You are on page 1of 54

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG Seperti halnya pada orang dewasa, asupan natrium dihubungkan dengan

tekanan darah pada anak- anak. Dibandingkan dengan negara berkembang lain nya, asupan natrium pada anak anak indonesia termasuk tinggi dan melebihi rekomendasi diet natrium yang seharusnya. Karena tekanan darah sangat berperan penting dalam pola kesehatan hidup seseorang, maka asupan tinggi natrium atau konsumsi natrium yang berlebihan pada anak- anak akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskular atau jantung di kemudian hari Peningkatan resiko terjadinya penyakit jantung, juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi. Dalam hal ini dihubungkan dengan asupan makanan yang mengandung natrium dari berbagai tingkat sosial ekonomi, Sehingga asupan makanan sehari hari sangat erat kaitanya dengan tingkat sosial ekonomi dan secara tidak langsung juga berhubungan dengan resiko terjadinya penyakit jantung. Sebagai contoh pada penelitian yang lalu di inggris,dilakukan studi secara cross sectional pada anak-anak dan dewasa, yang hasilnya adalah ternyata didapatkan adanya hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan asupan sayur dan buah. Lalu ditemukan juga ternyata pada anak dari tingkat status ekonomi yang rendah.asupan makanan nya atau dietnya itu lebih buruk dibandingkan dengan dari status ekonomi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, termasuk di dalamnya asupan makanan tersebut adalah natrium. Sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang konsisten antara status sosial ekonomi dengan asupan natrium. Studi di tempat lain di inggris melaporkan bahwa tingkat sosial ekonomi yang rendah mendapat asupan natrium yang lebih tinggi akibat makanan cepat saji,soda dan makanan tidak sehat lain nya. Didapatkan pada status sosial ekonomi yang lebih tinggi asupan makanannya lebih baik. Begitu halnya di australia menyebutkan asupan natrium lebih tinggi pada tingkat sosial ekonomi yang rendah.

Berbeda pada amerika serikat, tidak ditemukan adanya hubungan asupan natrium dengan tingkat sosial ekonomi. Sehingga tujuan dari studi ini adalah untuk mencari hubungan asupan natrium dengan tingkat sosial ekonomi pada anak anak umur 13-15 tahun atau anak usia sekolah menengah pertama di Indonesia, sekaligus mengidentifikasi sumber asupan natrium diperoleh dari makanan apa saja. Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit yang banyak dijumpai di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyebab kematian pertama di dunia dan kedua di Indonesia.
1,2

Penyakit ini dapat terjadi pada


3,4

seluruh lapisan masyarakat, bahkan sering terjadi pada masyarakat dari kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah sebanyak lebih dari 80%. ekonomi dan budaya.
1

Risiko terjadinya

penyakit ini diakibatkan oleh tingkah laku atau gaya hidup, metabolisme, serta sosial Sebanyak 80% penyakit ini diakibatkan oleh faktor risiko gaya hidup, berupa diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan kebiasaan merokok serta minum alkohol. 1,4 Penyakit ini banyak terjadi pada usia kurang dari 60 tahun dan mulai meningkat pada usia lebih dari 45 tahun, namun penyakit ini juga dapat muncul pada usia yang lebih muda, yaitu lebih dari 25 tahun.
5,6,7

Adanya

penyakit jantung dan pembuluh darah ini juga dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Morbiditas dan mortalitas dari penyakit jantung dan pembuluh darah dapat dikurangi dengan cara intervesi faktor risiko yang ada. 3 Berdasarkan data internasional yang didapatkan dari data statistik World Health Organization (WHO), terdapat 17,3 juta orang yang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah pada tahun 2008 dengan perkiraan 7,3 juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 6,2 juta orang meninggal akibat strok. Diperkirakan pada tahun 2030, sebanyak 23,6 juta orang akan meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. 1 Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, terdapat prevalensi beberapa faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum) 19,1%, obesitas sentral 18,8%, diabetes melitus di daerah perkotaan 5,7%, sering (satu kali atau lebih setiap hari) makan makanan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak (tinggi lemak) 12,8%, kurang sayur buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%,
2

dan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6%. 4,5 Berdasarkan data kecamatan Cilandak, terdapat 1209 orang dengan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada penduduk usia 25-64 tahun pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2011 terdapat peningkatan penduduk dengan usia 25-64 tahun yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi 1456 orang. 1.2. RUMUSAN MASALAH Apakah ada hubungan antara tingkat status sosial ekonomi dengan asupan garam(natrium) pada anak anak indonesia sekolah menngah pertama usia 1315 tahun SMP Negeri 43 kelurahan mampang prapatan kecamatan mampang prapatan.

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum Untuk menilai hubungan antara tingkat status sosial ekonomi dengan asupan garam(natrium) pada anak anak indonesia sekolah menngah pertama usia 1315 tahun SMP Negeri 43 kelurahan mampang prapatan kecamatan mampang prapatan. Meningkatkan kualitas hidup pada masyarakat dengan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang meliputi gaya hidup, penyakit kronis, status gizi, dan karakteristik responden pada masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk menganalisis hubungan sosial ekomomi dengan pola konsumsi makanan Untuk menganalisa pola konsumsi makanan dengan status gizi Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi dan tingkan pengetahuan atau pendidikan orang tua

Untuk mengetahui sumber asupan garam atau natrium pada anak indonesia usia 13-15 tahun atau usia sekolah mengah pertama 1. Mengetahui hubungan antara gaya hidup yang meliputi merokok, alkohol, aktivitas fisik, dan stres dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 2. Mengetahui hubungan antara penyakit kronis yang meliputi hipertensi dan diabetes mellitus dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 3. Mengetahui hubungan antara status gizi yang meliputi asupan makan dan obesitas dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 4. Mengetahui hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 1.4. HIPOTESIS PENELITIAN Terdapat hubungan anrara tingkat sosial ekonomi dengan asupan natrium pada anak indonesia usia 13-15 tahun atau anak usia sekolah menengah pertama 1. Terdapat hubungan antara gaya hidup yang meliputi merokok, alkohol, aktivitas fisik, dan stres dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 2. Terdapat hubungan antara penyakit kronis yang meliputi hipertensi dan diabetes mellitus dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 3. Terdapat hubungan antara status gizi yang meliputi asupan makan dan obesitas dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 4. Terdapat hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan dengan kualitas hidup masyarakat usia 25

sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 1.5. MANFAAT PENELITIAN

Bagi puskesmas, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang masalah yang berhubungan dengan asupan natrium pada anak anak dan kaitanya dangan tingkat sosial ekonomi sehingga dapat mencegah terjadinya resiko penyakit kardiovaskular Bagi pemerintah kecamatan penelitian ini dapat mencari tahu gambaran tentang resiko terjadinya penyakit kardiovaskular sedini mungkin dari tingkat asupan natrium dari berbabagai tingkat status soisla ekonomi masyarakat daerah kecamatan mampang Bagi institusi pendidikan manfaatnya adalah lebih memperkenalkan universitas trisakti kepada masyarakat sekaligus menambah kepustakaan pada jurnal universitas trisakti dan merealisasikan Tri Dharma. 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dengan kualitas hidup. 2. Bagi puskesmas, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang masalah yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat mencegah dengan edukasi pada pasien yang memiliki faktor risiko tersebut. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Cilandak, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menurunkan angka kejadian pada masyarakat sekitar dan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat yang berhubungan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.

