You are on page 1of 5

MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG MEMILIKI KUALITAS DAN INTEGRITAS YANG TINGGI MELALUI KADERISASI DALAM KAMPUS Pemimpin adalah

orang yang melakukan kegiatan atau proses

mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan / tujuan-tujuan tertentu [1] . Untuk menjadi seorang pemimpin, tentu harus memiliki karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengikutnya, karena dalam hal ini pengikut sepenuhnya

menyerahkan kepercayaannya kepada pemimpinnya untuk menentukan arah dalam mencapai tujuan. Pembentukan karakter seorang pemimpin dapat dilakukan dalam berbagai lembaga salah satunya yaitu; kampus. Kampus merupakan wadah atau sarana pusat pendidikan dengan taraf lebih tinggi dan sebagai salah satu center of intellectuality dapat dikatakan sebagai lumbung kaderisasi pemimpin masa depan bangsa. Subjek dari kampus itu sendiri adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang mampu menjadi katalis masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dan sebagai sosok yang membawa perubahan terhadap bangsa. Secara formal kampus memang diartikan sebagai media pembelajaran, tapi disamping itu kampus juga memiliki peransebagai pembentuk kader-kader bangsa dalam melahirkan pemimpin yang memiliki kualitas dan integritas yang tinggi. Kaderisasi itu penting dengan tujuan untuk menjaga keberlangsungan munculnya calon pemimpin bangsa, intelektual berkualitas, dan insan yang peka terhadap persoalan bangsa. Tapi mengapa harus mahasiswa? Mengapa harus di kampus? Kaderisasi calon pemimpin bangsa selama ini hanya dilakukan di dua tempat, akademi militer dan universitas. Secara sistemik mungkin di militer sudah di-set dan

[1]. EnsiklopediaAdministrasi.(Yogyakarta: Dosen Balai Pembina Administras), Universitas Gajah Mada

Menjadi bagian dari menu wajib, sementara bagi mahasiswa hal ini adalah pilihan, apakah mahasiswa itu sendiri mau dan aktif dalam mengikuti organisasi atau tidak[2]. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan [3]. Dengan aktif dalam setiap kegiatan oganisasi kampus maka mahasiswa tidak hanya mendapatkan gelar sarjana saja, tapi dapat

menjadikan dirinya sebagai kader bangsa yang memiliki kualitas dan integritas yang tinggi. Tapi dalam mewujudkan hal itu jika dilihat dari realita yang terjadi sekarang, rasanya sulit untuk megembalikan fungsi kampus yang sebagai wadah untuk membentuk kader dalam melahirkan pemimpin bagsa yang dicita-citakan, karena melihat pada pergeseran peran kampus di Indonesia saat ini. Kampus yang seharusnya berperan sebagai kawah kaderisasi pemimpinb angsa, ternyata hanya berperan sebagai penghasil produk mahasiswa yang terampil secara teknis dan siap pakai oleh perusahaan. Dalam aktivitasnya, ada kecenderungan mahasiswa belakangan ini makin lama makin individualis bahkan hedonis. Kampus hanya dijadikan ajang berburu gelar sarjana seraya mencari pacar. Waktu senggang di luar kuliah pun sebagian mahasiswa hanya mengisinya dengan main games, kencan, ngobrol, pesta; pendeknya hanya berhura-hura belaka. Akhirnya mahasiswa yang kutu buku, rajin diskusi, dan peduli terhadap masa depan bangsa dan Negara menjadi barang langka. Kesulitan untuk mendapatkan kader bangsa sebagai calon pemimpin yang berkualitas dan berintegritas tinggi akan semakin berkembang jika tidak ada usaha yang dilakukan dalam membenahi hal tersebut. Jadi sebenarnya disinilah letak strategis kampus-kampus perguruan tinggi sebagai penyuplai calon
[2]. Arwin Lubis. Buku Sejarah Terpadu Kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (Jakarta: Erlangga) [3]. Stephen P. Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta: Arcan: 1994), hlm.4

Pemimpin nasional. Mahasiswa harus diajak melek dengan permasalahan yang membelenggu bangsa seperti sekarang ini, dan mahasiswa harus diajak peka untuk merubah tatanan masyarakat yang salah (agent of change), untuk kemudian menyatu sebagai gerakan moral (moral force), sebagai pengawal demokrasi, sebagai mata dan telinga rakyat; sebagai penyambung lidah rakyat. Namun, iklim kehidupan masyarakat yang terlanjur sangat pragmatis, menyebabkan secara

