You are on page 1of 6

KONSEP KELUARGA MENURUT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEHIDUPAN MODERN

A. Manusia dan Fitrah Berpasangan Rumah tangga adalah unit terkecil dari suatau tatanan masyarakat, tidak akan terbentuk sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat jika tidak didahului dengan adanya tatanan kehidupan rumah tangga yang menyusunnya. Beberapa rumah tangga kemudian secara bersama-sama membentuk sebuah kelompok besar, keselamatan dan kebahagaiaan masyarakat besar berpokok pangkal pada keselamatan dan kebahagiaan masyarakat kecil atau keluarga tersebut.[5] Keluarga adalah wahana pendidikan tempat terbentuknya pendidikan seorang anak, baik pembentukan pendidikan yang bersifat individu yaitu akhlak maupun budi pekerti maupun pembentukan pendidikan yang bersifat sosial seperti rasa simpati, empati, kepedulian dan sebagainya. [6] Dalam keluarga pula tingkah laku anak akan terbentuk dan kepribadian yang terpusat pada dirinya akan berkembang ke arah keperibadian yang bersifat sosial.[7] Dukungan agama terhadap kehidupan berkeluarga berdampak tampak dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah dalam bentuk ajaran yang tertuan dalam kitab sucinya Agama Islam misalnya memberikan begitu banyak ajaran tentang hidup berkeluarga dalam al-Qur'an dan al-Hadis. Hal yang lebih konkrit lagi sebagai wujud dukungan tersebut adalah dijelaskannya mengenai tata cara, syaratsyarat, rukun pernikahan sebagai awal pintu gerbang kehidupan berkeluarga. Di dalam al-Qur'an sendiri bisa kita dapatkan beberapa term-term yang mengungkapkan makna maupun mengindikasikan makna keluarga, seperti kata alAal, 'Asyirah, Raht, Rukn, Fasilah, Zawi al-Qurba, Za Maqrabah, Zawj, Nikah, Abb, Um, Zurriyah, Walad, Ibn maupun Ibnt. al-Qur'an telah menunjukkan betapa agama sangat menaruh perhatian yang mendalam dalam hal ini. Dalam al-Qur'an terdapat satu ayat yang tidak bisa dielakkan lagi pembahasan dan pembicaraannya karena keterkaitannya yang erat dengan cita ideal perkawinan adalah surat ar-Rum (30): 21, yang membahas di dalamnya tiga konsep ideal perkawinan yang tidak bisa dipisahkan dan merupakan tujuan setiap pasangan suami-isteri muslim, yaitu Sakinah, Mawaddah dan Rahmat. B. Deskripsi Konsep Sakinah Dalam Keluarga kata Sakinah yang merupakan derivasi dari kata Sakana bermakna T{uma'ninah, yang juga bisa diartikan dengan tenang.[14] Dari kata Sakana tersebut lahir juga kata Sukna dan Maskan yang berarti rumah atau tempat tinggal.[15] Kolaborasi sederhana dari rangkaitan kata-kata tersebut adalah Sakana as-Sakinu as-Sukna/al-Maskana Sakinatan yang artinya "seseorang itu telah mendiami sebuah rumah atau tempat tinggal dengan rasa tenang dan tenteram". Dalam al-Qur'an sendiri kata Sakinah dengan berbagai bentuk variannya seperti Li Taskunu, Tuskanu, Askantu, Yuskina dan yang lainnya terulang sejumlah 45 kali. Pembahasan kesatuan trilogy nilai ideal dalam keluarga Islam adalah berasal dari al-Qur'an surat ar-Rum (30): 21, yaitu: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". Dari ayat tersebut, memunculkan banyak penafsiran yang mencoba memahami bagaimana dan apa yang dimaksudkan dalam ayat tersebut. M.Quraish Shihab menjelaskan bahwasanya kata Taskunu terambil dari kata Sakana yang berarti diam atau tenang setelah sebelumnya ada goncangan dan kesibukan. Perkawinan melahirkan ketenangan batin, setiap pria atau wanita dilengkapi oleh Allah dengan alat kelamin yang tidak akan dapat berfungsi sempurna jika ia berdiri sendiri.. Perkawinan merupakan ikatan resmi yang mempersatukan. Keresmian ikatan tersebut mempunyai dampak psikis yang bersifat positif kepada banyak pihak, meskipun apabila dilihat dari luar sebenarnya yang lebih nampak dari ikatan tersebut adalah dampak yuridis dan sosiologisnya. Resminya ikatan tersebut memberikan kemantapan hati dan ketenangan pikiran pada diri masing-masing pasangan suamiisteri. Al-Qur'an telah mengindikasikan bagaimana selayaknya membangun pola hubungan antara anggota keluarga, misalnya tergambarkan dalam firman Allah: .1 Mereka (isteri-isteri kamu) adalah pakaian bagi kamu (suami-suami), dan juga kamu (suami-suami) adalah juga pakaian bagi mereka (isteri-isteri kamu).

