You are on page 1of 35

PERATURAN BARIS-BERBARIS Skep. Menhankam/Pangab No.

611/X/1985 MATERI PERATURAN BARIS BERBARIS Dikutip dari SK PANGAB 611/X/1985 Tretanggal 08 Oktober 1985 BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 PENGERTIAN

Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Pasal 2 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. 2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut dengan sempurna. 3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan se rta ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas. 4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas in dividu yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri. 5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak ya ng mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.

Pasal 3 Ketentuan Khusus

1. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta senantiasa menegakkan peraturan tersebut. 2. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan mampu melatihnya. 3. Semua warga Angkatan Bersenjata baik Perwira, Bintara atau Tamtama wajib melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris-berbaris ini.

Pasal 4 KEWAJIBAN PELATIH 1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hany a karena tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. 2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok sebagai berikut: a. Rasa kasih sayang Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik. b. Persiapan Persiapan yang baik adalah jaminan berhasilnya latihan yang dikehendaki, oleh karena itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu mengenai apa yang akan dilatih, pembagian waktu, alat-alat, tempat dan sebagainya. c. Mengenal tingkatan anak didik Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode melatih tersendiri, oleh karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia terlebih dahulu me nilainya. d. Tidak sombong Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan, melainkan wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan,

sehingga dapat dimiliki oleh anak didik. e. Adil Selalu dapat memelihara adanya keseimbangan dalam segala hal dengan cara memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membedabedakan satu dengan lainnya. f. Teliti Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuanketentuan sesuai dengan semestinya, sebaliknya tidak puas dengan pelaksanaan yang setengah-setengah. g. Sederhana Untuk tidak mempesulit anak didik perlu diusahakan kalimat maupun katakata yang mudah dimengerti. Pelatih bertindak seperlunya sesuai dengan apa yang dituntutnya. 3. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai kebiasaan atau kepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh karenanya hendaklah selalu diperhatikan jangan terlalu bercerita, melainkan teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya. catatan: a. Guna mencegah terganggunya/rusaknya suasana pada saat-saat banyak memberikan aba-aba dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam memberikan aba-aba, maka para komandan/pemimpin pasukan agar diberi latihan teratur (tiap hari).

b. Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan perhatian/mengawasi ketentuan mengenai pandangan mata. c. Banyak melatih barisan dalam bentuk saf maju jalan untuk membiasakan pada wak tu defile dan parade.

Pasal 5 ABA-ABA

1. Pengertian Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut. 2. Macam aba-aba Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan: a. Aba-aba petunjuk Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan/pelaksanaan. contoh: 1. Untuk perhatian 2. Untuk istirahat Istirahat di tempat = GERAK Bubar = JALAN

3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan pasukan: Pleton II Siap = GERAK

4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi 5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian

penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi contoh: a. Kepada kepala sekolah Hormat = GERAK Hormat = GERAK

b. Kepada kepala kantor wilayah

b. Aba-aba peringatan Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Contoh: 1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN 2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT

Aba-aba pelaksanaan Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut. Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah: 1. GERAK 2. JALAN 3. MULAI GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti.

contoh: 1. Jalan di tempat = GERAK 2. Siap = GERAK 3. Hormat kanan = GERAK 4. Hormat = GERAK

JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.

contoh: 1. Haluan kanan/kiri = JALAN 2. Dua langkah ke depan = JALAN 3. Tiga langkah ke kiri = JALAN 4. Satu langkah ke belakang = JALAN catatan: Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU

contoh: 1. Maju = JALAN 2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN 3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN

MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.

contoh: 1. Hitung = MULAI 2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI 3. Cara menulis aba-aba: a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil, atau semuanya huruf besar. b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau semuanya huruf besar. c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar. d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat. e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma.

4. Cara memberi aba-aba:

a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam keadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan. b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, makapadasaat memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan.

contoh :Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan kepada Pembina upaca ra : Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba pemimpin upacara/D anup menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil melakukan gerakan penghormata n bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam sikap sedang memberi hormat Pemimpin upacara/Danu p memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin upacara/Da nup bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapan

gan upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin upacara/Dan up tidak menghadap pasukan. d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedan g berjalan atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepata n dengan jatuhnya salah satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan d engan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan 3 langkah pada waktu berlari. e. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan de ngan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudia n berhenti atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan. f. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat. g. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada. h. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan cara yang di hentakkan . i. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela abaaba pelaksanaan. j. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah ulangi Contoh : Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara Hormat =GERAK. Gerakan y ang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan pe tunjuk-petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU, IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS Pasal 6 CARA MELATIH BERHIMPUN 1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba: Berhimpun = MULAI 2. Pelaksanaan:

a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan me nghadap kepada yang memberi aba-aba. b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari, selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia berada dengan jarak 3 langkah. c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat. d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.

e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali, tidak menyampaikan penghormatan.

3. Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua anggota datang si depan komandan/pemimin dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah (lihat gambar). O OOO OOOO OOOO O+O O 3 Langkah

Catatan: Bentuknya mengikat, hanya jumlah saf tidak mengikat

Pasal 7 CARA MELATIH BERKUMPUL

1. Komandan/pelatih/pemimpin menunjuk seorang anggota untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya, orang ini dinamakan penjuru. 2. Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah: Sdr. Hartono sebagai penjuru (bila penjuru bernama Hartono). 3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang memberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sebagai berikut: Hartono sebagai penjuru . 4. Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat komandan /pelatih/ pemimpin yang memberi perintah. 5. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju tempat komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak kiri senjata. 6. Pada waktu aba-aba peringatan Bersaf/Berbanjar Kumpul il sikap sempurna dan menghadap penuh pada komandan/ pelatih/pemimpin. 7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap lari , selanjutnya penjuru memberi isyarat LURUSKAN , anggota secara berturut-turut melu ruskan diri. 8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di samping kiri/belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri. 9. Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut: Meluruskan len gan ke samping dengan tangan kanan digenggam, punggung tanganmenghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang -orang yang di sebelah kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul meli hat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat deng an perkataan LURUS . Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain sere ntak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali ke sikap sempurna. Bi la bersenjata, maka senjata di pundak kiri dan ditegakkan serentak. 10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut: Meluruskan lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung tangan menghadap keatas dan mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang banjar kanan me lihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan LURUS , pada isyarat ini serentak menurunka lengan kanan dan kembali ke sikap sempurna. 11. Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian maka anggota lain mengamb Siap

dengan serentak tegak senjata. Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau berban jar tiga, kalau kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam bentukberbanjar. 12. Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 8 CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN

1. Apabila pelatih memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya,terlebih dahulu ia memanggil orang itu ke luar barisan dan memberikan perintahnya apabil a orang tersebut telah berdiri dalam sikap sempurna. Orang yang menerima perinta h ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakannya dan mengerjakan perintah itu dengan bersemangat.

Tata cara keluar barisan: a. Bila keluar bersaf: 1) Untuk saf depan, tidak perlu balik, tetapi langsung menuju arah yang memanggil. 2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil. 3) Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun kiri, tanpa balik kanan langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).

b. Bila pasukan berbanjar: 1) Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju arah yang memanggil. 2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil.

c. Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila anggota dipanggil sedang dalam barisan sebagai berikut: 1) Komandan/pelatih/pemimpin memanggil: Ahmad tampil ke depan

setelah selesai dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan kata-kata Siap Ahmad Tampil ke depan , kemudian keluar barisan sesuai dengan tata cara keluar barisan. 2) KemudianmenghormatsesuaiPPM,setelahselesai menghormatmengucapkan kata-kata: Lapor, siap menghadap . Selanjutnya menunggu perintah. 3) Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut. Contoh: Berikan aba-aba di tempat . Selanjutnya melaksanakan perintahyangdiberikanolehkomandan/pelatih/pemimpin (memberikan aba-aba di tempat). 4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap 6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan mengucapkan kata-kata: Memberikan aba-aba di tempat telah

dilaksanakan, Laporan selesai . 5) Setelah mendapat perintah Kembali ke tempat , anggota tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke tempat.

2. Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya, maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dengan cara mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan dibuka, jari-jari dirapatkan).

Contoh: Anggota yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan. komandan/pelatih/pemimpin bertanya: Ada apa?

Anggota menjawab: ke belakang komandan/pelatih/ pemimpin memutuskan: Baik, lima men it kembali Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi: Lima menit kembali

3. Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya. 4. Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap 6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan sebagai berikut: Lapor, Ke belakang selesai Laporan selesai . Setelah ada

perintah dari komandan/pelatih/pemimpin Masuk barisan maka orang tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan kembali ke barisannya pada kedudukan semula.

Pasal 9 CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN

1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesua d engan petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan dises uaikan dengan gaya Langkah Biasa . 2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan kak i, lalu tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan .

