Dengan cara ini, ia mencegah kehilangan air.
Dengan bulu tebalnya, unta dapat bertahan hidup dengan suhu hingga 50°C di musim
panas dan hingga -50°C di musim dingin. Unta Dromedari dapat bertahan pada suhu -52°
C, di wilayah-wilayah paling tinggi di Asia Tengah.
Unta dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air selama delapan hari pada suhu 50°
C. Pada masa ini, ia kehilangan 22% dari keseluruhan berat badannya. Sementara
manusia akan sekarat jika kehilangan air setara dengan 12% berat badan, seekor unta
kurus dapat bertahan hidup kendatipun kehilangan air setara dengan 40% keseluruhan
berat badan. Penyebab lain kemampuannya bertahan terhadap haus adalah adanya
mekanisme yang memungkinkan unta meningkatkan suhu tubuh-dalamnya hingga 41°C.
Dengan demikian, ia mampu meminimalkan kehilangan air dalam iklim panas yang
ekstrem di gurun pasir pada siang hari. Unta juga mampu mengurangi suhu tubuh-
dalamnya hingga 30°C pada malam yang dingin di padang pasir.
Unta mampu mengonsumsi air hingga 30 liter, yaitu sekitar sepertiga dari berat
badannya, dalam waktu kurang dari 10 menit. Di samping itu, unta memiliki struktur
selaput lendir dalam hidungnya yang seratus kali lebih besar dari yang ada pada manusia.
Dengan selaput lendir hidungnya yang besar dan melengkung, unta mampu menyerap
66% kelembapan yang ada di udara.
Sebagian besar binatang mati keracunan ketika urea yang tertimbun dalam ginjal
berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi, unta menggunakan air dan makanan secara
maksimal dengan melewatkan urea ini berkali-kali melalui hati. Struktur darah dan sel
unta dikhususkan untuk membuat hewan ini hidup lama tanpa air dalam kondisi padang
pasir.
Dinding sel hewan ini memiliki struktur khusus yang mampu mencegah kehilangan
air secara berlebihan. Di samping itu, komposisi darah mencegah terjadinya pelambatan
peredaran darah, bahkan ketika jumlah air di dalam tubuh unta berkurang hingga batas
minimum. Selain itu, dalam darah unta terdapat lebih banyak enzim albumin, yang
memperkuat ketahanan terhadap haus, dibandingkan dalam darah makhluk hidup lain.

b. Fungsi Punuk dan Bulu Kulit


Punuk adalah pendukung lain bagi unta. Seperlima dari seluruh berat badan unta
tersimpan dalam bentuk lemak pada punuknya. Penyimpanan lemak tubuh hanya pada
satu bagian tubuh mencegah pengeluaran air dari seluruh tubuhnya—yang berkaitan
dengan lemak. Ini memungkinkan unta menggunakan air secara minimum.
Walau mampu mengonsumsi 30-50 kg makanan dalam sehari, dalam kondisi yang
keras unta mampu bertahan hidup hingga sebulan hanya dengan 2 kg rumput sehari. Unta
memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip karet, yang memungkinkannya memakan duri
yang cukup tajam untuk menusuk kulit tebal. Di samping itu, unta memiliki lambung

91
berbilik empat dan sistem pencernaan yang sangat kuat, yang mampu mencerna apa pun
yang ia makan. Ia bahkan mampu memakan bahan-bahan seperti karet India, yang tidak
dapat dianggap sebagai makanan. Sungguh jelas bagaimana pentingnya kualitas ini pada
iklim yang sedemikian kering.
Mata unta memiliki dua lapisan bulu mata. Bulu mata ini saling kait seperti
perangkap dan melindungi matanya dari badai pasir yang kuat. Selain itu, unta mampu
menutup lubang hidungnya, sehingga pasir tidak dapat masuk.
Bulu tebal yang tidak tertembus pada tubuh unta mencegah matahari padang pasir
yang terik mencapai kulitnya. Bulu ini juga menghangatkan unta dalam kondisi cuaca
yang membekukan. Unta padang pasir tidak terpengaruh oleh suhu hingga setinggi 50°C,
dan unta Baktria yang berpunuk dua mampu bertahan hidup pada suhu hingga serendah
-50°C. Unta jenis ini mampu bertahan hidup bahkan pada lembah-lembah dataran tinggi,
4000 m di atas permukaan laut.
Kaki unta, yang terlalu besar bagi tungkainya, secara khusus “didesain” dan
diperlebar untuk membantunya berjalan di atas pasir tanpa terperosok. Kaki ini
telapaknya luas dan menggembung. Selain itu, kulit tebal khusus di bawah telapak kaki
merupakan perlindungan terhadap pasir yang membakar.
Sebagaimana makhluk hidup lain, unta sudah pasti tidak dapat melakukan satu pun
untuk mewujudkan keistimewaan yang ada dalam tubuhnya seperti membentuk lendir
dalam hidungnya, punuk di punggungnya atau mendesain hidung dan struktur mata yang
mampu melindungi masuknya pasir akibat angin tornado dan badai serta membuat
keistimewaan lainnya dengan sendirinya. Semua keistimewaan yang dimilikinya
merupakan sebagai desain dan ciptaaan Allah. Sebagaimana makhluk lain, unta juga
dilengkapi banyak kualitas istimewa, lalu ditempatkan di muka bumi sebagai tanda
kebesaran sang Pencipta.
Unta diciptakan dengan ciri-ciri fisik yang luar biasa ini untuk melayani umat
manusia. Umat manusia sendiri diwajibkan untuk melihat penciptaan di seluruh jagat
raya dan tunduk kepada sang Pencipta segala makhluk: Allah SWT.

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan.” (QS. Lukman, 31:20)

92
BAB DELAPAN

SISTEM KEHIDUPAN DALAM ALAM SYAHADAH

Al-Quran sebagai kitab suci yang diturunkan Allah swt lewat Nabi Muhammmad saw,
disamping menginformasikan mengenai alam semesta, bumi, langit, serta apa yang ada di
dalamnya, juga berisi informasi sistem kehidupan yang lebih terkait dengan keberadaan
manusia. Informasi mengenai alam semesta ditunjukkan berupa ayat-ayat yang
disampaikan secara global, sebagaimana yang telah kita diskusikan pada bab-bab
terdahulu. Sistem kehidupan di alam syahadah yang terkait dengan existensi manusia,
baik sebagai individu maupun masyarakat, berupa ayat-ayat yang disampaikan secara
detail.
Imaduddin Abdulrohim dalam Islam Sistem Nilai Terpadu, menjelaskan alam
syahadah dinamai juga ”dunia”. Kata ”dunia” ini adalah jama’ dari kata ”danaa”,
artinya dekat. Pengertian ”dekat” ini mencakup dua hal. Pertama, dekat dalam arti ruang
yaitu ”jarak” yang biasa diukur dengan ukuran panjang. Kedua, dekat dalam arti waktu,
yaitu ”sekarang” bukan tahun depan atau sepuluh tahun yang lalu. Jadi kata ”dunia” ini
mengandung pengertian ”Segala sesuatu yang ada di sekitar kita pada masa kini”. (Dr. Ir.
Muhammad Imaduddin Abdulrohim, MSc, Islam Sistem Nilai Terpadu, Gema Insani
Press, Jakarta, 2002)
Terkait kehidupan manusia di alam syahadah atau dunia ini Allah telah
menyampaikan wahyu (ayat-ayat Al-Quran) secara mendetail mengenai sistem kehidupan
yang terdiri dari subsistem-subsistem ideologi, politik, ekonomi, hukum, pendidikan dan
sosial, sejarah kemanusiaan, seni dan kebudayaan serta sains dan teknologi. Masing-
masing subsistem saling terkait satu dengan yang lain tanpa bisa dipisahkan.
Ayat-ayat yang disampaikan secara global, memberikan ilham pada manusia untuk
menumbuhkan keyakinan dan keimanan yang mendalam dengan memahami tanda-tanda
kebesaran Allah, sekaligus menumbuhkan sikap kreatifitas dalam mengelola alam sesuai
sunnatullah. Ayat-ayat yang disampaikan secara mendetail mengenai sistem kehidupan
ini, memberikan petunjuk pada manusia bagaimana mesti meletakkan landasan
pemikirannya sesuai kehendakNya, sekaligus mentaati hukum dan ketentuannya dalam
setiap aktivitasnya di dunia ini.

A. IDEOLOGI

Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada tahun 1796 yang dikemukakan filsuf
Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon. Istilah itu berasal
dari dua kata ideos yang artinya gagasan, dan kata logos yang artinya ilmu. Dengan
demikian, ideologi ialah sebuah ilmu tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan
bahwa ideologi ialah sebuah ilmu tentang masa depan. Gagasan ini juga sebuah cita-cita
atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-cita masa depan. Sungguhpun cita-cita masa
depan itu sebagai sebuah utopia, atau impian, tetapi sekaligus juga merupakan gagasan
ilmiah, rasional, dan bahkan juga empirisme yang bertolak dari analisis masa kini.
Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut

93
sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi bersifat
menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. (Sarbini, Islam di tepian
Revolosi, Ideologi Pemikiran dan Gerakan, Pilar media, Yogyakarta, 2005)
Ideologi dari suatu masyarakat terkait dengan visi, cita-cita, cara pandang, norma dan
sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat. Ideologi seperti suatu nafas yang dimiliki
seseorang, dia menjadi bagian dari dirinya dan akan terus dipertahankan dan
diperjuangkan sampai akhir hidupnya.
Dalam hal ini ideologi mengalami tiga tahapan. Pertama, cara melihat dan
menangkap alam semesta sebagai bagian dari existensi manusia. Kedua, cara memahami
dan menilai semua gagasan atau ide-ide yang membentuk lingkungan sosial. Ketiga,
usulan-usulan, metode-metode dan pendekatan untuk mengubah status quo masyarakat
dengan berbagai aspek kultural, ekonomi, politik, moral melalui perubahan yang
diinginkan dengan menjalankan misinya dan kemajuan sosial yang diharapkan.
Dari uraian tahapan diatas, dapat dipahami bahwa ideologi mengandung unsur-unsur
visi, parameter, metode dan orientasi. Bagi masyarakat yang beriman, unsur-unsur
ideologi tersebut dapat diperjelas sebagai berikut. Pertama, visi atau cara pandang dalam
menangkap alam semesta, yakni sebagai suatu kreasi atau ciptaan Allah swt, yang secara
keseluruhan mengikuti sunnatullah dan harus diperlakukan menurut aturan-aturan Allah.
Kelak setiap manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan atas amanah yang Allah
telah berikan padanya untuk mengelola alam semesta (kholifatullah fil ardhi)
Kedua, parameter atau tolok ukur yang digunakan dalam memahami dan melakukan
penilaian atas gagasan atau ide-ide yang muncul untuk membentuk lingkungan sosial
atau masyarakat. Dalam hal ini parameter yang dipakai adalah berdasarkan nilai-nilai
Islam, yang diantaranya dengan landasan tauhid, berlaku arif dan adil untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera secara keseluruhan, karena Islam adalah rahmatan lilalamin.
Ketiga, metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan norma, aturan atau
syariat yang telah ditetapkan oleh Allah, dalam seluruh aspek kehidupan seperti politik,
ekonomi, pendidikan, hukum, sosial dan lain sebagainya yang akan dibahas lebih lanjut
pada subbab berikutnya.
Keempat, orientasi dalam memperjuangkan dan mewujudkan masyarakat dengan
ideologi yang bersumber dari nilai Islam. Arah tujuan dalam perjuangan mewujudkan
ideologi Islam ini adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah). Prinsip
inilah yang akan selalu memberikan motivasi dalam setiap perjuangan yang dilakukan.
Unsur-unsur ideologi sebagaimana diatas sebagai ideologi yang bersumber dari nilai-
nilai Al-Quran dan Sunah Nabi. Al-Quran memberikan informasi mengenai ideologi ini
dalam beberapa penjelasan berikut. Bagi masyarakat yang memiliki visi, parameter,
metode yang dilakukan dan diperjuangkan dalam kehidupannya dengan berlandaskan
nilai-nilai tauhid, berlaku arif dan adil serta berorientasi untuk mendapatkan keridhoan
Allah (mardhotillah), maka Allah menjanjikan kekuasaan berada di tangannya.

”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantaramu dan
mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
kholifah (berkuasa) di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nuur, 24:55)

94
Dalam ideologi masyarakat muslim, beriman berarti bertauhid, mengesakan Allah swt
dan beramal sholeh berarti melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat bagi
masyarakat, bersikap arif dan adil terhadap siapapun dalam memimpin dan mengelola
masyarakat atau pemerintahan. Orang-orang demikianlah yang akan mampu membawa
kecerahan, mendatangkan keberkahan dan rahmat Allah swt sehingga akan terwujud
masyarakat yang adil dan sejahtera. Pemerintahan demikian akan langgeng dalam
kepemimpinan mereka.
Pemerintahan yang memberlakukan ideologi non Islam, tidak adil, cenderung
otoritarian dan bersifat menindas, dinilai Allah sebagai pemerintah yang berbuat aniaya
dan kerusakan. Mereka akan dihancurkan oleh Allah swt, seperti pemerintahan Fir’aun
sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran.

”Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan


penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih
anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash, 28:4)

Mereka, orang-orang yang tertindas oleh pemerintahan dengan ideologi kafir, yang
otoritarian dan pemerintahan yang dzalim, Allah akan menolongnya dan menjadikan
mereka pemimpin serta akan mewarisi bumi.

”Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas dibumi (Mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi)” (QS. Al-Qashash, 28:5)

”Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bahagian
timur bumi dan bahagian baratnya, yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah
Kami sempurnakan perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan
kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raaf, 7:137).

Contoh yang sering disebut dalam Al-Quran adalah pemerintah Fir’aun. Sebuah
pemerintah yang dzalim, yang menolak nilai-nilai tauhid yang ditawarkan Nabi Musa As.
Bahkan dengan sikap sombongnya Fir’aun mengaku dirinya sebagai Tuhan,
”Sesungguhnya aku adalah Tuhanmu yang maha tinggi.” katanya kepada rakyatnya.
Fir’aun memerintah kaumnya secara otoriter, dengan hukum-hukum thoghut (selain dari
Allah) dengan melakukan penindasan terhadap mereka. Pemerintahan demikian akhirnya
Allah binasakan dan digantikan oleh pemerintahan orang-orang mu’min.

”Kaum Musa berkata: ”Kami telah ditindas (oleh Fir’aun) sebelum kamu datang kepada
kami dan setelah kami datang. Musa menjawab: Mudah-mudahan Allah membinasakan
musuhmu dan menjadikan kamu khalifah dibumi(Nya), maka Allah akan melihat
pebuatanmu.” (QS. Al-A’raaf, 7:129)

Atas masyarakat atau pemerintah dengan ideologi yang bersumber dari nilai-nilai
Islam, Allah mengambil perumpamaan sebagai pohon yang baik, dengan akar yang

95
teguh dan cabang menjulang ke langit, serta memberikan buah yang baik pula,
sebagaimana Firman Allah :

”Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
(QS. Ibrahim, 14:24-25)

Sebuah ideologi menuntut pengikutnya agar memperjuangkannya dengan penuh


keyakinan, secara terus menerus tanpa pernah henti. Terkadang harus menghadapi musuh
dan tantangan yang cukup besar. Allah akan selalu memberikan semangat dengan
keimanan yang ada dalam hati mereka, dengan kabar-kabar gembira.

”Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar
gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah
dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-
Anfaal, 8:10)

Dan dalam memperjuangkan ideologi yang bersumber dari Allah swt, maka
konsistensi atas kebenaran dan loyalitas kepada pemimpin akan mempengaruhi
keberhasilan perjuangan mereka.

”Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu
membunuh mereka dengan izinNya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam
urusan itu dan mendurhakau perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu
apa yang kamu sukai. Diantaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara
kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka
untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah
mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (QS. Al-
Imran, 3:152)

Dan perjuangan dalam menegakkan ideologi yang bersumber dari Allah swt, harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Namun kekalahan atau kemenangan dalam
perlawanan menghadapi ideologi lain tetap di tangan Allah. Sebagaimana Allah telah
tunjukkan bagaimana bangsa Romawi yang beragama Nasrani, dengan nilai-nilai tauhid,
harus berhadapan dengan bangsa Persia yang beragama Majuzi. Pada masa perlawanan
awal bangsa Romawi dapat dikalahkan oleh bangsa Persia. Dan dengan pertolongan
Allah, pada masa berikutnya Allah memberikan kemenangan bangsa Romawi. Dan kabar
yang menggembirakan ini sampai kepada orang-orang mukmin Madinah, sehingga
mereka pun ikut bersuka cita, seperti diinformasikan dalam Al-Quran.

”Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi) . Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa
Romawi) itu bergembiralah orang-orang beriman, karena pertolongan Allah. Dia

96
menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ar-Ruum, 30:1-7)

Demikianlah Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya yang berkaitan dengan ideologi


Islam.

B. POLITIK

Implementasi ideologi yang bersumberkan dari nilai-nilai Al-Quran dan Sunah, bagi
orang-orang yang beriman merupakan suatu kewajiban dan merupakan bukti dari
keimanannya. Ideologi Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terwujud dalam
sistem tata politik masyarakat atau pemerintah suatu negara yang Islamis.
Politik sebagai sistem kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan negara sangat
mempengaruhi dan mewarnai kehidupan masyarakat dan bangsanya. Warna politik dari
pemerintahan atau negara ditentukan oleh keyakinan ideologi yang dianutnya.
Sistem politik Islam merupakan tata peraturan dan perundang-undangan serta
kebijakan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bersumber dari nilai-nilai
Islam yang agung dan universal. Dalam sistem politik Islam, tujuan pembangunan politik
pemerintahan adalah menjalankan dan menegakkan syariat Islam. Tegaknya syariat Islam
dalam sebuah masyarakat akan mewujudkan tatanan masyarakan dan bangsa yang adil,
sejahtera, damai dan penuh rahmat dan keberkahan Allah swt.
Bahwa tujuan pembangunan politik Islam adalah menegakkan syariat dan hukum-
hukum Allah ditunjukkan oleh ayat-ayat berikut.

”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti


yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan).
Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah maha Kuat lagi maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid, 57:25)

”(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
(QS. Al-Hajj, 22:41)

”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran, 3:104)

Dalam bukunya Khilafah dan Kerajaan, yang membahas mengenai sistem politik Islam,
Abul A’la Maududi mengawali uraian tentang ajaran Al-Quran di bidang politik
pemerintahan, yang secara ringkas penulis kutipkan dengan penjelasan berikut ini.

1. Kekuasaan Tertinggi di Tangan Allah

97
Allah swt menciptakan manusia di dunia ini agar melakukan pengabdian kepadaNya.
Bagi orang-orang yang bertauhid, mereka akan tunduk, patuh dan taat hanya kepada
Allah semata. Dengan demikian mereka akan mengikuti hukum dan undang-undang
yang telah Allah buat bagi manusia. Dialah pemegang kekuasaan tertinggi di muka bumi.
Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:

”...Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS. Yusuf, 12:40)

”Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya dan
diutusNya kepadamu malaikat-malaikat sebagai penjaga. ...” (QS. Al-Anam, 6:61)

Kepatuhan dan ketaatan kepada selain Allah, akan merusak tauhid mereka. Ketaatan
terhadap hukum dan undang-undang selain dariNya, yakni hukum dan undang-undang
yang dibuat manusia akan merendahkan derajat dan martabat manusia. Karena hukum
dan undang-undang manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya. Lebih tegas lagi,
mereka yang tidak menggunakan hukum dan undang-undang Allah dalam memutuskan
perkara, termasuk golongan orang-orang fasik, dzalim dan kafir. Sebagaimana firman
Allah.

”...Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5:44)

”...Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang zalim.” (QS. Al-Maidah, 5:45)

”... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.” (QS. Al-Maidah, 5:47)

2. Rosul Sebagai Penyampai Hukum dan Undang-undang Allah

Untuk bisa memahami Al-Quran sebagai hukum dan undang-undang yang harus
ditaati dan diukuti manusia di bumi, Allah mengutus seorang Rosul. Rosul sendirilah
yang menyampaikan hukum dan Undang-undang Nya, serta Syariat-syariatNya kepada
manusia. Dia sendirilah yang menafsirkan dan menguraikan dengan ucapan dan
perbuatannya. Maka Rosul adalah seorang yang mewakili kekuasaan tertinggi Allah di
bidang hukum dan perundang-udangan dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan ini, maka ketaatan kepadanya adalah sama dengan ketaatan kepada
Allah. Dan Allah sendiri telah memerintahkan agar manusia menerima perintah-perintah
Rasul dan larangan-larangannya, tunduk kepadanya tanpa perdebatan dan Dia berfirman
bahwa manusia tidak beriman kecuali mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dalam
segala perselisihan yang terjadi diantara mereka, dan setelah itu mereka tidak merasakan
suatu keberatan akan apa yang akan ditetapkan dan kemudian menerimanya dengan
penerimaan sepenuhnya.

98
”Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah
...” (Q.S. (QS. An-Nisaa’, 4:64)
”Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (QS. An-
Nisaa’, 4:80)

”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, akan Kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami biarkan masukkan ia
ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa’,
4:115)

”... Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr, 59:7)

3. Al-Quran dan Sunah Sebagai Undang-Undang Tertinggi


Hukum Allah yang terurai dalam Al-Quran dan penjelasan tafsirnya disampaikan oleh
ucapan dan perbuatan Rasulullah (Sunah Rosul), adalah undang-undang tertinggi yang
bagi orang-orang mukmin tidak ada pilihan lain kecuali patuh dan taat kepadanya. Tidak
ada seorang muslim pun berhak mengeluarkan suatu hukum dalam suatu perkara yang
hukumnya telah dikeluarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menyimpang dari hukum Allah
dan Rasul-Nya adalah kebalikan dari iman dan lawan baginya.

”Siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat dengan
kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab, 33:36)

”Dan mereka telah berkata : ”Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul dan kami
menaati keduanya”. Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu. Sekali-kali
mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman ! Dan apabila mereka dipanggil kepada
Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba
sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (QS. An-Nuur, 24:47-48)

”Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : ”Kami
mendengar dan kami patuh ”, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.
An-Nuur, 24:51)

4. Konsep Khilafah
Untuk mengimplementasikan konsep-konsep politik Islam di atas, bentuk
pemerintahan manusia yang benar, ialah adanya pengakuan pemerintah akan
kepemimpinan dan kekuasaan Allah dan Rasul-Nya di bidang perundang-undangan,
menyerahkan segala kekuasaan legislatif dan kedaulatan hukum tertinggi terhadap
keduanya dan menyakini bahwa khilafahnya itu mewakili Sang Hakim yang sebenarnya,
yaitu Allah SWT. Kekuasaan-kekuasaannya dalam kedudukan ini haruslah terbatas pada
batasan yang telah disebutkan diatas, baik kekuasaan-kekuasaan yang bersifat legislatif ,
yudikatif maupun eksekutif.

99
”Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya (yakni kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya )
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu ...” (QS. Shaad, 38:260)

Doktrin tentang khilafah ialah bahwa segala sesuatu di atas bumi ini, berupa daya dan
kemampuan yang diperoleh seorang manusia, hanyalah karunia dari Allah SWT. Dan
Allah telah menjadikan manusia dalam kedudukan sedemikian sehingga ia dapat
menggunakan pemberian-pemberian dan karunia-karunia yang dilimpahkan kepadanya di
dunia ini sesuai dengan keridhaan-Nya. Berdasarkan hal ini, maka manusia bukanlah
penguasa atau pemilik dirinya sendiri, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Sang
Pemilik yang sebenarnya.

”Ingatlah, ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : ”Sesungguhnya aku akan


menjadikan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah, 2:30)

”Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan ...” (QS. Al-A’raaf, 7:10)

”Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukan bagimu apa yang ada di
bumi ...” (QS. Al-Hajj, 22:65)

Namun khilafah ini tidak menjadi khilafah yang benar selama tidak mengikuti hukum
Sang Pemilik yang sebenarnya. Adapun sistem pemerintahan yang memalingkan diri dari
Allah, lalu menjadi sistem yang terlepas bebas, memerintah dengan dirinya sendiri, untuk
dirinya sendiri,maka itu bukanlah khilafah, tapi itu pemberotakan atau kudeta melawan
Sang Penguasa yang hakiki.

”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi: maka barangsiapa


yang kafir, akibat kekafirannya akan menimpa dirinya sendiri, dan kekafiran orang-
orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhan
mereka, dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka.” (QS. Faathir, 35:39)

Adapun yang diserahi khilafah yang sah dan benar ini bukanlah
perorangan, keluarga atau kelas tertentu, tapi komunitas secara keseluruhan yang
menyakini dan menerima prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang telah disebutkan tadi
dan bersedia menegakkan kekuasaannya atas dasar ini.

”... Allah akan menjadikan mereka sebagai khalifah-khalifah di atas bumi ....”

Setiap individu di dalam kelompok kaum mukminin, ditinjau dari pandangan ayat ini,
adalah sekutu di dalam khilafah dan tidak seorang manusia atau kelas pun berhak
mencabut kekuasaan kaum mukminin di dalam khilafah ini, lalu memusatkannya di

100
tangannya sendiri. Begitu pula, tidak seseorang atau kelas pun dapat mengklaim bahwa
khilafah Allah hanya dikhususkan baginya dan bukan bagi kaum mukminin lainnya.
Inilah yang membedakan khilafah islamiyah dari sistem kerajaan, pemerintahan kelas
atau pemerintahan para pendeta agama. Dan ini pulalah yang mengarahkan khilafah
Islamiyah ke arah demokrasi, meskipun terdapat perbedaan asasi antara demokrasi Islami
dengan demokrasi Barat – yaitu bahwa dasar pemikiran demokrasi Barat bertumpu atas
prinsip kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Adapun demokrasi dalam khilafah
Islamiyah, rakyat mengakui bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah dan, dengan
sukarela dan atas keinginannya sendiri, menjadikan kekuasaan dibatasi oleh batasan-
batasan perundang-undangan Allah SWT.

5. Permusyawaratan
Dalam sistem politik dan pemerintahan Islam, untuk mengatur dan memutuskan
segala macam urusan, seperti pemilihan kepala negara dan pejabat-pejabat yang
bertanggung jawab (ulil amri), dan penyusunan perundang-undangan, penetapan perkara-
perkara eksekutif haruslah berdasarkan permusyawaratn kaum muslimin, baik yang
diwujudkan secara langsung atau dengan cara memilih para wakil rakyat di dalam suatu
sistem pemilihan yang benar.

”Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepadaNya.” (QS. Ali Imran, 3:159)

”Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara merekadan mereka
menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka ...” (QS. Asy-Syuura,
42:38)

Keputusan yang diambil dalam musyawarah tersebut haruslah bersandarkan sumber


hukum Al-Quran dan Sunah Roasulullah, tidak boleh bertentangan dan menyimpang dari
kedua sumber hukum Islam tersebut. Pengambilan keputusan dengan sistem suara
terbanyak (voting), yang menyebabkan keputusan yang diambil bertentangan dengan Al-
Quran dan Sunah harus dihindarkan. Bahkan Allah swt menegaskan, mengikuti suara
kebanyakan orang akan cenderung menyesatkatkan, sebagaimana firmanNya.

”Katakanlah: ”Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang yang
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah, 5:100)

”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS.
Al-Anam, 6:116)

101
6. Pemilihan Ulil Amri (Pemimpin)

Dalam pemilihan kepala negara, pejabat dan pimpinan pemerintahan atau yang
disebut ulil amri, harus memperhatikan beberapa hal diantaranya:

a. Seorang pemimpin haruslah orang yang beriman.


”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik
akibatnya.” (QS. An-Nisaa’, 4:59)

b. Seorang pemimpin haruslah orang laki-laki


”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka. ...” (QS. An-Nisaa’, 4:34)

c. Seorang pemimpin haruslah cerdas dan memiliki ilmu yang luas


”Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu
yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa
yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al- Baqarah, 2:247)

d. Seorang pemimpin haruslah orang yang amanah


”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisaa’, 4:58)

e. Jangan memilih pimpinan yang lemah akal


”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya
(lemah akal) ...” (QS. An-Nisaa’, 4:5)

f. Jangan memilih orang yang mengikuti hawa nafsu.