1.6.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1. Ruang lingkup tempat Lokasi penelitian adalah di SMPN 43 Kelurahan mampang prapatan,

kecamatam mampang prapatan, jakarta selatan, DKI Jakarta. 1.6.2. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai maret tahun 2013 1.6.3. Ruang lingkup materi Materi dibatasi pada anak anak dengan usia 13 sampai 15 tahun atau setara dengan anak kelas 7,8,9 sekolah menengah pertama

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

2.1.1.

Definisi

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) merupakan penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan pembuluh-pembuluh darah. (jantung) dan vaskular (pembuluh darah) sulit dipisahkan. 8 Beberapa penyakit yang termasuk kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi, penyakit jantung koroner (termasuk angina pektoris, infark miokard akut), penyakit pembuluh darah otak (TIA=transient ischemic attack, strok), penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung rematik, gagal jantung, penyakit jantung katup, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung bawaan, kardiomiopati, dan lain-lain. 9 2.1.2. Epidemiologi
8

Keduanya sulit

dipisahkan dalam manajemen maupun pembahasannya, sehingga istilah kardio

Pada tahun 2030, diperkirakan kematian penyakit jantung dan pembuluh darah di dunia meningkat menjadi 23.6 juta.
9

Berdasarkan laporan World Health

Organization (WHO) tahun 2011, diperkirakan total kematian tahun 2008 di Asia Tenggara sebanyak 14,5 juta orang dengan 7,9 juta (55%) disebabkan karena penyakit tidak menular. Penyakit kardiovaskular (CVDs) sendiri menyumbang 25% dari semua kematian. Di Indonesia, angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 42% pada tahun 1995 menjadi 60% pada tahun 2007. 5,8 Hasil Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi beberapa penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran

tekanan darah) sangat tinggi, yaitu sebesar 31,7%, sedangkan penyakit jantung 7,2%, dan stroke 8,3 per 1000 penduduk. 5 Strok merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai 15,4%, sedangkan hipertensi 6,8%, penyakit jantungiskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. Angka kematian pada kelompok usia 45- 54 tahun di daerah perkotaan akibat strok 15,9% yang merupakan penyebab utama kematian, penyakit jantung iskemik 8,7%, hipertensi dan penyakit jantung lain masing masing 7,1%, sedangkan di pedesaan akibat strok 11,5% yang menempati peringkat kedua setelah TB, hipertensi 9,2%, dan penyakit jantung iskemik 8,8%. Sementara itu, angka kematian pada kelompok usia 55- 64 tahun di daerah perkotaan akibat strok 26,8% sebagai penyebab utama kematian, hipertensi 8,1%, penyakit jantung iskemik 5,8%, dan penyakit jantung lain 4,7%. Sedangkan di pedesaan akibat strok 17,4% juga merupakan penyebab utama kematian, hipertensi 11,4%, penyakit jantung iskemik 5,7%, dan penyakit jantung lain 5,1%. 8 Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi beberapa faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti berat badan lebih dan obesitas (obesitas umum) 19,1%, obesitas sentral 18,8%, diabetes melitus di daerah perkotaan 5,7%, sering (satu kali atau lebih setiap hari) makan makanan asin 24,5%, sering makan makanan berlemak (tinggi lemak) 12,8%, kurang sayur buah 93,6%, kurang aktivitas fisik 48,2%, gangguan mental emosional 11,6%, perokok setiap hari 23,7%, dan konsumsi alkohol 12 bulan terakhir 4,6%. 2.1.3. Faktor Risiko Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meliputi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu riwayat keluarga, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dibagi berdasarkan faktor risiko tingkah laku (merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan, dan kurang aktivitas fisik), faktor risiko biologis

(diabetes melitus, dislipidemia, obesitas umum dan sentral, serta hipertensi) dan stres. 6,8 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi 1. Riwayat keluarga Riwayat keluarga dalam hal ini adalah kecenderungan terdapat penyakit keturunan. Penyakit keturunan adalah menderita atau mendapat sesuatu (penyakit dan sebagainya) yg menurun dari generasi sebelumnya.
10

Adanya

riwayat keluarga dekat yang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. 2. Umur Umur adalah umur responden saat dilakukan penelitian. di atas 65 tahun untuk perempuan. 3. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah ciri atau karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang adalah laki-laki atau perempuan. perempuan. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi 1. Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg.
10,13 12 11

Risiko penyakit

jantung dan pembuluh meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan

Jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan

Risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab

tersering penyakit jantung koroner dan strok, serta faktor utama dalam gagal jantung kongestif. Studi yang ada menyebutkan bahwa risiko gagal jantung kongestif meningkat sebesar 6 kali pada pasien dengan hipertensi. 2. Merokok Merokok adalah suatu aktivitas menghisap ataupun menghirup asap rokok dengan membakar tembakau rokok, pipa, atau cerutu. 12 Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida. Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol-HDL ("kolesterol baik"), peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner. 8 Prevalensi penggunaan tembakau bervariasi secara signifikan di seluruh negaranegara anggota Asia Tenggara. Merokok lebih tinggi di kalangan laki-laki sementara pada wanita biasanya digunakan untuk mengunyah tembakau. Prevalensi penggunaan berbagai macam asap tembakau saat ini berkisar dari 26% di India dan 61% di Indonesia pada laki-laki dan kurang dari 1% di Sri Lanka dan 29% di Nepal pada wanita. 3. Konsumsi alkohol Alkohol adalah salah satu dari serangkaian senyawa kimia organik di mana hidrogen (H) terikat pada atom karbon yang diganti dengan hidroksil (OH). Alkohol bereaksi dengan asam membentuk ester dan dengan logam alkali untuk membentuk alkoholat. Alkohol terbuat dari gula, pati, dan karbohidrat lain dengan fermentasi dengan ragi, dan sintetis dari etilen atau asetilen. Alkohol telah digunakan dalam minuman dan sebagai kendaraan, pelarut, pengawet, pendingin, dan desinfektan, serta telah digunakan secara internal sebagai analgesik, antipiretik, dan obat penenang. 14 4. Diabetes mellitus Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

