You are on page 1of 54

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Tematik pada Pelajaran IPA Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga dibuat dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa. Dalam penyusunan penelitian tindakan kelas ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dalam bentuk bimbingan, saran, maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, selayaknya apabila dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Burhanuddin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah dan St. Aminah selaku observer yang telah mengamati dalam menyelesaikan penelitian tindakan kelas ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada rekan-rekan mengajar yang telah memotivasi, mengarahkan, dan memberikan saran selama Penulis melakukan penelitian. Dan juga kepada seluruh siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan yang telah memudahkan Penulis mengurus segala hal yang terkait dengan persoalan administrasi. Semoga Allah Wataala memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhirnya, besar harapan penulis, kiranya

hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan untuk meningkatkan pengajaran IPA.

Bontoala,

Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul Halaman pengesahan Kata Pengantar Daftar isi 1 3

BAB I

Pendahuluan 4 9 9 10 10 10 11

A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Batasan Istilah

BAB II

Kajian Teori 13 15 20 20 21 22

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar .... B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Tematik C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA .... D. Tinjauan Tentang Siswa ... E. Kerangka Berfikir ... F. Hipotesis Tindakan .

BAB III.

Metode Penelitian 23 23 24 28 28 28

A. Pendekatan Penelitian B. Desain Penelitian dan Proses tindakan .. C. Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan . D. Subjek Penelitian E. Setting Penelitian F. Teknik Pengumpulan data .

G. Analisis dan Validasi Data . H. Indikator Keberhasilan Penelitian..

29 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan. 33 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... B. Saran.. DAFTAR PUSTAKA.. 46 46

48

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa yang turut menentukan sikap, mental, perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui mereka sejak kecil. Jika diijinkan saya mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijak yang dikemukakan oleh Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak Anak Kreatif Mandiri (2006.5), Kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan dengan lingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua. Kalimat di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru. Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik dari guru ataupun lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima. Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

yang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Lebih jelasnya kita membaca pemaparan peran guru seperti yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantara, yaitu : 1. Ing ngarsa sung tuladha. Artinya bahwa seorang guru harus menjadi contoh yang baik. Baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan sosial. Guru harus menjadi ihsan yang memiliki integritas sehingga dapat diterima di lingkungannya. 2. Ing madya mangun karsa. Guru diposisikan sebagai seorang motivator. Setiap gerak, perbuatan dan perkataan seorang guru harus berkaitan dengan upaya

menumbuhkan minat dan interest siswa terhadap sesuatu yang baru dan baik. 3. Tut wuri handayani. Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang kuat. Guru secara terus-menerus harus selalu memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik dan psikis siswa. Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang diemban oleh guru memang sangat berat, namun sangatlah mulia. Untuk itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agar menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan diharapkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang berkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru di sekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi

tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras. Guru dan juga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secara sikap mental yang positif. Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, kepribadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, tujuh kecerdasan proporsional. Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangan sampai masa-masa keemasan anak tersebut malah terbalik, justru menjadi masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak. Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar siswa. Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan, termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut, namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya. Menurut Wilhelm Maxt Wundt, seorang ahli psikologi menyatakan bahwa pendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. Ketidaktahuan akan sesuatu adalah penyakit yang dapat disembuhkan, pendidikan direduksi menjadi sebuah modifikasi behavioral. Dari pernyataan Wundt tersebut, dalam hal ini, guru sebagai orang yang memberikan stimulus. Guru yang secara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswanya, harus benar-benar kreatif dalam mengemas dan mendesain proses pembelajaran peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secara

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya guru dapat menerapkan berbagai cara yang baik sebagai stimulus bagi siswa agar kekurangan yang dimiliki oleh siswa yang dianggap Wundt sebagai penyakit dapat disembuhkan dengan cara yang guru lakukan. Berdasarkan pemasalahan diatas, peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Karena menurut Kunandar dalam Guru Profesional (2007 : 331) model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang anak belajar alfabet. Atau sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai. Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedang mempelajari satu mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh berbagai pengetahuan atau keterampilan hanya dalam satu pertemuan saja. Agar tujuan dari proses pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan, maka guru sebelumnya harus benar-benar mengerti dan paham tentang model pembelajaran tematik, memahami cara menerapkan model pembelajaran tematik, mengerti konsep dari tematik, agar dalam aplikasinya tidak terjadi kekeliruan sehingga berpengaruh pada keluaran hasil bagi peserta didik. Menurut Kunandar (2007 : 315), model pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu : 1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi. 5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama. 6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga. Peneliti ingin mengetahui sekaligus membuktikan apakah model pembelajaran tematik merupakan salah satu langkah yang digunakan guru di SD tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya, sehingga SD tersebut mendapatkan predikat favorit dan dapat menghasilkan peserta didik yang benar-benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalah agar peserta didik dapat mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

B.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut : 1. Pengalaman belajar siswa yang kurang mendukung terciptanya kemauan belajar siswa. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa. 3. Kurangnya minat guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat. 4. Kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang tepat.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran tematik pada pelajaran IPA di Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga. D. Perumusan Masalah Dari batasan masalah diatas maka perumusan masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah Apakah dengan penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga?