Pasal 10 TATA CARA PENGHORMATAN

1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telahtercan tum dalam pasal 5 PPM/AB. 2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan latiha n-latihan sebagai berikut: a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan berhenti/berdiri. 1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U. 2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala. 3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk d

engan jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.

4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang menunjuk dan kembali bersikap sempurna yang akhirnya menggantikan gerakan menunjuk itu dengan seluruh telapak tangan terbuka.

b. Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri 1) Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan untuk memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan. 2) Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan.

c. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan berjalan. Anggota-anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah kanan ke kiri, atau sebaliknya melalui depan pelatih sambil memberi hormat.

d. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata, satu dan lainnya dalam keadaan berjalan. 1) Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan A di sebelah barat sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan. 2) Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan seterusnya berjalan berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap anggota. 3) Tiap-tiap anggota pasukan B yang berpapasan dengan anggota pasukan A memberikan penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan. 4) Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan pelatih memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan.

e. Penghormatan pasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan berjalan.

1) Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi atasan untuk diberi penghormatan oleh pasukan. 2) Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan. 3) Pasukan bergerak dengan langkah biasa dan pada jarak tertentu sebelum memberikan penghormatan melakukan gerakan Langkah tegap . 4) Pada aba-aba Hormat kanan/kiri = GERAK maka dilakukan gerakan-

gerakan sebagai berikut: a) Danton/pemimpinpasukanbersamapasukanmemberi penghormatan seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal 5 ayat 2a PPM) pasukan memalingkan kepala dengan batas 45 kepada pelatih. b) Pelatih membalas penghormatan. c. Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba Tegak =

GERAK . Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan kepala kembali serentak dan kedua tangan dilenggangkan dengan tetap langkah tegap. d) Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN. BAB II GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA GERAKAN DASAR

Pasal 11 SIKAP SEMPURNA

Aba-aba: Siap = GERAK Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kak i merupakan sudut 45, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas ke dua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang

sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu jari menghadap ke depan, mulut ditutup, mata memandang lurus ke depan,bernapas s ewajarnya.

Pasal 12 ISTIRAHAT

Aba-aba: Istirahat Pelaksanaan:

di

tempat = GERAK

1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (30 cm). 2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak. Catatan: a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapian istirahat dilakukan atas aba-aba Parade Istirahat di tempat = GERAK.

Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke atas sedikit, tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan. b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu amanat atau sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba: Untuk p erhatian Istirahat di tempat = GERAK . Pelaksanaan sama dengan tersebut dalam titi k a, dan pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/ amanat/sambutan.

Pasal 13 PERIKSA KERAPIHAN

Aba-aba: Periksa kerapihan = MULAI 1. Tanpa senjata: a) Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai angg ota pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat

(pasal 12). b) Pelaksanaan: 1) Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna. 2) Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan masing-masi ng, mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari bawah (ujung kaki ke a tas sampai ke tutup kepala). 3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan mengambil sikap semp urna (pasal 11). 4) Setelah Pelatih/danpas/pemimpin pasukan melihat semua pasukannya sudah selesa i (sudah dalam keadaan sikap sempurna) maka Pelatih/danpas/pemimpin pasukan memb eri aba-aba = SELESAI. 5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12).

2. Bersenjata (khusus ABRI).

Pasal 14 BERKUMPUL

Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang tidak memungkinkan. 1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI. Pelaksanaan: a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan menunjuk salah seorang sebagai penjuru. b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan: Siap Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)

c. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah pada jarak 4 langkah di depan kom andan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah. d. Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikap

sempurna dan menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah. e. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan Luruskan .

f. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya sampai ke penjuru kanan, mata penjuru melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru mengucapkan Lurus . Pada isyarat ini penjuru

melihat ke depan yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat kedepan dan kembali sikap sempurna.

2. Berkumpul berbanjar. Aba-aba: Banjar Pelaksanaan: a. Sama dengan pasal 14 sub a s.d. d

Kumpul = MULAI.

b. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke belakang penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan Luruskan . c. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke depan, tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yan g ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. setelah orang paling belakang/ba njar kanan paling belakang melihat barisannya lurus maka ia memberi isyarat deng an mengucapkan Lurus . Pada isyarat ini seluruh anggota yang di banjar kanan serent ak menurunkan lengan kanan dan kembali sikap sempurna.

