You are on page 1of 10

CARA MENGHITUNG PEROLEHAN KURSI DPR PEMILU 2009

PENDAHULUAN

Penentuan perolehan Kursi DPR untuk Pemilu 2009 berbeda dengan Pemilu
2004, hal ini disebabkan adanya ketentuan Parliament Threshold (PT). Pada Pemilu
2009, parpol yang mendapatkan kursi DPR adalah parpol yang memperoleh PT
sebesar 2,5 % ; yakni perolehan suara sah parpol tersebut, minimal mencapai 2,5
persen dari total suara sah pemilih.

Misalkan saja pada Pemilu 2009 :

 Jumlah Pemilih Terdaftar (DP4) untuk pemilu DPR sebanyak 177.000.000


orang pemilih
 Dari DP4 ini (misalkan saja, yang menggunakan hak suara/yang datang ke
TPS serta cara mencentang surat suara secara benar adalah 70 % dari DP4),
sehingga suara sah nasional menjadi 123.900.000 suara (pemilih)

Berdasarkan data tersebut, bila suatu Parpol tidak mencapai perolehan suara
minimal 2,5 % dari suara sah nasional atau sebesar 3.097.500 suara, maka parpol
tersebut tidak akan memperoleh kursi DPR untuk daerah pemilihan (dapil)
manapun. Karena memang parpol tersebut tidak akan dilibatkan lagi dalam
penghitungan kursi DPR.

Uraian diatas, jelas diatur dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD,
DPRD, bunyinya sebagai berikut:

Pasal 202

(1) Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan
suara sekurang-kurangnya 2,5 % (dua koma lima perseratus) dari jumlah suara
sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam
penentuan perolehan kursi DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota

Pasal 203

(1) Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ambang batas perolehan
suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1), tidak disertakan pada
penghitungan perolehan kursi DPR di masing-masing daerah pemilihan.

(2) Suara untuk penghitungan perolehan kursi DPR di suatu daerah pemilihan
ialah jumlah suara sah seluruh Partai Politik Peserta Pemilu dikurangi jumlah
suara sah Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ambang batas
perolehan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1).

(3) Dari hasil penghitungan suara sah yang diperoleh partai politik peserta pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di suatu daerah pemilihan ditetapkan angka
BPP DPR dengan cara membagi jumlah suara sah Partai Politik Peserta Pemilu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan jumlah kursi di satu daerah pemilihan.

PENGHITUNGAN KURSI DPR

Untuk Penghitungan kursi DPR, sebagaimana diatur dalam Pasal 203 ayat 2 & 3
diatas, maka dilakukan inventarisasi 34 parpol (pasca putusan MK - menjadi 38
parpol) peserta Pemilu 2009 menjadi 2 kategori yakni parpol yang memenuhi PT
(kita sebut : Parpol PT), dan parpol yang tidak memenuhi PT (Parpol Non PT).
Dari hasil inventarisasi ini maka didapatlah penentuan BPP disuatu dapil.

Adapun tahapan menuju penentuan BPP disuatu dapil adalah sebagai


berikut :

1. Penentuan Suara Sah

Suara sah adalah suara sah Parpol PT dikurangi Parpol Non PT. Misal
diperoleh sejumlah x suara, maka x suara tersebutlah yang disebut sebagai Suara
Sah Partai Politik Peserta Pemilu

2. Penentuan BPP

BPP didapat dengan membagi Suara Sah dengan jumlah kursi di suatu dapil.

Misal untuk dapil Jabar I (meliputi TPS se Kota Bandung & Kota Cimahi) ditetapkan
kuota 7 Kursi DPR (lampiran UU Pemilu), maka BPP di Jabar I adalah x/7.

3. Setelah angka BPP disuatu dapil diperoleh, maka selanjutnya ditentukan jumlah
kursi yang didapat oleh masing-masing Parpol PT didapil tersebut.

PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DPR

Penetapan perolehan kursi DPR diatur dalam Pasal 206, Pasal 207, Pasal 208, Pasal
209 , Pasal 210, dan Pasal 211. Penetapan perolehan kursi tersebut terdiri atas
beberapa tahap (bila masih terdapat sisa kursi), yakni :

a. Tahap I (pasal 207 ayat 3)

Dengan membagi jumlah suara sah yang diperoleh suatu Partai Politik Peserta
Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan BPP

b. Tahap II (pasal 207 ayat 4)

Dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada Partai Politik
Peserta Pemilu yang memperoleh suara sekurang kurangnya 50% (lima puluh
perseratus) dari BPP.
c. Tahap III (pasal 207 ayat 5)

Dengan cara seluruh sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu dikumpulkan di provinsi
untuk menentukan BPP baru.

d. Tahap IV (pasal 208)

Dengan cara membagikan jumlah sisa kursi kepada Partai Politik Peserta Pemilu
yang memiliki sisa suara terbanyak di provinsi satu demi satu berturut-turut sampai
habis.

e. Tahap V (pasal 209)

Dalam hal masih terdapat sisa kursi yang belum terbagi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 208 dan sisa suara partai politik peserta pemilu sudah terkonversi
menjadi kursi, maka kursi diberikan kepada partai politik yang mempunyai
akumulasi perolehan suara terbanyak secara berturut-turut di provinsi yang
bersangkutan

NB : Tahapan sebagaimana Poin c,d, dan e hanya dialokasikan kepada daerah


pemilihan yang masih memiliki sisa kursi.

PENETAPAN CALON TERPILIH

Selanjutnya ditentukan Daftar Caleg (Partai PT). Adapun calon legislatif (caleg) yang
terpilih dalam suatu parpol adalah calon yang memenuhi sekurang-kurangnya 30 %
dari BPP, dengan ketentuan (Pasal 214 ayat 1) sebagai berikut :

a. Calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30% BPP
(misal kita sebut : caleg 30%)

b. Bila jumlah caleg 30% lebih banyak dari jumlah kursi yang diperoleh parpol
tersebut, maka kursi diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil

c. Bila terdapat dua caleg 30% BPP,dengan perolehan suara yang sama, maka calon
terpilih diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil

d. Bila caleg 30% jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh parpol, maka
kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut

e. Dalam hal tidak ada calon yang memperoleh suara sekurang-kurangnya 30% BPP
(kita sebut : parpol non caleg 30%), maka calon terpilih ditetapkan berdasarkan
nomor urut

NB : Dari Sini Terlihat NOMOR URUT Caleg Sangat Menentukan (BERPERAN)


SIMULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI DAN CALEG TERPILIH

Berdasarkan uraian diatas sekarang akan disimulasikan cara perolehan kursi DPR
dan Caleg Terpilih suatu Parpol. Simulasi ini bertujuan untuk memahami bagaimana
penetapan BPP, bagaimana perolehan kursi suatu parpol serta bagaimana penetapan
caleg terpilih dari parpol – parpol pada pemilu DPR 2009.

SIMULASI MENGGUNAKAN DATA PARPOL & PEROLEHAN SUARA PARPOL


HASIL PEMILU 2004 (DAERAH PEMILIHAN JAWA BARAT I–DAPIL JABAR I).

Untuk mengetahui bagaimana penetapan BPP, bagaimana perolehan kursi suatu


parpol serta bagaimana penetapan caleg terpilih dari suatu parpol, maka langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Inventarisasi parpol PT dan Parpol Non PT secara nasional

Pemilu 2004 terdiri atas 24 parpol, dengan perolehan suara nasional sebagai berikut
:
(Bagan 1) Perolehan Suara Nasional 24 Parpol Pada Pemilu 2004

Dari data diatas maka terdapat 8 parpol yang memenuhi PT 2,5 % (Parpol PT),
yaitu Partai Golkar, PDIP, PKB, Demokrat, PKS, PAN, PPP, PBB. Maka siapa yang
mengisi kursi DPR (sistem Pemilu 2009) adalah caleg yang berasal dari ke-8 parpol
ini saja, sementara 18 parpol lainnya otomatis tersisih ke gedung senayan (DPR).

b. Penghitungan Perolehan Kursi Parpol PT dan caleg terpilih parpol


tersebut disuatu dapil
Berikut hasil perolehan suara untuk Dapil Jabar I pada Pemilu 2004 :

(Bagan 2) Perolehan Suara 24 Parpol Dapil Jabar I Pada Pemilu 2004

c. Langkah Berikutnya (Menentukan suara sah & BPP di Dapil Jabar I)