”.... Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas.” (QS. Al-Kahfi, 18:28)

C. EKONOMI

Ekonomi sebagai salah satu sub sistem kehidupan, mencakup aktivitas penyediaan
dan pemenuhan hajat hidup manusia dari kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan

102
papan (pakaian, makan, dan tempat tinggal), juga kebutuhan sekunder seperti pekerjaan,
berkeluarga, bermasyarakat, memiliki sarana transportasi, mendapatkan pendidikan,
rekreasi, aktualisasi diri dan sebagainya. Aktivitas ekonomi dalam kehidupan masyarakat
demikian memerlukan landasan falsafah, visi dan misi serta aturan perundangan
menyangkut aspek kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam, produksi dan
distribusi harta kekayaan, barang dan jasa yang dibutuhkan manusia serta pengaturan
dalam masalah financial dan perbankan.
Dengan memahami visi ideologis dalam suatu masyarakat berdasarkan landasan
tauhid, dengan adil dan arif serta sejahtera, dengan penuh rahmat dan kasih sayang Allah,
maka sistem ekonomi Islam dijalankan sebagai implementasi syariat Islam.
Al-Quran sebagai firman Allah memberikan penjelasan mengenai beberapa prinsip
sistem ekonomi Islam sebagai berikut.

1. Alam Semesta Adalah Milik Allah


Pada hakekatnya segala yang ada di bumi, yang ada di langit dan apa yang ada
diantara keduanya adalah milik Allah swt. Alam semesta adalah milik Allah dan ada
dalam kekuasaanNya. Allah berfirman:

”Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah, 5:120)

”KepunyaanNyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang
diantara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Thaahaa, 20:6)

Air, tanah , udara dan sumber daya alam seluruhnya adalah milik Allah. Manusia
diberi wewenang untuk mengelola dan mengusahakannya. Dan hak Allahlah yang
menetapkan rezki pada siapa saja yang dikehendakinya.

”Katakanlah: ”Sesungguhnya Tuhanku melapangkan reski bagi siapa yang


dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya, dan menyempitkan bagi (siapa) yang
dikehendakiNya. Dan barang siapa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantikannya dan Dia Pemberi Rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’, 34:39)

Harta kekayaan yang Allah telah karuniakan pada para hambaNya ini sebagai
penyempurna nikmat bagi manusia.

”Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan menyempurnakan
untukmu nikmatNya lahir dan batin.” (QS. Lukman, 31:20)

2. Pengakuan Atas Kepemilikan Pribadi


Manusia diberi kewenangan oleh Allah sebagai amanah untuk mengelola dan
mengusahakan karunia Allah di alam semesta ini. Dari hasil yang diusahakan tersebut

103
sebagai rezki yang Allah telah berikan kepada hamba-hambaNya. Manusia akan
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.

”Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm, 53:39)

Dengan usha yang telah dilakukan manusia ini, maka ada sebagian manusia yang
memperoleh karunia lebih banyak dari sebagian yang lain. Hal ini merupakan ketentuan
dan kehendak Allah. Karenanya dilarang sebagian yang satu merasa iri hati kepada
sebagian yang lain.

”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian
kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari pada
apa yang mereka usahakan dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’, 4:32)

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa harta kekayaan yang diusahakan oleh
sesorang dengan cara yang baik dan benar menurut syariah diakui secara sah sebagai
amanah Allah kepadanya. Dalam ekonomi Islam, kepemilikan pribadi diakui dalam
batas-batas tertentu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Adapun harta
yang diperoleh secara tidak sah dengan jalan batil tidak diakui dan dibenarkan. Allah
berfirman:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu.” (QS. An-Nisaa’, 4:29)
Allah juga melarang melakukan perniagaan atau jual beli dengan cara yang curang,
misalnya dengan jalan melebihkan ukuran, kwantitas maupun kwalitas barang yang dibeli
dari pihak lain, dan sebaliknya mengurangi ukuran, kwantitas maupun kwalitas barang
yang akan dijualnya bagi pihak lain.

”Kecelakaan besarlah bagi ornag-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifiin, 83: 1-3)

3. Kekayaan Tak Boleh Terkumpul Pada Sekelompok Kecil Orang


Meskipun kepemilikan pribadi dengan cara perolehan yang sah dan benar diakui oleh
Islam, namun harta kekayaan tersebut tidak boleh dimiliki sekelompok orang saja. Dalam
sistem kapitalisme, harta kekayaan atau modal cenderung mengumpul pada kelompok
kecil orang yakni pada mereka yang kuat modalnya dan dekat dengan kekuasaan. Mereka
akan menguasai sarana produksi dan distribusi barang dan jasa. Mereka akan semakin
besar mendapatkan keuntungan. Mereka akan semakin kaya. Merekalah para pemilik
modal (kapital). Sementara kelompok yang lain, karena ketidakmampuan mereka, mereka
menjadi kelompok miskin yang tertindis. Sistem kapitalisme telah menciptakan situasi
kemiskinan struktural.

104
Kondisi demikian tidak dibenarkan dalam Islam. Allah memerintahkan agar harta
kekayaan harus bisa didistribusikan secara merata dan melarang harta kekayaan tersebut
beredar diantara orang-orang kaya saja. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal
dari penduduk kota, maka adalah untuk Allah, untuk Rosul, kaum kerabat, anak-anak
yang yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantaramu.” (QS. Al-Hasyr, 59:7)

Allah juga melarang orang-orang menyimpan harta kekayaan yang didapat tanpa
menafkahkan di jalan Allah. Karena harta kekayaan tersebut sebagai karunia dari Allah,
maka seharusnya juga digunakan untuk kepentingan dalam beribadah kepada Allah,
untuk menegakkan dan menyebarkan Dienullah (Agama Islam).

”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka) akan mendapatkan
siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah, 9:34)

4. Larangan Pemberlakuan Riba


Dalam menunjang aktivitas perniagaan, perlu adanya dukungan finansial dan
perbankan. Sistem perbankan konvensional memberlakukan adanya bunga bank atau
riba. Perdagangan dengan dukungan riba demikian dilarang dalam Islam sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.”
(QS. An-Nisaa’, 4:161)

”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkn sisa riba
(yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah, 2:278)

Sistem finansial dan perbankan yang dibenarkan dalam menunjang aktivitas


perniagaan dalam ekonomi Islam adalah dengan sistem syariah, yang tidak
memberlakukan bunga bank (riba) tetapi berdasarkan mudhorobah atau pembiayaan
profit saring (bagi hasil).

5. Menafkankan Rizki di Jalan Allah


Atas harta kekayaan yang dimilikinya, seorang muslim harus membayar zakat atas
hartanya yang telah memenuhi batas (nisab)nya. Zakat ini merupakan sarana distribusi
sebagian kekayaan orang-orang kaya yang ditujukan bagi orang miskin dan mereka yang
berhak mendapatkannya.
”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.” (QS. Al-Israa’, 17:26)

105
”Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Adz-Dzariat, 51:19)

Al-Quran juga menjelaskan siapa yang berhak menerima zakat tersebut, yaitu fakir,
miskin, amir zakat, muallaf, untuk memerdekakan budak, orang yang berhutang, aktifitas
sabilillah, dan musyafir. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut.

”Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang yang sedang dalam
perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah, 9:60)

Dalam sebuah masyarakat atau pemerintahan Islam, pengelolaan atas zakat, infaq dan
shodaqoh (ZIS) bisa dilakukan oleh pemerintah atau badan yang ditunjukkan untuk
mengelolanya melalui Baitul Maal. Baitul maal ini juga bisa dikembangkan menjadi
sistem perbankan syariah.
Dengan pengelolaan yang benar zakat, infak, shodaqoh ini dan juga pengelolaan
produksi barang-barang kebutuhan masyarakat banyak oleh pemerintah Islam, dengan
menegakkan syariah, menunaikan amanah secara adil, maka akan dapat dicapai
kesejahteraan masyarakat keseluruhan.

106
D. HUKUM

Sebagai tindak lanjut dari pilihan hidup menjadi orang yang beriman yang harus
menegakkan syariah Islam, maka berdasarkan ideologi dan politik Islam, seorang
mukmin diwajibkan untuk memperjuangkan pemberlakuan hukum Islam dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hukum Islam merupakan salah satu
implementasi dari syariah Islam dalam bidang konstitusi dan perundang-undangan.
Dalam sub sistem politik Islam, dimana kedaulatan dan kekuasaan tertinggi ada di tangan
Allah, maka dalam mengambil kontitusi dan perundang-undangan yang dijalankan dalam
pemerintahan Islam harus bersumberkan dari Undang-undang tertinggi dalam Islam
yakni Al-Quran dan Hadits (Sunah Nabi). Dengan demikian pembuatan konstitusi dan
perundang-undangan yang harus dijalankan dalam masyarakat dalam segala aspek harus
bersumberkan dari Al-Quran dan Hadits, serta produk hukum yang hendak diberlakukan
juga merupakan produk hukum Islam.
Al-Quran memberikan informasi dan penjelasan dalam beberapa ayat, mengenai
hukum yang harus diterapkan. Ayat-ayat tersebut menjadi pedoman dan inspirasi dalam
penyusunan hukum Islam yang dapat dirinci sebagai berikut.

1. Hukum Publik
Secara umum, Islam mengharuskan para pemimpin (ulil amri) untuk berlaku dan
bertindak adil baik bagi diri sendiri maupun terhadap orang lain. Apalagi bagi mereka
yang mendapat amanah sebagai pejabat Hakim, Jaksa, Pengacara dan pejabat terkait
dengan pelaksanaan dan penegakan hukum syariah.
Allah juga memerintahkan setiap orang-orang yang beriman agar menegakkan
keadilan, termasuk terhadap diri sendiri, orang tua, maupun semua keluarganya. Allah
berfirman dalam Al-Quran.

”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar-balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS.
An-Nisaa’, 4:135)

Berbuat adil ini harus dilakukan secara konsisten, termasuk terhadap orang yang tidak
disukainya. Jangan sampai rasa benci membuat seseorang berlaku tidak adil,
sebagaimana firman Allah

”Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Maidah, 5:8)

107
2. Hukum Pidana
Pidana adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh seorang mukallaf, yang
melanggar perintah atau larangan Allah yang dikhitbahkan kepada orang-orang mukallaf
yang dikarenakan ancaman hukuman, baik sanksi (hukuman) itu harus dilaksanakan
sendiri, dilaksanakan penguasa, maupun Allah, baik tempat pelaksanaan hukuman itu di
dunia atau di akhirat. (Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Hukum Islam,
Pustaka Pelajat, Yogyakarta, 2006)
Mukallaf adalah orang yang telah memenuhi syarat untuk mempertanggung jawabkan
perbuatannya, dan jika melanggaran aturan syariat akan dikenakan sanksi atau hukuman.
Pidana dalam bahasa Al-Quran dikenal dengan ”uqubat” atau ”jarimah”. Di kalangan
ulama salaf dikenal ”Al-Jinayat”. Yang dianggap sebagai tindakan pidana di dalam Al-
Quran diantaranya pembunuhan, pencurian, perzinahan, tuduhan perzinahan, perusak
atau pengacau keamanan, pemberontakan, murtad, minum khomr, enggan melaksanakan
hukum Allah dan pelanggaran terhadap aturan Allah lainnya.
Atas tindakan pidanan ini seseorang akan mendapatkan sanksi hukum atau uqubat
atau jarimah. Bentuk-bentuk uqubah dalam Islam antara lain adalah hudud, qishash,
diyat, ta’zir, kifarat dan fidyah. Bentuk hukuman tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pertama, Al-Hudud adalah sanksi hukum yang tertentu dan mutlak yang menjadi hak
Allah, yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Sanksi itu wajib dilaksanakan, manakala
syarat-syarat dari tindak pidana itu terpenuhi. Sanksi ini dikenakan kepada kejahatan-
kejahatan berat seperti zina, sariqah, riddah, qadraf dan lain-lain.
Kedua, Al-Qishash dan Al-Diyat. Al-Qishash adalah sanksi hukuman pembalasan
seimbang, seperti membunuh terhadap si pembunuh. Al-Diyat adalah sanksi hukuman
dalam bentuk ganti rugi, seperti jika ahli waris si terbunuh memberi maaf maka hukuman
alternatif adalah diyat. Sanksi hukum al-qishash dan al-diyat adalah merupakan sanksi
hukum perpaduan antara hak Allah dan hak manusia.
Ketiga, Ta’zir adalah sanksi hukum yang diserahkan kepada keputusan hakim atau pihak
berwenang yang berkompeten melaksanakan hukuman itu, seperti memenjarakan,
mengasingkan dan lain-lain.
Keempat, Kafarat dan Fidyah adalah sanksi hukum dalam bentuk membayar denda, yang
diserahkan pelaksanaannya kepada di pelanggar. Bentuk membayar denda ini berupa
memerdekakan budak, berpuasa, penyembelihan hewan atau memberi makan orang
miskin.
Al-Quran memberikan penjelasan mengenai hukuman atas berbagai macam bentuk
tindak pidana, diantaranya sebagai berikut:

a. Pembunuhan
Dalam tindak pidana pembunuhan, Islam akan memberlakukan hukuman qishaash,
yaitu pembalasan yang setimpal, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, wanita dengan wanita. Jika kemudian dari keluarga yang terbunuh memberikan
pemaafan, maka sanksi hukumnya adalah membayar diyat berat kepada yang memberi
maaf. Sebagaimana firman Allah berikut:

108
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu atas qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba dan wanita dengan wanita, Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diyat) kepada yang memberi ma’af dengan
cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah, 2: 178)

Pada ayat lain juga dijelaskan jika seorang mukmin terbunuh secara tidak sengaja
oleh mukmin lain, maka hukumannya dengan memerdekakan seorang hamba sahaya
mukmin dan membayar diyat ringan pada keluarga terbunuh. Hal ini ditunjukkan dalam
ayat berikut:

”Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mu’min karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal ia mu’min, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang mu’min. Dan jika ia (si terbunuh)dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang mu’min. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendakalah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nisaa’, 4:92)

Adapun seorang mu’min yang dengan sengaja membunuh mu’min lainnya, maka
balasannya di akhirat kelak adalah neraka jahanam. Sebagaimana firman Allah dalam
ayat berikut.

”Dan barangsiapa yang menbunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya
ialah jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisaa’, 4:92)

Masih banyak ayat-ayat yang lain yang menjelaskan tentang sanksi tindak pidana
pembunuhan dengan berbagai kriteria dan persyaratan yang lain lagi.

b. Pencurian
Pencurian adalah mengambil barang-barang kepunyaam orang lain (tanpa hak) secara
sembunyi dan secara sengaja untuk maksud memiliki. Pencuri yang melakukan
pencurian, yang memenuhi persyaratan yang ditentukan, akan dikenakan sanksi hukuman
had dalam bentuk potong tangan, yang dilaksanakan oleh penguasa. Hal ini bisa kita lihat
pada firman Allah berikut.

109
”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah, 5: 38)

Pencurian harta umum/negara secara diam-diam dalam bentuk korupsi atau kolusi
dapat dimasukkan ke dalam pencurian. Demikian juga memanfaatkan atau mengambil
barang orang lain tanpa hak, termasuk juga dalam pencurian, memakan harta anak yatim
(di luar haknya). Sanksinya adalah neraka sebagaimana firman Allah.
”Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisaa’, 4:10).

Juga memakan hasil riba adalah suatu tindakan pidana yang akan mendapat sanksi
dari Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah, 2 :
275).

c. Perzinahan
Terhadap orang yang melakukan perzinahan, yaitu berhubungan intim tanpa ikatan
perkawinan yang sah, Islam menetapkan hukuman sanksi had berupa dera (hukum
cambuk) seratus kali, baik terhadap pezina laki-laki maupun pezina wanita. Dan
pelaksanaan hukuman dera tersebut perlu disaksikan oleh masyarakat. Allah berfirman
dalam Al-Quran.

”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka derahlah tiap-tiap orang
dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur, 24:2)

Dalam peradilan atas orang-orang yang melakukan zina harus ada 4 orang saksi yang
kuat. Jika hanya sekedar tuduhan, maka mereka yang menuduh itu dijatuhi hukuman dera
sebanyak delapan puluh kali, sebagaimana firman Allah.

”Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dam janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur, 24:4)

110
Jika tuduhan perzinahan dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya (li’an), yang
dikuatkan dengan sumpah empat kali dan pada kali kelima ia mengatakan : ”bahwa
laknat Allah kepadanya jika ia berbuat dusta”. Pada saat itu istrinya dapat dikenakan had
zina, karena ia (seolah-olah) sudah berzina. Sebagaimana firman Allah.

”Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang –orang
yang benar. Dan (sumpah) yang kelima bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk
orang-orang yang berdusta.” (QS. An-Nuur, 24:6-7)

Untuk membebaskan diri dari had zina, si istri pun melakukan pembelaan dengan
mengucapkan sumpah empat kali yang menyatakan kedustaan suaminya dan pada kali
yang kelima ia menyebutkan ”bahwa Allah marah kepadanya, jika ia (suami) termasuk
orang yang benar”. Dengan demikian si istri pun terlepas dari had zina, sebagaimana
suami terlepas dari had zina karena li’an, sebagaimana firman Allah.

”Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah,
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-
orang yang benar,” (QS. An-Nuur, 24:6-9).

d. Pemberontakan
Pemberontakan merupakan gerakan makar terhadap suatu pemerintahan muslim yang
sah. Jika ada suatu kelompok yang melakukan pemberontakan atau memusuhi sesama
muslim, maka disuruh perangi, sehingga mereka takluk dan berbuat adil. Perbuatan
permusuhan itu dilarang Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut.

”Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujurat, 49:9)

e. Murtad
Riddah atau murtad adalah keluar dari agama Islam. Terhadap orang yang murtad,
pertama perlu diberi kesempatan untuk bertobat. Jika ia tidak mau bertobat, maka sanksi
hukumnya adalah dibunuh, mereka tidak dipotong kaki dan tangan dan tidak dibuang.
Dan la’nat Allah dan para malaikat akan ditimpakan kepada mereka, sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran..

” ... Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka inilah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka inilah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah, 2:217)

111
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula),
kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-sekali Allah tidak
akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada
jalan yang lurus.” (QS. An-Nisaa’, 4:137)

”Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman,
serta mereka telah mengakui bah Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul dan
keterangan-keterangannya telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-
orang yang dzalim. Mereka itu, balasannya ialah bahwasanya la’nat Allah ditimpakan
kepada mereka (demikian pula) la’nat para malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Ali
Imran, 3:86-87)

f. Minum Khamar
Minum khamar adalah suatu tindakan pidana. Peminumnya berbuat dosa. Al-Quran
tidak menegaskan sanksi hukumnya. Sanksi hukumnya dijelaskan hadits berupa had,
yang dijelaskan penguasa.

”Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katkanlah : ”Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya. ...” (QS. Al-Baqarah, 2:219)

g. Pelanggaran Terhadap Aturan-aturan Ibadah dan Muamalat


Bagi yang melanggar sumpah, maka sanksinya berupa kafarah dengan memberi
makan sepuluh orang miskin, atau memberi pakaian atau memerdekakan budak atau
berpuasa tiga hari. Pelaksanaan dilakukan sendiri oleh si pelanggar. Hal ini bisa kita lihat
pada firman Allah.

”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud


(untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kami disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang
miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup
melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu
adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan
jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukumNya agar
kamu bersyukur (kepadaNya).” (QS. Al-Maidah, 5:89)

Bagi mereka yang terkepung maka ia harus membayar fidyahnya dengan


menyembelih dam dan bagi mereka yang sakit atau ada gangguan di kepala, maka
sanksinya dengan berfidyah yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila
melakukan hajji tamattu, maka wajib memberikan fidyah dengan menyembelih dan atau
berpuasa tiga hari di tanah haram dan tujuh hari manakala sudah berada di kampung
halaman.

112
”Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung
(terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah
didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika ada diantaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu ia bercukur) maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah
atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat. Tetapi jika jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi)
apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaNya.” (QS. Al-
Baqarah, 2:196)

3. Hukum Perdata
Hukum perdata ialah rangkaian dari aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain di dalam masyarakat,
seperti hubungan hukum jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, warisan dan
sebagainya. Hukum perdata bersama dengan hukum dagang digolongkan sebagai ”hukum
privat”, yaitu sebagai hukum yang mengatur kepentingan perseorangan. (Hartono
Hadisoeprapto, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberti, Yogayakarta, 2004)
Islam memberikan suatu pedoman bagi menyusunan peraturan dan perundangan
hukum perdata ini, yang bisa kita kaji diantaranya menyangkut hukum perkawinan,
hukum waris, hukum perjanjian/perikatan sebagai berikut:

a. Hukum Perkawinan
Allah swt menciptakan manusia berpasang-pasangan, yakni antara laki-laki dan
wanita. Masing-masing mempunyai kecenderungan untuk menyatu dalam kebersamaan,
saling mencintai, menyayangi, sharing atau curhat, untuk mendapatkah kebahagiaan,
ketenangan dan ketentraman. Kebersamaan antara laki-laki dan wanita dalam Islam harus
dilakukan melalui sebuah ikatan perkawinan yang syah, mengikuti syarat dan rukunnya.
Dengan ikatan perkawinan ini hubungan kebersamaan mereka menjadi halal dan tidak
digolongkan sebagai perzinahan. Allah swt berfirman dalam Al-Quran :

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum, :21)

Banyak manfaat yang didapat dari sebuah perkawinan, disamping untuk saling
mencintai dan menyayangi, juga dalam usaha untuk mendapatkan keturunan, membentuk
sebuah keluarga yang sakinah, mawadah warohmah. Karena itulah Allah memerintahkan
agar orang-orang yang sendirian dan memenuhi persyaratannya, dikawinkan dengan
pasangannya. Jangan karena takut akan kemiskinan, mereka meninggalkan perkawinan
ini. Karena Allah yang akan memberikan rezeki sebagai karunia bagi mereka.

113
”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika merela miskin
Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas
(pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nuur, 24 :32)

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisaa’, 4:3)

Seorang laki-laki yang telah memenuhi persyaratan baik usia maupun tanggung jawab
menjadi seorang suami, maka dirinya berhak memilih seorang calon istrinya. Bagi
seorang laki-laki beriman, dirinya berhak mengawini orang-orang yang beriman, yang
suci dan juga wanita ahli Kitab yang menjaga kehormatannya. Allah berfirman dalam Al-
Quran.

”Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang
yang diberi Al-kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan
dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-
wanita yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin
mereka dengan maksud menikahinya, dan tidak maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat
termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah, 5:5)

Apabila tidak cukup perbelanjaannya mengawini wanita merdeka yang beriman,


maka dapat mengambil wanita beriman dari budak-budak yang dimilikinya, sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan barangsiapa di antara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya
untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang
beriman dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu, sebahagian
kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan
mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:25)

Jika seorang lelaki telah menetapkan seorang wanita untuk dinikahi, maka yang
pertama kali perlu dilakukan adalah dengan meminangnya. Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Quran.

”Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita iu dengan sindiran atau kamu
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa
kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji
kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)

114
perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad
nikah, sebelum habis masa ’iddahnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah, 2:235)

Sebuah perkawinan yang syah dilakukan melalui aqad nikah, dimana harus
memenuhi persyaratan diantaranya, adanya wali wanita, dengan memberikan mahar (mas
kawin) bagi wanita oleh manten laki-laki, dan dilakukan akad nikah di hadapan dua orang
saksi. Allah berfirman dalam Al-Quran.

” ... Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian, (yaitu) mencari istri-istri dengan
hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati
(campuri) di anatara mereka, berikanlah maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu
kewajiban, dan tiadalah mengapa bagi kamu yang telah merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha bijaksana.”
(QS. An-Nisaa’, 4:24)

Dalam sebuah perkawinan, maka bagaimana antara suami-istri dapat saling


menyayangi, menghormati dan menjaga hak-hak diantara keduanya dan masing-masing
melakukan kewajibannya. Seorang suami harus berlaku dan bergaul dengan istrinya
dengan cara yang ma’ruf dan lemah lembut.

”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.”
(QS. An-Nisaa’, 4:19)

Demikian juga, seorang istri harus menjaga ketaatan kepada suaminya, menjaga
kehormatan suami dan hartanya di rumah.

”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki0laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika
suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4:34)

Sebuah rumah tangga yang telah terbentuk, yang dilingkungi dengan suasana sakinah,
mawadah, warohmah, sedapat mungkin untuk terus dijaga jangan sampai terjadi
perpecahan diantara suami dan istri.

Demikianlah beberapa ayat yang dapat dijadikan pedoman bagi penetapan hukum
perkawinan yang bersumber dari Al-Quran.

b. Hukum Waris
Bagi seorang yang kedatangan tanda-tanda kematian dengan meninggalkan harta,
maka diwajibkan atasnya untuk berwasiat atas pembagian harta bendanya tersebut untuk

115
ibu-bapak dan karib kerabatnya. Penyampaian wasiat ini hendaknya dihadapan dua orang
saksi yang adil. Hal ini dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut.

”Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)


maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib
kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah, 2:180)

”Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian,
sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang
adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu. Jika kamu
dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua
saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka berdua bersumpah
dengan nama Allah – Jika kamu ragu-ragu: ”(Demi Allah) kami tidak akan menukar
sumpah ini dengan harta yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia
karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikannya persaksian Allah;
sesungguhnya kami kalau demikian kami tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”.
(QS. Al-Maidah, 5:106)

Adapun aturan pembagian warisan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang


adalah digambarkan oleh ayat-ayat berikut.

”Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:


bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan
jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh
separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan. Jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi ibu-bapanya (saja), maka ibunya
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka
ibunyamendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi
wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfa’atnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’, 4:11)

”Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jika mereka tidak mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan, jika kamu
tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat
atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seorang mati, baik laki-laki atau
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta.Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari

116
seorang, maka mereka bersekutu yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang
dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutang-hutangnya dengan tidak memberi mudharat
(kepala ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari’at yang benar-
benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.” (QS. An-Nisaa’,
4:12)

c. Hukum Perjanjian/Perikatan

Dalam bermuamalah, ada situasi dimana antara pelaku aktivitas harus melakukan
perjanjian atau perikatan, seperti dalam transaksi jual beli yang dilakukan bukan secara
tunai, transaksi hutang piutang, kontrak pemborongan barang dan jasa dan lain-lainnya.
Dalam aturan dan perundangan sistem hukum Islam, diwajibkan untuk membuat suatu
catatan tertulis berupa perjanjian atau perikatan diantara pihak-pihak yang terlibat dan
diketahui oleh seorang saksi atau lebih.
Allah memberlakukan agar orang-orang yang beriman memenuhi akad-akad yang
dilakukan dan mengikuti aturan dan hukum Allah yang telah ditetapkan, sebagaimana
firmanNya dalam Al-Quran.

”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah yang
menetapakan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Maidah, 5:1)

Secara detail Al-Quran menjelaskan bagaimana keharusan orang-oang beriman untuk


melakukan perjanjian dan perikatan dalam bermuamalah, agar tidak terjadi kerugian di
satu pihak dan menguntungkan di pihak lain secara tidak halal.

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai sesuai
waktu yang telah ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagimana Allah telah
mangajarkannya, maka ia hendaklah menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu. Jika tidak
ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah
mu’amalahmu itu), kecuali mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan
diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan yang (demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah

117
suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2:282)

E. PENDIDIKAN DAN SOSIAL

Pendidikan adalah suatu proses yang mengupayakan untuk mempengaruhi


perkembangan kepribadian, sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang menjadi
meningkat kualitasnya, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang beriman, bertaqwa dan
berakhlak mulia.
Dalam Islam pendidikan dimulai sejak seorang anak lahir ke dunia hingga akhir
hayatnya. Bahkan sejatinya, pendidikan dimulai sejak Allah meniupkan rohNya ke dalam
janin yang ada dalam kandungan ibunya, pada usia kehamilan sekitar empat bulan. Allah
berfirman dalam Al-Quran.