10

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. 15 Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Gejala tidak khas DM antara lain adalah kesemutan, gatal di daerah kemaluan, keputihan, infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, gangguan ereksi, dan lain-lain. Diagnosis pada DM dapat ditegakkan bila: a. b. c. Keluhan khas; gula darah (GD) sewaktu 200 mg/dL, atau GD puasa 126 mg/dL. Keluhan tidak khas; GD sewaktu 200 mg/dL, atau GD puasa 126 mg/dL, pada 2 kali pemeriksaan dengan waktu yang berbeda. Bila hasil pemeriksaan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Kadar glukosa darah 2 jam sesudah pembebanan glukosa oral 75 gram (300 kalori), yaitu: 140 mg/dL (Tidak DM) 140-199 mg/dL (Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 200 mg/dL (DM).

Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Target pengobatan pada pasien dengan DM adalah kadar HbA1C 6, kadar gula darah puasa <110 mg/dL, atau gula darah 2 jam PP <135 mg/dL. 16 5. Obesitas Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan berat badan lebih dari 20% berat badan normal atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat. Berat badan normal bila IMT antara 18,5-22,9 kg/m2, berat badan lebih bila IMT=23-24,9 kg/m2, dan obesitas bila IMT>25 kg/m2.
17

Berat badan lebih dan

11

obesitas disebut obesitas umum. Fakta menunjukkan bahwa distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut 90 cm untuk laki- laki dan 80 cm untuk perempuan (obesitas sentral) akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. 8 6. Kurang aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh gerakan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
17,18

Beberapa studi menunjukkan

adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh termasuk meningkatkan kemampuan seksual, dan meningkatkan kesegaran jasmani. 8 7. Asupan makanan Asupan makanan adalah jumlah atau intake dari gizi makanan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari. Dewasa ini, perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori, lemak, protein, dan garam tinggi, tetapi rendah serat pangan (dietary fiber). Jenis makanan ini membawa konsekuensi terhadap perubahan status gizi menuju gizi lebih (kelebihan berat badan tingkat ringan atau berat badan lebih, yaitu IMT=25-27 kg/m2) dan obesitas (kelebihan berat badan tingkat berat, yaitu IMT>27 kg/m2) yang memicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, khususnya penyakit jantung koroner. Berat badan normal, IMT berkisar antara 18,5-24,9 kg/m2, sedangkan berat badan kurang, IMT <18,5 kg/m2. 8 8. Stres

12

Stres adalah reaksi tubuh berupa serangkaian respon yang bertujuan untuk mengurangi dampak. 8,19 Stresor adalah pengalaman traumatik yang luar biasa yang dapat meliputi ancaman serius terhadap keamanan atau integritas fisik dari individu atau orangorang yang dicintainya (misalnya bencana alam katastrofik, kecelakaan, peperangan, serangan tindakan kriminal, dan perkosaan), atau perubahan mendadak yang tidak biasa dan perubahan yang mengancam kedudukan sosial dan/atau jaringan relasi dari yang bersangkutan, seperti kedukaan yang bertubitubi atau kebakaran. Risiko terjadinya gangguan ini makin bertambah apabila ada kelelahan fisik atau faktor organik lain, misalnya usia lanjut. 8 Respon tubuh terhadap stres merupakan reaksi tubuh terhadap stres yang menimbulkan respon adaptasi dan memperbaiki keseimbangan yang terdiri atas: 1. Respon neurotransmiter terhadap stres Stresor mengaktifkan sistem noradrenergik pada otak dan menyebabkan pengeluaran katekolamin dari sistem saraf otonomik. Selain noradrenergik, stresor juga mengaktivasi sistem serotonergik di otak dengan peningkatan ambilan kembali seronin. Juga terjadi peningkatan dopaminergik pada mesoprefrontal. Akibat dari peningkatan sistem saraf otonom adalah meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. 2. Respon endokrin terhadap stres Respon terhadap stres corticotropin-releasing factor (CRF) sebagai neurotransmiter, disekresikan dari hipotalamus ke sistem portal hipofisepituitari. CRF pada pituitari anterior memicu pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH yang dilepas ini menstimulasi sintesis dan pelepasan glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri mempunyai banyak sekali efek di dalam tubuh, tetapi peranannya dapat disimpulkan secara singkat, yaitu meningkatkan penggunaan energi, meningkatkan aktivitas kardiovaskular sebagai respons f/ight atau fight, serta menghambat fungsi seperti pertumbuhan, reproduksi, dan imunitas.

13

3.

Respon imun terhadap stres Respon terhadap stres juga terjadi akibat penghambatan pada fungsi imun oleh glukokortikoid. Akan tetapi penghambatan ini dapat merupakan kompensasi dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) untuk meredakan efek fisiologis lain dari stres. Stres dapat meningkatkan aktivitas imun melalui berbagai jalan. CRF sendiri dapat menstimulasi pelepasan norefineprin melalui reseptor CRF yang berada di locus seruleus yang mengaktivasi sistem saraf simpatis, keduanya secara sentral dan periferal serta meningkatkan pelepasan efineprin dari medula adrenal. Adanya hubungan yang langsung antara neuron norefineprin yang bersinap pada target sel imun, menyebabkan aktivasi imun yang sangat besar ketika berhadapan dengan stresor, termasuk pelepasan faktor imun humoral (sitokin) seperti interleukin-1 (IL-a) dan IL.-6. Sitokin ini sendiri dapat melepaskan CRF, yang secara teori dapat menyebabkan peningkatan efek glukokortikoid dan membatasi aktivasi imun.