Ayat lain yang juga secara konteksnya membahas dan membicarakan mengenai permasalahan keluarga adalah: \. .. "Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya ". C. Deskripsi Konsep Mawaddah Dalam Keluarga Mawaddah, yang berarti mencintai.[35] Dalam al-Qur'an sendiri kata ini dengan berbagai bentuk variannya telah terulang sebanyak 29 kali.[36] Dalam bahasa Indonesia kata ini sering diartikan dengan cinta dan kasih sayang. \ Salah satu upaya penting untuk menenteramkan batin diantara pasangan suami-isteri tersebut adalah dengan menyatukan tubuh masing-masing atau bersetubuh.Jika hubungan badan tidak disertai dengan hubungan jiwa maka besar peluangnya untuk tidak tercapai ketenteraman dan kasih sayang seperti yang dimaksudkan dalam tujuan sebuah perkawinan. Tanpa hubungan yang tulus antara jiwa dan badan tidak akan terciptakan ketenteraman dalam tatanan dan kehidupan rumah tangga bagi setiap pasangannya. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwasanya pemilik sifat ini menjadikannya tidak rela apabila pasangan atau mitra yang tertuang kepadanya rasa Mawaddah tersebut disentuh oleh orang lain atau merusaknya, meskipun dia sendiri memiliki perangai yang sangat kejam Dalam perkawinan kemungkinan akan terjadi riak-riak kecil yang bisa mengurangi harmonisasi kehidupan rumah tangga tersebut. Beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah:

1. Memberikan inzar atau peringatan sejak dini, baik terhadap tindakan suami atau isteri yang berpotensi akan membahayakan dan mengancam keutuhan rumah tangga. Tindakan preventif dan antisipatif ini dijelaskan dalam alQur'an: [50] "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". 2. Melalui wiqayah atau pemeliharaan. Yang dimaksud dengan wiqayah atau pemeliharaan adalah terhadap hal-hal baik dan positif dalam rumah tangga tersebut. Hal ini dilakukan supaya kehidupan rumah tangga tetap senang dan tenteram berjalan seusai dengan petunjuk agama dan keinginan setiap anggotanya. Serta terhindar dari berbagai percekcokan, sebagaimana dianjurkan dalam al-Qur'an: [51] "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". 3. Melalui amar atau saling mengingatkan untuk melaksanakan dan menunaikan perintah agama. Hanya dengan ketaatan dan keistiqamahan dalam menjalankan kewajiban dan perintah agama sajalah, tatanan keluarga dan kehidupan rumah tangga akan menjadi tenang. Sebagaimana dianjurkan dalam al-Qur'an: [52] "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". D. Deskripsi Konsep Rahmah Dalam Keluarga Kata Rahmah adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu Rahima-YarhamuRahmat yang berarti lembut, lunak atau juga bisa diartikan kasih sayang. Kata ini bisa juga dimaknai dengan Riqqah yang berarti juga lemah lembut, lunak serta kasih saying. Dalam kaitannya dengan al-Qur'an surat ar-Rum (30): 21, kata ini telah melahirkan berragam bentuk penafsiran dari kalangan penafsir Departemen Agama Republik Indonesia menjelaskan bahwasanya "Rahmah" adalah berarti "anak", hal ini dikarenakan kata "Mawaddah" adalah merupakan kata ganti dari kata "Nikah" dengan arti bersetubuh dan bersenggama. Dengan kata lain kata "Rahmah" apabila dikaitkan dengan adanya Rahmat Tuhan dalam sebuah