Pasal 15 LENCANG KANAN/KIRI

1. Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf) Aba-aba: Lencang kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan: Gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua meng angkat lengan kanan/kiri ke samping kanan/kiri, jari-jari tangan kanan/kiri meng genggam, punggung tangan menghadap ke atas. Bersamaan dengan ini kepala dipaling kan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiri tetap menghad ap ke depan. Masing-masing meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang yang ada di sebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya. Jarak ke samping harus sedemikian rupa, hingga masing-masing jari menyentuh bahu kiri orang yang ada di sebelah kanannya. Kalau lencang kiri maka masing-masing tangan kirinya me nyentuh bahu kanan orang yang berada di sebelah kirinya. Penjuru kanan/kiri tida k berubah tempat. Catatan: a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingka n muka ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkattangan. Penjuru pada saf ten gah dan belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan ditambah dua kep al dan setelah lurusmenurunkan tangan. Setelah masing-masing anggota berdiri lur us dalam barisan, maka semuanya berdiri di tempatnya dan kepala tetap dipalingka n ke kanan/kiri. Semua gerakan dikerjakan dengan badan tegak seperti dalam sikap sempurna. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua anggota dengan serentak menurunkan leng an dan memalingkan muka kembali ke depan dberdiri dalam sikap sempurna. b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/ pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari sebe lah kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan uj ung depan sepatu).

2. Setengah lencang kanan/kiri Aba-aba: Setengah lengan lencang kanan = GERAK Pelaksanaan: Seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak pingg ang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelah kanan/kirinya, p ergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rap at satu sama lainnya di sebelah depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sem purna

3. Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar) Aba-aba: Lencang depan = GERAK

Pelaksanaan:

Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf depan mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.Anggota-anggota yang ad a di banjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat tangan.

Pasal 16 BERHITUNG Aba-aba: Hitung = MULAI Pelaksanaan: Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, sedang kan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba- aba pela ksanaan, berturut-turut tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, maka pada aba-aba peri ngatan semua pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan tiap p asukan mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang menyebutkan nom ornya masing-masing, penyebutan nomor diucapkan penuh.

Pasal 17 PERUBAHAN ARAH 1. Hadap Kanan/Kiri Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK Pelaksanaan: a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/ kanan berada di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan. b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90. c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan s ikap sempurna.

2. Hadap serong kanan/kiri Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri = GERAK Pelaksanaan:

a. Kaki kanan/kiri diajukan ke muka berjajar dengan kaki kiri/kanan b. Berputar arah 45 ke kanan/kiri c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.

3. Balik kanan Aba-aba: Balik kanan = GERAK Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap ka nan) di depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek kana n 180. Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan.

Pasal 18 MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN

1. Buka barisan Aba-aba: Buka barisan = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

2. Tutup barisan Aba-aba: Tutup barisan = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

Pasal 19 BUBAR

Aba-aba: Bubar = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba tiap pasukan menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah dibalas kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan balik kanan dan setelah menghitu ng dua hitungan dalam hati, melaksanakan gerakan seperti langkah pertama dalam g erakan maju jalan, selanjutnya bubar menuju tempat masing-masing.

BAB III GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA GERAKAN BERJALAN

Pasal 20 PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut: No Macam langkah Panjang Tempo 1 Langkah biasa 65 cm 110 tiap menit 2 Langkah tegap 65 cm 110 tiap menit 3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit 4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit 5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit 6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit 7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit

Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebu t satu langkah, maka panjangnya 70 cm.

Pasal 21 MAJU JALAN Dari sikap sempurna Aba-aba: Maju = JALAN Pelaksanaan: a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak ka ki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi 20 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa. b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90, lengan kiri ke belakang 30 ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus dilenggangkan ke depan 45 dan ke belakang 30, banjar kanan depan mengambil dua titik yang terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher. Dilarang keras: - Berbicara - Melihat ke kiri atau kanan Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.

Pasal 22 LANGKAH BIASA

1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna. Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan. 2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan

sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45 dan ke be lakang 30. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari me nghadap ke atas. 3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama langkah (untuk kendali kesamaan langkah).

Pasal 23 LANGKAH TEGAP

1. Dari sikap sempurna Aba-aba: Langkah tegap Pelaksanaan: Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar satu langkah, selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki dihentakkan terus-menerus tetapi tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejaja r dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke samping luar, i bu jari tangan menghadap ke atas, lenggang lengan 90 ke depan dan 30 ke belakang. maju = JALAN

2. Dari langkah biasa Aba-aba: Langkah tegap = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah selanjutnya berjalan langkah tegap.

3. Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan) Aba-aba: Langkah biasa = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanahdita mbah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan selanjutnya berjalan langkah biasa. Catatan:

Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan: Langkah tegap atau Langkah biasa = JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata ma ju). Pasal 24 LANGKAH PERLAHAN

1. Untuk berkabung (mengantar jenazah). Aba-aba: Langkah perlahan Maju = JALAN Pelaksanaan: a. Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna b. Pada aba-aba JALAN kaki kiri dilangkahkan ke depan, kaki kiri ditarik ke depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditapakkan di depan kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak segera disusul dengan kaki kanan ditari ke depan dan ditahan sebentar di mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan di depan kaki kiri. c. Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.

Catatan: a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudi an mulai berjalan dengan langkah perlahan. b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkanrata-rata u ntuk lebih khidmat. 2. Berhenti dari langkah perlahan Aba-aba: Henti GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada ka ki kanan atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.

Pasal 25 LANGKAH KE SAMPING

Aba-aba: Langkah ke kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke kanan/kiri sepanjang 40 cm. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kiri/kanan, sikap akan teta p seperti pada sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat la ngkah.

Pasal 26 LANGKAH KE BELAKANG

Aba-aba: Langkah ke belakang = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke belakang mulai dengan kaki kiri menurut pa njangnya langkah dan sesuai tempo yang telah ditentukan (pasal 20),menurut jumla h langkah yang diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan s eperti dalam sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, hanya boleh dilakukan empat lan gk

Pasal 27 LANGKAH KE DEPAN

Aba-aba: Langkah ke depan = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke depan mulai dengan kaki kiri menurut panja ngn langkah 60 cm dan tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah yang d iperintahkan. Gerakan kaki seperti kaki langkah tegap (pasal 23) dan dihentakkan terus-menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap seperti sikap sempurn a. Sebanyak-banyaknya, boleh dilakukan empat langkah. Pasal 28 LANGKAH DI WAKTU LARI

1. Dari sikap sempurna Aba-aba: Lari Maju = JALAN

Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan diping gang sebelah depan, dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang, badan agak condongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan dimulai l ari dengan panjang langkah 80 cm dan tempo langkah 165tiap menit dengan cara kak i diangkat secukupnya, telapak kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebi h dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.

2. Dari langkah biasa Aba-aba: Lari = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan aba-aba peringatan (pasal 28 ayat 1). Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah . Kemudian ditambah satu langkah. selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada .

3. Kembali ke langkah biasa Aba-aba: Langkah biasa = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah ditambah 3 lan gkah, kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri dihentakk an, bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan.

Catatan: Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK. Aba=aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.

Pasal 29 LANGKAH MERDEKA

1. Dari langkah biasa Aba-aba: Langkah merdeka = JALAN

Pelaksanaan: Anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan panjang, macam, dan tempo langkah. Ataas pertimbangn komandan, anggota dapat diizinkan untuk berbuat sesua tu yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan men ghapus keringat).

Catatan: Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar kota atau lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan barisan.

2. Kembali ke langkah biasa Untuk melakukan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk samakan langkah. Setelah langkah sama, komandan dapat memberikan aba-aba peringatan dan pelaksanaan. Aba-aba: Langkah biasa = JALAN

Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah kemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan.

Pasal 30 GANTI LANGKAH

Aba-aba: Ganti langkah = JALAN Pelaksanaan: Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba pelaksanaan dibe rikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah. Sesudah i tu ujung kaki kanan atau kiri yang sedang di belakang dirapatkan kepada tumit ka

ki sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. La ngkah pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam sa tu hitungan.

Pasal 31 JALAN DI TEMPAT

1. Dari sikap sempurna Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK Pelaksanaan: Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut bergantian diangkat setinggi paha ratarata (horisontal), ujung kaki menuju bawah dan tempo langkah sesuai dengan tempo langkah biasa. Badan tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan tetap lurus dirapatkan pada badan (tidak dilenggangkan).

2. Dari langkah biasa Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah.kem udian ditambah satu langkah, selanjutnya di mulai dengan kaki kanan/kiriberjalan di tempat, selanjutnya gerakan di tempat.

3. Dari jalan di tempat ke langkah biasa Aba-aba: Maju = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah, kemudian dita mbah satu langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan kaki kiri sa tu langkah ke depan dan selanjutnya berjalan langkah biasa.

4. Dari jalan di tempat ke berhenti Aba-aba: Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tanah lalu dit

ambah satu langkah. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan menur ut irama langkah biasa mengambil sikap sempurna. Pasal 32 BERHENTI

Aba-aba: Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna.