E.

Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini peneliti bagi menjadi dua, yaitu : a. Tujuan umum Sebagai motivasi bagi guru agar mau melaksanakan model pembelajaran tematik dan mendorong minat belajar siswa karena menggunakan model pembelajaran yang menarik. b. Tujuan khusus Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran tematik prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

F.

Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga ini menurut peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran tematik. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik, dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para

10

guru agar dapat menerapkan model pembelajaran tematik sebagai usaha memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. 3. Bagi Siswa Dengan penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa meningkat 4. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.

g. Batasan Istilah.
1.

Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), ditambah dengan awalan pe dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus, berdasarkan aliran psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut sebagai berikut: Menurut psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebih berfungsi. Sedangkan menurut psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaran

2.

11

adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25).
3.

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat presentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix xii).

12

BAB II KAJIAN TEORI

A.

Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa, sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan. Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Winkel (1996:53), berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Kemudian Hamalik (1983:2), mendefinisikan belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

13

Sehubungan

dengan

prestasi

belajar,

Poerwanto

(1986:2)

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.

14

B.

Tinjauan Tentang model pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis. Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah

pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya

perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

15

menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan

berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

16

6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar; 2) Kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

17

Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema Air dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran. 2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. 3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan. 4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang. 5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi. Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:

18

1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar. 2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif. 3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada

keberhasilan belajar. 4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. 5. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman. 2. Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Mata pelajaran yang harus dicakup adalah : 1. Pendidikan agama, 2. Pendidikan kewarganegaraan, 3. Bahasa Indonesia, 4. Matematika, 5. Ilmu pengetahuan alam, 6. Ilmu pengetahuna sosial, 7. Seni budaya dan keterampilan, dan 8. Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dalam pembelajaran tematik, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karena sifatnya masih minimal. Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar itu dapat diperkaya dengan muatan lokal atau ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.

19

a. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA Carin (1985) mendefinisikan IPA sebagai sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan eksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan IPA sebagai, (1) proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris, (2) informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis, dan (3) kombinasi antara proses berfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga dipandang sebagai proses yaitu sebagai pola berfikir atau metode berfikirnya. Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam metode ilmiah berupa sikap ilmiah yang antara lain berupa hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun, terbuka, dan penuh tanggung jawab.

b. Tinjauan Tentang Siswa Menurut Yaumil Achir, dalam Reni Akbar-Hawadi (2001 : 39), menguraikan bahwa fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia akademis dan intelektual. Untuk periode ini, yang menonjol adalah banyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung. Menurut Syaiful bahri Djamarah (2005:51), anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib, dkk (dalam Syaiful bahri Djamarah, (2005:52), bahwa anak didik mempunyai karakteristik tertentu, takni :

20

1.

Belum mempunyai pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru),

2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, 3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis serta perbedaan individual.

c.

Kerangka Berfikir
MATEMATIKA

BAHASA INDONESIA

Membaca puisi tentang seekor binatang


PENGETAHUAN ALAM

Menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar

Tema : Binatang
KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN PENDIDIKAN AGAMA

Mewarnai gambar binatang


PRESTASI BELAJAR SISWA?

Mengajarkan siswa untuk menyayangi semua ciptaan Tuhan

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalam proses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikan sebuah tema. Seperti contoh diatas, tema yang disampaikan adalah tentang binatang. Berdasarkan tema tersebut guru mengaitkannya dengan beberapa mata pelajaran lainnya, seperti bahasa indonesia, matematika, pendidikan agama dan kerajinan tangan dan kesenian, atau dapat juga dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan

21

melakukan hal tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatih kemampuan berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dan kreativitasnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa, dalam waktu yang bersamaan siswa dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

d. Hipotesis Tindakan Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

22

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas. Menurut Kasihani Kasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3), bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan beberapa definisi oleh para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau arahan dengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. B. Desain Penelitian Menurut S. Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu. Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart, Suharsimi Arikunto (2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan

23

tindakan

(planning),

pelaksanaan

tindakan

(acting),

pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatannya divisualisasikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Proses penelitian tindakan Keterangan : 1. Perencanaan 2. Tindakan dan observasi I 3. Refleksi I 4. Rencana revisi 5. Tindakan dan observasi II 6. Refleksi II

C.

Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan 1. Putaran pertama atau siklus I a. Perencanaan Sebelum melaksanakan model pembelajaran tematik direncanakan beberapa kegiatan, yaitu : 1) Pembuatan persiapan pembelajaran tematik pelajaran IPA kelas II SD. 2) Observasi Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran tematik.

24

3) Identifikasi permasalahan dalam pembelajaran tematik Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui permasalahan apa yang akan dihadapi oleh siswa dan dapat menentukan cara menyelesaikan masalah tersebut. 4) Menentukan cara atau metode dalam melaksanakan

pembelajaran tematik. 5) Menyusun rencana penelitian Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus tindakan kelas. b. Tindakan dan observasi I 1) Kegiatan awal Pretes : Guru bertanya kepada siswa, pertanyaannya adalah sebutkan tiga jenis makhluk hidup yang hidup dibumi. 2) Kegiatan inti a) Guru menampilkan gambar-gambar binatang, binatang tersebut adalah kuda, sapi, badak, kambing, dan rusa. b) Siswa menyebutkan nama-nama binatang tersebut. c) Siswa menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar. d) Siswa mewarnai gambar binatang yang telah disiapkan oleh guru. e) Guru menampilkan sebuah puisi yang berjudul kuda. f) Guru memberikan contoh cara membaca puisi dengan intonasi yang tepat. g) Siswa membaca puisi secara bersama-sama. h) Beberapa orang siswa maju untuk membacakan puisi tesebut dengan gaya masing-masing. i) Guru memberikan penjelasan bahwa sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, kita sebagai manusia harus selalu menyayangi semua ciptaannya. Salah satunya adalah menyayangi binatang.

25

3) Kegiatan akhir Pemberian postes Siswa diberi tugas untuk menuliskan lima ekor binatang peliharaan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. c. Refleksi I Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk melihat kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran tesebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut yang ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikiasi dan atau jika dirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus berikutnya. 2. Putaran kedua atau siklus II Putaran kedua atau siklus II dilakukan setelah apa yang dilakukan pada putaran pertama belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,karena terlihat masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam penerapan model pembelajaran tematik. Di sini, terlihat pula bahwa guru yang melakukan penerapan model pembelajaran tematik belum bisa menguasai sepenuhnya model pembelajaran tersebut. 1). Pembuatan persiapan pembelajaran tematik pelajaran IPA kelas II SD. 2). Observasi Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran tematik. 3). Identifikasi permasalahan dalam pembelajaran tematik Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui permasalahan apa yang akan dihadapi oleh siswa dan dapat menentukan cara menyelesaikan masalah tersebut. 4). Menentukan cara atau metode dalam melaksanakan pembelajaran tematik. 5). Menyusun rencana penelitian

26

Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus II tindakan kelas. d. Tindakan dan observasi I 1. Kegiatan awal Pretes : Guru bertanya kepada siswa, pertanyaannya adalah sebutkan nama-nama hewan yang ada di sekitarnya. 2. Kegiatan inti a. Guru menampilkan gambar-gambar hewan peliharaan, binatang tersebut adalah ikan, kucing, kelinci, kambing. b. Siswa menyebutkan bagian-bagian binatang tersebut. c. Siswa menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar. d. Siswa mewarnai gambar binatang yang telah disiapkan oleh guru. e. Guru menampilkan sebuah lagu yang berjudul kucing. f. Guru teks dengan intonasi yang tepat. g. Siswa membaca puisi secara bersama-sama. h. Beberapa orang siswa maju untuk membacakan teks tesebut dengan intonasi yang tepat. i. Guru memberikan penjelasan bahwa sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, kita sebagai manusia harus selalu menyayangi semua ciptaannya. Salah satunya adalah menyayangi binatang.

3.

Kegiatan akhir Pemberian postes Siswa diberi tugas untuk menuliskan lima ekor binatang peliharaan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. 4. Refleksi II Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti merasa telah mendapatkan

hasil yang memuasakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini dapat terlihat

27

pada peningkatan nilai ketuntasan belajar yang sudah tercapai pada siklus II. Oleh karena itu, peneliti menutup penelitian tindakan kelas tersebut pada siklus ke dua.

C. Subjek penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas II A SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga, dimana jumlah siswanya adalah 30 orang siswa.

D.

Setting Penelitian Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan kegiatan pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah: a. Dokumentasi Dokumentasi adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan yang memuat data dan keterangan. Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah dokumen hasil belajar siswa (Mata Pelajaran IPA) pada semester sebelumnya, melalui dokumen daftar nilai siswa. Dari dokumen ini, akan menjadi sumber informasi awal tentang prestasi belajar IPA siswa kelas II dan sekaligus menjadi acuan bagi peneliti pada langkah selanjutnya.