Gejala stres Gejala stres dapat bervariasi, tergantung pada beratnya stresor dan waktu 1. Fisik Jantung berdebar-debar lebih cepat dan tidak teratur, pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat, muka merah, otot-otot tegang, nafsu makan berubah, sulit tidur, gugup, sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguan pencernaan, sering buang air kecil, dada sesak, rasa sakit/nyeri yang tidak jelas, susah buang air besar atau sebaliknya diare, kesemutan, dan nyeri ulu hati. 2. Mental Merasa tertekan, menarik diri, bingung, kehilangan kesadaran, depresi, kecemasan tak bisa rileks, kemarahan, kekecewaan, overaktif, dan agresif. 2.2. KUALITAS HIDUP

2.2.1.

Definisi
14

Pengertian mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya. Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup. Kualitas hidup bukan berarti hanya tidak ada keluhan saja, akan tetapi masih ada hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya. 16,21

Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993) mengungkapkan bahwa konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, definisi ini dikenal dengan sebutan Calmans Gap. Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya, dicontohkan dengan membandingkan suatu keadaan antara dimana seseorang berada dengan dimana seseorang ingin berada. Jika perbedaan antara kedua keadaan ini lebar, ketidakcocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil. 22

Konsep kualitas hidup menurut WHOQoL (World Health Organization Quality of Life) digunakan sebagai kerangka acuan untuk menggali kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya (WHOQoL Group, 1994). 16

Beranjak dari konsep di atas, empat domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif (WHOQoL Group, 1994). 16

Secara umum terdapat 4 bidang (domains) yang dipakai untuk mengukur kualitas

15

hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World Health Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan, sedangkan secara rinci bidang-bidang yang termasuk kualitas hidup adalah sebagai berikut: 16 1. Kesehatan fisik (physical health): nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas sehari-hari, dan kemampuan kerja. 2. Kesehatan psikologis (psychological health): cara berpikir, konsentrasi, belajar, memori, afek positif, spiritualitas, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan efek negatif. 3. 4. Hubungan sosial (sosial relationship): hubungan sosial, dukungan sosial. Lingkungan (environment): keamanan, lingkungan rumah, kepuasan kerja, keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan, kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas santai, lingkungan rumah, kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi.

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain. Menurut Schipper yang dikutip oleh Ware (1992) mengemukakan kualitas hidup sebagai kemampuan fungsional akibat penyakit dan pengobatan yang diberikan menurut pandangan atau perasaan pasien. Menurut Donald yang dikutip oleh Haan (1993), kualitas hidup berbeda dengan status fungsional, dalam hal kualitas hidup mencakup evaluasi subyektif tentang dampak dari penyakit dan pengobatannya dalam hubungannya dengan tujuan, nilai dan pengharapan seseorang, sedangkan status fungsional memberikan suatu penilaian obyektif dari kemampuan fisik dan emosional pasien. 16 2.2.2. Pengukuran Kualitas Hidup

16

Menurut Guyatt dan Jaescke yang dikutip oleh Ware dan Sherbourne (1952), kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. 16

Secara garis besar, instrumen untuk mengukur kualitas hidup dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu instrumen umum (generic scale) dan instrumen khusus (specific scale). Instrumen umum ialah instrumen yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup secara umum pada penderita dengan penyakit kronik. Instrumen ini digunakan untuk menilai secara umum mengenai kemampuan fungsional, ketidakmampuan dan kekuatiran yang timbul akibat penyakit yang diderita. Salah satu contoh instrumen umum adalah the Sickness Impact Profile (SIP), the Medical Outcome Study (MOS) 36-item short-form Health Survey (SF-36). Sedangkan instrumen khusus adalah instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu yang khusus dari penyakit, populasi tertentu (misalnya pada orang tua) atau fungsi yang khusus (misalnya fungsi emosional), contohnya adalah The Washington Psychosocial Seizure Inventory (WPSI), The Liverpool Group, The Epilepsy Surgery Inventory(ESI-55) The MOS (SF - 36) merupakan salah satu contoh instrumen pengukuran kualitas hidup yang dipakai secara luas untuk berbagai macam penyakit, merupakan suatu isian berisi 36 pertanyaan yang disusun untuk melakukan survey terhadap status kesehatan yang dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica.

SF 36, adalah instrument non spesifik yang biasanya banyak di gunakan pada hampir semua penelitian penyakit kronis dan bisa juga digunakan untuk menilai kualitas hidup pada populasi yang sehat. SF 36 telah terbukti dapat dipakai untuk dapat menilai kualitas hidup penderita penyakit kronis. SF 36 berisi 36 pertanyaan yang terdiri dari 8 skala, yaitu: 20,21 1. Fungsi Fisik (Physical Functioning): Terdiri dari 10 pertanyaan yang menilai kemampuan aktivitas seperti berjalan, menaiki tangga, membungkuk, mengangkat, dan gerak badan. Nilai yang rendah menunjukkan keterbatasan

17

semua aktivitas tersebut, sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kemampuan melakukan semua aktivitas fisik termasuk latihan berat. 2. Keterbatasan Akibat Masalah Fisik (Role Of Physical): Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa kesehatan fisik menimbulkan masalah terhadap aktivitas sehari-hari, antara lain tidak dapat melakukannya sehari-hari dengan sempurna, terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu, atau kesulitan dalam melakukan aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan kesehatan fisik tidak menimbulkan masalah terhadap pekerjaan ataupun aktivitas sehari-hari. 3. Perasaaan Sakit/Nyeri (Bodily Pain): Terdiri dari dua pertanyaan yang mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap pekerjaan normal baik dirumah maupun di luar rumah. Nilai yang rendah menunjukkan rasa sakit yang berat dan sangat membatasi aktivitas. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada keterbatasan yang disebabkan oleh rasa nyeri. 4. Persepsi Kesehatan Umum (General Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini, ramalan terhadap kesehatan, dan daya tahan terhadap penyakit. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang buruk atau memburuk. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan terhadap kesehatan diri sendiri yang baik. 5. Energi/Fatique (Vitality): Terdiri dari 4 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kelelahan, capek, dan lesu. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan lelah, capek, dan lesu sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh semangat dan energi selama 4 minggu yang lalu. 6. Fungsi Sosial (Social Functioning): Terdiri dari 2 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat kesehatan fisik atau masalah emosional yang mengganggu aktivitas sosial yang normal. Nilai yang rendah menunjukkan gangguan yang sering dan sangat terganggu. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak adanya gangguan selama 4 minggu yang lalu.

18

7.

Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Of Emotional): Terdiri dari 3 pertanyaan yang mengevaluasi tingkat dimana masalah emosional mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya. Nilai yang rendah menunjukkan masalah emosional mengganggu aktivitas termasuk menurunnya waktu yang dihabiskan untuk aktivitas, pekerjaan menjadi kurang sempurna, dan bahkan tidak dapat bekerja seperti biasanya. Nilai yang tinggi menunjukkan tidak ada gangguan aktivitas karena masalah emosional.