perkawinan, maka berarti lahirnya anak yang sah dan lahir dari persetubuhan baca: nikah yang sah pula. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwasanya tahapan "Rahmah" dalam perkawinan menurutnya adalah bersamaan dengan lahir, tumbuh-kembang dan menjadi dewasa si anak atau ketika pasangan ini telah mencapai usia lanjut. Abu alHasan 'Ali Ibn Ahmad al-Wahidi an-Nisaburi menjelaskan bahwasanya dengan terjalinya rasa Mawaddah dan Rahmah dalam kehidupan keluarga tersebut tidak lain adalah merupakan sebuah tujuan agar keduanya teringat bahwasanya tidak ada lagi sesuatu yang paling dibutuhkan dan diharapkan dari keduanya untuk masing-masing pasangannya, selain rasa saling sayang menyayangi dan mencintai diantara mereka berdua dalam upaya membentuk tatanan keluarga yang harmonis Kalau kita perhatikan dengan seksama, maka dapatlah kita temukan bahwasanya beberapa ayat yang juga menggunakan term "Rahmat" dalam redaksinya menjelaskan bahwasannya kata "Rahmat" dan sejenisnya adalah memiliki sebuah keunikan tersendiri, yaitu adanya campur tangan Tuhan dalam realisasi rahmat tersebut. Bahwasanya ada dan tidaknya "Rahmat" dalam kehidupan manusia adalah tergantung pada usaha keras yang dilakukannya, sedangkan hasilnya dikembalikan lagi kepada Tuhan. E. Peran Keluarga Muslim dalam Kehidupan Modern Institusi keluarga merupakan inti masyarakat, peran-peran sosial, ekonomi, budaya, politik, dan keagamaan terakomodir dalam kehidupan keluarga. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektuil manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Keluarga memiliki peran ganda, baik sebagai produsen sekaligus konsumen yang selanjutnya harus menyediakan dan mempersiapkan segala kebutuhan sandang, pangan dan papan. Era globalisasi adalah era kompetisi dan persaingan yang melibatkan seluruh unsur kehidupan. Dalam sektor kebudayaan persaingan tersebut terwujud dalam persaingan kebudayaan nasional dengan kebudayaan global yang sedikit demi sedikit mulai memainkan perannya dalam mempengaruhi dan merubah budaya lokal yang mencerminkan nilai kharismatik sebuah bangsa dan negara. Persaingan kebudayaan itu menjadi sangat menarik tetapi sekaligus juga memprihatinkan karena dua hal: 1. Persaingan tersebut terjadi dalam kondisi yang sangat timpang. Kebudayaan global dalam persaingannya didukung oleh suatu perangkat teknologi yang sangat canggih dan teerorganisir sementara kebudayaan lokal tidaklah memiliki perangkat teknologi serta didukung oleh kekuatan yang teeroganisir secara kuat pula. 2. Akibat dari adanya persaingan budaya yang timpang tersebut kemudian melahirkan semacam kekhawatiran akan sebuah masa, dimana tibalah saatnya budaya nasional dan lokal suatu bangsa khususnya bangsa-bangsa yang sedang berkembang akan terkikis dan tenggelam ditengah arus gelombang budaya yang berakibat pada hilangnya jati diri suatu bangsa itu sendiri.

