You are on page 1of 16

WILAYAH POTENSIAL WISATA BAHARI DI KABUPATEN BELITUNG Drs. Husni Husin, MSi, Dr. S.B. Silalahi, MS, Drs.

Hari Kartono, MS, Tito Latif Indra, SSi, MSi Program Magister Ilmu Geografi Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia

ABSTRAK Pulau Belitung yang dulunya dikenal sebagai sumber tambang timah terbesar setelah pulau Bangka di Indonesia. Selain itu potensi sumber daya perikanan laut Belitung dengan produksi 5.858 ton per tahun, secara konsisten menjadi penyumbang ekonomi Belitung. Potensi lain yang bisa menjadi alternatif untuk dikembangkan di kabupaten dimana sejak bulan November 2000 memekarkan wilayah dari enam menjadi sembilan kecamatan adalah pariwisata pantai. Pantai di wilayah ini seperti Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Pendam dikenal berpanorama indah dengan hamparan pasir putih di sepanjang pesisir pantai, serta formasi batuan beraneka ragam. Dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Belitung bervariasi. Pada tahun 1995 dan 2000 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai angka tertinggi yaitu masingmasing 1641 orang dan 8440 orang. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah Tujuan dari pemilihan topik ini adalah untuk mengidentifikasi wilayah kesesuaian potensi wisata bahari yang telah ditetapkan alokasi ruangnya melaui Peraturan Daerah berdasarkan daya dukung lingkungannya yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya buatan masing masing agar dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung dalam rangka mempersiapkan potensi obyek wisata bahari menjadi produk wisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah potensial untuk kawasan pariwisata bahari yang sesuai untuk kegiatan pariwisata di Kabupaten Belitung terdiri dari Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tajung Tinggi , Pantai Burung Mandi dan Pantai Tanjung Kiras. Sedangkan lokasi yang tidak sesuai untuk kegiatan pariwisata pesisir terdiri dari Pantai Tanjung Pendam , Pantai Air Saga, Pantai Tanjung Binga, Pantai Batu Itam dan Pulau Momperang. Wilayah yang sesuai untuk pengembangan pariwisata pantai Kabupaten Belitung terbagi atas kegiatan penyelaman/diving dan berenang (Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi), wisata bahari dan resort (Pantai Burung Mandi, Pantai Tanjung Kiras), wisata pemancingan (Pantai Tanjung Binga dan Pantai Air Saga), taman rekreasi pantai ( Pantai Tanjung Pendam ) serta wilayah yang tidak sesuai ( Kepulauan Momparang dan Pantai Batu Itam) karena daya dukung lingkungannya kurang mendukung untuk kegiatan wisata bahari tetapi dapat dikembangkan untuk kegiatan pemancingan. Kata Kunci : Pariwisata bahari, wilayah kesesuaian, daya dukung lingkungan 1. PENDAHULUAN Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha usaha yang terkait dibidang tersebut. Pariwisata tersebut adalah suatu sistem yang merupakan tatanan proses pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, budaya dan tehnologi serta kegiatan yang saling

mempengaruhi untuk menarik dan melayanai wisatawan yang dilakukan oleh pemerintah, kalangan pengusaha jasa kepariwisataan serta masyarakat. Sumberdaya alam pesisir merupakan salah satu sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia dan memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Di Indonesia terdapat kira kira 81.000 km panjang garis pantai yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daerah wisata bahari. Salah satu daerah potensial tersebut adalah Kabupaten Belitung, Propinsi Bangka Belitung yang menjadi obyek penelitian ini. Pulau Belitung yang dulunya dikenal sebagai sumber tambang timah terbesar setelah pulau Bangka di Indonesia. Selain itu potensi sumber daya perikanan laut Belitung dengan produksi 5.858 ton per tahun ( Belitung Dalam, Angka 2001 ) , secara konsisten menjadi penyumbang ekonomi Belitung. Sebanyak 15.686 rumah tangga nelayan menggantungkan hidup dari hasil laut di perairan ini. Selain kaya akan jenis ikan pelagis seperti ikan tenggiri, kakap dan ekor kuning, perairan wilayah ini juga memiliki jenis ikan demersal seperti ikan pari. Keberadaan ikan ini serta lokasi perairan yang bersifat terbukakarena berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan yang menyebabkan nelayan asing mencari ikan ke perairan Propinsi Bangka Belitung. Potensi lain yang bisa menjadi alternatif untuk dikembangkan di kabupaten yang bulan November 2000 memekarkan wilayah dari enam menjadi sembilan kecamatan adalah pariwisata pantai . Pantai di wilayah ini seperti Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Pendam dikenal berpanorama indah dengan hamparan pasir putih di sepanjang pesisir pantai, serta formasi batuan beraneka ragam yang menghiasi pantai (Kompas, 2001). Pulau Belitung merupakan salah satu potensial kawasan wisata pantai atau new beach resort sebagai salah satu rangkaian kawasan wisata pantai Indonesia selain Pulau Batam, Pulau Bintan, Parangtritis Yogyakarta, Pulau Bali dan Pulau Biak (Burton, 1995) dan telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPKN) karena pantainya yang indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPKN tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih terjaga seperti dalam Tabel 1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata. Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar 15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun 1995-1999. Disamping itu pengembangan pariwisata diyakini dapat membukanya berbagai peluang untuk menciptakan berbagai sumber penerimaan lain Pemerintah Daerah yang sah.
Tabel 1. Rencana Alokasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Kabupaten Belitung
Kecamatan Tanjung Pandan Kawasan Pariwisata 1. Pantai Tanjung Pendam 2. Pantai Juru Seberang Luas (ha) 53 60 PERDA Ada Tidak Fasilitas Wisata Ada Tidak

Mangar

Gantung Kelapa Kampit Membalong

Dendang Sijuk

3. Pantai Air Saga 4. Pantai Burung Mandi 5. Pengempangan 6. Pantai Malang Lempau 7. Kep. Momperang 8. Pulau Rotan 9. Pantai Sengaran 10. Pantai Pering 11 Pantai Tanjung Rusa 12. Pantai Teluk Gembira 13. Pantai Mentigi 14. Pantai Seliu 15. Pantai Tanjung Kiras 16. Pantai Penyambung 17. Pantai Batu Lalang 18. Pantai Burung Punai 19. Pantai Secupak 20. Pantai Batu Itam 21. Pantai Terong 22. Pantai Sijuk 23. Tanjung Binga 24. Pulau Lengkuas 25. Pulau Babi

