You are on page 1of 10

1. Jelaskan pengertian filsafat !

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa indonesia merupakan kata serapan dari bahasa arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".

Kata filosofi yang dipungut dari bahas Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "falsafah" itu kira-kira merupakan studi tentang arti dan berlakunya kepercayaan atau pengetahuan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. 2. Jelaskan pengertian filsafat pancasila ! Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.P e m b a h a s a n f i l s a f a t d a p a t d i l a k u k a n s e c a r a d e d u k t i f , y a k n i d e n gan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secar a s i s t e m a t i s m e n j a d i k e u t u h a n pandangan yang komprehensif. Pembahasan filsafat dapat juga dilakukan secara induktif, yakni dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, memrefleksikannya, dan menarik hati dan makna yang hakiki dari gejalagejala itu. Dengan demikian, kedua cara itu memberikan hasil yang dapat disajikan sebagai bahan-bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip normatif.yang berlaku bagi negara Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

3. Sebagai suatu system filsafat, sila-sila Pancasila memiliki kesatuan yang utuh dan bulat. Jelaskan dengan skema yang menggambarkan hal tersebut ! Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, dan 5; Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3,4, dan 5; Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5; Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, dan mendasari dan menjiwai sila 5; Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4. Inti sila-sila Pancasila meliputi: Tuhan, yaitu sebagai kausa prima. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri. Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara, harus bekerja sama dan gotong royong. Adil,yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya. Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat diannggap mencakup kesemestaan. 4. Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia. Jelaskan yang dimaksud ! Dalam upaya untuk membahas dan memahami Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang memerlukan klarifikasi lebih dahulu, agar memudahkan dalam usaha implementasinya dalam kehidupan nyata. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama perlu difahami dan dibahas makna jatidiri, apakah jatidiri itu, apakah suatu bangsa memerlukan jatidiri untuk melestarikan existensinya. Apa kedudukan jatidiri bagi suatu bangsa. Bagaimana suatu bangsa yang tidak memiliki suatu jatidiri. Masalah yang kedua adalah menyangkut persoalan bangsa, apakah pada era globalisasi ini masih pada tempatnya untuk membicarakan peran dan kedudukan bangsa dalam percaturan global yang berindikasi tak bermaknanya batas-batas antar negara. Ada pihakpihak yang mengatakan bahwa dengan globalisasi ini berakhirlah peran dan kedudukan negara bangsa. Apakah bangsa Indonesia perlu tetap exist dalam menghadapi era globalisasi ini. Masalah ketiga adalah menyangkut Pancasila itu sendiri. Benarkah Pancasila sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Apakah Pancasila ini bukan hanya sekedar suatu rekayasa politik yang tidak memenuhi syarat bagi suatu jatidiri. Prinsip dasar dan nilai dasar mana saja yang terdapat dalam Pancasila.

Masalah terakhir adalah bagaimana implementasi Pancasila ini dalam kehidupan yang nyata. Kalau Pancasila memang merupakan jatidiri bangsa Indonesia, seharusnya telah ada dalam kehidupan yang nyata dalam masyarakat. Mengapa masih memerlukan sosialisasi. B. Jatidiri Jatidiri yang merupakan terjemahan identity adalah suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain. Kualitas yang menggambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud. Jatidiri akan mempribadi dalam diri individu atau entitas yang akan selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu dalam menghadapi setiap permasalahan. Dalam mengadakan reaksi terhadap suatu stimulus, individu tidak secara otomatis mengadakan respons terhadap stimulus tersebut, tetapi organisme atau individu yang bersangkutan memberikan warna bagaimana respons yang akan diambilnya. Setiap organisme memiliki corak yang berbeda dalam mengadakan respons terhadap stimulus yang sama. Hal ini disebabkan oleh jatidiri yang dimiliki setiap organisme, individu atau entitas, meskipun dapat saja respons ini disadari atau tidak. Meskipun diakui dalam perjalanan hidupnya suatu individu dalam menghadapi permasalahan mengalami perkembangan dan perubahan dalam mengadakan reaksi terhadap suatu permasalahan yang berulang, tetapi pada hakikatnya selalu bersendi pada kualitas dasar yang telah mempribadi, yang menjadi jatidiri individu dimaksud. Adanya jatidiri pada suatu individu, khususnya manusia, memang merupakan karunia Tuhan. Suatu bukti menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki ciri khusus secara fisik dalam bentuk sidik jari, dan DNA . Sehingga dianggap wajar dalam segi mental manusia juga memiliki ciri khusus yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sehingga mendudukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabat dengan setara, dan menghormati jatidiri manusia merupakan suatu tindakan moral terpuji. Dengan memiliki jatidiri dan menerapkan secara konsisten, seseorang tidak akan mudah terombang-ambing oleh gejolak yang menerpanya. Ia memiliki harga diri, dan kepercayaan diri, sehingga tidak mudah tergiur oleh rayuan yang menyesatkan. Dari uraian tersebut jelas bahwa jatidiri sangat diperlukan bagi seseorang dalam mencapai sukses dalam membawa dirinya. Timbul suatu pertanyaan, apakah suatu bangsa, khususnya negara-bangsa memerlukan jatidiri. Untuk menjawab pertanyaan ini nampaknya perlu disepakati lebih dahulu apa yang dimaksud dengan negara-bangsa.