”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) rohNya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9)

Bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang pendidikan dan tata sosial dalam


masyarakat, ditunjukkan uraian berikut ini.

1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi robbani, sebagai ulil-
albab dan ’ibadurrahman. Generasi robbani adalah generasi yang sempurna ilmu dan
taqwanya kepada Allah swt, mereka selalu mempelajari ilmu dan mengajarkannya pada
orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran.

”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah
dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia. ”Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah.” akan tetapi (dia berkata) ”Hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3:79)

Sebagai ulil albab, yakni orang-orang yang berakal, yang senantiasa berzdikir pada
Allah dan bertafakur atas ciptaanNya, sebagaimana ayat berikut.

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulil albab), yaitu orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya) berkata: ”Ya,
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau. Maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran, 3:190-191)

Sebagai ’ibadurrahman, yaitu hamba Allah Yang Maha Penyayang, yang dimuliakan
oleh Allah. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, istiqomah menjalankan qiyamul
lail, memohon dijauhkan dari siksa neraka, yang tidak boros dan tidak kikir, tidak

118
menyekutukan Allah, bukan pembunuh orang yang diharamkan, yang bertaubat dan
beramal shalih, tidak bersaksi palsu, yang mau mendengarkan peringatan ayat-ayat Allah
serta menjadi imam orang-orang yang bertaqwa. Hal ini ditunjukkan oleh ayat-ayat
berikut ini.

”Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang (Ibadurrahman) itu ialah orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapakan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam
hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata,
”Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah
kebinasaan yang kekal.” (QS. Al-Furqaan, 25:63-65)

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,


dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah yang demikian.
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosanya.” (QS. Al-Furqaan, 25:67-68)

”Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal sholih, maka sesungguhnya
dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang
yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-
orang) yang mengerjalan perbuatan tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqaan, 25: 71-72)

”Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. Dan orang-
orang yang berkata, ”Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-sitri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-
orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Furqaan, 25:73-74)

2. Pendidikan Pribadi
Pelajaran apakah yang pertama mesti kita sampaikan pada anak-anak kita? Al-Quran
memberikan suatu contoh pada kita, dalam kisah keluarga Luqman, yang memberikan
nasehat bagi anaknya dengan memberikan penanaman aqidah, keimanan kepada Allah
secara murni, tanpa mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain. Allah berfirman.

”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan


pelajaran kepadanya. ”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedlaliman yang besar.”
(QS. Luqman, 31:13)

Aqidah, keyakinan akan Allah sebagai rabb, Tuhan semesta alam, Tuhan langit dan
bumi, Tuhan seluruh makhluk di dunia ini, juga Allah sebagai ilah, satu-satunya tempat
kita menyembah, menyandarkan diri, mencintai, mengabdikan diri, tunduk, patuh dan
taat sepenuhnya kepadaNya. Keyakinan dan keimanan yang murni demikian, tanpa

119
mempersekutukan dengan sesuatu yang lain inilah yang ditanamkan pertama kali seorang
ayah (Luqman) terhadap anaknya. Penanaman aqidah ini pulalah yang mesti kita
sampaikan pada anak-anak kita dalam sebuah keluarga muslim.
Bagi orang-orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan, dia akan berserah diri
sepenuhnya kepada Allah, senantiasa menjaga ketaatannya, bersabar, khusuk dalam
sholatnya, bersedekah, berpuasa, memilihara kehormatannya, senantiasa berdzikir maka
Allah akan memberikan ampunan dan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah
dalam Al-Quran.

”Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab, 33:35)

Dengan aqidah yang kuat, maka seorang mu’min akan senantiasa mematuhi aturan
dan hukum yang telah ditetapkan Allah dan RasulNya. Tidak patut bagi orang yang
beriman, jika Allah dan RasulNya menetapkan suatu ketentuan aturan atau ketetapan,
akan ada baginya pilihan yang lain. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu’min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan sutau ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai
Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab,
33:36)

3. Pendidikan Rumah Tangga


Dalam sebuah rumah tangga Islam, disamping iman kepada Allah, taat pada Allah dan
RasulNya, seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah perintahkan
kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yang telah merawat dan
mendidiknya sejak kecil hingga dewasa, para orang tua telah banyak berkorban untuk
kebaikan dan kebahagian bagi anak-anaknya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Luqman, 31:14)

Islam juga mengatur tata tertib dalam rumah tangga, hubungan antara anak dan ibu
bapaknya, dengan budak-budak yang dimilikinya dan pengaturan hubungan laki-laki dan
perempuan. Diantara tata tertib yang dijelaskan dalam Al-Quran adalah pengaturan untuk
meminta izin bagi budak-budak laki-laki dan wanita, juga bagi orang-orang yang belum
baligh, ketika mereka harus bertemu untuk suatu keperluan. Allah berfirman.

120
”Hai orang-orang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki dan orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu
tiga kali (dalam satu) hari, yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu meninggalkan
pakaian (luar),u fi tengah hari dan setelah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nuur, 24:58)

”Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta
izin seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayatNya Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.
An-Nuur, 24:59)

Bagi putra dan putri keluarga muslim yang telah mencapai usia baligh, mereka juga
harus menjaga pandangan dan memelihara kehormatan dirinya, menutup auratnya agar
senantiasa menjadi orang-orang yang suci dari kemaksiatan pergaulan dengan lawan
jenisnya. Bagi wanita muslim harus menutupkan kerudung (jilbab) ke dadanya, kecuali
kepada para laki-laki muhrim, atau yang haram untuk menikah dengannya.

”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan


pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-
Nuur, 24:30)

”Katakanlah kepada wanita yang beriman, ”Hendaklah mereka menahan pandangannya


dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka, atau
putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putra saudara
lelaki mereka, atau putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki yang tidak punya keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur, 24:31)

Keseluruhan ini dimaksudkan untuk menjaga diri dari kemaksiatan. Allah juga
memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk menjauhkan diri dari perbuatan zina,
yang merupakan suatu dosa, suatu perbuatan yang keji, sebagaimana firmanNya.

”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah sebuah perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’, 17:32)

121
4. Busana Muslimah
Bagi wanita yang telah baligh, wajib atasnya untuk menutup auratnya. Pengertian
aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan mukanya. Oleh
karena itu, suatu kewajiban bagi seorang wanita muslim untuk mengenakan jilbab atau
kerudung yang menutupi rambutnya dan ke dadanya, disamping telah berpakaian yang
rapi menutup seluruh tubuhnya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri


orang mu’min. ” Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab,
33:59)

Banyak hikmah yang didapat dengan menggunakan busana muslimah seperti pakaian
jilbab atau kain kerudung yang menutup aurat wanita. Disamping menunjukkan sebagai
wanita muslimah, sebagai wanita-wanita mu’min yang taat pada peraturan dan hukum
Allah, juga seorang wanita yang berjilbab akan terpelihara, terjaga dari gangguan
kejahatan. Allah memberikan karunianya berupa pakaian bagi para hambanya untuk
menutup auratnya, dan pakaian yang paling baik adalah pakaian taqwa, sebagaimana
firman Allah berikut.

”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf, 7:26)

Dan dalam setiap memasuki masjid, Allah juga memerintahkan kepada kita untuk
memakai pakaian yang indah, dalam arti suci, bersih dan didapat dengan cara yang halal.

”Hai anak Adam pakailah pakianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al- A’raaf, 7:31)

Dengan menggunakan busana muslimah, maka seorang wanita mu’min terlepas dari
kelompok wanita penggoda kaum lelaki dengan pakaian yang tidak menutup auratnya.
Seorang wanita mu’min harus memiliki orientasi kehidupan akhirat sebagai tujuan
kehidupan dunianya.
Terhadap istri-istri Nabi Muhammad saw pun, Allah memerintahkan kepada Nabi
untuk menceraikan istri-istrinya yang menjadikan kemewahan dunia sebagai tujuan
kehidupannya saat ini.

”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu: ”Jika kamu sekalian mengingini


kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah
dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki
(keridhaan) Allah dan RasulNya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka

122
sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang
besar.” (QS. Al-Ahzab, 33:28-29)

Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya bagaimana seorang wanita mu’min


harus berperilaku dan berpakaian yang memenuhi norma Islam, mengikuti syariat dan
hukum Islam yang telah ditetapkan.

5. Hubungan Sosial
Disamping tata tertib dalam rumah tangga seperti dikemukakan diatas, Islam juga
mengatur tata tertib dalam bertamu, untuk masuk ke rumah seorang tetangga muslim
lainnya harus mengucap salam dan meminta izin terlebih dahulu.

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur, 24:27)

Apabila tidak menjumpai penghuninya, janganlah memaksakan diri untuk tetap


masuk. Bahkan jika kemudian tidak diizinkan masuk, maka orang yang bertamu harus
menghormatinya dan kembali untuk meninggalkan rumah tersebut.

”Jika kamu tidak menemui seseorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk
sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: ”kembali (saja)lah ”, maka
hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur, 24:28)

Adapun terhadap rumah yang tidak untuk didiami, dimana ada keperluan kita di
dalamnya, misalnya untuk sekolah, majelis taklim, urusan keamasyarakatan dan
sebagainya, maka tidak ada dosa bagi kita untuk memasukinya. Ini sesuai dengan ayat
berikut.

”Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di
dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu sembunyikan.” (QS.
An-Nuur, 24:27)

6. Hubungan Sesama Mu’min


Dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, setiap mukmin hendaklah
menjunjung tinggi akhlak Rasulullah, untuk saling tolong menolong, saling menghormati
dan saling menghargai. Jika terjadi konflik diantara sesama mukmin, kita usahakan untuk
bisa berdamai dan juga janganlah sampai terjadi saling aniaya. Allah memerintahkan
untuk memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap muslim lainnya, sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran.

”Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada

123
perintah Allah), maka demikianlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujuraat, 49:9)

Sesama mukmin harus saling berkasih sayang satu sama lain. Ibarat satu tubuh, maka
jika ada bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh yang lain akan ikut merasakannya.
Karena sesungguhnya sesama mukmin adalah bersaudara.

”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu demikianlah antara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.
Al-Hujuraat, 49:10)

Sebagai saudara, maka sesama mukmin jangan sampai saling mengolok-olok satu
sama lainnya, juga dilarang untuk saling memanggil dengan sebutan yang buruk. Allah
berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut.

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kamu mengolok-olokkan kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-
wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu
mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu kamu panggil memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman
dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Hujuraat, 49:11)

Disamping itu juga tidak boleh saling mencurigai atau berprasangka buruk diantara
sesama mukmin. Juga janganlah saling menggunjing.

”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya


sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari kesalahan-kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat, 49:12)

Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan wanita, menjadikan berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, untuk saling mengajak berbuat baik dan
bertakwa kepada Allah swt. Orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwadi antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat, 49:13)

124
F. KEBUDAYAAN

Secara umum budaya artinya akal budi atau pikiran. Kebudayaan berarti hasil dari
kerja akal budi, olah pikir manusia seperti perilaku, pengetahuan, falsafah hidup,
kesenian, bahasa, tradisi-tradisi dan sebagainya, yang berupa immateri, dan alat-alat
untuk mengolah alam, perlengkapan hidup, pakaian, perumahan, alat rumah tangga, serta
alat-alat yang dipergunakan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini yang
berupa materi.
Menurut Endang Syaifuddin Ansori, Kebudayaan adalah hasil karya, cipta,
pengolahan, pengerahan dan pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa,
pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah dan
kehidupan lahiriah manusia.
Jika kebudayaan tercipta dalam sebuah masyarakat yang berlandaskan tauhid, yang
mengesakan Allah, yang menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, dengan memegang
teguh syariat Islam sebagai aturan, norma, kaidah yang bersumber dari Allah, maka akan
didapatkan suatu kebudayaan yang Islami. Sebuah kebudayaan yang tidak lepas dari
nilai-nilai Islam, yang memiliki visi, misi, motivasi dan orientasi kepada Allah semata.
Seni sebagai bagian dari kerja budaya, tentunya juga memiliki corak yang Islami,
baik berupa seni bahasa, seni sastra, seni musik, seni arsitektur dan bentuk kesenian
lainnya. Secara keseluruhan harus mengekspresikan nilai-nilai Islam. Karena kesenian
merupakan salah satu sistem simbol dan kesenian dalam masyarakat Islam adalah wujud
dari simbol nilai-nilai Islam.
Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai kebudayaan dapat diuraikan sebagai
berikut. Pada dasarnya, Allah telah memberikan dalam diri manusia suatu potinsi yang
akan menghasilkan dari dirinya amalan yang baik, sebagaimana yang dikehendakiNya.
Potensi itu adalah penyempurnaan proses penciptaan manusia, yaitu Allah ciptakan
pendengaran, penglihatan dan hati, sebagaimana Firman Allah.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan


Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9)

“Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-
Mulk, 67:23)

Dengan potensi itulah manusia dapat melakukan suatu aktivitas yang berupa
kebudayaan. Bagi orang yang beriman, orang bertauhid, yang menjadikan Allah sebagai
motivasi dan orientasi kehidupannya, maka akan dihasilkan kebudayaan yang memiliki
nilai-nilai Islam dan mewujudkan simbol-simbol Islam.
Kebudayaan sebagai produk kerja akal budi, pikiran hasil karya, cipta dan rasa
manusia dengan demikian merupakan wujud dari amal sholih. Kebudayaan Islam
merupakan ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki tauhid. Kebudayaan Islam juga
merupakan simbol dari peradaban Islam.

125
Demikianlah maka, produk dari budaya berupa perilaku, pengetahuan, falsafah hidup,
kesenian, bahasa, tradisi-tradisi, alat-alat untuk mengolah alam, serta perlengkapan hidup
manusia, secara keseluruhan harus didasarkan pada misi, motivasi dan orientasi kepada
Allah swt dan akan membawa pemakai atau penikmat hasil budaya tersebut lebih dekat
pada Allah. Mereka akan mentaati Allah dan RasulNya, tunduk dan patuh sepenuhnya
atas aturan dan ketetapan Allah. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (dalam
produk kebudayaan) demikian akan mendapat kemenangan, sebagai mana Firman Allah.

”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS. Ali Imran, 3:139)

“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.”
(QS. Al-Maidah, 5:56)

Bangunan sebagai simbol peradaban dan kebudayaan, dalam sejarah Islam yang
pertama kali dibangun dan diwujudkan adalah bangunan ibadah, yakni Baitullah,
sebagaimana firmanNya.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,


ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi
semua manusia.” (QS. Ali Imran, 3:96)

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama


Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-
Baqarah, 2:127)

Dalam mendirikan bangunan-bangunan Islam, haruslah dibangun atas dasar taqwa,


bukan untuk bermegah-megah atau yang lainnya.

“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada
Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang- orang yang zalim.” (QS. At Taubah, 9:109)

Bangunan-bangunan yang tinggi yang dibangun, dengan main-main, dan agar kekal
di dunia, karena kesombongan tidak diperkenankan dalam Islam.

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan
apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis.”
(QS. Asy-Syu’araa, 26:128-130)

126
Bahkan bangunan sebagai simbol kadlaliman dan keangkara-murkaan yang didirikan
oleh oleh Fir’aun pada akhirnya dihancurkan oleh Allah bersama kebudayaan dan
peradabannya sekaligus. Bangunan-bangunan Fir'aun yang dihancurkan oleh Allah ialah
bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota
Ramses; menara yang diperintahkan Hamaan mendirikannya dan sebagainya.

“ … Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang
telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raf, 7:137)

Dalam bidang seni, Allah mengajarkan seni ucap, susastra.

“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman, 55:1-4)

Meskipun Al-Quran bukan merupakan karya satra, namun Al-Quran memiliki nilai
sastra yang tinggi.
Allah menghendaki hambanya berpakaian yang indah, yaitu yang menutupi aurat.
Allah juga memerintahkan kita memakai pakaian yang indah yaitu yang bersih dan suci
ketika hendak memasuki masjid. Karena Allah menyukai yang indah. Allah juga
memiliki nama-nama yang indah.

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf, 7:26)

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf, 7:31)

Dan Allah telah memilih orang-orang yang cinta akan keimanan dan dijadikanNya
keimanan itu sesuatu yang indah dalam hati orang-orang yang mendapatkan hidayah.

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti


kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. Al-
Hujarat, 49:7)

Dalam mengikuti atau menghasilkan sebuah karya cipta sebagai produk budaya, tetap
harus memperhatikan etika Islam, untuk dijadikan patokan agar kebudayaan tersebut
tetap menunjukkan corak yang Islami.

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat
bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka

127
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan
mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu
kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’araa,
26:224-227)

128
G. KEBUDAYAAN

Secara umum budaya artinya akal budi atau pikiran. Kebudayaan berarti hasil dari
kerja akal budi, olah pikir manusia seperti perilaku, pengetahuan, falsafah hidup,
kesenian, bahasa, tradisi-tradisi dan sebagainya, yang berupa immateri, dan alat-alat
untuk mengolah alam, perlengkapan hidup, pakaian, perumahan, alat rumah tangga, serta
alat-alat yang dipergunakan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini yang
berupa materi.
Menurut Endang Syaifuddin Ansori, Kebudayaan adalah hasil karya, cipta,
pengolahan, pengerahan dan pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa,
pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah dan
kehidupan lahiriah manusia.
Jika kebudayaan tercipta dalam sebuah masyarakat yang berlandaskan tauhid, yang
mengesakan Allah, yang menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, dengan memegang
teguh syariat Islam sebagai aturan, norma, kaidah yang bersumber dari Allah, maka akan
didapatkan suatu kebudayaan yang Islami. Sebuah kebudayaan yang tidak lepas dari
nilai-nilai Islam, yang memiliki visi, misi, motivasi dan orientasi kepada Allah semata.
Seni sebagai bagian dari kerja budaya, tentunya juga memiliki corak yang Islami,
baik berupa seni bahasa, seni sastra, seni musik, seni arsitektur dan bentuk kesenian
lainnya. Secara keseluruhan harus mengekspresikan nilai-nilai Islam. Karena kesenian
merupakan salah satu sistem simbol dan kesenian dalam masyarakat Islam adalah wujud
dari simbol nilai-nilai Islam.
Bagaimana Al-Quran menjelaskan mengenai kebudayaan dapat diuraikan sebagai
berikut. Pada dasarnya, Allah telah memberikan dalam diri manusia suatu potinsi yang
akan menghasilkan dari dirinya amalan yang baik, sebagaimana yang dikehendakiNya.
Potensi itu adalah penyempurnaan proses penciptaan manusia, yaitu Allah ciptakan
pendengaran, penglihatan dan hati, sebagaimana Firman Allah.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan


Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9)

“Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu


pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-
Mulk, 67:23)

129
Dengan potensi itulah manusia dapat melakukan suatu aktivitas yang berupa
kebudayaan. Bagi orang yang beriman, orang bertauhid, yang menjadikan Allah sebagai
motivasi dan orientasi kehidupannya, maka akan dihasilkan kebudayaan yang memiliki
nilai-nilai Islam dan mewujudkan simbol-simbol Islam.
Kebudayaan sebagai produk kerja akal budi, pikiran hasil karya, cipta dan rasa
manusia dengan demikian merupakan wujud dari amal sholih. Kebudayaan Islam
merupakan ekspresi dari suatu masyarakat yang memiliki tauhid. Kebudayaan Islam juga
merupakan simbol dari peradaban Islam.
Demikianlah maka, produk dari budaya berupa perilaku, pengetahuan, falsafah hidup,
kesenian, bahasa, tradisi-tradisi, alat-alat untuk mengolah alam, serta perlengkapan hidup
manusia, secara keseluruhan harus didasarkan pada misi, motivasi dan orientasi kepada
Allah swt dan akan membawa pemakai atau penikmat hasil budaya tersebut lebih dekat
pada Allah. Mereka akan mentaati Allah dan RasulNya, tunduk dan patuh sepenuhnya
atas aturan dan ketetapan Allah. Orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (dalam
produk kebudayaan) demikian akan mendapat kemenangan, sebagai mana Firman Allah.

”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS. Ali Imran, 3:139)

“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.”
(QS. Al-Maidah, 5:56)

Bangunan sebagai simbol peradaban dan kebudayaan, dalam sejarah Islam yang
pertama kali dibangun dan diwujudkan adalah bangunan ibadah, yakni Baitullah,
sebagaimana firmanNya.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,


ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi
semua manusia.” (QS. Ali Imran, 3:96)

130
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-
Baqarah, 2:127)

Dalam mendirikan bangunan-bangunan Islam, haruslah dibangun atas dasar taqwa,


bukan untuk bermegah-megah atau yang lainnya.

“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada
Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama
dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang- orang yang zalim.” (QS. At Taubah, 9:109)

Bangunan-bangunan yang tinggi yang dibangun, dengan main-main, dan agar kekal
di dunia, karena kesombongan tidak diperkenankan dalam Islam.

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main
dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan
apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang- orang kejam dan bengis.”
(QS. Asy-Syu’araa, 26:128-130)

Bahkan bangunan sebagai simbol kadlaliman dan keangkara-murkaan yang didirikan


oleh oleh Fir’aun pada akhirnya dihancurkan oleh Allah bersama kebudayaan dan
peradabannya sekaligus. Bangunan-bangunan Fir'aun yang dihancurkan oleh Allah ialah
bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota
Ramses; menara yang diperintahkan Hamaan mendirikannya dan sebagainya.

131
“ … Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang
telah dibangun mereka.” (QS. Al-A’raf, 7:137)

Dalam bidang seni, Allah mengajarkan seni ucap, susastra.

“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman, 55:1-4)

Meskipun Al-Quran bukan merupakan karya satra, namun Al-Quran memiliki nilai sastra
yang tinggi.

Allah menghendaki hambanya berpakaian yang indah, yaitu yang menutupi aurat.
Allah juga memerintahkan kita memakai pakaian yang indah yaitu yang bersih dan suci
ketika hendak memasuki masjid. Karena Allah menyukai yang indah. Allah juga
memiliki nama-nama yang indah.

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf, 7:26)

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf, 7:31)

Dan Allah telah memilih orang-orang yang cinta akan keimanan dan dijadikanNya
keimanan itu sesuatu yang indah dalam hati orang-orang yang mendapatkan hidayah.

132
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. Al-
Hujarat, 49:7)

Dalam mengikuti atau menghasilkan sebuah karya cipta sebagai produk budaya, tetap
harus memperhatikan etika Islam, untuk dijadikan patokan agar kebudayaan tersebut
tetap menunjukkan corak yang Islami.

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat
bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka
mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? kecuali orang-orang
(penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan
mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu
kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS. Asy-Syu’araa,
26:224-227)

133
BAGIAN KETIGA

Paradigma Islam Tentang Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Disamping


berwujud jasmani atau jasad yang terlihat, manusia
juga memiliki dimensi rohani yang berasal dari roh yang
Allah tiupkan dalam proses awal penciptaannya. Manusia
juga dilengkapi dengan akal yang membedakannya dari
makhluk yang lain, dan memiliki qolbu atau hati, tempat
tumbuhnya spiritualitas dalam dirinya.

Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal


Tuhannya. Agar kita bisa mengenal lebih dekat kepada
Allah, kita harus lebih dahulu mengenal diri kita sebagai
manusia. Bagaimana manusia diciptakan? Untuk apa
manusia diciptakan? Dan kemana kelak dia akan kembali
dan meneruskan ’perjalanan’nya?

Dalam bab-bab berikut ini, kita akan coba kaji


bagaimana Al-Qur’an menjelaskan tentang eksistensi
manusia dalam pandangan Islam.

134
BAB SEMBILAN
MANUSIA DAN PENCIPTAANNYA
Setelah kita diskusi tentang eksistensi Tuhan, paradigma Islam tentang alam semesta,
maka pada bab ini dan bab selanjutnya penulis akan mengajak pembaca untuk mengkaji
paradigma Islam tentang manusia. Siapakah dia atau kita ini? Untuk apakah kita
diciptakan di dunia ini? Dan kemana kita kelak akan kembali? Pertanyaan demikian
sering muncul dalam diri kita disaat tengah menyendiri, merenung tentang keberadaan
kita sebagai manusia.
Dengan memahami diri kita sebagai manusia, dari berbagai aspek, akan memudahkan
kita melakukan positioning, sekaligus menyusun planning peningkatan kwalitas diri,
khususnya dalam dimensi spiritualitas.
Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai petunjuk dan pedoman hidup kita, serta sebagai
sumber ilmu pengetahuan, akan membimbing dan mengantar kita untuk menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis di awal Bab Sembilan ini. Dengan landasan
tauhid, dan dalam rangka mencari kebenaran yang hakiki, kita akan cob a mengkaji
bersama ayat-ayat Al-Quran yang bicara tentang manusia sebagai makhluk ciptaanNya.

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ALLAH

Setelah Allah menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di dalam alam
semesta ini, maka Allah kemudian menciptakan makhluk yang bernama manusia.
Sebelum menciptakan manusia, Allah mengkhabarkan tentang rencana penciptaannya ini
kepada para malaikat. Para malaikat justru mempertanyakan kembali kepada Allah,
kenapa Dia hendak menciptakan makhluk yang suka membuat kerusakan dan
menumpahkan darah dengan sesamanya ini? Padahal para malaikat merasa dirinya
senantiasa bertasbih dan mengagungkan Allah? Namun Allah justru menegaskan tentang
rencana penciptaan manusia tersebut dan berfirman, ”Aku tahu apa yang engkau tidak
ketahui.”. sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam Al-Quran:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah, 2:30)

Apa yang sebenarnya ada dan tersembunyi dalam diri manusia, sehingga Allah
dengan Maha KehendakNya menciptakan manusia tersebut? Kita akan coba mengkaji
sebagian dari rahasia yang tersembunyi dalam diri manusia, sesuai yang diinformasikan
oleh Al-Qurnul Karim.
Yang jelas, Allah menciptakan manusia ini, sebagai bagian dari alam, merupakan
perwujudan dua anasir alam yakni sebagai alam syahadah (nyata) dan alam ghoibiyah
(ghoib). Dalam wujud fisiknya, manusia merupakan unsur alam yang nyata (syahadah)

135
dan untuk dapat bergerak dan menjadi ”hidup” dia memiliki roh yang merupakan unsur
alam ghoib, dimana hanya Allahlah yang mengetahuinya secara pasti dan benar.
Fisik manusia berupa tubuh dengan kelengkapan anggota tubuh seperti kepala, badan,
tangan, kaki, mata, telinga, hidung dan juga kelengkapan yang ada dalam tubuh berupa
jantung dengan sistem peredaran darah dan sistem pernafasan, usus dan ginjal dengan
pengaturan sistem pencernakan dan pembuangan, dan lain-lainnya merupakan
perwujudan alam syahadah.
Sedangkan roh manusia yang ditiupkan Allah dalam tubuhnya, yang menjadi penentu
hidup matinya tubuh fisik, dengan akal dan pikiran, hawa nafsu, yang terrefleksikan
dalam pola pikir, visi, misi, kepercayaan, value, attitude (sikap) dan behavior, merupakan
perwujudan alam ghoib.
Kedua unsur alam ini, tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, menjadi satu kesatuan
yang ada dalam diri seorang manusia. Pada bab-bab selanjutnya kita akan kaji satu
persatu.

B. SEBELUM TERJADINYA MANUSIA

Sebelum diciptakannya Adam sebagai manusia, bagaimana Allah mempersiapkan


bahan dasar penciptaan manusia ini? Al-Quran menginformasikan bahwa alam semesta
ini diawali dengan ketiadaan, lalu Allah menjadikannya ada. Demikian pula manusia
awalnya tidak ada, lalu Allah ciptakan manusia ini untuk hadir di alam dunia.
Manusia pada mulanya tidak dikenal atau tanpa sebutan, sebagaimana firman Allah.

”Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al-Insaan, 76:1)

Dan penciptaan manusia ini melalui beberapa tingkatan atau tahapan. Allah berfirman
dalam Al-Quran sebagai berikut.

”Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan


kejadian.” (QS. Nuh, 71:14)

Tingkatan awal, sebelum diciptakannya Adam, manusia diciptakan dari bahan tanah
dengan berbagai istilah seperti turab, thin, hamain, thin lazib, shal-shal kal fakhkhar.