100 200 50 100 43 950 10 200 100 100 150 50 25 800 10 100 100 50 335 200 400 650 10 15

Ada Ada Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Ada Ada Ada Tidak Tidak

Tidak Ada Ada Tidak Tidak Tidak Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada Tidak Tidak Tidak Ada Ada Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Tidak

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung 2000 2010

Dari Tabel 1 di atas, ada 9 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001 dan 16 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 10 lokasi sudah ada fasilitas dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di 15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 , jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Belitung bervariasi. Pada tahun 1995 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai angka tertinggi yaitu 1641 orang , sedangkan kunjungan terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu hanya 240 orang wisatawan mancanegara. Kunjungan tertinggi wisatawan Nusantara terjadi pada tahun 2000 dengan jumlah 8440 orang; sedangkan kunjungan wisatawan nusantara terendah terjadi pada tahun 1996 yaitu hanya 2497 orang. Jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten Belitung dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Belitung Tahun 1995 2000. Tahun Jumlah Wisman Jumlah Wisnu Total 1995 1407 2632 4039 1996 1484 2497 3981 1997 1634 4981 6615 1998 365 5532 5897 1999 597 5201 5798 2000 240 8200 8440 Sumber : Data Pokok Pembangunan Kabupaten Belitung, Bappeda Kabupaten Belitung 20001.

Berdasarkan hasil identifikasi Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung , hingga saat ini hanya 4 lokasi dari lokasi lokasi tersebut yang sudah menjadi obyek wisata masal (mass tourism) dan sudah dikunjungi secara rutin oleh para wisatawan (mancanegara maupun domestik) yaitu pantai Tanjung Pendam, Pantai Burung Mandi, Pulau

Lengkuas/Pantai Tanjung Kelayang serta Pantai Tanjung Tinggi, walaupun sarana kepariwisataannya belum memadai ( Bappeda Kabupaten Belitung 2000 ). Terkait dengan jumlah kawasan wisata yang sedemikian banyak serta tersebar di seluruh Pulau Belitung dan perairan di sekitarnya, kawasan kawasan tersebut tentunya perlu diidentifikasi dan dianalisis spesifikasinya untuk perencanaan lebih lanjut. Identifikasi dan analisis dimaksud adalah daya dukung lingkungan yang meliputi sumberdaya alam berupa fisik pantai , kawasan perairannya, penggunaan lahan kawasan maupun sumber daya buatan berupa sarana, prasarana dan atraksi di masing masing kawasan serta kondisi sosial ekonomi kependudukan di sekitar obyek wisata agar Pemerintah Kabupaten Belitung dapat menetapkan kegiatan wisata apa saja yang cocok untuk setiap kawasan wisata berdasarkan daya dukung lingkungannya. Kawasan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 mana saja yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya serta penetapkan kegiatan wisata apa saja yang cocok menurut kriteria khusus pengembangan wisata bahari untuk setiap kawasan pariwisata dimaksud berdasarkan daya dukung lingkungannya merupakan output ( keluaran ) dari penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dan sasaran dari penelitian ini adalah adalah teridentifikasinya potensi daya dukung lingkungan dimasing masing kawasan pariwisata tersebut terhadap kriteria umum umum pemilihan lokasi kawasan sebagaimana ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata yaitu: a. Jenis penggunaan tanah eksisting dan ketersediaan untuk pengembangan kawasan; b. Kondisi fisik dasar ( topografi, hidrologi, geologi, sifat tanah, kerawanan terhadap gempa, banjir, dan lain-lain); c. Pemandangan alam atau potensi visual lainnya; d. Obyek wisata unggulan sebagai daya tarik wisata; e. Prasarana jalan dan fasilitas umum; f. Penguasaan dan pemilikan tanah; g. Kondisi sosial ekonomi penduduk. Kriteria umum tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah Belitung untuk merencanakan kegiatan kegiatan kegiatan wisata bahari sebagai kriteria khusus yang ditetapkan oleh Dirjen Pariwisata pada tahun 1988 yaitu : a. Kegiatan penyelaman mempunyai kriteria kejernihan air ( jarak pandang antara 4 10 m ), cuaca ( sedang ), ombak dan gelombang ( maksimum 100 cm ketika air pasang ), arus air ( maksimum 1 meter/ dtk) , suhu ( 26 32 C) , pasang surut, kehidupan biota laut, lalu lintas kapal/perahu dan lokasi penangkapan ikan tradisional. b. Kegiatan berenang memerlukan persyaratan lokasi pantai dengan kriteria lebar pantai di atas 10 meter, pantai tidak berkarang, ombak dan gelombang tidak besar, tidak terdapat arus yang kuat serta dasar air laut tidak mengandung lumpur. c. Kegiatan parasailing memerlukan lokasi pantai dengan persyaratan kecepatan angin sedang , arah angin menyusur pantai serta luas pantai minimum. d. Kegiatan Jet Ski atau Water Ski memerlukan lokasi dengan persyaratan lebar pantai minimum 300 m dengan gelombang dan ombak tidak terlalu besar. e. Kegiatan Banana Boat memerlukan lokasi pantai yang tidak terlalu luas minimum 300 m serta gelombang dan ombak yang tidak besar.