28

1. Tes Teknik ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal dari subjek penelitian (siswa) pada masalah yang akan diteliti, dan selanjutnya pada akhir pertemuan setiap siklus, tes (ulangan formatif) diadakan untuk mengetahui dan mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan. 2. Observasi Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data kehadiran dan pengamatan pelaksanaan tindakan pada tahapan-tahapan siklus 1, dan 2. Selain itu, observasi dimaksudkan untuk mencari dan mengamati aspek tingkah laku siswa dalam belajar (meliputi: keaktifan, kerjasama, keberanian mengemukakan pendapat dalam diskusi) serta data kendala yang dialami oleh guru dan siswa (perkembangan dan peningkatan hasil belajar dalam setiap akhir siklus).

F. Analisis dan Validasi Data

Untuk menghindari subyektivitas dalam menganalisis data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif. Analisis data tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan.

29

Reduksi data merupakan proses penyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan merubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan observasi. Setelah direduksi, data siap dibeberkan (disajikan). Artinya, tahap analisis sampai pada penyajian data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi disajikan dengan rapi dalam bentuk narasi. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus I, ke kesimpulan yang telah direvisi pada akhir siklus II. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Disamping itu, dilakukan pula teknik pengumpulan data aktivitas siswa yang diperoleh dengan lembar observasi dan dianalisis dengan langkah sebagai berikut; a. Menganalisa data dan mendeskripsi aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran tematik dan prestasi belajar siswa. b. Menganalisa data, menentukan langkah-langkah guru dalam menerapkan model pembelajaran tematik. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis secara cermat. Kriteria yang digunakan adalah teknik kategorisasi standar yang sesuai dengan penentuan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) Mata Pelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Inpres Bontoala II, sebagai berikut:

30

a. Tingkat penguasaan 0 % - 34% dikategorikan sangat rendah b. Tingkat penguasaan 35% - 54% dikategorikan rendah c. Tingkat penguasaan 55% - 64% dikategorikan sedang d. Tingkat penguasaan 65% - 84% dikategorikan tinggi e. Tingkat penguasaan 85% - 100% dikategorikan sangat tinggi Adapun SKBM mata pelajaran IPA yang ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Inpres Bontoala II adalah 65,00. ini berarti bahwa setiap siswa di SD Inpres Bontoala II harus mencapai batas standar minimal (65,00) pada setiap akhir pelajaran IPA (Dalam pencapaian presentase daya serap), untuk ketuntasan belajarnya. G. Indikator Keberhasilan Penelitian Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator-indikator tercapainya. Berdasarkan prosedur pembelajaran yang

dilakukan selama ini, yaitu belum pernah menggunakan model pembelajaran tematik. Indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

31

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase serta Kategori Ketercapaian Ketuntasan Belajar Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Tematik Bagi Siswa Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa pada Siklus I dan II

Tes Belajar Siklus I

Interval Nilai

Kategori

Frekuensi

Persentase (%)

Nilai 65 ke atas Nilai 65 ke bawah

Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas

Siklus II

Nilai 65 ke atas Nilai 65 ke bawah

32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Tes Awal Sebelum menerapkan model pembelajaran tematik, tindakan yang dilakukan adalah memberikan tes awal. Adapun skor prestasi belajar siswa dari tes awal dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Tes Awal Mata Pelajaran IPA Kelas
Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Statistik Subjek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Sumber : SD Inpres Bontoala II Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa sebelum diberi tindakan adalah 54.83 %, sedangkan nilai tertinggi adalah 80 dari nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100 dan nilai terendah adalah 45 dan mungkin nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal, siswa kelas II SD Inpres Bontoala II penguasaan materinya sekitar 54.83 % sedangkan secara individual nilai yang dicapai terbesar antara 45 sampai dengan 80, ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada tes awal siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa tergolong rendah. Nilai Statistik 30 80 45 54.83 %

33

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal
No. Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1. 2. 3. 4. 5.

0.0 34 35-54 55-64 65-84 85- 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 18 6 6 0

0 60 20 20 0

Sumber : SD Inpres Bontoala II Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 siswa tidak terdapat siswa yang tingkat penguasaan materinya masuk ke dalam kategori sangat rendah, sementara 18 (60 %) siswa yang dikategorikan rendah, 6 orang siswa atau 20 % tingkat penguasaan materinya termasuk kategori sedang, begitupula dengan siswa yang dikategorikan tinggi sebanyak 6 orang siswa atau 20 % dari 30 siswa dan tidak ada satupun siswa yang dikategorikan sangat tinggi. Bila rata-rata belajar IPAsiswa dimasukkan ke dalam kategorisasinya, maka rata-rata nilai siswa masuk ke dalam kategori rendah tingkat penguasaan 0 % - 54 %.