Dalam konteks persaingan yang timpang inilah peranan keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan suatu bangsa sangatlah krusial sekali adanya. Keluarga dalam hal ini akan menjadi benteng terakhir dari budaya nasional dalam menghadapi serangan dari budaya global tersebut Kemajuan teknologi yang demikian pesat, dapat berdampak positif dan negative. Hal ini yang menjadikan teman dan pesaing orang tua dalam mendidik anaknya juga semakin bertambah, sebab lingkungan yang ada sudah tidak lagi bersifat mendukung dan penguat pesan dan nilai yang ditanamkan oleh orang tua, akan tetapi juga menjadi peghambat dan pengganggu penerimaan pesan dan nilai tersebut Menilik kembali kepada keberadaan keluarga sebagai bagian dari masyarakat yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya masyarakat dan bangsa. . Berawal dari keberadaan keluarga sebagai pembangkit dan penyalur arus yang kuat atas kehidupan berbangsa dan bernegara, maka visi dan misi yang harus dibangun oleh sebuah keluarga dalam hal ini adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kaitannya dengan Indonesia hal ini tidak lain adalah untuk menyiapkan keluarga, penduduk, masyarakat yang maju, mandiri dan berketahanan agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Dengan demikian keberadaanya adalah sangat besar pengaruhnya bagi bangun dan runtuhnya suatu masyarakat. Al-Usratu Imad al-Bilad bi ha Tahya wa bi ha Tamut. Dari pernyataan tersebut maka akan dijelaskan fungsi dan peran keluarga Islam dalam kehidupan sekarang ini, sehingga slogan Al-Usratu Imad al-Bilad bi ha Tahya wa bi ha Tamut memang benar adanya. Diantara fungsi-fungsi yang bisa penyusun sebutkan dalam hal ini adalah: 1. Fungsi Biologis Pernikahan merupakan satu-satunya aturan yang dengannya dihalalkan bagi seorang laki-laki dan wanita untuk melakukan hubungan biologis dalam rangka menyalurkan hasrat seksualnya. Hal ini dikarenakan hasrat seksual tersebut merupakan karunia Tuhan bagi setiap umat-Nya. ... "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading..". Ayat ini telah menjelaskan betapa Alah telah menjadikan indah ke dalam diri setiap manusia akan rasa cinta terhadap hal sulit untuk dibendung, seperti terhadap wanita, anak laki-laki, dan beragam harta yang. Kecintaan terhadap materi di atas sebagaimana digambarkan dalam ayat tersebut adalah fitrah yang diberikan Tuhan kepada manusia, sejak kelahirannya. Disebutkan dalam al-Qur'an, bahkan sampai dengan urusan penyaluran hasrat biologis individu terhadap pasangannya. ...

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari di bulan puasa untuk bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.". Maksud dari ayat ini adalah, seyogyanya sepasang suami-isteri bersikap saling melengkapi, menutupi dan menjaga masing-masing pihak, selayaknya fungsi pakaian. Hal ini tidak saja berlaku dalam kehidupan lahiriah, tetapi juga dalam kehidupan batiniah, termasuk juga dalam hal hubungan seksual diantara keduanya. Penggabungan aspek penyaluran seksualitas kepada pasangannya yang sah dengan aspek moralitas yang sangat kental nuansa religiusnya yaitu ketaqwaan kepada Tuhan, tidak lain adalah sebagai wujud penghormatan ajaran Islam kepada manusia sebagai makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah. 2. Fungsi Edukatif Pendidikan dalam lingkungan keluarga adalah sangat penting. Ada satu ayat yang juga biasa digunakan untuk berdo'a, khususnya harapan ideal dari seorang pasangan suami-isteri bagi pasangannya dan juga anak yang dihasilkannya. [93] "Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istriistri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". Dalam hal ini al-Qur'an telah mengisyaratkan dalam surat Luqman (31): 12-19, sehingga gambaran bagaimana pendidikan bagi anak-anak dalam prespektif Islam itu bisa digariskan dan dilaksanakan. a

You might also like