You are on page 1of 57

SALAM REDAKSI

SUARA MUHAMMADIYAH MEMBIMBING DAN MENUNTUN

SAJIAN UTAMA
Islam berkemajuan, bagaimaan cara mengaktualkan kembali?

KALAM
Muhammadiyah, lokomotif kemajuan. Contoh kegiatannya?

WAWASAN MUHAMMADIYAH
Bagaimana kesiapan AMM dalam mewujudkan Islam berkemajuan?

TANYA JAWAB AGAMA


Bagaimana berkomunikasi dengan orang LDII?

Assalamualaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, sejak awal terbit sampai hari ini Suara Muhammadiyah adalah majalah tuntunan bagi warga dan Pimpinan Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah selalu menjalankan misinya itu. Ini dapat dilihat bagaimana kami menampilkan rubrik seperti Tanya Jawab Agama, Tafsir, Hadits, Bina Akidah, Bina Akhlak, Pedoman, Kalam, Khutbah Jumat. Instruksi PP Muhammadiyah dan lainnya, yang isinya dapat dijadikan tuntunan bagi warga dan pimpinan Muhammadiyah. Bahkan para muballigh Muhammadiyah dapat memanfaatkan isi Suara Muhammadiyah ketika mereka menuntun dan membimbing umatnya. Juga perlu diingat, Suara Muhammadiyah adalah majalah tuntunan resmi yang berada di bawah koordinasi langsung PP Muhammadiyah. Dengan demikian, para pembaca tidak perlu lagi meragukan isi Suara Muhammadiyah. Manfaatkan majalah ini dengan sebaik-baiknya, agar kita semua dapat maju. Dengan cara menyampaikan aspirasinya kepada Muhammadiyah. Demikianlah, sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamualaikum wr. wb. (REDAKSI)

DIRASAH ISLAMIYAH
Pencerahan ilmu di Andalusia. Bagaimana prosesnya?

MENU
04 TAJUK RENCANA 06 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 16 TANYA JAWAB AGAMA 16 PEDOMAN 19 KOLOM 22 DIALOG 26 KALAM 31 KHUTBAH 39 LAZIS 40 DIRASAH ISLAMIYAH 42 SOHIFAH 44 HUMANIORA 50 GAGASAN 56 WAWASAN MUHAMMADIYAH 59 DINAMIKA PERSYARIKATAN

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1-15 SEPTEMBER 2011

TAJUK RENCANA

MUHAMMADIYAH:

MOBILISASI BESAR-BESARAN
uhammadiyah itu sebagai organisasi Islam modern terbesar hampir memiliki segalanya. Para pimpinan dan sumberdaya manusianya di atas rata-rata dalam banyak hal, bahkan banyak yang profesor doktor, sarjana, profesional, dan ustadz-ustadz ternama di setiap tingkatan. Infrastruktur dan jejaring organisasi dari Persyarikatan hingga Organisasi Otonom, Majelis, dan Lembaga sudah mapan dan meluas dengan para pimpinannya yang berkemampuan lebih dari memadai. Sementara amal usahanya di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan soaial secara umum luar biasa dan relatif tak tertandingi oleh organisasi Islam lain. Pendek kata, apa yang tidak dimiliki gerakan Islam yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini? Tapi ironis, di banyak hal masih banyak panorama yang kurang menunjukkan kebesaran Muhammadiyah. Cabang dan Ranting kurang berkembang, malah ada yang hidup segan mati tak mau. Masjid dan musholla kurang terurus, malah diurus gerakan Islam lain yang tak sepaham. Organisasi Otonom Angkatan Muda kurang menggigit di akar-rumput. Kegiatan-kegiatannya kurang tajam dan tidak dikenal luas masyarakat, seperti temuan survey. Buku-buku bimbingan untuk umat masih kurang, apalagi seperti tafsir, buku Al-Islam, dan tuntunantuntunan praktis yang sangat dibutuhkan di bawah. Dan, yang paling sering terdengar dan klasik ialah kurang dana! Apakah sesulit itu Muhammadiyah untuk berkembang pesat setara dengan kebesarannya? Sebenarnya tidak. Muhammadiyah itu memiliki segalanya, tetapi yang kurang dimiliki dan memerlukan langkah terobosan ialah: memobilisasi potensi secara besar-besaran! Di sinilah problem sekaligus tantangan utama gerakan Islam yang besar ini. Bagaimana caranya agar seluruh potensi yang dimilikinya tadi benar-benar diurus, dikelola, dibina, ditingkatkan, dan dikembangkan secara lebih maksimal dan optimal. Tidak berjalan apa adanya, serba rutin, pas-pasan, dan alakadarnya seperti sering terlihat selama ini dari Pusat hingga Ranting di seluruh lini organisasi. Cobalah bagaimana amal usaha dimobilisasi. Dana disalurkan secara terorganisasi, tidak berserakan dan berjalan sendiri-sendiri seperti sekarang ini. Mereka yang bekerja di amal usaha masih banyak tidak aktif dalam Muhammadiyah di tempat tinggalnya. Sumberdaya manusianya yang lengkap belum termanfaatkan oleh Muhammadiyah dan lebih untuk kepentingan mobilitas dirinya. Masing-masing cenderung berjalan sendiri dan tidak berjaringan kuat satu sama lain. Sehingga laksana kerajaan-kerajaan sendiri. Belum menyangkut mobilisasi paham atau ideologi Muhammadiyah di amal usaha. Kita masih bisa bertanya bagaimana pimpinan Persyarikatan, Organisasi, Majelis, dan Lembaga, apakah para pimpinannya sudah aktif semuanya secara maksimal? Apakah sudah mengerahkan segala kemampuannya untuk membesarkan organisasi dan tidak sekadar sibuk sendiri-sendiri atau malah terpecah-pecah dengan kegiatan-kegiatan di tempat lain, sehingga kiprah bagi Muhammadiyah tinggal residu alias sisa? Apakah jejaring ke luar baik domestik maupun luar negeri sudah dimaksimalkan untuk kepentingan Muhammadiyah? Apakah kepandaian, ilmu, dan profesi yang dimiliki para anggota pimpinan dapat dikerahkan untuk menghasilkan buku-buku, pedoman-pedoman, dan tuntunan-tuntunan organisasi? Banyak pertanyaan seputar bagaimana memobilisasi potensi Muhammadiyah yang dapat diajukan sekaligus memerlukan jawaban pembuktian. Jika Muhammadiyah melalui Persyarikatan dan amal usahanya memiliki aset dana ratusan miliar hingga triliun, mampukan dimobilisasi atau dikelola secara kolektif sehingga menguntungkan organisasi? Demikian pula, potensi para pimpinannya yang berkemampuan dan berjaringan luas, apakah dapat dikerahkan untuk membesarkan Muhammadiyah? Haqqul-yakin, jika seluruh potensi yang dimiliki benar-benar dimobilisasi secara besar-besaran, sungguh Muhammadiyah akan menjadi kekuatan gerakan Islam yang dahsyat di negeri ini. Sebaliknya, kalau masih berserakan dan berjalan sendiri-sendiri dengan aktualisasi apa adanya, Muhammadiyah tentu sekadar berjalan di tempat. HNs.
PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Ahmad Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror . Iklan & Pemasaran hubungi: Deni (081931727578), Triastuti (081904181912) ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail: redaksism@gmail.com Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381

SM 17-2011
COVER: Amin Mubarok FOTO: -

BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372

WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"

TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER

SUARA PEMBACA AUM SEBAGAI LAHAN KADER


Perkembangan Muhammadiyah di semua tingkatan tidak dapat lepas dari yang namanya pengkaderan. Kader adalah seseorang yang dibina secara khusus dan terus menerus untuk dipersiapkan menjadi penerus perjuangan Muhammadiyah dengan citacitanya. Kalau Muhammadiyah tidak dapat menciptakan kader-kader penerus, maka sudah dapat dipastikan ke depan perjalanan Muhammadiyah akan semakin suram dan terpuruk. Salah satu pengkaderan bagi Muhammadiyah adalah karyawan-karyawan di semua AUM, yang tentunya diharapkan akan mampu menggairahkan dan menggembirakan kegiatan Muhammadiyah di semua tingkatan. Banyak keluhan dari pengurus dan pimpinan PDM, PCM dan PRM tentang sulitnya mencari kader, khususnya di tingkat Ranting, padahal banyak sekali karyawan AUM yang berdomisili di Ranting tersebut. Akan tetapi sangat tidak peduli tehadap kegiatan Muhammadiyah bahkan seakan menutup mata. Untuk itu sudah saatnya bagi Muhammadiyah bersikap tegas terhadap karyawan AUM yang mempunyai sikap acuh dan tidak peduli kepada Muhammadiyah. Sudah saatnya bagi Muhammadiyah untuk menciptakan kader dari AUM. Artinya, di samping mereka bekerja untuk mencari nafkah, juga punya kesadaran dan keikhlasan yang tinggi untuk berjuang membesarkan Muhammadiyah. Diharapkan melalui pengajianpengajian dan kegiatan yang

diadakan oleh Muhammadiyah, khususnya di tingkat Ranting di mana mereka berdomisili. Jika dikelola sesuai tujuan awal didirikannya AUM maka insya Allah Muhammadiyah tidak akan kering dengan yang namanya kader dan kegiatan Muhammadiyah akan semarak di semua tingkatan. Insya Allah. Abu Aqila NBM 946794 Kota Madiun Jatim.

INGIN BANGUN MASJID DAN TK ABA


Pimpinan Ranting dan anggota Muhammadiyah Kebon Kembang Desa Cipedes Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, merencanakan membeli lahan tanah seluas 560 m2, Rp 750 juta dan tanah di depan masjid 294 m2 dengan harga Rp 350 juta. Masjid yang sudah ada merupakan pemberian wakaf pada tahun 1967, yang bangunannya berlantai dua ukuran

6 x 8 m. Untuk keperluan pembangunannya telah dibentuk Panitia Pembangunan yang diketuai oleh Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kebon Kembang, E Masrur Syah, Penasihat Haji Emdita Aming, Sekretaris H Dadang Aming, SE dan Bendahara Drs HI Sunarya. Panitia Pembangunan Masjid dan TK ABA sangat mengharapkan dukungan dari PDM Tasikmalaya, agar rencana tersebut dapat terwujud. Kepada donatur yang ingin berderma dan sedekah dapat dialamatkan ke BCA Cabang Tasikmalaya Rek. 2090120622 atas nama E Masrur Syah. Atas semua dukungan dan dorongan motivasinya kami mengucapkan terima kasih.Amin. Ketua PRM Kebon Kembang Cipedes E Masrur Syah NBM 940903 Kota Tasikmalaya 46133 Jawa Barat

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1-15 SEPTEMBER 2011

SAJIAN UTAMA

Islam Berkemajuan,
Langkah Reaktualisasi Muhammadiyah I
slam berkemajuan, mendengar istilah itu tentu yang teringat adalah semangat Islam yang dikobarkan oleh KHA Dahlan. Yaitu Islam yang dipahami dan dipraktikkan bersama semangat zaman dan sebisa mungkin mendahului zaman. Dengan demikian, umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya akan terus terpicu dan terpacu untuk menjadikan dirinya sebagai umat saksi kemajuan zaman itu sendiri. Pandangan hidup dan perilakunya tidak ketinggalan zaman dan mampu selalu memberikan solusi alternatif atas persoalan hidup aktual sesuai dengan tantangan yang actual pula. masyarakat dan bangsa Indonesia dalam beragama, cara umat bermasyarakat dan berbangsa. Pada periode emas ini, apa yang dilakukan Muhammadiyah kemudian ditiru oleh elemen masyarakat dan bangsa. Gerakan Muhammadiyah menjadi mainstream. Pembaruan yang pernah dilakukan Muhammadiyah kemudian menjadi kegiatan sehari-hari. Sebagai gerakan dakwah, sebagai gerakan amal dan sebagai gerakan ilmu, pada periode itu Muhammadiyah sangat produktif. Termasuk dalam hal melahirkan simbol baru, juga dalam hal cara memandang dan mengerjakan kewajiban serta memenuhi kebutuhan keagamaan, kemasyarakatan dan kebangsaannya. Muhammadiyah, mampu mengatasi berbagai problem dan tekanan yang dilakukan oleh rezim Pemerintah yang kadang tidak berpihak pada Muhammadiyah, juga mampu mengatasi problem dan tekanan global dan lokal yang waktu itu belum terasa seberapa. Keadaan mulai berubah menjelang akhir abad usia Muhammadiyah. Islam berkemajuan yang sekaligus juga memunculkan Islam berkebaikan dan Islam berkeindahan mulai dilupakan, sebab yang ingin ditonjolkan oleh aktivis Muhammadiyah adalah Islam berkebenaran belaka. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah masih menonjol, dan Islam sebagai gerakan amal usaha makin menonjol. Yang hilang gema dan nyalinya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu. Akibatnya, Muhammadiyah terasa berkurang dalam hal perannya untuk memajukan umat, masyarakat dan bangsa. Sementara, orang menuduh Muhammadiyah makin ketinggalan dibanding gerakan Islam kontemporer yang banyak bermunculan. Ada kemandegan luar biasa di bidang pemikiran di Muhammadiyah. Inilah yang perlu diubah. Inilah yang perlu diperbaiki. Reaktualisasi Islam berkemajuan menjadi sesuatu yang mendesak untuk dilakukan. Lebih-lebih ketika Muhammadiyah sudah harus memasuki abad kedua usianya. Bagaimana caranya? Pengajian Ramadlan tahun ini membahas itu, dan berikut laporannya. Bahan dan tulisan: tof

Akarnya tentu saja kesediaan untuk melakukan perubaban, kemampuan untuk melahirkan ijtihad-ijtihad yang solutif bagi masalah keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan. Pada awal kelahirannya dan sampai dengan lebih dari paruh abad pertama sejak kelahirannya, Muhammadiyah mampu membuktikan bahwa dengan mengaktualkan dan mempraktikkan Islam berkemajuan, Muhammadiyah mampu melakukan banyak hal, termasuk memengaruhi secara siginifikan cara umat,
6
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2- 16 SYAWAL 1432 H

SAJIAN UTAMA

Muhammadiyah dan Aktualisasi Islam Berkemajuan


Eksistensi sebuah gerakan sosial, memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi zaman yang dihadapi dan dilalui, Eric Hobsbawm dalam sebuah studinya Primitive Rebels: Studies in the Arabic Forms of Social Movement in the Nineteenth and Twenteth Centuries (1971) meyakini bahwa semua gerakan sosial termasuk gerakan keagamaaan yang terdapat sekarang ini, lahir atas respon dari kondisi sosial yang menindas.

ntuk konteks Muhammadiyah pendapat Hobsbawm di atas tentu benar akan adanya. Karena kehadiran Muhammadiyah yang awalnya diprakarsai oleh KH Ahmad Dahlan di lingkungan Kauman berangkat atas kondisi sosial yang tidak menguntungkan kehidupan rakyat banyak. Diketahui, bahwa saat awal lahirnya gerakan Muhammadiyah, situasi sosial dan politik tidak sedikitpun berpihak pada kehidupan orang-orang miskin dan tertindas. Bahkan ketimpangan ekonomi dan pengetahuan begitu tajam dirasakan. Sumber ekonomi maupun pengetahuan hanya dikendalikan oleh segelintir orang (kolonial dan elit lokal pribumi). Sedangkan banyak masyarakat sulit untuk memperoleh pekerjaan yang layak, meng-

akses pendidikan serta memperoleh kesehatan yang memadai. Potret sosial umat yang timpang dan diskriminatif tersebut, mendorong inisiatif yang kuat oleh KH Ahmad Dahlan untuk menjadikan Islam melalui Al-Quran dan Sunnah Nabi sebagai jalan pembebasan untuk membawa kemajuan umat. Dalam beberapa kali KH Ahmad Dahlan memberikan satu pernyataan pemikiran tentang bagaimana pentingnya mewujudkan masyarakat yang berkemajuan tersebut. Salah satu cara dan langkah yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan adalah menjadikan pendidikan sebagai sektor pembebasan serta perlunya melakukan reaktualisasi dan kontektualisasi terhadap ajaran Islam. Aktivitas sosial yang dilakukan Muhammadiyah dalam ranah pendidikan, tidak lain sebagai upaya menumbuhkan keimanan dan kesadaran kolektif masyarakat tentang eksistensinya di tengah-

tengah kehidupan sosial. Gagasan seperti ini persis dengan yang pernah dilakukan oleh Ali Syariati seorang ideolog revolusioner Islam Iran dengan memosisikan Islam bukan semata-mata sebagai kumpulan tradisi dan ritual keagamaan semata, namun jauh dari itu ia (baca: Islam) sebagai suatu keyakinan yang dipilih secara sadar untuk menjawab keperluan-keperluan yang timbul dan memecahkan masalahmasalah dalam suatu masyarakat (Kepemimpinan Mustadafin: 2001). Oleh karena itu, baik Ali Syariati maupun KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah awalnya menjadikan Islam sebagai sebuah pandangan yang komprehensif serta meletakkannya sebagai kerangka pembebasan umat dari ketidakadilan dan ketimpangan sosial yang terjadi. Berangkat dari sini sangatlah nyata jika karakter gerakan Muhammadiyah yang sebenarnya adalah gerakan keagamaan yang meletakkan nilai-nilai Islam dan
7

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

SAJIAN UTAMA
teologinya sebagai gerakan pembebasan serta pemihakan terhadap kaum yang terpinggirkan dan tertindas tanpa terjebak oleh kepetingan primordialisme keimanan yang sempit. Muhammadiyah mampu mengejewantahkan dirinya sebagai tenda kultural yang mengakomodasi beragam paham, kesadaran keagamaan, pilihan politik umat dan warga bangsa di belantara nasionalitas dalam pusaran peradaban global yang dihadapi. Gagasan dan gerakan Muhammadiyah awal tersebut juga sampai menarik perhatian seorang peneliti asing, Charles Kurzman, yang menerjemahkan uraian ringkas Ahmad Dahlan tersebut dalam The Unity of Human Life (Modernist Islam, 1840-1940; Oxford Universty Press, 2002, hlm 344-339) yang menyebutkan jika Dahlan sebagai tokoh liberal yang menekankan gerakan dan misi keagamaannya pada kepentingan kemanusiaan. Namun, gagasan dan aksi cemerlang KH Ahmad Dahlan dalam mengejawahtakan nilai-nilai keagamaan dalam gerakan sosialnya tersebut mengalami reduksi yang cukup serius ketika Muhammadiyah berada di tangan generasi mutakhir ini. Gejala dan model pewarisan gagasan yang demikian tentu saja sangat berbahaya terhadap eksistensi dan peran Muhammadiyah untuk membawa Islam yang berkemajuan bagi ummat. Karena model yang demikian sebenarnya bukan saja sebagai bentuk kebekuan. Namun ia tidak lain sebagai bentuk penyimpangan yang sebenarnya dari hakikat ber-Muhammadiyah itu sendiri. Karena banyak orang ber-Muhammadiyah bukan lagi untuk menjalankan misi pembebasan Islam terhadap kehidupan yang timpang saat ini. Namun lebih sebagai misi pengusaha dan birokrat Islam. Berangkat dari sini, penting kiranya bagi warga Muhammadiyah untuk melakukan langkah-langkah progresif dalam mewujudkan Islam berkemajuan. Agar Islam tidak hanya sekedar sebagai sebuah rutinitas, namun menjadi solusi kehidupan dalam
8

membangun peradaban umat sebagaimana misi awal yang didorong oleh KH Ahmad Dahlan. Diantaranya adalah, penguasaan terhadap Al-Quran maupun Sunnah al Maqbullah secara baik. Ari Anshari menyebutkan, untuk mengaktualisasikan Islam yang berkemajuan, harus dengan keyakinan memperjuangkan risalah Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah saw, yaitu dengan menguasasi Al-Quran dan Sunnah Nabi. Penguasaan terhadap konsep dasar ajaran Islam tersebut, memiliki makna bagaimana kemudian Muhammadiyah

melakukan sebuah interpretasi dan kontektualisasi terhadap ajaran yang terkandung dalam membangun peradaban umat. Tentunya untuk melakukan proses kontektualisasi tersebut, membutuhkan pemikiran dan pengetahuan yang memadai. Artinya disini, Muhammadiyah mampu menjadikan gerakannya sebagai keilmuan dan pengetahuan. Sebab negara-negara maju yang berhasil membangun sebuah peradabannya, memiliki korelasi yang kuat dan investasi keilmuan yang diciptakan. Akan tetapi justru disayangkan, Muhammadiyah secara organisatoris kurang memberikan perhatian yang lebih dalam aspek pemikiran terkait problemproblem aktual. Kalau Muhammadiyah bergerak dalam bidang pendidikan betul

positif, tapi sekarang ini kita juga butuh peran-peran Muhammadiyah terkait pemikiran-pemikiran masalah kontemporer, seperti lingkungan hidup, masalah teknologi, masalah globalisasi dan sebagainya, tutur Prof Taufiq Abdullah saat diwawancarai SM. Lebih lanjut Taufiq Abdullah justru banyak mengkritik gagasan-gagasan Muhammadiyah yang dinilai terlalu mengawangawang, dan kurang tegas terhadap persoalan kebangsaan dan keumatan. Saya melihat gagasan Muhammadiyah terlalu di awang-awang, kurang tegas, memang ini bagus pemikirannya, tapi kurang menyentuh pada akar persoalan. Padahal umat butuh gagasan yang solutif dari Muhammadiyah, tambah Taufiq. Dengan begitu serius, Taufiq Abdullah mencontohkan pemikiran Muhammadiyah yang tertuang dalam proposal pengajian PP Muhammadiyah yang dinilai banyak yang kurang jelas. Anda bisa lihat kalimat dan pemikiran dalam proposal ini, kata-katanya bagus, tapi tidak jelas apa maksud dan tujuannya, tuturnya dengan tanda tanya. Oleh karenanya, menurut Taufiq, Muhammadiyah ke depan jangan konservatif dengan pemikiran-pemikiran yang aktual. Aspek lain yang juga penting dirumuskan terkait mengaktualisasikan Islam yang berkemajuan tersebut adalah, perubahan strategi pembangunan Muhammadiyah dari yang bersifat human capital menuju social capital. Sebab human capital hanya akan mengarah pada pengembangan individu semata, dan ini tentu merupakan proses yang sangat lambat dalam menangani berbagai persoalan yang kompleks di atas. Untuk itu, upaya pembangunan yang mengarah pada social capital merupakan kebutuhan yang harus dilakukan Muhammadiyah. Karena dengan pembangunan social capital tersebut, setidaknya Muhammadiyah sudah bisa berlari cepat dalam menangani berbagai persoalan yang terjadi. Dengan langkah ini semoga gerakan sosial Muhammadiyah mendapatkan tempat yang memuaskan bagi republik ini. (d)

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

SAJIAN UTAMA

SIAP HADAPI PERUBAHAN DUNIA?

etiap kader Muhammadiyah yang berasal dari berbagi lini memerlukan kesiapan menghadapi perubahan dunia. Perubahan kualitas, kuantitas dan kompleksitas kehidupan yang makin menderas tidak boleh diabaikan. Islam berkemajuan sebagimana dicanangkan oleh KHA Dahlan dapat menjadi bekal untuk menghadapi semua itu. Lantas bagaimana semua itu diproses? Aisyiyah memahami kaderisasi yang dipersiapkan sebagai perwujudan Islam berkemajuan sebagai proses transformasi. Dra Siti Aisyah dari PP Aisyiyah menjelaskan kaderisasi sebagai proses transformasi tercermin dalam transformasi nilai untuk kemajuan yang mewarnai dan melekat dalam identitas Muslim baik sebagai individu, keluarga, masyarakat, negara dan internasional. Juga tercermin dalam transformasi pemikiran Islam yang berkemajuan menjembatani gap antara normatifitas dan empirisitas. Transformasi dilakukan dalam tradisi tulisan, bukan tradisi tutur, agar butir-butir pemikiran, implementasi nilai-nilai Islam yang berkemajuan dalam berbagai kegiatan dapat diinternalisasikan dan disosialisasikan dalam proses regenerasi. Dan transformasi antarAMM puteri maupun AMM ke Aisyiyah, didesain dengan mengutamakan kompetensi dan potensi, pendekatan, kekeluargaan dan mengakomodasi spesifikasi masing-masing institusi, ungkapnya dalam Pengajian Ramadlan PP Muhammadiyah di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta lalu. Kader muda Muhamamdiyah dari AMM juga dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu klasik Islam seperti ilmu ulum al hadist, ulum al tafsir, sirah nabawiyah, ushul ad-din dan aqaid al diniyyah dan lain. Selain itu kader kita juga harus sekaligus menguasai peta perkembangan pemikiran modern yang ada di Negara-negara Barat.

Semua kita pasti mengatakan bahwa tugas ini adalah tugas yang sangat berat. Apalagi kecenderungan pengembangan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah sangat berorientasi pendidikan umum daripada pendidikan agama. Akibatnya, alumnialumni lembaga pendidikan Muhmmadiyah banyak yang gagap ketika berbicara masalah penguasaan ilmu-ilmu klasik tersebut, kata Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Saleh P Daulay pada kesempatan yang sama. Prof DR Abdul Munir Mulkhan dalam pengajian itu mengajak para kader untuk melek realitas. Artinya para kader itu jangan sampai rabun atau malahan buta terhadap perubahan yang setiap detik terus terjadi di sekeliling kita. Kalau ini tidak dilakukan, ada risiko gerakan keagamaan bakal ditinggalkan orang sebagaimana sekarang orang meninggalkan partai politik Islam. Coba kita lihat bagaimana sekarang ini gerakan filantropi yang dirintis Kiai Haji Ahmad Dahlan di Muhammadiyah sekarang kalah populer dengan gerakan Dompet Dhuafa. Pada saat yang sama pemecahan problem umat yang dulu diatasi dengan ijtihad sosialritual kreatif Kiai kini melemah bahkan tampak hampir mati. Dan yang paling nyata bagaimana kasus Prita, Darsem, Ruyati jusru dipecahkan oleh LSM, bukan oleh gerakan Islam, kata Abdul Munir Mulkhan. Dalam mengkritisi gerakan sipil Islam, Prof Munir menunjukkan bagaimana ancaman terbesar gerakan keagamaan sebagai gerakan sipil ialah demokrasi liberal dalam politik transaksional. Ada kecenderungan pimpinan gerakn selangkah lagi ke gerbang kekuasaan. Pada saat yang sama gerakan Islam seolah diposisikan sebagai kebun suara, tapi fasilitas sosekpol dinikmati
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

SAJIAN UTAMA
oleh elit partai. Pada saat yang sama elit gerakan sipil Islam kini cenderung mulai menuntut umat pendukung agar menyediakan fasilitas seperti yang dinikmati oleh elit partai. ungkapnya. Jangan lupa diamati, kehidupan sosial kontemporer sekarang ini bagai panggung hiburan yang tidak selalu paralel dengan realitas otentik. Dalam dunia yang seperti ini timbul tenggelamnya tokoh politik dan juru dakwah amat tergantung pada media pers atau teve. Bagi Muhammadiyah, soalnya adalah bagaimana membuat jangkar peradaban Persyarikatan lebih bermakna dan menjadi referensi umat dalam memilih gaya hidup di bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Sebagai aktivis gerakan dakwah, orang-orang Muhammadiyah sekarang perlu menyadari bahwa posisi kiai, ulama dan ustadz sebagai sumber pengetahuan sebagaimana terjadi pada tahun 1970-an, kini telah tergantikan oleh media. Saat ini tidak ada batasan dan syarat moral mempelajari ilmu keagamaan (syariat) yang setiap detik disajikan media. Perkembangan semacam ini jelas tidak dapat dikontrol oleh tokoh agama atau oleh lembaga keagamaan seperti Muhammadiyah. Dengan demikian siapa pun berhak menjadi ahli ilmu keagamaan dengan media pers elektronik atau cetak sebagai guru utama. Kita menyaksikan bagaimana media betul-betul menjadi penentu kapan seseorang diorbitkan sebagai kiai atau ustadz populer dan kapan posisinya dicabut atau dijatuhkan. Dan pada saat yang sama sejumlah artis selingkuh atau berzina, bahkan sampai hamil dan dengan bangga mereka mengakui hal ini dan ini diterima sebagai hal biasa oleh publik yang mayoritas Muslim. Bagaimana semua ini dapat dijelaskan? tanyanya. Yang juga mendasar adalah bagaimana memahami dakwah dan dinamika politik aktual sekarang yang ditandai oleh gejala bagaimana partai Islam tidak lagi menjadi mainstream dan digantikan partai nasionalis yang mampu berkomunikasi dengan publik umat dengan elit yang dikenal sebagai orang Muslim. Saat yang demikian muncul gejala bagaimana kesalehan otentik tidak lagi menjadi magnit sebagaimana dulu, tetapi justru digantikan dengan ritual simbolik seperti mengenakan baju koko, peci haji, umrah dan haji setiap saat. Yang menyedihkan, pada saat yang sama kaum fuqoro dan masakin terus tergusur saat gerakan keagamaan cenderung tidak peduli pada mereka. Meski gerakan penyembelihan hewan qurban dan pembayaran zakat fitrah meningkat tetapi ini tidak berdampak secara signifikan terhadap nasib mereka, kata Munir setengah menggugat. Kenyataan di atas sepertinya tidak nyambung dengan kecenderungan yang muncul di Persyarikatan. Persyarikatan yang semula lahir dengan daya panggil; lewat ijtihad sosial kreatif, tetapi fungsional memecahkan masalah publik sekarang ruh gerakan yang demikian seakan-akan telah hilang. Para aktivisnya justru ada yang sibuk memilih jalan pintas kekuasaan, atau menikmati jalan kekuasaan yang glamour. Ada juga yang puas memamah biak keberhasilan masa silam dengan membanggabanggakan hasil ijtihad sosial Kiai Dahlan yang sekarang sudah jadi tradisi sosial umat. Hanya sedikit yang memilih jalan dakwah atau jalan kebudayaan yang sunyi, tambah Munir Mulkhan.
10
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

Agar proses kaderisasi dapat efektif, Aisyiyah menempuh strategi untuk memperkuat pilarnya. Yaitu perkaderan lewat jalur keluarga, kaderisasi AMM, kaderisasi amal usaha Aisyiyah, dan kaderisasi pimpinan. Keluarga merupakan pilar penting bagi kaderisasi yang bermuatan Islam berkemajuan. Sebab di keluarga inilah nilai-nilai Islam berkemajuan dapat ditanamkan dengan kuat. Keluarga Pimpinan Aisyiyah diharapkan menjadi kantong kader Aisyiyah, yaitu tempat anak-anaknya memperoleh kesadaran dan proses pengkaderan yang intens. AMM putri akan diberi wadah berupa kegiatan yang sesuai dengan minat kaum muda dan sesuai dengan spirit zaman, dan membuka kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan kualitas diri, membuka jalur kegiatan, dan melibatkan mereka dalam proses perkaderan struktural dan non srtruktural. Untuk ini kami meningkatkan komunikasi, dialog, sinergi dan jaringan dan kordinasi organisasi dengan ortom AMM, tambah Siti Aisyah. Amal usaha Aisyiyah adalah medan perjuangan dan medan kaderisasi bagi Aisyiyah. Dengan demikian pada AUM selalu digiatkan Darul Arqam maupun Baitul Arqam. Dengan demikian, mereka yang aktif di amal usaha makin lama makin meningkat kualitas kerjanya sekaligus meningkat pula potensi dirinya sebagai kader Aisyiyah. Sedang Muhammadiyah sendiri, menurut Asep Purnama Bahtiar, Ketua MPK PP Muhammadiyah, zaman yang bergerak tentu menimbulkan konsekuansi dan risiko bagi semua unit dan entitas yang ada di dalamnya, termasuk Muhammadiyah. Dalam konteks ini bisakah narasi besar Islam yang berkemajuan itu masih laik tanding dan laik sanding dengan zaman yang tak kunjung surut, sementara kondisi internal Muhammadiyah seakanakan kehilangan daya dukungnya? Beberapa hal di Persyarikatan sudah menjadi fenomena, atau paling tidak, simpton yang kontraproduktif dengan visi dan spirit Muhammadiyah yang berkemajuan tadi. Pertama, masih banyak yang memandang Muhammadiyah itu sebatas organisasi. Pandangan seperti ini selain mereduksi hakikat dan identitas Muhammadiyah juga bisa mengakibatkan tokoh atau warga Muhammadiyah mudah berpaling ke organisasi lain atau berselingkuh dengan partai politik yang suka memperalat dakwah. Bila Muhammadiyah hanya dipahami sebagai sekadar organisasi, lantas apa bedanya dengan organisasi atau perkumpulan yang gampang muncul dan gampang tenggelam itu? tanya Asep. Kedua, semakin menggejalanya persepsi dan anggapan yang parsial dan sektoral dalam struktur kepemimpinan. Ketiga, munculnya gejala berorganisasi yang tidak utuh dan menyeluruh secara internal. Misalnya tidak tahu kalau Muhammadiyah itu memiliki hubungan yang fungsional dengan ortom. Gejala keempat, dan ini sepertinya cukup parah, adalah munculnya gejala orang Muhammadiyah tega dan tidak merasa bersalah ketika memperalat Muhammadiyah untuk kepentingan kelompoknya dan untuk meraup keuntungan pribadi. Kelima, masih ada gejala kenyamanan yang menjebak pada romantisme, masa lalu di Ortom. Padahal arus kehidupan yang nyata bisa lebih dahsyat dari apa dapt kita bayangkan selama ini. (Bahan dan tulisan: tof)

