You are on page 1of 12

UJIAN TENGAH SEMESTER PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN Nama NIM : Hidra Khairunnisa : F55011016

Program Studi : Pendidikan Sosiologi Reg. A Dosen Tanggal Jawab: 1. a. Untuk dapat memperoleh definisi yang jelas tentang Sosiologi : Dr. H. Wanto Rivaie, M.Si. : 20 November 2012

pembangunan, maka terlebih dahulu kita harus mendefinisikan secara terpisah antara sosiologi dan pembangunan. Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat mendefinisikan sosiologi

pembangunan secara lengkap dan jelas. Secara etimologis, sosiologi berasal dari bahasa Yunani,

yakni socius yang berarti teman atau masyarakat dan logos yang berarti ilmu. Sementara secara terminologis, beberapa ahli mendefinisikan sebagai berikut: 1. Max Weber mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang hendak mengerti dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial dari manusia hal mana mempunyai pengaruhnya atas masyarakat. [1] 2. Auguste Comte mendefinisikan bahwa sosiologi adalah kajian sistematis mengenai komunitas kehidupan manusia. [2] 3. Pitirim Sorokin menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, antara gejala sosial dan non-sosial, serta ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.[3]

[1] Max Weber: Soziologische Grundbegriffe, Teobingen, 1960 hal. 5 dalam Astrid S. Susanto. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Ekonomi. hal. 3 [2] Beth B. Hess, dkk., 1982. Sociology. New York: Macmillan Publishing Company. edisi ke-2, hal. 11. [3] Yusron Razak, ed., 2008. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Tangerang: Mitra Sejahtera. hal. 1.

4. Emile Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni sebuah kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal, tetapi mampu mempengaruhi prilaku individu.
[4]

Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sosiologi mempelajari tentang interaksi sosial individu dalam suatu masyarakat yang kemudian memiliki kaitan dengan gejala-gejala sosial dan struktur berikut nilai dan norma yang berkembang di masyarakat tersebut. Sementara itu, pembangunan juga memiliki banyak definisi dari para ahli. Menurut Kattz (1971) pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi yang lain yang dinilai lebih tinggi.
[5]

dengan kata lain, pembangunan

menyangkut proses perbaikan (Seers, 1970; hal.2)[6] Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).[7] Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.[8] Dari definisi pembangunan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang terencana yang dilakukan untuk merubah suatu kondisi atau situasi suatu daerah atau wilayah menuju kearah yang lebih baik.

[4] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi; Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Pranada Media Group. Hal. 7 [5] Martono. 2010. Bahan Ajar Teori Pembangunan. Pontinak: FISIP UNTAN. Hal. 1 [6] ibid. hal. 1 [7] Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 50. [8] ibid. hal.50

Dari definisi sosiologi dan pembangunan yang telah dijabarkan di atas, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan mengenai definisi sosiologi pembangunan itu sendiri. sosiologi pembangunan dapat didefinisikan sebagai suatu cabar ilmu sosial yang mempelajari, menganalisa, menjabarkan dan menjawab hal-hal yang terkait fenomenafenomena sosial yang terjadi sebagai bentuk dan akibat dari pembangunan dalam suatu masyarakat. Tinjauan dari sosiologi pembangunan sendiri pada dasarnya tidak berasal pada satu sudut pandang ilmu saja, melainkan dari beberapa sudut pandang ilmu, seperti sosiologi sendiri, antropologi, psikologi sosial, politik, hukum, ekonomi, masalah teknis pertanian dan lain-lainnya. Dengan demikian, kajian mengenai sosiologi pembangunan merupakan kajian ilmu lintas disiplin untuk mengungkap suatu fenomena sosial dalam suatu pembangunan. b. Ruang lingkup kajian sosiologi pembangunan jika dirincikan menjadi

beberapa hal, antara lain:[9]

Ekonomi

beserta

kegiatan

usahanya

secara

prinsipil

yang

berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumbersumber kekayaan alam;

Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;

Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

2.