2. METODE PENDEKATAN

Kajian pertama adalah bagaimana lokasi kawasan ditetapkan berdasarkan jenis penggunaan tanah eksisting dan ketersediaan untuk pengembangan kawasan, kondisi fisik dasar seperti topografi, hidrologi, geologi, sifat tanah, kerawanan terhadap gempa, banjir , pemandangan alam atau potensi visual lainnya, obyek wisata unggulan sebagai daya tarik wisata, prasarana jalan dan fasilitas umum, penguasaan dan pemilikan tanah serta kondisi sosial ekonomi penduduk. Berdasarkan kajian tersebut maka fokus penelitian ini adalah daya dukung lingkungan setiap kawasan wisata bahari tersebut pada aspek fisik seperti kejernihan air, cuaca, ombak dan gelombang, arus air, suhu, pasang surut, kehidupan biota laut, lalu lintas kapal/perahu, lebar pantai, kecepatan angin dan arah angin yang akan digunakan sebagai acuan pokok dalam menentukan arahan kegiatan wisata bagi setiap kawasan tersebut. Dengan demikian, langkah langkah penelitian ini adalah : a. Menyusun peta Topografi yang berasal dari peta topografi skala 1 : 50.000 terbitan Direktorat Topografi AD dan PT. Timah tahun 2000. b. Menyusun peta geologi yang berasal dari peta topografi skala 1 : 150.000 terbitan PT. Timah tahun 2000. c. Menyusun peta sebaran terumbu karang skala 1 : 600.000 yang berasal dari citra Landsat TM 7 Belitung tahun 2000 keluaran LAPAN. d. Mengumpulkan data sekunder kelautan berupa arah dan kecepatan arus, tinggi ombak, suhu, salinitas serta tingkat kecerahan. e. Memyusun peta penggunaan tanah skala 1 : 150.000 dari BPN Kabupaten Belitung. f. Survey lapangan untuk mendapatkan validitas data sekunder yang didapat di 12 lokasi sampel yaitu : 1) Pelabuhan Tanjung Pandan (02O4433,0LS , 107O3726,5BT), 2) Dermaga Pos TNI AL Tg. Pandan (02O4448,5LS, 107O37923,8BT), 3) Tanjung Kubu (02O4124,5LS, 107O3622,0BT), 4) Pangkalan Punai Sebelah Barat (03O0645,4LS, 107O5738,7BT), 5) Pangkalan Punai Sebelah Timur (03O1558,6LS, 107O5846,7BT ), 6) Dendang ( 03O0538,9 LS, 107O5329,6BT ), 7) Pulau Baranay ( 02O4121,5LS, 108O2435,2BT ), 8) Pulau Nangka Sebelah Barat ( 02O2929,6 LS, 108O3225,8BT ), 9) Pulau Nangka Sebelah Timur ( 02O3747,3LS, 108O2957,2 BT), 10) Pulau Nangka Sebelah Selatan ( 02O3301,9 LS, 108O3323,7 BT), 11) Selendang ( 02O3712,9LS, 108O0216,2 BT) dan 12) pantai Pendaunan Indah ( 02O3323,5LS, 107O4441,8 BT). g. Mengolah data spasial dan tabular untuk : Menilai lingkungan wilayah pesisir dan laut berdasarkan kompilasi data fisik dan sosial. Berdasarkan data spasial dihasilkan matrik potensi fisik obyek. Berdasarkan studi literatur didapatkan kriteria pengembangan wisata bahari yang meliputi : Kegiatan penyelaman mempunyai kriteria kejernihan air, cuaca, ombak dan gelombang, arus air, suhu, pasang surut, kehidupan biota laut, lalu lintas kapal/perahu dan lokasi penangkapan ikan tradisional. Kegiatan berenang memerlukan persyaratan lokasi pantai dengan kriteria lebar pantai di atas 10 meter, pantai tidak berkarang, ombak dan gelombang tidak besar, tidak terdapat arus yang kuat serta air laut tidak mengandung lumpur. Kegiatan parasailing memerlukan lokasi pantai dengan persyaratan kecepatan angin, arah angin serta luas pantai minimum. Kegiatan Jet Ski atau Water Ski memerlukan lokasi dengan persyaratan lebar pantai minimum dengan gelombang dan ombak tidak terlalu besar.

Kegiatan Banana Boat memerlukan lokasi pantai yang tidak terlalu luas serta gelombang dan ombak yang tidak besar.

Analisis data menggunakan metode skoring untuk mengolah data sehingga didapatkan klasifikasi tiap variabel berdasarkan karakteristik perairan, fisik pantai dan kondisi sosial ekonomi penduduk sekitar pantai dengan cara : Menjumlahkan nilai sub variabel untuk mendapatkan nilai skoring tiap variabel. Membuat klasifikasi nilai skoring tiap variabel menjadi 3 kelas yakni kelas tinggi, sedang dan rendah didasarkan pada variasi nilai skoring yang diperoleh. Menghitung selisih nilai skoring untuk tiap variabel. Membuat klasifikasi kesesuaian kawasan untuk pariwisata bahari berdasarkan hasil skoring tersebut menjadi kawasan dengan kesesuaian tinggi, kawasan dengan kesesuaian sedang dan kawasan dengan kesesuaian rendah. 3. HASIL PENELITIAN Kawasan pantai Tanjung Kelayang dan perairan pulau Lengkuas. Kawasan pantai Tanjung Kelayang dan perairan pulau Lengkuas berada di dusun Baru desa Keciput Kecamatan Sijuk, berjarak 27 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Dusun ini berpenduduk 854 jiwa yang bekerja sebagai nelayan, petani dan pedagang. Penggunaan tanah di dusun Baru meliputi permukiman, jasa perdagangan dan kebun campuran. Atraksi pantai Tanjung Kelayang adalah pemandangan batu kepala burung yaitu bukit granit ditengah laut yang menyerupai kepala burung serta pulau pulau kosong disisi barat laut. Sedangkan atraksi alam di pulau Lengkuas meliputi pemandangan terumbu karang dilihat dari atas Mercusuar pulau itu. Lebar pantai Tanjung Kelayang mencapai 500 meter dengan medan agak landai. Tanah pantainya adalah pasir putih sebagai hasil pelapukan batuan granit baik didarat maupun di laut. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada dua anak sungai yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 13,1 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 1,8 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Tanjung Kelayang dan perairan pulau Lengkuas adalah 28 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 28 mg/l dengan kecerahan antara 6 10 meter dimusim barat dan 3 5 meter pada waktu musim timur. Dasar laut berupa pasir putih dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Jenis terumbu karang yang ada disekitar perairan ini antara lain Acropora, Heliopora, Goniopora, Fungia, Millepora, Sarcophyton, dan Sinularia. Kegiatan ekonomi masyarakat Desa Keciput disekitar pantai Tanjung Kelayang adalah nelayan sekaligus petani kebun campuran serta perdagangan. Jumlah penduduk desa adalah 2582 orang dengan penduduk usia sekolah mencapai 506 orang . Dari jumlah tersebut 83 orang tidak sekolah, sedangkan 211 orang bersekolah di SD, 183 orang bersekolah di SLTP dan 29 orang bersekolah di SLTA. Kawasan pantai Tajung Tinggi. Kawasan pantai Tanjung Tinggi berada di dusun desa Keciput Kecamatan Sijuk, berjarak 30 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Dusun ini berpenduduk 1731 jiwa yang bekerja sebagai nelayan, petani dan pedagang. 6