Penciptaan manusia dari turab, dapat kita temukan pada ayat berikut.

”Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari turab (tanah), kemudian Allah berfirman kepadanya:
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran, 3:59)

Manusia diciptakan Allah bahan dasarnya dari turab (tanah) atau tanah yang berupa zat
organik (CH) atau carbon.

Penciptaan manusia dari thiin, kita dapatkan pada ayat berikut :

136
”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari thiin (tanah). Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina.” (QS. As-Sajdah, 32:7-8)

Allah menciptakan manusia dari thiin, yakni dari tanah yang bercampur dengan zat air
atau hidrogenium. Zat ini merupakan salah satu pembentuk zat hidup.

Penciptaan manusia dari hamain ditunjukkan pada ayat 15:26.

”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS. Al-Hijr, 15:26)

”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk” (QS. Al-Hijr, 15:28)

Hamain adalah zat lemas atau Nitrogen, yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.

Penciptaan manusia dari thin lazib, bisa kita dapatkan dalam Al-Quran ayat 37:11.

”Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah
menciptakan mereka dari laazib ( tanah liat).” (QS. Ash-Shaaffaat, 37:11)

Allah menciptakan manusia dari lazib yang artinya tanah liat, yang mengandung unsur-
unsur zat besi. Zat ini terdiri diantaranya adalah dari Fe, Mn, Ca. Si, Pb.

Penciptaan manusia dari shal-shal disebutkan dalam Al-Quran sebagai berikut.

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar” (QS, Ar-Rahman, 55:14)

Allah mencipatakan manusia dari shal-shal yang artinya adalah tanah yang berupa zat
pembakar (O2).
Jika seluruh zat-zat pembentuk manusia tersebut kita formaulasikan, terbentuk zat-zat
pembentuk hidup yang merupakan causa formatif. Dan ternyata ini merupakan rumus
dari asam amino, sebagai pembentuk zat hidup itu sendiri. Dari zat-zat yang merupakan
pembentuk kehidupan itulah manusia diciptakan, yaitu dari turab, thin, hamain, thin
lazib, shal-shal kal fakhkhar. Inilah bahan-bahan dasar pembentuk manusia yang Allah
ciptakan.
Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi,
Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia” menyatakan, ayat-ayat Al-Quran yang
menyebutkan penciptaan Adam (dari tanah-pen) dengan beberapa sifat yang berbeda,
sebenarnya menunjukkan pada satu penciptaan yang mempunyai beberapa fase sehingga
antara ayat yang satu dan yang lainnya tidak bertentangan.

137
Menurut Izzuddin, sebagian mufassir berijtihad dalam menentukan urutan ayat yang
menyebutkan penciptaan Adam. Mereka membagi penciptaannya menjadi tujuh tahap
berikut.
1. Al-Quran menyebutkan bahwa Adam diciptakan min turab (dari tanah). Hal ini
menunjukkan pada awal penciptaannya.
2. Adam diciptakan min thin (dari tanah) menunjukkan campuran antara turab (tanah)
dan air.
3. Adam diciptakan min hama’ masnun (dari lumpur hitam) menunjukkan tanah yang
berubah karena pengaruh udara.
4. Adam diciptakan min thin lazib (dari tanah liat) menunjukkan tanah yang telah siap
menerima bentuk.
5. Adam diciptakan min shalshalin min hama’ masnun (dari tanah liat kering yang
berasal dari lumpur hitam) menunjukkan kekeringannya.
6. Adam diciptakan min shalshalin kal fakhar (dari tanah kering seperti tembikar)
menunjukkan bahwa ia telah melewati fase pembakaran sehingga menjadi seperti
tembikar.
7. Setelah melewati enam fase tersebut, Allah memberitahukan bahwa fase yang terakhir
adalah peniupan roh ke dalamnya. Dengan demikian, sempurnalah penciptaannya.
(Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan
Embriologi, Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia”, Terjemahan, Tiga Serangkai,
Solo, 2006)

C. ADAM SEBAGAI MANUSIA PERTAMA

Adam adalah manusia pertama yang Allah ciptakan secara langsung tanpa didahului
oleh seorang ayah maupun ibu. Proses penciptaan Adam ini tidak sebagaimana proses
penciptaan manusia di dalam rahim ibunya, yang nanti kita akan kaji juga. Dari tanah
yang mengandung unsur-unsur zat kehidupan sebagaimana tersebut diatas, Adam
diciptakan. Kemudian Allah menyempurnakan kejadiannya dan selanjutnya Allah
perintahkan para malaikat untuk bersujud pada Adam, sebagaimana diinformasikan
dalam Al-Quran.

”Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka
bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,” (QS. Al-Hijr, 15:29-30)

Perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam adalah sebagai
bentuk penghormatan, suatu kemuliaan yang Allah berikan bagi Adam dan anak cucunya
yang diamanahi tugas untuk menjadi khalifah di muka bumi. Tugas khalifah ini diberikan
kepada manusia, yaitu Adam dan anak cucunya, bukan diberikan kepada para malaikat.
Kehendak dan qudratullah ini juga dibarengi dengan membekali manusia dengan potensi
khusus, yakni akal, hawa nafsu, di samping adanya hati, dimana potensi ini tidak
diberikan kepada para malaikat. Jika manusia mampu mengemban tugas kekhalifahan ini,
maka dia bahkan akan memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding malaikat.

138
Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, Allah swt juga mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada Adam, dengan mengajarkan nama-nama benda seluruhnya yang ada
di sekitar Adam, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran.

”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian


mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana" (QS. Al-Baqarah, 2:31-32)

Dr H. Yunahar Ilyas, Lc, MA menjelaskan dalam bukunya ”Kisah Para Rasul, Tafsir
Al-Quran Tematis” bahwa Al-Quran tidak menyebut kan nama-nama apa saja yang
diajarkan Allah swt kepada Adam. Al-Quran hanya menekankan seluruhnya yaitu seluruh
nama-nama. Karena tidak disebutkan nama-nama apa saja yang diajarkan itu, maka para
mufassir menyebutkan beragam nama. Ada yang mengatakan Allah mengajarkan kepada
Adam tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bumi, laut, gunung, langit, bintang-
bintang, nama-nama malaikat dan lain sebagainya.
Dapat juga dipahami bahwa yang diajarkan kepada Nabi Adam adalah ilmu
pengetahuan, karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan adalah pengenalan terhadap
nama-nama segala sesuatu lengkap dengan sifat dan fungsinya. Allah swt membekali
Adam dengan ilmu pengetahuan supaya dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di
atas permukaan bumi. Dan untuk anak cucu Adam kemudian Allah memberinya potensi
untuk mengetahui segala sesuatu dengan menggunakan hati nurani, panca indra, akal
pikiran dan ditambah lagi, bimbingan dari Allah swt melalui para nabi dan rasulNya. (Dr
H. Yunahar Ilyas, Lc, MA, Kisah Para Rasul, Tafsir Al-Quran Tematis, Suara
Muhammadiyah, Yogyakarta, 2006)
Untuk menemani Adam, Allah ciptakan seorang pasangan baginya. Allah ciptakan
seorang istri dari dirinya sendiri, sebagaimana firman Allah.

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS.
An-Nisa, 4:1)

Penciptaan Hawa oleh Allah untuk Adam dimaksudkan juga agar dia merasa tentram
kepadanya, saling merasakan kasih sayang diantara keduanya. Allah berfirman dalam Al-
Quran.

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum, 30:21)

Demikianlah, Allah ciptakan Adam dan Hawa untuk berdiam di sorga, menikmati
makanan yang telah Allah sediakan. Namun Allah juga memberikan larangan kepada

139
mereka untuk tidak mendekati sebuah pohon yang telah ditetapkan olehNya, yang akan
menyebabkan mereka menjadi dzalim.
Adanya larangan yang ada di sorga itu, membuat syetan segera berusaha mendekati
dan membujuk Adam dan Hawa dengan ucapan yang indah dan menjanjikan.
Sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran.

”Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan
kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak
menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang
yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al-A’raaf, 7:20-21)

Mengenai ayat tersebut, Yunahar menjelaskan, menurut godaan syaitan, Allah


melarang mereka berdua memakan buah pohon itu karena Allah tidak ingin keduanya
menjadi malaikat dan kekal di dalam sorga buat selama-lamanya. Untuk meyakinkan
Adam dan Hawa syaitan bersumpah bahwa dia tidak punya kepentingan apa-apa dengan
larangan itu. Dia hanya memberikan nasehat untuk kepentingan mereka berdua. Cara
syaitan ini kemudian banyak ditiru oleh para pengikutnya, termasuk dari kalangan
manusia sendiri. Para penggoda akan menggunakan kata-kata yang manis, janji yang
muluk-muluk. Tidak ada orang yang berterus terang mengatakan ingin menjerumuskan
seseorang, karena kalau cara demikian yang dilakukan tentu tidak akan ada yang mau
mengikuti.
Godaan syaitan rupanya berhasil, Adam dan Hawa terbujuk juga untuk memakan
buah pohon itu. Mereka lupa dengan firman Allah yang sudah tegas-tegas melarang
mereka mendekati, apalagi memakan buah pohon itu. Inilah pelanggaran pertama yang
dilakukan oleh umat manusia terhadap larangan Allah swt. Begitulah kelemahan manusia,
begitu banyak yang dihalalkan oleh Allah swt, justru tetap menginginkan yang
dilarangNya. Dari begitu banyak buah-buahan yang ada di sorga, Allah hanya melarang
memakan satu macam buah saja, tetapi justru itu yang dilanggar Adam dan Hawa. (Dr H.
Yunahar Ilyas, Lc, MA, Kisah Para Rasul, Tafsir Al-Quran Tematis, Suara
Muhammadiyah, Yogyakarta, 2006)
Adam dan Hawa akhirnya diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan sorga, turun
ke bumi, akibat tergoda oleh bujuk rayu syaitan. Dan Allah menyatakan, bahwa syaitan
merupakan musuh bagi Adam dan anak cucunya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

”Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan." (QS. Al-Baqarah, 2:36)

Menyadari akan kesalahannya, Adam dan Hawa pun memohon ampun pada Allah,
bertaubat. Mereka telah melanggar larangan Allah, mereka telah menganiaya diri sendiri,
dan jika Allah tidak mengampuni mereka, maka sesungguhnya mereka termasuk orang-
orang yang merugi. Karena kesungguhan mereka untuk bertaubat, Allahpun menerima
taubat mereka. Sebagaimana ditunjukkan dalam Al-Quran.

140
”Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Baqarah, 2:37)

D. TERJADINYA MANUSIA SETELAH ADAM

Penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa adalah melalui proses reproduksi
sebagaimana yang dikenal dan terjadi hingga sekarang ini, yaitu hasil hubungan biologis
antara seorang ayah dan ibu, melalui proses kehamilan dalam kandungan sang ibu. Al-
Quran menginformasikan pada kita, pada awalnya, manusia diciptakan dari sari pati
tanah. Allah berfirman sebagai berikut.

”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.” (QS. Al-Mu’minun, 23:12)

Pengertian al-insan diatas, pertama bisa berarti Adam, yang memang diciptakan dari
tanah, sebagaimana penjelasan pada sub bab diatas. Kedua, juga berarti anak cucu Adam
yaitu semua manusia, yang diciptakan dari sulalatin min thin (sari pati tanah). Makna
kedua lebih mengena jika dihubungkan dengan ayat berikutnya.

”Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).” (QS. Al-Mu’minun, 23:13)

Muhammad Izzuddin Taufiq, dalam bukunya ”Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi,
Ayat-ayat tentang Penciptaan Manusia”, menjelaskan penciptaan manusia pada fase
nuthfah (air mani) tersebut merupakan fase berikutnya setelah penciptaan manusia dari
tanah. Berdasarkan firman Allah Surat Al-Mu’minun (23) ayat 12-13, secara lengkap
Izzuddin menguraikan proses reproduksi manusia setelah Adam dan Hawa ini melalui
beberapa fase, yaitu fase nutfah, fase ’alaqah, fase mudghah, fase tulang dan daging serta
fase penciptaan makhluk yang berbentuk lain. Dalam sub bab ini, penulis akan coba
menguraikan secara ringkas penjelasan fase-fase tersebut.

1. Fase Nutfah
Sebagaimana telah diuraikan di atas, manusia diciptakan dari sari pati yang berasal
dari tanah, kemudian dijadikan nutfah. Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, menjelaskan, nutfah
secara bahasa adalah cairan yang sedikit atau sepercik air. Dan ini berkaitan dengan air
mani laki-laki yang berbentuk seperti hewan, spermatozoa, yang merupakan sebagian
kecil dari jazad laki-laki. Dari air yang hina (mani) terbentuklah apa yang disebut
spermatozoa (nutfah). (Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, Janin: Tentang Perkembangan
Manusia, Antara Iptek dan Al-Quran, sebuah tulisan lepas.)
DR. Maurice Bucaille, menguraikan, nutfah berasal dari akar kata yang berarti
mengalir, kata tersebut dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadah,
sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil dan di sini
berarti setetes air sperma. (DR. Maurice Bucaille, Bibel, Quran dan Sains Modern, Bulan
Bintang, Jakarta)

141
Disamping dalam Surat Al-Mu’minun (23) ayat 13, kata nutfah di Al-Quran dapat
kita temui pada beberapa ayat diantaranya:

”Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang
nyata.” (QS. An-Nahl, 16:4)

”Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah


menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya” (QS.
’Abasa, 80:17-19)

”Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)” (QS. Al-
Qiyamah, 75:37)

Dalam Ilmu pengetahuan modern, Embriologi, telah ditemukan penjelasan tentang


nutfah ini. Nutfah atau air mani seorang laki-laki diproduksi dalam testis (buah pelir)
yang merupakan salah satu organ reproduksi laki-laki. Kelenjar yang dihasilkan testis
mengandung sperma atau dikenal juga dengan sel sexual laki-laki. Jika dilihat dengan
menggunakan mikroskop, spermatozoa berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala
dan memiliki ekor yang panjangnya mencapai delapan kali lipat panjang kepalanya.
Besaran spermatozoa ini tidak lebih dari satu mikron. Satu mikron sama dengan 0,001
milimeter.
Dalam kepala spermatozoa mengandung 23 pasang kromosom (XY), yaitu unit-unit
gen yang di dalamnya terdapat disain tubuh yang ada dalam atom. Kepala spermatozoa
inilah yang kelak akan membuahi sel wanita (ovum) di dalam rahim. Sedangkan fungsi
ekor spermatozoa adalah membawa sperma ke tempat yang dituju.
Mohammad Izzuddin Taufiq menjelaskan, dalam setiap hari atau 24 jam, testis akan
berproduksi sebanyak 100 juta sampai 500 juta spermatozoa. Spermatozoa yang
dihasilkan testis selanjutnya akan berkumpul di suatu tempat khusus yang dinamakan
epididimis. Di dalam epididimis ini, pertumbuhan nutfah akan mengalami
penyempurnaan. Di tempat itu nutfah-nutfah berkumpul, kemudian memancar ke arah tali
sperma menuju visicle (kandungan mani) sperma.
Nutfah-nutfah itu terus berjalan menuju visicle sperma sampai batas perpanjangan
tertentu dan tempatnya pun menjadi sempit. Visicle itu mengeluarkan kandungannya
secara alami melalui mimpi pada waktu tidur. Sperma yang tidak dikeluarkan melalui
proses mimpi itu akan mati dan larut. Kemudian visicle itu mulai menerima kedatangan
nutfah-nutfah baru. Begitu seterusnya. Nutfah yang telah matang terkumpul dalam
visicle, akan terpancarkan memasuki organ reproduksi wanita, pada saat terjadi hubungan
sexual suami dan istri.
Berbeda dengan testis yang menghasilkan jutaan spermatozoa, dalam organ
reproduksi wanita, indung telur hanya menghasilkan satu ovum, kemudian mengirimnya
dan menunggu. Ketika ovum keluar, mulut tuba fallopi (saluran telur) telah melakukan
penyesuaian dengan luas indung telur, terutama dengan daerah yang akan robek dan akan
terbuka. Oleh karena itu, ketika ovum keluar segera ditangkap oleh tuba itu dengan cara
yang sangat menakjubkan. Dalam ovum juga mengandung 23 pasang kromosom (XX)

142
Ovum berada dalam kondisi siap untuk menerima pembuahan secara khusus selama
12 jam setelah keluar dari indung telur. Setelah 12 jam berlalu, ovum akan kehilangan
vitalitasnya sedikit demi sedikit dan akan mati dalam waktu 48 jam.
Melalui hubungan sexual antara suami istri, cairan sperma laki-laki berpindah ke
organ repruduksi wanita. Cairan sperma itu merupakan tempat yang baik bagi nutfah
untuk berenang ketika memancar dari testis menuju saluran testis, lalu ke ureter dan dari
ureter menuju organ-organ reproduksi wanita.
Jumlah spermatozoa yang berenang dalam cairan sperma mencapai 100 juta dalam 1
milimeter kubik. Artinya, dalam satu semprotan cairan sperma terdapat sekitar 200 juta
sampai 600 juta spermatozoa yang masuk dalam organ reproduksi wanita.
Menurut Izzuddin, setelah nutfah (spermatozoa) diletakkan di dalam vagina, ia harus
menempuh jalan yang panjang agar sampai ke ovum. Melihat ukuran nutfah yang kecil
itu jarak 15 centimeter yang memisahkannya dari ovum dapat berarti beberapa ratus
kilometer untuk ukuran kita. Nutfah menghadapi serangkaian hambatan dan kesulitan
dalam perjalanannya manuju vagina, rahim dan saluran sel telur. Oleh karena itu ia harus
mampu menempuh jarak itu dalam waktu sesingkat mungkin.
Setelah mengalami perjalanan panjang, sejumlah nutfah (sekitar 40%) akan tertinggal
dan tidak dapat mengikuti perjalanan sampai akhir. Sebagian nutfah akan mati oleh lendir
vagina. Tidak ada spermatozoa yang mampu bertahan hidup dan melanjutkan perjalanan,
kecuali yang mampu menembus vagina dengan selamat.
Perjalanan masih harus berlanjut menuju rahim. Diperkirakan jumlah nutfah yang
masuk ke dalam rahim tidak lebih dari satu juta nutfah. Di dalam rahim ribuan nutfah
kehilangan arah dan diperkirakan hanya beberapa ribu saja nutfah yang beruntung
menemukan tuba/saluran dimana ovum berada, dan masuk ke dalamnya.
Sebagian nutfah akan tersesat dan hancur di dalam saluran rahim (tuba) dan sejumlah
kecil lainnya akan berhasil masuk ke tempat ovum yang sedang menunggu di dalam
saluran sel telur. Sejumlah nutfah yang berhasil masuk berusaha untuk bisa menembus
dinding ovum. Dan akhirnya hanya satu buah spermatozoa yang berhasil masuk
menembus dinding ovum.
Masuknya sel spermatozoa ke dalam ovum menjadikan beberapa perubahan pada
dinding ovum. Bagian tubuh dan ekor spermatozoa akan tertinggal di luar ovum bersama
sel-sel spermatozoa lainnya yang tak berhasil menembus dinding ovum. Saat itulah
terjadi pertemuan antara sebuah spermatozoa dan ovum yang berlanjut dengan proses
pembuahan.
Ovum mengalami pemecahan reduktif dan mengusir setengah kromosomnya, yang
berada di dalam ovum hanya setengah kromosom. Sedangkan setengah yang lain
dikandung oleh kepala spermatozoa. Secara ilmiah, saat inilah dikatakan telah terjadi
penciptaan sebuah makhluk baru.
Perjalanan yang ditempuh ovum dari tempat terjadinya pembuahan di dalam pipa
menuju rahim memakan waktu hampir sepekan. Selama perjalanan menuju rahim
tersebut, ovum selalu mengalami perubahan dan pembelahan terus menerus, dari
pembelahan menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel dan seterusnya, sampai ovum mencapai rahim.
Setelah sampai di dalam rahim dan mengalami perkembangan hingga sekitar 15 hari,
maka penciptaan makhluk manusia ini memasuki fase berikutnya.

143
2. Fase ’Alaqah
Alaqah merupakan fase penciptaan manusia setelah fase nutfah. Dr. Syarif Kaff Al-
Ghazaali menjelaskan, perkembangan kesempurnaan ’alaqah itu melalui tahapan-
tahapan berupa seperti cacing yang berenang di dalam air,dan bergantung/menempel di
dinding rahim dengan tali umbilicus dan gumpalan darah (’alaqah) tersebut terstruktur di
dalam ruang darah dalam bentuk memanjang dan terhitung tanpa adanya gerakan dan
kelihatan seperti darah yang membeku.
Maurice Bucaille menerjemahkan kata ’alaqah dengan : ”sesuatu yang melekat”
Arti ini menurutnya sesuai sekali dengan penamaan sains modern. Dalam beberapa
terjemahan Al-Qur’an, ’alaqah ini diartikan sebagai ”gumpalan darah”, meski bukan
makna yang sebenarnya, namun menyerupai gumpalan darah.
Kata alaqah bisa kita jumpai dalam Al-Quran pada Surat Al-Mu’minun (23) ayat 14
sebagai berikut.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah …” (QS. Al-Mu’minun, 23:14)

Kata ’alaqah juga bisa kita temukan pada ayat-ayat di bawah ini.

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-‘Alaq, 96:23)

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
“ (QS. Al-Hajj, 22:5)

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah …” (QS. Al-Mu’min, 40:67)

Dalam fase alaqah ini, ada beberapa perubahan yang menonjol atas perilaku ovum,
Izzuddin mengemukakan, ada temuan baru pada perilaku ovum yang telah dibuahi
selama fase ini. Setelah morula blastula (ovum yang dibuahi beserta sel-selnya yang
membuahi) sampai ke dalam rahim, perilaku ovum berubah. Kemudian terjadi
perubahan-perubahan kompleks, salah satu perubahan terpentingnya adalah blastula
berusaha menggantung pada selaput rahim dengan cara meleburkan sel-selnya untuk
membuka lubang kecil, tempat ia akan bergantung atau menempel. Tugas ini dilakukan
oleh sel-sel sekunder dari blastula (terbagi menjadi sel-sel) dan dibantu dengan
melepaskan enzim tertentu mencairkan jaring selaput rongga pada rahim. Sel-sel inilah
yang membentuk jenjot yang nantinya akan menjadi inti plasenta pertama.
Selanjutnya Izzuddin menulis, secara keseluruhan blastula (zygot) bertugas
menempel pada dinding rahim karena nutrisinya atau kehidupannya sangat bergantung
pada dinding rahim tersebut. Peristiwa tersebut merupakan titik perubahan yang disebut
khusus oleh Al-Quran meskipun kisah penciptaaan manusia dalam Al-Quran sangat
ringkas. Kemudian ’alaqah masuk ke dalam selaput rahim hingga bercampur dan
menyatu dengan sempurna seolah-olah ia berada dalam sebuah roti yang seluruh sisinya
dikelilingi selaput rahim yang ketebalannya selalu bertambah, terutama di tempat ’alaqah

144
berada. Lalu terbentuklah aliran darah diantara ’alaqah dan rahim yang membuatnya
tumbuh berkembang.
Ketika ovum telah stabil melaksanakan tugasnya, dimulailah tugas kedua bagi sel-sel
sekunder untuk melaksanakan implantasi (pelekatan embrio pada dinding rahim) pada
trofoblas (bagian dari plasenta) dengan melepaskan hormon HCG (Human Choronic
Gonodotrophin) yang secara berkelanjutan akan memberikan perintah pada ovum-
tepatnya pada bagian badan kuning (Corpus Luteum untuk terus-menerus melepaskan
hormon progesteron.
Pelepasan hormon yang terakhir ini secara berkelanjutan merupakan hal yang sangat
penting karena hormon tersebut akan mendorong selaput rahim saling merekat.Jika
hormon ini terputus akan menyebabkan kerusakan selaput rahim dan usaha yang telah
dilakukan oleh ’alaqah akan sia-sia, sebagaimana terjadi pada akhir masa menstruasi
ketika tidak terjadi proses pembuahan ovum.
Selama hormon progesteron berada dalam darah, indung telur berhenti melepaskan
ovum-ovum baru karena hal itu tidak akan bermanfaat selama masa kehamilan, bahkan
akan menyebabkan bahaya apabila proses pembuahan telah terjadi. Oleh karena itu,
muatan yang lebih belakang senantiasa mengetahui muatan yang didepannya yang
prosesnya belum sempurna.Kemudian pada sisa minggu fase itu ’alaqah mempersiapkan
diri untuk fase mudhgah.
Oleh karena itu, pada minggu kedua ini,’alaqah mulai berubah dari gumpalan yang
terdiri atas sel-sel menjadi susunan dengan dua tingkat yang terpisah dan masing-masing
berbeda.Susunan ini disebut teblet ganda.
Jika pada minggu kedua blastula telah terpisah menjadi sel inti dan sel sekunder, pada
minggu ketiga terdapat hal baru, yaitu memperdalam perbedaan tugas di antara dua
macam sel tersebut.Setelah melalui proses yang rumit,pada sel inti muncul tiga tingkatan
sel terbentuk dan disebut dengan kertas janin (Embryonal plate). Kemudian kertas janin
ini membentuk sel-sel bayi.
a. Lapisan luar (Ekteoderm) akan membentuk lapisan dan jaringan saraf.
b. Lapisan tengah (Mesoderm) akan membentuk susunan tulang, otot, saluran sistem
kemih, dan peredaran darah.
c. Lapisan dalam akan membentuk sistem pencernaan dan sistem suplementernya serta
sistem pernapasan. Sedangkan sel-sel sekunder yang sampai ke lapisan sel dalam
bersama dengan selaput rahim akan memberikan unsur-unsur permulaan yang
nantinya akan menjadi tali pusar.

3. Fase Mudhghah
Fase berikutnya dalam proses perkembangan penciptaan manusia ini adalah fase
mudhghah. Terjamahan Al-Quran versi Depag mengartikan mudhghah dengan ”segumpal
daging’. Bucaille memberikan arti kata bahasa Arab mudhghah ini dengan ”daging
(seperti daging yang dikunyah). Makna yang diberikan Bucaille ini serupa dengan
penjelasan Izzuddin, setelah muncul gumpalan berbentuk badan, janin mulai terlihat
seperti mudhghah kecil dan menyerupai sesuatu yang dikunyah yang terdapat pada bekas
gigi.
Al-Quran menyebutkan kata mudhghah dalam rangkaian proses penciptaan manusia
pada beberapa ayat berikut:

145
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang …”
(QS. Al-Mu’minun, 23:14)

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna …” (QS. Al-Hajj, 22:5)

DR. Syarif Kaft Al-Ghozaal menjelaskan, perkembangan fase ini bermula dari kepala
yang berbentuk somites (mirip bola) pada hari ke 24-25, kemudian bagian punggung/atas
dari somites ini melengkung setahap demi setahap pada ujung janin. Dan pada hari ke 28
janin mulai terlihat bagian-bagiannya yang kelihatan seperti unta yang gemuk. Ia berputar
dan berbolak-balik di dalam rahim selama perkembangan fase ini hingga berakhir pada
akhir minggu keenam.
Pada fase ini juga terlihat perkembangan yang leboh berarti, ada penambahan
volumen ruang rahim secara berlipat-lipat. Mudhghah mulai kelihatan seperti sepotong
daging, belum kelihatan strukturnya dan kemudian mulai pada perkembangan kedua
yaitu perkembangan bentuk, mulai kelihatan beberapa organ : dua mata, lisan dan dua
bibir, akan tetapi belum jelas keadaaanya, kecuali di atas minggu ke delapan. Pada
minggu ke delapan ini juga sudah mulai kelihatan kedua tangan dan kedua siku pada
perkembangan ini.
Sementara itu Izzuddin menjelaskan, mudhghah adalah sepotong daging tempat
pembentukan janin. Fase ini dimulai kira-kira pada minggu keempat. Setelah kapsul janin
(embrio) terbentuk menjadi tiga tingkatan pada minggu ketiga, mulai terlihat ciri-ciri
pertama susunan saraf dan aliran darah.
Pada minggu keempat atau setelah du puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan
munculnya anggota-anggota tubuh terpenting. Oleh karena itu, ilmu kedokteran
menyatakan bahwa minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh.
Permulaan pembentukan anggota tubuh ini, menurut Izzuddin, dimulai pada hari
kedua puluh dalam bentuk gumpulan daging kecil yang merupakan awal mula anggota
tubuh dalam lapisan janin. Setelah muncul gumpalan berbentuk badan, janin mulai
terlihat seperti mudhghah kecil dan menyerupai sesuatu yang dikunyah yang terdapat
pada bekas gigi.