8.

Kesejahteraan Mental (Mental Health): Terdiri dari 5 pertanyaan yang mengevaluasi kesehatan mental secara umum termasuk depresi, kecemasan, dan kebiasaan mengontrol emosional. Nilai yang rendah menunjukkan perasaan yang tegang dan depresi sepanjang waktu. Nilai yang tinggi menunjukkan perasaan penuh kedamaian, bahagia, dan tenang sepanjang 4 minggu yang lalu.

Skala SF 36 ini kemudian dibagi menjadi 2 dimensi, dimana persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi Kesehatan Mental (Mental Component Scale) dan fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi Kesehatan Fisik (Physical Component Scale). Masing-masing skala dinilai dengan kemungkinan cakupan nilai 0-100 dimana skor yang lebih tinggi menandakan kualitas hidup yang lebih baik. 22 2.3. KERANGKA TEORI Sosial ekonomi Tingkat pndidikan -tinggi Sedang Rendah Status gizi Rendah Normal Pola asupan makann Porsi Merek makanan Harga makanan Frekuensi makanan Jenis makanan Sumber memperoleh bahan makanan

19

Berlebih Penghasilan orang tua dan pengeluaran Watt atau listrik rumah Tempat tinggal Biaya uang jajan Barang barang yang dipakai

Asupan garam

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1

KERANGKA KONSEP

1.Sosial ekonomi Tingkat pendidikan tinggi sedang rendah Penghasilan orang tua Status gizi rendah normal Obesitas 2.Pola makanan
20

Asupan natrium

frekuensi jenis

21

3.2. VARIABEL PENELITIAN 3.2.1. Variabel bebas a. Tingkat pendidikan 1. rendah 2. sedang 3. tingggi

b. Penghasilan orang tua 1. 2. 3 c. status gizi 1. rendah 2. normal 3.berlebih d. porsi makanan 1. nasi 1 piring 2. 3. e. Jenis makanan

f.Frekuensi makanan

3.2.2.

Variabel tergantung

22

Asupan natrium

23

3.2. DEFINISI OPERASIONAL Tabel 3.1. Definisi Operasional

24

Variabel Variabel Tergantung Asupan natrium

Definisi

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala Uku

Jumlah natrium yang Food Frequency Wawancara dikonsumsi sehari hari Questionnare Method Metode Kuesioner Frekuensi makanan) adalah satu dietary assesment dalam konteks individu yang mencatat frekuensi individu terhadap beberapa dalam waktu (1 jenis kurun tertentu bulan makanan (<100) Salah metode (FFQ/

1=Kurang 2=Baik

Ordina

terakhir/6 bulan terakhir/1 tahun terakhir). . FFQ Semikuantitatif (SQ-FFQ) adalah kualitatif dengan penambahan perkiraan sebagai ukuran porsi: standar atau
25

FFQ

kecil, sedang,

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. DESAIN PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada satu waktu / bersamaan waktunya. 4.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 43kelurahan mampang prapatan Kecamatan mampang prapatan pada tahun 2013. 4.2.2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan februari sampai maret 2013 karena

Kepaniteraan Klinik IKM berjalan hingga akhir maret 2013. 4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4.3.1. Populasi Penelitian Populasi terjangkau adalah seluruh anak usia SMP yang berusia 13 hingga 15 tahun atau usia SMP di Kelurahan Mampang prapatan , yaitu berjumlah 1100 (10,24 %) orang dari jumlah seluruh penduduk Kecamatan mampang prapatan yaitu 189,406 orang pada tahun 2013. Dari populasi ini telah dilakukan skrining kardiovaskular tahun 2011 dan didapatkan jumlah yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 256 (1,32 %) orang, yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 1456 (7,5 %) orang, dan selebihnya adalah yang tidak menderita ataupun berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

26

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria inklusi: Semua responden yang berusia 13 sampai 15 tahun di SMP negeri 43 kelurahan mampang prapatan. Bersedia menjadi responden.

4.3.3. Cara Sampling dan Besar Sampling Besar Sampel Perkiraan besar sampel yang akan digunakan adalah: Rumus populasi infinit:

Keterangan: Z P Q d = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96 = Prevalensi asupan natrium anak anak umur 13-15 tahun di indonesia = 0,5 (5 %) = Prevalensi atau proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 0,5 = 0.5 = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,1, maka

(1.96)2 x 0.50 x (1-0,50) N0 = --------------------------= 97

27

(0.10)2

*Penelitian sebelumnya pada januari tahun 2013 Australia. (16) Rumus populasi finit:

yang dilakukan dilakukan di

Keterangan : n n0 N = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit. = Besar sampel dari populasi yang infinit = Besar sampel populasi finit. Jumlah populasi anak anak umur 13-15 tahun 97 n = ----------------(1 + 97 /N ) = 89 (besar sampel)

Pada penelitian ini besar sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan cara Simple random sampling dimana semua subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan tabel angka random. 4.4. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan wawancara langsung,kuesioner frekuensi makanan semi kuantitatif dengan subjek, melakukan pemeriksaan fisik

28

antropometri pengukuran Body Mass Index (BMI) Tabel 4.1. Instrumen Penelitian No. INSTRUMEN 1. Wawancara FUNGSI INSTRUMEN Untuk mengetahui : - Penghasilan orang tua - Pendidikan - Frekuensi makanan - Jenis frekuensi semi Untuk mengukur tingkat asupan natrium

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kuesioner kuantitatif

Timbangan stadiometer Meteran

injak

dan Untuk mengukur berat badan dan tinggi badan Untuk mengukur lingkar perut Untuk mengukur tekanan darah sistolik dan distolik. Untuk mengukur sewaktu. gula darah

Aneroid sphygmomanometer Roche portable glycemia monitors (Accu-Chek Active model) dan Roche AccuChek reagent strips

4.5. CARA PENGAMBILAN SAMPEL Skema 4.1. Cara Pengambilan Sampel Populasi anak smp umur 13-15 tahun di Kelurahan mampang prapatan tahun 2013(1100)

Populasi anak smp 43 kelas 7,8,9 di kelurahan mampang prapatan (650)

29

Jumlah kunjungan pasien di atas 25 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak tahun 2011 (19.398)

Responden yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah (256)

Responden yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (1.456)