SAJIAN UTAMA KONSISTEN DI J ALAN TAJDID


Prof DR Alyasa Abu Bakar, Ketua Dewan Syariah Nangro Aceh Darussalam dan ketua PWM Aceh uhammadiyah sejak semula sudah menentukan Islam berkemajuan sebagai dasar gerakannya. Ini berari tidak ada pilihan lain kecuali selalu istiqomah dalam jalan tajdid dan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Muhammadiyah sudah keluar dan bisa dikatakan selesai dalam masalah mazhab, tetapi tajdid yang seperti apa yang harus dirumuskan itu yang belum final. Misalnya, Al-Quran sudah jelas ingin mengangkat derajat kaum perempuan, semangat itu jelas tidak terbantahkan oleh apa pun. Tetapi sampai di mana derajat perempuan itu diangkat? Dalam mazhab dan salaf derajat pengangkatan derajat perempuan terhenti sampai pada setengah derajat laki-laki. Apakah tajdid Muhammadiyah yang Islam berkemajuan itu juga hanya terhenti sampai di situ saja karena bunyi ayat Al-Quran memang begitu atau bagaimana? Ini selalu menjadi perdebatan. Hal ini bisa disikapi dengan menentukan sikap, yang ada ayat Qurannya kita amalkan seperti itu tetapi jangan diperluas ke lapangan yang lain. Jangan di semua lapangan kita perlakukan perempuan sebagai setengah laki-laki. Masalah-masalah yang lain seperti hal di atas masih banyak dan akan terus kita jumpai, antara yang khalaf dan salaf memang harus selalu didialogkan. Sampai saat ini sudah banyak buku tentang Islam dan HAM misalnya tetapi belum ada pembahasan Islam yang menyatu dengan HAM, misalnya, menyatu dalam ushul fiqihnya. Muhammadiyah mencita-citakan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, itu juga hanya bisa mendekati hal itu saja. Masyarakat Islam masa Nabi Muhammad bukanlah rujukan yang pas untuk menggambarkan Masyarakat Islam yang sebenarbenarnya dalam konteks sekarang, masyarakat masa Nabi memang menjadi bentuk masyarakat ideal pada masa itu tetapi tidak pada masa sekarang, karena sekarang sudah perkembangan teknologi yang sangat membedakan dulu dan sekarang. (ies)

abad pertengahan sekitara abad ke-9 umat Islam sudah pernah menjadi jembatan emas kemajuan peradaban dunia. Semua ilmuwan yang merintis sains modern zaman itu hapir semuanya adalah umat Islam, termasuk yang menemukan angka nol yang merupakan lompatan terbesar dalam pengembangan pengetahun. Namun, kenyataan sekarang kita sudah dilampaui oleh Kaum Yahudi yang belum pernah mempunyai sejarah sebesar umat Islam. Untuk mencapai kemajuan tampaknya tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain memadukan iman dan amal. Iman saja tampaknya tidak cukup tetapi harus beramal. Semua ajaran untuk maju dan maju sudah ada dalam ajaran Islam di bandingkan dengan ajaran lain, semangat untuk maju yang ada dalam ajaran Islam tampaknya jauh lebih komplit dan banyak, hanya tidak kita amalkan saja. (ies)

MUBALIGH KITA KURANG MENGUASAI HADITS


Agus Tri Sundani, Wakil Ketua PWM DKI uhammadiyah dengan semangat Islam berkemajuannya saat ini dapat dikatakan sedang mendapat tantangan yang serius, terutama dari kelompok yang menamakan diri sebagai golongan salafi. Apakah mereka membawa semangat Islam berkemajuan atau tidak itu tidak menjadi soal, yang jelas umat dan warga Muhammadiyah saat ini banyak yang terpuaskan dengan pengajianpengajian mereka (yang meskipun banyak kekurangannya juga). Umat terpuaskan, karena dalam pengajian mereka selalu membawa Hadits dan dalil-dalil yang meyakinkan, sedangkan mubaligh kita kurang suka dengan hal-hal seperti itu. Mubaligh kita mungkin kurang percaya diri untuk menampakkan kemampuan mereka dalam berdalil dengan Hadits-Hadits maupun dengan berbagai kitab berbahasa Arab. Walaupun sebenarnya banyak dari kaum salafi itu tidak banyak juga kitab Hadits yang dikuasainya tetapi mereka percaya diri. Untuk itu kita harus bisa memuaskan umat kita dengan bebagai Hadits dan kitab-kitab pendukung yang lebih komplit. (ies)

ISLAM PERNAH MEMIMPIN PERADABAN ILMU

JALAN DAKWAH HARUS TETAP DILALUI


Abdul Karim, PWM Bangka Belitung aya sepakat, untuk mewujudkan tatanan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Islam yang berkemajuan ini, Muhammadiyah untuk memilih jalan dakwah, bukan jalan politik yang menggoda seperti sekarang ini. Para politisi yang tampaknya menggebu-gebu memperjuangkan Islam itu walau tidak semuanya pada kenyataannya malah lebih banyak merugikan Islam. Jalan dakwah yang ditempuh Muhammadiyah memang tidak akan menjanjikan kepentingan duniawi yang secara langsung dapat dirasakan. Tetapi akibatnya akan jauh lebih banyak untuk masa depan umat Islam sekarang maupun yang akan datang. (ies)

Haitami, PDM Garut slam yang berkemajuan memang sangat ideal untuk kita wujudkan. Namun, pada kenyataannya saat ini kita memang belum bisa maju-maju, kita sekarang ini malah kalah dengan kaum Yahudi. Di penghargaan nobel, orang Yahudi yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada umat Islam justru mendapatkan jauh lebih banyak daripada kita. Ini tentu bukan semata karena mereka sudah pernah memakan mana dan salwa, pasti ada sebab lain, masalah etos dan sebab lainnya. Dalam sejarah, kita, umat Islam ini, pernah berjaya pada masa

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

11

BINGKAI

Pandangan Islam

Yang Berkemajuan
DR H HAEDAR NASHIR, MSI

Muhammadiyah sejatinya menganut pandangan Islam yang berkemajuan, sehingga jika dinisbahkan ke dalam sistem paham maka dapat dikatakan gerakan yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan tahun 1912 ini sebagai ideologi Islam yang berkemajuan. Sejumlah bukti autentik dan historis dapat mendukung klaim ideologis itu, yang jauh lebih mengena dengan karakter Muhammadiyah dan terkesan lebih mempribumi. Label lain yang serupa Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid atau pembaruan.
ementara dalam predikat yang lebih populer dari para ahli terutama peneliti dari luar Muhammadiyah disebut sebagai gerakan reformisme atau modernisme Islam. Dalam konteks perkembangan pemikiran Islam kontemporer, istilah Islam yang berkemajuan menurut Prof DR Amin Abdullah (2011) jauh lebih tepat bagi Muhammadiyah, yang lebih mirip dengan Islam progresif. Muhammadiyah dengan pandangan atau ideologi Islam yang berkemajuan kini dihadapkan pada tantangan baru sehubungan dengan dinamika gerakan-gerakan Islam kontemporer setelah reformasi. Perkembangan Islam mutakhir atau kontemporer menunjukkan dinamika yang luar biasa dalam ragam kecenderungan gerakan dengan sejumlah harapan, tantangan, dan masalah yang sangat kompleks. Rentangan keragaman pemikiran Islam dalam menghadapi isu-isu mutakhir seringkali berkembang demikian luas dan tajam, yang bergerak dari pendulum yang paling sekuler atau liberal hingga kalangan Islamis radikal, yang sering menunjukkan fenomena yang oleh Tariq Ali (2002) disebut The Clash of Fundamentalism atau benturan antar kaum fundamentalis. Artinya keragaman pandangan tersebut tidak hanya melahirkan kategorisasi yang bercorak pemikiran, bahkan kontradiksi dalam orientasi aksi gerakan dan pengelompokan umat secara
12
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

saling menegasikan. Dinamika Islam di ranah global juga cukup mencengangkan. Secara kuantitatif jumlah umat Islam tahun 2010 menurut perhitungan The Pew Forums mencapai sekitar 1.57 miliar dengan tingkat pertumbuhan 2,9% melebihi angka pertumbuhan penduduk dunia sebesar 2,3%. Jumlah tersebut telah menyentuh prosentase 22% dari pemeluk agama di dunia, yakni nomor dua setelah Kristen yang menempati angka 33%. Laju pertumbuhan penduduk Muslim tersebut, termasuk di negeri-negeri Barat, akan mengubah peta pemelukan agama yang berpengaruh terhadap dinamika Islam di masa depan. Peluang untuk menjadi agama dengan pemeluk terbesar di dunia sangat mungkin terjadi, yang memberi kemungkinan lain berupa beban moral, intelektual, dan sosial baru yang tidak sederhana bagi umat Islam di masa depan. Isu Islam versus Barat mulai bergeser ke Islam di Barat, yang menunjukkan kecenderungan baru saling akomodasi dan negosisasi antara Islam dan Barat menggeser paradigma konflik atau benturan antara keduanya. Di Indonesia, setelah reformasi perkembangan gerakan-gerakan Islam mutakhir juga menunjukkan keragaman yang luar biasa dengan kemajemukan pemikiran dan aksi yang tidak jarang saling berbenturan satu sama lain. Gerakan-gerakan Islam yang di masa Orde Baru tiarap atau underground, bermunculan ke permukaan seperti NII, Ikhwanul Muslimin atau gerakan Tarbiyah, Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir, Majelis Mujahidin, dan lainlain yang sering dikategorisasikan mewakili neorevivalisme atau neofundamentalisme Islam. Di pendulum lain muncul gerakangerakan Islam yang mengusung ideologi Islam yang cenderung liberal, dari yang moderat sampai radikal dalam genre neofundamentalisme Islam. Sementara itu kalangan tradisionalis Islam juga menunjukkan dinamika baru, yang sampai batas tertentu bahkan melampaui gerakan modernisme Islam yang dulu direspons secara dialektik atau diametral. Dalam dinamika Islam kontemporer tersebut terjadi rivalitas baru yang masih ditunggu bagaimana prosesnya ke depan. Dalam dinamika Islam yang penuh warna itulah Muhammadiyah saat ini berada dan diuji ketangguhannya sebagai gerakan Islam yang membawa misi ideologi yang berkemajuan. Muhammadiyah dalam perspektif ideologi keagamaannya sesungguhnya menampilkan pandangan Islam yang berkemajuan. Idiom kemajuan, maju, memajukan, dan berkemajuan telah melekat dalam pergerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga dalam perjalanan berikutnya. Dalam Statuten pertama kali tahun 1912, tercantum kata memajukan dalam frasa tujuan Mu-

BINGKAI
hammadiyah, yaitu ...b. Memajoekan hal Igama kepada anggauta-anggautanja. Kiai Dahlan, seringkali mengungkapkan pentingnya berkemajuan. Menjadi Kiai, jadilah Kiai yang maju, ujar Kiai. Belum termasuk pikiran-pikiran dasar dan langkah-langkah awal Kiai Dahlan sejak meluruskan arah kiblat sampai mendirikan lembaga pendidikan Islam dan pranata-pranata amaliah sosial Islam yang bersifat modern, semuanya menunjukkan pada watak Islam yang berkemajuan. Seperti dikutip Kuntowijoyo (2005 ) sebagaimana tercantum dalam Suwara Muhammadijah edisi awal (tahun I nomor 2 halaman 29), dalam huruf dan bahasa Jawa tertulis ucapan Kiai Dahlan: Awit miturut paugering agami kita Islam, sarta cocok kaliyan pikajenganipun jaman kemajengan...(Karena menurut tuntunan agama kita Islam, serta sesuai dengan kemauan zaman kemajuan.). Dalam tulisan utuh Kiai Dahlan tahun 1921 dan menurut informasi sebagai satu-satunya tulisan lengkap yang diwariskan pendiri Muhammadiyah ini, yang berjudul Tali Pengikat Hidup Manusia (Syukriyanto AR & A. Munir Mulkhan, 1985), Kiai menyebut tali pengikat hidup manusia adalah pengetahuan yang terlalu amat besar bagi kemanusiaan umumnya, sehingga memenuhi bumi, yang dirujuk ialah Al-Quran yang dengannya manusia semestinya dapat menyatukan hati. Kiai juga mengulas tentang pentingnya para pemimpin umat bersatu hati, dan di frasa itu menunjuk apa yang disebut ... pemimpin kemajuan Islam.... Dalam tulisan itu, selain mengupas tentang persatuan pemimpin dan manusia sebagai makhluk Allah, yang menarik hampir lebih separuh dari tulisan itu menguraikan tentang akal, pendidikan akal, kesempurnaan akal, kebutuhan manusia, orang yang mempunyai akal, dan perbedaan antara pintar dengan bodoh. Dalam Majalah Suara Muhammadiyah tahun 1922, ditulis dalam bahasa Jawa, tentang pentingnya Islam sebagai agami nalar, artinya agama yang berkemajuan dalam pemikiran umatnya. Pak Djarnawi Hadikusuma dalam buku Matahari-Matahari Muhammadiyah, ketika menjelaskan penisbahan Muhammadiyah dengan nama Nabi Muhammad memberikan uraian sebagai berikut: Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.. Dalam pidato iftitah HB Muhammadiyah tahun 1927, 1928, dan 1929, berturut-turut diangkat tema dan ulasan tentang Pandangan tentang Kemajuan Islam dan Pergerakan Muhammadiyah, Pandangan tentang Agama Islam dan Pergerakan Muhammadiyah, serta Pandangan tentang Kemajuan Agama Islam dan Pergerakan Muhammadiyah Hindia Timur, yang mengupas berbagai pandangan Islam, kemajuan umat Islam di Tanah Air dan belahan dunia, serta berbagai masalah yang dihadapi Muhammadiyah dan umat Islam. Dari berbagai khutbah iftitah atau Khutabtul Arsy dari tahun 1921 hingga tahun 1971, tergambar betapa luas pandangan para tokoh Muhammadiyah dalam memahami ajaran Islam dan menghadapi kompleksitas kehidupan, yang berpijak pada fondasi Al-Quran dan As-Sunnah yang maqbulah dengan mengembangankan pemikiran yang berkemajuan. Kiai Mas Mansur ketika menulis tentang Sebab-sebab Kemunduran Ummat Islam dalam Adil Nomor 52/IX tahun 1941 seperti dikutip Amir Hamzah W, menunjuk empat faktor. Keempat sebab itu ialah iman umat yang tipis, umat yang tidak cerdas, pimpinan yang hanya pandai gembar-gembor, dan syiar agama yang kurang. Ketika menjelaskan ciri kedua, yakni umat yang tidak cerdas, Ketua PB Muhammadiyah tersebut menulis sebagai berikut: Umat kita tiada mempunyai kecerdasan. Rata-rata umat Islam di Indonesia berada dalam kebodohan, mereka tidak tahu hakikat agama. Agamanya mengajak mereka pada kemajuan, tetapi lantaran kekebalannya, mereka sebaliknya malah mundur. Agamanya diserang oleh orang lain tidak diinsyafinya. Dalam ciri kedua Dua Belas Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1942, bahkan disebutkan tentang pentingnya Memperluaskan Faham Agama dinyatakan sebagai berikut: Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan dengan arti yang seluasluasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan, sehingga kita sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna, maka mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu (PB Muhammadiyah Madjlis Taman Poestaka, 1939: 51). Istilah berkemajuan juga diperkenalkan dalam memberikan ciri tentang masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Muktamar ke-37 tahun 1968 dikupas tentang karakter masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara sembilan ciri masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, salah satu cirinya ialah Masyarakat berkemajuan, yang ditandai oleh: (a) Masyarakat Islam ialah masyarakat yang maju dan dinamis, serta dapat menjadi contoh; (b) Masyarakat Islam membina semua sektor kehidupan secara serempak dan teratur/terkoordinir; (c) Dalam pelaksanaannya masyarakat itu mengenal pentahapan dan pembagian pekerjaan. Dari ciri masyarakat Islam yang berkemajuan itu jelas sekali bagaimana tujuan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid untuk membentuk masyarakat yang dicita-citakan. Makin kuat rujukan tentang ikon pandangan dan cita-cita Islam yang berkemajuan. Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad) tahun 2010 di Yogyakarta dinyatakan secara tegas tentang Pandangan Islam yang Berkemajuan. Pada bagian Agenda Abad Kedua dinyatakan Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai ajaran tentang kemajuan untuk mewujudkan peradaban umat manusia yang utama. Kemajuan dalam pandangan Islam melekat dengan misi kekhalifahan manusia yang sejalan dengan sunatulah kehidupan, karena itu setiap Muslim baik individual maupun kolektif berkewajiban menjadikan Islam sebagai agama kemajuan (din al-hadlarah) dan umat Islam sebagi pembawa misi kemajuan yang membawa rahmat bagi kehidupan. Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam seluruh dimensi
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

13

BINGKAI
kehidupan, yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan rohaniah. Adapun dakwah Islam sebagai upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan diproyeksikan sebagai jalan perubahan (transformasi) ke arah terciptanya kemajuan, kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan kemaslahatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama, dan sekat-sekat sosial lainnya. Islam yang berkemajuan menghadirkan Islam dan dakwah Islam sebagai rahmatan lil-alamin dimuka bumi. Bahwa Muhammadiyah memandang Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan rohaniah. Adapun dakwah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Bahwa Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi yang terkandung dalam pesan Al-Quran surat Ali Imran 104 dan 110 yang menjadi inspirasi kelahiran Muhammadiyah. Secara ideologis Islam yang berkemajuan untuk pencerahan merupakan bentuk transformasi Al-Maun untuk menghadirkan dakwah dan tajdid secara aktual dalam pergulatan hidup keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal. Transformasi Islam bercorak kemajuan dan pencerahan itu merupakan wujud dari ikhtiar meneguhkan dan memperluas pandangan keagamaan yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dengan mengembangkan ijtihad di tengah tantangan kehidupan modern abad ke-21 yang sangat kompleks. Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. Muhammadiyah berkomitmen untuk terus mengembangkan pandangan dan misi Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit awal kelahirannya tahun 1912. Pandangan Islam yang berkemajuan yang diperkenalkan oleh pendiri Muhammadiyah telah melahirkan ideologi kemajuan, yang dikenal luas sebagai ideologi reformisme dan modernisme Islam, yang muaranya melahirkan pencerahan bagi kehidupan. Pencerahan (tanwir) sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan,
14
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia. Dengan pandangan Islam yang berkemajuan dan menyebarluaskan pencerahan, maka Muhammadiyah tidak hanya berhasil melakukan peneguhan dan pengayaan makna tentang ajaran akidah, ibadah, dan akhlak kaum Muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam muamalat duniawiyah yang membawa perkembangan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam. Paham Islam yang berkemajuan semakin meneguhkan perspektif tentang tajdid yang mengandung makna pemurnian (purifikasi) dan pengembangan (dinamisasi) dalam gerakan Muhammadiyah, yang seluruhnya berpangkal dari gerakan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah (al-ruju ila al-Quran wa al-Sunnah) untuk menghadapi perkembangan zaman. Dari rujukan-rujukan tertulis maupun berdasarkan fakta langkah-langkah Muhammadiyah yang melakukan tajdid atau pembaruan, maka dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah itu memiliki paham dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang melaksanakan fungsi utama dakwah dan tajdid dapat dikatakan sebagai gerakan Islam yang berkemajuan. Dengan demikian, jika ditanyakan karakter ideologi Muhammadiyah, maka ideologi Muhammadiyah itu tidak lain sebagai ideologi yang berkemajuan. Inilah karakter utama Muhammadiyah, yakni ideologi Islam yang berkemajuan. Jadi, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang berkemajuan. Ideologi Muhammadiyah berwatak dan membawa misi Islam yang berkemajuan. Ideologi Islam yang berkemajuan itu diaktualisasikan melalui gerakan dakwah dan tajdid, yang berwujud peneguhan dan pencerahan baik melalui amaliah pemikiran (dakwah bi-lisan) maupun amaliah praksis tindakan melalui berbagai usaha Muhammadiyah yang selama ini telah dilakukan untuk kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Ideologi Muhammadiyah sebagai ideologi Islam yang berkemajuan secara substansi dapat dirujuk pada dokumendokumen resmi Muhammadiyah maupun gagasan-gagasan dasar Kiai Dahlan selaku pendiri gerakan Islam ini. Secara sosiologis pandangan Islam yang berkemajuan dapat ditunjukkan dengan amaliah-amaliah pembaruan yang selama seratus tahun telah dilakukan Muhammadiyah untuk umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Dalam konotasi lain, pandangan atau ideologi Islam yang berkemajuan itu sering dikaitkan dengan gerakan Islam reformis, modernis, dan progresif. Kini, persoalannya bagaimana mewujudkan ideologi Islam yang berkemajuan yang bercorak reformis-modernis atau progresif itu dalam gerakan Muhammadiyah secara meluas dari atas hingga bawah dan di seluruh lini organisasi? Bahwa ideologi itu bukan sekadar sistem paham tentang kehidupan, tetapi sekaligus mengandung unsur sistem perjuangan untuk mewujudkan paham tersebut dalam kehidupan. Artinya Islam yang diyakini dan dipahami dalam Muhammadiyah itu harus diamalkan melalui sistem perjuangan yang bersifat kolektif dan terorganisasi sejalan dengan pandangan Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah

BINGKAI
dengan pandangan atau ideologi Islam yang berkemajuan telah berkiprah mewujudkan cita-citanya membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sehingga dari umat yang terbaik itu kemudian terwujud kehidupan yang baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur dalam semesta kehidupan. Namun kini dan ke depan usaha-usaha mewujudkan pandangan Islam yang berkemajuan itu dituntut untuk direvitalisasi bahkan lebih jauh lagi ditransformasi sehingga mencapai keunggulan yang tinggi baik dalam pemikiran, kepribadian, maupun amaliah yang ditampilkan Muhammadiyah di tengah kehidupan yang serba kompleks dan sarat tantangan. Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua dihadapkan pada masalah dan tantangan baru dalam kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan yang semakin kompleks. Muhammadiyah dengan paradigma tajdid yang berwawasan modernismereformisme dan reformis-moderat dituntut untuk memperkaya dan mempertajam orientasi tajdidnya yang bersifat pemurnian dan pengembangan, sehingga mampu menjadi gerakan alternatif di tengah lalulintas berbagai gerakan Islam dan gerakan sosialkemasyarakatan yang pusparagam. Masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan kesadaran baru di tengah arus globalisasi memerlukan penghadapan tajdid Muhammadiyah. Hal serupa diperlukan ketika menghadapi masalah krisis moral dan spiritual yang diakibatkan oleh kehidupan modern yang kehilangan keseimbangan dalam peradaban umat manusia. Di tengah banyak kutub ekstrem gerakan Islam kontemporer, Muhammadiyah dituntut untuk hadir sebagai ideologi Islam alternatif, yang menawarkan pandangan Islam yang berkemajuan yang serba melintasi dan mengungguli. Muhammadiyah perlu koreksi diri, jangan sampai terjebak pada kecenderungan yang tidak positif, yakni kering dari pemikiran tidak sebagaimana kaum neomodernisme Islam, kalah dalam militansi dan keteguhan sikap sebagaimana gerakan-gerakan neorevivalisme Islam, sedangkan dalam modelmodel praksis amaliah pun mulai ketinggalan baik dari gerakangerakan Islam baru maupun dari gerakan Islam tradisional yang dulu dikritiknya secara tajam. Di sinilah pentingnya memahami dan melakukan aktualisasi kembali terhadap gagasan-gagasan dasar dan pandangan Islam yang selama ini dianutnya, yang secara substantif bermuara pada Islam yang berkemajuan. Bagaimanapun ideologi reformis-modernis Muhammadiyah yang berbasis pada Islam yang berkemajuan, meniscayakan kekayaan konsep, perspektif, dan model-model gerakan yang harus lebih unggul ketimbang yang lain manakala ingin meneruskan gerakan dakwah dan tajdidnya yang selama satu abad telah mengukir kisah sukses. Dalam semangat pandangan Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah secara internal harus terlebih dulu memajukan dirinya sendiri sebelum memajukan orang lain, sebab betapa besar tanggung jawab dan konsekuensi mengusung ideologi atau pandangan Islam yang berkemajuan di tengah dinamika peradaban modern saat ini, lebih-lebih untuk ke depan ketika Muhammadiyah menjalani abad kedua di tengah pergumulan kehidupan umat manusia yang bercorak pasca-modern. Bagaimana Muhammadiyah dengan pandangan Islam yang berkemajuan mampu mengukir kisah sukses edisi baru ketika di masa lalu dalam kepemimpinan Kiai Dahlan mampu menorehkan tinta emas pembaruan dalam kondisi yang penuh rintangan dan serba keterbatasan? Dalam konteks meneguhkan sekaligus mengembangkan pandangan Islam yang berkemajuan, maka secara niscaya sangat mendesak waktunya Muhammadiyah wajib melahirkan karya monumental Risalah Islamiyah dan Tafsir Al-Quran yang komprehensif, disertai tuntunan-tuntunan ke-Islaman di bidang akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah-duniawiyah yang bersifat praktis, yang dapat dijadikan rujukan pokok bagi warga Persyarikatan maupun umat Islam dan para pihak yang ingin melakukan studi Islam, sekaligus menjadi instrumen penting dan strategis dalam memasuki abad kedua sebagaimana menjadi spirit Muktamar Satu Abad tahun 2010 di Yogyakarta: Gerak Melintasi Zaman, Dakwah dan Tajdid menuju Peradaban Utama!

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

15

TANYA JAWAB AGAMA

PANDANGAN MUHAMMADIYAH TENTANG LDII


Pertanyaan: Assalamu alaikum wr. wb. Saya warga Muhammadiyah, saya ingin bertanya mengenai hal yang menurut saya sangat penting, karena sebentar lagi saya mau menikah dengan wanita LDII. Bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap ajaran LDII? Terima kasih atas jawabannya. Dwi Purwanto alamat e-mail dwipurwant@gmail.com (disidangkan pada hari Jumat, 1 Rajab 1432 H / 3 Juni 2011 M) Jawaban: Wa alaikumus-salam wr. wb. Pertama, kami mengucapkan selamat kepada saudara karena telah menemukan wanita pilihannya untuk dinikahi. Kedua, karena kebetulan wanita pilihan saudara berasal dari kelompok Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sesuai dengan pertanyaan saudara di atas, maka ada beberapa hal yang perlu perhatian. Bahwa LDII pernah ditetapkan sebagai aliran sesat, karena dianggap reinkarnasi dari Islam Jamaah. Butir kesesatannya adalah karena di antara paham yang dikembangkan oleh LDII ini adalah paham takfir, yakni menganggap semua orang Islam yang tidak bergabung ke dalam barisannya dianggap sebagai orang kafir. LDII yang didirikan oleh mendiang Nur Hasan Ubaidah Lubis, awalnya bernama Darul Hadis, kemudian berganti nama menjadi Islam Jamaah, setelah dinyatakan terlarang oleh Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Karena kembali meresahkan masyarakat, akhirnya dilarang melalui SK Jaksa Agung RI No. Kep.-08/D.A/10. 1971. Setelah itu berganti nama LEMKARI (Lembaga Karyawan Dakwah Islam), pada tahun 1990 dalam Mubes di Asrama Haji Pondok Gede berganti nama menjadi LDII. Untuk diketahui, Pokok-Pokok Ajaran Islam Jamaah / LDII adalah sebagai berikut: 1. Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk kedua orangtua sekalipun. 2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di masjid mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena dianggap sudah terkena najis. 3. Wajib taat pada amir atau imam mereka. 4. Mati dalam keadaan belum baiat kepada amir/imam LDII maka akan mati jahiliyah (kafir). 5. Al-Quran dan Hadits yang boleh diterima adalah yang mankul (yang keluar dari mulut imam/amir mereka) selain itu haram diikuti. 6. Haram mengaji Al-Quran dan Hadits kecuali kepada imam/amir mereka. 7. Dosa bisa ditebus kepada sang amir atau imam dan besarnya tebusan tergantung besar kecilnya dosa yang diperbuat dan ditentukan oleh amir/imam. 8. Harus rajin membayar infak, shadaqah dan zakat kepada Amir/Imam mereka. Selain kepada mereka adalah haram. 9. Harta, zakat, infak dan shadaqah yang sudah diberikan kepada amir/imam haram ditanyakan catatannya atau penggunaannya. 10. Haram membagikan daging Qurban/ zakat fitrah kepada orang Islam di luar kelompoknya. 11. Haram shalat di belakang imam yang bukan dari kelompok mereka, kalaupun terpaksa tidak perlu wudlu dan harus diulang. 12. Haram menikahi orang di luar kelompoknya. 13. Perempuan LDII kalau mau bertamu di rumah orang selain kelompoknya harus memilih waktu haid (dalam keadaan kotor). 14. Kalau ada orang di luar kelompok mereka bertamu ke rumah mereka maka bekas tempat duduknya harus dicuci karena dianggap najis. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat digolongkan tersesat. Namun, tidak semua orang dapat memberikan penilaian suatu aliran dinyatakan keluar dari nilai-nilai dasar Islam.Suatu paham atau aliran keagamaan dapat dinyatakan sesat bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria, kata Ketua Panitia Pengarah Rakernas MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas, di Jakarta. Sepuluh Kriteria Aliran Sesat tersebut adalah: 1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam 2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syari (Al-Quran dan As-Sunnah), 3. Meyakini turunnya wahyu setelah AlQuran 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Quran 5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir 6. Mengingkari kedudukan Hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam 7. Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul 8. Mengingkari Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
16

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

TANYA JAWAB AGAMA


10. Mengafirkan sesama Muslim tanpa dalil syari Yang menarik, sebagaimana hasil Rakernas LDII 2007, organisasi kemasyarakatan berbasis keagamaan ini tidak mengkafirkan atau menajiskan seseorang, dan masjid yang dikelolanya terbuka untuk umum. Dalam LDII juga tidak ada keamiran dan mau diimami oleh orang lain, dengan mengikuti ijtima ulama untuk melaksanakan taswiyah al-manhaj dan tansiq al-harakah. Kami punya paradigma baru, kata Ketua Wanhat DPD LDII Kota Cirebon, Drs H Mansyur MS. Namun ketua MUI KH Maruf Amin menyatakan bahwa memang saat ini LDII sedang berusaha untuk berada di dalam jajaran umat Islam dan ormas Islam lainnya, dan sudah mulai mau menyatu. Tetapi MUI belum merehabilitasinya. MUI akan membuka diri, jika LDII berkeinginan kembali bergabung bersama ormas Islam lain, asalkan bersedia menyampaikan surat pernyataan secara resmi, tidak akan berperilaku seperti yang dituduhkan selama ini, salah satunya menganggap orang di luar mereka kafir. Sebenarnya itikad baik LDII untuk keluar dari eksklusifisme sudah mulai terlihat, di mana sebagian dari mereka sudah mulai mau bersalaman, dan tidak mencuci tangannya lagi setelah bersalaman. Namun, untuk batin mereka hanya Allah yang mengetahuinya. Oleh karena itu, apabila sudah tidak lagi mengamalkan pokok-pokok ajaran yang 14 butir di atas, dan tidak ada indikasi ke arah aliran sesat, maka umat Islam dapat membuka diri termasuk Muhammadiyah, dalam rangka tawashaw bil-haq wa tawashau bish-shabr. *fz)