Dalam hasil kajian antara teori modernisasi klasik dan hasil kajian teori

modernisasi baru memiliki perbedaan yang cukup berarti. Jika pada dekade 1960an para pemerati dan pengikut setia teori modernisasi berada pada posisi bertahan, kini mereka berada pada posisi menyerang. Di satu pihak, mereka melakukan serangan balik dan memberikan label pada pemerati Marxis dan neo-Marxis

[9] George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hal. 28

sebagai tukang propaganda yang telah secara salah membaca dan menafsirkan kerangka teori dan analisa mereka. Namun demikian, para pemerati ini juga melakukan pengujian ulang terhadap berbagai asumsi dasar teori modernisasi yang kemudian menciptakan padangan baru mengenai modernisasi melalui kajian baru yang kemudian disuarakan kembali. Perbedaan antara hasil kajian teori modernisasi klasik dan hasil kajian teori modernisasi baru terletak pada beberapa hal, yaitu: [10] a. Hasil kajian baru teori modernisasi ini sengaja menghindar untuk memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua perangkat sistem nilai yang secara total bertolak belakang. Dalam hasil kajian baru ini, dua perangkat sistem nilai tersebut bukan hanya saling berdampingan saja, namun dapat juga saling mempengaruhi dan bercampur satu dengan yang lainnya. disamping itu, hasil kajian baru juga tidak lagi melihat bahwa nilai tradisional merupakan faktor penghambat pembangunan, bahkan sebaliknya, nilai tradisional dipandang bisa memberikan nilai positif dalam pembangunan. Berbeda dengan sudut pandang kajian klasik teori modernisasi yang memandang bahwa nilai tradisional dapat menjadi penghalang pembangunan dalam modernisasi. b. Perbedaan hasil kajian klasik dan baru dari teori modernisasi juga terdapat pada aspek metodologis. Pada hasil kajian baru teori modernisasi, perhatian dipusatkan pada kasus-kasus nyata yang terjadi. Hasil kajian baru tidak lagi melupakan unsur keunikan sejarah, bahkan sejarah dipandang sebagai faktor yang signifikan untuk menjelaskan pola perkembangan dari suatu negara. Berbeda dengan hasil kajian klasik yang berpegang teguh pada analisa yang bersifat abstrak dan tipologi tanpa melihat realitas yang terjadi. c. Pada hasil kajian baru, sejarah dijadikan sebagai salah satu unsur yang menentukan hasil dari modernisasi. Dengan pandangan seperti ini maka hasil kajian baru melihat arah pembangunan tidak lagi searah dengan Barat sebagai satu-satunya model. Namun dari penelitian ini diterima

[10] Suwarsono & Alvin Y. SO. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hal. 58-60.

d. kenyataan

bahwa

negara-negara

Dunia

Ketiga

memiliki

arah

pembangunan sendiri. Berbeda dengan hasil kajian klasik yang menganggap bahwa negara Barat adalah satu-satunya acuan dari modernisasi yang terjadi pada negara Dunia Ketiga. e. Hasil kajian baru lebih memperhatikan pada faktor eksternal meskipun tetap faktor internal dalam suatu negara yang menjadi perhatian utamanya. Namun, peranan faktor internasional dalam mempengaruhi proses modernisasi negara Dunia Ketiga tidak diabaikan begitu saja. Bahkan dalam analisanya, karya baru ini sering berhasil mengintegrasikan dengan baik faktor konflik kelas, dominasi ideologi, dan peranan agama. Bertolak belakang dengan hasil kajian klasik teori modernisasi yang tidak memperhatikan faktor ekstern sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses modernisasi suatu negara.