4. Fase Tulang dan Daging


Proses penciptaan manusia pada fase tulang dan daging ini merupakan tahap awal
pembentukan tulang. Mourice Bucaille dalam bukunya Bibel, Qur’an dan Sains Modern
hanya menyinggung sedikit proses penciptaan manusia pada fase ini. Menurutnya sistem
tulang, berkembang pada benda tersebut (janin) dalam sesuatu yang dinamakan
”mesenhyme”. Tulang yang sudah terbentuk itu dibungkus dengan otot-otot. Inilah yang
dimaksudkan dengan ”lahm”.
Al-Quran menyebutkan proses penciptaan manusia pada fase tulang dan daging pada
Surat Al-mu’minun (23) ayat 14 sebagai berikut:

146
“…dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami
bungkus dengan daging.” (QS. Al-Mu’minun, 23:14)

Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal, menuliskan, penggunaan istilah ”idzam” (tulang


belulang) yang digunakan Al-Quran pada fase perkembangan ini adalah istilah yang
memang menunjukkan kekhususan fase ini. Fase ini memberikan penjelasan yang rinci
dan mulai terlihatnya postur luar janin. Ini merupakan perubahan terpenting dalam proses
pembentukan struktur dalam tubuh janin, sekaligus munculnya keterkaitan antara organ-
organ tubuh dan keluasannya pada performan janin.
Tersusunnya tulang-tulang pada fase ini menurut Syarif adalah perkembangan yang
paling menonjol. Mudhghah yang sebelumnya belum berbentuk manusia berkembang
menjadi bentuk yang terlihat dengan tulang-tulang yang terjadi dalam waktu yang
singkat, yakni beberapa hari saja pada akhir minggu ke enam sampai pada awal minggu
ketujuh.
Dalam minggu ketujuh, bentuk manusia mulai kelihatan jelas dengan tumbuhnya
tulang-tulang di seluruh tubuhnya. Pada perkembangan selanjutnya mulai bermunculan
muscles, yaitu daging dan kulit yang membungkus seluruh tulang. Pada saat selesainya
tulang terbungkus dengan daging, maka mulailah bentuk anak manusia terlihat jelas.
Organ-organ sudah saling terkait dan saling berpengaruh. Selesainya pembentukan
struktur muscles (daging dan kulit yang membungkus tulang), janin mulai bergerak-
gerak. Fase ini terjadi pada minggu ketujuh dan terus berjalan sepanjang minggu ke
delapan.
Memberikan penjelasan mengenai Surat Al-Mu’minun ayat 14 di atas, Izzuddin
menuliskan, sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa perubahan pada mudhghah dapat
terjadi secara keseluruhan atau sebagiannya. Berdasarkan temuan Ilmu Kedokteran,
perubahan tersebut hanya terjadi pada sebagian mudhghah, karena sebagian mudhghah
inilah yang berubah menjadi ”idzam” (tulang belulang). Sumber susunan tulag, otot dan
kulit adalah satu lapisan pada jaringan yaitu lapisan tengah.
Menjawab pertanyaan, mengapa Al-Quran menganggap fase tulang belulang
merupakan fase yang terpisah setelah fase mudhghah? Izzuddin menuliskan, Al-Quran
telah menemakan tiap-tiap fase sesuai dengan kejadian terpenting yang terdapat pada tiap
fase. Pada fase ini -secara umum- merupakan permulaan pembentukan tulang dan
perbedaannya dengan mudhghah, sebagaimana fase sebelumnya yang secara keseluruhan
adalah munculnya gumpalan daging kecil. Pada fase selanjutnya, tulang tersebut
dibungkus dengan otot-otot.
Sekalipun proses yang terus berkelanjutan antara munculnya gumpulan daging,
permulaan tulang-belulang, dan pembungkusannya dengan otot-otot serta tercapainya
semua itu dalam waktu singkat selama minggu keempat, tetapi buku-buku kedokteran
tidak membedakan antara fase mudhghah, tulang dan daging (otot). Buku kedokteran
hanya menyusunnya dengan standar minggu dan hari, serta membagi fase pertumbuhan
janin menjadi dua, yaitu fase janin (embrio) dan fase kehamilan (fetus).
Menurut Izzuddin, selama minggu keempat ini, kita dapat melihat munculnya daerah
kepala dan bagian sebelah atas serta munculnya tulang punggung pada daerah punggung.
Pertumbuhan yang pertama lebih banyak dari pada yang kedua.

147
Mengutip Encyclopedia Americana, Izzuddin menjelaskan bahwa, pada awal minggu,
panjang dimensi kapsul janin lebih pendek dari dua milimeter dalam bentuk kapsul
terlentang yang belum menyerupai bentuk akhir makhluk yang akan dihasilkannya. Pada
akhir minggu, umumnya anggota tubuh serta susunannya telah mulai tampak dan janin
telah mendekati bentuknya yang sempurna sehingga dapat dibedakan antara kepala,
tengkuk, batang tubuh, dan sisi-sisinya. Sebagian besar susunan jenis dan anggota tubuh
utama mulai tampak, meliputi tiga puluh lima pasang tulang punggung utama (somite)
yang akan menghasilan tingkatan warna kulit, struktur otot-otot, dan pembentuk tulang
punggung.
Selanjutnya disebutkan bahwa pada minggu keempat dapat disaksikan awal
pembentukan telinga, mata, dan susunan saraf utama, sebagaimana pada akhir minggu
tersebut dapat disaksikan permulaan pembentukan kelenjar tiroid, lidah, kerongkongan,
paru-paru, saluran pernapasan, saluran pencernaan, perut, hati, kantong empedu, pankreas
dan ginjal.
Menurut Izzuddin, jantung, susunan saraf, dan anggota-anggota tubuh bagian dalam
telah lebih dulu muncul dan berkembang ketika anggota tubuh lainnya masih dalam
bentuk gumpalan daging yang kecil sekali. Hal inilah yang membuat janin tampak
berbentuk mudhghah, kemudian muncul tulang untuk melindungi anggota-anggota tubuh
bagian dalam yang tumbuh mengikuti perkembangannya, lalu muncul otot-otot untuk
membungkus tulang dan muncul kulit untuk membungkus otot-otot tersebut.
Pada minggu-minggu berikutnya, Izzuddin menjelaskan bagaimana keseluruhan
tulang-tulang, otot-otot, kulit serta anggota tubuh bagian dalam secara terus-menerus
tumbuh dan tidak akan berhenti hingga akhir bulan ketiga.
Secara ringkas, penulis akan kutipkan perkembangan minggu-minggu berikutnya
pada fase tulang dan daging sebagai berikut.

Minggu Kelima
Minggu kelima merupakan pembentukan tulang dan pertumbuhannya. Oleh karena
itu, dalam minggu ini janin tumbuh bagaikan meneken yang rata atau halus. Pada minggu
ini anggota tubuh bagian dalam dan indra terus tumbuh dengan harmonis atau selaras.
Pada akhir minggu kelima ini wajah mulai tampak jelas meskipun bukan dalam
bentuk wajah janin pada akhir perkembangannya, lalu diikuti dengan perkembangan atau
pertumbuhan paha, kaki, telapak kaki, jari, lengan, dan tangan. Pada masa perkembangan
ini, perbedaan anggota-anggota tersebut sudah jelas meskipun panjang setiap bagian atas
dan bawah hanya mencapai tiga sampai empat milimeter.

Minggu Keenam
Pada minggu ini bagian punggung tumbuh lebih cepat dari bagian perut, sebagaimana
pada bagian-bagian ujung tumbuh dngan jelas. Hal ini diperkuat dengan apa yang kita
katakan bahwa pertumbuhan tulang lebih dulu dari pada otot karena ototlah yang akan
menutupi tulang. Oleh karena itu, pertumbuhan tulang harus lebih dulu darinya hingga
memungkinkan bagi otot untuk menutupinya.
Pada minggu ini pula kita dapat membedakan bentuk dua mata serta telinga, dan
lubang hidung dipisahkan oleh pembatasnya, sebagaimana dalam pembentukan dua bibi.
Jantung sudah mulai memompa darah dengan kuat. Bukan darah itu saja yang mengalir
ke tubuh janin, mlainkan juga darah yang berhubungan dengan plasenta.

148
Dengan berakhirnya minggu ini, wajah janin tampak dengan jelas, begitu juga
susunan sraf pusat dan gerakan reflek, sebagaimana telah jelas pada anggota-anggota
indra, seperti mata dan telinga.
Minggu Ketujuh
Pada awal minggu ketujuh, panjang janin tidak lebih dari dua puluh milimeter dan
pada akhir minggu ini mencapai lima atau enam sentimeter. Dengan berakhirnya minggu
ini, janin nampak sebagai manusia yang kecil, mirip dengan boneka. Meskipun perbedaan
besar badan antara janin dan orang dewasa mencapai ribuan kali lipat, tetapi bentuknya
sudah tampak sebagai manusia. Oleh karena itu pada minggu ketujuh ini, ia tidak dinamai
embrio lagi, tetapi fetus. Fase baru ini akan menjadi fase penyempurnaan anggota-
anggota yang sudah tampak. Oleh karena itu minggu ini digunakan untuk penyempurnaan
semua langkah awal. Apalagi pada awal minggu kedelapan ukuran besar janin makin
bertambah.

Minggu Kedelapan
Pada minggu kedelapan ini paras muka si janin bertambah jelas meskipun beratnya
tidak lebih dari empat gram. Janin tumbuh dengan bentuk yang lebih besar, bahkan
terkadang menutupi semua rongga rahim, lalu sedikit demi sedikit, selaput yang
menyelubungi gumpalan darah bercampur dengan selaput yang jatuh.
Lebih dari itu, sekarang pembentukan janin akan disesuaikan dengan waktu yang
ada dalam Al-Quran, yaitu setiap kali anggota tubuh dan organ bagian dalam tumbuh
selalu disertai dengan pertumbuhan tulang yang melindunginya, dan setiap tulang-tulang
itu tumbuh selalu disertai dengan pertumbuhan otot, lalu di atasnya tumbuh kulit.

5. Fase Makhluk yang Berbentuk Lain


Pada fase ini, proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu masuk pada fase
yang terakhir. Dr. Syarif Kaff Al-Ghazaal menyebut fase ini sebagai fase
perkembangan, setelah fase pertumbuhan daging dan kulit terselesaikan. Fase
perkembangan yang dimaksud adalah terjadinya perkembangan yang cepat pada janin
setelah seluruh organ diciptakan. Janin mulai memasuki masa perubahan menuju
makhluk yang baru (Kholqon akhor)
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

“…lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al-Mukmin, 23:14)

Dalam fase ini terjadi peristiwa yang penting dalam penyempurnaan perkembangan
janin, yaitu dua keadaan besar, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Dua
hal tersebut menurut Dr.Syarif Kaff adalah pertama, ansya’nahu adalah perkembangan
bukan pertumbuhan, yakni terjadinya perkembangan pada seluruh organ tubuh janin
secara relatif singkat jika kita bandingkan dengan fase-fase sebelumnya. Kedua, khalqan
akhar berarti makhluk baru. Sebutan ini sebagai dalil bahwa embrio telah mengalami
perubahan-perubahan dalam fase nasy’ah menjadi makhluk baru, yaitu janin (foetus).
Mulai kelihatan organ-organ tubuh bagian luar, jari-jari, dan juga organ reproduksi.

149
Memberikan penjelasan mengenai Surat Al-Mukminun ayat 14, Izzuddin menuliskan,
ayat ini mengisyaratkan pada janin tentang perkembangan di bulan keempat dan
setelahnya. Sebagaimana pemakaian predikat ”fakasauna” (kami bungkus dengan
daging) pada ayat sebelumnya, ayat ini juga benar-benar cermat dalam pemakaian
predikat ”ansya’nahu” (kami jadikan dia). Kata ”insya” berarti menciptakan sesuatu
dan memeliharanya. Masa penciptaan telah terjadi pada periode sebelumnya. Oleh karena
itu, periode ini adalah pemeliharaan dan penumbuhan janin yang telah tercipta. Setelah
menggunakan kata ”ansya’nahu” dengan keakuratan dan kecermatan yang sama, ayat ini
juga memakai kata ”Khalqan akhar” (makhluk yang berbentuk lain). Pengungkapan
seperti ini merupakan pengungkapan teringkas dan dapat memberikan gambaran yang
dalam serta tepat mengenai keadaan janin ketika tumbuh.
Lebih lenjut, Izzuddin menjelaskan, jika segumpal daging yang berasal dari segumpal
darah, tulang belulang yang berasal dari segumpal daging, dan otot-otot yang
membungkus tulang belulang terjadi secara berturut-turut dengan cepat, sebenarnya
seorang janin tidak langsung berpindah darinya ke periode ”makhluk yang (berbentuk)
lain”. Akan tetapi pertumbuhan tulang belulang dan otot-otot itu masih terus berlanjut
setelah keduanya tampak, yaitu mulai dari minggu kedelapan sampai bulan keempat.Olek
karena itu, ayat ini terdapat kata ”tsumma” (kemudian) yang berfungsi sebagai ”athaf”
(huruf penghubung) antara periode-periode itu dan periode ”makhluk yang berbentuk
lain”
Perubahan-perubahan baru yang terjadi pada perode ini mempunyai dua sisi.
Pertama, dapat dipantau oleh ilmu eksakta dengan berbagai peralatannya, yaitu
perkembangan yang tampak pada janin ketika telah mendapatkan karakter
kemanusiaannya dan telah terlihat jenis kalaminnya serta mulai bergerak. Kedua, dibawa
oleh wahyu, yaitu peniupan roh di dalamnya.

Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an :

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan


Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32:9)

Peniupan roh adalah puncak dari persiapan-persiapan jasmani yang terjadi pada
janin untuk memberikan sifat-sifat manusia kapadanya. Dengan peniupan roh ini,
selesailah fase terakhir dari fase-fase pembentukan janin -dengan badan dan roh- sebagai
”makhluk yang berbentuk lain”, yang berbeda dari makhluk hidup yang lain. Peniupan
roh dapat dikatakan sebagai peresmian bahwa janin benar-benar telah menjadi ”makhluk
yang berbentuk lain” meskipun persiapan itu telah dimulai sejak peroide penciptaan
segumpal daging. Sebagaimana diketahui setiap periode tidak dilepaskan oleh janin
hingga ia mendapatkan semua unsur asasinya. Sifat-sifatnya pun dapat terlihat dominan
padanya.
Menjelaskan perkembangan jasmani pada bulan keempat, Izzuddin menuliskan
beberapa perkembangan yaitu :
Pertama, sidik jari janin mulai tampak. Kuku-kuku tampak pada bulan keempat atau
kelima ketika perbedaan sidik jari mulai dapat dibedakan.

150
Kedua, daya kerja jantun stabil dan sistem sirkulasi berkembang sedikit demi sedikit.
Pada minggu ke-14 (pertengahan bulan keempat), kita dapat mendengar detak jantung
melalui alat yang digunakan untuk menangkap suara gelombang yang tidak dapat
ditangkap oleh telinga.Alat ini dapat dipakai untuk menangkap suara yang sangat
kecil. Kita dapat memperhatikan kecepatan detak jantungnya melebihi kecepatan
detak jantung kita, yaitu sekitar 120 dan 160 detakan per menit.
Ketiga, sistem saraf tumbuh-pada mulainya-akan tampak gerakan-gerakan refleks
tanpa sebab pada tangan dan kaki. Setelah bulan keempat,akan tampak gerakan-
gerakan sempurna,yang terpenting adalah memasukkan ibu jari ke dalam mulut.
Artinya, dia telah mulai berlatih dengan gerakan-gerakan penting yang akan
dilakukannya dalam hidupnya di luar rahim, yaitu gerakan menyedot yang akan ia
lakukan untuk menyusui. Disamping itu, janin bergerak sesuai dengan posisi dan
gerakan ibu. Ia akan bergerak ketika sang ibu dalam posisi istirahat. Ketika ibu
sedang bergerak ia akan melipat tubuhnya untuk menghindari rasa sakit.
Keempat, jenis kelamin mulai tampak. Sebelum bulan ketiga, sel-sel yang akan
membentuk jenis kelamin masih serupa. Pada akhir bulan ketiga,jeniss kelamin mulai
dapat dibedakan menurut susunannya, sedangkan janis kelamin janin sudah dipastikan
pada awal bulan keempat.
Kelima, anggota tubuh janin sempurna. Masing-masing anggota telah tampak dan
dimensinya telah diubah sehingga perkembangannya ketika itu menuju bentuk kerangka
yang sempurna. Sistem kontrol tubuh pada masa ini telah tumbuh dengan sempurna. Jika
janin itu lahir pada masa ini, ia akan dapat bertahan hidup selama beberapa jam di luar
rahim.
Keenam, daya kerja plasenta stabil. Plasenta adalah alat pernafasan dan pencernaan
pertama yang dimiliki janin. Plasenta ini sebagai ganti dari jaringan-jaringan dan
pembuluh darah yang memasok makanan ke janin melalui darah rahim pada tampungan
darah yang terbagi-bagi pada selaput dalam. Asal plasenta adalah jaringan-jaringan yang
muncul pada sisi (tempat) gumpalan darah yang bertautan dengan rahim. Oleh karena itu,
jaringan-jaringan ini tersedia untuk menyerap makanan dan oksigen dari darah ibu
sebelum plasenta terbentuk. Dengan kata lain, plasenta telah melakukan pekerjaan seperti
ini sebelumnya.
Penciptaan manusia dengan beberapa tahapan di dalam rahim merupakan kekuasaan
Allah swt. Allahlah yang membentuk manusia sebagaimana yang dikehendaki. Hal ini
dijelaskan melalui firmanNya.

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran, 3:6)

Perkembangan dan perubahan janin secara terus menerus dari satu fase ke fase
berikutnya juga bisa melalui tiga kegelapan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak.
Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai

151
kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS.
Az-Zumar, 39:6)

Tiga kegelapan janin dalam rahim ibu diuraiakan Dr. Syarif Kaff adalah pertama,
kegelapan amniusi (amnion) yaitu adanya cairan yang melingkupi janin, sehingga janin
tersebut dapat berenang di dalam lingkungan rahim, dan juga memudahkan bagi janin
untuk bergerak dengan leluasa, dan memudahkan dalam merubah posisinya ketika akan
lahir kelak. Kedua, kegelapan Karyon (Chorion) dan Ketiga, kegelapan decidua.
Mengenai kegelapan Amniusi atau cairan ketuban, Izzuddin menjelaskan bahwa
cairan amniusi atau amniotik memberikan kemudahan bagi janin untuk bergerak dengan
keadaan yang stabil. Cairan ini dikeluarkan dari sel-sel yang membentuk selaput amniotik
itu sendiri. Tanpa cairan ini, janin akan merasakan benturan-benturan yang terjadi pada
perut.
Pengamanan janin seperti ini dapat menjamin kestabilan derajat panas sehingga
menjaganya dari dingin dan panas serta perubahan-perubahan panas pada tubuh ibu
sendiri. Cairan tersebut dapat memudahkan ibu dan janin untuk bergerak dengan bebas
karena benturan atau gerakan apapun dapat ditahan oleh cairan ini sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit.
Lebih dari itu, menurut Izzuddin, cairan tersebut menjamin kebutuhan janin pada air.
Ia menyerap cairan dalam dalam jumlah yang banyak.Cairan amniotik mencegah selaput
yang telah mengeluarkannya agar tidak menempel pada janin karena dapat menimbulkan
kecacatan. Cairan amniotik sangat cernih dan jumlahnya sekitar 0,5 – 1 liter. Cairan ini
tidak mungkin dimasuki oleh mikroba selama selaput yang membungkusnya masih
menyambung meskipun jumlahnya berjuta-juta dan sangat berdekatan di vagina. Cairan
ini tetap bersih meskipun menerima air seni, keringat, dan kotoran-kotoran yang datang
dari janin. Oleh karena itu, cairan ini selalu berganti setiap beberapa jam. Dengan
keadaan seperti ini, kita dapat menyamakan lubang yang menyelimuti selaput amniotik
dengan kolam renang mewah yang airnya selalu berganti terus menerus.
Mengenai perkembangan janin pada bulan-bulan terakhir setelah peniupan roh,
diuraikan Izzuddin, merupakan usaha untuk menyempurnakan, mengembangkan dan
memperindah janin secara menerus, berjalan bersama-sama di setiap bagian. Lemak
masuk ke bawah kulit dan berat bertambah sehingga pada akhir bulan keempat mencapai
seratus gram atau lebih sedikit.
Pada bulan kelima, berat janin bertambah mencapai 300 gram. Detak jantung dan
gerakannya lebih terlihat dan kulitnya terbungkus satu tingkat kulit yang sangat halus.
Pada bulan keenam, janin tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhannya di bulan kelima
sehingga beratnya mencapai 600 gram. Pada bulan ini, dokter dapat membedakan jenis
kelamin janin saat memegang dinding rahim ibu.
Pada bulan ketujuh, kedelapan dan kesembilan dapat dianggap sebagai satu periode
jika dilihat dari ciri-cirinya, yaitu perkembangan berat janin dari 300 gram menjadi 3400
gram dan turunnya kedua buah pelir ke skrotum.

6. Kelahiran Seorang Bayi

Setelah mencapai masa yang ditetapkan, atas kuasa Allah, janin akan lahir dari
rahim sang ibu yang telah mengandungnya sekitar sembilan bulan. Lahirnya sang bayi ke

152
alan dunia ini menandai dimulainya kehidupan seorang insane, diawali dengan masa
kanak-kanak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa)” (QS. Al-Mu’min,
40:67)

Proses penciptaan janin dalam rahim ibunya selama sekitar sembilan bulan, telah
membentuk seorang bayi dengan kondisi fisik yang lengkap sebagaimana yang
dimiliki orang dewasa. Begitu lahir, maka beberapa organ akan langsung bekerja dan
berfungsi untuk memberi manfaat bagi kelangsungan kehidupannya. Dia akan segera
menghirup udara di alam dunia ini, masuk ke dalam paru-parunya melalui system
pernafasan.
Bayi akan menjerit dan menangis, maka sang ibu atau bidan atau perawat akan
memberikan minuman susu sebagai pengganti sari makanan yang didapat dari ibu
melalui plasenta ketika berada dalam rahim. Melanjutkan fungsinya ketika dalam rahim
ibu, jantung sang bayi akan terus berfungsi untuk memompa dan menggerakkan darah,
dan juga mendistribusikan makanan ke seluruh sel dalam tubuhnya.
Seluruh tubuhnya akan bergerak menandai kehidupan sang bayi. Sementara itu
sejumlah organ tubuh lainnya akan berfungsi sempurna sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya.
Pada saat manusia lahir dari perut ibunya, keadaaannya tidak mengetahui suatu
apapun, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (QS. An-Nahl, 17:78)

Maka terhadap seorang bayi muslim yang baru lahir disunahkan untuk
diperdengarkan kalimat adzan pada telinga kanan dan kalimat iqomat pada telinga
kirinya, agar kalimat-kalimat yang pertama kali masuk dalam pendengaran dan hatinya
berupa kalimat Kebesaran Allah, Kalimat Toyyiubah atau kalimat tauhid.
Seiring dengan perjalanan usia, baik dari aspek fisik maupun psikisnya, seorang
manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Dari bayi menjadi seorang anak dan
selanjutnya menjadi dewasa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“ … kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa) …”
(Al-Mu’min, 40:67)

Menjelaskan ketrangan tentang ayat di atas, Izzuddin menuliskan, para ahli tafsir
berselisih mengenai makna kata asyudd. Sesuai dengan urusan ayat Al-Qur’an, kata
asyudd adalah masa yang dimulai dari akhir masa kanak-kanak sampai dengan
permulaan masa tua. Ayat Al-Qur’an menyebut masa asyudd diantara keduanya.
Selanjutnya, Izzuddin menuliskan, masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang
dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebasan syariatpun

153
dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj menyebutkan kematian
sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga menyebutkan kata mukhrijukum (Kami
keluarkan kamu) dan kata nuqiru (Kami tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”),
sedangkan kata litablughu (agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan
bahwa tujuan dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga
kalian dibebani dengan syariat dan diuji.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan
dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insaan, 76:2)

Demikianlah manusia diciptakan oleh lewat sebuah proses yang panjang untuk diuji
atau dicoba dengan berbagai perintah dan larangan, untuk bias menjalani syariat yang
telah Allah tetapkan bagi manusia di bumi ini.

154
BAB SEPULUH
ORGAN TUBUH MANUSIA
Setelah mencapai masa yang ditetapkan, atas kuasa Allah, janin akan lahir dari
rahim sang ibu yang telah mengandungnya sekitar sembilan bulan. Lahirnya sang bayi ke
alan dunia ini menandai dimulainya kehidupan seorang insane, diawali dengan masa
kanak-kanak. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa)” (QS. Al-Mu’min,
40:67)

Proses penciptaan janin dalam rahim ibunya selama sekitar sembilan bulan, telah
membentuk seorang bayi dengan kondisi fisik yang lengkap sebagaimana yang
dimiliki orang dewasa. Begitu lahir, maka beberapa organ akan langsung bekerja dan
berfungsi untuk memberi manfaat bagi kelangsungan kehidupannya. Dia akan segera
menghirup udara di alam dunia ini, masuk ke dalam paru-parunya melalui system
pernafasan.
Bayi akan menjerit dan menangis, maka sang ibu atau bidan atau perawat akan
memberikan minuman susu sebagai pengganti sari makanan yang didapat dari ibu
melalui plasenta ketika berada dalam rahim. Melanjutkan fungsinya ketika dalam rahim
ibu, jantung sang bayi akan terus berfungsi untuk memompa dan menggerakkan darah,
dan juga mendistribusikan makanan ke seluruh sel dalam tubuhnya.
Seluruh tubuhnya akan bergerak menandai kehidupan sang bayi. Sementara itu
sejumlah organ tubuh lainnya akan berfungsi sempurna sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya.
Pada saat manusia lahir dari perut ibunya, keadaaannya tidak mengetahui suatu
apapun, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (QS. An-Nahl, 17:78)

Maka terhadap seorang bayi muslim yang baru lahir disunahkan untuk
diperdengarkan kalimat adzan pada telinga kanan dan kalimat iqomat pada telinga

155
kirinya, agar kalimat-kalimat yang pertama kali masuk dalam pendengaran dan hatinya
berupa kalimat Kebesaran Allah, Kalimat Toyyiubah atau kalimat tauhid.
Seiring dengan perjalanan usia, baik dari aspek fisik maupun psikisnya, seorang
manusia akan terus tumbuh dan berkembang. Dari bayi menjadi seorang anak dan
selanjutnya menjadi dewasa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“ … kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa) …”
(Al-Mu’min, 40:67)

Menjelaskan ketrangan tentang ayat di atas, Izzuddin menuliskan, para ahli tafsir
berselisih mengenai makna kata asyudd. Sesuai dengan urusan ayat Al-Qur’an, kata
asyudd adalah masa yang dimulai dari akhir masa kanak-kanak sampai dengan
permulaan masa tua. Ayat Al-Qur’an menyebut masa asyudd diantara keduanya.
Selanjutnya, Izzuddin menuliskan, masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang
dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebasan syariatpun
dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj menyebutkan kematian
sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga menyebutkan kata mukhrijukum (Kami
keluarkan kamu) dan kata nuqiru (Kami tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”),
sedangkan kata litablughu (agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan
bahwa tujuan dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga
kalian dibebani dengan syariat dan diuji.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan
dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insaan, 76:2)

Tubuh Manusia
Pada diri seorang manusia yang telah lahir kita dapat mengenali kondisi fisiknya yang
terlihat dari luar. Untuk mengenali kondisi fisik bagian dalam secara umum Ilmu
Anatomi dan Fisiologi akan memberikan informasi pada kita berdasarkan hasil
penelitian pada tubuh manusia. Ilmu pengetahuan modern, khususnya Ilmu Anatomi
dan Fisiologi manusia memberikan informasi yang cukup canggih.
Pada baba ini kita akan coba telusuri bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskan
tentang tubuh manusia, dan bagaimana Al-Quran yang telah diturunkan Allah pada sekita
satu setengah abad lalu menginformasikan kepada kita.