Penggunaan tanah di dusun Baru meliputi permukiman, jasa perdagangan dan kebun campuran. Atraksi alam di pantai Tanjung Tinggi adalah pemandangan bukit batu granit dimuka pantai yang menghalangi laju hempasan ombak kepantai, sehingga ada genangan air laut dengan kedalaman maksimal 2 meter yang ideal untuk berenang. Lebar pantai Tanjung Tinggi mencapai 250 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah pasir putih sebagai hasil pelapukan batuan granit baik didarat maupun di laut. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada satu anak sungai yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 11,5 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,3 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Tanjung Kelayang dan perairan pulau Lengkuas adalah 30 32 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 29 mg/l dengan kecerahan antara 3 6 meter dimusim barat dan 1 3 meter pada waktu musim timur. Dasar laut berupa pasir putih dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Disekitar pantai Tajung Tinggi dalam radius 500 m hanya ada dua rumah tangga dengan jumlah 14 jiwa yang merupkan keluarga nelayan, dimana dari jumlah 4 usia bersekolah, 3 diantaranya bersekolah di SD dan 1 orang di SLTP . Kawasan pantai dan perairan Tanjung Binga. Kawasan pantai Tanjung Binga dan perairannya terletak desa Tanjung Binga Kecamatan Sijuk, berjarak 22 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Penggunaan tanah di dusun Baru meliputi permukiman, jasa perdagangan , jasa industri pengolahan ikan dan kebun campuran. Atraksi alam pantai Tanjung Binga adalah batuan granit ditengah laut serta pulau pulau kecil disebelah barat pantai. Sedangkan atraksi budaya dikawasan ini meliputi kehidupan nelayan sehari hari. Lebar pantai Tanjung Binga mencapai 200 meter dengan medan agak landai. Tanah pantainya adalah pasir putih sebagai hasil pelapukan batuan granit baik didarat maupun di laut. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada dua anak sungai yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 12 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Tanjung Kelayang dan perairan pulau Lengkuas adalah 28 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 28 mg/l dengan kecerahan antara 6 10 meter dimusim barat dan 3 5 meter pada waktu musim timur. Dasar laut berupa pasir putih dengan arus cukup kuat, gelombang cukup kuat dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Desa ini berpenduduk 4186 jiwa sehingga desa ini menjadi desa pesisir bependuduk terpadat diluar desa pesisir wilayah perkotaan. Penduduk desa Tanjung Binga bekerja sebagai nelayan, petani, karyawan dan pedagang. Dari Jumlah penduduk tersebut penduduk yang mencapai usia sekolah berjumlah 915 jiwa. Penduduk usia sekolah yang bersekolah di SD berjumlah 238 orang, SLTP 249 orang , SLTA 70 orang dan setingkat Perguruan Tinggi 2 orang; sedangkan 358 penduduk usia sekolah disesa tesebut tidak bersekolah. Kawasan pantai Tanjung Pendam dan perairan pulau Batu Dinding. Kawasan pantai Tanjung Pendam berada di desa Tanjung Pendam yang merupakan bagian dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Kawasan

ini hanya berjarak 1 km dari pusat kota Tanjung Pandan. Penggunaan tanah di desa Tanjung Pendam meliputi permukiman, jasa perdagangan dan industri . Pantai ini merupakan jalur penyangga antara perumahan karyawan PT. Timah dengan bibir pantai, yang kemudian direklamasi menjadi taman rekreasi. Atraksi alam di pantai Tanjung adalah pemandangan bukit di pulau Mendanau dan pulau Batu Dinding serta pulau Kalamoa yang merupakan pulau tempat etnis Cina melaksanakan acara keagamaannya. Lebar pantai Tanjung Tinggi mencapai 250 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah pasir putih dan berlumpur. Pantai ini berlumput sebagai hasil dari aktivitas penambangan timah dilperairan tersebut. Oleh sebab itu dasar laut pantai ini berbahaya .bagi pengunjung karena dibeberapa bagian terdapat lobang bekas penambangan yang berlumpur . Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 11,8 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,1 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Tanjung Pendam dan perairannya adalah 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 26 mg/l dengan kecerahan antara 3 6 meter dimusim barat dan 1 3 meter pada waktu musim timur. Dasar laut berupa pasir putih dan lumpur dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Diperairan pulau Batu Dinding terdapat beberapa jenis terumbu karang seperti Acropora, Montipora, Porites, Alveopora, Gonipora, Asteopora, Sarcophyton, dan Sinularia. Desa Tanjung Pendam ini berpenduduk 4614 jiwa yang bekerja sebagai pegawai, nelayan, petani dan pedagang, sedangkan pulau Batu Dinding adalah pulau kosong yang tidak berpenduduk. Dari jumlah penduduk tersebut, 983 jiwa merupakan penduduk usia sekolah dimana 231 orang diantaranya tidak sekolah. Penduduk yang bersekolah didesa ini meliputi SD 198 orang, SLTP 387 orang, SLTA 146 orang serta setingkat Perguruan Tinggi sebanyak 24 orang . Kawasan pantai Air Saga dan perairannya. Kawasan pantai Air Saga dan perairannya terletak desa Air Saga yang merupakan wilayah pinggiran kota Tanjung Pandan sebelah utara , berjarak 5 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Penggunaan tanah di desa Air Saga meliputi permukiman, jasa perdagangan , serta hutan mangrove. Tidak ada atraksi alam di pantai Air Saga karena ketebalan mangrove tersebut. Lebar pantai Air Saga mencapai 500 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah lumpur karena berdasarkan keadaan geologinya adalah batuan granit dan pasir lempung. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada sungai besar yaitu sungai Kubu yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 12 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,4 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Air Saga adalah 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 26 mg/l dengan kecerahan antara 4 8 meter dimusim timur dan 1 2 meter pada waktu musim barat . Dasar laut berlumpur dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Desa Air Saga berpenduduk 5400 jiwa yang bermukim tidak dipinggir pantai. Penduduk desa Air Saga bekerja sebagai karyawan, pedagang, nelayan dan petani. Dari jumlah penduduk tersebut, 1007 jiwa merupakan usia sekolah, dimana 212jiwa diantaranya tidak sekolah. Penduduk yang bersekolah didesa ini adalah 331 orang bersekolah di SD, 218 orang bersekolah di SLTP, 197 orang bersekolah di SLTA serta 47 orang bersekolah setingkat Perguruan Tinggi.