Tabel Perbedaan Hasil Kajian Klasik dan Baru Teori Modernisasi No. Perbedaan Teori Modernisasi 1. Tradisi Kajian Klasik Sebagai penghalang pembangunan 2. Metode Kajian Abstrak dan Konstruksi Tipologi 3. Arah Pembangunan Garis lurus dan menggunakan USA sebagai model 4. Faktor Ekstern dan Konflik Tidak memperhatiakan Kajian Baru Faktor positif pembangunan Studi kasus dan Analisa sejarah Berarah dan Bermodel banyak Lebih memperhatikan

3.

Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus

pemikiran utama soal pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori dependensi bahkan menuduh ajaran teori modernisasi tidak hanya sekedar pola piker yang memberikan pembenaran ilmiah dari ideologi negara-negara Barat

untuk mengeksploitasi negara Dunia Ketiga. Terlepas dari hal tersebur, teori dependensi memiliki metode tersendiri dalam menjelaskan bergagai gejala yang berhubungan dengan pembangunan yang terjadi dala sebuah negara. Namun demikian, layaknya teori modernisasi yang memiliki kajian klasik dan baru, teori dependensi juga memiliki hal yang sama, dimana adanya kritikan dari hasil kajian teori dependensi klasik yang memunculkan adanya teori dependensi baru. Perbedaan keduanya ialah sebagai berikut: a. Teori dependensi klasik memiliki metode yang bersifat abstrak dengan pola umum ketergantungan. Teori dependensi klasik berusaha menjelaskan situasi ketergantungan negara Dunia Ketiga. Namun, karena ambisi ini teori dependensi klasik terjebak dalam suatu kecenderungan menganalisa dan menetapkan persoalan ketergantungan satu negara Dunia Ketiga dengan negara lain yang tidak berbeda. Sehingga tidak jarang dijumpai hasil dari kajiannya lebih merupakan karya yang menggunakan pendekatan deduktif, dengan secara gampang dan sederhana memilih data dan menganalisanya untuk sekedar disesuaikan dengan apa yang semestinya secara logis terjadi menurut tesis-tesis yang diajukan oleh kajian terori dependensi.[11] Sementara pada kajian teori dependensi baru merubah berbagai asumsi dasar yang dimiliki oleh teori klasik. Teori dependensi baru tidak lagi dependensi situasi

menganggap

ketergantungan sebagai sesuatu keadaan yang serupa tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Menurut teori dependensi baru, ketergentunga lebih dikonsepkan sebagai satu situasi yang memiliki batas ruang dan waktu yang karenanya selalu memiliki ciri yang unik. Dengan kata lain situasi ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik.[12] b. Tenaga inti dari teori dependensi klasik dapat diketahui dari

kemampuannya untuk mengarahkan peneliti dan pengambil keputusan untuk menguji sejauh mana dominasi asing telah secara signifikan

mempengaruhi roda pembangunan negara Dunia Ketiga. Sebagai contoh, dari hasil studinya tentang kolonialisme di India, Baran menjelaskan

[11] ibid. hal. 138 [12] ibid. hal. 170

secara detail bagaimana Inggris dengan kebijaksanaannya yang telah dijalankan berupa perampokan kekayaan, deindustrialisasi, dan

pencabutan akar budaya masyarakat lokal telah menjadikan India sebagai negara yang terbelakang.[13] Sementara itu, teori dependesi baru telah dengan sadar memberikan perhatian terhadap kemungkinan untuk munculnya cirri ketergantungan yang unik dan khas secara historis. Misalnya, Cardoso menyebut tentang kegiatan rezim militer. ODonnell menyatakan, bahwa lahir dari ciri NBO tergantung pada derajat keberhasilan para elit militer dan birokrat dalam menanggapi krisis ekonomi dan politik pada masa sebelumnya.[14] c. Dengan merumuskan ketergantungan sebagai akibat dari adanya ketimpangan nilai tukar barang dalam transaksi ekonomi, teori dependensi telah mampu mengarahkan para pengikutnya untuk lebih memperhatikan dimensi ekonomi dari situasi ketergantungan. Dalam hal ini, sekalipun teori dependensi sama sekali tidak mengesampingkan dimensi politik dan budaya, persoalan ini hanya dilihat sebagai akibat lanjutan dari dimensi ekonomi.
[15]