5. Aspek ontologi Pancasila mengkaji tentang hakikat keberadaan Pancasila sebagai filsafat bangsa. Jelaskan ! ontologi, dalam bahasa Inggris ontology, berakar dari bahasa yunani on berarti ada, dan ontos berarti keberadaan. Sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi, antologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaan. Selanjutnya menurut A.R. Lacey, antologi diartikan sebagai a central part of metaphisics (bagian sentral dari metafisika). Sedangkan metafisika diartikan sebagai that which comes after physics,the study of nature in generla. (hal yang hadir setelah fisika,..study umum mengenai alam). Dalam metafisika, pada dasarnya dipersoalkan mengenai substansi atau hakikat alam semesta. Apakah alam semesta iniberhakikat monistik atau pluralistic, bersifat tetap atau berubah-ubah, dan apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (actual) atau kemungkinan (potency). Beberapa karekteristik ontology seperti diungkapkan oleh Bagus, antara lain dapat disederhanakan sebagai berikut: a. Ontologi adalah study tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendirinya, menurut bentuknya yang paling abstrak. b. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan katagori-katagori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dan sebagainya c. Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu yang satu, yang absolute, bentuk abadi, sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-nya. d. Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya. Seperti telah diungkap diatas, hakikat abstrak atau jenis menentukan kesatuan (kesamaan ) dari berbagai macam jenis, bentuk dan sifat hal-hal atau barang-barang yang berbeda-beda dan terpisah-pisah,. Perbedaan dan keterpisahan dari orangorang bernama Socrates, Plato, Aristoteles dan sebagainya, terikat dalam satu kesamaan sebagai manusia. Manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda lain yang berbeda-beda dan terpisah-pisah, tyersatukan dengan kesamaan jenis sebagai makhluk. Jadi, hakikat jenis dapat dipahami sebagai titik sifat abstrak tertinggi daripada sesuatu hal (an ultimate nature of a thing). Pada titik abstrak tertinggi inilah segala macam perbedaan dan keterpisahan menyatu dalam subtansi dalam filsafat, study mengenai hakikat jenis atau hakikat abstrak ini masuk kedalam bidang metafisika umum (general metaphisics) atau ontology. Oleh sebab itu, pembahasan tentang hakikat jenis ilmu pengetahuan berarti membahas ilmu pengetahuan secara ontologis. Persoalannya adalah sejauh mana fakta perbedaan dan keterpisahan ilmu pengetahuan ini merupakan kesungguhan (actus) atau kemungkinan (potency), dalam arti seharusnya ilmu pengetahuan itu tentang pluralistic atau monolistik?