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

17

KRONIK DUNIA ISLAM

TERORIS ANTI-ISLAM NORWEGIA


Andersw Behring Breivik diketahui sebagai pelaku pengeboman di Oslo dan penembakan brutal di Pulau Utoya, Norwegia, yang dikabarkan menewaskan sedikitnya 93 orang. Terungkapnya aksi bejat Breivik mematahkan spekulasi yang beredar sebelumnya, aksi teror itu didalangi kelompok militan Islam.
eperti dilansir Bloomberg, Wakil Kepala Kepolisian Oslo Roger Andresen menjelaskan pemuda ini tidak memiliki catatan tindak pidana apa pun selama ini. Breivik merupakan seorang Kristen fundamentalis yang memiliki pandangan politik kanan dan anti-Islam. Pada 1999 sampai 2004 dia menjadi anggota Progress Party, partai anti-imigran yang kini merupakan partai terbesar kedua di Norwegia. Dia secara rutin membayar iuran anggota di partai itu. Tertera di halaman Facebook-nya, Breivik pernah mengenyam sekolah bisnis di barat Oslo. Dia memiliki sebuah peternakan di kota kecil Rena, yang dinamai Breivik Geofarm. Direktur perusahaan pertanian Felleskjoepet, Jan Kollsgaard, mengatakan Breivik sempat membeli pupuk sebanyak 6 ton, pada Mei lalu. Ia juga menulis berhaluan politik konservatif dan memiliki hobi berburu. Buku-buku favoritnya antara lain On Liberty karangan John Stuart Mill, 1984 (George Orwell), dan The Trial (Franz Kafka). Pada 17 Juli di twitter ia menulis, Seorang yang memiliki keyakinan setara dengan kekuatan 100 ribu orang yang hanya memiliki rasa ketertarikan. Ia juga
18

menyebut dirinya seorang filsuf dan ekonom. Berdasarkan apa yang dia post di internet, Breivik memiliki pandangan politik berhaluan kanan dan anti-Muslim. Namun, motif penyerangannya masih belum diketahui, kata Kepala polisi Nasional Norwegia, Sveinung Sponheim, sebagaimana dilansir laman Daily Mail, Sabtu, 23 Juli 2011. Kini di Eropa, nama Anders Behring Breivik (32 tahun) boleh jadi menjadi yang paling dibenci. Namun, banyak yang meyakini, penembakan terhadap sekitar 70 orang bukannya tanpa ekses. Breivik tampaknya orang yang resah akan kemajuan Islam di Norwegia. Bagaimana sebenarnya gerakan Islam di negara itu? Islam adalah agama minoritas terbesar di Norwegia, yang terdiri antara 2,0% dan 3,4% dari populasi seluruhnya. Pada tahun 2007, statistik pemerintah mencatat sekitar 79.068 orang Islam di Norwegia, sekitar 10% lebih banyak dari tahun 2006. 56% tinggal di kabupaten Oslo dan Akershus. Seperti kebanyakan di negara Eropa, orang Islam di Norwegia sebagian besar memiliki latar belakang imigran, dengan keturunan Pakistan sebagai kelompok yang paling banyak dan dikenal. Masyarakat Islam di Norwegia sangat beragam, tetapi banyak masjid dikelola Dewan Islam Norwegia (Islamsk Rad Norge). Sampai 1970, umat Muslim di Norwegia benar-benar sangat minoritas. Setelah 1985, jumlah umat Islam mulai meningkat karena imigran dan mahasiswa. Selain itu, beberapa orang Norwegia asli sendiri

mulai masuk Islam. Siapa pun yang mempunyai perasaan dengki terhadap Islam akan sangat takut karena sekarang tidak ada seorang pun yang dapat menyangkal, kini Islam menjadi agama kedua yang terbesar dan agama tercepat berkembang di Norwegia. Penduduk Muslim di Norwegia tidak diketahui persis, tetapi kira-kira 300.000 dari 4.500.000. Ditambah dalam beberapa tahun ini liputan media terhadap aktivitas keislaman di Norwegia menjadi sangat dominan. Agama kemudian menjadi isu yang sangat penting bagi rakyat Norwegia. Orang-orang Muslim di Norwegiatidak seperti di negara-negara Eropa lainnyabisa membentuk berbagai macam insitusi Islam. Bahkan mereka juga bisa mendirikan yurisrudensi Islam. Integrasi masyarakat Muslim di Norwegia terhadap negara itu merupakan yang paling baik dibandingkan di negaranegara lainnya. Hal ini disebabkan pemerintah Norwegia memberikan dukungan bagi mereka yang memiliki kesulitan dalam menyatu dengan masyarakat. Patut diingat, Norwegia adalah negara pertama yang memboikot produk-produk Israel beberapa waktu setelah kejadian invasi Israel ke Gaza pada awal tahun 2009. Propaganda anti-Islam di Norwegia tidak pernah begitu menganggu sebelumnya. Sampai akhirnya meledaklah peristiwa Breivik, yang membantai puluhan orang di Pulau Utoya, dan menurut laporan terbaru, mereka semua adalah Muslim. (au-dari berbagai sumber)

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

KOLOM OM KOL OLOM


BJ HABIBIE:

Daya Saing Bangsa Tantangan dan Pilihan Kebijakan


antan presiden ketiga RI Prof DR Ing BJ Habibie memberikan kuliah umum (Presidential Lecture) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada hari Kamis, 26 Mei 2011 pukul 10.00 WIB. Ceramah yang bertajuk Membangun Daya Saing Bangsa: Tantangan dan Pilihan Kebijakan tersebut dihadiri sekitar 2000 orang. Peserta yang memadati lantai dua Grha Sabha Pramana terdiri atas kalangan akademisi UGM dan perguruan tinggi di Yogyakarta, pejabat pemerintah daerah Yogyakarta, anggota dewan perwakilan rakyat, mahasiswa dan masyarakat umum. Dalam ceramahnya, Bapak Teknologi Indonesia dan Bapak Demokrasi Indonesia tersebut menjelaskan tentang pentingnya daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan global. Teknologi dan komunikasi adalah kunci keberhasilan sebuah bangsa. Sebagai generasi dari bangsa pejuang, dan kita ini semua adalah keturunan pejuang. Pejuang itu tidak mengenal lelah dan menyerah. Manusia, menurut Habibie dapat dibagi pada dua kelompok, pertama yang membuat nilai tambah suatu barang, dan yang kedua yang memasarkan barang yang memiliki nilai tambah tersebut. Kelompok pertama memberikan teknologi tepat guna yang membuat barang menjadi lebih mahal. Kelompok kedua mereplikasi dan menduplikasi menjadi lebih banyak sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih murah. Untuk menjadi maju, maka Indonesia harus menguasai keduanya. Saat ini kecenderungan Indonesia hanya menjadi kelompok kedua saja. Meski berusia 75 tahun, namun suaranya masih lantang dan tegas. Selama 2 jam ia kuat berdiri di atas podium gedung termegah di UGM, Grha Sabha Pramana, dalam rangka memperingati Dies Natalis UGM ke 62 dan Dies Natalis Sekolah Pascasarjana UGM ke 30. Habibie merupakan generasi emas Indonesia yang terpilih berangkat ke Jerman pada 1954 untuk belajar teknologi sebagai planning Bung Karno yang menginginkan Indonesia bisa berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. Selesai merampungkan doktoral di RWTH Aachen, Habibie mulai bekerja di Jerman. Kemampuan dan prestasi yang dia tunjukkan, telah membawanya mencapai puncak karier sebagai Wakil Presiden perusahaan penerbangan terbesar di Jerman, Messerschmitt-Blkow-Blohm. Ketika itulah, Pak Harto memanggil. Habibie teringat dengan pesan Bung Karno yang dulu mengirimkannya sekolah ke Jerman, Sekarang Anda berangkat untuk belajar. Nanti harus siap pulang kapan saja apabila bangsa membutuhkan. Dengan tekad yang bulat karena panggilan Ibu Pertiwi, pulanglah Habibie bersama keluarga. Mulailah pusat-pusat penelitian didirikan. Habibie

bersama ribuan putra-putri terbaik bangsa mulai bekerja. Tahun 1989 lewat riset kerjasama dengan Spanyol, IPTN ikut serta dalam Air Show di Paris. CN 235 membuat banyak orang tercengang. Bagaimana mungkin negara yang baru saja lepas dari perang saudara dan tertatih-tatih mengurusi problem dalam negeri, bisa tampil dalam pameran pesawat tingkat Internasional. Beberapa teknokrat asing mendatangi Habibie. Mereka bertanya, Apa rencana Anda selanjutnya? Dengan optimis ia menjawab, Saya akan membuat pesawat terbang yang lebih canggih dari ini. Sejak momen itu, Habibie terus bekerja bersama para ilmuwan anak negeri sendiri mempersiapkan kado spesial untuk 50 tahun kemerdekaan Indonesia. 10 Agustus 1995, perhatian tertuju pada pertunjukkan spesial. N 250 Gatot Koco mengudara memecah cakrawala, 55 menit terbang tanpa cacat. Setahun berikutnya Gatot Koco menyita perhatian dunia karena digerakkan oleh teknologi brilian yang belum pernah ada sebelumnya, fly by wire, pertama di dunia di Indonesian Air Show 1996 (Pameran Pesawat Terbesar Ketiga di Dunia kala itu) Cengkareng. Antrian pemesanan mulai berjejer. Apalagi pesawat ini sudah melewati pengujian 900 jam terbang. Industri pendukung yang terletak di Oklohama dan Stuggart sudah bersedia menyediakan tempat untuk produkis massal N 250. Namun, krisis ekonomi 1997 meluluhlantakkan impian besar itu. IMF yang datang sebagai juru selamat menyisipkan klausul penghentian dana untuk IPTN. Tak hanya proyek N 250 yang terhenti, IPTN-pun mulai dibunuh perlahan. Tak ada jaminan keberlangsungan kerja, membuat sebagian enginer terbang ke luar negeri. Dari 48.000 karyawan menyusut drastis menjadi 16.000 karyawan. Industri-industri strategis dibunuh satu per satu. IPTN yang kemudian berubah nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia, dan Puspitek hendak ditutup karena dinilai merugikan keuangan negara. Habibie marah besar. Kita berjuang selama 45 tahun untuk mendirikan IPTN ini, tetapi pemerintah tanpa berpikir panjang hendak menutupnya. Mereka menuding ini adalah proyek Habibie. Sementara Habibie itu adalah orang Orde Baru. Ah Saya ini lahir di era perjuangan kemerdekaan. Saya diberangkatkan Bung Karno sekolah ke Jerman. Saya menerima panggilan Pak Harto untuk menunaikan janji saya pada Ibu Pertiwi. Saya mengawal reformasi di saat keadaan teramat genting. Lebih baik, buang saja tudingan-tudingan tak berdasar itu. Saya sebenarnya pengen mengikuti Bu Ainun. Agar saya bisa bersatu lagi dengan orang yang saya cintai. Tapi tentu Ibu Ainun pasti bertanya, kenapa terlalu cepat menyusul saya, padahal masih banyak masalah yang membelit Ibu Pertiwi. (dirangkum dari berbagai tulisan)
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

19

HIDUP BERKEMAJUAN MENURUT AL-QURAN (1)


PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg GURU BESAR UIN SUNAN KALIJAGA DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

llah SwT merancang penciptaan manusia di bumi untuk menjadi khalifah. Malaikat pun sempat mengajukan pertanyaan, apakah Allah SwT hendak menciptakan makhluk yang bakal melakukan kerusakan di sana dan menumpahkan darah. Hal itu segera ditepis Allah SwT, bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat-malaikat-Nya. Allah SwT berfirman,

Allah SwT menciptakan manusia sebaik-baik ciptaan, sebagaimana difirmankan Allah SwT,

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menempatkan orang yang akan merusak dan membuat pertumpahan darah di sana. Padahal kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia menjawab, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(Al-Baqarah [2]: 30). Khalifah dalam ayat itu bermakna pengganti, pemimpin atau penguasa. Tugas khalifah ialah memakmurkan bumi. Khalifah yang sempurna ialah yang mempunyai kemampuan inisiatif sendiri, tetapi kebebasan bertindaknya memantulkan adanya kehendak Penciptanya dengan sempurna. Amanat itu mula-mula ditawarkan Allah SwT kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi tak satu pun yang menyanggupinya. Manusia tampil menerima amanat itu, karena ia tidak tahu ukuran kemampuan dan pengetahuannya. Allah SwT berfirman,
20

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh. (Al-Ahzab [33]: 72). Langit, bumi, gunung, yakni makhluk Allah yang lain selain manusia, semua menolak untuk memikul amanat atau tanggung jawab itu, dan barangkali dapat dibayangkan bahwa kebahagiaan bagi mereka itu jika tanpa harus memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau disebutkan mereka menolak, artinya adalah kehendak, tetapi kehendak itu hanya terbatas pada pernyataan, bahwa kepada mereka tidak diberi pilihan lain: baik dan buruk. Mereka lebih suka menyerahkan semua kehendak itu kepada Allah, Yang Maha Bijaksana dan Maha Sempurna, yang akan memberikan kebahagiaan yang lebih besar kepada mereka daripada harus memilih sendiri, dengan pengetahuan tak sempurna. Tetapi manusia terlalu berani dan bodoh untuk dapat memahami ini. Akibatnya adalah bahwa manusia sebagai satu ras jadi kacau-balau. Orang yang jahat mengkhianati amanat itu dan membawa bencana kepada diri mereka sendiri, meskipun manusia yang baik mampu menempatkan diri jauh di atas makhluk lain untuk menjadi almuqarrabin, menjadi orang-orang yang dekat kepada Allah SwT. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, 1994, 1096)

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (At-Tin [95]: 4-6). Manusia diciptakan Allah dalam sebaikbaik pola acuan; simetris, bentuk, kodrat, dan sosok tubuhnya. Allah SwT memberikan sifat terbaik dan paling murni kepada manusia, dan kewajiban manusia ialah menjaga pola yang telah dibuat Allah untuk manusia itu. Tetapi dengan menempatkan manusia sebagai khalifah-Nya, Allah telah memuliakannya bahkan dengan kemungkinan besar lebih tinggi dari malaikat, karena malaikat-malaikat disuruh sujud kepadanya. Mereka pun bersujud, memberikan penghormatan dan penghargaan, kecuali Iblis, dari kalangan jin. (AlBaqarah [2]: 34, Al-Araf [7]: 11, Al-Isra [17]: 61, Al-Kahfi [18]: 50, Thaha [20]: 116). Posisi manusia sebagai khalifah juga membuatnya bebas dan punya kehendak untuk memilih. Banyak orang yang begitu tinggi dan berkuasa di dunia, mereka akan jatuh begitu rendah disebabkan oleh dosadosa mereka, dan ada pula yang rendah, tapi hidup shalih; mereka akan diangkat ke pelbagai tingkat dan derajat yang lebih tinggi. Jika ia salah menggunakannya ia akan

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

jatuh, bahkan lebih rendah dari binatang. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, 1995, 1628). Untuk menjalankan tugas kekhilafahan Allah membekali manusia dengan potensipotensi instink, pancaindera, akal dan agama. Allah SwT berfirman,

nakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (Al-Araf [7]: 179-180) Manusia memiliki kesadaran akan kemuliaan dan harga diri. Ia pantang dihina, direndahkan dan didlalimi. Untuk itu manusia harus mengembangkan segala potensinya. Allah SwT berfirman,

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (An-Nahl [16]: 78). Manusia dilahirkan dan datang ke dunia dalam keadaan polos, telanjang, buta ilmu pengetahuan. Sungguhpun demikian ia dibekali dengan kekuatan akal dan pancaindera sebagai persiapan untuk dapat belajar dan mengetahui. Dengan kekuatankekuatan itu manusia dapat menjenguk alam yang luas untuk mengetahui rahasiarahasianya kemudian mengambil manfaat dari apa yang Allah bentangkan untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidupnya. (Sayyid Sabiq, Sumber Kekuatan Islam, 1980, 98).

Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang rugi. Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergu-

Mereka berkata, Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana. Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (Al-Munafiqun [63]: 8) Kesadaran harga diri akan tampak dalam sikap menuntut kebaikan dan menjauhi kejahatan, berpegang pada sifat-sifat kesatria dan cita-cita tinggi dan luhur, bebas dari pengaruh hawa nafsu dan tidak terbelenggu oleh syahwat-syahwat duniawi, tidak silau oleh kemegahankemegahan dan pangkat-pangkat kosong. Sifat-sifat demikian itulah yang mengangkat manusia ke tingkat yang layak sebagai makhluk Allah yang termulia. Sedangkan sifat-sifat dan tingkah laku yang bertentangan dengan itu akan menurunkan derajat manusia ke tingkat yang rendah. Di antara tanda-tanda tahu harga diri ialah semangat membela kebenaran, menolak kedlaliman dan menegakkan keadilan. (Sayyid Sabiq, Sumber Kekuatan Islam, 1980, 81-82). Allah SwT berfirman,

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Ali Imran [3]: 110) Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitasnya manusia niscaya memperluas cakrawalanya dengan belajar, belajar dan terus belajar. Seruan untuk belajar diturunkan pertama kali dalam wahyu Allah SwT kepada Nabi Muhammad saw dengan perintah untuk membaca. Allah SwT berfirman,

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang MahaMulia.Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq [96]: 1-5) Iqra dapat berarti bacalah atau suarakanlah atau siarkanlah dengan nyaring wahyu Allah itu. Ketika wahyu pertama itu diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di Gua Hira, kira-kira 5 km sebelah utara dari Kota Makkah, sebagai amanat suci ia harus menyampaikan wahyu Allah itu dan mengumumkannya. Rasul yang ummi itu pun bingung; ia tidak bisa membaca. Ia tak dapat membaca huruf-huruf duniawi, tetapi kalbu dan pikirannya sudah penuh dengan pengertian rohani, dan sekarang saatnya sudah tiba, harus tampil ke dunia dan mengumumkan misinya. (Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, 1995, 1631). Bersambung
21

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

HADITS

Istiqamah sebagai Conditio Sine Quanon Kemajuan


WAWAN GUNAWAN ABDUL WAHID, MA

ALUMNI PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT STAF PENGAJAR FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SUNAN KALIJAGA

Pendahuluan Sir Muhammad Iqbal, Filsuf Muslim modern asal Pakistan, menegaskan bahwa ajaran ijtihad dalam Islam adalah prinsip gerak dalam Islam. Ijtihad adalah gerak dinamis yang terus menerus dan berkelanjutan untuk meraih kemulian dan kemajuan. Ketika ijtihad berhenti maka kemajuan pun terhenti dengan sendirinya kemuliaan pun surut bahkan punah. Pendek kata ijtihad adalah keniscayaan dalam meraih kemajuan. Yang menjadi pertanyaan uraian Hadits kali ini adalah apa yang menopang ijtihad itu dapat berlangsung berkesinambungan? Hemat penulis jawabannya adalah kualitas istiqamah. Rasulullah saw bersabda yang artinya:

Aku bertanya:Wahai Rasulullah saw sampaikanlah kepada saya satu ajaran dalam Islam yang tidak akan aku tanyakan kepada seeorang pun. Nabi saw menjawab: katakanlah aku beriman kepada Allah lalu berupayalah istiqamah (Hadits riwayat Muslim dari Abi Amr Sufyan bin Abdullah ra). Makna Hadits Ungkapan Hadits ini sangat singkat namun padat. Karena itu para ulama mengelompokannya sebagai salah satu ungkapan jawamiul kalimnya Nabi saw. Ada dua hal yang diajarkan oleh Rasulullah dalam
22

Hadits di atas: pertama menegaskan ikrar keimanan dan kedua bersikap istqamah. Imam Muhammad bin Ali bin Wahb alQuyasyri yang lebih dikenal dengan ibnu Daqiqil Id menyatakan, Hadits di atas mengajarkan setiap Muslim untuk (1) selalu memperbarui keimanannya dengan lisannya dan menjaganya untuk selamanya bersemayam dalam relung sukmanya; (2) berlaku istiqamah dalam melakukan pelbagai bentuk ketaatan kepada Allah seraya menuntaskan diri dari seluruh penyimpangan yang berselisih dengan spirit istiqamah. Kandungan makna dalam Hadits ini sejalan dengan firman Allah dalam surah Fushilat ayat 30 dan surah Hud ayat 112. Tentang ayat yang terakhir ini Abdullah ibn Abbas mengabarkan tidak ada dalam keseluruhan Al-Quran yang paling berat ditunaikan oleh Rasulullah kecuali ayat ini. Itulah sebabnya Nabi saw pernah bersabda: Surah Hud dan rangkaiannya membuat kepala tumbuh uban, syayyabatni huud wa akhwaatuha (HR at-Turmudzi). Apa itu istiqamah? Istiqamah adalah martabat keimanan paripurna yang dengannya seluruh kebajikan dapat terjadi secara teratur. Orang yang belum meraih martabat istiqamah seluruh upaya yang dilakukannya sia-sia belaka. Al-Wasithi menambahkan, istiqamah adalah budi pekerti yang menyempurnakan seluruh kebajikan yang jika ditemukan dalam diri seseorang maka sempurnalah kebajikannya dan jika hilang maka kebajikannya lenyap. Kalimat terakhir ini jembatan untuk memahami

sabda lainnya tentang istiqamah istaqiimuu wa lan tuhshuu beristiqamah lah anda pasti anda tak dapat menghitung kebaikan anda (HR Ibnu Majah). Jika kemajuan itu dimaknai sebagai suatu kualitas keadaan seseorang yang terus membaik dan kebaikannya terus meningkat maka penopang utama yang melahirkan dan menjaga kemajuan dalam suatu kesinambungan adalah kualitas istiqamah. Istiqamah dalam optimisme (husn azhzhan) Dalam kata istiqamah tersirat makna upaya terus-menerus. Terkadang seseorang dalam rangkaian dan tahap-tahap upayanya untuk meraih kemajuan terselip rasa putus asa apakah ia dapat tiba di pantai kemajuan itu? Surah Fushilat ayat 30 dengan terang menjelaskan bahwa orang yang berlaku istiqamah tidak pernah terselip rasa pesimis. Sebaliknya ia melawan keadaan itu dengan optimisme. Optimisme bagi seorang Muslim adalah berfikir positif bahwa Allah senantiasa menyertainya dalam kondisi apapun dan selalu membimbingnya dalam menapaki perjalanan panjang menuju kemuliaan dan kemajuan. Karena itu salah satu ekspresi dari sikap optimis adalah absennya ketergesagesaan untuk ingin segera merasakan kesuksesan. Dia menyadari benar bahwa ketergesaan untuk memetik kesuksesan adalah perangkap dan jebakan yang dipasang syaithan. Karena itu tatkala dalam satu tahapan upayanya itu dirasakannya sulit dan mendaki ia meyakini bahwa setelah puncak pendakian pasti diikuti jalan

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

HADITS
menurun, karena sesungguhnya setiap kesulitan disertai kemudahan dan pastilah setiap kesulitan disertai kemudahan (AlInsyirah [94]:5-6). Bahkan manakala dalam sekian tahapan dihadang ujian berupa kegagalan dia tidak akan melihatnya sebagai malam pekat terakhir yang tidak akan disusuli matahari pagi menyingsing. Istiqamah dalam melayani (amal shalih) Iman yang dimiliki oleh seorang yang bermartabat istiqamah adalah iman yang dicirikan dengan suka berbagi dan melayani orang lain. Itulah keimanan yang diikuti dengan amal shalih, keimanan yang dicirikan senang melihat kebahagiaan yang dirasakannya juga dirasakan saudara-saudaranya. Ia tidak hendak bersuka riang sendirian betapa pun sederhananya kebahagiaan yang dicicipinya. Dengan budi pekertinya inilah Allah selalu mengiriminya fasilitas bantuan yang diperlukannya. Ia sadar betul bahwa Allah akan memberi bantuan kepada seorang hamba manakala ia memberi bantuan kepada saudaranya. Tentu saja ia pun berterimakasih (baca: syukur) kepada Allah yang selalu membantunya. Tanda terimakasihnya ia tunjukkan dengan memelihara kesukaannya berbagi dan melayani orang lain. Bahkan ia berikhtiar terus untuk memperluas pelayanannya itu kepada sebanyak orang. Karena ia suka bersilaturahmi Allah pun bersilturahmi kepadanya dengan mengirim malaikat pemberi inspirasi (tatanazzala alayhim al-malaaikah..) sehingga terbuka pengetahuan baru untuk menambah kuantitas dan kualitas kebahagiaannya. Orang-orang yang dilayaninya pun bertambah banyaknya. Istiqamah dalam mengevaluasi diri (muhasabah) Manusia bukan malaikat dalam dirinya ada dua potensi kebaikan dan kesalahan sekaligus. Terkadang jebakan-jebakan baik yang tanpa disadarinya diciptakannya sendiri mengganggunya untuk merubah visi dan misinya tentang kemuliaan dan kemajuan. Boleh jadi ia mencoba untuk sementara waktu berpindah jalur ke jalan yang tampak lebih cepat dan sedikit onak duri. Atau tatkala ia berkompetisi bersama saudara-saudaranya ia melakukan cara yang menyimpang dari ketentuan dan aturan main Allah dan Rasul-Nya. Karena deposit kebajikan yang ditebarkan manusia istiqamah mengantarkannya tercatat di sisi Allah sebagai seorang mushin (Hud [11]:12-15) sebab itulah juga yang menjadikannya segera tersadar mengevaluasi dirinya untuk segera menghapus kekhilafannya itu dengan berbagai kebajikan baik itu dengan ibadah ritual maupun ibadah sosial (Ar-Rad [13]: 22). Pendek kata kekeliruan yang dilakukan manusia istiqamah tidak menjadikannya terus surut dan bergelimang dosa. Manusia istiqamah menjadikan kekeliruan menjadi vitamin pahit yang berbuah keindahan. Karena kekeliruan yang sempat dilakukannya malah menyadarkannya untuk membuka berbagai upaya perbaikan menuju perbaikan dan kebaikan yang menghasilkan kemajuan. Istiqamah dalam keteguhan dan ketabahan (shabr) Hati-hatilah dengan kesuksesan dan kemajuan kecil karena ia acapkali menyilaukan pandangan yang berbuah malapetaka. Itulah yang terjadi dengan peristiwa kegagalan kaum Muslmin dalam Perang Uhud. Sejak awal Sang Nabi telah mengingatkan supaya pasukan pemanah tidak bergerak kecuali atas perintahnya. Tatkala pertempuran dimulai terlihat Pasukan Musyrikin Quraisy kewalahan akibat akumulasi tembakan anak panah yang terarah kepada mereka. Mereka pun tunggang langgang meninggalkan berbagai perkakas dan harta benda yang melimpah. Siasat pun disusun komandan perang mereka yang terkenal Khalid bin Walid. Khalid seolah hendak menarik pasukannya mengisyaratkan kekalahan. Senyatanya ia membawa pasukannya mundur sementara dengan memutar ke arah bukit tempat bersembunyi para pemanah itu. Pada saat yang sama pasukan pemanah ini rupanya tidak bersabar untuk menunggu aba-aba Nabi saw. Mereka mengira bahwa perang sudah tuntas dengan pertempuran yang singkat. Merekapun turun dari bukit tempat persembunyian nya untuk berebut ghanimah yang menyilaukan itu. Dan kaum Muslimin pun menderita kalah perang karena merasa puas dengan kemajuan atau kesuksesan kecil yang belum tuntas itu. Pada Perang Dunia Pertama saat Angkatan Laut Inggris Raya menyerang Turki tepatnya pada tanggal 15 Maret 1935 terjadi pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Armada Laut Inggris dihujani meriam pantai Angkatan Bersenjata Turki. Pada awalnya pertempuran berjalan seimbang. Karena massifnya dan sporadisnya serangan meriam yang dilancarkan Pasukan Turki membuat Armada Laut Inggris tidak dapat menjawab serangan secara maksimal. Mereka bahkan terpojok dalam jarak tembak Pasukan Turki. Armada Laut Inggris pun memutuskan untuk mundur dari pertempuran Dardanella yang terkenal itu. Mereka tidak bersabar untuk bertahan dari gempuran meriam Pasukan Turki. Padahal jika itu mereka lakukan mereka tinggal menunggu hitungan menit saja untuk menyerang balik dan memenangkan perang. Karena pada saat itu Pasukan Turki tinggal menyisakan amunisi yang cukup hanya untuk 60 detik tembakan meriam. Bahkan mereka pun sudah bersiap-siap untuk menyerah kalah kepada Armada Laut Inggris Raya. Demikianlah kedua misal di atas memperlihatkan bahwa kesuksesan atau kemajuan yang sudah di depan mata pun lenyap sia-sia karena daya tahan dan keteguhan hati (shabar) tidak tersedia dalam diri pelakunya. Dari kekuatan keteguhan hati selalu muncul kecerdasan menyiapkan diri dan kecakapan berhitung kualitas diri untuk modal berkompetisi dengan yang lain. Itulah sikap ihsan yang menjadi puncak kesabaran itu (An-Nahl [16]:126-128). Akhirul kalam Dari awal hingga akhir kiranya terungkap bahwa tiada kemuliaan berupa kesuksesan kemenangan sebagai isyarat terjadinya kemajuan tanpa sikap istiqamah. Istiqomah yang dieskpresikan dalam berbagai bentuknya, antara lain, bersikap optimis, melayani, mengevaluasi diri dan bersabar. Wallahu Alam bish-Shawab.
23

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

KHAZANAH

BIOGRAFI MUFASSIR DI KALANGAN SAHABAT NABI (II)


PROF DRS SAAD ABDUL WAHID
1. Abd Allah ibn Abbas a. Riwayat hidupnya: Nama lengkapnya: Abd Allah ibnu Abbas ibnu Abdil-Muthallib ibnu Hasyim ibnu Abdi Manaf al-Quraisyiy, al-Hasymiy, anak paman Rasulullah saw. Nama ibunya: Lubabah al-Kubra bintu al-Haris ibnu Husnin al-Hilaliyyah. Dilahirkan di Makkah, tiga tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah. Ia sangat akrab dengan Nabi saw, karena bibinya, Maimunah adalah istri Nabi saw. Ketika Rasulullah saw wafat, ia berumur 13 tahun. Hadits-Hadits yang tidak diterima langsung dari Nabi saw, ia peroleh dari para sahabat besar. Ia wafat pada tahun 68 H, dalam usia 70 tahun di Thaif, dan di sana pula ia dikubur. b. Keahliannya: Ibnu Abbas adalah sahabat Nabi saw yang ilmunya sangat tinggi dan sangat luas sehingga ia dipanggil alHibr (tinta) dan al-Bahr (laut). Ilmunya tentang makna-makna AlQuran sangat luas dan mempunyai keahlian dalam berijtihad, sehingga ia menjadi muara fatwa dan tafsir AlQuran. Umar ibnu al-Khattab pernah berkata kepadanya: Kamu adalah pemuda yang paling baik wajati dan akhlaknya, serta paling mendalam ilmumu tentang Al-Quran. Umar sangat menghargai pendapat Ibnu Abbas, sekalipun masih sangat muda usianya. Ibnu Masud pernah berkata: Ibnu Abbas adalah penerjemah AlQuran yang paling baik. (as-Siyutiy, t.t., II: 188). Kepandaian seseorang tidaklah datang dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang mendukung24

nya, antara lain ialah: 1) Doa dari Nabi saw:

utan karena keluasan ilmu pengetahuannya. b) Ibnu al-Hanafiyyah menyatakan:

Ya Allah berilah ia ilmu tentang hikmah. Ibnu Abbas adalah tinta umat ini. c) Pada suatu ketika datanglah seorang kepada Ibnu Umar menanyakan makna ayat:

Ya Allah, berilah ia kedalaman ilmu tentang ad-din (agama) dan berilah ia ilmu tentang takwil. (asSiyutiy, II: 187). 2) Ia dibesarkan di lingkungan Nabi saw dan sangat akrab dengan beliau, sehingga mempunyai banyak kesempatan untuk mendengarkan apa yang disampaikan Nabi saw serta menyaksikan peristiwa sebab nuzul Al-Quran. 3) Setelah Rasulullah saw wafat, ia sangat erat hubungannya dengan para sahabat besar, sehingga dapat memperoleh ilmu yang sangat banyak dari mereka, baik mengenai Al-Quran, bahasa maupun metode ijtihad. (az-Zahabiy, 1976, 1: 67). 4) Nilai penafsirannya: - Para sahabat besar, murid-muridnya dan para ulama menilai bahwa penafsiran Ibnu Abbas sangat tinggi nilainya, karena keluasan ilmunya, sehingga ia diibaratkan sebagaimana lautan ilmu dan sebagainya, misalnya: a) Mujahid menyatakan sebagai berikut:

Ibnu Abbas dinamakan la-

Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. (Al-Anbiya [21]: 30). Lalu Ibnu Umar menyarankan kepada orang itu agar bertanya kepada Ibnu Abbas. Kemudian orang itu pergi menemui Ibnu Abbas dan menanyakan makna ayat tesebut. Kemudian dijelaskanlah makna ayat tersebut oleh Ibnu Abbas sebagai berikut: Dahulu langit adalah padu, tidak menurunkan hujan, demikian pula, tidak menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, lalu langit itu dipecah oleh hujan dan bumi dipecah oleh tumbuh-tumbuhan. Setelah penjelasan tersebut disampaikan kepada Ibnu Umar, maka berkatalah ia: Keberanian Ibnu Abbas dalam menafsirkan Al-Quran benar-benar menakjubkan, saya yakin bahwa dia diberi ilmu

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

KHAZANAH
yang sangat luas. (Ditakhrijkan oleh al-Hasan). d) Umar ibn al-Khattab pernah mengajukan pertanyaan kepada para sahabat tentang makna surat An-Nasr: dari Allah itu merupakan tanda dan alamat ajal Rasulullah saw. Maka, Allah SwT memerintahkannya supaya memperbanyak tasbih, tahmid dan istighfar, sebab Allah SwT Maha Pemberi Taubat. Maka berkatalah Umar kepada Ibnu Abbas: Saya tidak mengetahui makna surat tersebut kecuali dari engkau. (as-Siyutiy, II: 188). Karya tafsir yang dinyatakan sebagai karya Ibnu Abbas telah berhasil dikumpulkan oleh Abu Tahir Muhammad Ibnu Yaqub al-Fairuz Abadi asy-Syafii, dengan judul: Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnil Abbas. Kitab tafsir tersebut telah dicetak berulang kali di Mesir. 5) Sikapnya terhadap Ahli Kitab Sikap Ibnu Abbas terhadap Ahli Kitab tidak berbeda dengan sikap para sahabat lainnya dalam memahami AlQuran. Di samping merujuk kepada Al-Quran, As-Sunnah dan ijtihad. Ia juga merujuk kepada Ahli Kitab, karena ada persamaannya antara Al-Quran, Taurat dan Injil dalam beberapa hal. Hal-hal yang dalam Al-Quran disebutkan secara global, kadang-kadang dalam Taurat dan Injil disebutkan secara rinci. Maka kadang-kadang keterangan tersebut dibutuhkan. Tetapi pengambilan keterangan dari Ahli Kitab sangat terbatas dan harus dilakukan secara berhati-hati. Keterangan yang diambil hanya mengenai masalah yang sesuai dengan Al-Quran dan AsSunnah, sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan yang fatal.