Berbeda dengan teori dependensi baru dengan pandangan

bahwa negara Dunia Ketiga tidak lagi dipandang semata-mata hanya sebagai negara yang bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerjasama dengan modal domestik dan modal internasional. Lebih dari itu, teori baru ini melihat bahwa gema dan hasil pertarungan politik yang terjadi antara ketiga aktor itulah yang sesungguhnya menentukan bentuk dan perubahan situasi ketergantungan. Cardoso, ODonnell dan Masoed dengan tegas menyatakan, bahwa keberhasilan elit militer dan birokrat negara untuk menggalang kerjasama dengan modal domestik dan modal asing, yang dengan tanpa segan-segan mengorbankan kepentingan gerakan kerakyatannyalah yang telah

membentuk keunikan situasi ketergantungan dan persoalan pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing negara.[16] d. Teori dependensi klasik hamper secara sempurna menguraikan akibat negatif yang harus dialami negara Dunia Ketiga sebagai akibat situasi

[13] ibid. hal. 135 [14] ibid. hal. 171 [15] ibid. hal. 136 [16] ibid. hal.171-172

ketergantungannya. Bahkan terkadang terasa agak berlebih, ketika teori ini menyebutkan bahwa hanya dengan menghilangkan sama seklai situasi ketergantungan, negara Dunia Ketiga baru akan mampu mencapai pembangunan ekonomi yang otonom. Dalam hal ini, Baran misalnya mengatakan dengan tegas bahwa situasi ketergantungan yang terjadi pada masa colonial India tetap masiiih mengganggu jalannya pembangunan setelah secara formal India memperoleh kemerdekaan.[17] Sementara menurut teori dependensi baru, ada kemungkinan dan tersedia kesempatan yang lebar untuk terjadinya koesistensi antara dua proses yang saling bertolak belakang, ketergantungan dan pembangunan. Tidak hanya Cardoso, ODonnell dan Koo saja yang menjelaskan persoalan ini, tetapi juga Gold, yang menggunakan konsep pembangunan dinamis untuk menjelaskan keunikan dan drama pembangunan di Taiwan.[18] Tabel Perbedaan Teori Dependensi Klasik dan Baru No. Perbedaan Teori Dependensi 1. Metode Abstrak: pola umum Historis-struktural situasi konkrit Klasik Baru

ketergantungan

ketergantungan 2. Faktor Pokok Eksternal: kolonialisme dan Internal: ketidakseimbangan nilai tukar 3. Ciri Ketergantungan Fenomena Ekonomis negara

dan konflik kelas Fenomena Sosial Politik

4.

Pembangunan Ketergantungan

dan Bertolak

belakang:

hanya Koesistensi: pembangunan yang bergantung

menuju pada keterbelakangan

4.

Berbeda dengan aliran teori pembangunan yang lain, teori sistem dunia

secara sungguh-sungguh menyatakan bahwa unit analisa yang berlaku untuk ilmu sosial adalah sistem dunia itu sendiri. dengan kata lain, perspektif sistem dunia