Kawasan pantai Burung Mandi dan perairannya. Kawasan pantai Burung Mandi dan perairannya terletak dusun Burung Mandi desa Mengkubang Kecamatan Manggar, berjarak 85 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Penggunaan tanah di desa Burung Mandi meliputi permukiman, hutan lindung serta kebun capuran . Atraksi alam di pantai Burung Mandi adalah pemandangan kepulauan Momparang . Disamping itu atraksi budaya yang ada adalah Kelenteng Kwan Jim yang merupakan kelenteng terbesar di Kabupaten Belitung. Lebar pantai Burung Mandi mencapai 300 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah pasir putih karena berdasarkan keadaan geologinya adalah batuan granit . Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada sungai besar yaitu sungai Mempaya yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 13,8 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,8 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Air Saga adalah 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 30 mg/l dengan kecerahan antara 4 8 meter dimusim timur dan 3 4 meter pada waktu musim barat . Dasar laut berlumpur dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 9 meter. Dusun Burung Mandi berpenduduk 368 jiwa yang bermukim dipinggir pantai yang bekerja sebagai buruh tambang , pedagang, nelayan dan petani. Dari jumlah penduduk tersebut, 784 jiwa merupakan penduduk usia sekolah, dimana 103 diantaranya tidak bersekolah. Penduduk desa ini yang bersekolah meliputi 287 orang bersekolah di SD, 252 orang bersekolah di SLTP, 118 orang bersekolah di SLTA serta 24 orang bersekolah setingkat Perguruan Tinggi. Kawasan kepulauan Momparang. Kawasan kepulauan Momparang merupakan kawasan yag tidak berpenduduk, hanya pulau Momperak yang sering disinggahi oleh nelayan ketika melaut untuk mengambil air bersih karena dipulau ini ada sumber air bersih berupa sumur. Oleh sebab itu dipulau ini terdapat pondok tempat peristirahatan para nelayan. Pulau ini ditempuh dalam waktu 1,5, jam dari kota Manggar atau 30 menit dari pantai Burung Mandi dengan menggunakan perahu motor 12 PK. Penggunaan tanah di kepulauan ini hanya kebun kebun kelepa dan hutan mangrove . Atraksi alam di kepulauan Momperang adalah terumbu karang bawah laut karena dasar laut dengan kedalaman 12 meter masih tampak dari permukaan. Disamping itu pemandangan ke pulau pulau yang lainya disekitar pulau tersebut merupakan atraksi yang cukup potensial . Lebar pantai pulau Momperak mencapai 400 meter dengan medan terjal . Tanah pantainya adalah pasir putih sebagai hasil pelapukan batuan granit baik didarat maupun di laut. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena luas pulau hanya 1 HA. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 14 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 3 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai pulau Momperak dan perairan kepulauan Momparang adalah 28 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 30 mg/l dengan kecerahan antara 12 20 meter dimusim timur dan 3 4 meter pada waktu musim barat. Dasar laut berupa pasir putih dan karang dengan arus cukup kuat dan gelombang cukup kuat . Kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 12 meter.

Jenis terumbu karang yang ada diperairan ini adalah Acropora, Seratopora, Echinopora, Pactinia, Montipora, Alveopora, dan Dedronehty yang merupakan karang karang indah. Di kawasan ini tidak ada penduduk menetap, penduduk datang ke kepulauan ini untuk memanen kelapa atau singgah ke pulau Momperang untuk mengambil air bersih. Kawasan pantai Tanjung Kiras dan perairannya. Kawasan pantai Tanjung Kiras dan perairannya terletak dusun Tembelan desa Membalong Kecamatan Membalong , berjarak 67 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Penggunaan tanah di desa Membalong meliputi permukiman, hutan lindung serta kebun capuran . Atraksi alam di pantai Tanjung Kiras adalah pemandangan pulau Seliu dan pulau Seribu disebelah barat lau dan barat daya pantai tersebut . Disamping itu atraksi alam lainnya adalah pemandangan bukit granit yang disebut Bukit Baginde oleh penduduk setempat. Atraksi budaya masih dipertahankan oleh penduduk setempat karena di kecamatan ini tidak pernah terjadi asimilasi dengan pendatang dari luar Belitung . Hal ini terjadi karena tidak pernah ada aktivitas penambangan timah diwilayah kecamatan ini. Lebar pantai Tanjung Kiras mencapai 500 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah pasir putih karena berdasarkan keadaan geologinya adalah batuan granit . Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena ada beberapa sungai kecil yang mengalir dikawasan ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 13,9 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,8 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Air Saga adalah 29 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 30 mg/l dengan kecerahan antara 4 8 meter dimusim timur dan 3 4 meter pada waktu musim barat . Dasar laut berpasir dengan arus tenang, gelombang tenang dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 4 meter. Penduduk yang tinggal dikawasan ini pada umumnya adalah peladang berpindah karena rata rata adalah petani lada putih sekaligus merangkap nelayan . Dengan gambaran penduduk seperti demikian, tidak ada data pendidikan di wilayah sekitar kawasan ini.