Komposisi dan Komponen Tubuh Manusia


Al-Qur’an memberikan penjelasan mengenai proses penciptaan manusia di dalam
kandungan, sebagaimana telah kita bahas pada bab sebelumnya. Penciptaan manusia
secara fisik Allah telah sempurnakan di dalam rahim sang ibu dan dia lahir dengan fisik
yang sempurna dan dilengkapi dengan potensi non fisik, berupa ruh, aqal dan hati.

156
Bagaimana kondisi fisik yang sempurna itu dilihat secara anatomis dan fisiologis.
Dengan mencoba memahami komposisi dan komponen tubuh manusia, kita akan
mengetahuinya.
Drs. H. Syariffudin menjelaskan dalam bukunya Struktur dan Komponen Tubuh
Manusia, bahwa tubuh manusia terdiri dari sel, bagian terkecil dari makhluk hidup
(termasuk tubuh manusia) yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang, melainkan hanya
dengan mikroskop. Sekumpulan sel-sel yang serupa bentuk, besaran dan pekerjaannya
yang terikat menjadi satu disebut jaringan. Kumpulan bermacam-macam jaringan yang
mempunyai fungsi khusus disebut organ. Kemudian organ-organ yang tersusun menjadi
satu, dengan mempunyai pekerjaan tertentu disebut system. Mengenai sel, jaringan, organ
dan system dalam tubuh manusia akan kita coba bahas sekedar untuk mengetahuinya.
Sel Tubuh Manusia
Dasar satuan hidup adalah sel dan tiap-tiap organ merupakan kumpulan banyak sel
yang tidak sama digabungkan oleh struktur penyokong intrasel. Tiap-tiap jenis sel secara
khusus beadaptasi untuk melakukan fungsi tertentu, misalnya sel darah merah berjumlah
25 trilliun menstransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan; terdapat 50 trilliun sel yang
lain dan jumlah semua sel dalam tubuh kurang lebih 75 trilliun. Dalam organisasi tubuh,
sel meupakan bagian terkecil. Tiap-tiap sel mempunyai spesialisasi sendiri sesuai dengan
fungsinya. Umur kehidupan sel berbeda-beda, misalnya leukosit granular dapat hidup
selama manusia hidup, sedangkan eritrosit hanya dapat hidup beberapa hari saja (14 hari).
Sel mengandung struktur fisik yang sangat terorganisir yang disebut organel. Struktur
penting dalam fungsi sel sebagai unsur-unsur kimia misalnya salah satu organel
mitokondria lebih dari 95 persen energi yang disediakan terhenti dengan segera. Organel
sel yang penting adalah membrane sel, membrane inti, retikulum endoplasma,
mitokondria dan lisosom. Di dalam sel terdapat tiga komponen utama yaitu, pertama
membrane sel, merupakan struktur elastis yang sangat tipis, yang hampir seluruhnya
terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak. Kedua, plasma atau disebut
juga sitoplasma, berupa cairan koloid encer yangmengandung berbagai zat yang terlarut
di dalamnya dan ketiga inti sel (nekleus) yang merupakan pusat dari sel.

157
BAB SEBELAS
MUNCULNYA EGO NEGATIF

Kehidupan manusia ibarat sebuah perjalanan dari sebuah kota menuju kota yang lain.
Jika perjalanan itu mengikuti aturan dan persyaratan yang telah ditetapkan, Maka dalam
akhir perjalanan dia akan sampai di kota tujuan dengan lancar tanpa hambatan. Demikian
juga perjalanan kehidupan manusia untuk mencapai garis akhir perjalanan dengan
selamat, dia harus mengikuti aturan, pedoman dan persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Sang Maha Kuasa. Jika konsisten mengikuti aturan dan persyaratan yang ada, maka
sesungguhnya dia berjalan sesuai dengan fitrahnya. Sebaliknya jika dia sudah tidak
mengikuti aturan dan persyaratan yang ada dia telah menyimpang dari fitrah.

Perjalanan manusia yang menyimpang dari fitrah adalah disebabkan pembinaan yang
keliru dari orang tua dan keluarga, pendidikan yang salah dari sekolah dan masyarakat
yang berakibat terbentuknya pola pikir yang melenceng dari nilai keilahian. Dari situlah
sebenarnya munculnya ego-ego negatif pada dirinya.

Ego negatif merupakan sifat-sifat buruk ataupun karakter yang menyimpang dari fitrah
yang dapat menimbulkan dampak merugikan bagi diri sendiri, keluarga ataupun
masyarakat. Ego negatif ini seperti kecenderungan untuk berbuat dan berperilaku zhalim,
ingkar atas kebenaran dari Allah, tidak berterima kasih atas nikmat dan karuniaNya, cinta
dunia, melampaui batas, tergesa-gesa, berkeluh kesah, kikir, merasa susah payah dan lain
sebagainya.

Penjelasan tentang ego negatif diatas akan kita bahas dan diskusikan dalam bab ini
dengan berbagai perilaku dan akhlak yang buruk sebagai cerminan ego negatif dalam diri
seseorang.

INGKAR KEPADA ALLAH

Manusia lahir dengan membawa fitrah. Namun bagaimana perkembangannya sangat


ditentukan oleh pendidikan dan pembinaan yang didapat dalam keluarga maupun
lingkungannya. Pada saat menjadi bayi dan kanak-kanak, orang tuanyalah yang mendidik
dan membimbingnya untuk mengenal dunia, alam semesta dan mengenal siapakah
Tuhannya.

Pendidikan yang keliru akan membentuk pola pikir yang keliru pula. Pola pikir ini
menyangkut tentang nilai, pemahaman, keyakinan dan prinsip hidup. Kekeliruan dalam
pola pikir berakibat pada sikap dan perilaku kehidupan, termasuk dalam memahami
kebenaran dari Allah swt.

158
Dalam setiap kaum, Allah selalu mengirim Nabi dan Rosul untuk menyampaikan
kebenaran, membimbing dan menuntun kaumnya menuju jalan yang lurus, jalan tauhid,
jalan menuju keridloanNya. Terhadap seruan para nabi dan rosul ini, ada diantara mereka
yang langsung menerima dan menjadi pengikutnya, menjalani apa yang diperintahkan
Tuhan melalui para nabi dan rasulnya. Namun banyak diantara mereka, yang menolak
dan ingkar terhadap seruan para nabi dan rosulnya. Mereka cenderung ingkar kepada
Allah, sebagaimana firmanNya :

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-
Rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: "Apakah manusia
yang akan memberi petunjuk kepada kami?" lalu mereka ingkar dan berpaling; dan
Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. At-
Taghaabun, 64:6)

Mereka juga tidak pernah berpikir tentang dirinya, tentang karunia Allah yang telah
diberikan padanya, tubuh yang sehat, dilengkapi dengan aggota tubuh yang sempurna,
dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dua tangan untuk melakukan
pekerjaan dan dua kaki untuk berjalan. Allah juga telah karuniakan berbagai organ dan
system dalam tubuh manusia yang demikian hebat dan teratur, seperti system pernafasan,
system pencernaan, system peredaran darah dan lain sebagainya.

Mereka ingkar terhadap Allah, ingkar terhadap kebenaran dari Allah, ingkar terhadap
karunianya. Mereka cenderung tidak mau bersyukur, tidak berterima kasih kepada
Tuhannya. Inilah karakter negarif manusia yang menyimpang dari fitrah, yaitu cenderung
ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah.

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS,
Al-Aadiyaat, 100:5)

SUKA MEMBANTAH

Dengan ingkar kepada Allah, manusia sering menolak perintah yang datang kepadanya.
Allah selalu memberikan perumpamaan-perumpamaan agar manusia mengambil
pelajaran dari setiap kejadian yang dilihat atau dialaminya. Bagaimana kaum terdahulu
yang ingkar kepada para nabi dan rosul, Allah berikan azab pada mereka. Kaum nabi Nuh
yang menolak mengikuti seruan nabinya untuk bertauhid, Allah hanyutkan mereka dalam
banjir bandang yang amat dahsyat. Terhadap kaum nabi Syuaib, Allah beri azab berupa
suara yang mengguntur dan menyebabkan mereka mati bergelimpangan di rumahnya
(QS. 11:94), terhadap Fir’aun dan pengikutnya yang telah menentang seruan nabi Musa,
Allah tenggelamkan mereka di laut merah. Dan banyak kaum yang ingkar pada seruan
para nabi tersebut mereka dibinasakan dengan berbagai azab dari Allah swt.

Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini, Allah telah berikan peringatan dengan
berbagai bencana alam pada kita agar senantiasa menjaga amanah, menjalankan aturan
dan syariatNya dan menjauhkan diri dari dosa dan kemaksiatan. Bencana alam yang
terjadi di Indonesia, diantaranya tsunami dahsyat yang menerjang kawasan pesisir

159
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa tektonik
yang berpusat di Samudra Hindia dan berkekuatan 9 SR itu menewaskan lebih dari
200.000 orang. Sekitar tiga bulan berselang, tepatnya 28 Maret 2005, gempa bumi
menggoncang Pulau Nias, Sumatra Utara. Bangunan rumah dan perkantoran di kawasan
pesisir itu juga hancur dihantam gempa.

Setelah itu, sejak 2006 hingga Mei 2007 tercatat berbagai bencana melanda kawasan
lainnya di Indonesia. Sebut saja gempa bumi Yogyakarta, meletusnya Gunung Merapi,
meluapnya lumpur panas Lapindo di Sidoardjo, tsunami Jawa Barat, banjir bandang di
Aceh Tamiang, banjir di DKI Jakarta, tanah longsor di Manggarai, NTT, gempa bumi di
Solok, gelombang pasang menghantam pesisir di belasan propinsi yang menghadap
Samudra Indonesia, dan lain sebagainya.

Peringatan dan perumpamaan yang telah Allah sampaikan, dimaksudkan agar manusia
dapat kembali kepada jalan kebenaran, mengikuti fitrahnya, sering diabaikan. Mereka
ingkar kepada Allah meski telah diberi peringatan dan perumpamaan berulang-ulang,
mereka tetap menolak dan membantah. Manusia memang suka membantah sebagaimana
firman Allah.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini
bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.” (QS. AL-Kahfi, 18 : 54)

CINTA DUNIA DAN TAKUT MATI

Rasulullah saw pernah memprediksi, suatu saat kelak, kaum muslimin akan dikerubuti
umat yang lain, sebagaimana orang-orang lahap mengerubuti hidangan. Sahabat pun
bertanya, apakah saat itu jumlah kaum muslimin sedikit? Bukan, menurut Rasulullah
bahkan kaum muslimin saat itu jumlahnya banyak, tapi bagaikan buih di lautan. Allah
mencabut perasaan takut musuh-musuh Islam pada kaum muslimin dan Allah masukkan
dalam dada kaum muslimin penyakit wahn. Apa itu Wahn? Para sahabat bertanya. “Cinta
dunia dan takut mati.” Jawab Rasulullah.

Itulah sifat buruk yang akan muncul pada manusia ketika dia telah menyimpang dari
fitrahnya. Suatu sifat atau karakter negatif yang akan melemahkan jiwa dan
menghancurkan diri mereka sendiri. Mereka akan terkalahkan dalam “peperangan”
menghadapi umat yang lain. Mereka akan tunduk bagaikan kerbau yang dicrucuk
hidungnya mengikuti sang penggembala. Itulah dampak dari penyakit wahn, cinta dunia
dan takut mati.

Banyak orang yang mengagungkan dunia, mendewakan harta kekayaan memberhalakan


materi. Segala sesuatu akan dilihat dari sisi materinya, menguntungkan atau merugikan.
Maka mereka hanya akan melakukan suatu aktivitas atau amalan keseharian mereka, jika
dalam perhitungannya menguntungkan secara materi. Dan bila tak menguntungkan
mereka pun akan meninggalkannya.

160
“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan
dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Qiyamah, 75:20-21)

Karena kecintaannya kepada kehidupan dunia, merekapun melupakan kehidupan akhirat.


Mereka melupakan bahwa kehidupan di dunia tidak abadi, tapi ada batasnya. Batas
kehidupan dunia adalah kematian. Jika mereka diingatkan dengan kematian, mereka
cenderung melupakannya. Mereka takut akan kematian itu. Mereka ingin menghindari
datangnya kematian pada dirinya. Padahal Allah telah tetapkan, bahwa kematian itu pasti
akan datang. Setiap manusia akan mengalami kematian itu. Allah berfirman dalam Al-
Quran.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut, 29 : 57)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum
yang berfikir.” (QS. Az-Zumar, 39 : 42)

MELAMPAUI BATAS

Kecintaan kepada dunia telah membuat manusia menghabiskan waktu hanya untuk
mengejar dan menumpuk harta kekayaan, berfoya-foya menikmati kesenangan dunia
yang sementara. Harta kekayaan bukan mereka gunakan untuk beribadah kepada Allah.
Harta kekayaan bukan membuat mereka dekat dengan Allah, tetapi sebaliknya justru
semakin membuatnya jauh dari Allah. Bahkan mereka semakin lalai terhadap aturan dan
perintah Allah.

Sebenarnya Allah tidak melarang umat Islam untuk mencari karuniaNya, menjadi orang
yang kaya. Bahkan sebagai umat Islam, untuk bisa menjalankan peribadatan dengan
sempurna diperlukan biaya, misalnya untuk menunaikan zakat, beramal shodakoh,
menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Tetapi dalam mencari harta benda, kekayaan, harus
mengikuti aturan dan syariat yang telah Allah tetapkan serta dengan tujuan untuk dapat
beribadah kepada Allah. Semakin mendekatkan diri kita menjadi hamba yang taat dan
patuh kepadaNya.

Dengan harta benda dan kekayaan, kita bisa membantu saudara-saudara yang
kekurangan, fakir miskin dan kaum dhuafa. Kita bisa membantu menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan, membangun gedung sekolah, pesantren, panti asuhan anak yatim,
masjid, mushola dan sebagainya. Dengan harta benda dan kekayaan itu kita bisa
membantu banyak orang yang membutuhkan.

161
Namun kebanyakan manusia, mengumpulkan harta benda dan kekayaan karena
kecintaannya pada dunia, untuk memenuhi kesenangan ego pribadinya, sebatas
kehidupan di dunia yang fana ini. Mereka melalaikan aturan dan syariat yang Allah
tetapkan. Mereka mencari harta kekayaan dengan menghalalkan segala cara. Hingga
akhirnya Allah memberikan peringatan, memberikan cobaan dan ujian agar manusia tidak
lupa daratan. Agar mereka kembali dan mengikuti fitrahnya. Tetapi peringatan, cobaan
dan ujian itupun tidak mereka pedulikan. Sehingga akhirnya Allah menimpakan azab dan
bencana kepada mereka.

Apabila mereka ditimpa bencana dan bahaya, merekapun mendekat dan berdo’a pada
Allah, tetapi setelah Allah menghilangkan bencana dan bahaya itu mereka kembali
kepada kesesatan. Manusia memang melampaui batas, sebagaimana firmanNya.

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya,
dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada
Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang
yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS.
Yunus, 10 : 12)

TERGESA-GESA

Kehidupan dalam masa modern sekarang ini, dirasakan segala sesuatu terjadi dengan
cepat. Perubahan juga terjadi serba cepat, hampir setiap orang menjalani kehidupan ini
berkejaran dengan waktu yang terus berpacu. Seseorang cenderung menginginkan segala
kehendak dan keinginannya terwujud secepat kilat, seketika atau serba instan. Orang
ingin berhasil dan sukses dengan jalan instan, bisa memperoleh harta kekayaan dengan
jalan instan, ingin naik jabatan dengan instan dan apapun yang diinginkannya bisa
terwujud secepat membalik telapak tangan.

Untuk mewujudkan keinginan secara instan ini membuatnya melakukan segala cara,
bahkan yang harampun ditempuhnya. Misalnya dengan datang ke dukun, dengan
membayar uang pelicin (sogokan), memaksakan kehendak dengan cara yang halus
maupun kasar.

Sifat tergesa-gesa ini merupakan karakter negative, sebagai ego negative yang dimiliki
manusia, ketika dirinya jauh dari Tuhan, tidak yakin dengan aturan, norma atau syariat
Islam. Bahkan ego negative ini semakin kuat ketika seseorang sudah melupakan Allah
dan melalaikan syariatNya. Memang begitulah sifat buruk manusia yang menyimpang
dari fitrah. Manusia selalu tergesa-gesa atas apa yang diinginkannya sebagaimana
firmanNya:

“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan
adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra, 7 :11)

162
BERSUSAH PAYAH

Kecenderungan untuk mewujudkan keinginan dengan cara instan, membuat seseorang


merasa berat jika harus melakukan suatu usaha atau bekerja secara wajar. Seseorang yang
jauh dari fitrah merasa kehidupannya selalu dalam keadaan susah payah.

Ketika masih kanak-kanak kondisi tersebut belumlah terasa, mereka masih memiliki
semangat yang hebat untuk belajar, menuntut ilmu. Tetapi tatkala ucapan atau kata-kata
negative semakin sering terdengar, bahkan arah dan tujuan pendidikannya pun
menyimpang dari fitrah, maka semangat itu jadi berkurang. Persepsi negative akan
kehidupannya pun muncul sehingga respon yang negative juga sering dilakukannya.
Dirinya mulai merasa terbebani dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya, sebagai
remaja, pelajar ataupun mahasiswa. Bahkan juga ketika mereka telah dewasa, tanggung
jawab terhadap diri sendiri, keluarga atau masyarakat pun teras susah.

Tanggungjawab terhadap diri sendiri kaitannya dengan nilai spiritualitas dirasakan


sebagai beban berat. Menjalani ibadah, seperti sholat, tadarus Al-Qur’an, belajar dan
membaca ayat-ayat yang ada dalam Al-Quran (qouliyah) atau mengkaji ayat-ayat yang
tergelar di alam semesta (qouniyah) terasa membosankan. Tanggung jawab untuk
membimbing dan mendidik anak istri juga terabaikan.

Dalam masyarakat di lingkungan rt dan rw, mereka enggan ikut berperan dalam berbagai
aktivitas. Sebagai anggota masyarakat, kewajiban untuk berperan aktif, membantu
menyelamatkan masyarakat, bahkan membimbing dan mendidik anggota masyarakat pun
tak mampu dijalankannya. Untuk menjalani amanah dari Allah sebagai khalifah,
memimpin masyarakatnya pun susah dilakoninya.

Keharusan untuk memberikan kontribusi bagi perubahan secara positif dalam masyarakat
cenderung dihindarinya. Tugas dan tanggung jawab yang dijalani terasa berat dipikulnya.
Dirinya merasa bersusah payah. Manusia memang diciptakan Allah dalan keadaan susah
payah. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS, Al-
Balad, 90: 4)

KELUH KESAH DAN KIKIR

Pada diri orang-orang yang pikiran dan hatinya dipenuhi ego negative, dalam kehidupan
keseharian akan cenderung bersikap negative dan memandang setiap kejadian secara
negative pula. Dalam masalah rezeki dirinya merasa selalu kekurangan. Setiap upah atau
gaji yang didapat selalu habis sebelum genap sebulan. Usaha yang dilakukan seperti tak
pernah membuahkan hasil. Kerja keras, peras keringat, banting tulang, tidak memberinya
keberkahan.

Melihat orang lain maju dan berhasil dadanya terasa sesak dan sedih hatinya. Dirinya
merasa senang jika melihat orang lain susah dan menderita. Malihat lingkungan sekitar

163
sepertinya tidak bersahabat, tidak memberikan peluang baginya untuk maju dan
berkembang. Krisis ekonomi yang melanda negara atau dunia, semakin membuat dirinya
khawatir dan ketakutan. Setiap waktu hatinya dipenuhi kecemasan akan masa depannya.
Seolah tak ada kesempatan baginya untuk bisa mendapatkan kesejahteraan dan
berkecukupan. Peluang untuk mendapatkan rejeki dan kebahagiaan pun seolah tak pernah
didapatkannya. Kesialanlaha yang terasa menghampiri kehidupannya.

Jika dia bergaul dengan orang lain, yang dilontarkan adalah kata-kata negative, dia selalu
berkeluh kesah tentang kehidupan yang dijalaninya. Berkeluh kesah tentang
pekerjaannya, berkeluh kesah tentang teman-teman kerja, berkeluh kesah tentang kondisi
keluarganya dan berkeluh kesah tentang tetangga dan masyarakat lingkungannya.

Namun ketika Allah memberikan kemudahan rejeki, mendapatkan kelimpahan harta


kekayaan, dia enggan untuk berterima kasih. Dia enggan mengeluarkan shodaqoh,
mengeluarkanzakat yang menjadi hak bagi orang lain, fakir miskin dan kaum dhuafa. Dia
enggan untuk menolong sesame yang membutuhkan bantuan. Dirinya merasa bahwa apa
yang didapatkan adalah sebagai hasil jerih payahnya sendiri, sehingga dia tak perlu
memberikan sebagian harta kekayaan yang didapatkannya bagi orang lain. Orang-orang
yang demikian memang memang cenderung kikir.

Itulah karakter negative lain yang ada pada manusia yang meninggalkan fitrahnya. Selalu
berkeluh kesah mengenai dirinya dan kikir atas harta kekayaan yang Allah karuniakan
pada mereka. Manusia memang suka berkeluh kesah dan kikir, sebagaimana firman Allah
dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-
Ma’aarij, 70 : 19-21)

164
BAB DUA BELAS
PERJALANAN HIDUP MANUSIA

Dalam perjalanan kehidupannya, manusia akan memperoleh berbagai pengetahuan


dan pengalaman secara jasmani maupun rohani. Sejak seseorang masih bayi, kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi dewasa dan
memasuki usia lanjut, dirinya membutuhkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang
benar akan menjadi panduan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Agama Islam dengan ajaran tauhidnya telah disampaikan dan disebarkan oleh para
nabi dan rosul bagi manusia sesuai zamannya. Sejak nabi Adam, nabi Idris dan
seterusnya hingga nabi Musa dan nabi Isa, ajaran tauhid telah disampaikan pada setiap
umat manusia secara bertahap hingga datangnya Nabi Muhammad saw sebagai nabi
terakhir. Dan diturunkannya Al-Qur’an sebagai kitab suci, penyempurna kitab-kitab
sebelumnya yaitu taurat, zabur dan injil.
Dengan menggunakan Al-Quran sebagai referensi utama dan As-Sunah (hadits)
sebagai referensi pelengkap, manusia akan menemukan pengetahuan, petunjuk dan
pedoman kehidupannya di dunia ini. Pengetahuan hidup yang dijalaninya haruslah
senantiasa dianalisis, sesuaikah dengan informasi yang dikabarkan oleh Al-Quran dan As-
Sunah? Juga pengetahuan yang diperoleh selama ini sesuaikah dengan fitrah manusia
atau sebaliknya menyimpang dari fitrah. Hanya dengan kebeningan hati dan kejernihan
pikiran, manusia mampu melakukan penilaian atas perjalanan kehidupannya.

A. DUA PILIHAN, DUA JALAN

Allah swt telah memberikan pada manusia dua pilihan, dua jalan kehidupan, yaitu
jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan. Jalan kefasikan adalah jalan kesesatan yang akan
mengantarkan manusia hidup susah, hidup dalam kegelapan. Sedangkan jalan ketaqwaan
adalah jalan kebahagian yang akan mengantar manusia hidup senang, hidup dalam
cahaya yang benderang. Jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan ini Allah telah informasikan
kepada setiap manusia, setiap jiwa, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada


jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-
Syams, 91 : 7-10)

Jalan manakah yang hendak kita dipilih? Jalan kefasikan ataukah jalan ketaqwaan?
Jalan kefasikan akan membawa seseorang menuju pada kesesatan dalam kehidupan di
dunia dan penderitaan abadi di akhirat. Untuk bisa menetapkan pilihan yang kedua, yaitu
jalan ketaqwaan, seseorang harus senantiasa membersihkan pikiran dan mensucikan hati
(jiwa)nya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. Orang yang jiwanya
kotor akan merugi, akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan jalan ketaqwaan.

165
Orang yang kotor pikiran dan berkarat hatinya akan tertarik dan ditarik kekuatan
negative, ke dalam jalan kefasikan atau kesesasatan.

B. JALAN KESESATAN

Jalan kesesatan atau kefasikan, disadari atau tidak adalah merupakan sebuah pilihan
bagi orang-orang yang jauh dari petunjuk Allah swt. Mereka sering mengotori hati
dengan kemaksiatan, sehingga muncul penyakit dalam hatinya. Mereka lebih
mendahulukan ego-ego negative sehingga menutupi kejernihan pikiran dan kebeningan
hatinya. Jalan kesesatan akan mengantarkan seseorang pada penderitaan hidup di dunia,
jauh dari ketenangan, ketentraman dan keberkahan dalam hidupnya. Jalan kesesatan juga
akan membawa seseorang pada penderitaan abadi di akhirat kelak. Naudzubillahimin
dzalik!
Jalan kesesatan sebagai perjalanan hidup manusia akan dialami jika seseorang
memilih sifat, sikap dan perilaku yang sesat, yaitu :

1. Kafir

Kafir berasal dari kata kufr yang berarti menutup atau menanam. Dalam bukunya
Agama versus “Agama” Ali Syariati menjelaskan, ketika berladang sebuah biji ditanam
dan kemudian ditutup dengan tanah. Di dalam hati manusia, kebenaran itu ada tetapi
karena alasan-alasan tertentu kebenaran itu ditutup oleh tirai kebodohan, permusuhan,
pencarian kepentingan-kepentingan pribadi atau kedunguan yang absolute. Ini disebut
kufr.
Kafir juga berarti tidak beriman, tidak adanya kepercayaan dalam diri seseorang
terhadap Allah swt, Rosulullah dan kitab suci Al-Quran. Orang-orang yang menolak
kebenaran yang datang dari Allah dan Rosulnya, termasuk golongan orang-orang kafir.
Allah swt dalam Al-Quran berfirman.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan


bermaksud memperbedakan] antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan
yang menghinakan.” (QS. An-Nisa, 4 :150-151)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman.

“Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti


mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat
kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orang-
orang kafir ada siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Mujaadilah, 58 : 5)

Pengingkaran orang-orang kafir terhadap kebenaran Al-Quran, ditunjukkan dalam ayat-


ayat berikut.

166
“Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu
melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir
mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka.
Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu
neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu
adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. Al-Hajj, 22 : 72)

“Dan orang-orang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang
diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain"; maka
sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.” (QS. Al-
Furqon, 25 : 4)

“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Quran) serta
(mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan
(neraka).” (QS. Ar-Rum, 30 : 16)

Orang-orang kafir juga tidak percaya akan kehidupan akhirat, kehidupan sesudah
alam dunia ini. Bagi mereka, kehidupan adalah saat sekarang ini, setelah kematian maka
berakhirlah kehidupan manusia. Sehingga mereka bebas melakukan apa saja yang
diinginkan tanpa adanya rasa takut akan balasan yang kelak akan diberikan Allah di Hari
Pembalasan (kehidupan akhirat). Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut.

“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada
kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib,
sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-
Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula)
yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh)" (QS. Saba’, 34 : 3)

“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak
memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).” (QS. Al-Insaan,
76:27)

Dr. M. Usman Najati dalam bukunya “Al-Quran dan Ilmu Jiwa” menjelaskan berbagai
sifat yang menjadi corak dan menempel sebagai atribut pada orang-orang kafir adalah
sebagai berikut:
a. Sifat-sifat yang berkenaan dengan aqidah, tidak beriman kepada aqidah tauhid, para
rosul, hari kemudian, dan hari kebangkitan dan perhitungan.
b. Sifat-sifat yang berkenaan dengan berbagai ibadah, menyembah selain Allah yang
tidak mendatangkan manfaat dan mudharat bagi mereka.
c. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan-hubungan social : zhalim, suka memusuhi
orang-orang yang beriman dalam tindakan-tindakan mereka, suka menghina orang-orang
yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang orang berbuat
kebajikan.