2. Deskripsi Hasil Siklus I Pada akhir siklus I diadakan tes kemampuan siswa untuk mengetahi hasil belajar IPA dengan materi Bagian-bagian tubuh Hewan yang hasilnya sebagaimana diuraikan pada tabel 4.3 dibawah ini:

34

Tabel 4.3 Statistik Nilai Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Siklus I Statistik Subjek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rentang Nilai Rata-rata Sumber : SD Inpres Bontoala II Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA setelah diadakan tindakan pada siklus I adalah 66.66 % , sedangkan nilai tertinggi adalah 85 dari nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100 dan nilai terendah 50 dari nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0. Hasil analisis nilai menunjukkan bahwa secara klasikal siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa penguasaan materinya sekitar 66.66 % sedangkan secara individual nilai yang dicapai tersebar antara 50 sampai dengan 85 atau dalam rentangan 25 ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada akhir siklus I kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa terus meningkat bila dibandingkan dengan nilai rata-rata pada Tes Kemampuan Awal. Jika nilai hasil belajar IPA dimasukkan ke dalam kategori penguasaan, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar yang disajikan tabel 4.4 di bawah ini: Nilai Statistik 30 85 50 25 66.66 %

35

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No. Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

85 - 100 65-84 55-64 35-54 0.0 - 34

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

2 20 5 3 0

6.67 66.67 16.66 10 0

Sumber : SD Inpres Bontoala II Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 siswa, tidak ada siswa yang tingkat penguasaan materinya yang sangat rendah dan 3 orang (10 %) siswa tingkat penguasaan materinya rendah, 5 orang siswa atau 16.66 % yang tingkat penguasaan materinya sedang, 20 orang siswa atau 66.67 % yang tingkat penguasaan materinya tinggi, dan 2 orang siswa (6.67%) dengan tingkat penguasaan materinya sangat tinggi.

3. Deskripsi Hasil Siklus II

Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar IPA dengan menggunakan penerapan Model Pembelajaran Tematik yang merupakan kelanjutan dari siklus I, adapun skor hasil belajar siswa dari tes siklus II pada tabel 4.5 berikut:

36

Tabel 4.5 Statistik Nilai Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas Kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Siklus II Statistik Subjek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rentang Nilai Rata-rata Sumber : SD Inpres Bontoala II Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar IPA setelah diadakan tindakan pada siklus II adalah 75.16 % sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dari nilai tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 100 dan nilai terendah adalah 65 dari nilai terendah yang mungkin dicapai yaitu 0. Hasil analisis nilai siswa menunjukkan bahwa secara klasikal siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa penguasaan materinya sekitar 75.16 % sedangkan secara individual nilai yang dicapai tersebut antara 65 sampai dengan 95 atau dalam rentangan 30 ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada akhir siklus II dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus II tinggi. Jika nilai hasil belajar IPA dimasukkan ke dalam kategori penguasaan, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentasi nilai hasil belajar yang disajikan tabel 4.6 di bawah ini: Nilai Statistik 30 95 65 30 75.16 %

37

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No. Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

85 - 100 65-84 55-64 35-54 0.0 - 34

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

4 26 0 0 0

13.33 86.67 0 0 0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 siswa, tidak ada siswa yang tingkat penguasaan materinya yang sangat rendah dan juga rendah, tidak ada lagi siswa (0 %) yang tingkat penguasaan materinya sedang, 26 orang siswa atau 86.67 % yang tingkat penguasaan materinya tinggi, 4 orang siswa atau 13.33 % yang tingkat penguasaan materinya sangat tinggi. Secara rinci peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa dari siklus I dan II dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No. Interval Nilai Kategori Siklus / Frekuensi I II

1. 2. 3. 4. 5.

0 - 34 35 - 54 55-64 65-84 85 - 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


Jumlah Siswa Jumlah Nilai Rata-Rata Prosentase

0 3 5 20 2
30 2000 66.66 66.66

0 0 0 26 4
30 2255 75.16 % 75.16 %

38

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata perolehan siswa setelah dua kali pelaksanaan tes akhir siklus ternyata hasil belajar IPA siswa kelas II SD Inpres Bontoala II melalui penerapan model pembelajaran tematik mengalami peningkatan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan sikus I dengan pokok bahasan Mengidentifikasi bagianbagian yang tampak pada hewan dan tumbuhan sekitar rumah/sekolah dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan kegiatan dan pengamatan oleh siswa sendiri untuk memahami bagian-bagian yang tampak pada hewan dan tumbuhan di sekitar rumah/sekolah di bawah bimbingan dan pengawasan guru selama 6 jam pelajaran. Pada akhir siklus diadakan tes kemampuan siswa yagn hasilnya sebagaimana diuraikan berikut ini: Hal-hal yang teramati pada siklus I ini adalah: a. Perilaku guru dalam melaksanakan tiap tahap siklus I