Kawasan pantai Batu Itam dan perairannya. Kawasan pantai Batu Itam dan perairannya terletak desa Betu Itam yang merupakan wilayah pinggiran kota Tanjung Pandan sebelah utara , berjarak 8 km dari kota Tanjung Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Penggunaan tanah di desa Batu Itam meliputi permukiman, jasa perdagangan , kebun campuran serta hutan mangrove. Tidak ada atraksi alam di pantai Batu Itam karena ketebalan mangrovenya . Lebar pantai Batu Itam mencapai 1500 meter dengan medan landai. Tanah pantainya adalah lumpur karena berdasarkan keadaan geologinya adalah batuan granit dan pasir lempung. Drainase dikawasan pantai tergolong lancar karena topografi wilayah ini adalah perbukitan. Di pantai Batu Itam hutan mangrove masih tebal karena tidak ada aktivitas nelayan yang melaut melalui pantai ini. Tinggi ombak rata rata waktu pasang adalah 12 cm, sedangkan pada waktu surut, tinggi ombak rata rata hanya 2,4 cm. Suhu rata rata dikawasan pantai Batu Itam adalah 30 C. Tingkat salinitas perairan mencapai 26 mg/l dengan kecerahan antara 4 8 meter dimusim timur dan 1 2 meter pada waktu musim barat. Dasar laut berlumpur dengan

10

arus agak kuat, gelombang agak kuat dan kedalaman laut dalam jarak 1 mil laut dari garis pantai maksimal 5 meter. Desa Batu Itam berpenduduk 1680 jiwa yang bermukim tidak dipinggir pantai. Penduduk desa Batu Itam bekerja sebagai karyawan, pedagang, nelayan dan petani. Dari jumlah tersebut, 448 jiwa diantaranya merupakan penduduk usia sekolah, dimana 51 orang tidak bersekolah. Penduduk yang bersekolah di SD adalah 151 orang, di SLTP 162 orang, di SLTA sebanyak 98 orang dan setingkat Perguruan Tinggi sebanyak 6 orang. Mengacu pada pertimbangan hukum yang berasal dari berbagai sumber seperti yang telah disebutkan diatas UU No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata, Keputusan Dirjen Pariwisata No. Kep 17/U/II/1988 tentang Obyek Wisata, Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 18 Tahun 1990 Tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata serta Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata. wilayah-wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi pengembangan pariwisata adalah (Peta 1) : 1) Kawasan Pantai Tanjung Kelayang dan sekitarnya (Pulau Lengkuas); 2) Kawasan Pantai Tanjung Tinggi; 3) Kawasan Pantai Tanjung Binga; 4) Kawasan Pantai Tanjung Pendam; 5) Kawasan Pantai Air Saga; 6) Kawasan Pantai Burung Mandi; 7) Kawasan Pulau Momperang; 8) Kawasan Pantai Tanjung Kiras; 9) Kawasan Pantai Batu Itam. Namun demikian pembangunan pariwisata mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, terlebih lagi pembangunan pariwisata bahari. Pembangunan pariwisata bahari membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana dikawasan pantai atau perairanya yang praktis akan mengganggu kehidupan biota laut dan pantai, apalagi jika aktivitas kepariwisataan sudah mulai dilakukan baik oleh pelaku usaha maupun oleh wisatawan. Oleh sebab itu pembangunan kawasan pariwisata bahari harus mempertimbangkan nilai ekonomis kewilayahannya secara eksisting walaupun secara kriteria umum dan khusus suatu kawasan sudah mencukupi persyaratan untuk dijadikan kawasan pariwisata. Hal ini perlu dilakukan mengingat pembangunan pariwisata itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor manusia, khususnya penduduk disekitar kawasan. Contoh kasus tidak berkembangnya pariwisata di Bukit Tinggi oleh Bukit Tinggi Tourism Development pada tahun 1992 adalah karena penolakan oleh masyarakat Bukit Tinggi itu sendiri ( Tri Budi Satrio, 2000 ). Oleh sebab itu pembangunan kawasan pariwisata bahari di Kabupate Belitung perlu melihat aspek kependudukannya walaupun tidak ada parameter tehnisnya mengenai mendukung tidaknya masyarakat terhadap pembangunan pariwisata serta nilai ekonomis kewilayahan secara eksisting. Di kabupaten Belitung , hasil perikanan menjadi komoditas utama setelah berakhirnya penambangan timah. Oleh sebab itu potensi perikanan disetiap kawasan pariwisata yang telah ditetapkan tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk pembahasan ini. Pada 9 kawasan yang ditetapkan tersebut memiliki potensi komoditas perikanan sebagaimana Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Potensi Perikanan Pantai Desa Pesisir di Kawasan 9 Obyek Wisata Kabupaten Belitung.

11

Komoditas Perikanan Pantai Udang, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-Cumi, Tanjung Kelayang Ubur-Ubur, Teripang 2 Udang, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-Cumi, Tanjung Tinggi /Keciput Ubur-Ubur, Teripang 3 Udang, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-Cumi, Tanjung Binga Ubur-Ubur, Teripang 4 Tanjung Pendam Kijing 5 Air Saga Udang, Kepiting Bakau 6 Udang, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-Cumi, Pantai Burung Mandi/ Ubur-Ubur, Teripang 7 Udang, Rajungan, Kepiting Bakau, Cumi-Cumi, Kepulauan Momparang Kerang 8 Tanjung Kiras Tidak ada data 9 Batu Itam Udang, Rajungan, Kepiting Bakau Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung, 2001

No 1

Desa / Kawasan Pariwisata

Dari tabel 3 diketahui bahwa potensi komoditas perikanan pantai di kawasan Tanjung Pendam tidak beragam, namun di kawasan lainnya sangat beragam. Akan tetapi pertimbangan untuk tetap mempertahankan kawasan tersebut sebagaimana adanya yaitu hanya sebagai kawasan perikanan tangkap tidak perlu dipertahankan mengingat hanya dengan kegiatan perikanan tangkap pada umumnya nelayan di perairan Belitung tidak akan berkembang karena kegiatan perikanan tangkap tidak memberikan peningkatan ekonomi yang berarti bagi pendapatan masyarakat nelayan, dibandingkan dengan pariwisata yang memiliki banyak peluang bagi masyarakat disekitarnya untuk menambah penghasilan. Disamping itu ke 9 wilayah pengembangan pariwisata tersebut dikaji potensinya dengan menggunakan kriteria umum yang telah ditentukan. Adapun kajian tersebut terdapat dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Potensi Sosial Ekonomi Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung
No Kaw. Wisata Pt. Tj. 1 Kelayang 2 Pt. Tj. Tinggi 3 Pt. Tj. Binga 4 Pt. Tj. Pendam Persebaran pddk Sedikit & tdk merata Tidak ada Padat & merata Padat & merata Sedikit & tdk merata sedikit & tdk merata Tidak ada sedikit & tdk merata Penggunaan Tanah Permukiman, jasa, kebun Hutan, Tidak ada Tidak ada semak belukar Perikanan, tani, Permuk, Nelayan, petani industri, jasa industri, kebun Pegawai, pedagang Perdagangan Permukiman Terumbu Nelayan, Perikanan, karang, pegawai pertanian mangrove Perikanan, Mangrove, pertanian permuk, kebun Nelayan, petani Mangrove, Tidak ada Tidak ada semak belukar Hutan, Nelayan, tani, Perikanan, tani, mangrove, tambang Perdag permukiman Hutan, mangrove, belukar Nelayan, petani Tidak ada Mata pencaharian Nelayan, petani, dagang Kegiatan ekonomi Perikanan, pertanian % pddk sekolah 84 84 61 77 79 % pddk tdk sekolah 16 16 39 23 21