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, sebagian sahabat menjawab: Bahwa kita diperintahkan supaya bertahmid (memuji Allah) dan beristighfar (mohon ampun) apabila telah datang pertolongan dan kemenangan dari Allah SwT. Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, bahwa surat tersebut mengisyaratkan kedatangan pertolongan dan kemenangan

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

25

K KALAM A L A M

MUHAMMADIYAH LOKOMOTIF KEMAJUAN


M MUCHLAS ABROR

H AHMAD DAHLAN, pendiri Muhammadiyah, adalah seorang alim dan berpikiran maju. Kemajuan berpikirnya mendahului umat Islam pada zamannya. Salah satu buktinya, ia memelopori pembetulan atau pelurusan arah kiblat. Pada waktu itu, masjid-masjid di Indonesia umumnya dan khususnya di Yogyakarta arah kiblatnya ke barat lurus, tidak mengarah ke arah Masjidil Haram di Makkah. Sebagai seorang yang berilmu, dalam hal ini ahli falak yang pada zaman itu masih langka, ia terpanggil untuk membetulkan atau meluruskan arah kiblat yang dipandangnya kurang tepat. Arah kiblatnya tidak ke barat lurus, tetapi condong ke arah barat laut sekian derajat. Ketika ia memulai dan memelopori pembetulan arah kiblat itu menghadapi resiko sangat berat. Sampai surau peninggalan ayahnya yang baru selesai direnovasi dan kiblatnya telah mengarah ke arah yang sebenarnya dirobohhancurkan oleh sejumlah orang. Pada zaman itu, bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam hidup dalam penjajahan.Umat Islam dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Sebagian besar dari mereka masih jauh dari menjalankan ajaran Islam yang sebenarnya. Antara ajaran dan praktik pengamalan bersimpang jalan. Cahaya Islam menjadi redup, suram, dan pudar. Islam tidak lagi menjadi keyakinan dan cita-cita hidup. Islam tidak menjiwai umatnya dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Kekolotan dan kebekuan umat ini dalam ber-Islam menyebabkan tidak mampu berdaya menghadapi tantangan zaman. Setelah kembali dari menunaikan ibadah haji yang kedua, pada permulaan abad ke-20, KH Ahmad Dahlan bulat tekadnya untuk melakukan pembaruan dalam Islam. Apalagi ketika sedang berhaji, ia mendengar nyaringnya gema suara gerakan pembaruan dalam Islam di Timur Tengah. Di samping ia sendiri banyak membaca buku-buku karya para tokohnya, misal, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Ia yakin bahwa Islam yang sebenarnya adalah yang ajaran-ajarannya bersumber pada AlQuran dan Sunnah Rasul. Siapa pun yang hendak mempelajari dan mendalami Islam harus dari kedua sumber itu dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Menurutnya, Islam yang sebenarnya, sebagai risalah Allah, jika ajaranajarannya dilaksanakan dengan konsekuen akan membawa kemajuan. KH Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Pada umumnya waktu itu ulama berpendapat bahwa ijtihad sudah tertutup. Pendapat yang telah sekian lama diikuti itu telah membawa kemunduran dan kebekuan umat Islam. Karena kesalahan pemahaman dalam ber-Islam, maka hidup mereka statis, tidak dinamis. Padahal Islam, dalam pandangan pendiri Muhammadiyah, bersifat dinamis. Tetap terbukanya pintu ijtihad menunjukkan kedinamisan Islam untuk memenuhi tuntutan dan menjawab tantangan zaman. Jadi, ijtihad menjadi kunci kemajuan. Nah, KH
26
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah yang didirikannya memelopori kebangunan umat Islam dengan membawa dan menyebarluaskan Islam yang berkemajuan Dalam rangka menyosialisaikan pandangan dan pendiriannya itu, KH Ahmad Dahlan secara aktif memberi pendidikan agama Islam kepada para siswa Kweekschool di Yogyakarta dan Osvia di Magelang. Pendidikan yang disampaikannya itu diterima secara baik dan mengesan di hati para anak didik. Ia memilih kedua macam sekolah itu karena menurut penilaiannya sangat strategis di samping menurut kita memperlihatkan kemajuannya berpikir dalam menatap masa depan. Apalagi bagi perkembangan Muhammadiyah. Selain itu, ia mendirikan sekolah yang diberikan pendidikan agama dan pengetahuan umum. Ia mendorong dan menggerakkan anak-anak dan pemuda-pemudi untuk giat belajar dan menuntut ilmu. Pandangan berpikirnya ke depan, dalam rangka menyiapkan dan mendidik kader, sampai ia pernah menyatakan, Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pegetahuan di mana saja. Jadilah guru, dokter, meester, insinyur, dll, dan setelah itu kembalilah ke Muhammadiyah. Bahkan secara khusus, KH Ahmad Dahlan mempunyai kepedulian untuk memajukan kaum perempuan yang pada zamannya seolah kehilangan peran. Dimulai dengan menggerakkan dan mengarahkan para gadis di kampung Kauman untuk menyebar masuk ke berbagai sekolah di pagi hari. Pada sore hari, Kiai memberi pendidikan agama Islam kepada mereka. Kemudian dibuatkan wadah pengajian bagi mereka yang diberi nama Sopo Tresno. Wadah pengajian ini menjadi embrio berdirinya Aisyiyah, organisasi perempuan dalam Muhammadiyah yang memiliki peran penting dalam memajukan kaum perempuan di Indonesia. Pada suatu hari, Kiai bertanya kepada murid-muridnya yang perempuan, Malu atau tidakkah kamu, kalau auratmu sampai dilihat orang laki-laki ?. Mereka menjawab, Wah, malu sekali, Kiai. Setelah itu, Kiai melanjutkan, Tetapi, mengapa kebanyakan dari kamu, kalau sakit pergi ke dokter laki-laki, apalagi kalau melahirkan anak ? Kalau benar-benar kamu malu, teruskanlah belajar. Jadikanlah dirimu seorang dokter, sehingga kita mempunyai dokter perempuan untuk kaum perempuan pula. Alangkah utamanya. Itulah beberapa bukti kemajuan berpikir KH Ahmad Dahlan. Islam yang berkemajuan yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah itu berhasil membawa banyak perubahan. Hal yang sama diteruskan oleh Muhammadiyah secara baik dan bertanggung jawab pula. Kehadiran Muhammadiyah sangat jelas mencerahkan,dan mencerdaskan umat serta membawa cita-cita pembaruan dalam Islam. Sehingga Muhammadiyah dalam perjalanan berada pada posisi barisan depan. Muhammadiyah dalam batas tertentu telah berhasil menjadi lokomotif kemajuan.
26

P E D O M A N

DI TENGAH PERALIHAN SUPER POWER


PROF DR DIN SYAMSUDDIN

ita semua menyaksikan, sekarang ini kita tengah berada di zaman peralihan. Yaitu, peralihan gravitasi pengaruh global dari yang semula berpusat di Asia Pasifik dan Eropa menuju pusat pengaruh global baru yang berpusat di Asia Timur dan Asia Selatan. Ini semua ditandai oleh terbitnya fajar kebangkitan bangsa dan negara China dan India di tengah munculnya gejala kebangkrutan Amerika Serikat dan Eropa Barat. Menurut Al-Quran, peralihan semacam ini disebut sebagai Allah akan mempergilirkan dominasi ekonomi dari satu bangsa ke bangsa lain. Selalu ada gelombang peralihan dalam skala global yang kalau sudah muncul nyaris tidak dapat dihadang lagi. Peralihan ini diyakini oleh banyak pengamat sebagai peralihan yang penuh kedamaian (peacefull) karena basisnya adalah kebangkitan ekonomi dan kebudayaan dari Asia Timur itu. Pertumbuhan ekonomi China misalnya rata-rata 9% pertahun. Cadangan devisa sudah bergerak melampaui $ 14 Triliun. Di tengah Amerika Serikat yang mulai dibelit kesulitan ekonomi misalnya, kekayaan negeri China makin terus meningkat. Dalam bahasa sekarang perubahan geoekonomi global semacam ini akan membawa dampak berupa perubahan geopolitik dan geobudaya di mana-mana. China menjadi aktor penting dari perubahan itu. Bagaimana dengan kita? China, dengan penduduk di atas satu miliar orang sekarang sudah layak disebut sebagai negara superpower ekonomi kedua setelah Amerika Serikat. Gerak sejarah yang mirip dengan hukum besi perubahan ini terus menggelinding dan tidak mungkin dapat dicegah dan dihalang-halangi lagi. Tentu saja bagi Indonesia dan bagi Muhammadiyah, implikasi dari peralihan ini tidak main-main. Ketika Indonesia nyaris tidak siap dengan perjanjian perdagangan dengan China sekarang kita sudah merasakan akibatnya. Barang-barang dari China mulai dari tekstil dan produk tekstil, benda eletronik dan bahan makanan termasuk buah-buahan. Bahkan akhir-kahir ini kita telah mengimpor ikan dari negeri China. Dampaknya jelas. Produk lokal Indonesia terpukul di pasar dalam negeri sendiri, banyak perusahaan bangkrut, pengangguran meningkat. Dalam bahasa Muhammadiyah, basis ekonomi para aktivis Muhammadiyah ikut terpukul. Kalau selama pasca kemerdekaan sampai dengan zaman Orde Baru dikenal sebagai zaman kemunduran bagi pengusaha dan pedagang Muslim (Muhammadiyah) maka sekarang ini yang terpukul mundur adalah sisa-sisa kekuatan ekonomi rakyat itu sendiri.

Dan masyarakat (Muslim dan Muhammadiyah) yang mengalami degradasi ekonomi jelas juga mengalami degradasi kemampuan dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan umat dan Persyarikatan. Mungkin secara simbolik dapat dikatakan, setelah era Robohnya Kedai Kami, kalau gejala dominasi perekonomian dan perdagangan China tidak diantisipasi kita dapat masuk kepada era Jebolnya Dompet Kami. Sebab dalam kenyataan, suvenir haji yang dulu diproduksi Indonesia sekarang telah tergantikan oleh suvenir haji buatan China. Tentu saja kita tidak dapat hanya melihat sisi buruk peralihan superpower ekonomi itu. Sisi baik dari peralihan itu dapat kita munculkan. Misalnya, memaknakan posisi China yang makin bangkit dan makin mendominasi dunia sebagai sumber inspirasi. Artinya, kita dapat menggali inspirasi dari proses sukses China secara ekonomi. Sebagai sama-sama bangsa Timur kita akan lebih mudah meniru China ketimbang bangsa lain yang ada di Barat. Ajaran etika Kong Hu Chu yang menjadi akar dari spirit kebangkitan ekonomi China perlu dipelajari. Ajaran yang diyakini oleh hampir semua warga China mengandung serangkaian nilainilai unggul yang cocok diterapkan di zaman ini dan masa depan. Etika ini sangat menekankan pada para pemeluknya untuk senantiasa bekerja keras, meningkatkan produktivitas, menghargai waktu, hemat dan disiplin. Itu semua sesungguhnya mirip dengan semangat Islam berkemajuan yang diformulasikan oleh Muhammadiyah. Bahkan nilai Islam boleh dikata lebih lengkap. Dalam Islam ada nilai ikhlas, pengorbanan, amanah dan pengabdian yang total terhadap yang transendental. Lebih-lebih lagi kalau semua itu dipadukan dengan potensi kebangkitan berupa kekayaan sumberdaya alam, sumberdaya nilai, sumberdaya sejarag, dan sumberdaya jamaah. Dalam konteks di atas, sesungguhnya Muhammadiyah dapat berperan aktif. Misalnya dengan menyumbangkan berbagai langkah alternatif untuk menghadapi ancaman ekonomi dari Negeri China. Muhammadiyah juga dapat menawarkan benteng budaya yang kokoh. Ketika Muhammadiyah mengenalkan dan menerapkan Islam berkemajuan sebagai konsep dan petunjuk perilaku warga Muhammadiyah yang andal. Termasuk untuk mengantisipasi peralihan superpower ekonomi global yang sekarang dampaknya sudah dapat kita rasakan bersama-sama. Marilah kita buktikan bahwa kita pun dapat bangkit dari keterpurukan kemudian mengejar kemajuan dari negeri China itu. Saya yakin kita semua dapat melakukan itu. t

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

27

Dialog
PROF DR TAUFIQ ABDULLAH:

Muhammadiyah

Miskin Pemikiran?
Menghadapi berbagai persoalan aktual keumatan dan bangsa, peran Muhammadiyah sebagai bagian dari kelompok civil society sangat dibutuhkan. Karena sebagai civil society, Muhammadiyah memiliki peluang dan kesempatan yang terbuka untuk menjalankan tugas dan perannya?
antas bagaimanakah sesungguhnya potret Muhammadiyah menghadapi persoalan yang terjadi belakangan ini? Berikut petikan wawancara Deni al-Asyari, MA dan Muarif, S.Pd.I beberapa hari yang lalu dengan Prof DR Taufiq Abdullah pakar sejarah dan ilmuan sosial LIPI Jakarta Dalam konteks kehidupan kontemporer sekarang ini, bagaimana anda memandang kemunculan berbagai gerakan Islam sekarang ini ? Seperti apa pula perbandinganya dengan ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU? Sebelum bicara masalah itu, kita harus mengetahui dulu tentang latar belakang sejarah kehidupan bangsa ini khususnya umat Islam. Pertama, kalau kita lihat gerakan Islam yang ada sekarang ini merupakan sebuah spektrum, mulai dari yang paling toleran hingga yang paling fundamentalis. Kemudian mulai dari yang paling terbuka sampai yang paling tertutup, terjadi di negeri kita. Ini memang sebuah gejala baru bagi bangsa kita. Dulu misalnya, kita tidak tahu apa-apa yang dikatakan oleh orang orientalis itu tentang kita. Kemudian pada tahap kedua kita mulai tahu, akan tapi kita curiga terhadap orientalis, dan sekarang ini kita mulai berusaha untuk memahami bagaimana orientalis itu memahami kita. Jadi yang terakhir ini, membuat kita lebih bisa menerima kenyataan bahwa ada di kalangan orientalis itu yang berusaha memahami secara benar. Kedua, dilihat dari suasana internasional. Sejak tahun 1945 hingga belakangan ini, dunia Islam sangat terpukul dengan masalah-masalah seperti Palestina. Karena masalah ini seperti
28
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2-16 SYAWAL 1432 H

duri dalam daging bagi umat Islam, apalagi sejak kekalahan tahun 1967, peristiwa ini sangat jauh menusuk hati orang Islam, walaupun di Palestina itu banyak agama Kristen dan agama lain, akan tetapi fakta bahwa Yarussalem sebagai kota suci setelah kota Makkah dan Madinah yang diserang oleh Yahudi, membuat hati umat Islam bertambah sakit. Kemudian ditambah dengan terjadinya peristiwa penyerangan di Afghanistan dan peristiwa 11/09. Peristiwa demi peristiwa internasional yang begitu pahit dirasakan umat Islam, memengaruhi bagaimana kemudian kita melihat dinamika kehidupan keagamaan dan kebangsaan. Faktor ketiga adalah pengalaman domestik bangsa kita, seperti waktu terjadinya G30 S-PKI. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang sangat mengerikan, karena praktis antara kita saling berbunuh-bunuhan, terutama sekali di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Peristiwa ini akhirnya membuat tradisi dendam dalam sejarah kita begitu kuat. Apalagi pada masa Orde Baru, penguasa saat itu menggunakan pendekatan bersih diri dan bersih lingkungan, nyaris kita pecah dan saling dendam. Apalagi saat itu beriringan dengan terjadinya proses de-Islamisasi di beberapa daerah. Walaupun jelang Orde Baru berakhir, proses re-Islamisasi pun juga terjadi.

DIALOG
Apa korelasinya dari berbagai fakta dan peristiwa sejarah tersebut terhadap spektrum dan dinamika gerakan Islam di tanah air? Jadi setelah kita melakukan reformasi, pertama yang ditemukan hingga saat sekarang adalah terjadinya krisis saling ketidakpercayaan. Akibatnya, bangsa kita mengalami krisis manajamen, dan krisis dari manajamen krisis. Sehingga tidak satu pun krisis yang terjadi bisa kita atasi. Implikasi lain adalah, terjadinya spiral kebodohan yang menukik ke bawah, yaitu suatu tindakan kebodohan yang ditimpali dengan tindakan kebodohan yang lain, seperti konflik antarkampung atau antarkelompok. Selain itu, krisis ketidakpercayaan ini terjadi dalam bentuk keterputusan hubungan antara pemimpin dan masyarakat. Sekarang ini kita tidak lagi pernah menggunakan kata pemimpin, justru kita cenderung menggunakan kata elit politik. Padahal kalau pemimpin itu ada hubungan emosional antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tapi kalau elit itu, hubungan atas bawah yang bersifat instruktif. Dalam suasana demikianlah terjadinya spektrum gerakan Islam itu sekarang ini. Lantas bagaimana solusi terhadap persoalan yang seperti ini? Bagaimana pula peran Muhammadiyah sebagai bagian dari kelompok civil society? Salah satu pemecahan dari malasah ini menurut saya adalah, memperkenalkan dan menghidupkan kembali peran civil society. Sebelum menjelaskan seperti apa peran atau tugasnya, kita harus membedakan dulu antara civil society dan masyarakat sipil, karena dua aspek ini berbeda, kalau civil society adalah suatu wilayah antara negara dengan ikatan natural suatu masyarakat, seperti keluarga dan kampung, dan civil society itu berada di tengahtengahnya ini. Salah satunya adalah ormas Islam seperti Muhammadiyah, ia adalah bagian dari civil society tersebut. Kemudian peran apa yang mesti dilakukan oleh kelompok civil society ini? Di antaranya adalah, pertama, melindungi warga negara dari kemungkinan tekanan negara, kedua, mengisi kekosongan yang tidak bisa diisi oleh negara, ketiga, mengisi halhal di luar tugas negara. Nah Muhammadiyah maupun NU harus melakukan peran yang seperti ini. Bagaimana anda melihat peran Muhammadiyah sebagai kelompok civil society selama ini? Sudah optimal atau adakah indikasi sebagai organisasi gagal? Fakta Muhammadiyah mempunyai jumlah amal usaha yang begitu banyak, harus diakui dapat menjadi penopang bagi gerakan Muhammadiyah. Akan tetapi kehidupan ini tidak semata-mata butuh pekerjaan seperti itu, tapi kehidupan ini membutuhkan juga akan pemikiran. Selama ini saya lihat Muhammadiyah justru dalam konteks pemikiran masih konservatif. Bisa jadi karena Muhammadiyah sudah memiliki banyak hal. Bisa dijelaskan lebih jauh, pengertian konservatifnya Muhammadiyah ini? Konservatif yang saya maksud disini dalam arti kurangnya keterlibatan Muhammadiyah dalam perdebatan-perdebatan pemikiran. Tapi memang kalau sudah masuk dalam hal yang sangat fundamental, Muhammadiyah juga bereaksi. Namun selagi masih aman, Muhammadiyah cenderung diam aja. Kita bisa lihat sekarang ini, Muhammadiyah kurang banyak tampil dengan pemikiran yang segar. Memang organisasi yang besar susah mengeluarkan pemikiran yang segar. Apa contohnya dari pemikiran yang segar ini? Bisa anda jelaskan? Seperti saya katakan tadi, Muhammadiyah belum menghadapi orientasi gerakannya pada masalah-masalah lingkungan, belum menghadapi pada masalah bagaimana menciptakan masyarakat (bukan dalam arti sekolah) berdasarkan pengetahuan. Makanya saya usulkan Muhammadiyah abad ke dua ini cukup memfokuskan gerakannya pada tiga kata dalam pembukaan UUD 1945 kita, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Menyinggung sedikit tentang matinya ormas, apakah ada dalam sejarah sebuah ormas itu mati, dan apa penyebabnya? Kalau partai banyak, tapi kalau ormas matinya akibat perpecahan di dalam. Dan untuk Muhammadiyah dia punya kekuatan yang besar dan menghasilkan. Sebagai organisasi jika dibandingkan dengan yang lain, maka tidak ada apa-apanya. Tapi sekarang ini yang lebih penting apa yang dibuat oleh organisasi itu saat ini, seperti menjawab persoalan-persoalan aktual yang terjadi sekarang ini. Seperti masalah lingkungan hidup, tentang masyarakat berbasis pengetahuan, tentang kenyataan pluralisme, dan tentang globalisasi. Apakah selama ini menurut pandangan anda gerak Muhammadiyah belum menyentuh ke arah sana? Saya melihat belakangan ini, gerakan Muhammadiyah belum ada yang menyentuh ke arah sana. Kita bisa lihat pada pemikiran dalam proposal seminar (pengajian) Muhammadiyah ini, saya melihat kurang jelas, dan lebih banyak ngomong di awang-awang serta kurang tegas. Saya malah berpikir kenapa Pimpinan Pusat Muhammadiyah begini merumuskan proposal untuk pengajian pemikiran. Padahal bahasanya bagus, tapi kenapa kemana-mana dan tidak jelas, ini tidak salah, tapi kurang membumi dari persoalan bangsa yang ada. Apakah ini karena kemapanan dari organisasi Muhammadiyah? Dan kenapa sebabnya organisasi mapan kecenderungannya sangat lamban dalam menanggapi persoalan aktual? Bagaimanapun ormas besar itu sangat memperhatikan keutuhan lembaganya. Kalau mengeluarkan pemikiran yang anehaneh, maka roda organisasinya akan terganggu, oleh karenanya saya menyarankan ormas-ormas besar itu menciptakan ormas kecil-kecil, kalau NU ada LKIS dll. Dan Muhammadiyah sepertinya terlambat, dan seharusnya ada anak-anak muda yang kreatif. Jadi kalau organisasi besar, resikonya juga besar, maka ke hatihatian itu perlu dilakukan dengan cara membentuk kelompokkelompok keilmuan. Sebab sesuatu yang baru itu menggoyang keutuhan, dan tidak pernah tenang. d
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

29

DI ANTARA KITA SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman: SEKOLAH PARA JUARA KEMBANGKAN KEMANDIRIAN DAN KLASTER
MERETAS sekolah mandiri dan dipercaya berlantai 3 dengan 26 ruang kelas, 2 ruang guru, ruang Lab, masyarakat memerlukan keseriusan dan Komputer, Musik, Bahasa, Perpus dll. a) Sejak tahun 2005 selalu kerja keras sangat tinggi. Yang harus menjadi wakil DIY dalam OSN tingkat Nasional. Tahun 2005 dan dibangun terlebih dahulu adalah sikap untuk 2006 wakil Indonesia dalam IMSO (International Mathematics and berubah yang dalam prosesnya memun- Science Olimpiad) meraih medali perunggu, atas nama Abdullah culkan kerja-kerja serius menuju kemandirian Syafiq dan Alqi Herfian, dan September tahun 2011 atas nama dan keunggulan. Madina Setia Namira akan menjadi wakil Indonesia dalam IMSO SD Muhammadiyah Condongcatur da- tahun 2011 di Filiphina. b) Innovative Teacher Competition 2011 Kepala Sekolah lam mengembangkan sekolah dengan stra- Winners Indonesia, Regional Asia Pacific Education Innovation Forum Achmad Solikin, MA tegi membangun kemandirian. Kemandirian 2011 di Phuket Thailand, atas nama Ari Budiyanto. Biasiswa Magang pertama, membangun kemandirian bidang tenaga pendidik, mencari di Jepang dalam pengembangan ICT atas nama Ratna Syifa, SSi. anak-anak muda yang punya komitmen tinggi dan kompetensi sesuai 2) SD Muhammadiyah Kadisuka, pada tahun 2002, siswanya kebutuhan sekolah diajak bergabung di AUM. Dengan guru yang tinggal 18 orang sehingga oleh Dinas akan ditutup. Pada tahun itu baik terjadi proses pembelajaran yang baik, dan menghasilkan pengurus PCM Kalasan dan tokoh masyarakat menyerahkan prestasi yang baik pula. pengelolaannya ke PCM Depok, dan dijadikan kelas jauh SD Muh SD Muhammadiyah Condongcatur Condongcatur. Tahun 2002 mempunyai berusaha untuk menjawab tantangan siswa 18 dan 1 guru, sekarang memiliki 338 masyarakat itu dengan mempersiapkan, 1) siswa, 25 guru. Luas tanah, dulu 600 m2 Koki/gurunya, tidak sembarang orang. dikembangkan menjadi 2500 m2. Dengan 8 Harus seorang tenaga pendidik yang Unit Perumahan gurunya. Prestasi: a) Nilai mempunyai kompetensi standar. 2) Sarana UN terbaik se Kabupaten Sleman beberapa sekolahnya/sarana-prasarana PBM harus tahun terakhir. Siswanya peserta OSN tingkat sesuai dengan perkembangan zaman, Nasional. b) Dan Arif Junianto, SPd Juli 2011 berupa ICT, Laboratorium IPA/Mtk, perpusberangkat di Kyoto, Jepang. takaan dll. 3) Materi/kurikulumnya harus 3) SD Muh Sleman, tahun 2003 memselalu dikembangkan dengan KTSP-nya, punyai 27 siswa, 11 guru/karyawan. Karena sehingga pengembangan kurikulum itu kelas 1 dan kelas 3 tak ada siswanya, maka sebuah keniscayaan. 4) Pendanaannya/ dijadikan kelas jauh SD Muh Condongcatur. pembiayaannya, diperlukan tambahan Tahun pertama murid bertambah 27 siswa, Madina Setia Namira menjadi peserta IMSO untuk pengadaan, semacam, gulanya, tahun kedua kelas 1 dapat 60 siswa, tahun diapit oleh Kepala Sekolan dan Pembina. kelapa, pewarna yang sehat dll. Sehingga ketiga dapat 3 kelas. Sekarang mempunyai sekolah mampu menjawab keinginan dan sesuai selera 652 siswa dengan 38 guru. Tahun 2006, dianggap sudah mampu masyarakatnya. Di sisi lain tetap mempunyai misi Persyarikatan mandiri kemudian dimandirikan. Prestasi beberapa tahun terakhir Muhammadiyah yang harus dikembangkan. menjadi wakil DIY dalam OSN tingkat Nasional. Kemandirian kedua, berupa kemandirian pembiayaan, dengan 4) Gedung SD Muh Pakem, bekas gedung SMP Muh Pakem, pelayanan baik dalam proses PBM, jaminan mutu baik akademik/ karena PCM Pakem belum mempunyai SD Muh diadakan MOU non akademik, pengelolaan amanah, dan kultur budaya sekolah mendirikan SD Muh Condongcatur di Pakem tahun 2004. Sekarang yang baik dan disiplin. Maka seluruh biaya pendidikan berupa biaya memiliki 341 siswa, 25 guru. Mempunyai prestasi terbaik di Kecamatan personal dan biaya investasi mampu ditanggung oleh masyarakat, Pakem, biar pun sudah ada SDN RSBI, bahkan tahun 2011 siswanya dan biaya operasional disubsidi pemerintah. Kharisma NS menjadi peserta Seleksi IMSO 2011, peringkat 11 pada Dengan bentuk kemandirian inilah SD Muhammadiyah seleksi tahap II bidang IPA. Condongcatur mampu mengembangkan dirinya dan mampu 5) SMP Muh 2 Depok berada di Kompleks Islamic Center mengembangkan pembinaan sekolah dengan Sistem Klaster, yaitu Karangasem, namun dalam perjalanannya, SMA Muh 2 Depok membantu sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekolah yang mati tidak punya murid. Dan SMP muridnya tinggal 18 siswa. Tahun menjadi bangkit kembali, seperti sekolah yang dikembangkan dengan 2006 pengelolaanya disatukan dengan SD Muh Condongcatur, sistem klaster adalah: terdiri dari 18 siswa dan 11 guru. Sekarang SMP Muh 2 Depok 1) SD Muhammadiyah Condongcatur Pusat sebagai awal mempunyai 250 siswa dan 13 guru. Tahun 2011 ini siswanya lulus pengembangan sekolah mandiri. Sekarang memiliki 999 siswa (25 100%. Prestasi: Juara 2 Pencak Silat tingkat Prov DIY, tahun 2011 Rombel), 61 guru. Luas tanah pada awal 1001 m2 dikembangkan Juara 2 Futsal se Prov DIY, tahun 2009 peringkat 3 OSN bidang kini menjadi 5500 m2. Gedung awal hanya 6 lokal kelas, sekarang Sains tingkat Kabupaten Sleman. a
30
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2-16 SYAWAL 1432 H

Hikmah

isl am aga ma yang mengajak isla agam persa tu an ersatu tuan


KIYAI IBRAHIM

engan nama Allah yang Maha Murah dan Maha Kasih. Dia yang sudah menciptakan alam dan seisinya, dengan ketertiban dan keteraturan tanpa ada yang menyimpang, yang semuanya itu berjalan dalam aturan-aturan Gusti Allah sendiri, tidak ada yang bisa menyelisihinya. Dia yang sudah menciptakan manusia menjadi bermacam-macam bangsa, bermacam-macam warna kulitnya. Semuanya itu, berasal dari manusia yang sejodoh, yaitu Kakek (Eyang) kita semua Kanjeng Nabi Adam dan Sitti Hawa. Dia yang mempunyai kehendak supaya semua manusia berpegang pada tali Gusti Allah. Gusti Allah yang sudah menjadikan pikiran manusia menjadi bermacam-macam, pendapatnya juga bermacam-macam, supaya menjadi kebaikan. Saudara-saudara, seluruh bangsa itu bersaudara, sama yang menurunkan, dapat dikatakan sedaging dan sedarah, sesama sebagai umatnya Gusti Allah. Jadi, sangat tidak benar kalau yang satu merasa lebih daripada yang lain. Terhadap kemanusiaannya. Juga sangat tidak benar apabila yang kuat mencelakakan yang lemah, karena yang benar mestilah menolongnnya. Siapa yang kuat, padahal untuk mencelakakan yang lemah dengan sarana kekuatannya itu, itu namanya menggunakan sesuatu pada tempat yang salah. Sudah menjadi watak manusia untuk suka mentang-mentang, maka Gusti Allah menurunkan utusan dan juga Kitab. Adapun yang terakhir adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan dipinjami Kitab yang bernama Kitab Al-Quran. Quran itulah yang menjadi petunjuk dan pedoman kehidupan, jangan sampai berjalan di jalan yang salah atau menyimpang dari jalan yang sudah ditetapkan Gusti Allah. Perkumpulan Muhammadiyah pada dasarnya ikut berikhtiar supaya menjalankan perintah Allah, dengan sebisa-bisanya dan sesampai-sampainya. Dari keyakinan Muhammadiyah, agama Islam itu bisa menyelamatkan manusia mulai dari dunia sampai di akhirat. Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak kejadian yang berbeda dengan adat kebiasaan. Misalnya rendahnya harga uang, dalam arti mahalnya harga barang-barang, mundurnya perdagangan teman-teman yang di sini dan sebagainya. Keadaan di luar tanah Jawa juga banyak yang terjadi berbeda

dengan kebiasaan. Misalnya, majunya penyebaran agama Islam di Inggris, menangnya Turki melawan Griekenland, keberanian Khalifah, dan sebagainya. Itu semua menggerakkan hati orang-orang disini. Bentuknya bermacam-macam ada yang semakin bersemangat dalam menyiarkan agama, agama apa saja. Ada yang semakin bersemangat dalam bekerja mencari harta, ada yang sangat rajin dalam ikut memperbincangkan para aparatur negara dan sebagainya. Ringkas kata bermacam-macam kemajuannya. Semua itu sudah pasti sesuai dengan kecakapan, kesenangan, dan kemampuannya. Pada tahun pertama ini banyak keadaan yang terlihat sepertinya akan menghalang-halangi kemajuan perkumpulan Islam. Sedang bagi Muhammadiyah sendiri, saat ini sedang dalam sorotan orang banyak. Orang banyak itu bermacammacam, ada yang mengatakan baik ada pula yang menyatakan jelek. Semua itu sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar, maka saudara-saudara Muhammadiyah jangan sampai berkecil hati, semakin hari harus semakin baik dalam bertindak menuruti perintah Allah, jangan sampai kegiatan tahun yang akan dijalankan kalah baik dengan tahun yang telah dijalani karena kalau terjadi demikian itu namanya mundur. Sama saja dapat dikatakan mundur. Jangan sampai merasa suka kalau dipuji orang, dan jangan berkecil hati kalau dicela orang, karena yang menetapkan buruk dan baik itu hanyalah Gusti Allah sendiri. Tetapi celaan dan pujian itu harus diambil pelajarannya. Terlebih lagi krtitik atau celaan yang menjelek-jelekkan. Saudara-sauadara, karena dari kemurahan Gusti Allah, Muhammadiyah semakin lama semakin besar dan luas. Mudah-mudahan pertambahan ini bisa terus-menerus dan lestari selamanya. Akhirnya saya mengingatkan pada semuanya saja serta pada saya sendiri: Agama Islam itu agama yang mengajak persatuan, tidak mengajak berpisahpisah. Apalagi orang Islam itu seharusnya menjadi satu. Melihat kejadian akhir-akhir ini, sepertinya persatuan orang Islam sudah bisa diharapkan. Tidak hanya se-tanah Jawa atau se Hindia tetapi se....jagad. Akhirnya, marilah bersamasama berdoa , semoga hal itu bisa segera terlaksana.