Pasal 33 HORMAT KANAN/KIRI

1. Gerakan hormat kanan/kiri Aba-aba: Hormat kanan/kiri = GERAK Pelaksanaan: Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan langkah tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi hormat sampai hingga ada aba-aba Tegak = GERAK . Penju ru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah. Setelah arah pandang an yang diberi hormat mencapai sudut 45 dari pada pandangan lurus ke depan, maka kepala dan pandangan mata tetap pada arah tersebut hingga dapat aba-aba Tegak = G ERAK . Catatan: Pada saat penghormatan apabila bersenjata/pundak bersenjata, tangan kanan tetap melenggang. Apabila tidak bersenjata, lengan kiri tidak melenggang tangan kanan menyampaikan penghormatan. 2. Gerakan selesai menghormat Aba-aba: Tegak = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah. Setelah dita mbah satu langkah, lengan dilenggangkan (kembali langkah tegap)

Pasal 34

PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Hadap kanan/kiri Pelaksanaan: Membuat gerakan hadap kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidakdira patkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan. Maju = JALAN

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Pelaksanaan: Membuat gerakan hadap serong kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan. Maju = JALAN

3. Ke balik kanan maju jalan Aba-aba: Balik kanan Pelaksanaan: Membuat gerakan Balik kanan. Gerakan selanjutnya pada hitungan ketiga mulai mela ngkah dengan kaki kiri dan dilanjutkan dengan langkah biasa. Maju = JALAN

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Belok kanan/kiri Pelaksanaan: Penjuru depan merubah arah 90 ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah Tertentu. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini setibanya pada tempat be lokan tersebut (tempat penjuru berbelok). Catatan: Aba-aba dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN dan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN. Maju = JALAN

Pasal 35 PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Hadap kanan/kiri Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada pasal 34 ayat 1. Maju = JALAN

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada pasal 34 ayat 2. Maju = JALAN

3. Ke balik kanan maju jalan Aba-aba: Balik kanan Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke d epan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar kekanan s ebesar 180, kaki kiri dihentakkan seperti langkah pertama, selanjutnyaberjalan se perti langkah biasa. Maju = JALAN

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan Aba-aba: Belok kanan/kiri Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, kemudian penjuru depan merubah arah 90 ke kanan/k iri dan mulai berjalan ke arah yang baru. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gera kan ini setibanya pada tempat belokan tersebut (tempat penjuruberbelok). Maju = JALAN

Catatan: a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN Pelaksanaan: Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi. b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN. Pelaksanaan: Seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan diberikan. Perubahan arah kiri 180. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna membelokkan pasukan di ruang/lapangan yang sempit.

Pasal 36 PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI

1. Ke hadap kanan/kiri berhenti Aba-aba: Hadap kanan/kiri Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudi an ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap kanan/kir i

2. Ke hadap serong kanan/kiri berhenti Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudi an ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap serong kanan/kiri.

3. Ke balik kanan berhenti Aba-aba: Balik kanan Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambahkan satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan dip utar ke kanan sebesar 180, selanjutnya kaki kiri dirapatkan dengan kaki kanan (si kap sempurna).

Pasal 37 PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI

Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan perbedaan bukan ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.

Pasal 38 HALUAN KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.

1. Berhenti ke berhenti Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memuta r arah secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90. Bersamaan dengan itu mas ing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil me luruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90, kemudian berjalan di tempat. Sete lah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus memberi isyarat: Lurus , kemudian komandan memberi aba-aba: Henti = GERAK , yang diucapkan pada waktu kaki kiri/kana n jatuh di tanah. Setelah ditambahkan satu langkah kemudian seluruh pasukan berh enti.

2. Berhenti ke berjalan Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN Pelaksanaan: Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba Maju = JALAN , pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah biasa. Catatan: Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan Maju =JALAN pasukan tidak berhenti dulu). (

3. Berjalan ke berhenti Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah sa tu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti.

4. Berjalan ke berjalan Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kana n/kiri dari berhenti ke berjalan. Catatan: Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.

Pasal 39 MELINTANG KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dalam arah tetap.

1. Berhenti ke berhenti Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan Hadap kanan/kiri , kemudian barisan m embuat gerakan Haluan kiri/kanan dari berhenti ke berhenti.

2. Berjalan ke berjalan Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan melakukan gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. Kemudian sete lah diberi aba-aba Maju = JALAN , barisan melakukan gerakan Maju = JALAN .

Catatan: Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maj u = JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berhenti ke berjalan Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba JALAN , barisan melakukan gerakan Maju = JALAN . Maju =

Catatan: Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maj u = JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu)

You might also like