167
d. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan-hubungan kekeluargaan, senang memutus
silaturrahim.
e. Sifat-sifat moral, mengingkari janji, berlaku serong, suka menuruti hawa nafsu,
sombong dan takabur.
f. Sifat-sifat emosional dan sensual, benci dan dengki terhadap orang-orang yang
beriman, dan dengki terhadap karunia yang diberikan Allah kepada orang-orang yang
beriman.
g. Sifat-sifat intelektual dan kognitif, pikiran yang statis, tidak mampu memahami dan
berpikir, kalbu tertutup, pengekoran buta terhadap kepercayaan dan tradisi nenek
moyang, suka memperdayakan.

Terhadap orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, diberi peringatan atau tidak, mereka
tetap tidak akan beriman. Karena Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran
mereka. Allah berfirman dalam Al-Quran :

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau
tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa
yang amat berat.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 6-7)

Dengan demikian mereka, orang-orang kafir tidak akan mendapat petunjuk dari Allah swt
sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

“Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu
dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan,
apabila mereka itu berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan
kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang
yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri
(kepada Kami).” (QS. Ar-Ruum, 30 : 52-53)

Allah melaknat orang-orang kafir, dan neraka jahanamlah tempat mereka di akhirat kelak.
Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat dari Al-Quran sebagai berikut.

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu
mendapat la'nat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah, 2 :
161)

“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan
sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah
Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS, Al-Faathir, 35 : 36)

“Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Mulk, 67 : 6)

168
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka,
sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Ali Imran, 3 : 116)

2. Zhalim

Secara khusus, kita akan bahas tentang sifat zhalim pada orang-orang kafir. Zhalim
berarti berbuat aniaya. Orang-orang zhalim adalah mereka yang melakukan aniaya baik
terhadap diri sendiri atau orang lain. Mereka bukan saja ingkar kepada Allah, tetapi juga
menghalangi orang-orang beribadah kepada Allah. Mereka juga menghalangi orang untuk
menyebarkan agama Islam, menegakkan kebenaran yang datang dari Allah swt. Allah
berfirman dalam Al-Quran berikut.

“Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu:


"Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim, (yaitu) orang-orang yang
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu
menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." (QS. Al-A’raaf, 7 : 44-
45)

Perilaku orang-orang zhalim adalah sebagai berikut :

a. Orang-orang zhalim mendustakan Allah.

“Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah
orang-orang yang zhalim.” (QS. Ali Imran, 3 : 94)

b. Mereka mengolok-olok ayat-ayat Allah (Al-Quran).

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka


tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika
syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk
bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS, Al-
An’aam, 6 : 68)

c. Orang-orang zhalim mengikuti hawa nafsunya sendiri.

Tetapi orang-orang yang zhalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan;
maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah
bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30 : 29)

d. Menikmati kemewahan dan banyak berbuat dosa.

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi,
kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara
mereka, dan orang-orang yang zhalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah

169
yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Huud, 11 :
116)

e. Mereka berpaling dari peringatan Allah.

“Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah
dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas
hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan
di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya
mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahfi, 18 : 57)

f. Orang-orang zhalim berada dalam kesesatan yang nyata.

“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan
oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zhalim itu
berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Lukman, 31 : 11)

Terhadap orang-orang yang zhalim ini Allah tidak menyukai. Karena tidak pernah
memperhatikan peringatan Allah, maka dibukakan pintu-pintu kesenangan terhadap
mereka. Setelah mereka bergembira ria dengan apa yang mereka dapatkan, maka Allah
siksa mereka dengan sekonyong-konyong sehingga mereka berputus asa. Mereka itu
Allah musnahkan sampai ke akar-akarnya. Orang-orang zhalim terdahulu telah
dibinasakan oleh Allah, diantaranya adalah kaum Nuh, kaum ‘Aad, kaum Tsamud, kaum
Ibrahim, kaum Luth dan penduduk Madyan dengan berbagai bencana seperti banjir, angin
topan, badai yang menghancurkan kota dan tempat tinggal mereka.

3. Fasiq

Fasiq berarti berperilaku tercela, berbuat kemungkaran dan berada dalam kesesatan.
Orang-orang fasiq adalah orang yang melanggar perjanjian dengan Allah dan suka
melakukan kerusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-
orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan
apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat
kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah, 2 :
26-27)

Pada dasarnya setiap orang telah berjanji pada Allah, bahwa mereka beriman pada
Allah, mengakui dan menjadikan Allah sebagai Tuhannya. Allah telah mengambil

170
kesaksian pada setiap manusia yang lahir ke dunia ini. Hal ini dijelaskan Allah dalam Al-
Quran.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami
menjadi saksi". (QS. Al-A’raaf, 7:172)

Namun dalam kehidupan selanjutnya mereka melanggar perjanjian dengan Allah tersebut,
dengan tidak melaksanakan perintahNya, dan lebih sering melakukan apa yang dilarang
Allah swt. Mereka mengingkari ayat-ayat yang telah diturunkan Allah kepada RasulNya
Muhammad saw. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran.

“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak
ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqarah, 2 :
99)

Mereka juga berbuat kerusakan di muka bumi ini, sehingga terjadi berbagai macam
kerusakan di alam semesta, terjadi ketidakseimbangan ekosistem, maka terjadilah banyak
bencana alam, tanah longsor, banjir, gempa bumi, terjadi pemanasan bumi, munculnya
lubang ozon di atmosfir bumi. Ini semua karena perbuatan orang-orang fasik.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum, 30 : 41)

Dengan perbuatan mereka sebenarnya memperlihatkan bahwa mereka telah melupakan


Allah, sehingga Allah pun melupakan mereka, sebagaimana ayat berikut.

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. Al-Hasyr, 59:19)

Mereka akan terus melakukan kerusakan di muka bumi ini, baik kerusakan fisik di alam
semesta maupun kerusakan non fisik dalam masalah moralitas, etika, pola piker yang
semakin menjauhkan diri dan masyarakatnya kepada Allah swt. Mereka orang-orang
fasik selalu menyakiti rasul-rasulNya, menolak kebenaran yang disampaikannya. Mereka
berpaling dari kebenaran, maka Allahpun memalingkan hatinya. Terhadap orang-orang
yang fasik inipun Allah tidak akan memberikan petunjuk. Allah berfirman dalam Al-
Quran.

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu
menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati
mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. Asy-Syaff, 61
: 5)

171
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan
bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.” (QS. Al-Munaafiquun, 63 : 6)

Karena perbuatan mereka, melakukan kerusakan di muka bumi, menghabiskan rezekinya


untuk bersenang-senang dengan melakukan pelanggaran atas perjanjian dengan Allah
maka Allah akan memberikan siksa pada mereka. Mereka mendapatkan siksa dari Allah,
dengan diturunkanNya azab dari langit, sebagamana firmanNya.

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena
mereka berbuat fasik.” (QS. Al-Ankabuut, 29 : 34)

“Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap
kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan
dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu
mendustakannya." (QS. As-Sajdaah, 32:20)

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka
dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu
(saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi
dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi
tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (QS. Al-Ahqaaf, 46 :20)

4. Munafiq

Munafiq adalah orang-orang yang memiliki kepribadian ganda, tidak konsisten,


lemah dan peragu. Mereka tidak memiliki ketegasan dalam bersikap. Jika dikaitkan
dengan keimanan atau aqidah, orang-orang munafiq memiliki iman yang lemah, bahkan
ragu-ragu dengan keimanannya. Mereka mengaku dirinya beriman di hadapan orang-
orang yang beriman, namun sebenarnya mereka senantiasa ragu dan bimbang terhadap
dirinya sendiri. Tatkala mereka berkumpul dengan orang-orang yang mengingkari Allah
dan Rasulnya, mereka menyatakan bahwa dirinya sebenarnya adalah kelompok kafir
tersebut. Orang-orang munafiq ini digambarkan Allah dalam Al-Quran sebagai berikut.

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 8-9)

Apa yang dikatakan orang-orang munafiq, tidak bisa dipercaya, karena mereka
cenderung berbohong dan mengingkarinya. Mereka juga mengingkari apa yang mereka
ikrarkan kepada Allah swt. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut.

“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka
kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang
selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati

172
mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri
terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka
selalu berdusta.” (QS. At-Taubah, 9 : 75-76)

Orang munafiq juga suka mencela orang-orang beriman yang bershadaqah, dengan
mengolok-olok, sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya. Dikatakan bahwa
pemberiannya tidak sesuai, kwalitasnya buruk dan tidak ada gunanya. Sedang mereka tak
pernah bershadaqah. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang
memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh
(untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu
menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab
yang pedih.” (QS. At-Taubah, 9 : 79)

Mereka sering mengelabuhi orang-orang beriman dengan menggunakan ucapan


sumpah untuk meyakinkannya, namun mereka hanya sekedar bersumpah tanpa suatu
kesungguhan. Bahkan mereka menggunakan sumpahnya sebagai perisasi. Perbuatan
mereka sangat buruk di adapan Allah. Hal ini terjadi karena mereka suka memainkan
keimanannya. Mereka beriman namun kemudian kafir lagi dan Allah mengunci hatinya,
sebagaimana firmanNya.

“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka
kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak
dapat mengerti.” (QS. Al-Munaafiquun, 63 : 2-3)

Orang-orang munafiq sering berubah pendirian dalam masalah aqidah. Mereka yang
telah beriman, berubah menjadi kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, maka
Allah tidak akan memberikan ampunan pada mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula),


kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak
akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada
jalan yang lurus.” (QS. An-Nisaa, 4 : 137)

Demikianlah kondisi orang-orang munafiq, karena dalam hati mereka ada penyakit.
Mereka melakukan fitnah agar terjadi permusuhan berbagai komunitas, sehingga orang-
orang kafir berani menyerang orang-orang beriman. Karenanya Allah menambah
penyakitnya itu, sebagaimana firmanNya.

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-baqarah, 2 : 10)

173
Terhadap orang-orang munafiq ini Allah menyediakan siksaan yang berat dan kelak
mereka ditempatkan di dalam neraka pada tingkatan paling bawah, sesuai firmanNya
pada Al-Quran.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling


bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun
bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’, 4 : 145)

5. Musyrik

Musyrik berasal dari kata syirk yang artinya menyekutukan Allah. Musrik adalah orang
yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain. Mereka bisa jadi percaya bahwa
Allahlah yang menciptakan bumi, langit dan alam semesta ini, namun mereka tidak mau
menyembah Allah. Mereka menyembah berhala-berhala, menyembah matahari,
menyembah pemimpin-pemimpin mereka, menyembahkan materi, harta kekayaan dan
juga menyembah hawa nafsunya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat


menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan
berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-
penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi
pertolongan.” (QS. Al-A’raaf, 7 : 191-192)

Orang-orang musyrik memiliki ciri sebagai penyembah selain Allah. Mereka beragama
politeisme, mereka tidak mengakui keyakinan tauhid. Tuhan-tuhan yang disembah oleh
kaum musyrikin, sebagai mana dijelaskan dalam Al-Quran adalah sebagai berikut :
a. Menyembah Tuhan selain Allah.

“Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-
orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada
apa yang mereka sifatkan” (QS. Al-Anbiyaa’, 21 : 21-22)

b. Menjadikan Jin sebagai sekutu Allah.

“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan):
"Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu
pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”
(QS, Al-An’aam, 6 : 100)

c. Menyembah tandingan selain Allah.

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain


Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang

174
yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-
Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah, 2 : 165)

d. Menyembah hawa nafsu.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jaatsiyah, 45 : 23)

e. Menyembah hawa nafsu seperti binatang ternak

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqaan, 25 : 43-44)

Terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain ini,
Allah tidak memberikan ampunan. Dan Allah akan masukkan orang-orang musyrik ini ke
dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,
dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’, 4 : 116)

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinaah, 98 : 6)

C. JALAN KETAQWAAN

Jalan ketaqwaan merupakan pilihan bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk


dari Allah swt. Jalan ketaqwaan adalah jalannya orang-orang yang senantiasa
membersihkan hati dan menjernihkan pikirannya. Jalan ketaqwaan adalah jalannya
orang-orang yang sukses, yaitu jalannya para nabi dan rasul, jalannya para sahabat, para
tabi’in, para muttaqin, sholihin dan jalannya kaum muslimin. Jalan ketaqwaan akan
mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Bahagia di
dunia dan bahagia di akhirat. Mereka yang menempuh jalan ketaqwaan adalah para ahli
jannah, para penghuni surga. Jalan ketaqwaan ditempuh melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:

175
1. Mengimani Islam
Persyaratan yang harus dipenuhi para penempuh jalan ketaqwaan adalah mengimani
Islam. Yakin dan percaya akan kebenaran ajaran Islam. Mereka akan belajar memahami
dan menjiwai ajaran agama Islam. Meyakini Islam sebagai kebenaran, harus diawali
dengan meyakini aqidah tauhid, percaya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa.
Mengimani Allah dengan karakteristiknya yang absolute, distinc dan unique. Allah
berfirman dalam Al-Quran.

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas, 112 : 1-4)

Allah adalah Rabb, Tuhan semesta alam. Allah adalah Al-Kholik, Tuhan yang
menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah adalah Al-Malik, Tuhan yang
memelihara alam semesta. Dan juga Allah adalah Ar-Roziq, Tuhan yang memberikan
rezeki kepada seluruh makhluknya. Keyakinan demikian akan memunculkan suatu hasrat
cinta kepada Allah. Cinta yang hakiki kepada Allah berarti akan melakukan suatu
persembahan total kepada Allah, siap melakukan pengorbanan atas sesuatu yang
dicintainya dan akhirnya akan mewakafkan kehidupannya kepada Tuhan yang
dicintainya, Allah swt.
Percaya kepada Allah juga akan menumbuhkan keyakinan dan percaya kepada para
malaikatNya, percaya kepada kitab-kitabNya, percaya kepada nabiNya, percaya kepada
Hari Kiamat dan percaya kepada Taqdir yang ditetapkan oleh Allah. Serangkaian konsep
kepercayaan demikian merupakan rukun iman yang menjadi dasar keyakinan Aqidah
Islam. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an.

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa, 4 : 136)

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami
ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah, 2 : 285)

Iman kepada kebenaran yang datang dari Allah adalah sebuah hidayah, petunjuk yang
dikaruniakan kepada kita. Karenanya kita harus menghilangkan keraguan dalam hati dan
haruslah yakin sepenuhnya. Allah berfirman dalam Al-Quran :

176
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-
orang yang ragu.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 147)

Iman yang Allah telah karuniakan kepada kita, harus senantiasa kita pelihara agar
semakin mantap. Kita harus selalu berdoa pada Allah agar meneguhkan keimanan yang
ada dalam dada kita. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia)". (QS. Ali Imran, 3 : 8)

Bagi orang-orang yang beriman dan dia mampu mempertahankannya hingga Allah
memanggilnya kembali dalam keadaan beriman, maka Allah menjanjikan pahala dan
kebahagian surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya.
Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah, 98 : 78)

2. Mengilmui Islam

Tahapan berikutnya para penempuh jalan ketaqwaan adalah dengan mengilmui Islam.
Setelah kita yakin akan kebenaran Islam, maka kita haruslah mengkaji Islam dengan
sungguh-sungguh. Belajar tentang Islam secara keseluruhan, berbagai bidang kajian
Islam perlu kita ketahui dan pahami. Essensi ajaran Islam adalah menyangkut aqidah,
syariah dan akhlaq. Aqidah merupakan dasar keyakinan dan kepercayaan dalam Islam.
Syariah adalah aturan, norma atau etika dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
menyangkut aspek ubudiyah (beribadah kepada Allah) dan Muamalah (berhubungan
dengan sesame manusia, dalam politik, social, pendidikan, ekonomi, bisnis dan
sebagainya). Akhlaq adalah bagaimana berperilaku yang santun, yang mulia baik kepada
Allah maupun kepada makhlukNya. Terhadap makhluknya dengan menjaga ekosistem,
memelihara sumber daya alam, peduli pada lingkungan. Juga perlunya kita berakhlak
yang baik pada sesame manusia, yaitu menghargai, menghormati dan menjunjung nilai-
nilai kemanusian.
Inilah paparan ringkas mengenai intisari ajaran Islam yang harus kita pelajari. Dengan
mempelajari dan mengilmui Islam maka kita akan semakin yakin akan kebenaran Islam
itu sendiri.

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencari ilmu


pengetahuan, menambah wawasan. Mereka yang memiliki ilmu pengetahuan akan
diangkat derajatnya oleh Allah sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

177
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujaadilah, 58 :11)

Hanya mereka yang memiliki ilmulah yang dapat mengambil pelajaran dari setiap
kejadian. Mereka juga akan dapat diberi hikmah kepahaman dari ayat-ayatnya. Itulah
keutamaan orang-orang yang berilmu. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As


Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al-
Baqarah, 2 :269)

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabuut, 29:43)

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat
di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS, Az-Zumar, 39 : 9)

Dalam mengkaji ilmu pengetahuan dan ajaran Islam, kita harus menjadikan Al-Quran dan
As-Sunah sebagai referensi utama. Dari Al-Quran dan As-Sunahlah Allah memberikan
ilmu pengetahuan dan hikmah kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw. Dan Allah
memerintahkan manusia untuk melihat dan melakukan penelitian terhadap alam semesta
sebagai bukti tanda-tanda kekuasaannya. Fenomena yang digelar di alam semesta ini
akan semakin meyakinkan akan Keagungan dan Kebesaran Allah. Dan orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan (yang berakal) akan senantiasa bertasbih.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran, 3 : 190-191)

“Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi
Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al
Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil

178
bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami
pasti dipenuhi." (QS. Al-Isra, 17 : 107)

3. Mengamalkan Islam

Setelah mengimani Islam, mengilmui Islam, maka langkah berikutnya dalam menempuh
jalan ketaqwaan adalah mengamalkan Islam. Allah telah menanamkan keimanan dalam
hati orang-orang yang dipilih berdasarkan ilmu pengetahuan dan kepahaman dari Al-
Quran dan As-Sunah, melalui Rasulullah Muhammad saw dan para ulama. Jika
pengetahuan ini telah kita dapatkan, maka kewajiban selanjutnya adalah mengamalkan
ilmu kita, melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan keseharian kita.

Keimanan merupakan landasan, pondasi bagi berdirinya bangunan Islam. Maka tegaknya
Islam sebagai implementasi keimanan tersebut adalah amal sholeh. Amalan dari ilmu
pengetahuan tentang Islam berwujud sebuah bangunan Islam. Bangunan Islam adalah
tegaknya syariah Islam. Karena itu mengamalkan ajaran dan ilmu Islam adalah
melaksanakan seluruh aturan, norma, hukum dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat bahkan bagi bangsa dan negara.

Apabila syariat Islam dijalankan dan ditegakkan dalam suatu masyarakat, maka Allah
akan memberikan kehidupan yang baik. Mereka yang beriman dan mengamalkan
ilmunya dengan amal shalih akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang
shalih. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl, 16 : 97)

“Mereka yang menjalankan amal sholeh akan digolongkan sebagai orang-orang sholeh,
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami
masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.” (QS. Al-Ankabuut,
29:9)

Bagi mereka yang beriman dan mengerjakan amal shalih, akan mendapatkan kewenangan
untuk berkuasa, memimpin dan mengatur masyarakat dengan etika, norma dan hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah. Allah telah memberikan kekuasaan pada orang-orang
sebelumnya yang beriman dan beramal sholih. Dengan iman dan amal sholih akan
mengantarkan mereka pada keteguhan pada agama dan mendapatakan kesentausaan.
Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (QS. An-Nuur, 24: 55)

179
Jangan sampai apa yang telah kita ketahui, kita ilmui, bahkan dikatakan pada orang lain
tidak diamalkan dalam kehidupan kita. Allah malarang bagi orang yang memiliki ilmu
tapi tak diamalkan.

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (61:2-3)

Bagi mereka yang telah mengerjakan amal sholih, mereka beriman kepada Allah, maka
Allah menjanjikan sebuah kehidupan di akhirat yang membahagiakan dan
menyenangkan. Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang beriman dan beramal
sholih, sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran.

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,


sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam
syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal,” (29:58)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi


mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan,” (31:8)

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (22:14)

4. Mendakwahkan Islam

Adalah sebuah kewajiban, bagi orang-orang yang memiliki ilmu untuk menyampaikan
kepada yang lain, sesama manusia. Karenanya tahapan berikutnya bagi penempuh jalan
ketaqwaan adalah mendakwahkan Islam. Membagikan pengetahuannya bagi sesama
muslim, mengajak orang untuk taat kepada Allah dan Rosulullah dan meninggalkan
kemaksiatan.
Kerja dakwah adalah kerja yang mulia, kerjanya para Nabi dan Rosul untuk menanamkan
kalimat tauhid, kebesaran dan keagungan Allah, menjalankan syariat dan norma Islam.
Adanya dakwah akan melanggengkan syiar Islam dan sekaligus meninggikan agama
Allah. Islam harus terus diperjuangkan agar kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih
baik.

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-
Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5:67)
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan

180
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS. Al-Jumuah, 62 : 2)

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat


bagi orang-orang yang beriman. Dan tetaplah memberi peringatan, karena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (51:55)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3:104)

Dakwah Islam harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan harus diperjuangkan.


Perjuangan dalam mendakwahkan Islam perlu dilakukan dengan hijrah, meninggalkan
rumah untuk melakukan dakwah. Bahkan juga kalau perlu dengan mengorbankan jiwa
dan harta yang dimiliki. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-
orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka
memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal, 8:74)

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaf, 61:10-12)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah, 9 : 111)

Semangat dalam melakukan dakwah perlu diimbangi dengan sebuah kesadaran, bahwa
apa yang kita lakukan adalah sebuah usaha, ihtiar, namun hasilnya adalah di tangan
Allah. Karena hidayah iman adalah hak prerogative Allah bagi hambanya yang dipilih
dan dikehendakiNya. Dalam melakukan dakwah kita tak boleh memaksakan kehendak.
Kita harus melakukan dakwah dengan penuh hikmah, bijak dan arif, sehingga seseorang
masuk dalam agama Islam dengan penuh kesadaran. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16 : 125)

181
Mereka yang mau mendakwahkan Islam akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan.
Mereka termasuk dalam golongan ummat terbaik. Demikian juga, mereka yang mau
berhijrah dan berjihad dengan jiwa dan harta mereka di jalan Allah, maka Allah sediakan
bagi mereka rahmat, keridloaan dan surga. Mereka akan memperoleh kebahagian yang
abadi di akhirat. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
Imran, 3:110)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-
orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat dari padaNya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh
didalamnya kesenangan yang kekal,” (QS. At-Taubah, 9 : 20-21)

5. Bersabar dalam Islam

Dalam menempuh jalan ketaqwaan dengan mengimani Islam, mengilmui Islam,


mengamalkan Islam dan mendakwahkan Islam akan banyak ditemui berbagai rintangan,
halangan, cobaan dan ujian. Oleh karena itu tahapan berikutnya yang harus dijalani
adalah dengan bersabar. Bersabar merupakan sifat dan sikap yang luar biasa, karena
dengan bersabar ini seseorang akan memiliki kemampuan untuk istiqomah, tidak mudah
mengeluh, tidak pernah menyerah, selalu memiliki semangat dan motivasi yang tinggi
serta optimis dalam kehidupan yang dijalaninya dalam menempuh jalan ketaqwaan ini.
Cita-cita dan tujuan yang dimiliki para penempuh jalan ketaqwaan ini adalah menjadi
insan kamil, manusia sempurna. Hidup bahagia penuh keberkahan di dunia ini dan di
akhirat kelak. Senantiasan dalam rahmat dan keridloan Allah swt. Dengan cita-cita dan
tujuan inilah seseorang menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan, optimistis,
memiliki semangat pantang menyerah untuk mencapainya. Dan inilah sebenarnya ciri-ciri
orang beriman yang dijanjikan Allah kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat.

Bagi orang-orang yang beriman, Allah akan memberikan ujian dan cobaan terhadap
mereka untuk memantabkan keimanannya. Mereka juga diuji dan diberi cobaan dengan
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Bagi mereka yang benar-benar beriman,
mereka akan mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" yang artinya
sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabuut,
29:2-3)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira

182
kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah, 2 : 155-157)

Allah juga memperingatkan kepada orang-orang yang beriman untuk tetap


mempertahankan keimanan mereka dalam menghadapi setiap ujian maupun cobaan
dalam kehidupannya. Jangan lah mereka mengira akan masuk surge, sebelum datangnya
cobaan. Karena orang-orang beriman sebelumnya juga diberi ujian dan cobaan untuk
menguatkan keimanannya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.” (QS. Al-Baqarah, 2 :214)

Allah swt tetap memerintahkan bagi orang-orang yang beriman agar bersabar dan
menguatkan kesabarannya agar menjadi orang-orang beruntung, sebagaimana firmanNya.

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.” (QS. Ali Imran, 3 :200)

183
BAB TIGA BELAS
MENUMBUH-KEMBANGKAN
POTENSI DIRI
A. AMANAH ALLAH BAGI MANUSIA

Manusia dihadirkan di atas bumi ini dengan tujuan yang mulia. Allah swt telah
merancang sedemikian rupa penciptaan manusia untuk dapat menjalani kehidupan di
dunia ini dengan kemuliaan pula. Allah juga memberikan bagi manusia amanah yang
harus di pertanggung jawabkan.
Amanah tersebut pernah ditawarkan kepada gunung, tapi gunung tak sanggup
memikulnya. Ditawarkan kepada lautan, lautanpun tak mampu mengembannya. Dan
semua makhluk menolak untuk mengemban amanah. Hanya manusialah yang bersedia
mengemban amanah tersebut.
Amanah yang Allah berikan kepada manusia adalah sebagai Abdullah, sebagai
khalifatullah dan bertugas menyebarkan kebenaran, melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

1. Manusia sebagai Abdullah


Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah, menghambakan diri kepada Tuhan
semesta alam. Dalam Al-Quran Allah berfirman:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat, 51:56)

Beribadah adalah menjalankan apa yang diperintahkan Allah sebagai bentuk


penyembahan seorang hamba kepada Sang Kholiq. Ibadah bisa berupa ibadah maghdzoh
dan ghoiru maghdsoh. Ibadah maghdzoh contohnya, menegakkan sholat, menunaikan
zakat, berpuasa, pergi haji ke Mekah, membaca Al-Quran, mencari ilmu untuk
pelaksanaan ibadah, dan lain sebagainya, yang secara keseluruhan dilakukan untuk
mencari keridloan Allah swt. Ibadah ghoiru mahdzoh menyangkut seluruh aktivitas
(amal sholeh) manusia yang dikerjakan menurut aturan atau syariah, dengan niat ikhlas
hanya karena Allah semata, seperti bekerja, membantu sesama, memikirkan
perkembangan dan kemajuan masyarakat, bangsa, negara dan lain sebagainya. Ibadah
maghdzoh juga merupakan wujud dari tanggung jawab manusia dalam mengemban
amanahNya sebagai seorang khalifatullah.

2.Manusia sebagai Khalifatullah.


Khalifatullah artinya wakil Allahdi bumi ini, yang menjalankan tanggung jawabnya
untuk memakmurkan bumi, dan mensejahterakan masyarakat atau umat manusia. Allah
menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi khalifahNya. Sebagaimana
firmanNya dalam Al-Quran.