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

35

DI ANTARA KITA

RAKERNAS MPI PP MUHAMMADIYAH

apat Kerja Nasional Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, yang dilaksanakan di kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta beberapa waktu yang lalu, dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof DR HM Din Syamsudin. Dalam sambutannya, beliau berharap agar dalam Rakernas ini menghasilkan program-program yang bisa diakses oleh masyarakat. Dalam rangka mengembangkan dakwah Islam dan mensosialisasikan program Muhammadiyah. Apalagi dalam perkembangan teknologi informasi, dimana perubahan terjadi sangat cepat. Masyarakat membutuhkan informasi yang bisa mencerahkan. Perkembangan teknologi informasi telah banyak mengubah dunia. Apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini, bisa kita saksikan saat ini juga di negara kita, ujar Din Syamsuddin mencontohkan. Sehingga kemajuan Muhammadiyah yang akan datang, akan turut ditentukan dan dibantu oleh kemajuan teknologi informasi, lanjutnya. Dalam bidang pustaka, Din Syamsudin berharap agar ditumbuhkan gerakan gemar membaca . Kalau dalam bidang pendidikan ada Bustanul Athfal, maka dalam bidang gerakan gemar membaca ini, kita perlu mencanangkan Bustanul Qutub (Taman Bacaan). Dalam kaitan ini, Drs H Mukhlas, MT Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah dalam laporannya, menyampaikan bahwa salah satu program Majelis Pustaka dan Informasi adalah, akan membangun 1000 Taman Pustaka di seluruh Indonesia. Seribu Taman Pustaka ini, akan berbasis di Ranting-Ranting dan Cabang Muhammadiyah. Insya Allah dalam waktu dekat ini, kita akan melaunching beberapa Taman Pustaka di beberapa wilayah sebagai pilot proyek, ujar beliau. Rapat Kerja Nasional MPI ini, juga merekomendasikan empat program unggulan untuk periode 2010-2015. Keempat program unggulan itu menurut Ketua MPI, Mukhlas, MT adalah; 1. Pendirian Taman Pustaka Muhammadiyah di tingkat Cabang dan Ranting, 2. Pendirian Museum Muhammadiyah di tingkat Pusat dan Wilayah. Untuk ini, Majelis Pustaka dan Informasi sedang merintis untuk berdirinya museum Muhammadiyah. Museum ini nantinya, diharapkan menjadi tempat untuk menyimpan dan merawat benda-benda bersejarah Muhammadiyah. Selain itu, jika memungkinkan pendirian museum ini bisa juga dilakukan oleh PWM-PWM diseluruh Indonesia. 3. Pengembangan stasiun radio dan televisi di Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah.

Untuk radio diharapkan minimal 30% dari jumlah PDM seluruh Indonesia dan lima stasiun televisi di tingkat Pimpinan Wilayah, 4. Muhammadiyah go open source (Mugos)dengan tujuan meningkatkan kepedulian dan tanggungjawab Muhammadiyah terhadap penanggulangan pembajakan software di Indonesia, melalui pengembangan program-program open source versi Muhammadiyah. Selain itu, Rakernas juga memutuskan beberapa program reguler yang harus dilakukan oleh Majelis Pustaka dan Informasi PWM dan PDM antara lain; pembuatan Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah online, pengelolaan website Muhammadiyah secara terintegrasi dengan menampilkan website dalam tiga bahasa (Indonesia, Inggris dan Arab), pengembangan pengelolaan database Persyarikatan, pembentukan media centre tingkat Pusat dan Wilayah. Sedangkan untuk pengembangan dan pendirian museum Muhammadiyah, Majelis Pustaka dan Informasi sedang merintis untuk berdirinya museum Muhammadiyah. Museum ini nantinya, diharapkan menjadi tempat untuk menyimpan dan merawat benda-benda bersejarah Muhammadiyah. Selain itu, jika memungkinkan pendirian museum ini bisa juga dilakukan oleh PWMPWM diseluruh Indonesia. Dalam bidang kepustakaan diantaranya, meningkatkan kualitas sumber daya manusia perpustakaan yang profesional. Untuk itu MPI akan menyelenggarakan kegiatan penunjang berupa TOT pengelolaan perpustakaan Muhammadiyah, magang dan diusahakan adanya bea siswa untuk program studi perpustakaan. Disamping itu, akan menyediakan perpustakaan digital. Dengan adanya perpustakaan digital ini, diharapkan terbentuknya koordinasi dan adanya sinergi dengan berbagai kelompok pengelola perpustakaan di lingkungan Muhammadiyah. Terutama di amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan seperti PTM dan Sekolah-sekolah. Dalam Rakernas ini juga dilakukan pelatihan pengelolaan website dan pengoperasian pembuatan KTA Muhammadiyah online. Rapat Kerja Nasional yang pertama ini, dihadiri oleh Majelis Pustaka dan Informasi tingkat Wilayah seluruh Indonesia, Majelis dan Lembaga PP Muhammadiyah, Ortom tingkat pusat dan beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah. Hadir dalam acara pembukaan Rakernas ini antara lain; Ketua PP Muhammadiyah, Prof DR Dadang Kahmad, Siti Hadiroh Ahmad dari Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Wakil Rektor I Universitas Ahmad Dahlan, DR Ir Dwi Sulisworo, MT. im
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

37

I B R A H

ha ti yang m ati hati ma


anyak orang di negeri ini begitu gampang berbuat kemunkaran tanpa perasaan bersalah. Melarikan uang rakyat, korupsi, menggasak kekayaan negara, menjadi mafia hukum, mafia anggaran, merusak sumberdaya alam, mengkhianati amanat rakyat, dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan sikap tanpa merasa bersalah. Sudah tahu salah dan dikritik banyak orang, masih pula bebal. Dikritik jangan membangun gedung-gedung megah yang tak diperlukan, ketika rakyat kecil kian susah, masih juga memaksakan. Lalu, di mana hati nurani atau kalbu yang fitri dalam dirinya? Kebaikan sungguh menjadi barang mahal di negeri ini, sementara keburukan begitu rupa murah. Bahkan, antara benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas banyak dibikin kabur. Palsu memalsu, mengelak dakwaan, mengaku sakit padahal sehat, bahkan mengaku lupa ingatan permanen menjadi pemandangan umum. Adakah mereka masih memiliki nurani? Nurani yang masih mampu berkata jujur, benar, baik, tulus, dan autentik. Pada suatu kali Nabi didatangi Washibah bin Mabad dan ditanya tentang kebaikan. Nabi bersabda, Mintalah pertimbangan pada hatimu, kebaikan itu sesuatu yang menyebabkan jiwa menjadi tenang dan menjadi tenang pulalah hati. Adapun dosa ialah sesuatu yang terasa dalam diri dan apa-apa yang meragukan dalam dada meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya. Tapi, di tengah banyak orang hidup penuh ambisiambisi berlebihan untuk meraih materi, kedudukan, dan kepentingan duniawi apakah hati nurani masih mau didengarkan suaranya yang jernih. Ketika hasrathasrat duniawi begitu membuncah melampaui takaran, biasanya suara hati sangatlah lirih dan sering tidak didengar. Hati bahkan lama kelamaan menjadi barang asing dalam diri, yang sulit dikenali meskipun bersarang dalam diri sendiri. Suara hati dianggap sebagai penghambat, penghalang, dan menjadi musuh. Manusia kadang memusuhi hatinya ketika hasrathasrat hewaniah mengalahkan kepentingankepentingan yang fitri dan bersahaja. Al-Quran menyebutnya orang-orang yang memiliki hati, tetapi tak mampu memahaminya, fahum qulubun la yafqahuna biha. Manusia berjasad perkasa dan terhormat, tetapi perangainya kerdil, lumpuh, dan hina laksana hewan. Hewan itu tak memiliki daya saring
38
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2-16 SYAWAL 1432 H

ruhaniah atau qalbiyah, apa yang diinginkannya diburu dengan sepenuh nafsu, tak peduli benar atau salah, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, yang penting hajat terpenuhi. Hukum yang diagung-agungkan pun dengan mudah disiasati, dibohongi, dipermainkan, dan dirusak bahkan oleh para penegak hukum sendiri. Jika penjahat menyiasati dan mengelak dari hukum tentu lumrah adanya, karena mana ada pelanggar hukum rela hati untuk di-hukum. Namun manakala para penegak hukum yang semestinya menjadi penjaga di garda paling depan mempermainkan hukum, maka betapa parahnya sebuah negeri. Ibarat pagar makan tanaman, yang tentu sangat piawai merusaknya. Akibatnya hukum pun menjadi serba tebang pilih, tajam ke bawah (orang-orang kecil) tetapi tumpul ke atas (orang-orang berkedudukan tinggi). Itulah ketika para penegak hukum dan abdi hukum kehilangan suara hati nurani yang jernih. Tatkala hati tak pernah didengar aspirasinya, sedang perangai buruk dan munkar dalam sangkarbesi nafsu kian menguasai diri, ketika itulah lama kelamaan hati itu akan beku, bahkan menjadi mati. Hati dalam wujud segumpal darah (mudhghah) memang masih utuh, namun hati nurani yang selalu bersuara fitri sejatinya mati. Sufi ternama, Ibrahim ibn Adham, seperti dinukilkan Muhammad Amin al-Jundi mengemukakan hati yang mati disebabkan oleh sepuluh perkara, yang membuat para hamba tak dikabulkan doanya oleh Allah. Apa saja sepuluh perkara yang menyebabkan kematian hati? Pertama, manusia tahu hak-hak Allah tetapi tidak mau menunaikannya. Kedua, mengaku mencintai Rasulullah namun tidak mengikuti Sunnahnya. Ketiga, membaca Al-Quran tetapi tidak mengamalkan isinya. Keempat, makan dari rizki Allah . namun tidak mensyukurinya. Kelima, mengatakan setan sebagai musuh tetapi tidak memusuhinya. Keenam, meyakini surga itu benar adanya namun tidak berusaha untuk mencapainya. Ketujuh, mengakui adanya neraka tetapi tidak berusaha selalu menjauhinya. Kedelapan, meyakini kematian pasti datang tetapi tidak bersiap-siap menghadapinya. Kesembilan, bangun tidak sibuk mencari aib orang lain , dan lupa mencari kesalahan diri. Kesepuluh, ikut mengubur orang mati, tetapi tidak mengambil pelajaran dari mereka. Sungguh, tak mudah menghidupkan hati ketika sudah beku dan mati. A. Nuha

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

39

DIRASAH ISLAMIYAH

AKTUALISASI ISLAM BERKEMAJUAN DALAM SAINS TEKNOLOGI DAN SENI BUDAYA


PROF DR DADANG KAHMAD

Ketua PP Muhammadiyah, Guru Besar Imu Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunungdjati Bandung

Aku khawatir pesan dalam Ali Imran (3) 190-19) ini hanya sekedar bahan bacaan. Tidak menjadi pijakan ontologis, epistemologis dan aksiologis umat dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan dan kemanusiaan

alam suatu riwayat, Atha menuturkan bahwa Ia bersama Ibnu Umar dan Ubayd bin Umayr pernah berkunjung kepada Aisyah ra Kami bertanya tentang pengalamannya yang paling mengesankan bersama Rasulullah. Aisyah menangis dan menjawab: Semua yang beliau lakukan mengesankan. Kalau harus menyebut satu di antara momen penting yang paling mengesankan dari Rasulullah adalah saat malam ketika aku mendapat giliran tidur bersamanya. Pada malam itu, beliau tidur berdampingan denganku dan kulitnya menyentuh kulitku. Lalu, beliau berkata, Wahai Aisyah izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku. Aku menjawab, Demi Allah, aku senang berada di sampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada Tuhanmu. Maka beliau pergi berwudlu, tidak banyak air yang beliau gunakan, lalu berdiri melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau, lalu sujud dan menangis, hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu, Bilal

datang untuk adzan shubuh. Bilal mendapati Rasul menangis, dan bertanya: Wahai Rasul apa gerangan yang membuat engkau menangis, bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang. Rasul menjawab, wahai Bilal, tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur (apal akna abdan syakran). Apa yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah menurunkan kepadaku ayat: inna fi khalq al-samwti (Qs. 3: 190-191) Sungguh celaka bagi siapa yang membaca, tapi tidak memikirkannya, waylun liman qara`aha wa lam yatafakkar fh.. (Tafsir Ibn Katsir, Juz 2/189; al-Qurthubi, Juz 4/310; al-Alusi, Juz 2/86; al-Razi, Juz 5/ 8; al-Baihdawi, Juz 1/423; al-Kasyaf, Juz 1/ 361; al-Dur al-Mantsur, Juz 3/18) Menangkap semangat atau spirit zaman ini sangat penting, hingga Rasul menyatakan waylun liman qara`aha wa lam yatafakkar fh (sungguh celaka bagi siapa yang membaca, tapi tidak memikirkannya). Pernyataan ini dapat dibaca (dalam bahasa sekarang) sebagai kekhawatiran Nabi apabila umatnya hanya menjadikan pesan ini sebagai bahan bacaan dan tidak menjadikannya sebagai pijakan ontologis, epistemologis dan aksiologis dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan dan kemanusiaan. Bagian penting dari semangat zaman yang harus dibaca dalam konteks masyarakat modern atau post industri adalah perkembangan sains teknologi dan seni budaya. Kedua unsur inilah yang sangat memengaruhi peradaban dewasa ini. Temuan-temuan sains modern telah melahirkan berbagai perkembangan teknologi yang luar biasa, terutama di bidang telekomunikasi dan informasi. Televisi, komputer, telepon, Hp, internet, dan sejumlah teknologi mutakhir lainnya. Perkem-

bangan teknologi ini mampu melipat-lipat dunia, bukan hanya menjadi desa global, tetapi juga, tidak lebih dari sebuah layar kaca (Yasraf Amir Piliang, Dunia yang Dilipat, Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan, (Bandung: Matahari, 2011), edisi III, hal. 160-161.). Perkembangan sains teknologi ini kemudian menggerakkan laju ekonomi kapitalisme global hingga berhasil memproduksi kesejahteraan materiil luar biasa, yang belum pernah dicapai sebelumnya. Sains telah berhasil menetapkan cakrawala keseragaman dari kemungkinankemungkinan produksi secara ekonomis, sementara teknologi memungkinkan akumulasi kekayaan secara tak terbatas dan pemuasan hasrat manusia yang lebih luas. Bahkan, logika sains teknologi modern inilah yang menentukan evolusi universal dari arah kapitalisme, yang dalam perkembangannya ekonomi kapitalisme ini menjadi penggerak utama roda sains teknologi. Menurut Francis Fukuyama, kecenderungan logika sains modern ini bahkan menentukan evolusi universal dari arah kapitalisme. Melalui sains teknologi dengan ekonomi kapitalisme sebagai penggerak utamanya inilah, terjadi percepatan pembangunan dan kemajuan peradaban di berbagai bidang kehidupan, terutama dalam bidang seni dan budaya. Dalam bidang seni budaya ini, berbagai teknologi hiburan dan tontonan dicipta, sehingga menghasilkan model-model seni dan budaya yang melimpah, variatif dan inovatif. Inilah tanda-tanda zaman era kontemporer yang harus dibaca, dipikirkan dan dicarikan rumusan aktualisasi barunya dalam berIslam yang berkemajuan. Saya menangkap adanya relevansi pesan wahyu Ali Imran [3]: 190-191 di atas

40

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

DIRASAH ISLAMIYAH
dengan semangat zaman hari ini. Menurut pembacaan saya, pesan orientasi kemasadepanan atau sebutlah Islam yang berkemajuan dalam ayat tersebut, menuntut dua hal, yaitu pertama, keharusan untuk pengembangan nalar, logika dan pengetahuan (yatafakkar fi khalqi al-samwti wa al-ardh). Dalam konteks hari ini adalah keharusan untuk mengembangkan sains teknologi. Kedua, keharusan untuk pengembangan dimensi rasa, jiwa dan ruh (yadzkur Allah), yang dalam peradaban kontemporer berada dalam wilayah pengembangan seni budaya. Jika aspek yang terpenting dalam pengembangan sains teknologi adalah nalar, logika dan pengetahuan, maka aspek yang terpenting dalam pengembangan seni budaya adalah rasa, jiwa dan ruh. Dalam perspektif Muhammadiyah, keduanya (tafakkur dan tadzakkur) merupakan nilai-nilai Islam yang berkemajuan yang diyakini akan dapat melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Secara lebih luas, Muhammadiyah memahami Islam yang berkemajuan itu sebagai berikut: 1. Islam yang berkemajuan adalah Islam yang menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. 2. Islam yang berkemajuan adalah Islam yang menjunjungtinggi kemuliaan martabat manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminasi. 3. Islam yang menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. 4. Islam yang berkemajuan juga secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi. (PP Muhammadiyah, Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah (Muktamar ke-46), hal.14) Dalam wacana ke-Islaman kontemporer, Islam yang berkemajuan ini dapat disejajarkan dengan gagasan Islam progresif seperti yang diperkenalkan oleh Omid Safi, Farish A. Noor, Shalahuddin Jursyi dan para sarjana Muslim progresif lainnya. Gagasan sentral dari Islam atau Muslim progresif sebagaimana penggunaan term progresif itu sendiri adalah perjuangan tanpa henti menuju gagasan universal keadilan. Gagasan sentral ini merupakan panggilan Quran (Al-Nahl [16]: 90), sekaligus menjadi jantung (inti) dari tradisi Islam. Sejalan dengan gagasan sentral Islam progresif tersebut, menurut Muhammadiyah muara dari Islam yang berkemajuan itu adalah pencerahan bagi kehidupan. Yaitu, jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan dari segala bentuk keterbelakangan, ketertindasan, kejumudan, dan ketidakadilan hidup umat manusia. (Tanfidz Keputusan Muktamar, hal. 14-15) Persoalannya adalah bagaimana aktualisasi Islam yang berkemajuan ini dalam konteks sains teknologi dan seni budaya. Bagi hemat saya, setidaknya ada lima pemikiran yang perlu dipertimbangkan dan diskusikan lebih lanjut. Pertama, penting untuk mensosialisasikan pandangan dunia (worldview) Islam yang berkemajuan ini secara luas. Bahwa Islam merupakan agama kemajuan, menghargai rasionalitas dan nilai-nilai transendental, berorientasi ke masa depan, serta terbuka dan toleran terhadap perbedaan. (Tanfidz Keputusan Muktamar, hal. 139) Kedua, jika merujuk kepada tradisi intelektual yang berkembang pada era Abbasiah dalam Islam dan tradisi Renaisans di Barat, maka salah satu persyaratan penting untuk dapat mengaktualisasikan Islam berkemajuan dalam sains teknologi dan seni budaya adalah perlunya membangun kultur keilmuan dan tradisi intellectual discourse yang kondusif. Dalam perspektif pustaka dan informasi, penting kiranya untuk menumbuh-suburkan madrasah-madrasah atau halaqahhalaqah keilmuan, gerakan penerjemahan buku-buku asing, penerbitan, perpustakaan yang representatif di berbagai daerah, serta pendirian lembaga-lembaga riset, balai pelatihan dan pendidikan. Ketiga, reorientasi paradigma keilmuan dari paradigma yang masih menomorsatukan ilmu agama (sains naqliyah) kepada paradigma keilmuan yang lebih di arahkan pada pengembangan tradisi saintifik dan teknologi modern, atau paling tidak menyeimbangkannya dengan pengembangan sains keagamaan. Keempat, dalam bidang seni budaya penting untuk mempertimbangkan kembali dua strategi kebudayaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Halaqah Tarjih di Solo tanggal 2 Nopember 2001 yaitu strategi kebudayaan ko-eksistensi dan pro-eksistensi. Strategi kebudayaan ko-eksistensi yang dimaksusdkan adalah lebih mendalami wawasan seni tradisi dengan pendekatan bayni, burhni dan irfni serta menghargai seni budaya yang berkembang di masyarakat, sepanjang sejalan dengan rambu-rambu seni budaya itu, yaitu tidak mengakibatkan fasd (kerusakan), dharr (bahaya), ishyn (kedurhakaan) dan bid an Allh (menjauhkan dari mengingat Allah). Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, hal. 42-43. Sedang strategi kebudayaan proeksistensi adalah sikap empati terhadap perkembangan seni budaya serta membuka ruang publik untuk mengembangkan seni budaya Islami seperti dengan penyelenggaraan festival-festival budaya, halaqah budaya dan sebagainya. Kelima, transformasi nilai-nilai Islam yang berkemajuan di atas melalui pendidikan. Pendidikan adalah syarat utama untuk perwujudan Islam yang berkemajuan dalam sains teknologi dan seni budaya. Dalam kerangka ini, pendidikan perlu ditata bangun kembali agar menjadi tempat untuk menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis. Bukan sebagai tempat yang menyemai kebencian, permusuhan, sektarianisme dan ketidakadilan. Pendidikan juga perlu ditata bangun kembali agar menjadi lembaga yang menjunjungtinggi kemuliaan martabat manusia, baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Mengelorakan misi anti perang, anti terorisme, anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi, serta secara positif melahirkan nilai-nilai keutamaan dalam memayungi kemajemukan. Wallahu alam.
41

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

SOHIFAH

Pancasila Dalam

Perspektif Islam
IMMAWAN WAHYUDI, DRS. MH

Wakil Bupati Gunung Kidul DI Yogyakarta, Kandidat Doktor Ilmu Hukum pada Program S3 Ilmu Hukum UII. ERSINGGUNGAN antara Islam dan Pancasila sekurangkurangnya dapat kita lihat dalam realita historis sebagai berikut. Pertama, pada masa-masa pembentukan republik, dimana perdebatan terfokus pada perumusan sila pertama yang sangat seru dan radikal namun bermuara pada kompromi nasional yang anggun melalui rumusan Piagam Jakarta. Kedua, seakanakan melanjutkan perdebatan dialektis pada masa pembentukan republik adalah pada masa pemaksaan Pancasila sebagai satusatunya asas yang ketika itu rezim penguasa secara efektif melipatgandakan kadigdayan Pancasila dan menggunakan Pancasila sebagai alat pengontrol dan penekan terhadap warga negara yang berbeda pendapat dengan Pemerintah, yang tentu saja sangat mengganggu ingatan kolektif bangsa terhadap Piagam Jakarta. Ketiga, pada masa pemaknaan yang lebih terbuka dan toleran, yang antara lain ditandai adanya pemahaman bahwa Pancasila adalah suatu ideologi terbuka sebagaimana dinyatakan Nurcholish Madjid. Keempat, untuk masa kebangkitan retorik saat ini (fase kerinduan), terminologi Ketuhanan akan menjadi isu panas atau tidak, masih harus kita lihat. Dalam pemahaman penulis, judul di atas sekurang-kurangnya mengandung dua makna. Pertama, Pancasila dalam konteks aspirasi politik umat Islam. Kedua, nilai-nilai Pancasila dan relevansinya dengan nilai-nilai atau ajaran Islam. Kandungan pertama bersifat historis-dialektis pada masa lalu yang kontroversial, sedang yang kedua mencoba memasukkan nilai-nilai Islam dalam Pancasila. Penulis mencoba menyajikan kedua hal tersebut di atas, walaupun secara subyektif kepentingan kita kepada makna kedua jauh lebih besar, untuk menyongsong Indonesia Baru dan tidak terjebak pada perdebatan masa lalu semata. Dalam hal ini penulis sependapat dengan pandangan Siswono Yudho Husodo, Siswono Yudho Husodo dalam Pancasila dan Keberlanjutan NKRI yang menyatakan, bentuk perjuangan ideologi pada waktu ini berbeda dengan zaman berbenturannya nasionalisme dengan imperialisme, sosialisme dengan kapitalisme, dan antara demokrasi dengan totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat Indonesia Problem Dialektik Dalam konteks makna pertama, membahas Pancasila, tidak dapat menghindari kontroversi masa lalu yang sedikit atau banyak
42
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

masih meninggalkan jejak dalam pemahaman maupun dalam praktik berbangsa dan bernegara pada dewasa ini. Dalam hal ini Nurcholish Madjid (1995;5) menyatakan, Undang Undang Dasar 1945 dan Pacasila bukanlah titik akhir dari kontroversi ideologis Indonesia. Walaupun undang-undang ini oleh mayoritas rakyat, dari sudut agama telah dianggap netral, orang-orang Islam terbiasa memandangnya sebagai bentuk lain dari kompromi antara mereka dengan orang-orang sekularis. Walaupun, dilihat dari perspektif orang-orang Muslim, hal itu diakui sebagai kompromi yang lemah, tapi sedikit banyaknya undang-undang ini tetap memberikan tempat yang utama bagi status Islam di negara ini. Persoalan yang menjadi sumber perdebatan historis sejak harihari pertama perjuangan republik ini juga digambarkan oleh ulasan Michael Morfit (Harun Nasution dan Azyumardi Azra, 1985; 133) yang dimuat dalam Asian Survey dengan mengatakan; Sila pertama adalah kepercayaan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila Ketuhanan Yang Maha Esa). Dengan demikian, negara Indonesia bukan negara sekuler dalam pengertian Barat. Tetapi Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa masih merupakan suatu pernyataan umum, cukup luas termasuk Islam, Kristen, Hindu, dan Budha agama-agama besar yang secara resmi diakui negara, dan diurus oleh Departemen Agama. Sila ini merupakan sumber petentangan hebat. Kaum muslimin yang lebih ortodoks, sering mendukung komitmen tegas kepada Islam sebagai agama negara, dan merasakan tidak puas dengan penyusunan kata-kata umum sila ini... Sejalan dengan ungkapan di atas, Kuntowijoyo (Kuntowijoyo, 1997;4) mengatakan bahwa dengan ideologi Pancasila, Indonesia menyatakan diri bukan negara agama tetapi juga bukan negara sekuler. Piagam Jakarta Perdebatan seru dan berlarut-larut tentang Pancasila khususnya sila Ketuhanan sangat mendalam. Namun melalui panitia kecil yang terdiri dari: Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Subarjo, Sukarno, Abdulkahar Muzakkir, Abd. Wahid Hasyim, Abikusno Cokrosuyoso, Agus Salim dan A. Maramis, pada akhirnya dicapai satu rumusan sebagai jalan kompromi antar golongan. Rumusan tersebut dikenal Piagam Jakarta yang rumusannya antara lain : .... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan

SOHIFAH
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakytan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945, masyarakat Kristen dari Sulawesi Utara secara serius menolak rumusan Ketuhanan dengan menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya. Melalui perundingan yang melibatkan Muhammad Hatta, Teuku Hassan, Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusuma tujuh kata dalam Piagama Jakarta di hapus. Atas usul Ki Bagus tujuh kata diganti dengan Yang Maha Esa dengan pengertian Tauhid (Nurcholish Madjid 1995; 5) Pemaknaan Menurut Islam Dalam konteks makna kedua sebagaimana penulis uraikan di atas, kajian tentang sila-sila dalam Pancasila banyak diberi pemaknaan berdasarkan ajaran Islam. Salah seorang pakar yang peduli untuk memberikan pemakanaan Pancasila dan relevansinya dengan ajaran Islam adalah Ahmad Azhar Basir, (1985: 9-10) .yang antara lain mengatakan;Dari segi nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat disebutkan bahwa sila ini merupakan dasar kerohanian, dasar moral bagi bangsa Indonesia dalam melakasanakan hidup bernegara dan bermasyarakat. Dalam kehidupan bernegara, berasas Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain berarti bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara wajib memperhatikan dan menghormati petunjuk-petunjuk Tuhan Yang Esa, tidak dibenarkan menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan-Nya. Ahmad Azhar Basyir, selanjutnya memberikan dalil-dalil AlQuran dalam hubungannya dengan tiap sila yang terdapat dalam Pancasila. Meskipun kesannya hal yang demikian ini bersifat simplifikasi, namun secara akademis maupun politis memiliki makna positif dalam kaitannya dengan membangun paradigma dan komitmen dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara secara konsisten. Ketidakpedulian kita terhadap upaya yang nampak simplikatif ini berakibat serius. Contoh yang paling kongkret dalam hal ini adalah bahwa ketentuan pembentukan peraturan perundangundangan menyatakan setiap peraturan perundang-undangan harus sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Pada kenyataannnya, banyak undang-undang yang bertentangan dengan semangat Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia karena besarnya semangat merespon pasar bebas. Demikian pula dalam bidang pendidikan. Dalam satu seminar tentang Pancasila, Prof Kaelan mengkritik penyelenggaraan pendidikan dewasa ini yang lebih merespons kecenderungan pasar, yang dinilai sebagai sesuatu yang kontradiktif dengan kecenderungan baru yang lebih dekat dengan sumber-sumber nilai terutama agama. Akhirnya, kita perlu mengaca pada sejarah, bahwa perdebatan tentang Pancasila yang cenderung subyektif dan bersifat klaim suatu kelompok yang merasa paling berjasa terhadap negara ini, hanya menutupi kecemerlangan Pancasila. Bahkan Pancasila itu sendiri bisa jadi debu historisnya republik bukan sebagai api dan filosofi hidup bangsa Indonesia yang futuristik.