Penerapan model pembelajaran tematik belum berjalan sepenuhnya, yaitu guru dalam pemberian materi pada siswa belum bisa menggabungkan dan memadukan setiap mata pelajaran dalam satu tema. Hal ini mungkin menjadi penyebab kurang seriusnya sebagian siswa melakukan kegiatan dan pengamatan selama proses belajar berlangsung.
b. Perilaku siswa dalam kegiatan belajar 1) Dalam penerapan model pembelajaran tematik terlihat bahwa ada 1-3 orang siswa yang kurang aktif mengikuti pembelajaran sehingga kurang

39

mampu berinteraksi dan kurang memahami tujuan dari pembelajaran yang sedang berlangsung. 2) Tugas siswa belum menampakkan hasil yang cukup signifikan. Hal ini ada kaitannya dengan 1-3 orang siswa yang kurang aktif dalam pembelajan tematik. Hal ini menyebabkan teman-temannya merasa terganggu dan proses pembelajaran tidak terlaksana dengan baik sehingga Standar Ketuntasan Belajar Minimum IPA (SKBM IPA) pada Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP) belum tuntas. 2. Hasil Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan sikus I dengan pokok bahasan Mengidentifikasi bagianbagian yang tampak pada hewan dan tumbuhan sekitar rumah / sekolah dilakukan selama tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan kegiatan dan pengamatan oleh siswa sendiri untuk memahami bagian-bagian yang tampak pada hewan dan tumbuhan di sekitar rumah/sekolah di bawah bimbingan dan pengawasan guru selama 6 jam pelajaran. Pada akhir siklus diadakan tes kemampuan siswa yagn hasilnya sebagaimana diuraikan berikut ini: Hal-hal yang teramati pada siklus II ini adalah: a. Perilaku guru dalam melaksanakan tiap tahap siklus II

Guru telah melaksanakan tahapan siklus II dengan baik yang dibuktikan dengan keberhasilan menampakkan indikator setiap siklus dari model pembelajaran ini hasil kerja siswa menunjukkan peningkatan yang diperlihatkan dengan tidak adanya lagi siswa yang dikategorikan penguasaan materinya rendah.

40

b. Perilaku siswa dalam kegiatan belajar Murid antusias melaksanakan kegiatan dan pengamatan tentang Mengidentifikasi bagian-bagian yang tampak pada hewan dan tumbuhan sekitar rumah/sekolah, hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana ditunjukkan pada penyelesaian tugas dan hasil kerja siswa, setelah dilaksanakan tes / penilaian pada akhir pelajaran, hasil analisis menunjukkan ketuntasan belajar. Semua siswa memperoleh nilai 70 ke atas (SKBM IPA dalam KTSP SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa tercapai / TUNTAS). Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan siklus I oleh guru belum sepenuhnya sesuai dengan perencanaan, guru tidak memberikan penjelasan tugas setiap siswa dan belum bisa memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema. Pada siklus I terdapat 1- 3 murid yang keaktifannya tidak mendukung penyelesaian tugasnya. Pada siklus II berlangsung sesuai rencana, tugas siswa 100 % selesai dan pelaksanaan tes akhir selesai sesuai waktu yang telah ditetapkan. Hasil tugas siswa meningkat dari tidak selesai pada siklus I, dan tuntas pada siklus II dengan baik. Gambaran tentang pelaksanaan setiap siklus dan indikator perkembangan dan keberhasilannya, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

41

Tabel 4.7 Pelaksanaan setiap siklu dan indicator keberhasilannya Siklus Tahap Penerapan Model Pembelajaran Tematik I 1. Perencanaaan Membuat RPP dengan model pembelajaran tematik, RPP dengan Terlaksana model pembelajaran tematik (memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema yang diangkat dari silabus dengan tema Makhluk Hidup Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan

* Pelaksanaan 1. Model Tematik

-Memadukan kegiatan ini Pelajaran terlaksana Matematika, dengan baik Bahasa Indonesia dengan pelajaran IPA, ke dalam satu tema yaitu : Diri Sendiri

Membuat RPP namun tidak sesuai dengan model pembelajaran tematik

2. Observasi

kegiatan terlaksana dengan baik.

Masih terdapat beberapa siswa yang terlihat kuran g aktif dalam proses pembelajaran ini IPA.

Terlaksana

42

II

3. Refleksi Kegiatan ini terlaksana dengan baik

Terlaksana * Perencanaan Ulang Disesuaikan dengan hasil observasirefleksi pada siklus I Kegiatan sesuai dengan tahap penerapan model pembelajaran pada siklus I

* Pelaksanaan

Untuk bahan perencanaan ulang.

* Observasi

Melakukan Sama dengan wawancara siklus guru dengan sebelumnya ketua peneliti, bersama dengan Guru menyadari guru melakukan masih ada tes hasil belajar kelemahannya

* Refleksi

Pembuatan RPP dengan penerapan model pembelajaran tematik. Sama dengan siklus

43

-Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tematik kepada siswa -Mengetahui hasil belajar siswa kelas II dengan menerapkan model pembelajaran tematik.

sebelumnya

Ada ungkapan kepuasan guru Terlaksana dan murid dengan baik melaksanakan model/tipe pembelajaran ini. Guru puas karena semua tahapan di setiap siklus dapat dilaksanakan dengan baik. Tes hasil belajar terlaksana.