184
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. Al-Baqarah, 2 : 30)

Untuk menjalankan amanah ini, ada dua penjelasan yang perlu kita ketahui.
Pertama, menjalankan kerja, menjalani profesinya secara professional, mengikuti aturan
dan persyaratan yang telah ditetapkan dengan tidak menyimpang dari etika dan norma-
norma Islam. Misalnya seorang petani yang mengolah lahan garapan. Dia menanam,
merawat, menyiram dan memupuk tanaman hingga ada buah yang bisa dipanen. Hasilnya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarganya, istri dan anaknya serta
digunakan untuk beribadah kepada Allah.
Seorang ahli geodesi bekerja secara professional, melakukan penambangan untuk
mengangkat mineral atau barang tambang yang ada dalam perut bumi, dengan tetap
memperhatikan dan menjaga ekosistem, berarti mereka menjalankan amanah sebagai
khalifatullah. Seorang pebisnis yang menjalankan usahanya secara professional, tidak
melakukan penipuan, tidak melakukan kecurangan dan tetap mengikuti etika bisnis
dengan terus mengingat Allah, mereka telah melaksanakan amanah sebagai khalifatullah.

Dalam menjalankan amanah sebagai khalifah, manusia akan melakukannya dengan


memperhatikan syariat, menjaga keseimbangan alam dan akhirnya mampu
memakmurkan bumi ini. Akan diperoleh keberkahan dan keberlimpahan dalam
kehidupan masyarakatnya.

Kedua, seorang yang mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin (penguasa),


yang menjalankan kepemimpinan secara jujur, adil, arif, bijaksana, disiplin dan penuh
tanggung jawab sesuai dengan aturan dan ketetapan Allah, dia berarti telah menjalankan
amanah sebagai seorang khalifah. Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad, 38 : 26)

Dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh seorang yang amanah, dengan
menggunakan nilai-nilai Islam dipastikan akan membawa kondisi dalam masyarakatnya
dalam kehidupan yang damai, sejahtera dan penuh kemakmuran.

3. Tugas Manusia untuk Menyebarkan Kebenaran


Dalam kehidupan di dunia ini, dalam masyarakat atau lingkungan sekitarnya,
seseorang harus berpedoman pada kebenaran yang datang dari Allah dan
RosulNya.Menyampaikan kebenaran yang telah didapat, dipahami dan dijalankannya
merupakan sebuah kewajiban. Dengan melakukan kerja dakwah, mengajak pada
kebajikan dan mencegah kemungkiran, diharapkan masyarakat akan menggunakan nilai-
nilai kebenaran dan menjalankan kebenaran tersebut dalam kehidupan pribadi, keluarga
maupun lingkungan sosialnya.

185
Menyampaikan dan menyebarkan kebenaran sebagai kerja dakwah, merupakan kerja
para nabi dan rosul, yang dilanjutkan oleh para sahabat, serta para pengikutnya yang
setia. Mereka adalah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dalam hatinya.
Sehingga menjalankan tugas dakwah menjadi kenikmatan yang membahagiakan. Maka,
sebagai umat Nabi Muhammad saw, sudah semestinya kita mengambil amanah ini, yaitu
berdakwah, mengajak sesama manusia untuk taat kepada Allah dan Rasulullah,
menyelamatkan manusia dari ancaman siksa api neraka.
Allah berfirman dalam Al-Quran :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
Imran, 3 :110)

Mereka yang mau menjalankan tugas ini, Allah akan berikan kemuliaan pada mereka
dan Allah menyiapkan pahala bagi mereka. Mereka adalah umat terbaik diantara manusia
ini. Di dunia ini mereka mendapatkan kebahagian dan di akhirat kelak akan dikumpulkan
dengan para nabi dan orang-orang sholih.

Inilah amanah yang Allah berikan kepada manusia, hidup di dunia ini. Allah
menurunkan manusia di bumi ini tak lain dan tak bukan adalah untuk menjalankan
amanah yang telah diberikanNya.

B. POTENSI DIRI SEBAGAI KARUNIA ALLAH

Untuk menjalankan amanah, Allah mengaruniakan potensi yang luar biasa pada diri
setiap manusia. Potensi ini diberikan Allah sejak manusia dicipta dalam rahim atau
kandungan ibunya. Allah berfirman dalam Al-Quran.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan


Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” (QS As-Sajdah, 32 : 9)

Dari ayat diatas bisa kita pahami bahwa Allah memberikan potensi pada manusia
berupa jasad (tubuh), ruh (jiwa), pendengaran, penglihatan (indra) dan fuad (hati).
Pendengaran dan penglihatan merupakan alat indra untuk menangkap seluruh fenomena
yang terjadi di alam semesta yang kemudian di kirim ke otak atau akal manusia.
Sedangkan fuad juga bisa dimaknai sebagai akal maupun hati, yang berfungsi untuk
memikirkan dan merasakan. Dari penjelasan tersebut, bisa ditafsirkan bahwa untuk
menjalankan amanahNya, manusia dilengkapi dengan potensi-potensi ruh, jasad, akal,
dan hati.
Untuk bisa lebih memahami tentang potensi yang Allah berikan kepada manusia,
kita akan membahasnya dalam uraian berikut:

1. Ruh
Ruh secara umum dipahami sebagai suatu unsur yang menghidupkan jasad. Dalam
kandungan seorang ibu, setelah jasad disempurnakan maka akan ditiupkan Allah ruh

186
ciptaanNya, sehingga Janin dapat “hidup” dalam kandungan sang ibu. Dengan ruh inilah
jasad manusia bisa hidup, tumbuh dan berkembang, bergerak, beraktivitas, termasuk
berpikir dan berkarya. Tanpa adanya ruh, seorang manusia akan menjadi seonggok
daging yang mati, tidak memberikan manfaat apapun.
Dalam kehidupan manusia, setelah dia dilahirkan, dengan adanya ruh di dalamnya,
dia akan tumbuh dan berkembang baik jasadnya, maupun pikiran dan perasaannya.
Se.orang bayi akan menjadi anak-anak, tumbuh menjadi remaja dan menjadi manusia
dewasa. Jika Allah menghendaki, pada saatnya manusia akan dicabut kembali ruhnya
oleh Allah saat itulah terjadi kematian. Bisa jadi kematiaan ini akan dialami saat
seseorang masih dalam usia kanak-kanak, remaja ataupun dewasa atau pada usia tua.
Setiap yang berjiwa pasti akan mengalami kematian, sebagaimana firman Allah dalam
Al-Quran.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu “ (QS. Ali Imran, 3 : 185)

Bagaiamanakah rupa atau bentuk dari ruh itu? Manusia tak mengetahuinya.
Pengetahuan tentang ruh hanya milik Allah, manusia hanya mengetahui sedikit tentang
ruh, sebagaimana firman Allah.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Israa’, 17 :
85)

Meski demikian, kita yakin akan adanya ruh sebagai potensi yang luar biasa dari
Allah swt.

2. Jasad
Jasad atau tubuh manusia merupakan unsure fisik yang dapat dilihat, diraba dan
dirasakan keberadaaanya. Jasad atau tubuh manusia terdiri dari berbagai unsur. Unsur
yang paling kecil dalam jasad manusia dikenal dengan nama sel. Sejumlah sel
membentuk suatu jaringan berupa daging, tulang, otot, darah dan lain sebagainya.
Sejumlah jaringan membentuk sebuah organ dalam tubuh manusia seperti jantung, paru-
paru, otak, ginjal dan lain sebagainya. Dari sejumlah organ tubuh manusia ini, terbentuk
berbagai macam system metabolism tubuh, berupa system pernafasan, system
pencernaan, system peredaran darah, system reproduksi, system pengeluaran sisa
makanan dan sebagainya. Seluruh sel, jaringan, organ, system dalam tubuh manusia
bekerja secara terkoordinasi dengan rapi dan teratur dalam gerakan mengikuti kehendak
Allah swt.
Dalam setiap sel manusia, terdapat apa yang disebut nucleus atau inti sel. Dalam
nucleus ini terdapat suatu zat yang disebut dioxyribonucleit acid (DNA). DNA juga
dikenal dengan Gen, pembawa sifat keturunan. Seorang anak memiliki kecenderungan
sifat yang sama dengan orang tuanya melalui Gen ini.
Dalam temuan penelitian eorang ahli Genetika Dunia asal Jepang, Kazoa Murakami,
diyakini bahwa dalam DNA manusia terdapat sifat positif maupun negative. Bahwa

187
dalam diri manusia terdapat sifat yang positif maupun negative tersebut sesuai dengan
penjelasan Allah dalam Al-qur’an.

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
(Asy-Syams, 91 : 7-10)

Pendapat Kazoa selanjutnya, bahwa sifat (potensi) positif atau negative ini bisa
dinyalakan atau dipadamkan. Jika ingin potensi positif yang tumbuh dan berkembang,
maka potensi itulah yang dinyatlakan. Untuk menyalakan sifat-sifat positif ini dengan
cara menggunakan berpikir dan bertindak positif. Berpikir positif dapat menyalakan
seluruh potensi positif dalam sel tubuh kita.

3. Akal
Akal adalah potensi besar yang Allah berikan pada manusia. Sebagaimana
penjelasan pada uraian terdahulu, dengan akal manusia dapat berfikir, mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Dengan akal membedakan, seorang manusia dengan seekor
binatang. Jika akal digunakan dengan semestinya akan membuat manusia dimuliakan
oleh Allah, memiliki kecerdasan, bisa digunakan untuk mencari ilmu dan pengetahuan.
Kemudian ilmu dan pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kehidupan
ini dengan mengemban amanah yang Allah berikan pada manusia.
Kerja akal atau pikiran ini dilakukan oleh organ manusia yang disebut otak. Dalam
terminology modern sekarang ini, secara anatomis, otak manusia terdiri dari belahan otak
kiri dan belahan otak kanan. Belahan otak kiri mempunyai kerja dalam bidang-bidang
matematika, logika, analisa, sistematis, bicara, menulis dan kerja lain yang bersifat baku
dan mengikuti suatu pakem tertentu. Otak kiri ini kemampuan menyimpan memory
jangka pendek atau short term memory. Sedangkan belahan otak kanan mempunyai kerja
dalam bidang-bidang, intuitif, spasial, gambar, warna, kreatifitas, seni, music dan
pekerjaan lain yang bebas menembus batas. Dan kemampuan menyimpan memory otak
kiri ini relative lebih lama atau disebut long term memory.
Untuk meningkatkan kwalitas kerja otak kita, perlu dilakukan aktifitas yang mampu
mengkoordinasikan kerja otak kiri dan kanan. Koordinasi yang baik antara belahan otak
kiri dan belahan otak kanan akan meningkatkan kecerdasan dan inerja yang luar biasa.
Tentu saja, dengan senantiasa memohon bimbingan dan perlindungan Allah, kerja
yang koordinatif otak kiri dan otak kanan bisa dimaksimalkan dalam rangka untuk
mengemban amanah Allah.

4. Hati
Hati atau qolbun adalah potensi yang Allah berikan kepada manusia dengan kerja
yang lebih dahsyat lagi. Jika akal manusia disebut sebagai pikiran sadar (cosious mind),
maka hati disebut sebagai pikiran bawah sadar (subconsiuos mind). Pikiran sadar
memiliki kapasaitas 12 % dan pikiran bawah sadar memiliki kapasitas 88 %. Dalam
sebuah riwayat, rasul;ullah pernah bersabda “Dalam tubuh manusia terdapat segumpal

188
daging, yang apa bila dia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila dia buruk,
maka akan buruk seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu disebut qolbu atau hati.
Dalam hati manusia terletak kekuatan yang demikian besar. Hati ini merupakan
pusat pengelolaan emosi dan spiritual manusia. Kemampuan mengelola emosi dan
spiritual seseorang, tergantung dari kemampuan kerja hatinya, yaitu hati yang bersih,
bebas dari segala penyakit dan kotoran. Orang yang beriman hatinya telah bebas dari
segala penyakit dan kotoran. Kemampuan hati yang luar biasa Allah sampaikan dalam
sebuah hadits qudsi.
“Alam semesta tidak cukup mampu menampungKu, namun dalam hati orang-orang
yang beriman mampu menampung kebesaranKu.”

Begitulah gambaran hati manusia yang bersih dari segala penyakit dan kotoran
seperti iri, dengki, takabur, ujub, su’udzdzon dan lain sebagainya, Allah akan
bersemayam di dalamnya dengan segala kedahsyatannya.
Dengan kekuatan pikiran (akal) manusia berihtiar dengan segala daya, disertai
dengan kekuatan doa (hati), seseorang yang mengambil sikap pasrah dan ikhlas yang
benar, maka dengan mudah akan terwujudkan. Karena Allah cuku mengatakan Kun,
fayakun. Jadi! Maka jadilah apa yang dikehendakiNya. Apapun keinginan kita, jika itu
diyakini sepenuhnya, dipikirkan dengan sungguh-sungguh, disertai dengan penggunaan
perasaan dan berdoa pada Allah, pastilah Allah akan mengabulkan. Keinginan kita akan
dapat terwujudkan. “Ud’uni fastajib lakum” (berdoalah kepadKu, maka Aku akan
kabulkan.

Bahkan dalam hadits qudsi yang lain, Allah berfirman: “Jika hambaku melaksanakan
sunah, sehingga Aku menyukainya dan Akupun mencintainya, maka Akulah pendengaran
yang dia gunakan untuk mendengar, Akulah penglihatan yang ia gunakan untuk melihat,
Akulah lidah yang dengannya dia merasakan …”

Jika seluruh anggota tubuh yang kita gunakan untuk beraktivitas yang datang dari
Allah, maka betapa dahsyatnya apa yang dilakukan. Apa yang tak bisa dikerjakan?
Semua bisa dan semua mudah dilakukan! Semua bisa diwujudkan.

C. KEMBALI KEPADA FITRAH

Untuk bisa mengoptimalkan seluruh potensi yang Allah berikan, kita harus bersihkan
segala kotoran dan penyakit dalam pikiran dan hati. Kita harus hilangkan ego negative
seperti ingkar kepada Allah, suka membantah, cinta dunia dan takut mati, melampui
batas, tergesa-gesa, bersusah payah serta berkeluh kesah dan kikir.
Ego negative akan menimbulkan berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, takabur,
ujub, su’udzdzon dan lain sebagainya. Ego negative dan penyakit hati tersebut akan
menghalangi seseorang untuk menggunakan potensi yang dimilikinya, bahkan akan
mendorongnya semakin jauh dari Allah, hilangnya spiritualitas, menurunnya kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektualitas.
Untuk membersihkan kotoran dan penyakit hati, ego negative yang ada dalam diri
kita dengan cara taharoh atau bersuci dan tazkiyatun nafs. Toharoh mensucikan diri kita
dari hadats besar maupun hadats kecil, dilanjutkan dengan sholat tobat dan istighfar.

189
Tazkiyatun nafs membersihkan hati dengan berdzikir, mengingat dan menyebut Asma
Allah, bertasbih, bertahmid dan bertahlil yaitu mengagungkan Allah, memuji Allah dan
meneguhkan keyakinan akan keimanan kita kepada Allah swt.
Dengan membersihkan kotoran, penyakit hati dan ego negative ini, akan membawa
seseorang kepada idul fitri, kembali kepada kesucian diri. Dalam syariat Islam, untuk bisa
kembali kepada fitroh, seseorang harus melakukan puasa wajib di bulan romadhon dan
melaksanakan amalan-amalan ibadah seperti sholat lail, tadarus Al-Quran, shodaqah,
iktikaf di Masjid untuk mendekatkan diri pada Allah. Seluruh amalan dilakukan dengan
ikhlas dan mengharap keridloan Allah semata. Apa yang dilakukan umat Islam dalam
bulan Romadhon ini sesungguhnya merupakan proses tazqiyatunnafs dalam rangka untuk
kembali kepada fitrah.
Jika proses pembersihan segala kotoran dan penyakit hati, menghilangkan negative
ini berlangsung dengan baik maka seseorang akan mencapai pada situasi dan kondisi
fitrah, kesucian sebagaimana awal kelahirannya di dunia.
Pada kondisi fitrah inilah seluruh potensi diri manusia, baik ruh, jasad, akal dan hati
akan berfungsi secara optimal dan seorang manusia akan mampu mengemban amanah
Allah sebagai Abdullah, khalifatullah dan senantiasa menyerukan kebenaran yang dating
dari Allah swt.

D. MENJADI INSAN KAMIL

Manusia yang sempurna atau insane kamil merupakan peringkat tertinggi yang
hendak kita tuju dalam kehidupan di dunia ini. Siapakah insane kamil itu?
Muhyidin Ibnu ‘Arabi mengatakan, “Insan kamil adalah mikrokosmos yang
sesungguhnya, sebab sebenarnyalah dia memanifestasikan semua sifat dan kesempurnaan
Ilahi. Manifestasi semacam ini tidaklah sempurna tanpa perwujudan penuh kesatuan
hakiki dengan Tuhan. Insan Kamil adalah miniature dari kenyataan.
Menurut Abdul Karim Al-Jilli, manusia adalah suatu wujud yang utuh dan
merupakan manifestasi Ilahi dan alam semesta. Manusia adalah citra Tuhan dan dalam
kenyataannya ia adalah rantai yang menyatukan Tuhan dan alam semesta. Manusia
adalah tujuan utama yang ada di balik penciptaan alam karena tiada ciptaan lain yang
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi cermin sifat-sifat Ilahi
sesungguhnya.
Sedangkan menurut Muhammad Iqbal, Insan kamil adalah sang mukmin yang dalam
dirinya terdapat kekuatan wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini
dalam wujudnya yang tertinggi tergambar dalam akhlak nabawi. Sang mukmin menjadi
tuan nasibnya sendiri dan secara bertahap mencapai kesempurnaan.
Dalam proses perjalanan kehidupan manusia, bagaimana kita memiliki visi yang
menembus batas langit, tidak hanya berpandangan jangka pendek keduniawian belaka
tapi sekaligus punya pandangan jauh ke depan menuju keakhiratan. Visinya adalah
berbahagia dunia dan akhirat, menjadi insane kami, manusia sempurna di mata Sang
Khaliq.
Insan kamil dalam wujud riil di dunia ini adalah mereka, para nabi dan rasul, para
sahabat, para pengikut setia ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad saw. Mereka para

190
kekasih Allah yang dalam menjalani kehidupannya akan melakukan aktivitas yang
optimal, memikirkan umat manusia agar terselamatkan dari api nereka, sehingga umat
manusia dalam kehidupan di dunia ini mendapatkan keselamatan, damai sejahtera dan
berkelimpahan dalam naungan Ilahi Robbi.

191
BAB EMPAT BELAS

EPILOG : MEMBANGUN KEMBALI


PARADIGMA ISLAM
A. INDONESIAKU SAYANG

Jika kita mencermati perkembangan bangsa dan negara Indonesia, kita akan
mengelus dada. Sebagai anak bangsa kita semua prihatin atas situasi dan kondisi negara
Indonesia tercinta, yang kian terpuruk dengan krisis multidimensi yang sepertinya tak
kunjung berakhir.
Kaum muslimin di negeri ini adalah mayoritas, sehingga bisa dikatakan, keadaan
bangsa dan negara Indonesia merupakan cerminan dari kwalitas ummat Islam. Kwalitas
ummat Islam secara personal dari sisi kinerja, sikap, pola pikir, keyakinan, nilai dan juga
identitasnya, maupun kwalitas umat Islam secara komunal.
Indonesia dahulu dikenal sebagai negera yang kaya dengan sumberdaya alam yang
berlimpah. Negeri dengan 17 ribu pulau dengan luas mencapai 1,3 % luas bumi ini
memiliki keindahan alam. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah baik di
daratan maupun di lautan. Memiliki pesisir terpanjang di dunia, yaitu 81 ribu km atau 14
% dari seluruh pesisir dunia dengan potensi kandungan ikan 6,2 juta ton/tahun. Memiliki
hutan tropis terbesar di Asia Pasific, yakni seluas 152 juta hektar yang kaya akan flora
dan fauna. Kekayaan tambang seperti emas di Papua termasuk yang terbesar di dunia.
Jadangan minyak 97 miliar barrel dengan produksi 1,2 juta barrel perhari.
Namun bagaimana keadaan Indonesia saat ini? Reformasi tidak begitu saja
menghasilkan perubahan yang signifikan. Bahkan setelah 10 tahun reformasi sejak
turunnya rezim orde baru, pimpinan mantan Presiden Soeharto, menunjukkan bahwa
Indonesia masih belum mampu keluar dari krisis yang berkepanjangan.
Kenapa bisa demikian? Dalam Al-Qur’an Allah menggambarkan sebuah negeri yang
berlimpah namun kemudian menjadi terpuruk karena warganya banyak berbuat maksiat.
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian[841] kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl, 16:112)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman bahwa kerusakan di daratan dan di lautan
adalah diakibatkan oleh olah tangan manusia sebagaimana bisa dilihat dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum, 30:41)
Melihat kenyataan yang demikian ini, kita harus mengakui kelemahan dan
kekurangan ummat Islam sat ini. Ini semua merupakan peringatan agar ummat Islam mau
berubah menjadi lebih baik, meninggalkan kemaksiatan, semakin mensyukuri nikmat
yang telah Allah berikan dengan meningkatkan iman dan ketaqwaan. Lebih dari itu,

192
ummat Islam harus melakukan perubahan pola pikir, paradigm yang saat ini diyakininya
dan mau melakukan perubahan system kehidupannya baik secara personal maupun
komunal, dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. ISLAM SEBAGAI SISTEM KEHIDUPAN

Langkah awal perubahan ummar Islam adalah dengan upaya meluruskan kembali
pola pikir kita sebagai seorang muslim, perlunya mengembalikan cara pandang kita
terhadap Islam dan selanjutnya menggunakan paradigma Islam dalam memandang
kehidupan dan dalam memandang dunia ini secara holistic. Inilah yang bisa kita lakukan
secara personal, yang kelak dengan adanya individu-individu muslim yang memiliki pola
pikir sama, visi yang sama, misi dan orientasi yang sama, maka akan terbentuk
masyarakat muslim yang akan mampu membawa Islam sebagai system kehidupan.
Islam merupakan sebuah system kehidupan bisa dipahami melalui kerangka dasar
atau essensi Islam, yang meliputi system aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah adalah
suatu system keyakinan, power penggerak dalam menjalani system syariah . Aqidah
Islam meletakkan landasan pada konsepsi tauhid, mengesakan Tuhan, Allah Swt.
Memahami Allah dengan pendekatan eksistensiNya, yang memiliki karakteristik
Absolute, distinct dan unique. Menumbuhkan keimanan kuat pada setiap pribadi muslim.
Aqidah Islam dengan konsepsi tauhid adalah bersumber dari kalimat tauhid Laa ilaaha
illallah. Tidak tuhan selain Allah. Juga diiringi kalimat “Muhammadur Rasulullah”
sebagai bentuk pengakuan akan kerasulan Mumhammad Saw. Dua kalimat syahadat ini
adalah kekuatan yang luar biasa sebagai modal dalam pribadi-pribadi muslim untuk
mendorong terlaksananya syariah Islam.
Untuk menumbuhkan keimanan, disamping memahami karakteris tik Allah yang
absolute, distinct dan unique, juga dengan mengenal dan memahami Allah lewat
ciptaanNya. Cara pandang Islam tentang alam semesta, memberi pengetahuan pada kita
tentang ciptaan Allah berupa alam ghoib yang memang kita yakini keberadaannya.
Keyakinan akan adanya alam ghoib seperti malaikat, syaitan, surga, neraka, akhirat dan
sebagainya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keimanan kepada Allah Swt.
Demikian juga cara pandang Islam tentang alam semesta memberikan pengetahuan
tentang penciptaan alam semesta, fenomena alam, karakteristik alam. Dengan memahami
alam semesta juga semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Iman dengan
ma’rifatullah (mengenal Allah) dan ma’rifatu fi khaqillah (mengenal ciptaan Allah)
adalah iman yang didasari ilmu. Keimanan yang demikian adalah iman yang tak
tergoyahkan.
Sedangkan akhlak adalah perwujudan aqidah Islam dalam bentuk perilaku
keseharian yang lahir dengan nilai-nilai keilahian. Jika aqidah Islam didasarkan pada
konsepsi tauhid, maka akhlaq Islam tumbuh berdasarkan konsepsi ‘adl (adil), ‘arif
(bijaksana), rahman (kasih), rahim (saying), hub (cinta) dan nilai-nilai keilahian lainnya.
Akhlaq Islam adalah cerminan dari asmaul husna, nama-nama yang baik dari Allah Swt.
Akhlaq Islam juga akan bisa ditumbuhkan dengan mengenalia diri sendiri. Cara
pandang Islam tentang manusia memberikan pemahaman dan pengetahuan kita tentang
diri sendiri. Ma’rifatul Insan (mengenal diri manusia) dimulai dengan memahami proses
penciptaan manusia, karakteristinya, bagaimana menjadi insan kamil (manusia sempurna)
dan memilih jalan ketaqwaan dalam kehidupan di dunia ini.

193
Memahami manusia dari sisi yang dalam (inner power) yaitu potensi hati (qolb) akan
mengantarkan nya kepada perilaku yang mulia yang bersumber dari hati nurani.
Selanjutnya mengurangi atau bahkan menghilangkan ego-ego negative, menghilangkan
penyakit-penyakit hati seperti marah, dendam, iri, dengki, cinta dunia dan takut mati.
Dari sinilah munculnya akhlaq Islam, Akhlaq Qur’ani yang merupakan akhlaq yang
mulia.
Dengan kekuatan system aqidah dan akhlaq Islam inilah, syariah Islam dapat
dilaksanakan secara harmonis. System syariah adalah tata aturan, etika dan hokum-
hukum Islam yang holistic, menyeluruh, menyangkut sub system politik, ekonomi,
pendidikan, seni dan budaya, sains dan teknologi yang harus dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan tujuan untuk mewujudkan sebuah dunia yang damai, indah, penuh
keberkahan dan keberlimpahan dalam rahmat Allah swt.

D. ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN

Paradigma Islam sebagai sebuah konsepsi yang dulu telah dimiliki dan dijalankan
oleh Rasulullah dan para sahabat telah terbukti kebenarannya, memberikan kejayaan
terhadap ummat Islam karena kekuasaan pemerintah saat itu dipegang oleh ummat Islam
dan dijalankan dengan syariah Islam. Amanah yang dijalankan yang dijalankan ummat
Islam telah mengantarkannya pada kehidupan masyarakat yang damai, sejahtera dan
penuh keberkahan.
Menjalankan system kehidupan secara Islam dengan memegang konsep paradigma
Islam akan memberikan kesejahteraan dan keselamatan bagi seluruh manusia. Karena
Islam memang rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebagai
berikut.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)
Jika Islam sebagai system kehidupan yang menyeluruh dijalankan dengan benar oleh
kaum muslimin, secara individu, keluarga, masyarakat, dalam berbangsa dan negara yang
dihasilkan adalah masyarakat yang damai, sejahtera dan berkelimpahan dalam ridlo
Allah.
Mengatasi krisis yang tak kunjung berakhir pada bangsa dan negara Indonesia saat
ini adalah dengan kembali pada pola pikir, nilai-nilai dan keyakinan Islam. Secara
keseluruhan harus mengembalikan system hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara
pada paradigma Islam. Dengan semangat kembali kepada paradigma Islam maka semua
ummat Islam akan mendapatkan kemuliaan, mulai dari individu yang ihsan, keluarga
yang sakinah, masyarakat yang penuh keberkahan dan keberlimpahan.
Pun ketika mendapatkan amanah sebagai pemimpin dalam pemerintahan, mereka
menjadi pemimpin yang jujur (integritas), dapat dipercaya (credible), bijaksana
(wisdom), bertanggung jawab (responsibility), bersemangat (energic), penuh inisiatip dan
berani dalam mengambil keputusan untuk perbaikan bangsa dan negara.
Pada akhirnya untuk dapat kembali kepada paradigma Islam hanyalah dengan cara
menyebarkan dan menyampaikan kebenaran dienul Islam, mendakwahkan Islam dan
mengamalkannya bagi seluruh ummat Islam di negeri ini dan di seluruh pelosok dunia.

194
Semoga Allah memilih kita untuk bisa mengemban tugas dakwah ini, melanjutkan
kerja para nabi, rasul, sahabat dan untuk menyebarkan risalah Islam. Amin!

195
196

You might also like