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

43

HUMANIORA

JODOH
CERPEN: ABIDAH EL KHALIEQY

Untuk kesekian kali aku mematut wajah di cermin. Dari cermin China ukuran 6x6 cm bergambar dewi Kwan Im yang kubeli di sebuah Art Shop kenamaan di Hong Kong, di daerah Mongkok, lalu cermin bundar kecil di tempat bedakku, cermin bundar besar di kamar mandi hingga cermin mukibat raksasa model zaman kolonial, warisan kakek buyutku, yang konon bisa menangkap bayangan jin yang melintas di depannya. Sudah kucoba semua untuk memastikan, benarkah wajahku mirip setan? Hingga para laki-laki sama takut melihatku. Sejak menjanda dua tahun lalu, sebenarnya ada beberapa laki-laki yang coba menjalin hubungan denganku, dengan niat serius untuk berumah-tangga tentunya. Karena usia kami sudah kepala empat, bukan waktunya lagi untuk pacaran atau sekedar te-te-em-an. Di antara laki-laki yang mendekatiku itu, ada satu yang mantan teman sekampus. Ada juga teman mantan suamiku, yang tahu rahasia perceraian kami, bahkan pak hakim yang menceraikan kami itu juga mendekatiku. Ketiga laki-laki ini semua masih beristri. Mulanya aku menimbang tawaran mereka untuk menjadi suami-istri. Poligami? Tak terpikir di benakku bahwa aku bakal diajak poligami. Sejak kuliah dulu, aku ini aktivis pergerakan perempuan. Dan lagi, perceraianku dengan suamiku adalah karena ia poligami. Aku yang menggugatnya cerai. Masa kini aku harus mengulang kisah hitam itu? Maka sudah pasti, aku akan menolak tawaran mereka. Tapi aneh, sebelum aku ucapkan penolakan itu, mereka sudah lari terbirit duluan, seakan ketakutan melihatku. Benar benar ketakutan. Bahkan pak hakim sampai lupa kunci mobilnya nyangkut di bantalan sofaku. Ia lari tergopoh nuju mobilnya sembari sesekali melirik wajahku dengan mimik ketakutan, seakan tengah berhadapan dengan kuntilanak siang hari. Sementara mantan kawan sekampusku dulu, usai janjian ketemuan secara menggebu di sebuah kafe mall, baru duduk semenit di depanku, ia cemas blingsatan dan nengok kiri kanan, lalu angkat tilpun (sepertinya tak ada orang menilpunnya karena aku tak mendengar nada dering), dan sontak dia bilang maaf sekali, aku harus pergi lagi. Ada kondisi darurat!. Tanpa nengok lagi padaku atau sekedar gutbai, ia ngacir tanpa salam.
44
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

Lain lagi kisah teman mantan suamiku, ia datang ke rumah dengan persembahan seabrek-abrek untukku dan anakku semata wayang. Ia duduk sekian menit di ruang tamu dan mulai menggaruki kepalanya. Sesekali matanya melirik ke arahku dengan mimik aneh, antara takjub dan takut. Duduknya mulai gelisah. Seakan banyak paku nancap di kursinya. Setelah mendehem berkali-kali, ia pun bangkit dan minta pamit cepat-cepat, padahal belum ada pembicaraan apapun hatta kata pengantar. Ia ucap wassalam sebelum sempat uluk salam. Keanehan demi keanehan. Maka sekali lagi aku pergi ke depan cermin. Kupatut-patut wajahku disana. Tak ada senoktah pun yang aneh. Bahkan aku masih bisa bersyukur pada Tuhan dengan seluruh anugrah kecantikan ini. Wajah putihku mirip China dengan mata agak sipit dan kulit bersih mulus. Hidung sedang. Bibir merah delima asli sejak lahir tanpa lipstik. Rambut hitam tebal lurus dan belum tumbuh uban meski banyak teman sebaya sudah mulai ubanan. Dengar, Sin!, kata Mala sahabatku, di tilpunnya yang menggebu,Dia bilang wajahmu kini seperti neneknenek usia 500 tahun. Swear! Dia bilang begitu dengan mimik menggidik takut. Nenek 500 tahun? Bahkan 50 tahun aja belum genap usiaku Entahlah! Lagian mana ada usia ampe 500 tahun? Jin iprit kali ya. Tapi dia bilang, kulitmu seperti komodo eh tokek, berkerut-merut seperti tokek, neneknya tokeklah. Gitu katanya Hahamasa sih? Aku merasa, tak ada yang salah pada wajahku. Seluruh diriku ini tak ada yang berubah, La. Tapi memang aneh, begitu ketakutannya wajah mereka melihatku. Menurutmu, apa wajahku seperti itu? Kalau di penglihatanku, kamu malah makin cantik setelah pisah dari Mas Tom. Mungkin ia tak rela kamu ceraikan dan menjahatimu dengan apalah, semacam tenung-tenung gitulah. Biar laki-laki yang melihatmu, tak ada yang suka, dan kamu tetap sendiri selamanya Masuk akal juga asumsimu. Tapi hari gini gitu lohmasa masih main dukun? La itu, pilem apa yang tentang dukun-dukun itu, yang digandrungi anak-anak sedunia ituPotter potter apah

HUMANIORA
Harry Potter? Nah! Bukankah pilem tentang dukun dukun itu, nyatanya juga digandrungi banyak orang, dari barat ampe timur, Sin. Di jaman internet. Di jaman face book katanya. Dunia virtual baru agaknya belum bisa menggantikan dunia virtual lama, ya era perdukunan itu hehe. Tul gak? Ah embuhlah! Aku cuma berpikir, jika Mas Tom melakukan hal itu, kok tega-teganya ya padaku yang tak berdosa ini? Bukan hanya padamu ia tega, bahkan pada dirinya sendiri kukira Lho kok bisa? Dia akan puas menyaksikanku tak laku-laku, La Iya puas, tapi ingat, ada pertanggung-jawaban kelak saat ia harus menghadap Tuhan, akibat laku musriknya itu! Ia lupa akan semua itu. Cemburu membutakan mata banyak orang di dunia yang kian menyempit ini. Kasihan betul jika benar ia begitu. Ah aku jadi ingat Mbendhol! Mbendhol? Siapa dia? Cuma tetangga yang tiba tiba prilakunya ganjil. Ia menjadi kurang waras, kata ayahnya, usai kena sihir mahabbah seorang perempuan yang ditolak cintanya. Perempuan itu menangkup ludah Mbendhol dan membawanya ke dukun. Lalu Mbendhol majnun. Begitulah! Mungkin perempuan itu puas telah sukses membuat Mbendhol syarap. Ia lupa, bahwa ada pertanggung-jawaban kelak di mahkamah Maha Tinggi yang lebih menggiriskan. Jika ia mati, di lubang kecil hitam gelap kuburnya, malaikat serem akan menyiksanya siang malam, tak rampung rampung hingga hari kebangkitan. Hii! Tak ada yang bakal nengok nasibnya di penjara Guantanamo kuburan sepi, sendiri-ri! Alih alih memperoleh cintanya Mbendhol di alam barzakh, setan setan hitam yang jadi sohibnya dukun santet itulah yang bakal menemaninya melewatkan hari hari ngeri bin nggegirisi di Alcatrac jelaga sunyi ruri. Menanti puluhan atau mungkin ratusan tahun lagi sampai hari berbangkit, untuk memperoleh ganjaran yang lebih sempurnanaarun jahiim heheopo ra wedhi? Di mana enaknya berkawan dukun dukun itu? Afala tatafakkarun? Nah itulah yang ingin kutanya padamu, eh pada mas Tommu maksudku, jika benar ia melakukan itu. Bagaimana menurutmu, apa aku perlu cara-cara CIA untuk menggali info? CIA? Perlukah strategi CIA untuk mencari buktibukti? Kalau pun pada akhirnya terbukti Mas Tom telah mengerjaiku seperti itu, dapatkah strategi CIA juga kupakai untuk membereskannya? Semalaman insomnia. Aku kembali mematut diri depan cermin, meneliti secermatnya, benarkah wajahku telah berumur 500 tahun? Kabarnya Nabi Nuh berumur lebih seribu tahun. Kalau kalau aku ini reinkarnasi dari kaum Nuh? Boleh jadi 500 tahun di jaman itu, masih tergolong muda setara usia 40 tahun di jaman kini? Entahlah! Tetapi wajahku mengerikan? Mirip kerutan komodo, si kakek buyut tokek itu? Menakutkan bagi tiap laki-laki yang bakal meminangku? Mungkin perlu memberi info pada mereka, bahwa wajah asliku mirip Mei Shin. Dan yang tergelar cuma hasil rekayasa beberapa ekor jin dibantu dukun dukun terkutuk. Akankah mereka percaya? Lagi pun, aku tak tahu seperti apa mengabarkannya. Lalu dua malam insomnia. Tiga malam. Empat malam bahkan. Sampailah di malam kelima. Saat gerhana bulan total dan aku ikut jamaah shalat khusuf di halaman sekolah di kampung, aku berdoa sepenuh-penuh jiwa raga seturut gerhana kian sempurna, usai khutbah pendek sang imam shalat. Jamaah meluap. Orang orang berhamburan menyesaki halaman sekolah dan tiap jiwa terpesona, terkesima khidmat dan khusyuk meresapi keagungan Sang Pencipta, di bawah purnama yang gerhana, sebaris demi sebaris melenyap nguap nuju ke wilayah rahasia. Di antara takbir dan tahmid, aku berdoa tiga rius memohon Tuhan agar memukul balik para pemukulku yang tak salah ini. Kalau tidak memukul balik, setidaknya mentawarkan diriku dari segala pengaruh jahat terkutuk. Allahumma inna najaluka fi nukhurihim wa naudzubika min syururihim. Kubaca sekali, dua kali hingga sepuluh kali, masih kurang, duapuluh kali dan tigapuluh tiga kali sudah. Ada perasaan lega, hati mendesir-desir bahagia lalu kutatap ke atas, gerhana telah sempurna, purnama berubah warna, merah darah! Para mata terpana. Jiwa jiwa sama berserah padaNya. Duhai agung Sang Pencipta. Semesta terkesima. Aku juga ternganga. Di depanku Yusuf, duda satu anak lulusan Madinah, menyapaku dengan senyuman Nabi Khidr, Masih tinggal di belakang ring road, Sinta? Berapa abad sudah kita tak jumpa? Gerhana pun berlalu sudah, dari jiwaku yang merana. Yogyakarta, 2011

Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

45

B I N A

A K I D A H

HUBUNGAN ERAT ANTARA KEIMANAN DAN KEMAJUAN


DR MOHAMMAD DAMAMI, MAg idak jarang orang beranggapan, bahwa pencapaian kemajuan kehidupan manusia seperti sekarang ini didasarkan pada kemampuan dan kekuatan manusia dalam memanfaatkan olah falsafahnya. Atau dengan lain perkataan, kemajuan kehidupan manusia banyak ditentukan oleh kekuatan filsafat. Banyak yang sangat percaya, bahwa dengan temuan falsafah, seperti falsafah Rasionalisme dan Eksperimentalisme, maka berkembanglah ilmu pengetahuan yang beranak-kandung teknologi dengan pesatnya. Bahwa manakala manusia secara serius mau memeras otak dan kecerdasannya serta tekun melakukan percobaan-percobaan dalam hal apa saja, maka akan majulah kehidupannya. Begitulah kira-kira ilustrasi anggapan banyak orang dewasa ini. Namun, ketika kemajuan kehidupan telah dicapai, tak jarang pula terdengar keluhan, bahwa justru setelah mencapai apa yang disebut kemajuan kehidupan tersebut malahan merasa makin jauh dari rasa puas dan tidak merasa sejuk hati. Atau dengan lain perkataan, hidup terasa makin kering, kurang bermakna, hilang tujuan hidup, serba mekanis dan robotis, dan sebagainya. Mengapa hal seperti ini, keadaan yang serba paradoks, terjadi? Jawabannya adalah karena kekuatan agama yang berupa keyakinan rohani tidak dilibatkan. Agama dan keyakinan rohani adalah wujud dari pernyataan perasaan, dunia kepuasan dan kesejukan hati. Sebaliknya, filsafat dan olah falsafah hanya menyuplai kepuasan otak dan pikiran belaka. Tampaknya, apa yang disebut kepuasan itu baru lengkap dan menyeluruh kalau kepuasan pikiran digabung dengan kepuasan perasaan. Sekarang kita bertanya, bagaimana AlQuran berbicara tentang hubungan antara masalah keimanan dan kemajuan hidup ini? Al-Quran tidak mengajari manusia untuk meraih kemajuan dalam hidupnya dengan berdasar berfalsafah secara ekstrem, seperti berspekulasi, bahwa pada hakikatnya kehidupan ini, mati dan hidup, hanyalah
46

fenomena dahr, masa (Al-Jatsiyah [45]: 24). Berfalsafah seperti itu dinyatakan hanya sebagai olah spekulasi (dhann), tidak berdasar ilmu yang benar. Demikian kritik AlQuran. Walaupun Al-Quran menghargai potensi akal yang menyebabkan manusia mampu berpikir, namun Al-Quran tidak membenarkan manusia berpikir secaraekstrem, yang ujung-ujungnya hanya bertaraf spekulatif tanpa fondasi. Al-Quran mengajari manusia untuk meraih kemajuannya berdasar keyakinan rohani dan didukung oleh penggunaan potensi akal secara benar. Inilah yang disebut keimanan terhadap petunjuk (hidayah) Allah SwT. Petunjuk tersebut berwujud prinsip-prinsip yang perlu dijadikan patokan ketika manusia beriman (Mukmin) akan meraih kemajuan hidupnya. Apa isi prinsip-prinsip tersebut? Pertama, dasar bertindak. Bahwa dasar bertindak untuk meraih kemajuan adalah: mengubah nasib. Hidup di dunia ini diliputi oleh keniscayaan untuk terjadi perubahan. Perubahan yang bersifat teknis dinyatakan Al-Quran tergantung pada usaha manusia itu sendiri, mau berubah atau tidak, berusaha untuk berubah atau tidak (Ar-Rad [13]: 11). Lalu apa yang diubah? Al-Quran menegaskan: nasib. Kata nasib ada keterkaitan dengan kosa kata nashaban, yang berarti mengangkat atau mendirikan. Jadi, nasib adalah kondisi (dalam hal ini hidup) yang perlu ditingkatkan, diangkat lebih tinggi dari kondisi sebelumnya, didirikan/dibangun kondisi baru yang lebih meningkat. Peningkatan yang lebih tinggi ini oleh Al-Quran justru diperintahkan dengan kalimat frasa fanshab, yang terjemahan luasnya: maka carilah, temukan, dan jalankan usaha/pekerjaan/ tindakan/kreasi/metode/kemampuan yang diyakini dapat meningkatkan kondisi yang lebih tinggi lagi (Asy-Syarh [94]: 7). Kedua, hasil dari proses persaingan. Persaingan (kompetisi) yang sehat dan membangun (konstruktif). Kata kuncinya adalah: unggul. Unggul di sini bukan berarti menang karena berhasil mengalahkan, atau menang untuk bangga atau untuk menganggap kecil

pihak lain, melainkan unggul karena kompetisi dalam hal-hal yang baik dan konstruktif. Rumusannya dalam Al-Quran disebut fastabiquu-l-khairaat, maka berlombalobalah dalam berbuat kebajikan (AlBaqarah [2]: 148; Al-Maidah [5]: 48). Jadi, hasil kemajuan yang dicapai harus melalui proses persaingan, bukan proses yang berdiri sendiri. Sebab, dalam setiap tempat dan zaman, mesti ada yang berusaha untuk mencari kebajikan, tidak pernah sepi dari hal itu. Ketiga, hasil dari usaha. Hasil dari usaha untuk mencapai kemajuan hidup di atas adalah: meningkat lebih baik. Di sini yang menjadi ukuran mutunya, yaitu baik, dan ukuran jumlahnya, yaitu banyak. Ukuran mutu baik dan jumlah banyak ini dirangkum dengan istilah khair dalam Al-Quran. Hal seperti ini digambarkan Al-Quran bahwa perhiasan dunia dengan segala gemerlap dan kemajuannya itu (mataau-d-dunyaa) sedikit, terbatas waktunya, sedangkan kenikmatan akhirat itu lebih baik dan lebih banyak (An-Nisa [4]: 77). Karena itu peraihan untuk meningkat tersebut harus diukur dan dikoridori/dikontrol oleh rambu-rambu khair tersebut (Adl-Dluha [93]: 4). Keempat, kaya harapan. Bahwa untuk meraih kemajuan hidup, karena harus melewati jembatan proses, maka sangat mungkin terjadi halangan, kebelum-berhasilan/gagal, hambatan/ganjalan, pasangsurut, untung-rugi, dan sebagainya. Menghadapi hal yang demikian ini seseorang harus tahan uji, kuat mental, dan kokoh kemauan. Untuk itu Al-Quran mengajari agar kaya harapan. Caranya: berdoa. Karena Allah SwT adalah Maha Kaya, sekaligus Maha Pengasih dan Maha Pemurah (rahmaan rahiim), maka kepada-Nyalah hati manusia perlu dilabuhkan, dimintai pertolongan-Nya, dimintai karunia-Nya. Dengan cara seperti itu harapan akan muncul dan menjadi kaya dalam ruang batin. Orang tidak mudah patah semangat karenanya. (Asy-Syarh [94]: 8). Begitulah Al-Quran mengajari orang beriman meraih kemajuan hidupnya. Wallaahu alam bishshawaab.

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

B I N A

A K H L A K

Menuju Islam (yang) Berkemajuan


MUHSIN HARIYANTO Dosen Tetap FAI-UMY dan Dosen Tidak Tetap STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2006) pernah menyatakan bahwa kondisi mental dan psikologi umat Islam Indonesia setelah zaman reformasi belum kunjung berubah. Perasaan terus terkepung (siege mentality) oleh pelbagai isu, masih saja terus menghantui. Padahal, Islam tetap terus berkembang dengan wajar, baik di Indonesia bahkan di banyak belahan dunia. Banyak orang yang merindukan kembalinya puritanisme dengan asumsi kembali kepada Sunnah Nabi saw, dan di sisi lain ada yang dengan sangat percaya diri menggagas perlunya merujuk konsep liberalisme. Hingga memunculkan dua kelompok (ekstrem) Muslim: Puritan dan Liberal. Dua kutub ekstrem yang kadangkadang saling menafikan, yang justru menenggelamkan umat Islam ke dalam keterpurukan yang lebih parah. Menjauh dari spirit Islam yang dikenalkan oleh Nabi saw sebagai rahmatan lil alamin. Padahal, masyarakat Islam di Indonesia ini mayoritas dalam kuantitas, tetapi mentalnya minoritas, karena kualitasnya. Ada sikap ketidakpercayaan diri. Akibatnya, Islam menjadi terkotak-kotak dan menjauh dari porosnya. Padahal tawaran nilai-nilai Islam dalam Al-Quran (dan juga As-Sunnah) sangat ramah terhadap kemajuan zaman. Kita (baca: umat Islam) bisa belajar pada umat lain. Misalnya pada gerakan The Green Peace, LSM yang bekerja untuk penghijauan/pelestarian alam. Mereka menggapai api Islam tanpa harus secara formal memeluk Islam. Meskipun mereka non-Muslim, tetapi gerakan dan tindakan mereka selaras dengan nilai-nilai Islam. Contoh lain, di Jepang praktik anti riba sudah diimplemantasikan, sementara kita (umat Islam) masih berteriak-teriak. Untuk menerjemahkan api Islam, sebenarnya kita bisa belajar banyak dari pemikiran dan aksi KHA Dahlan dalam memahami dan memperjuangkan ajaran Islam sejak merintis berdirinya Muhammadiyah. Kiai Dahlan begitu mendalam dan luas pandangannya, tidak sempit dan serba menyederhanakan. Visi Kiai Dahlan sungguh jauh ke depan. Misalnya, ketika menggagas arti pentingnya sekolah, beliau berani mengadopsi gagasan Barat yang waktu itu dianggap sebagai sikap tasyabbuh, identik dengan Belanda (baca: orang kafir). Dan oleh karenanya bisa dikafir-kafirkan. Pada saat itu, gagasan-gagasan KHA Dahlan tentang Islam sangatlah maju, dia menawarkan Islam yang berkemajuan, bukan Islam yang jumud (mandek). Beliau juga dengan gagah berani mengkritik pemikiran yang tidak didasarkan pada penelusuran nalar secara mendalam hingga menumbuhkan sejumlah aksi yang menurut A Syafii Maarif kurang cerdas. Nostalgiawan Wahyudhi, mahasiswa Postgraduate Studies,

Kulliyah of Political Science International Islamic University Malaysia dalam Republika (Jumat, 14 September 2007) mengungkapkan bahwa KH Mas Mansur (1937) sebagaimana KHA Dahlan (dalam sebuah bukunya) juga telah menggagas Islam yang Berkemajuan ini. Secara visioner KH Mas Mansur memiliki ide yang sama, bahwa Islam akan maju dan berpengaruh jika Islam hadir sebagai peradaban. Namun secara konseptual, KH Mas Mansur memiliki ide yang lebih matang. Dia katakan bahwa untuk mencapai Islam yang berkemajuan, umat Islam harus maju dalam semua bidang. Di antara gagasan Islam yang Berkemajuan KH Mas Mansur yang sangat penting untuk dikaji lebih lanjut menurut Nostalgiawan Wahyudhi antara lain: Pertama, Islam tidak boleh hanya terkonsentrasi pada sisi ekonomi (amal usaha). Namun dengan berani beliau menempatkan aspek ekonomi di bagian paling belakang pencapaian Islam berkemajuan. Lebih mengakar lagi, beliau menempatkan porsi keagamaan pada posisi terpenting sebagai fondasi awal untuk membangun peradaban. Hal ini bisa diartikan bahwa yang diharapkan beliau bukanlah umat Islam yang menguasai ekonomi kapitalis dunia, tetapi umat Islam yang menguasai ekonomi Islam yang memengaruhi dunia. Kedua, pendidikan yang berke-Islaman diperlukan untuk membentuk sumberdaya manusia kompetitif dan religius. Dua karakter kepribadian ini sangat penting untuk membangun peradaban Islam. Karena itu sangat penting membangun sebuah institusi pendidikan Islam yang berkualitas internasional untuk mencapai dua karakter sumber daya manusia tersebut. Di samping itu pendidikan yang berke-Islaman juga berperan untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maslahat bagi umat. Ketiga, ekonomi yang berkeislaman sangat diperlukan untuk membangun karakter bisnis yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak. Bukan hanya menguasai pasar internasional, tetapi dengan teknologi dan jiwa yang adil, umat Islam memberikan warna tersendiri bagi perekonomian dunia. Perekonomian yang berjiwa dan berkarakter sehingga menciptakan sistem yang konstruktif. Ide besar KH Mas Mansur sebenarnya telah memberikan kesempatan yang lebih bagi masyarakat Indonesia, utamanya umat Islam, untuk menerjemahkan nilai-nilai Islam dengan lebih baik. Penulis tidak tahu, apakah gagasan Islam yang Berkemajuan, yang pernah dipraktikkan oleh KHA Dahlan dan juga KH Mas Mansur ini sudah benar-benar dipahami oleh warga Muhammadiyah, utamanya para pemimpinnya? Ibda bi Nafsik!
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

47

HADLARAH

Andalusia dan Pencerahan Ilmu


FAUZAN MUHAMMADI ALUMNI MADRASAH MUALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA / MAHASISWA PASCASARJANA OMDURMAN ISLAMIC UNIVERSITY, SUDAN

Andai Andalusia tidak terbuka oleh (kaum Muslimin) Arab, Eropa akan tetap terlelap dalam tidur panjangnya, (mungkin) sampai sekarang!
(Hasan Syarqawi, 1987: 228)
alam sejarah, Andalusia merupakan salah satu wilayah penyebaran kekuasaan Islam. Hal ini diawali dengan invasi yang direncanakan Musa bin Nushair dan dijalankan oleh Tariq bin Ziyad dengan 12.000 pasukan. AlWaqidi menceritakan bahwa Thariq bin Ziyad melakukan invasi pada 92 H / 711 M dengan bantuan armada kapal dari Julian (Ilyan). Inilah yang kemudian menjadi awal tonggak terbukanya jalur penyebaran Islam di Andalusia (al-Baladziri, 1987: 1/323). Andalusia adalah jazirah Iberia atau yang sekarang bernama Spanyol. Nama tersebut menurut al-Bakriy diadaptasi dari kata Arab Andalusy untuk menyebut kaum Vandal yang mendiami Iberia. Namun demikian, ada beberapa anggapan bahwa Andalusia merupakan nisbah dari nama Andalus bin Tufan bin Yafeth bin Nuh yang mendiami Iberia (al-Maqqari, 1988: 1/125 dan 133). Terbukanya Andalusia dan kemenangan umat Islam atasnya tidak lepas dari peranan penduduk lokal. Mereka yang selama ini diperintah oleh Raja Visigoth yang bernama Roderick tidak pernah mendapatkan hak-hak mereka sebagaimana laiknya. Hingga akhirnya, hal tersebut mereka dapatkan dari kekuasaan pemerintahan Islam. Dimulai dari memberikan rasa keadilan, kebebasan memeluk agama dan memelihara tempat peribadatan mereka. Dari perlakuan
48

pemerintahan Islam yang bersifat keadilan dan toleran itulah, banyak kemudian di antara mereka memeluk agama Islam. Kurun waktu yang tercatat dalam sejarah merekam, bahwa pendudukan Andalusia oleh kaum Muslimin berlangsung selama hampir 8 abad (711 M-1492 M). Masa periode yang cukup panjang lamanya. Hal ini diawali pada masa Dinasti Bani Umayah (alWalid bin Abdul Malik) hingga runtuhnya pusat pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, dan larinya Abdurrahman alDakhil ke Andalusia; membentuk Dinasti baru Umayah jilid dua. Pendudukan ini kemudian diakhiri oleh dua Dinasti terakhir: alMurabithun dan al-Muwahhidn. Selama kurun waktu tersebut, umat Islam kembali memiliki pusat keilmuan yang diperhitungkan: Baitul Hikmah di Baghdad (Dinasti Abbasiyah), Universitas al-Qarawiyyin (Al Karaouine) di Fes (Maroko), dan Universitas Kordoba di Andalusia (Dinasti Umayah II). Pusat keilmuan ini kemudian menjadi alur ekspansi pencerahan ilmu pengetahuan, budaya, dan atau nilai-nilai agama Islam. Maka, dari cerahnya peradaban Islam inilah kepercayaan masyarakat bangsa luar terhadap capaian-capaian Islam diharapkan tertularkan pada mereka salah satu darinya adalah semenanjung Iberia atau Andalusia. Keleluasaan dan kemapanan umat Islam pada ilmu pengetahuan ketika itu tidak berdiri tanpa alas pijak. Kesadaran dan kemandirian para ilmuwan Muslim dalam capain ilmu, baik itu proyek Dinasti ataupun inisiatif pribadi, merupakan implementasi atas pemahaman ayat-ayat Al-Quran. Demikian juga yang menjadi contoh terapannya tak lain adalah Rasulullah saw. Melalui penyampaiannya, penyebarannya, pembenaran dan pembuktiannya yang mengarah kepada Inna al-Dna indalLhil Is-

lm. Sehingga capaian ilmu pengetahuan tersebut mampu mencerahkan kegelapan:

Dialah yang telah mengutus kepada kaum yang ummi (yang tidak berpengetahuan) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka (mencerahkan mereka dari kegelapan), mengajarkan mereka Kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumah: 2) Dari terapan inilah, para sarjana Islam menjadi rujukan pada masa-masa keemasan peradaban Islam, bahkan sampai sekarang. Menjadi benar kemudian apa yang dimunculkan oleh para filsuf Muslim, bahwa ujung nilai manusia diukur dari hubungan antara human intellect (kecerdasan akal manusia) dan divine intellect (kecerdasan spiritual). (Aaron Hughes, 2004: 48) Persinggungan umat Islam dengan Barat bukanlah satu kebetulan. Hal ini dimunculkan dari upaya ekspansif pemerintah kerajaan atau dinasti Islam ketika itu dengan memerangi kekuasaan lalim yang melanda Eropa. Pun demikian, niat usaha tersebut bukan berawal dari keinginan kekuasaan Islam, melainkan atas permintaan masyarakat Andalusia, membantu mereka agar terlepas dari kelaliman penguasa Visigoth. Dari awal persinggungan inilah kemudian terjadi proses asimilasi antara nilai Islam dengan budaya lokal. Arus tersebut lantas membuahi kenyataan sejarah, yang merekam kemajuan dan pence-

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

HADLARAH
rahan umat Islam di Andalusia. Seperti halnya pernyataan Hasan Syarqawi, bahwa kenyataan peperangan yang terjadi antara umat Islam dengan Visigoth Kristen Trinitarian di Andalusia bukan menjadi model invasi yang berlangsung lama (adapun peperangan yang terjadi usai mapannya kekuasaan Islam di sana adalah usaha pertahanan). Justru terbukanya semenanjung Iberia ini menjadi faktor paling besar dalam hal persinggungan ilmiah, sampai pada penyebaran ilmu yang mengantar Eropa hingga masa pencerahannya (Hasan Syarqawi, 1987: 223). Pencerahan ilmu melalui Andalusia ini kemudian terbukti pada masa-masa keemasan Andalusia di bawah kepemimpinan Abdurrahman bin Muawiyah. Terlepas dari positif dan negatif kepemimpinan kekuasaan Islam kala itu yang menganut sistem kerajaan dengan mengatur tampuk kekuasaan berdasar pada keturunan, sumbangsih ataupun dorongan pemerintah Islam terhadap ilmu pengetahuan begitu besar dan nyata. Pada masa kepemimpinan Abdurrahman I, yang masyhur dengan julukan Elang Quraisy,Andalusia menjadi tempat singgahan bagi masyarakat sekeliling negeri. Hal ini lebih disebabkan karena kemakmuran Andalusia yang dicapai, baik ilmu, ekonomi, budaya, dan nilai-nilai Islam. Kemakmuran tersebut menjadi papan reklame yang tersebar kemana-mana. Kordoba yang menjadi Ibukota Andalusia kala itu praktis menjadi pusat belajar dan pusat ilmu pengetahuan. Semua anak-anak diajari membaca, menulis, aritmatika di masjidmasjid, serta pengetahuan bahasa Arab, Quran dan Hadits sebagai ilmu dasar. Tentunya hal tersebut menunjukkan bahwa Andalusia kala itu telah memiliki beragam banyaknya guru-guru yang diminta khusus untuk mengajar. Hal ini berangsur terusmenerus hingga dilembagakannya sebuah Universitas pertama di Andalusia pada masa al-Hakam I. (A. Thomson dan M. Ata`ur Rahim, 2004: 48-54). Maka, pada masa pencerahan ilmu di Andalusia tersebut, masyarakat Eropa mulai mengenal keagungan khazanah intelektual yang dimiliki umat Islam. Dari sini pulalah meraka mengabdi sebagai murid di beberapa pusat ilmu yang dimiliki umat Islam. Setidaknya ada tiga instansi akademis yang menjadi pusat kegiatan belajar-mengajar: Universitas al-Qarawiyyin (Al Karaouine) di Fes (Maroko), Universitas Kordoba di Andalusia, dan instansi akademis di Sicilia. Beberapa instansi akademis ini yang notabene berbahasa pengantar Arab, mengantarkan secara resmi bahwa bahasa ilmu pengetahuan atau bahasa ilmiah dunia kala itu adalah bahasa Arab. Salah satu mahasiswa dari beberapa Universitas tersebut adalah Paus Sylvester II. Ia kemudian mengenalkan untuk pertama kalinya angka-angka Arab di Eropa. Pada akhirnya ia dituduh oleh khalayak ramai telah bersekutu dengan setan, hanya karena ketertarikannya belajar ilmu pengetahuan. (M. Shadiq Afifi, 1977: 23) Proses transefer ilmu dari Timur ke Barat yang dirasa kentara tatkala jatuhnya Andalusia dan diserahkannya Toledo ke tangan Bangsa Frank. Alfonso VI sebagai pemimpin Bangsa Frank mengumpulkan dan memerintahkan para sarjana Muslim untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin dan bahasa Eropa lainnya, untuk selanjutnya ia sebarkan ke seluruh Eropa. Hal ini didukung pula oleh keberadaan sekolah terjemah yang lampau didirikan pemerintahan Islam di Toledo; di mana mereka menerjemahkan karya Yunani ke dalam Bahasa Arab, dengan catatan tambahan dan penjelasannya. Di lain sisi, Toledo menjadi pusat ilmu dengan banyak perpustakaannya yang menyimpan koleksi ribuan jilid buku berbahasa Arab. (Hasan Syarqawi, 1987: 226). Semua pada akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa latin, dan melalui inilah tersebar bahasan-bahasan ilmu ke wilayah Eropa. Walaupun kenyataannya beberapa wilayah Andalusia masih diduduki oleh dua dinasti selepas Dinasti Umayyah II: Dinasti al-Murbithn dan alMuwahhidun, namun keadaannya telah berubah. Berturut-turut dua dinasti tersebut disibukkan dengan pertahanan dari upaya reconquista (upaya penaklukan kembali wilayah Andalusia oleh Nasrani). Sampai pada 1492, Andalusia sepenuhnya telah digantikan kuasanya oleh umat Nasrani di bawah tampuk perintah Raja Ferdinand (dari Aragon) dan Ratu Isabella (dari Castilla). Dari pencerahan Andalusia, umat Islam menghasilkan banyak sarjana Muslim, di mana karya-karya mereka akhirnya menjadi rujukan oleh Barat dan melengkapi koleksi perpustakaan. Dari ilmiahnya Andalusia tersebut, paling tidak kita mengenal Ibnu Bajja (w. 1139 M) dengan Tadbrul Mutawahid-nya, Ibnu Tufail (w. 1185 M) dengan Hayy ibn Yaqzan-nya, Ibnu Rushd (w. 1198 M) yang masyhur menulis komentar (syarah) atas karya Aristoteles, Imam Al-Laitsi (w. 233/234 H) yang fakih dan periwayat langsung al-Muwattha` Imam Malik, Abu Bakar al-Qurtubi (Kordoba) dengan tafsir ytul Ahkm-nya (w. 671 H), dan banyak lainnya. Kemajuan yang dicapai umat Islam pada abad pertengahan seringkali dikisah ulangkan. Dalam hal ini terkhusus apa yang terjadi di Andalusia. Namun demikian, di samping sebagai suatu kebanggaan, kita tidak pantas untuk berapologi: bahwa sebenarnya Islam menyumbangkan era kemajuan peradaban pada Barat, dan pantasnya justru mereka berterimakasih. Satu pijakan tetap umat Islam adalah Al-Quran dan Sunnah, terlebih jika kita seharusnya menyimak dan merenungi firman Allah:

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapatkan pelajaran), dan supaya Allah mengetahui orangorang yang beriman dan supaya sebagian kamu (gugur sebagai) syuhada sebagian ahli tafsir mengartikan: menjadi saksi atas manusia. Dan Allah tidak menyukai orangorang yang dlalim (Ali Imran: 140)

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaknya setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat. (Al-Hasyr: 18).
49

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

GAGASAN REAKTUALISASI ISLAM YANG BERKEMAJUAN Agenda Strategis Muhammadiyah Ditengah Gerakan Keagamaan Kontemporer
PROF DR HM AMIN ABDULLAH

Islam berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia, Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik lakilaki maupun perempuan tanpa diskriminasi. Islam yang menggelorakan misi anti perang, anti terorisme, antikekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku, bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia di muka bumi (Di kutip dari Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, Produk Muktamar ke-46 (2010)).
Istilah Islam yang Berkemajoean yang digunakan oleh Muhammadiyah di awal abad ke 20 (1912) memang terasa lebih nyaman digunakan dari pada istilah Islam modern. Istilah modern yang dilekatkan kepada Muhammadiyah sebagai timbangan dari Islam tradisional tidak terasa nyaman digunakan, karena dalam perjalanan waktu apa yang disebut para pengamat dan peneliti sebagai Islam tradisional mengandung elemenelemen pikiran keagamaan modern, dan apa yang dikategorikan sebagai Islam modern, ternyata mengandung elemen-elemen
50
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

pikiran keagamaan tradisional. Dugaan saya, klasifikasi atau kategorisasi modern dan tradisional tersebut berasal dari para pengamat, analis, peneliti gerakan sosial-keagamaan dan sosialke-Islaman dan kemudian diikuti oleh para Indonesianist, tapi bukan dari kalangan pendiri Persyarikatan sendiri. Oleh karenanya, akan menarik dan mungkin akan lebih tajam, jika istilah Islam Berkemajoean awal abad ke 20 disandingkan dengan istilah Islam Progressive (Islam yang Maju atau Islam Berkemajuan) yang digunakan oleh para ahli studi keislaman pada akhir abad ke 20, dan lebih-lebih lagi pada abad ke-21. Apa yang membedakan dan apa yang menyamakan antara keduanya akan berguna untuk diketahui oleh para pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah pada setiap jenjangnya dan juga para pimpinan organisasi Islam yang lain di Tanah Air, Petikan manifesto atau Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua di atas, secara lamat-lamat menginformasikan makna Islam Progressive yang dirumuskan beberapa pemikir Muslim kontemporer. Respons Intelektual Muslim terhadap perubahan sosial kontemporer. Tidak ada yang dapat menyangkal jika dikatakan bahwa dalam 150 sampai 200 tahun terakhir, sejarah umat manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Terjadi perubahan yang luar biasa dalam sejarah manusia dalam mengatur dan memperbaiki kualitas kehidupannya. Perubahan yang dahsyat dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tatanan sosial-politik dan sosial-ekonomi, demografi, hukum, tata kota, lingkungan hidup dan begitu seterusnya. Perubahan dahsyat tersebut, menurut Abdullah Saeed, antara lain terkait dengan globalisasi, migrasi penduduk, kemajuan sains dan teknologi, eksplorasi ruang angkasa, penemuan-penemuan arkeologis, evolusi dan genetika, pendidikan umum dan tingkat literasi. Di atas itu semua adalah bertambahnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya harkat dan martabat manusia (human dignity), perjumpaan yang lebih dekat antarumat beragama (greater inter-faith interaction), munculnya konsep negara-bangsa yang berdampak pada kesetaraan dan perlakuan yang sama kepada semua warga negara (equal citizenship), belum lagi kesetaraan gender dan begitu seterusnya. Perubahan sosial yang dahsyat tersebut berdampak luar biasa dan mengubah pola berpikir dan pandangan keagamaan (religious worldview) baik di lingkungan umat Islam maupun umat beragama yang lain. Perubahan dimaksud tidak mesti bermakna positif, tetapi juga negatif. Kerusakan ekologi, climate change, dehumanisasi, tindak kekerasan (violence) atas nama negara, agama, etnis dan begitu seterusnya. Dalam

GAGASAN
khazanah pemikiran keagamaan Islam, khususnya dalam pendekatan Usul al Fiqih, dikenal istilah al-Tsawabit (hal-hal yang diyakini atau dianggap tetap, tidak berubah) wa al-Mutaghayyirat (hal-hal yang diyakini atau dianggap berubah-ubah, tidak tetap). Ada juga yang menyebutnya sebagai al-Tsabit wa alMutahawwil. Lebih populer, biasa disebut perbedaan antara Qathy (Qathiyyat) dan Dzanny (Dzanniyyat). Sedang dalam pendekatan Falsafah (philosophy), sejak Aristotle hingga sekarang, juga dikenal apa yang disebut Form and Matter. Belakangan di lingkungan khazanah keilmuan antropologi (agama), khususnya dalam lingkup kajian penomenologi, dikembangkan analisis pola pikir yang biasa disebut General Pattern dan Particular Pattern. Adalah merupakan pertanyaan yang sulit dijawab bagaimana kedua atau ketiga alat logika berpikir dalam berbagai disiplin keilmuan tersebut, berikut sistem epistemologi yang menyertainya dapat dioperasionalisasikan di lapangan ketika umat Islam menghadapi perubahan sosial di era globalisasi yang begitu dahsyat. Apa yang masih harus dianggap dan diyakini sebagai yang tetap dan apa yang tidak bisa tidak harus berubah? Apakah yang dianggap dan dipercayai sebagai qatiy (yang pasti atau tetap) dalam fiqh dan usul al-fiqh sama dengan apa yang dianggap al-tsabit (yang tetap) dalam budaya dan ilmu pengetahuan? Begitu juga dalam hal yang dianggap , diyakini sebagai bersifat dzanniy? Apakah dalam gerak perubahan tidak ada lagi menyisakan hal-hal yang tetap? Dalam praktiknya, tidak mudah mengoperasionalisasikannya di lapangan pendidikan, dakwah, komunikasi, hukum dan begitu seterusnya, karena masing-masing orang dan kelompok telah terkurung dalam preunderstanding yang telah dimiliki, membudaya, mendarah-mendaging dan dalam batas-batas tertentu bahkan membelenggu. Oleh karenanya, jika persoalan cara berpikir ini tidak dijelaskan dengan baik meskipun tidak memuaskan seluruhnya akan muncul banyak keraguan dan benturan di sana-sini mengikuti bahasa populer digunakan dalam dunia maya: saling membidahkan, murtad - memurtadkan dan bahkan saling kafir-mengkafirkan - baik pada tingkat person-person atau individu-individu, lebih-lebih pada tingkat sosial dan kelompokkelompok. Seringkali kedua atau ketiga alat analisis entitas berpikir dalam dua tradisi khazanah keilmuan yang berbeda ini, yakni usul al-Fiqih (wilayah agama; wilayah akidah dan ibadah) dan Falsafah (philosophy) (wilayah sains, sosial dan budaya) belum lagi di tambah Antropologi - bertentangan, berbenturan dan berseberangan. Masih jauh dari upaya ke arah perkembangan menuju ke dialog dan integrasi. Perbedaan yang tajam antara kedua tradisi keilmuan dan corak berpikir dalam menganalisis dan memetakan persoalan sosial-keagamaan yang dihadapi dan jalan keluar yang hendak diambil inilah yang menjadi topik sentral dalam rancang bangun epistemologi keilmuan Islam kontemporer, yang sedang dicoba dirumuskan ulang secara serius oleh para pembaru pemikiran Islam. Antara lain seperti; Muhammad Abduh, Fazlur Rahman, Mohammad Iqbal, dan pemikir Muslim kontemporer seperti yang sebagian pemikirannya akan saya bicarakan di sini, Abdullah Saeed dan Jasser Auda. Pemikir Muslim kontemporer yang lain masih banyak lagi, termasuk Fethullah Gulen dari Turki, yang mampu memberi inspirasi pendirian sekolah-sekolah bilingual secara lintas negara, ada di berbagai negara-negara di dunia, sejak dari Australia, Afrika, Amerika, Eropa maupun Asia. Mengangkat tema Reaktualisasi Islam yang Berkemajuan dalam satu keutuhan pembahasan mempersyaratkan adanya kesediaan para pencetus, pemilik, pendukung dan penggemarnya untuk mempertemukan dan mendialogkan antara kedua model entitas berpikir yang sulit diatas. Tidak bisa membicarakan yang satu dan meninggalkan yang lain. Tidak bisa hanya membahas yang tetap-tetap saja (form; general pattern; al-tsawabit; qatiyyat), tanpa sekaligus melibatkan pembicaraan tentang yang berubah (matter; particular pattern; al-mutahawwil; dzanniyyat). Kecuali, kalau topik pembahasan diubah menjadi hanya membicarakan salah satu diantara kedua tema tersebut. Membicarakan (epistemologi) Islam secara parsial, yakni hanya dalam tradisi Fiqh dan Usul al- Fiqh pada wilayah Qathiy dengan menepikan wilayah Dzanny atau hanya membahas Islam (Berkemajuan) saja, yakni Islam yang sedang berhadapan dengan isu-isu baru atau al-Mutaghayyirat, dengan mengetepikan wilayah Al-Tsawabit). Di sini sulitnya mengangkat tema pembahasan diatas, karena para pelaku atau aktor di lapangan, dengan kebeningan dan kejernihan hati, dipersyaratkan untuk bersedia mendialogkan, mendekatkan dan mempertemukan antara keduanya secara adil, proporsional dan bijak. Perlu ada kesediaan dan mentalitas untuk saling take and give, saling mendekat, dialog, konsensus, kompromi dan negosiasi. Tidak boleh ada pemaksaan kehendak atas nama apapun. Tidak boleh ada pula ada perasaan ditinggal. Oleh karenanya, adalah merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk mempersentuhkan, mempertemukan dan mendialogkan antara kedua entitas pola pikir tersebut, yaitu antara struktur bangunan dasar yang melandasi cara berpikir dan pengalaman umat manusia secara umum (universal) dan struktur bangunan dasar cara berpikir keagamaan Islam secara khusus (particular). Ketika menyebut (Epistemologi) Islam, mau tidak mau kita harus bersentuhan dengan bangunan keilmuan atau pendekatan Usul al-Fiqh, sedang ketika kita menyebut Berkemajuan yang melibatkan pengalaman umat manusia pada umumnya (human experience) - mau tidak mau kita perlu mengenal cara berpikir secara lebih umum ruang lingkupnya, sehingga harus bersentuhan dan berkenalan dengan metode filsafat dan metode berpikir sains pada umumnya. Dalam bingkai payung besar perspektif seperti itu, dalam tulisan ini, saya akan membawa peta percaturan dunia epistemologi Islam dalam menghadapi dunia global lewat prisma model berpikir dua pemikir Muslim kontemporer. Yaitu, Abdullah Saeed dari Australia, Jasser Auda dari London. Sudah barang tentu masih banyak sekali pemikir Muslim kontemporer yang lain yang mempunyai concern dan keprihatinan yang sama, seperti Mohammad Shahrur (Syiria), Abdul Karim Soroush (Iran), Fatimah Mernissi (Marokko), Riffat Hassan (Pakistan), Hasan Hanafi (Mesir), Nasr Hamid Abu Zaid (Mesir), Farid Esack (Afrika Selatan), Ebrahim Moosa (Afrika Selatan), Abdullahi Ahmed al-Naim (Sudan), Tariq Ramadan (Swiss), Omit Safi dan Khaled Aboe el-Fadl (Amerika
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

51

GAGASAN
Serikat)dan lain-lain seperti Mohammad Arkoun (Perancis), Muhammad Abid al-Jabiry (Marokko), belum lagi para pemikir Muslim dari tanah air. Ada beberapa alasan mengapa dipilih dua pemikir Muslim kontemporer tersebut. Pertama, adalah karena mereka hidup di tengah-tengah era kontemporer, di tengah-tengah arus deras era perubahan sosial yang mengglobal seperti saat sekarang ini. Sebutlah era Berkemajuan, menggunakan terma dokumen persyarikatan yang dikutip diatas. Kedua, mereka datang dari berbagai belahan dunia dan benua yang berbeda, yaitu Australia dan Eropa, namun keduanya menguasai khazanah intelektual Islam klasik-tengah-modern-posmodern dan mempunyai basis pendidikan Islam di Timur Tengah (Saudi Arabia dan Mesir). Ketiga, mereka sengaja dipilih untuk mewakili suara intelektual minoritas Muslim yang hidup di dunia baru, di wilayah mayoritas non-Muslim. Dunia baru tempat mereka tinggal dan hidup seharihari bekerja, berpikir, melakukan penelitian, berkontemplasi, berkomunitas, bergaul, berinteraksi, berperilaku, bertindak, mengambil keputusan. Mereka hidup di tempat yang sama sekali berbeda dari tempat mayoritas Muslim dimanapun mereka berada. Apa arti Berkemajuan bagi mereka? Kedua-duanya mengalami sendiri bagaimana mereka harus berpikir, mencari penghidupan, berijtihad, berinteraksi dengan negara dan warga setempat, bertindak dan berperilaku dalam dunia global, tanpa harus menunggu petunjuk dan fatwa-fatwa keagamaan dari dunia mayoritas Muslim. Keempat, kedua pemikir, penulis, dan peneliti tersebut - dalam kadar yang berbeda-beda - mempunyai kemampuan untuk mendialogkan dan mempertautkan antara paradigma Ulum al-Din, al-Fikr al-Islamiy dan Dirasat Islamiyyah kontemporer dengan baik. Yakni, Ulum al Din (Kalam, Fiqh, Tafsir, Ulum Al-Quran, Hadits) yang telah didialogkan , dipertemukan dengan sungguhsungguh - untuk tidak menyebutnya diintegrasikan - dengan Dirasat Islamiyyah yang menggunakan metode sains modern, social sciences dan humanities kontemporer sebagai pisau analisisnya dan cara berpikir keagamaannya. Dengan kata lain, Islam yang Berkemajuan yang dinyatakan dalam judul tulisan ini adalah Islam yang berada ditengah-tengah arus putaran Globalisasi dalam Praxis, globalisasi dan perubahan sosial dalam praktik hidup seharihari, dan bukannya globalisasi dalam Theory, globalisasi yang masih dalam tarap teori, belum masuk dalam wilayah praktik. Yaitu dunia global seperti yang benar-benar dialami dan dirasakan sendiri oleh para pelakunya di lapangan, yang sehari-hari memang tinggal dan hidup di negaranegara sumber dari globalisasi itu sendiri, baik dari segi transportasi, komunikasi, ekonomi, ilmu pengetahuan , teknologi, budaya dan begitu seterusnya. Bukan globalisasi yang diteoritisasikan dan dibayangkan oleh para intelektual Muslim yang tinggal dan hidup di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, dan tidak atau belum merasakan bagaimana tinggal dan hidup sehari-hari di negara-negara non-Muslim, pencetus dan penggerak roda globalisasi. Lewat lensa pandang seperti itu, ada hal lain yang hendak ditegaskan pula di sini bahwa manusia Muslim yang hidup saat sekarang ini di mana pun mereka berada adalah warga dunia (global citizenship), untuk tidak mengatakan hanya terbatas
52
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

sebagai warga lokal (local citizenship). Sudah barang tentu, dalam perjumpaaan antara local dan global citizenship ini ada pergumulan dan pergulatan identitas yang tidak mudah, ada dinamika dan dialektika antara keduanya, antara being a true Muslim dan being a member of global citizenship sekaligus, yang berujung pada pencarian sintesis baru yang dapat memayungi dan menjadi jangkar spiritual bagi mereka yang hidup dalam dunia baru dan dalam arus pusaran perubahan sosial yang global sifatnya. Selain itu, tulisan ini juga ingin menyadarkan manusia Muslim yang tinggal di negara-negara Muslim mayoritas, bahwa disana ada genre baru kelompok masyarakat dan corak intelektual Muslim yang tumbuh berkembang di wilayah benuabenua yang berpenduduk non-Muslim. Bicara umat Islam sekarang ini, tidak lagi cukup, bahkan tidak lagi valid, hanya menyebut atau membayangkan secara konvensional seperti Kairo, Teheran, Karachi, Jakarta, Kualalumpur, Istanbul atau Riyadh tetapi sekarang kita juga perlu belajar menerima kehadiran Muslim dari London, Koln, Berlin, Paris, Melbourne, Washington DC, New Jersey, Michigan, Huston, New York, Chicago dan lain-lain. Progressif-Ijtihadi dalam tafsir Al-Quran Abdullah Saeed adalah cendekiawan Muslim yang berlatar belakang pendidikan bahasa dan sastra Arab serta studi Timur Tengah. Kombinasi institusi pendidikan yang diikuti, yaitu pendidikan di Saudi Arabia dan karir akademik di Melbourne Australia menjadikannya kompeten untuk menilai dunia Barat dan Timur secara objektif. Saeed sangat konsern dengan dunia Islam kontemporer. Pada dirinya ada spirit bagaimana ajaranajaran Islam itu bisa shalih li kulli zaman wa makan, dalam paham minoritas Muslim yang tinggal di negara Barat. Spirit semacam inilah yang ia sebut sebagai Islam Progressif. Subjeknya disebut Muslim Progressif. Islam progressif adalah merupakan upaya untuk mengaktifkan kembali dimensi progressifitas Islam yang dalam kurun waktu yang cukup lama mati suri ditindas oleh dominasi teks yang dibaca secara literal ,tanpa pemahaman kontekstual. Dominasi teks ini oleh Mohammad Abid al-Jabiry disebut sebagai dominasi epistemologi atau nalar Bayani dalam pemikiran Islam. Metode berpikir yang digunakan oleh Muslim Progressif inilah yang disebutnya dengan istilah progressif - ijtihadi. Sebelum dipaparkan bagaimana kerangka kerja Progressif-Ijtihadi dalam melakukan penafsiran Al-Quran, ada baiknya dilihat di mana posisi Muslim progressif dalam trend pemikiran Islam yang ada saat ini. Menurut Saeed, ada enam kelompok pemikir Muslim era sekarang, yang corak pemikiran keagamaan berikut epistemologinya berbeda-beda (l) The Legalist-traditionalist (Hukum (fiqh) Tradisional). Titik tekannya ada pada hukumhukum fiqh yang ditafsirkan dan dikembangkan oleh para ulama periode pra Modern; (2)The Theological Puritans (Teologi Islam Puritan). Fokus pemikirannya ada pada dimensi etika dan doktrin Islam; (3) The Political Islamist (Politik Islam). Kecenderungan pemikirannya adalah pada aspek politik Islam dengan tujuan akhir mendirikan negara Islam; (4) The Islamist Extremists (Islam Garis Keras). Memiliki kecenderungan menggunakan

GAGASAN
kekerasan untuk melawan setiap individu dan kelompok yang dianggapnya sebagai lawan, baik Muslim ataupun non-Muslim; (5) The Secular Muslims (Muslim Sekuler). Beranggapan bahwa agama merupakan urusan pribadi (private matter); dan (6) The Progressive Ijtihadists (Muslim Progressif-ijtihadis). Yaitu para pemikir muslim kontemporer yang mempunyai penguasaan khazanah Islam klasik (classical period) yang cukup, dan berupaya menafsir ulang pemahaman agama (lewat ijtihad) dengan menggunakan perangkat metodologi ilmu-ilmu modern (sains, social sciences dan humanities) agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat muslim kontemporer. Pada kategori yang terakhir inilah posisi Muslim progressif berada. (Abdullah Saeed, 2006, h. 142-50, Omit Safi (Ed.), 2003. Tariq Ramadan juga menengarai ada 6 kecenderungan pemikiran Islam abad akhir abad ke 20 dan abad ke 21, yaitu Scholastic Traditionalism, Salafi Literalism, Salafi Reformism, Political Literalist Salafism, Liberal or Rational Reformism, dan Sufism. (Tariq Ramadan, 2004, h. 24-28). Kategorisasi dan klasifikasi trend pemikiran Islam oleh Saeed dan Tariq Ramadan ini memang berbeda dari yang biasa dikenal di tanah air tahun 80an, ketika para ilmuan lebih menekankan pada perbedaan antara Traditionalism dan Modernism, yang kemudian muncul dalam nama mata kuliah seperti Aliran Modern dalam Islam (Modern Trend in Islam). Karakteristik pemikiran Muslim progressif-ijtihadis, dijelaskan oleh Saeed dalam bukunya Islamic Thought adalah sebagai berikut: (1) mereka mengadopsi pandangan bahwa beberapa bidang hukum Islam tradisional memerlukan perubahan dan reformasi substansial dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Muslim saat ini; (2) mereka cenderung mendukung perlunya fresh ijtihad dan metodologi baru dalam ijtihad untuk menjawab permasalahan-permasalahan kontemporer; (3) beberapa diantara mereka juga mengkombinasikan kesarjanaan Islam tradisional dengan pemikiran dan pendidikan Barat modern; (4) mereka secara teguh berkeyakinan bahwa perubahan sosial, baik pada ranah intelektual, moral, hukum, ekonomi atau teknologi, harus direfleksikan dalam hukum Islam; (5) mereka tidak mengikutkan dirinya pada dogmatism atau madzhab hukum dan teologi tertentu dalam pendekatan kajiannya; dan (6) mereka meletakkan titik tekan pemikirannya pada keadilan sosial, keadilan gender, HAM, dan relasi yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim. Sekilas tampak jelas bahwa corak epistemologi keilmuan Islam kontemporer, dalam pandangan Saeed, adalah berbeda dari corak epistemologi keilmuan Islam tradisional. Penggunaan metode kesarjanaan dan epistemologi tradisional masih ada, dimana nash-nash Al-Quran menjadi titik sentral berangkatnya, tetapi metode penafsirannya telah didialogkan, dikawinkan dan diintegrasikan dengan penggunaan epistemologi baru, yang melibatkan social sciences dan humanities kontemporer dan filsafat kritis (Critical Philosophy). Abdullah Saeed memang tidak menyebut penggunaaan metode dan pendekatan tersebut secara eksplisit disitu, tetapi pencantuman dan penggunaaan istilah pendidikan Barat modern adalah salah satu indikasi pintu masuk yang dapat mengantarkan para pecinta studi Islam kontemporer ke arah yang saya maksud. Juga isu-isu dan persoalan-persoalan Humanities kontemporer terlihat nyata ketika Saeed menyebut Keadilan sosial, lebih-lebih keadilan Gender, HAM dan hubungan yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim. Persoalan humanities kontemporer tidak akan dapat dipahami, dikunyah dan disimpulkan dengan baik , jika epistemologi keilmuan Islam masih menggunakan metode dan pendekatan Ulum al-Din lama. Dalam Epilogue, Bab 12, (Abdullah Saeed, 2006, h. 142-154.) Abdullah Saeed menjelaskan pandangan dan kritiknya terhadap Ilmu-ilmu Syariah (lama), yang terdiri dari Hadits, usul al-fiqh dan tafsir jika hanya berhenti dan puas dengan menggunakan metode, cara kerja dan paradigma yang lama. Kemudian, dalam hal tafsir, dia mengajukan metode alternatif untuk dapat memahami teks-teks kitab suci sesuai dengan perkembangan dan tuntutan tingkat pendidikan umat manusia era sekarang ini. Tampak jelas bahwa Abdullah Saeed meneruskan dan mengembangkan lebih lanjut metode tafsir Al-Quran, yang lebih bernuansa hermeneutis, dari pendahulunya Fazlur Rahman. (Abdullah Saeed, ibid. h. 142154). Bandingkan dengan pandangan Ibrahim Abu-Rabi yang mengkritik model pendidikan Islam Tradisional dan Literalist era sekarang yang masih mem-bidah-kan kajian ilmu-ilmu sosial (sociology; anthropology) dan filsafat kritis (Critical Philosophy) dalam pendidikan Islam pada level apapun. Bagaimana reaktualisasinya dalam praktik pendidikan di lingkungan perguruan (tinggi) Muhammadiyah? Jika kriteria, prasyarat keilmuan dan langkah-langkah metodologis yang digunakan oleh Islam Progressive atau Islam yang Maju, yang dirumuskan oleh Abdullah Saeed tersebut dipersandingkan dan didialogkan dengan konsep Islam yang Berkemajuan menurut Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, maka kita akan lebih mudah untuk melakukan benchmarking atau perbandingan antara keduanya. Pertama, yang pasti menyamakan antara keduanya adalah perlunya ijtihad. Hanya bedanya, Abdullah Saeed menambahnya dengan katakata fresh ijtihad. Apakah ada ijtihad yang tidak fresh? Bisa jadi memang ada. Ijtihad dilakukan, tetapi jalan di tempat. Karena biasanya memang ada ijtihad tetapi tidak fresh, tidak bisa merubah pola pikir dan mind set, maka perlu ditekankan perlunya kata fresh di situ. Kedua, keduanya sama-sama tidak ingin terjebak pada dogmatism madzhab hukum atau paham teologi tertentu. Mungkin untuk konteks keindonesiaan dapat ditambahkan tidak terjebak pada aliran atau partai politik tertentu. Fanatisme kelompok atau semangat thaiifiyyah dihindari oleh Islam Progessive atau Berkemajuan. Ini tidak mudah dalam praktiknya. Hubungan antara Islam Sunni dan Syiiy tidak selalu harmonis di berbagai tempat, baik di Timur Tengah, Pakistan, maupun Indonesia. Menghadapi dan merespons gerakan Ahmadiyah di Indonesia juga menjadi salah satu agenda besar umat. Jika ditarik ke atas, bagaimana membangun sikap sosial seorang Muslim merespons perbedaan adalah agenda yang belum tuntas dan menjadi pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Ketiga, Hukum Islam tradisional memerlukan perubahan dan reformasi substansial dalam rangka menyesuaikan dengan
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

53

GAGASAN
kebutuhan masyarakat Muslim kontemporer saat ini. Poin ini dalam batas-batas tertentu - telah dilakukan oleh Muhammadiyah, khususnya di bidang ibadah, tetapi warga Muhammadiyah pada umumnya belum dapat memahami secara utuh dan bagaimana cara mengelola berbagai perbedaan di lingkungan intern umat Islam maupun ekstern dengan non-Muslim. Belum lagi mengenal kebutuhan sosial masyarakat Muslim minoritas di negara-negara Barat. Apakah fiqh aghlabiyyah atau aktsariyyah (mayoritas) dalam hal muamalah ijtimaiyyah ( hubungan sosialkemasyarakatan) harus berlaku utuh dalam masyarakat minoritas Muslim di negara-negara mayoritas non-Muslim adalah merupakan pertanyaan yang belum terjawab secara memuaskan. Adapun hal-hal yang masih perlu diolah, didiskusikan dan dicari titik temu antara konsep Islam Progressive dan Islam yang Berkemajuan Muhammadiyah adalah sebagai berikut: Pertama, problem dikotomi ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama di lingkungan perguruan (tinggi) Muhammadiyah. Dalam Islam Progessif, tidak ada dikotomi antara keduanya. Kesarjanaan dan khazanah Islam tradisional dikuasai dengan baik dan matang, tetapi sekaligus didialogkan dan dikombinasikan dengan pemikiran dan kesarjanaan pendidikan Barat ( baca: sains, ilmu-ilmu sosial dan humaniora). Masih terasa di lingkungan Muhammadiyah adanya cleavage (keterpisahan) atau gap antara keduanya, baik di lingkungan intern fakultas agama maupun di lingkungan fakultas umum, sehingga memengaruhi cara dan metode melakukan fresh ijtihad diatas dalam mencari dan merumuskan model keberagamaan kontemporer. Kedua, dokumen Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua telah secara tegas menyebut perlunya keadilan sosial, keadilan gender, hak asasi manusia, tetapi kalau saya tidak salah mengutip dari proposal pengajian Ramadlan pimpinan Pusat Muhammadiyah - belum menyebut secara eksplisit relasi yang harmonis antara Muslim dan non-Muslim. Dalam era global citizenship dan borderless society seperti saat sekarang ini, pengikut agama apapun dan dimanapun tidak bisa menghindar untuk tidak mengangkat isu ini. Ada dokumen yang ditandatangani 139 intelektual dan ulama Islam dari seluruh dunia, pada tahun 2007, yang menegaskan perlunya hubungan yang harmonis antara Islam dan Kristen berlandaskan Love of God (Mencintai Tuhan) dan Love of the Neighbour (Mencintai Tetangga).(A Common Word Between Us and You. Jordan: The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought, 2007 C.E., 1428 A.H.; juga Waleed El-Ansary dan David K. Linnan (Ed.), Muslim and Christian Understanding: Theory and Application of A Common Word, New York: Palgrave Macmillan, 2010.) Adalah tugas para pakar di lingkungan Muhammadiyah, baik di lingkungan Pimpinan Pusat, Wilayah, Daerah dengan berbagai Majelis, Badan, Ortom dan lain-lain, lebih-lebih di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah untuk membuat check list sejauhmana criteria Islam yang Berkemajuan yang termaktub dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, produk Muktamar ke-46 (2010) tersebut parallel, sehaluan, berbeda atau berseberangan dengan apa yang disebut-sebut sebagai Islam Progressif dalam dunia akademik kajian ke-Islaman kontemporer.
54
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

Dalam dunia keagamaan dan sosial, tidak ada memang yang dapat dikatakan sama seratus persen, atau berbeda seratus persen, miah min miah, antara yang satu komunitas dan lainnya. Tetapi barometer dan kompas petunjuk arah adalah perlu. Apalagi, jika tidak salah, dokumen pernyataan atau statement organisasi hanyalah dokumen umum, sebagai petunjuk umum warganya, tetapi belum memerinci bagaimana pendekatan (approach) dan metode (method), apalagi sampai ke theoretical framework, yang digunakan jika ingin diaplikasikan di lapangan dalam bidang-bidang kajian keagamaan Islam, baik itu tafsir, Hadits, kalam, akhlak, ibadah dan lain sebagainya. Reaktualisasi Islam yang Berkemajuan di lapangan paska perhelatan muktamar masih perlu dibarengi dan diikuti cara kerja keilmuan studi ke-Islaman yang sistimatis, tekun dan berkesinambungan agar dalam penerapannya di lapangan tidak salah arah. Tanpa upaya seperti itu, dokumen sejarah yang sangat penting dalam perguliran Muhammadiyah memasuki abad kedua dikhawatirkan akan berbelok arah, mengambil jalan sendiri dalam penerapannya, menyalip dalam tikungan kepentingan para aktor dan aplikator di lapangan karena dalam realitas di lapangan setidaknya memang ada enam (6) trend pemikiran Islam, seperti tersebut diatas . Bahkan tidak menutup kemungkinan aplikator di lapangan malah mengambil jalan lain untuk tidak menyebutnya berbalik arah tidak seperti yang diharapkan dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua yang disepakati oleh muktamirin dan Pimpinan Pusat Persyarikatan serta masuk dalam dokumen resmi Muktamar ke 46 di Yogyakarta. Yang perlu dicermati adalah kenyataan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sudah gemuk, baik dari segi amal usaha maupun pengurusnya, khususnya di bidang pendidikan, dari Bustanul Atfal sampai perguruan tinggi, layanan kesehatan dan lain-lainnya. Akan sangat mudah lemak menempel di badan, lembaga dan amal usaha yang telah terlanjur gemuk. Tahu-tahu, dalam praktik, aplikasi dan reaktualisasinya di lapangan ditemui kejanggalan dan keanehan-keanehan dalam ber-Muhammadiyah, dengan cara menyelipkan ideologi lain yang tidak sejalan dengan Pernyataan Pikiran yang bernas diatas. Akibatnya, sebagian aktivis Muhammadiyah tidak lagi dapat menyandang predikat Berkemajuan, karena istilah berkemajoean memang dulunya pada tahun 1912 sangat asing (badaa ghariban) dan istilah itu sekarang pun kembali menjadi terasa asing (yaudu ghariban) pada awal abad ke 21 ini, karena Muhammadiyah tidak hidup dalam ruang kosong. Dinamika sosial-politik (keagamaan) dan dinamika organisasi sosial-keagamaan di tanah air, dan juga dinamika gerakan Islam transnasional di luar Muhammadiyah sedikit banyak akan berpengaruh pada dinamika intern dalam persarikatan Muhammadiyah. Artinya, Pernyataan Pikiran Muhammadiyah memasuki abad kedua adalah satu hal, tetapi aktualisasi dan reaktualisasinya di lapangan adalah hal lain. Semoga dalam forum-forum seperti Pengajian Ramadlan seperti ini, jalan lurus bermuhammadiyah dan gap antara yang seharusnya (das sollen) yang tercatum dalam Pernyataan Pikiran dan apa yang senyatanya (das sein) dalam alam praktik dapat dijembatani lewat mediasi al-tawashi bi al-haq wa al-tawasyi bi al-sabr.