[17] ibid. hal. 136 [18] ibid. hal. 173

lebih memberikan perhatiannya untuk menguji dinamika global dunia di luar batas wilayah kenegaraan. Dalam upayanya untuk menguji ulang dinamika global dunia, perspektif ini memakai perangkat metode penelitian yang khas, yang digunakan untuk mengamati irama siklus panjang. Untuk melaksanakannya dan untuk mencapai hasil pengamatan yang cermat dari dinamika jangka panjang sistem-ekonomi kapitalis dunia, perspektif ini menuntut disediakannya suatu perangkat data baru.[19] Namun sejak pertengahan tahun 1970-an, para pemberi kritik telah menuduh bahwa perspektif sistem dunia telah menyajikan gemerlapnya konsep sistem dunia, seakan-akan merupakan sesuatu yang sangat riil dan materiil; sementara sisi lain perspektif ini telah hampir secara sempurna meninggalkan spesifikasi sejarah perkembangan pada tingkat nasional. Di samping itu, para pemberi kritik juga menuduh perspektif sistem dunia terlalu condong untuk mengunggulkan analisa stratifikasi, sementara di sisi lain perspektif ini telah meninggalkan analisa kelas.[20] Teori ini telah mendapat kritik sebagai teori yang reifikasi serta mengikuti analisa stratifikasi. Untuk menjawab berbagai kritik ini, para pemerhati teori ini telah mulai menumbuhkan tradisi penelitian baru yang lebih berskala nasional. Arus baru penelitian berskala nasional ini lebih memberikan perhatian pada hubungan yang komplek dari tata ekonomi global dengan kekuatan-kekuatan nasional. Dari kedua jenis teori ini tentu ada hal-hal yang berbeda, yaitu: a. Teori sistem dunia membimbing para peneliti untuk menguji dinamika global dunia. Dalam hal ini, Wallerstein tertarik untuk menguji bagaimana masa surut sistem ekonomi kapitalis dunia yang terjadi pada abad ke-17 bertanggungjawab terhadap tumbuh dan berkembangnya tiga wilayah ekonomi politik dunia, sentral, semi pinggiran dan pinggiran.[21] Sementara, pada teori sistem dunia pada skala nasional perspektif dunia selalu diawali dengan kajian yang menguji karakteristik perubahan yang terus-menerus dari sistem ekonomi kapitalis dunia untuk periode yang sedang dikaji. Sebagai contoh, pembahasan tentang hongkong dimulai

[19] ibid. hal. 219 [20] ibid. hal. 221 [21] ibid. hal. 219

dengan mengupas berbagai ciri tata ekonomi dunia untuk menjelaskan transformasi dan lahirnya proses industrialisasi di Hongkong.[22] b. Dalam setiap hasil penelitian teori sistem dunia telah dan akan selalu menggunakan pendekatan analisa sejarah jangka panjang. Teori tidak mengamati gejala sosial untuk jangka waktu satu atau dua dekade, tetapi lebih memberikan keseluruhan perhatiannya untuk mengamati dan menganalisa kecenderungan putaran dan irama siklus jangka panjang bola dunia yang biasanya berlangsung lebih dari satu abad. Sebagai contoh, hasil karya Wallerstein yang menguji putasan masa surut sistem dunia dari tahun 1450 sampai dengan 1750.[23] Sementara berbeda dengan teori sistem dunia pada skala nasional yang memiliki perspektif bahwa pola irama siklus tata ekonomi kapitalis dunia dapat dilihat dari periode yang sedang dipelajari. Pendekatan irama siklus dunia ini membantu para peneliti untuk melihat pembangunan ekonomi Hongkong dalam konteks irama transformasinya dari satu fase ke fase yang lainnya.[24] c. Perangkat data yang biasanya tersedia saat ini dikumpulkan dan disusun pada level nasional, tidak cukup memadai dan bermanfaat untuk menjawab agenda penelitian yang telah dan akan dirumuskan oleh para peneliti yang mengikuti teori sistem dunia. Oleh karena itu, tidak heran jika sekarang ini terdengar dna terjadi permintaan, kalau bukan tuntutan, untuk penyediaan data baru yang berskala global, berlevel dunia. Hasil karya Henige telah cukup banyak membantu memberikan informasi yang diperlukan oleh Bergesen dan Schoenberg untuk menguji gelombang panjang kolonialisme, karena data yang dikumpulkan Henige mencakup daftar dan jumlah negara jajahan yang didirikan dan berakhir setiap tahunnya dari tahun 1415 sampai dengan 1969.[25] Sedangkan pada teori sistem dunia pada skala nasional penelitian berskala nasional ini hendak secara sungguh-sungguh menguji hubungan yang kompleks dan timbal balik antara kekuatan dinamika global dan kekuatan nasional, seperti perjuangan kelas, ketegangan etnis, dan kebijaksanaan negara.[26]

[22] ibid. hal. 254 [23] ibid. hal. 220 [24] ibid. hal. 254 [25] ibid. hal. 220 [26] ibid. hal. 255

5.