Secara ontologis, artinya secara metafisika umum, objek materi yang dipelajari didalam pluralitas ilmu pengetahuan, bersifat monistik pada tingkat yang paling abstrak. Seluruh objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan zat kebendaan berada pada tingkat abstrak tertinggi yaitu dalam kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk. Kenyataan itu mendasari dan menentukan kesatuan pluralitas ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, pluralitas ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam kesatuan objek materinya. Disamping objek materi, keradaan ilmu pengetahuan juga lebih ditentukan oleh objek forma. Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang (point of view), selanjutnya menentukan ruang lingkup study (scope of the study). Berdasarkan ruang lingkup studi inilah selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi plural, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain. Berdasarkan pada objek forma, selanjutnya ilmu pengetahuan cenderung dikembangkan menjadi plural sesuai dengan jumlah dan jenis bagian yang ada didalam objek meteri. Dari objek materi yang sama dapat menimbulkan cabangcabang ilmu pengetahuan yang plural dan berbeda-beda. Dari objek materi manusia, misalnya: melahirkan ilmu sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, dan ilmu pendidikan dengan rantingrantingnya. Dari objek materi alam, melahirkan ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, dan matematika dengan ranting-rantingnya. Jadi secara ontologis, hakikat pluralitas ilmu pengetahuan menurut perbedaan objek forma itu tetap dalam kesatuan system, baik interdisipliner maupun multidisipliner. Interdisipliner artinya keterkaitan antar pluralitas ilmu pengetahuan dalam objek materi yang sama, dan multidisipliner artinya keterkaitan antar pluralitas ilmu pengetahuan dalam objek materi yang berbeda. Berdasarkan kedua system tersebut, perbedaan antar ilmu pengetahuan justru mendapatkan validitasnya, tetapi secara ontologios pemisahan atas perbedaan ilmu pengetahuan yang berbeda-beda berkonsekuensi negative berupa perilaku disorder (pengrusakan) terhadap realitas kehidupan .disamping, pendekatan kuantitatif menurut objek materi dan objek forma terhadap pemecahan masalah hakikat ilmu pengetahuan, secara ontologis masih ada pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif, persoalan yang sama, yaitu aspek ontology ilmu pengetahuan dengan persoalan hakikat keberadaan pluralitas ilmu pengetahuan, dapat digolongkan kedalam tingkat-tingkat abstrak universal, teoretis potensial dan konkret fungsional. Pada tingkat abstrak universal, pluralitas ilmu pengetahuan tidak tampak. Pada tingka ini yang menampak adalah ilmu pengetahuan itu satu dalam jenis, sifat dan bentuknya didalam ilmu pengetahuan filsafat. Karena filsafat memandang suatu objek materi menurut seluruh segi atau sudut yang ada didalamnya.dari keseluruhan segi itulah filsafat mempersoalakan nilai kebenaran hakiki objek materinay, yaitu kebenaran universal yang berlaku bagi semua ilmu pengetahuan yang berbeda dalam jenis, sifat dan dalam bentuk yang bagaimanapun. Lebih dari itu, bagi filsafat, perbedaan objek materi itu hanyalah bersifat aksidental, bukan substansial. Bagaimanapun perbedaan objek materi, tetap dalam satu system yang tak terpisahkan, yaitu

tak terpisahkan dalam substansi mutlak (causa prima). Didalam causa prima inilah kebenaran universal tertinggi yang bersifat demikian, maka meliputi pluralitas kebenaran, dan berfungsi sebagai sumber dari segala sumber kebenaran. Selanjutnya, pada tingkat teoreti potencial, pluralitas ilmu pengetahuan mulai tampak. Pada tingkat teoretis, boleh jadi pluralitas ilmu pengetahuan masih berada dalam satu kesatuan system. Suatu teori berlaku bagi banyak jenis ilmu pengetahuan serumpun, tetapi tidak berlaku bagi banyak jenis ilmu pengetahuanyang berlainan rumpun. Teori ilmu pengetahuan social, cenderung tidak dapat digunakan dalam rumpun ilmu pengetahuan alam, karena perbedaan watak objek materi. Manusia dan masyarakat, sebagai objek materi ilmu pengetahuan social, berpotensi labil dan cenderung berubah-ubah, sedangkan badan-badan benda sebagai objek materi ilmu pengetahuan alam berpotensi stabil dan cenderung tetap. Karena itu, teori ilmu pengetahuan social cenderung berubah-ubah menurut dinamika eksistensi kehidupan manusia dan masyarakat, dan teori ilmu pengetahuan alam cenderung bersifat tetap. Kemudian, pada tingkat praktis fungsional, pluralitas ilmu pengetahuan justru mendapatkan legalitas akademik. Karena pada tingkat ini, ilmu pengetahuan dituntut untuk memberikan kontribusi praktis secara langsung terhadap upaya reproduksi demi kelangsungan eksistensi kehidupan manusia \. Pada tingkat ini, kebenaran teoretis potensial disusun dalam suatu system tekhnologis, sehingga membentuk tekhnologi yang siap memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan manusia dan masyarakat. Pada tingkat praktis fungsional ini, pluralitas dalam hal perbedaan dan keterpisahan ilmu pengetahuan, tersatukan dalam suatu system tekhnologi, yang semata-mata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan eksistensi kehidupan. 6. Aspek epistemologi Pancasila mengkaji tentang hakikat pengetahuan. Bagaimana hubungannya dengan pengetahuan tentang Pancasila dari aspek epistemologi tersebut ! Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagaipengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.