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

55

WAWASAN MUHAMMADIYAH

Kesiapan AMM dalam Upaya Revitalisasi Islam yang Berkemajuan


SALEH P. DAULAY

enggunaan istilah Islam yang berkemajuan, sebagai ungkapan otentik KH Ahmad Dahlan, sampai saat ini dijadikan sebagai referensi utama dalam mengayunkan langkah pengembangan gerakan dakwah Muhammadiyah. Bila dilihat dari sisi atribut yang disematkan kepada Islam, maka istilah Islam yang berkemajuan adalah atribut yang paling tepat digunakan dalam menggambarkan purifikasi Islam di satu pihak, dan pembaruan (tajdid) gerakan sosial kemasyarakatan di pihak lain. Ketepatan penggunaan istilah tersebut terbukti dari sedikitnya perdebatan konseptual yang mengitari penggunaan istilah ini dalam literatur-literatur Kemuhammadiyahan. Bandingkan dengan penggunaan atribut lain terhadap Islam, seperti; Islam tradisionalis, Islam modernis, Islam neo-tradisionalis, Islam neomodernis, Islam radikal, Islam liberal, Islam fundamentalis, dan lain-lain. Penggunaan istilah-istilah tersebut, di samping multiinterpretasi, juga menimbulkan kontroversi karena pada tataran praksis seringkali atributatribut tersebut cenderung berimplikasi negatif terhadap citra Islam sebagai rahmatan lil alamin. Terbuka dan Infiltrasi Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan atribut Islam yang berkemajuan telah membawa implikasi yang sangat positif dalam pengembangan gerakan dakwah Muhammadiyah. Pada tataran aplikasi gagasan, Islam yang berkemajuan selalu membuka diri bagi munculnya ide-ide baru dalam menyikapi perkembangan sosial, ekonomi, politik, teknologi informasi, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Hasil karya Muhammadiyah selama seratus tahun terakhir ini merupakan bukti kongkret dari implikasi positif tersebut. Namun perlu dicermati bahwa gagasan Islam yang berkemajuan juga memiliki tantangan tersendiri. Oleh karena terbuka kepada ide-ide baru, maka tidak tertutup kemungkinan akan adanya infiltrasi ideide yang bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah. Sejalan dengan arus perkembangan ideologi di pentas global, upaya infiltrasi ideologi lain ke dalam Muhammadiyah harus diantisipasi dan diwaspadai.
56
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

Sebagai organisasi modern terbesar di dunia, Muhammadiyah memiliki daya pikat tersendiri bagi dunia luar. Banyak kepentingan luar terhadap Muhammadiyah, baik yang bertujuan destruktif maupun konstruktif. Bagi yang bertujuan destruktif, Muhammadiyah bisa jadi dianggap sebagai ancaman bagi munculnya gerakangerakan sosial lain yang ada di tengah masyarakat, baik berupa gerakan politik, agama, maupun pengembangan gerakan ideologi lain. Sementara yang bertujuan konstruktif bisa jadi menilai apa yang dilakukan Muhammadiyah selama ini perlu disempurnakan agar sesuai dengan tuntutan zaman. Tetapi persoalannya adalah pemikiran yang dianggap baik di luar sana belum tentu tepat dan baik untuk Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki seperangkat nilai dan konsep-konsep baku yang menjadi landasan bagi aktivisnya dalam ber-Muhammadiyah, di antaranya; Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Secara umum, tantangan Muhammadiyah dibagi ke dalam dua bentuk: tantangan yang sifatnya merusak tatanan ideologi Muhammadiyah; dan tantangan yang sifatnya mengganggu perkembangan amal usaha Muhammadiyah. Tantangan kedua umumnya mudah diidentifikasi karena bisa dirasakan dan dibuktikan secara faktual melalui evaluasi-evaluasi berkala terhadap perkembangan AUM. Akan tetapi, tantangan yang pertama, agak sedikit sulit dikenali karena sifatnya yang invisible, abstrak, dan berada pada wilayah abu-abu (gray area). Tidak jarang di kalangan aktivis Muhammadiyah sering sekali muncul stigmatisasi terhadap sikap dan paham keberagamaan seorang warga Muhammadiyah lainnya. Berkenaan dengan tantangan terhadap ideologi, ada dua jenis ideologi yang perlu dicermati dan dikaji secara mendalam. Pertama adalah ideologi yang diidentifikasi bersumber dari praktik dan paham keagamaan masyarakat Islam Timur Tengah, yang dalam banyak literatur disebut dengan Arabisme. Ideologi yang dianut

WAWASAN MUHAMMADIYAH
oleh kelompok ini sangat radikal dan cenderung fundamental. Dalam banyak kesempatan, mereka menilai bahwa paham keagamaan yang berbeda dengan yang mereka pahami adalah salah dan keluar dari ajaran Islam sebenarnya. Secara agressif, mereka berlomba-lomba untuk mengajak kelompok-kelompok lain untuk menerima dan mengikuti paham dan keyakinan mereka. Akibatnya, tidak jarang terjadi perpecahan dan pertengkaran antara mereka dengan kelompok masyarakat Islam lainnya. Kedua adalah ideologi yang diidentifikasi bersumber dari cara pandang (world view) masyarakat Barat, yang sering juga disebut sebagai westernisasi. Berbeda secara diametral dengan jenis yang pertama, ideologi yang dianut oleh kelompok ini sangat liberal. Landasan berpikir mereka dalam menerapkan ajaran Islam adalah humanisme, demokrasi, kesetaraan, dan pemikiranpemikiran yang bersumber dari khazanah filsafat Barat. Dalam banyak kesempatan, kelompok ini tidak segansegan melakukan penafsiran-penafsiran baru terhadap paham keagamaan yang telah mapan di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, mereka tidak segan-segan untuk mempertanyakan otoritas dan kebenaran teks-teks suci yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ideologi dan paham keagamaan semacam ini tentu saja sangat meresahkan kelompok yang pertama. Klaim kebenaran antara satu kelompok dengan kelompok yang lain menjadi tidak terhindarkan. Kesiapan AMM Terlepas dari kontroversi yang mengitari kedua jenis ideologi tersebut, fakta menunjukkan bahwa kedua ideologi ini cukup berkembang di tengah-tengah masyarakat. Banyak sudah kajian akademik yang dilakukan dalam melihat dan menjustifikasi keberadaan kedua jenis kelompok ini. Pertanyaannya, apakah Angkatan Muda Muhammadiyah sudah siap menghalau dan meluruskan paham keberagamaan mereka? Agar bisa berdebat dengan mereka, aktivis AMM tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang komprehensif tentang ideologi Muhammadiyah. Lebih dari itu, aktivis AMM membutuhkan pengetahuan yang memadai terhadap paham keagamaan kedua kelompok ini. Hanya dengan menguasai frame work berpikir mereka, lalu kita bisa berargumentasi dan membentengi diri dari infiltrasi ideologi yang mereka tawarkan. Tidak mungkin kita bisa menolak ideologi mereka secara tegas tanpa mengetahui metodologi, substansi, dan cakrawala berpikir mereka. Beranjak dari titik ini, aktivis AMM dengan demikian tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu klasik Islam, seperti ulum al-hadits, ilmu al-tafsir, sirah nabawiyah, ushul al-din dan aqaid al-diniyyah dan lainlain, tetapi juga harus menguasai peta perkembangan pemikiran modern yang ada di negara-negara Barat. Semua kita pasti mengatakan bahwa tugas ini adalah tugas yang sangat berat. Melihat kondisi ini, Muhammadiyah memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak untuk membekali para aktivis muda Muhammadiyah dengan sederet pengetahuan klasik dan pengetahuan Barat. Berkaitan dengan hal itu pula, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah kaderisasi sebagai sarana paling strategis dalam menyiapkan kader-kader militan Muhammadiyah. Bila dahulu orientasi kaderisasi lebih diarahkan pada semata-mata pembumian ideologi Muhammadiyah, maka ke depan, menurut saya, kaderisasi di Muhammadiyah juga harus diorientasikan ada penguasaan ideologi-ideologi di luar Muhammadiyah. Dengan mengetahui kebaikan dan keburukan ideologi luar tersebut, maka aktivis Muhammadiyah dapat memahami ajaran Islam yang sebenar-benarnya. Dalam konteks reaktualisasi konsep Islam yang Berkemajuan, kaderisasi di Muhammadiyah juga perlu dilengkapi dengan kajian-kajian terhadap isu-isu kontemporer antara lain tentang ekoteologi dan perubahan iklim, korupsi dan kemiskinan, pengangguran, pendidikan, dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Adalah fakta yang nyata bahwa LSM-LSM kecil kelihatannya lebih sensitif terhadap isu-isu tersebut. Untuk sekedar menyebut, lihatlah misalnya ICW yang sangat nyaring bersuara dalam memberantas korupsi serta WALHI dan Greenpeace dalam bidang advokasi lingkungan. Padahal, bila disuarakan oleh Muhammadiyah pasti akan memiliki dampak yang lebih besar. Persoalannya adalah kaderkader Muhammadiyah belum banyak yang memiliki pengetahuan khusus tentang isu-isu tersebut sehingga tidak berani bersuara lantang. ______________________________________________ Penulis adalah Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah.

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1 - 15 SEPTEMBER 2011

57

S I L A T U R A H I M
LAHIR: Maheswara El Fawwaz, anak kedua dari Mashuri Mashuda dengan Elyusra, 7 Juli 2011 Ayman Nour Ramadan, anak ketiga pasangan Robby H Abror, SAg., Mhum dan Nanum Sofia, SPsi., S.Ant., MA, 8 Agustus 2011, di Yogyakarta.
***

JALAN PINGGIR
Pemilihan Umum masih tiga tahun lagi. Tapi pembicaraan tentang Presiden sudah mulai ramai. Paling calonnya, yang itu-itu juga.

MENIKAH: A Agustaf Mayang, SH dengan A Anugrah, SPd, 6 Juli 2011, di Makasar, Sulawesi Selatan. Nurhayati Ikbal, AM.Keb dengan Praka Yakub Lani, 11 Juli 2011, di Belawa, Wajo, Sulawesi Selatan. Nasriani Dwi Yulianti, S.Farm, Apt dengan Andi Nawir Mamala, S.Farm, Apt., 16 Juli 2011, di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Ari Mantoro, ST bin Muji Harjono dengan Drh Isti Widayati binti Sudarsono, 16 Juli 2011 di Yogyakarta Astuti dengan Debby Arisandi, 19 Juli 2011, di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Heriyah dengan Ardiansyah Rustan, 20 Juli 2011, di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Agustina Pasaribu binti H Wardani Pasaribu dengan Muhammad Rangga Sukarno bin HM Abduh Norlias, SH., 23 Juli 2011, di Pontianak, Kalimantan Barat. MENINGGAL: M Noer Shaleh (69 tahun), 2 Juli 2011, di Pati, Jawa Tengah. Djermani (75 tahun), 21 Juli, di Karangkajen, Mergangsan, Yogyakarta. Rabinranat Arsyad, 26 Juli 2011, di Liwa, Lampung Barat. Ny Harikah Muhani binti Ki Bagus Hadikusuma, 30 Juli 2011, di Yogyakarta. Ny Fatkhiyah Memed binti H Jazari Hisyam, 30 Juli 2011, di Yogyakarta. Hj Ramlah Nasution Batubara, 3 Agustus 2011, di Jakarta. KPH H Gondhokusumo (70 tahun), 4 Agustus 2011, di Yogyakarta.

DPR ancam potong dana Polri. Karena dinilai lamban dalam kasus pemalsuan surat putusan MK. Polri mengancam akan menangkap anggota DPR yang memotong dana. *** DPR: Kabut kasus Bank Century semakin tebal. Ditambah mendung dan gelap. *** Mendiknas Mohammad Nuh meminta guru memberikan motivasi kepada siswanya. Motivasinya, bagaimana supaya UAN nilainya tinggi. *** Presiden: Demokrasi harus tetap hidup. Hidup dalam keragu-raguan. *** Yulianis: Proyek wisma atlit dibeli dari DPR Kalau begitu, benar dong, anggota DPR nyambi jadi makelar. *** Menurut hasil survei internasional, Indonesia masih termasuk negara terkorup di dunia. Tidak usah heran, karena korupsi sudah menjadi pekerjaan. *** Menkum HAM: Muhammadiyah harus dorong clean government Betul, dan harus memberikan contoh. *** BUNG SANTRI

58

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2 - 16 SYAWAL H

PAWAI TAARUF MERIAHKAN MUSCAB MUHAMMADIYAH DAN AISYIYAH LABUHANBILIK. Musyawarah Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Labuhanbilik, Labuhanbatu, Sumatera Utara, belum lama ini telah dilaksanakan di kompleks Masjid Taqwa Labuhanbilik. Muscab ini dihadiri sekitar 250 orang dari keluarga besar Muhammadiyah dan Aisyiyah. Muscab yang diawali dengan pawai taaruf mengelilingi kota Labuhanbilik ini, dimeriahkan oleh pasukan drumband, yang diikuti oleh rombongan PDM dan PDA Labuhanbatu. Musyawarah Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah ini, dibuka oleh Ketua PDM Labuhanbatu, H Yursalim Nasution, AMd. Dalam sambutannya beliau mengatakan, kunci sukses mengurus Muhammadiyah adalah keikhlasan. Manakala kita ikhlas, Allah akan memberikan kemudahan. Dan kepada seluruh keluarga Muhammadiyah agar menjadi mitra Pemerintah. Namun harus tetap kritis, ujar beliau. Hadir dalam Muscab ini, Sekretaris Camat Panai Tengah, H Agustiar mewakili Camat, dan H Rustam Manan, Ketua Majelis Ulama Kecamatan Panai Tengah. Musyawarah Cabang dan Aisyiyah kali ini berhasil memilih H Lukmanul Hakim sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Dahniati sebagai Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah periode 20102015. H Rustam Manan

MUSCAB MUHAMMADIYAH DAN A ISYIYAH MEDAN BARU MEDAN. Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Medan Baru, Kota Medan baru-baru ini telah melaksanakan Musyawarah Cabang. Musyawarah Cabang yang dilaksanakan di kompleks Perguruan Muhammadiyah PRM Sei Putih Barat ini, diiikuti oleh seluruh unsur Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Medan Baru, Pimpinan Ranting beserta Ortom se-Cabang Muhammadiyah Medan Baru. Hadir dalam acara ini, Drs H Ibnu Hajar Harahap dan Ir H Syahrul Jalal dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan. Dalam Musyawarah Cabang Muhammadiyah kali ini, terpilih sebagai Ketua PCM Medan Baru periode 2010-2015, H Muniri, BSc. Sedangkan anggota pimpinan adalah; Drs Ali Asman Harahap, Drs Ali Amin Tanjung, Surya Utama Lubis, Fachruddin Lubis, Lc., Drs Lahmudin Lubis dan Ir Dalius M Nur. Adapun Ketua terpilih dalam musyawarah Cabang Aisyiyah Medan Baru adalah Fatimah Satmoko. Rifian K KETUA PDM LANTIK PENGURUS MAJELIS DAN LEMBAGA CIREBON. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Cirebon periode 2010-2015, Drs Ahmad Dahlan, MAg beberapa waktu yang lalu melantik jajaran pengurus Majelis dan Lembaga dilingkungan PDM Cirebon. Pelantikan Majelis dan Lembaga ini, dilakukan untuk pertama kalinya selama kepengurusan Muhammadiyah di Cirebon. Acara yang dilaksanakan di Aula Kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon ini, diisi pengajian umum oleh Wakil Ketua PDM, KH Herman Abdullah. Ketua PDM Cirebon, Drs Ahmad Dahlan, MAg, dalam sambutannya mengatakan, bahwa sepanjang sejarah Muhammadiyah Cirebon, baru kali ini ada pelantikan pengurus Majelis dan Lem-

baga. Untuk itu, beliau mengajak untuk bersyukur dengan terselenggaranya acara ini. Rasa syukur itu harus ditunjukkan dengan kinerja yang berkualitas dari pengurus secara kontinyu dalam menggerakkan Muhammadiyah Abad kedua ini. Usai pelantikan, dilakukan sera terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus baru masing-masing majelis dan lembaga. Deny Rochman

MILAD IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH Dalam rangka memperingati Milad IPM yang ke-50, PW IPM DIY mengadakan launching lagu dan buku panduan IPM. Acara yang diketuai Lina Hanifah ini , dilaksanakan di aula PWM DIY. Hadir dalam acara ini Ketua Umum PP IPM, Slamet Nur Ahmad Effendi, alumni PW IPM DIY, serta undangan lainnya. Sebelumnya, PW IPM DIY mengadakan pertemuan lintas daerah IPM DIY. Bertempat di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti PW IPM DIY, PD IPM Kulonprogo, PD IPM Bantul, PD IPM Gunungkidul dan PD IPM Kota Yogyakarta. Demikian pula PD IPM Kota Surabaya mengadakan peringatan Milad setengah abad IPM, bertempat di Universitas Muhammadiyah Surabaya, dengan mengadakan tiga acara. Yaitu, bazar akbar dan pameran pendidikan, pagelaran seni pelajar dan olimpiade matematika fisika, tingkat SMP/MTs dan SMA/ SMK se-Kota Surabaya. ron AKTIVITAS AMAL USAHA Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan beberapa waktu yang lalu mengadakan bakti sosial. Bakti sosial kali ini dilaksanakan di Desa Kuwurejo, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan. Dipilihnya tempat ini karena termasuk daerah minus. Baik dari segi perekonomian maupun dari segi religius. Dalam acara baksos ini, dilaksanakan pengobatan massal secara gratis, mulai dari
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1-15 SEPTEMBER 2011

59

pemeriksaan gigi, pemeriksaan katarak, khitanan massal, pemberian paket sekolah yang diberikan kepada sekitar 150 siswa yang membutuhkan. Demikian pula, pembagian sembako sebanyak 300 paket kepada warga desa. Rangkaian baksos ini diakhiri dengan pengajian akbar yang disampaikan olehAbdul Hamid Muhanan, Lc, Wakil Ketua PD Muhammadiyah Lamongan. Dihadiri oleh 500 jamaah, terdiri dari pemuka agama, aparat desa dan warga desa Kuwurejo. Bakti sosial kali ini bertema, Membangun Sikap Peduli Kepada Sesama yang Mensejahterakan dan Membahagiakan. STIE Muhammadiyah Cilacap, baru-baru ini mengadakan kegiatan Baitul Arqam bertempat di kompleks Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Kegiatan ini diikuti oleh segenap civitas akademika STIE Muhammadiyah, yang terdiri dari pimpinan, dosen, karyawan, serta perwakilan dari IMM. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini, dikelola langsung oleh Majelis Pendidikan Kader PWM Jawa Tengah, dengan menghadirkan beberapa pembicara baik dari PP Muhammadiyah maupun dari PWM Jawa Tengah. im

RAPAT KERJA LEMBAGA KEBUDAYAAN PW AISYIYAH DIY YOGYAKARTA. Dakwah itu harus menggembirakan dan memberikan solusi, ujar Eko Wuryanto, Ketua Lembaga Seni,

Budaya dan Olah Raga PWM DIY, dalam acara rapat kerja Lembaga Kebudayaan PW Aisyiyah DIY. Rapat Kerja ini dilaksanakan di aula Gedung PWA DIY. Hadir juga dalam acara ini, Dra Hj Cholifah Sukri, Ketua Lembaga Kebudayaan PP Aisyiyah. Dalam sambutannya, Cholifah Syukri mengatakan, pentingnya menjadi kader Aisyiyah yang mampu mewarnai nilainilai kebudayaan Islam yang selaras dengan zaman. Jangan sampai kader Aisyiyah hanya mampu diwarnai oleh budaya yang semakin lama justru menggiring kearah konsumerisme dan juga kebarat-baratan atau cenderung berideologi pribumi yang jauh dari nilai-nilai Islam. Lembaga Kebudayaan, dalam paparan programnya merencanakan serangkaian kegiatan, di antaranya gerakan keluarga membaca, yang dimulai dengan gerakan wakaf buku. Guna meningkatkan budaya pikir dan keteraturan membaca yangb selama ini mulai hilang dari generasi anak bangsa. Pilot proyeknya di PRA Warungboto, Umbulharjo Yogyakarta berupa adanya perpustakaan. Selan itu, juga gerakan melek media dan pemilihan Putri Aisyiyah, sebagai wujud pengembangan perempuan berbudaya mandiri, Islami dan mampu menjadi duta bangsa demi syiar Islam yang majemuk dan toleran. Terakhir adalah festival dolanan anak, yang didalamnya terdapat ada sarasehan, kompetisi dolanan tradisional dan juga pameran alat pembelajaran anak yang lebih dekat dengan nilai lokal. Miet

TAARUF PDM DAN PDA BINJAI BINJAI. Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah Kota Binjai, belum lama ini mengadakan taaruf, sekaligus pengajian perdana keluarga besar Muhammadiyah se-Kota Binjai. Acara ini menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof DR H Yunahar Ilyas. Dalam kesempatan ini, Ketua PDM Binjai periode 2010-2015, Drs Azar Aswadi, MAg mengucapkan terima kasih kepada Walikota Binjai, Drs H Muhammad Idaham yang telah banyak membantu kegiatan Muhammadiyah. Mulai dari pembangunan Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Binjai, sampai kegiatan yang digelar saat itu. Sementara itu, Walikota Binjai dalam sambutannya mengharapkan kerjasama Muhammadiyah dan Pemerintah Daerah terus dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Dalam rangka pembinaan umat. Khususnya umat Islam di Kota Binjai. Acara puncak disamping taaruf PDM dan PDA Binjai periode 2010-2015, yang dilaksanakan di kompleks Muhammadiyah Ranting Bakti Karya Pasar 4 ini, diisi tausiyah yang disampaikan oleh Prof DR H Yunahar Ilyas, dan dihadiri oleh 400 anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Dalam tausiyahnya beliau mengingatkan, bahwa anggota dan pengurus Muhammadiyah harus tetap amanah dalam segala hal. Di samping juga harus istiqomah dan ikhlas dalam ber-Muhammadiyah. Dengan demikian, tugas yang akan diemban 5 tahun ke depan akan terasa lebih ringan. Karena dilaksanakan secara bersama-sama. Fuad

60

SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2- 16 SYAWAL 1432 H

AMIN KETUA PEMUDA SULTENG PALU. Amin Parakkasi, secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Tengah periode 2010-2014, dalam sebuah Musyawarah Wilayah IX yang berlangsung di Asrama Haji Transit Palu, belum lama lalu. Ketua terpilih yang sebelumnya adalah Ketua Formatur, didampingi oleh Mulkus Kisman, Moh Nasihin, Abdul Hanif, Feri H, Sapri, Arwin Arsyad, Mh Riyad, Moh Buyung dan Mahfud Kambay. PWPM Kalteng dilantik resmi oleh PP Pemuda Muhammadiyah, M Ziyad, MA dalam sebuah acara yang berlangsung di Gedung Pogombo Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, belum lama lalu. Dalam acara pelantikan tersebut hadir Asisten I Gubernur Sulawesi Tengah, Drs H Baharuddin HT, Msi, Wakil Ketua PWM, Prof Dr Juraji MHum, dan Ketua KNPI Yahdi Basma. Ketua PWPM, Amin Parakkasi, berharap, masa kepemimpinannya merupakan jalan jihad dalam perjuangan Islam. Kita menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, tandasnya. PWPM Sulteng Rapat Kerja pertama berlangsung di Sekretariat PWPM di Komplek Alfurqan Muhammadiyah Jalan KH Ahmad Dahan 12, Palu. ap

AISYIYAH SAMBAS BERPERAN SAMBAS. Di tengah-tengah situasi dan kondisi masyarakat Sambas Kalimantan Barat yang mayoritas non Muslim, Muhammadiyah dan Aisyiyah saling membahu untuk meningkatkan dakwah Islamiyah. Kendati tidak seberapa besar jaringan yang dibangun oleh Muhammadiyah lewat jaringan Cabang dan Ranting. Demikian pula, dengan keberadaan Aisyiyah, namun dengan gerakan amal usaha cukup memberi arti penting keberadaannya. Peran ormas dakwah ini semakin dinamis dengan diwarnai gerakan Aisyiyah lewat aksi pelayanan sosial. Aisyiyah mendirikan Klinik Bersalin Aisyiyah di Jalan Kuala Singkawang, Sambas, untuk memberi arti penting akan kehadiran Muhammadiyah dengan gerakannya. Kehadiran Klinik Bersalin Aisyiyah ini cukup memberi warna lain yang dapat menunjukkan Aisyiyah bergerak aktif menyantuni kaum pinggiran dan tidak mampu lewat gerakan sosial. Pelayanan kesehatan ini memberi harapan masyarakat akan sikap kepedulian Aisyiyah terhadap derajat kesehatan masyarakat, ujar salah seorang pengelola klinik. Kehadirannya memberi dukungan terhadap gerakan Muhammadiyah yang juga tidak lepas dari gerakan kepeduliannya terhadap kesehatan masyarakat. am HSU MILIKI PESANTREN AL MUSLIMUN HULU SUNGAI UTARA. Hulu Sungai Utara merupakan salah satu basis Muhammadiyah yang kuat di daratan Kalimantan

Selatan, selain kemampuannya membangun jaringan organisasi yang cukup besar dan kemampuannya menghasilkan karya amal usaha, ternyata juga mampu menyiapkan kader-kader pimpinan yang cukup tangguh. Kader-kader Muhammadiyah yang bakal memimpin Muhammadiyah di HSU dilahirkan lewat amal usaha Pondok Pesantren Muhammadiyah Al Muslimun yang terletak di Desa Damar Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Di bagian pendidikan, Muhammadiyah HSU sudah mampu mengangkat sekolah menjadi unggulan di Kalimantan Selatan bersaing dengan sekolah swasta lain. Karena itu antara pengembangan pendidikan dan pengembangan pesantren menjadi dua titik perhatian yang bersinergi untuk meningkatkan kualitas ber-Muhammadiyah di HSU. Pembuktian-pembuktian tentang karya Muhammadiyah dari daerah ini sudah teruji dan menjadi obyek studi banding dari luar. Karena itu jajaran pimpinan, pengelola dan santri sangat termotivasi untuk mengembangkan Muhammadiyah agar dapat terus terbina dengan baik. Kekompakan kerja terus dipelihara dengan ikhlas untuk berdakwah. Doakan Muhammadiyah di Hulu Sungai Utara mampu menunjukkan prestasi yang lebih baik di masa mendatang, ungkap sumber SM. am

KAB GORONTALO SIGAP KELOLA PANTI GORONTALO. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gorontalo dikenal sangat kuat dalam membangun
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 1-15 SEPTEMBER 2011

61

jaringan Persyarikatan Muhammadiyah lewat pendirian Cabang dan ranting. Namun juga tangkas dalam menyiasati strategi dakwahnya lewat pengelolaan panti asuhan dan pelayanan kesehatan yang dapat menyantuni masyarakat miskin, yatim dan mengangkat derajat kesehatannya.. Kabupaten Gorontalo membangun jaringan di seluruh kecamatan yang ada, PCM berdiri di Kecamatan Telaga, Kwandong, Limboto, Pulubala, Telaga Biru, Tibawa, Tolangohula, Batudaa, Sumalata, Bongomeme, Batudaa Pantai, dan Boliyabuto. Cukup besar memang jika dilihat dari jaringannya, sehingga sangat efektif mengembangkan gerakan dakwah ke semua lini dan elemen masyarakat. Simbol kepedulian Muhammadiyah terhadap peningkatan pelayanan santunan masyarakat dilakukan dengan mendirikan Panti Asuhan Muhammadiyah di Kecamatan Kota Selatan, dan PAY Marhamah di Jalan Kusno Danupoyo 131 Ipilo Gorontalo. Tak terbilang anak tidak mampu yang diasuh oleh Muhammadiyah mampu hidup mandiri di kemudian hari. Gerakan Aisyiyahnya pun tidak kalah majunya, karena juga mampu bergerak aktif membina kesehatan masyarakat di kota Gorontalo, lewat pendirian POS Keluarga Berencana Aisyiyah, Balai Kesehatan Ibu Anak Aisyiyah, Rumah Bersalin Sitti Khadijah di Jalan A Yani 27 dan Balai Pengobatan/Poliklinik Umum di tengah Kota Gorontalo. Dukungan jaringan organisasi PC Muhammadiyah Kota tersebar di Kota Utara, Andalas, Barat, Selatan Timur dan Dungiugi. am

NEGARA MILIKI PANTI ASUHAN NEGARA. Di Negara bagian dari daerah Pulau Bali, kendati belum memiliki jaringan organisasi Muhammadiyah yang dapat mendukung gerakannya. Namun dengan kasat mata gerakan Muhammadiyah ada dan terus bergerak aktif berdakwah. Kehadiran Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah di Banyubiru, Kecamatan Negara atau di Jalan Udayana 80 Bali mencoba meyakinkan masyarakat. Bahwa keberadaan Muhammadiyah dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan di daerah terutama dalam melayani derajat kemampuan kemandirian dan kesehatan masyarakat. Itulah sebabnya dukungan dan suport dari jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Denpasar untuk membimbing dan mengarahkan gerakan Muhammadiyah di Negara sangat diperlukan intensitasnya. Elemen Muhammadiyah di Negara yakin, dengan kepemimpinan Ketua PWM Provinsi Bali, Haji Mafrukin dapat memberikan perhatian serius akan titik perkembangan jaringan Muhammadiyah di Negara. Keberadaan Panti Asuhan Muhammadiyah yang ada di Jalan Buton 4 Denpasar Bali, paling tidak dapat memberi dorongan motivasi semangat para pimpinan Muhammadiyah di Negara untuk berlomba-lomba mencari kebaikan dan menyejahterakan masyarakat. am AISYIYAH PINRANG PEDULI MASA DEPAN ANAK YATIM PINRANG. Jajaran Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan sangat peduli terhadap masa depan anak-anak yatim yang ada di daerahnya. Sikap kepedulian ditunjukkan dengan sabar menyantuni mereka untuk dibina di panti asuhan dengan kemampuan bekal keterampilan yang memadai untuk hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Kehadiran Panti Asuhan Yatim Siti Khadijah Aisyiyah di Jalan Monginsidi 39 Pinrang, diharapkan dapat menjadi wadah bagi pengembangan anak-anak yatim dengan bekal ilmu dan keterampilan yang unggul. Muhammadiyah dan juga Aisyiyah berada di tengah-tengah mayoritas kaum Muslim Sulawesi Selatan, namun demikian keseriusan dan ketegasan dalam mengelola sebuah panti asuhan sangat diperlukan untuk membentuk karakter dan jiwa anak yatim agar tidak mudah menggantungkan hidup kepada orang lain atau lembaga lain. Tujuan dan misi pengelolaan panti di Pinrang sangat jelas, yaitu menjadikan anak asuhnya agar survive dan mandiri membuka lapangan kerja sendiri di tengah-tengah masyarakat luas. Kita mencoba terus untuk mengembangkan metode dan sistem pendidikan di panti, papar sumber SM. Sementara itu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pinrang sendiri sudah mendirikan Balai Pengobatan Muhammadiyah yang ada di Jalan Sultan Hasanuddin Pinrang. Maka diharapkan kedua lembaga pelayanan kesehatan ini, akan saling mendukung untuk melayani kebutuhan masyarakat akan bentuk pelayanan kesehatan yang Islami. am

PELEPASAN MUBALIGH HIJRAH MAKASSAR. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, DR H Irwan Akib, MPd melepas 62 orang mubaligh hijrah mahasiswa yang bertugas selama satu bulan di 23 kabupaten/ kota Polman, Majene, Mamuju, Kendari, Palu dan Sorong. Pelepasan berlangsung di Ruang VIP FKIP, belum lama lalu. Rektor Irwan, mengingatkan, menjadi mubaligh hijrah memiliki tugas yang sangat mulia. Tugasnya sebagai risalah Rasulullah dalam dakwah membangun akidah, akhlak, ibadah dan muamalah umat Islam. Mubaligh dalam berdakwah harus cerdas dan memiliki kemandirian dengan pendekatan bil hikmah, katanya. husni H ADRIANSYAH KETUA PCM BATULICIN TANAH BUMBU. Musyawarah Cabang Muhammadiyah ke-3 Batulicin yang berlangsung di SMP Muhammadiyah Simpang Empat, dibuka oleh Bupati Tanah Bumbu, Drs H Difriadi. Musyawarah Cabang Batulicin akhirnya berhasil menyusun kepemimpinan PCM Batulicin periode 2010-2015, dengan Ketua H Adriansyah. Adriansyah didukung anggota Drs Sunargo, Muh Said Yaqub, SPdI, Daelam Syafudi, BSc, Ir Marwan Djalal, H Kamaruddin, SAg, Abdul Wadud, SPd, SD, H Ahmad Raichani, BSc, Raksapati, Herry Susilo, ST, Bukhari, SAg, Robin Nawi Husin, Satiyo Hadi Saputra, H Fauziansyah, Nawari Yanudin, dan Suriansyah. am
62
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 96 | 2- 16 SYAWAL 1432 H

You might also like