5 Pt. Air Saga 6 Pt. Br. Mandi 7 P. Momperang

87 87 86

13 13 14

8 Pt. Tj. Kiras

89

11

9 P. Batu Itam

Tidak ada

Sumber : Pengolahan data, 2003

12

Berdasarkan tabel 4 potensi sosial - ekonomi tersebut maka terdapat kawasan wisata yang berpotensi untuk lebih dikembangkan yakni Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Air Saga, Pulau Momperang, Pantai Tanjung Kiras dan Pantai Batu Itam. Selain kriteria sosial ekonomi, dilakukan juga kajian terhadap kriteria umum fisik seperti terlihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Potensi Fisik Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung.
No Kawasan Wisata Medan Iklim Drainase Geologi Lebar pantai Kondisi Pantai Pasir Putih, Pantai Berbatu, Baringtonia, Semak Pasir Putih, Pantai Berbatu, Baringtonia, Mangrove, Semak Pasir Putih, Pantai Berbatu, Mangrove Pasir Putih, Cemara, Ketapang, Akasia, Semak Pasir Putih, Mangrove, Semak Pasir Putih, Pantai Berbatu, Baringtonia, Semak Pasir putih , Cemara, Baringtonia, Hutan Tropis, Mangrove, Semak Pasir, Pantai Berbatu, Mangrove Pantai Berlumpur, Baringtonia, Mangrove

Pantai Kelayang

Tj.

Agak Landai

Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Batuan Granit

500 m

Pantai 2 Tinggi

Tj. Landai

Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Batuan Granit

250 m 200 m

3 Pantai Tj. Binga

Agak terjal

Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Granit, Ps.Lempung

Pantai 4 Pendam

Tj. Landai

Hujan pada Sep-Mar Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Granit, Ps.lempung Granit, Ps.lempung

250 m 500 m

5 Pantai Air Saga

Landai

Lancar

Pantai 6 Mandi

Br. Landai

Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Batuan Granit

1.000 m

Pulau 7 Momperang

Terjal

Hujan pada Sep-Mar Hujan pada Sep-Mar

Lancar

Batuan Granit

300 m

8 Pantai Tj. Kiras

Terjal

Lancar

Batuan Granit

500 m

Pulau Bt. Itam Landai

Hujan pada Sep-Mar Lancar

Granit, Ps.lempung

1.500 m

Sumber : Pengolahan data, 2003

Berdasarkan tabel 5 tersebut terdapat kawasan wisata yang secara fisik wilayah aman dan tidak akan mengganggu kegiatan pariwisata, yakni pada Pantai Tajung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Pendam, Pantai Air Saga, Pantai Burung Mandi dan Pulau Batu Itam. Kriteria lain dalam pemilihan lokasi pantai yang sesuai untuk lokasi pariwisata dilakukan dengan menggunakan matriks pemilihan lokasi dengan variabel lebar pantai

13

(m), kejernihan air, kekayaan biota, bahan dasar laut, suhu, kekuatan gelombang, kekuatan arus dan kedalaman laut, hasilnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Kriteria Kondisi Kelautan untuk Pemilihan Lokasi Pariwisata bahari Belitung
No Kawasan Wisata Kecerahan (m) 2 5 5 Kekayaan biota Dasar laut pasir putih Berpasir Suhu (C) 28 -30 28 Arus Tenang Tenang Kedalaman Laut Gelom-bang (m) tenang tenang 5 5

1 Pt. Tj. Kelayang 2 Pt. Tj. Tinggi

3 Pt. Tj. Binga

4 Pt. Tj. Pendam 5 Pt. Air Saga 6 Pt. Br. Mandi 7 P. Momperang 8 Pt. Tj. Kiras 9 P. Batu Itam

5 5 5 12 20 6 6

Ikan Ikan udang, rajungan, kepiting, bakau, Berpasir cumi-cumi, ubur-ubur, teripang Kijing Berpasir Kijing Berlumpur Ikan berlumpur Terumbu karang karang Ikan Berpasir Kijing Berlumpur

29

cukup kuat

Cukup Kuat

28 30 30 30 30 29

Tenang Agak Kuat Tenang cukup kuat Tenang Agak Kuat

tenang Agak kuat tenang Cukup kuat tenang Agak kuat

5 5 9 12 4 5

Sumber : Pengolahan data, 2003

Berdasarkan kriteria tersebut maka terdapat lokasi-lokasi yang dapat untuk dikembangkan pariwisata bahari yakni Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Binga, Pantai Tanjung Pendam, Pantai Burung Mandi, Pulau Momperang, dan Pulau Batu Itam. Disamping kriteria diatas ada hal yang harus dipertimbangkan untuk melihat kesesuaian daya dukung terhadap kawasan yang ditetapkan berdasarkan perspektif pembangunan pariwisata itu sendiri yaitu apakah suatu obyek wisata sudah dikenal oeh wisatawan atau belum melalui kunjungannya ke obyek wisata tersebut serta ketersediaan fasilitas wisata sebagaimana digambarkan pada tabel 23 berikut :
Tabel 7. Ketersediaan fasilitas dan dikenalnya obyek oleh Wisatawan .
Kawasan Pariwisata Tanjung Pendam Air Saga Batu Itam Tanjung Binga Batu Itam Tanjung Tinggi Tanjung Kelayang Pantai Burung Mandi/ Kepulauan Momparang Tanjung Kiras Fasilitas Restoran, Panggung Pertunjukan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Restoran, Kamar Bilas Cottage, Restoran, Kamar Bilas Cottage, Restoran, Kamar Bilas Tidak Ada Tidak Ada Sudah / Belum Dikunjungi Sudah Belum Belum Belum Belum Sudah Sudah Sudah Belum Belum

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, 2001.