a) Logika Material adalah usaha menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika formal yang biasanya disebut istilahlogika berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal,maka logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran yang ditinjau dari segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan (jalan) pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran material yang sering juga disebut sebagai kebenran autentik atau otentisitas isi pemikiran. b) Kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran. c) Kritika Pengetahuan adalah pengatahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam, berusaha menentukan suatu pikiran atau pengetahuan manusia. d) Gnoseologia (gnosis= keilahian, logos= ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian. e) Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Abbas Hamami Mintarejo berpendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Aspek epistimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemology ini terdapat beberapa logika, yaitu : analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor. a) Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. b) Silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus.

c) Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian. d) Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berfikir dan dalil-dalilnya. Dalam epistemology dikenal 2 aliran, yaitu: a) Rasionalisme :pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan b) Empirisme :realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena ilmu atau pengalaman impiris. 7. Aspek aksiologi Pancasila mengkaji tentang hakikat nilai-nilai Pancasila. Jelaskan ! Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan(goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian ( Frankena, 229).

Di dalam Dictionary of sociology an related sciences dikemukakan bahwa nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu, misalnya; bunga itu indah, perbuatan itu baik. Indah dan baik adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena adanya kenyataankenyataan lain sebagai pembawa nilai.

Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan pengertian nilai. Kalangan materialis memandang bahwa hakekat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat dikelompokan pada dua macam sudut pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif, namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakekatnya sesuatu itu melekat pada dirinya sendiri memang bernilai. Hal ini merupakan pandangan dari paham objektivisme.

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan atau penghargaan itu telah menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan menusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah pengembannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia. 8. Jelaskan bagaimana kajian tentang filsafat Pancasila dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan ! Pancasila hadir sebagai filsafat Negara yang merupakan collective ideology(cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Sebagai filsafat, Pancasila tentu memiliki peran sebagai dasar dan tolak ukur utama bangsa ini. Pengertian Pancasila sebagai nilai pada hakikatnya merupakan suatu nilai (Kaelan, 2000). Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersusun secara sistematis, fundamental, dan menyeluruh. Disebut sistematis karena sila-sila dalam Pancasila tersusun dalam sebuah hierarki tertentu yang tidak dimiliki oleh ideologi negara lainnya. Disebut fundamental, karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sangat mendasar, lalu Pancasila juga disebut menyeluruh, karena nilai-nilai Pancasila mencakup segala aspek kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang mendasari kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan. Pemikiran filsafat mengenai nilai-nilai Pancasila ini tentunya diperlukan oleh sebuah negara yang merupakan masyarakat hukum (legal society). Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional dari negara Indonesia memiliki konsekuensi logis untuk menerima dan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan pokok bagi pengaturan penyelenggaraan bernegara. Hal ini diupayakan dengan menjabarkan nilai Pancasila tersebut ke dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan ini selanjutnya menjadi pedoman penyelenggaraan bernegara. Sebagai nilai dasar bernegara, nilai Pancasila diwujudkan menjadi norma hidup bernegara. Adapun fungsi Pancasila sebagai norma hidup bernegara dan merupakan sistem filsafat, artinya setiap sila tidak ada yang berdiri sendiri, tetapi memiliki kaitan satu sama lain. Hakikat sila pertama menunjukkan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang hidup bernegara dengan melakukan persekutuan hidup. Sebuah persekutuan hidup masyarakat tentu bertujuan untuk membentuk manusia yang berbudaya dan beradab, sesuai kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini merupakan hakikat dari sila kedua. Persekutuan hidup tersebut juga hanya akan dapat terbentuk jika ada persatuan, sesuai dengan hakikat sila

ketiga. Melalui perwujudan persekutuan hidup inilah, dapat terlahir rakyat bangsa dalam suatu wilayah tertentu, sehingga terbentuklah nilai-nilai kerakyatan yang berkaitan dengan hakikat sila keempat. Hidup bermasyarakat sebagai rakyat bangsa tentu membutuhkan suatu prinsip keadilan yang menjamin persebaran hak dan kewajiban yang adil bagi masyarakat, sesuai dengan hakikat sila kelima. Sebagai kesimpulan, dalam konteks pendidikan kewarganegaraan yang mengkaji mengenai tatanan hidup bermasyarakat dan nilai-nilai kerakyatan dalam suatu negara, filsafat Pancasila mengandung nilai-nilai yang menjadi basis segala bentuk kehidupan bernegara. Cakupan Pancasila yang sangat luas dengan kelima silanya, membuat Pancasila mampu memasuki segala aspek kehidupan bermasyarakat. Filsafat Pancasila telah membawa banyak perkembangan bagi bangsa ini, salah satunya adalah Pancasila telah menjaga kesatuan NKRI dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

You might also like