Pembangunan merupakan bagian dari perubahan sosial. Pernyataan

tersebut sepenuhnya benar dan sesuai dengan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Pembangunan yang diartikan sebagai suatu upaya untuk mengubah keadaan kenjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk perubahan, baik itu pada kategori perubahan yang terencana maupun perubahan cepat atau lambat. Macio (1987:638) mendefinisikan perubahan sosial sebagai bentuk transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berfikir dan dalam prilaku pada waktu tertentu.[27] Persell (1987:586) juga mendefinisikan perubahan sosial sebagai modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat.[28] Sementara Farley (1990:626) mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola prilaku, hubungan sosial lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu.[29] Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya perubahan sosial merupakan pergeseran atau pergerakan struktur suatu masyarakat menuju kearah yang lebih baik atau lebih buruk sebagai hasil interaksi sosial yang terjadi di masyarakat tersebut. Talcott Parsons berpendapat bahwa perubahan sosial atau dinamika sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat terjadi karena adanya beberapa unsur yang berinteraksi satu sama lain. Unsur tersebut ialah;[30] a. Orientasi manusia terhadap situasi yang melibatkan orang lain. b. Pelaku yang mengadakan kegiatan dalam masyarakat. c. Kegiatan sebagai hasil orientasi dan pengolahan / pemikiran pelaku tentang bagaimana mencapai cita-cita. d. Lambang dan sistem perlambangan yang mewujudkan komunikasi tentang bagaimana manusia ingin mencapai tujuannya. Salah satu bentuk dari perubahan sosial ialah perubahan sosial yang direncanakan. Pembangunan sebagai bentuk perubahan sosial masuk kedalam kategori tersebut. Pembangunan merupakan proses yang terencana dengan keinginan untuk memperbaiki keadaan di suatu wilayah atau negara. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang
[27] Piotr Sztompka. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Hal. 5. [28] ibid. hal. 5 [29] ibid. hal. 5 [30] Astrid S. Susanto. ibid. hal. 38

telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.[31] Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.[32] Kaitan antara sosiologi pembangunan dengan perubahan sosial terletak pada bagaimana sudut pandang kedua disiplin ilmu ini dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi pembangunan menelaah tentang hal-hal yang terkait implikasi dari adanya pembangunan dalam ranah sosial, sementara perubahan sosial sensiri merupakan salah satu studi dalam sosiologi. Singkronisasi kedua hal ini akan menghasilkan telaah yang kompleks mengenai implikasi dari pembangunan dari sisi sosiologi. Sebagai contoh ialah fenomena industrialisasi yang terjadi di Indonesia. industrialisasi ditujukan untuk membangun negara Indonesia agar dapat mempertahankan eksistensinya di mata global. Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang adanya industrialisasi membuat masyarakat juga begerak yang artinya adanya proses perubahan sosial masyarakat dalam menyesuaikan dengan tuntutan dari industrialisasi tersebut. Dari kaca mata sosiologi pembangunan industrialisasi memiliki dampak postif dalam upaya mengembangkan sumber daya atau potensi yang ada di Indonesia. Meski industrialisasi ditujukan untuk meningkatkan daya saing bangsa, namun tetap ada dampak negative dalam masyarakat, seperti adanya polusi, urbanisasi maupun tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Dalam hal ini, perubahan sosial terus terjadi saat industrialisasi terus berkembang di Indonesia. Untuk menjelaskan perubahan sosial sebagai dampak Industrialisasi inilah sosiologi pembangunan memainkan perannya sebagai salah satu cabang dari disiplin ilmu sosiologi.

[31] Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. hal. 10. [32] ibid. hal.12

You might also like