Responden yang tidak berisiko penyakit jantung dan pembuluh darah (17.686)

Sampel penelitian (89 orang) *Pengambilan sampel dilakukan secara Simple random sampling.
Proposal disetujui Peneliti Datang ke smp

4.6. CARA PENGUMPULAN DATA


Saringan pasien di SMP

4.6.1. Alur Pengumpulan Data


Mengumpulkan Skema sampel 4.2. Alur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan wawancara, penyebaran kuesioner, pemeriksaan BMI

Peneliti mengumpulkan data

Peneliti mengolah dan menganalisis data dalam bentuk tabular, tekstular dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel, Word 2007 dan SPSS 17,0
30

Penyajian data dalam bentuk presentasi

4.6.2. Data Primer Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan langsung pada responden yang datang pada saat pemeriksaan yang dilakukan. Selain itu, didapatkan informasi yang lebih rinci melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

31

4.6.2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Kelurahan mampang. 4.6.3. Data Tersier Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, dan jurnal-jurnal ilmiah berupa data yang berkaitan dengan asupan natrium 4.7. PENGOLAHAN DATA Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses penyuntingan, pemindahan data ke komputer, dan tabulasi. Data yang terkumpul dari hasil kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS statistics 17. 4. 8. ANALISIS DATA a. Analisis Univariat Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel variabel yang diteliti. b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chisquare sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel.

4.9. PENYAJIAN DATA Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk: Tabular Tekstular Grafik : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel. : penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat. :data penelitian akan digunakan diagram batang yang

menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki.

32

4.10. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Tahapan Kegiatan A Perencanaan 1 Orientasi dan Identifikasi Masalah 2 Pemilihan Topik Waktu Dalam Minggu 3 4 5 6 7 8 9 10

11

33

3 Penelurusan kepustakaan 4 Pembuatan Proposal Konsultasi dengan 5 pembimbing 6 Pembuatan questionnaire 7 Presentasi Proposal B Pelaksanaan 1 Ujicoba questionnaire 2 Pengumpulan data dan Survey 3 Pengolahan data 4 Analisis data Konsultasi dengan 5 Pembimbing C Pelaporan Hasil 1 Penulisan laporan sementara 2 Diskusi Presentasi hasil laporan 3 sementara 4 Revisi Presentasi Hasil akhir 5 (puskesmas) 6 Penulisan laporan akhir 7 Presentasi hasil akhir (Trisakti)

4.11. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN Penggandaan Kuesioner Transportasi Kertas A4 Tinta Printer Cenderamata Biaya tak terduga: Rp. 600.000,Rp. 100.000,Rp 150.000,Rp. 250.000,Rp 100.000,Rp. 500.000,Rp. 3.000.000,4.12. ORGANISASI PENELITIAN 1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti Prof: Adi

34

2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Cilandak dr. Chitra 3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian Aditya Zulkarnain Erika Devi Pipim Septiana

BAB V HASIL PENELITIAN

Lihat word bab 5

35

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Hubungan antara penyakit jantung dan pembuluh darah dengan kualitas hidup pada masyarakat di atas usia 25-60 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak tahun 2012 Penelitian tentang hubungan antara faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
36

darah dengan kualitas hidup telah dilaksanakan selama 4 minggu di Puskesmas Kecamatan Cilandak dianggap mewakili seluruh populasi masyarakat berusia 25-60 tahun dari Kecamatan Cilandak ini dengan responden sebanyak 192 orang. Faktorfaktor yang diteliti meliputi faktor karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan, faktor penyakit kronis yaitu hipertensi dan diabetes mellitus, faktor gaya hidup seperti pola merokok, konsumsi alcohol, dan aktivitas fisik, serta status gizi seperti obesitas dan asupan makanan. Secara umum, diketahui bahawa orang yang memiliki penyakit jantung dan pembuluh darah mempunyai kualitas hidup yang terganggu. Salah satu tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai salah satu cara untuk memberikan informasi kepada orang yang masih belum terdiagnosa penyakit jantung dan pembuluh darah untuk lebih waspada mengenai dampak yang disebabkan oleh penyakit ini biarpun hanya dengan mempunyai faktor risiko. Dalam penelitian ini, dampak dari faktor risiko ini dinilai dengan menggunakan kuesioner SF 36 yang mencakup 2 aspek, yaitu Mental Component Scale dan Physical Component Scale. Persepsi kesehatan umum, energi, fungsi sosial, dan keterbatasan akibat masalah emosional disebut sebagai dimensi Kesehatan Mental (Mental Component Scale), sedangkan fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, persepsi kesehatan umum dan energi disebut sebagai dimensi Kesehatan Fisik (Physical Component Scale).

6.1.1. Faktor usia Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor usia mempunyai pengaruh pada domain kualitas hidup yaitu fungsi sosial dengan menggunakan uji chi-square, didapatkan nilai p= 0,025 (p<0,05). Selain itu, faktor usia juga mempunyai pengaruh pada domain kesejahteraan mental dimana dari uji chi-square didapat p= 0,033 (p<0,05). Kedua domain ini merupakan bagian dari Mental Component Scale dimana usia yang lebih tua akan mempengaruhi kesehatan mental. Faktor usia merupakan

37

faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Hal ini sesuai dengan hipotesis

penelitian yaitu terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.2. Faktor Jenis Kelamin Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak adanya pengaruh jenis kelamin sebagai faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah terhadap kualitas hidup. Jumlah antara responden laki-laki dan perempuan tidak seimbang, yaitu responden laki-laki berjumlah lebih sedikit, yaitu 60 orang sedangkan responden perempuan adalah berjumlah 132 orang. Hasil yang didapatkan adalah tidak bermakna dengan nilai p> 0,05 pada semua domain dengan menggunakan uji chi-square. Menurut penelitian pada September 2009 di Malaysia, perempuan akan lebih berisiko menderita penyakit dan mengalami penurunan kualitas hidup dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki dan perempuan masing-masing berbeda dari aspek perilaku sosial dalam hal mencegah dan mengatasi masalah kesehatan.
23

Perempuan dilaporkan

mempunyai masalah kesehatan yang lebih tinggi dari laki-laki karena perempuan lebih cenderung tidak bekerja dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, skor kualitas hidup pada perempuan ini lebih rendah yang dapat dijelaskan dengan variasi hormon, dimana wanita itu melahirkan anak, berperan sebagai ibu dari anak-anak, dan sebagai istri. Keadaan ini sering ditemukan sebagai faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan perempuan dan sekaligus mempengaruhi kualitas hidup mereka. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012 6.1.3. Faktor Keturunan Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor keturunan hipertensi mempunyai pengaruh terhadap domain Keterbatasan Akibat Masalah Fisik ( Role Of Physical) yaitu dengan uji chi-square didapatkan p= 0.034 (p<0,05) dan domain Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Of Emotional) didapatkan nilai p=0.007 (p<0,05).