Dari data diatas diperoleh jumlah suara Parpol PT sebesar 1.369.009 dan jumlah
suara Parpol Non PT sebesar 182.503, maka Suara Sah adalah (jumlah suara
Parpol PT – jumlah suara Parpol Non PT) maka diperoleh 1.186.506
BPP adalah jumlah suara sah dibagi dengan jumlah kursi. Sesuai lampiran UU Pemilu
10 tahun 2008 ditentukan untuk Dapil Jabar I jumlah kursi adalah 7, maka BPP
Dapil Jabar I adalah 1.186.506 dibagi 7, diperoleh angka BPP sebesar 169.500

d. Menentukan perolehan kursi Parpol PT

Dari BPP diatas dapatlah ditetapkan jumlah perolehan kursi suatu parpol, menjadi
sebagai berikut :

(Bagan 3) Perolehan Kursi Tahap I & II Dapil Jabar I Pada Pemilu 2004

e. Menentukan Daftar Caleg Terpilih

Dari data diatas, maka ke-7 kursi DPR dari Dapil Jabar I diperoleh oleh 5 parpol PT,
yakni Golkar (2 Kursi), PKS (2), PDIP (1), Demokrat (1), serta PAN (1). Langkah
selanjutnya adalah menentukan caleg terpilih dari ke-5 parpol tersebut, menjadi
sebagai berikut :

(Bagan 4) Caleg Terpilih DPR Dapil Jabar I Pada Pemilu 2004

NB : DAFTAR CALEG DARI KESELURUHAN PARPOL DI DAPIL JABAR I UNTUK DPR


TIDAK ADA YANG MEMENUHI 100% BPP (169.500 suara).
Inilah perolehan suara seluruh Caleg dari ke-8 Parpol PT Dapil Jabar I :

 Perolehan Kursi DPR RI & Caleg Terpilih Pemilu 2004 Dapil Jabar I
(Penghitungan dgn Sistem UU Pemilu 2003)

(Bagan 5)Perolehan Kursi DPR RI & Caleg Terpilih Pemilu 2004 Dapil Jabar I
(Penghitungan Dgn Sistem UU Pemilu 2003)

 Perolehan Suara Caleg DPR RI Partai PT (Data Pemilu 2004 Dapil Jabar I,
dengan sistem UU Pemilu No. 10 Tahun 2008)
(Bagan 6) Perolehan Kursi DPR RI & Caleg Terpilih (Data Pemilu 2004) Dapil Jabar I
(Simulasi Dgn Sistem UU Pemilu 2008)

Agar Caleg otomatis terpilih, maka perolehan suara caleg harus mencapai
SEKURANG-KURANGNYA 30 % BPP = 50.580 suara (sistem Pemilu 2009)(ijrsh)

SYARAT PEROLEHAN SUARA CALEG TERPILIH :

Pasal 214

• huruf a “calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD


kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara sekurang-
kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP”;

• huruf b “dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya lebih
banyak daripada jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka
kursi diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil di antara calon
yang memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari
BPP”;

• huruf c “dalam hal terdapat dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan
huruf a dengan perolehan suara yang sama, maka penentuan calon terpilih
diberikan kepada calon yang memiliki nomor urut lebih kecil di antara calon yang
memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP,
kecuali bagi calon yang memperoleh suara 100% (seratus perseratus) dari BPP”;
• huruf d “dalam hal calon yang memenuhi ketentuan huruf a jumlahnya kurang
dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, maka kursi yang
belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut”;

• huruf e “dalam hal tidak ada calon yang memperoleh suara sekurang-
kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari BPP, maka calon terpilih ditetapkan
berdasarkan nomor urut”.

PENETAPAN PEROLEHAN SISA KURSI PARTAI POLITIK :

Pasal 205

• ayat (4) “Dalam hal masih terdapat sisa kursi dilakukan penghitungan
perolehan kursi tahap kedua dengan cara membagikan jumlah sisa kursi yang
belum terbagi kepada Partai Politik Peserta Pemilu yang memperoleh suara
sekurang-kurangnya 50% (lima puluh perseratus) dari BPP DPR..”

• ayat (5) “Dalam hal masih terdapat sisa kursi setelah dilakukan penghitungan
tahap kedua, maka dilakukan penghitungan perolehan kursi tahap ketiga dengan
cara seluruh sisa suara Partai Politik Peserta Pemilu dikumpulkan di provinsi
untuk menentukan BPP DPR yang baru di provinsi yang bersangkutan.”

Pasal 208

• “Penetapan perolehan kursi Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 205 ayat (7) dan Pasal 206 dialokasikan bagi daerah
pemilihan yang masih memiliki sisa kursi.”

You might also like