Selanjutnya peneliti memaparkan dalam tabel 4. 8 untuk member gambaran nyata tentang perkembangan keberhasilan siklus per siklus, sebagaimana yagn tersaji berikut ini: Tabel 4.8 Statistik Perkembangan Prosentase Hasil Belajar Siswa No. Interval Nilai Kategori I 1. 2. 3. 4. 5. 0 - 34 Sangat Rendah 35 - 54 Rendah 55-64 Sedang 65-84 Tinggi 85 - 100 Sangat Tinggi Jumlah Siswa Jumlah Nilai Rata-Rata Prosentase 0 3 5 20 2 30 2000 66.66 66.66 Siklus / Frekuensi % 0 10 16 66.67 6.67 100 II 0 0 0 26 4 30 2255 75.16 % 75.16 % % 0 0 0 86.67 13.33 100

44

Tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir pelajaran menunjukkan adanya peningkatan dari skor rata-rata prestasi belajar sebelumnya 51 % meningkat menjadi 66.66 % pada siklus I, meningkat menjadi 75.16 % pada siklus II. Perkembangan prosentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Grafik. 4.1 Grafik Perkembangan Prosentase Prestasi Belajar Siswa

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 sangat rendah rendah tes awal sedang siklus I tinggi Siklus II 0 0 0 10 0 0 20 16 20

86.67

66.67 60

13.33 6.67 0 sangat tinggi

Bila mengacu pada Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) IPA SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa yang tercantum dalam KTSP yakni, 65.00 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik efektif dalam meningkatkan prestasi belajar (semua siswa mencapai ketuntasan belajar pada siklus II).

45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan analisis data yang telah dilakukan dalam dua siklus, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Penerapan model pembelajaran tematik efektif meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Inpres Bontoala II Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, hal ini dapat dilihat dari perkembangan prestasi belajar siswa dari siklus I dan II yang memperlihatkan grafik peningkatan. 2. Pada penelitian ini didapatkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik dapat dikembangkan di sekolah-sekolah dasar dan menjadi salah satu strategi belajar yang dapat meningkatkan minat belajar siswa serta profesionalisme guru, yang pada akhirnya menjadi salah satu soludi peningkatan mutu pendidikan secara global.

B. Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dikemukakan di atas, maka diberikan saran sebagai berikut: 1. Penerapan Model Pembelajaran Tematik perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil dan prestasi belajar IPA di SD. Untuk itu, kami sarankan kepada seluruh stake holder pendidikan untuk segera mensosialisasikan strategi pembelajaran ini, agar dapat segera tersebar

46

luas kepada kalangan pendidik, utamanya guru-guru yang mengajarkan IPS. 2. Untuk menerapkan pendekatan tersebut perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan agar ada pemahaman dan komitmen guru menerapkan model pembelajaran tematik tersebut. Untuk itu kami sarankan kepada para penentu kebijakan dalam bidang pendidikan, kiranya serius menangani masalah ini, terutama penyiapan tenaga pelatih/instruktur yang kompoten. 3. Perlu penelitian lanjutan untuk berbagai pokok bahasan dan tingkat kelas untuk melihat sejauh mana efektifitas Model Pembelajaran Tematik tersebut pada setiap bahasansa dan kelas. Kepada setiap guru kelas kami sarankan silakan coba menerapkan model pembelajaran ini kepada setiap pokok bahasan dan kelas dan kepada semua mata pelajaran. Semakin sering anda mencoba, semakin banyak pengalaman dan bukti kebenaran tentang keefektifan penerapan model pembelajaran tematik..

47

DAFTAR PUSTAKA

http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekatpembelajaran/ http://ktiguru.blogspot.com/2008/07/pembelajaran-tematik.html http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/09/implikasi-pembelajaran-tematik/ http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/07/arti-penting-pembelajaran-tematik/ http://re-searchengines.com/rustanti30708.html http://smamda.sch.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=26& temid=9 http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/model-pembelajaran-tematik-kelebihandan-kelemahannya/ http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=323 Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

48

49

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Tema Kelas / Semester Alokasi Waktu : Keluarga : II / I (Satu) : 5 Jam Pelajaran