38

Hal ini sesuai dengan hipotesis kami, yaitu terdapat hubungan antara keturunan dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.4. Faktor Hipertensi Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor risiko penyakit kronis, yaitu hipertensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup yaitu pada domain Persepsi Kesehatan Umum (General Health) dengan uji chi square didapat p= 0,013 (p< 0,05). Terdapat suatu penelitian untuk menilai kualitas hidup suatu populasi penderita dengan hipertensi yang telah dilaksanakan di Serdang, Malaysia pada tahun 2008. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hipertensi mempengaruhi semua domain yang tercantum di dalam SF-36, kecuali domain Perasaan Nyeri (Bodily Pain) dan domain Role of Emotional.
24

Hal ini sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat

hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.5. Faktor diabetes mellitus Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor risiko diabetes mellitus tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai yang bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara diabetes mellitus dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori berdasarkan hasil penelitian Framingham, yaitu satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung sehingga akan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
16

Berdasarkan penelitian yang sama sebelumnya di Sao Paolo, Brazil, Diabetes Mellitus ini mempengaruhi domain Fungsi Fisik ( Physical Functioning) sehingga penderita disarankan melakukan pengobatan dan modifikasi gaya hidup secara berkesinambungan untuk mencegah masalah ke tingkat yang lebih serius. Namun, di dalam penelitian itu juga disebutkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit ini dengan tujuh domain yang lain.
16

Terdapat kelemahan pada penelitian kami ini

39

dimana responden yang menderita DM ini adalah berjumlah 24 orang yaitu hanya sebesar 11,4% dari total responden. 6.1.6. Faktor Merokok Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor risiko merokok tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara merokok dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.7. Faktor Konsumsi Alkohol Dari penelitian ini didapatkan faktor risiko minum alkohol tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara minum alkohol dengan kualitas hidup masyarakat usia 2560 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.8 Faktor Aktivitas Fisik Dari penelitian ini didapatkan faktor aktivitas fisik tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara kurang aktivitas fisik dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. Hal ini juga tidak sesuai dengan studi dari Sao Paolo, Brazil pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa terdapat penurunan kualitas hidup pada obesitas. 16 6.1.9. Faktor Stres Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor stres mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup yaitu pada domain Perasaaan Sakit/Nyeri (Bodily Pain), Persepsi Kesehatan Umum (General Health), Fungsi Sosial (Social Functioning),

40

Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Of Emotional), dan Kesejahteraan Mental (Mental Health) dengan uji chi-square masing-masing p= 0,010, p=0,016, p= 0,022, p= 0,002 dan p=0,055. Hal ini sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara stres dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.1.10. Faktor Obesitas Dari penelitian ini didapatkan bahwa faktor obesitas tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara obesitas dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. Hal ini juga tidak sesuai dengan studi dari Sao Paolo, Brazil pada tahun 2008 iaitu terdapat penurunan kualitas hidup pada obesitas. 16 6.1.11. Faktor Asupan Makanan Dari penelitian ini didapatkan bahawa faktor asupan makanan tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup. Tidak didapatkan nilai bermakna dari semua domain kualitas hidup (p>0,05). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis kami yaitu terdapat hubungan antara asupan makanan dengan kualitas hidup masyarakat usia 25-60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012. 6.2. KETERBATASAN/KELEMAHAN PENELITIAN 6.2.1. Bias Informasi Bias informasi terjadi sewaktu pengisian kuesioner, dimana terjadi ketidakjujuran oleh responden seperti tidak mengisi kuesioner dengan lengkap, seperti hanya mengisi status demografi lalu meninggalkan kuesioner kosong tidak berjawab dan responden-responden ini hanya ingin melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dan pemeriksaan tensi gratis yang ditawarkan. Pada kuesioner food recall 24 hours, kami hanya dapat menanyakan mengenai makanan yang dimakan pada saat buka

41

puasa, sahur, dan selingan-selingannya. Ini menjadi salah satu penyebab nilai persentase dari Angka Kecukupan Gizi (AKG%) menjadi kurang. Selain itu, terdapat juga responden yang pengisian kuesionernya dilakukan secara wawancara karena disebabkan oleh penurunan penglihatan (rabun dekat) terutama pada respondenresponden yang berusia di atas 40 tahun. 6.2.2. Keterbatasan Waktu Pengedaran kuesioner dilakukan saat para responden sedang menunggu giliran berobat, setelah berobat, atau sedang menemani keluarga yang sakit yang berobat di Puskesmas Kecamatan Cilandak. Peneliti membagi tim menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 2 orang setiap kelompok. Kelompok pertama berperan di unit pelayanan umum, dengan menilai kondisi pasien sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, emudian pasien ditawarkan untuk menjadi responden. Pasien yang pada saat pemeriksaan di unit pelayanan umum memiliki kondisi sakit sedang- berat/ berhalangan/ menolak menjadi responden tidak diikutsertakan untuk berpartisipasi dalam penilitian ini. Kelompok kedua bertugas untuk menyebarkan kuesioner kepada para pengunjung puskesmas yang lain dan bertugas mewawancara responden, mengukur tekanan darah, tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga menyebabkan kami tidak melakukan dokumentasi yang cukup saat pengambilan sampel. Namun, adanya kerjasama dan komunikasi yang baik serta bimbingan dari para dokter di Puskesmas Kecamatan Cilandak banyak membantu kami di dalam pencarian sampel ini.

42

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara gaya hidup yang meliputi stres dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

43

Tidak terdapat hubungan antara gaya hidup yang meliputi merokok, alkohol, dan aktivitas fisik dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

Terdapat hubungan antara penyakit kronis yang meliputi hipertensi dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

Tidak terdapat hubungan antara penyakit kronis yang meliputi diabetes mellitus dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

Tidak terdapat hubungan antara status gizi yang meliputi asupan makan dan obesitas dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

Terdapat hubungan antara karakteristik responden yang meliputi usia dan keturunan dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin dengan kualitas hidup masyarakat usia 25 sampai 60 tahun di Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.

