You are on page 1of 2

Materi 2 Tanggung Jawab Kaum Intelektual Secara defenitif, tanggung jawab ialah konsekuensi dari pilihan-pilihan kita secara

sadar. Dan kaum intelektual ialah kaum atau orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih dari masyarakat umum. Pertanyaan kemudian yang muncul adalah, kenapa mahasiswa di golongkan sebagai kaum intelektual. Sudah jelas bahwa mahasiswa sebagai salah satu golongan masyarakat itu memiliki pengetahuan yang lebih dari masyarakat umum, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi tempat ia kuliah. Lalu jika mahasiswa digolongkan sebagai kaum intelektual, apa kemudian yang menjadi tanggung jawabnya. Bukankah mahasiswa adalah orang yang secara ekonomi masih harus dibiayai oleh orang tuanya. Kenapa kemudian mahasiswa harus bertanggungjawab, dalam bahasa agama bahwa manusia memiliki fitrah kemanusiaan, salah satu dari fitrah kemanusiaan itu selalu ingin mencari tahu. Dan pengetahuan manusia itu harus di pertanggungjawabkan.Tanggung jawab adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan kita. Dan ketika kita kemudian memilih untuk menjadi seorang mahasiswa, maka kita akan di- perhadapkan pada suatu konsekuensi logis dari pilihan kita untuk menjadi mahasiswa. Konsekuensi inilah yang kemudian mengharuskan kita untuk belajar dan menganalisa. Hal ini kemudian akan melahirkan peran-peran mahasiswa yang akan di bahas lebih lanjut setelah ini. Berbicara tentang tanggungjawab mahasiswa, mahasiswa kemudian harus mampu menjadi penghubung antara masyarakat kelas bawah dengan elit pemerintah. Inilah yang kemudian melahirkan salah satu peran mahasiswa sebagai moral force. Maksudnya bahwa mahasiswa kemudian mampu untuk menjadi penyampai amanah penderitaan rakyat kepada elit untuk kemudian di- tindak lanjuti oleh elit pemerintah. Selain sebagai moral force, mahasiswa kemudian memiliki peran lain yaitu sebagai social of control. Tak jauh dari perannya sebagai gerakan moral (moral force), mahasiswa harus mampu untuk mengawal pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang berhubungan dengan masalah publik. Selain dua peran tadi, mahasiswa masih punya peran lain yang tidak kalah pentingnya. Yaitu agent of change. Peran mahasiswa yang satu ini yang membuat mahasiswa biasa di sebut sebagai agen perubahan atau agen pembaharu. Bahwa mahasiswa harus terus melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik, atau biasa di sebut civil society, mahasiswa harus terus memikirkan ide-ide baru untuk membawa masyarakat ke arah yang ideal, yang selalu di impikan. Ketiga peran di atas sudah cukup jelas tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, bahwa mahasiswa kemudian harus terus mencari ilmu, mahasiswa harus wajib untuk terus merasa haus untuk terus menambah pengetahuan yang di milikinya. Penelitian, bahwa mahasiswa untuk menambah pengetahuan yang di milikinya, mereka harus meneliti, hal ini juga untuk melihat bagaimana realitas sosial masyarakat. Konsekuensi dari keberpengetahuanan mahasiswa ini kemudian mewajibkan mahasiswa, untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Semua pergerakan mahasiswa yang terjadi di Indonesia semua dilakukan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pengetahuan mereka. Oleh karena itu maka sudah selayaknya kita mahasiswa, untuk melakukan pergerakan untuk melawan segala bentuk penindasan. Tumbuhkan kembali jiwa kritis mahasiswa, kita harus terus pesimis, kita harus terus mempertanyakan segala sesuatu yang kita hadapi. Lalu, apakah kriteria seorang kaum intelektual? Pada dasarnya, dari penjelasan di atas telah jelas seperti apa kaum intelektual itu, bahwa kemudian kaum intelektual itu harus memahami basic keilmuan masing-masing, untuk menggunakannya sebagai pisau analisa untuk membedah semua kebijakan pemerintah yang di keluarkan, bukan hanya dengan menggunakan asumsi pribadi. Oleh karena itu seorang mahasiswa paling tidak harus berprestasi dalam bidang akademiknya masing-masing. Makanya seorang mahasiswa

yang layak untuk disebut kaum intelektual harus memenuhi syarat akademik. Kemudian, seorang mahasiswa untuk dapat di sebut termasuk dalam golongan kaum intelektual harus memenuhi syarat kedua, yaitu kritis. Sudah seharusnya seorang mahasiswa bersikap kritis, dia harus mampu melakukan kritik terhadap kebijakan pemeritah jika kebijakan itu bersifat merugikan masyarakat. Namun selain kedua kriteria di atas, adalagi kriteria ketiga, yaitu selain pintar dalam bidang akademik, kritis, seorang mahasiswa juga harus melakukan gerakan, jadi mahasiswa tak hanya pandai berbicara, tapi juga harus mampu untuk aktif melakukan apa-apa saja yang telah dia bahasakan sebagai suatu konsepsi ideal demi terwujudnya ekspektasi masyarakat. Jadi intinya bahwa seorang mahasiswa harus memenuhi ketiga syarat untuk di sebut sebagai kaum intelektual. Dan syarat-syarat tersebut harus di penuhi sebagai wujud tanggung jawab dari konsekuensi dari pilihan-pilihannya untuk menjadi seorang mahasiswa. Maka dari itu kembali saya tekankan bahwa sebagai seorang mahasiswa, kita harus terus melakukan pergerakan. Jangan hanya mampu untuk berbicara tanpa melakukan apa-apa,dan jangan bergerak tanpa tahu apa-apa. Saya tutup pembahasan ini dengan sebuah pesan. Ingat kawan ketika kita melihat penindasan, dan kita diam terhadap penindasan tersebut, maka kita adalah penindas pula. Oleh karena itu, kita hanya punya dua pilihan, tunduk tertindas atau bangkit melawan, sebab mundur adalah pengkhianatan. Mari maju bergerak bersama mewujudkan ekspektasi masyarakat. Satu bumi milik bersama, tanpa batas tanpa penindasan. Janganlah berjalan di belakangku, karena ku tak mampu memimpinmu, janganlah berjalan di depanku karena ku tak mampu mengikutimu, tapi berjalanlah di sisiku biar kita tahu arti jauh tak berjarak, dekat tak bersentuh.

You might also like