umum kehidupan mahasiswa saat ini masih stagnan. Hanya segelintir mahasiswa yang berani dan sanggup melawan arus pramatisme yang hegemonic dan kemudian tertarik terjun menjadi aktivis yang peduli akan keadaan bangsa ini. Melihat keadaan bangsa saat ini, dapat dikatakan bahwa Indonesia masih mempuyai segudang masalah yang belum terselesaikan, misalnya terjadi kesenjangan ekonomi, pembangunan di daerah terpencil yang belum terlaksana dengan maksimal, masih terjadinya tawuran antar suku, banyaknya pejabat Negara yang melakukan korupsi, dan lain sebagainya. Artinya, Indonesia saat ini berada pada situasi yang kritis, sehingga sangat membutuhkan pemimpin yang mampu meminimalisir bahkan menyelesaikan masalah-masalah yang selalu menjadi polemic tersebut. Menyelesaikan permasalahan Negara bukanlah sesuatu yang mudah, dimana membutuhkan waktu yang relative cukup lama, dan untuk memilih pemimpin yang memiliki kualitas dan integritas yang tinggi sangatlah sulit, karena sebagian besar calon pemimpin Negara yang mencalonkan diri dari berbagai parpol hanya mengumbar janji saat kampanye saja, tapi realita yang terjadi pada saat masa tugasnya hal itu menjadi janji yang berjamur, karena mereka yang terpilih lebih sering mementingkan kepentingan pribadi dari pada memperhitungkan kepentingan masyarakat (kurang merakyat). Itulah sebabnya Indonesia selalu terbelenggu dalam masalah yang rumit. Maka saat ini Indonesia perlu berbenah dan menata pemerintahan dengan pemimpin-pemimpin yang benar-benar dibutuhkan yang sesuai dengan keadaan Indonesia sekarang.

Mendapatkan pemimpin yang berkualitas dan memiliki integritas tinggi tentu memerlukan persiapan dan waktu yang relatif tidak singkat, maka dari itu persiapan tersebut harus dimatangkan dalam lingkungan kampus, dimana mahasiswa harus benar-benar mampu melatih dirinya agar siap menjadi kader bangsa yang mampu memimpin Negara ini dengan baik. Dengan itu setiap Universitas yang ada hendaknya mewajibkan setiap mahasiswanya untuk mengikuti dengan aktif salah satu dari sekian banyak organisasi kampus yang ada agar setiap mahasiswa memiliki pengalaman untuk menjadi seorang pemimpin meskipun dimulai dari ruang lingkup organisasi kampus, hal ini juga dapat menjadi persiapan mahasiswa untuk ke jenjang kepemimpinan yang lebih tinggi (pemimpin Negara), atau mahasiswa hendaknya menjadi aktivis yang aktif dalam setiap kegiatan-kegiatan yang bersifat mempertahankan suatu keputusan bersama misalnya demonstrasi legal, tujuannya agar mahasiswa mampu mengikuti perkembangan bangsa Indonesia sehingga ketika duduk dikursi pemerintahan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan Negara dan untuk melatih mahasiswa agar tidak terjerumus ke dalam pemimpin yang korup, mahasiswa dapat melatih dirinya dalam organisasi yang diikutinya, dimana didalam organisasi tersebut mahasiswa belajar menjadi pemimpin yang terbuka, tegas, disiplin dan ketat dalam mengimlementasikan aturan-aturan organisasi serta menjalankan sangsi sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam organisasi tersebut, sehingga mahasiswa yang merupakan kader bangsa ketika bersetatus sebagai pemimpin Negara akan memiliki kebiasaan yang baik dalam menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin dan ketika dihadapi dengan uang gelap maka akan mampu menahan diri untuk tidak menerimanya karena telah terlatih ketika berada dalam sebuah organisasi kampus untuk menjadi pemimpin yang terbuka kepada anggotanya dan patuh terhadap aturan, dan masih banyak contoh-contoh tindakan lainnya yang dapat diimplementasikan dalam lingkungan kampus atau pada mahasiswanya sendiri sebagai usaha dalam melahirkan pemimpin Negara yang memiliki kualitas dan integritas yang tinggi melalui kaderiasi dalam kampus.

Dengan mengimplementasikan sedikit solusi diatas ke dalam lingkungan kampus dan dalam diri mahasiswa, maka Indonesia akan memiliki persiapan yang sedikit lebih matang dalam menuju pemimpin Indonesia yang berkualitas dan memiliki integritas tinggi. Sehingga Indonesia akan memiliki banyak kader-kader bangsa yang siap untuk menjadi pemimpin-pemimpin Negara yang dicita-citakan bangsa Indonesia sejak dahulu dan keuntungan lain yang didapatkan adalah dapat mengembalikan peran kampus kepada fungsi yang sebenarnya yaitu sebagai media pembelajaran formal dan sebagai lumbung atau wadah kaderisasi masa depan bangsa menuju Indonesia jaya.

You might also like