7.2 SARAN Puskesmas Dapat dilakukan upaya promotif dan preventif kepada masyarakat dalam upaya mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah. Upaya promotif dapat berupa edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pola hidup yang sehat seperti

44

menghindari merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, dan sering berolahraga. Upaya preventif yang dapat dilakukan adalah berupa penyuluhan kepada masyarakat yang mempunyai faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah agar sentiasa berusaha menjaga kesehatan dan rutin kontrol ke dokter. Peneliti Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini, tidak semua faktor diteliti dan dianalisis dengan parameter yang tepat karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada peneliti lain yang berminat melanjutkan penelitian ini dengan membuat penelitian lanjutan mengenai hubungan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dengan kualitas hidup, dengan membahas lebih mendalam lagi faktor-faktor lainnya selain yang telah kami lakukan demi kesempurnaan penelitian ini dan diharapkan dengan dilakukan penelitian yang lebih lanjut dapat dilihat kualitas hidup masyarakat sehingga dapat diketahui apa yang menjadi hambatan dalam kehidupan sehari-hari pada pasien yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Masyarakat Perubahan pola hidup diperlukan bagi setiap individu yang terlibat sebagai responden dalam penelitian ini dan juga masyarakat umum sebagai upaya preventif pada penyakit jantung dan pembuluh darah. Masyarakat diharapkan dapat mengubah pola hidup dengan tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, pola makan yang sehat dan seimbang, serta sering berolahraga. Bagi masyarakat yang memiliki faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah seperti penderita hipertensi dan diabetes mellitus, diharapkan dapat mengubah pola hidup yang diawali dari pola makan dengan cara mengurangi makanan camilan, menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat, dan memilih makanan yang berkalori rendah. Selain itu, meningkatkan kualitas aktivitas harian seperti olahraga dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan olahraga yang teratur dan pola diet yang baik dapat mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

45

DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization (WHO). Cardiovascular diseases (CVDs). [cited July 10, 2012]. Available: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/ en/. 2. World Health Organization (WHO). The impact of chronic disease in Indonesia. [cited July 10, 2012]. Available: http://www.who.int/chp/

46

3.

4.

5. 6.

7.

8.

chronic_disease_report/ media/ impact/ indonesia.pdf. Ndindjock R, Gedeon J, Mendis S, Paccaud F, Bovet P. Potential impact of single-risk-factor versus total risk management for the prevention of cardiovascular events in Seychelles. Bulletin of World Health Organization [serial online] 2011 [cited July 10, 2012]; 89: 286-295. Available: http://www.who.int/bulletin/volumes/89/4/10-082370/en/. Astuki, Rachim R, Sylviana, Rustika, Hamzah A, Hidayat S, et al. Deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Dalam: Comm YD, Wandra T, eds. Edisi pertama. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP & PL Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 2010.hlm. 1-3. Riset Kesehatan Dasar 2007. [cited July 10, 2012]. Available: http://www. riskesdas. litbng.depkes.go.id. Raban MZ, Dandona R, Dandona L. Availability of data for monitoring noncommunicable disease risk factors in India. Bulletin of World Health Organization [serial online] 2012 [cited July 11, 2012]; 90: 20-29. Available: http://www.who.int/bulletin/volumes/89/4/10-082370/en/. Ghosh A, Bhagat M, Das M, Bala SK, Goswani R, Pak S. Prevalence of cardiovascular disease risk factors in people of Asian Indian origin: Age and sex variation. J Cardiovascular Dis Res 2010 [cited July 11, 2012]; 1(2): 8185. Available: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2945204/. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 854/Menkes/SK/IX/2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP dan PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 2011. Hlm. 4- 11.

9. World Health Organization (WHO). Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control. [cited July 11, 2012]. Available: http://www. who. int/ cardiovascular_diseases/en/. 10. Oparil S, Zaman A, Calhoun AD. Pathogenesis of hypertension. Ann Intern Med. 2003;239:761776. 11. Ingram DK. American Aging Association. [cited August 12, 2012]. Available: http://www.americanaging.org/journal.html. 12. Shiraz E. Risk factor modification of coronary artery disease. Medical journal Vol. 5, No. 1, January 2004. 13. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). [cited July 11, 2012]. Available: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/ phycard.pdf. 14. The International Journal of Alcohol and Drug Research. [cited July 11, 2012]. Available: http://www.ijadr.org/index.php/ijadr.
15. American Diabetes Association. Position statement: Standards of Medical

Care in Diabetes 2010. Diab Care. 2010;33(Suppl.1). [cited July 11, 2012].

47

Available: http://www.scribd.com/doc/73323977/Konsensus-DM-Tipe-2Indonesia-2011. 16. Martinelli LM, Mizutani BM, Mutti A, D'elia MP, Coltro RS, Matsubara BB. Quality of life and its association with cardiovascular risk factors in a community health care program population. Brazil: Disiplin Kardiologi, Departemen Kedokteran Klinik, Fakultas Kedokteran Botucatu, UNESP- Sao Paulo/SP; 2008. [cited July 11, 2012]. Available: http://www.scielo.br/ scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1807-59322008 000600013. 17. World Health Organization (WHO). Physical activity. [cited July 11, 2012]. Available: http://www.who.int/topics/physical_activity/en/. 18. Arvidsson D, Slinde F, Hulthen L. Baecke Score: Physical activity questionnaire for adolescents validated against doubly labelled water. Eur J Clin Nutr. 2005; 59:376-383. 19. Ware JE, Sherbourne CD. The MOS 36- Item Short Form Health Survey (SF36). SF-36.org; A community for measuring the outcomes using SF tools, The SF Community. United States of America; 2002. [cited July 11, 2012]. Available: http://www.sf-36.org/tools/SF36.shtml. 20. Crawford JR, Henry JD. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS), Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British Journal of Medicine.2003; 42: 111-113. 21. Testa MA, Simonson DC. Assesment of Quality of Life outcomes. The New England Journal of Medicine.1996; 334: 835-39. 22. SF 36 (Short Form 36 (SF-36) Health Survey Questionnaire: normative data. Wales J Public Health (Oxf).2011; 33(4): 587-603. 23. Daher AM, Ibrahin HS, Daher TM, Anbori AK. Health related quality of life among Iraqi immigrants settled in Malaysia. BMC Public Health. 2011; 11: 407. 24. Khaw WS, Hassan ST, Latiffah AL. Health related quality of life among hypertensive patients compared with general populations norm. J. Med. Sci. 2011; 11(2): 84-89.

48

Lampiran

49

50

51

52

53

54

You might also like