A. Standar Kompetensi : - Mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan pertumbuhan hewan dan tumbuhan serta berbagai tempat makhluk hidup. - Memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan - Melakukan penjumlahan dan pengurangan sampai 500. B. Kompetensi Dasar: - Mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan. - Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek. - Merupakan nilai tempat ratusan puluhan dan satuan. C. Indikator - Menyebutkan bagian-bagian tubuh hewan - Membuat model hewan (ikan) pada papan tulis - Menyimak cerita bacaan pendek - Menjawab pertanyaan bacaan sesuai dengan isi teks yang didengar. - Menulis lambang bilangan ratusan, puluhan dan satuan. D. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian tubuh hewan. - Siswa dapat membuat model hewan (ikan) dari kertas - Siswa dapat mendengarkan cerita bacaan pendek yang dibacakan oleh guru. - Siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan isi bacaan yang didengar. - Siswa dapat menulis lambang bilangan ratusan, puluhan, dan satuan. E. Materi Pelajaran - Bagian-bagian hewan - Teks Pendek (Cerita Pendek) - Bilangan F. Metode Pembelajaran - Penerapan Model Tematik - Observasi - Tanya jawab - Demonstrasi -

50

G. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Sumber Pembelajaran - Buku pembelajaran terpadu tematik untuk kelas 2 SD/MI Tim Bilas. - Pengembangan guru - Buku Pendamping 2. Media Pembelajaran - Majalah anak-anak - Gambar hewan di lingkungan - Kertas - Kartu Bilangan H. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Awal - Salam dan berdoa bersama - Mengabsen siswa - Memberikan motivasi dengan cara mengajak siswa menyanyi bersama lagu Kucingku kemudian mengadakan tanya jawab tentang binatang kucing yang telah dipelajari sebelumnya. b. Kegiatan Inti - Guru menunjukkan gambar hewan dan meminta siswa untuk menyebutkan nama hewan dan bagian-bagiannya. - Guru mendemonstrasikan cara membuat model ikan dari kertas dengan teknik lipat. - Siswa melakukan kegiatan yang sama, seperti yang dilakukan guru dan memberikan bimibngan kepada peserta didik yang mendapat kesulitan. - Guru membacakan cerita yang dibacakan oleh guru kemudian mencatat nama tokoh, peristiwa, dan urutan kejadiannya, - Siswa menjawab pertanyaan tentan gisi bacaan. - Siswa menuliskan lambang bilangan ratusan, puluhan dan satuan. c. Kegiatan Akhir - Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. - Menutup kegiatan dengan memberikan penguatan. Penilaian 1. Teknik Penilaian a. Tes Tertulis b. Tes Unjuk Kerja 2. Bentuk Instrumen a. Tes Unjuk Kerja - Uji Petik kerja Produk Kriteria yang dinilai 1. Kerapian lipatan

Skor 14

51

2. Bentuk 3. Kelengkapan Bagian 4. Kreativitas

14 14 14

b. Tes Tertulis 1. Amatilah gambar ikan di bawah ini tebalkan dengan menggunakan pensil, warnai dan beri nama hewan tersebut, serta tuliskan bagian tubuh hewan yang ditunjuk.

Mengetahui, Kepala SDI Bontoala II

Bontoala,

Juli 2010

Guru Kelas III,

BURHANUDDIN,S.Pd. NIP. 19510803 198012 1 001

Sitti Rohani NIP. 19650902 198611 2 001

52

DAFTAR NILAI MATA PELAJARAN IPA KELAS II SD INPRES BONTOALA II KEC. PALLANGGA KAB. GOWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
NO. NAMA 1 NUR KHAIDIR 2 MUH.IQRAM 3 MUJAHID 4 MUH. RUSLI 5 MUH. FAHMI 6 RAHMATULLAH 7 ERWIN 8 MUH.ZULKARNAIN 9 ALIF RANDI PRATAMA 10 RUSLI 11 ALDIANSYAH 12 MUH. NUZUL WAHID 13 MUSLIM 14 MUH. IRWAN SIKKI 15 NURHANISA SAFITRI 16 MUHLISA MONTERO 17 ARNITA SARI 18 FENI 19 SYAHRIANI 20 ST. FATIMAH 21 RESKI RAMADANI 22 MITA JUNI ANTISARI 23 INDRI 24 NURUL SABRINA 25 MEYHIRA 26 DEWIYANTI 27 NUR EMI 28 KHUSNUL FINNI 29 NUR ALFIRA YANTI 30 NURUL HIKMAH JUMLAH NILAI TERTINGGI NILAI TERENDAH RATA-RATA TES AWAL 50 50 50 80 55 45 45 50 45 50 60 60 50 50 45 65 70 50 60 70 50 50 65 50 55 65 50 50 50 60 1645 45 80 54,83 SIKLUS I 65 60 50 85 50 65 70 65 50 70 75 70 70 65 60 70 75 75 85 75 60 60 70 65 60 70 65 70 65 65 2000 50 85 66,67 SIKLUS II 70 80 65 95 75 75 75 70 70 75 85 75 75 70 75 75 75 90 95 80 70 70 75 70 65 75 70 75 70 70 2255 65 95 75,17 KET.

53

54

You might also like