14

Berdasarkan jumlah skoring pada setiap lokasi pariwisata bahari terdapat tingkat kesesuaian wilayah untuk pariwisata bahari sebagaimana yang digambarkan pada Peta 2 yaitu : 1. Kawasan Pantai Tanjung Kelayang memiliki tingkat kesesuaian tinggi untuk kegiatan pariwisata bahari karena mempunyai keadaan sosial ekonomi yang mendukung pariwisata, keadaan fisik dan kondisi kelautan yang sangat mendukung suasana wisata. 2. Kawasan Pantai Tanjung Tinggi memiliki tingkat kesesuaian tinggi untuk kegiatan pariwisata bahari. Secara keadaan fisik dan kondisi kelautan sesuai untuk pariwisata bahari dan sudah ada fasilitas serta dikenal oleh wisatawan. 3. Kawasan Pantai Tanjung Binga memiliki tingkat kesesuaian sedang untuk kegiatan pariwisata bahari, karena mempunyai penduduk yang padat, permukiman yang padat, medan agak terjal, arus dan gelombang yang cukup kuat. 4. Kawasan Pantai Tanjung Pendam memiliki tingkat kesesuaian rendah untuk kegiatan pariwisata bahari, karena mempunyai penduduk yang padat yang merupakan perkotaan (Tanjung Pandan), 5. Kawasan Pantai Air Saga memiliki tingkat kesesuaian rendah untuk kegiatan pariwisata bahari karena walaupun secara sosial ekonomi, fisik dan kelautan sesuai tetapi bahan dasar lautnya berlumpur dengan arus dan gelombang yang cukup kuat; 6. Kawasan Pantai Burung Mandi memiliki tingkat kesesuaian tinggi untuk kegiatan pariwisata bahari karena secara sosial ekonomi mendukung, fisik dan kelautan juga mendukung walaupun dasar lautnya masih berlumpur, tetapi mempunyai arus dan gelombang yang tenang. 7. Kawasan Pulau Momperang memiliki tingkat kesesuaian sedang untuk kegiatan pariwisata bahari, karena tidak mempunyai penduduk, mempunyai hutan mangrove yang luas sehingga harus dijaga kelestariannya, disamping belum ada fasilitas dan belum dikenal oleh wisatawan. 8. Kawasan Pantai Tanjung Kiras memiliki tingkat kesesuaian sedang untuk kegiatan pariwisata bahari. Walaupun belum ada fasilitas dan belum dikenal oleh wisatawan, secara sosial ekonomi mendukung pariwisata, keadaan fisik walaupun terjal tetapi keadaan laut mempunyai arus dan gelombang yang tenang. 9. Kawasan Pantai Batu Itam memiliki tingkat kesesuaian rendah untuk kegiatan pariwisata bahari karena penggunaan tanah didominasi mangrove, bahan dasar laut berlumpur serta keadaan arus dan gelombang yang cukup kuat.

4. KESIMPULAN Tingkat kesesuaian kawasan pariwisata bahari di Kabupaten Belitung berdasarkan daya dukung lingkungannya sesuai dengan Keputusan Dirjen Pariwisata Nomor : Kep17/U/II/1988 didasarkan analisis terhadap variabel perairan (arus laut, gelombang, suhu air laut, tingkat kejernihan/kecerahan, kedalaman laut serta dasar laut), variabel fisik pantai (medan pantai, lebar pantai, kondisi pantai, serta kondisi geologi) serta variabel sosial ekonomi masyarakat (jumlah penduduk, mata pencaharian, pola penggunaan tanah, pendidikan dan fasilitas pariwisata) sekitar kawasan didapatkan wilayah dengan tingkat kesesuaian tinggi, tingkat kesesuaian sedang dan tingkat kesesuaian rendah. Wilayah dengan tingkat kesesuaian tinggi terdapat pada kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan kawasan Pantai Burung Mandi. Sedangkan wilayah dengan tingkat kesesuaian sedang terdapat pada kawasan Pantai Tanjung Binga, Kawasan Kepulauan Momperang dan Pantai Tanjung Kiras. Adapun wilayah dengan tingkat

15

kesesuaian rendah terdapat pada kawasan Pantai Tanjung Pendam, Pantai Air Saga dan kawasan Pantai Batu Itam.

5. DAFTAR PUSTAKA Abdullah T.S., 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan, Penebar Swadaya, Jakarta. Burton, Rosemary; 1995, Travel Geography, Prentice Hall, New York. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belitung, 2001, Rencana Umum Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kabupaten Belitung 2000 2010, BAPPEKAB Belitung, 2000. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung, Data Pokok Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung., 2001. Dinas Pariwisata dan Kabupaten Belitung, Data Pokok Pariwisata Kabupaten Belitung, 2001. Djoko Prawoto, Soeharsono, M. Adrin, Mudjiono, I. Suryana, Subardi, Ibrahim, 1993, Wisata Bahari Pulau Belitung, LP3O LIPI, Jakarta. Foster, Dennis, L., 1995, First Class An Introduction to Travel & Tourism, Edisi Bahasa Indonesia, Terj. dari First Class An Introduction to Travel & Tourism , oleh Tri Budi Satrio,. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gartner, William., C. 1996, Tourism Development : Principles, Processes, and Policies, Van Nostrand Reinhold, New York. Ioannides, D., and Debbage., K.G. 1998, The Economic Geography of the Tourist Industry : A Supply Side Analysis, Routledge, London. Kantor Statistik Kabupaten Belitung, Kabupaten Belitung Dalam Angka 2001, Kantor Statistik Kabupaten Belitung. Mardiatno, D. 1999. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Indomesia : Konsep dan Pengembangannya., Makalah Seminar Peranan Informasi Geografis dalam Menghadapi Millenium III., IGI Jurusan Geografi FMIPA UI, Depok. Mill, Robert, Christie., 2000., Tourism : the International Bussiness Edisi Bahasa Indonesia,. Terj. dari Tourism : the International Bussiness., Oleh ri Budi atrio., PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan ( Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427 ). Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor Kep. 17/U/II/1988 tentang Obyek Wisata.

16

You might also like