You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Demi mencerdaskan kehidupan bangsa dan melestarikan budaya, suatu pendidikan harus berupaya menyeluruh untuk menyelenggarakan semua jenis pendidikan. Jenis pendidikan yang salah satunya untuk membentuk bangsa yaitu melalui pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan berkontribusi dalam sebuah pembangunan sebuah bangsa. Kontribusi nyata pendidikan kewarganegaraan dalam sebuah pendidikan dengan adanya mata pelajaran atau mata kuliah tersebut. Adapun sebuah bangsa bisa berkembang dan maju dengan adanya sebuah pembangunan struktural dalam diri setiap individu melalui pengembangan karakter. Karakter menjadi sebuah hal penting yang akan berkontribusi dalam perkembangan sebuah bangsa, karena sebuah bangsa yang berentitas dan berindentitias akan diakui oleh negara global. Ciri khas dari sebuah karakter menjadi sebuah kebanggan diri sebagai warga negara dan negara. Sebuah contoh yang bisa diamati terkait dengan karakter dan budaya, negara Jepang merupakan sebuah negara yang berkembang pesar pasca perang dunia dua. Bermodal semangat, karakter dan mempertahankan budaya, jepang menjadi negara maju yang diakui oleh seluruh dunia.

Terkait pembentukan karakter bangsa, tentunya pergeseran nilai ini bisa diantisipasi dengan menggunakan metode pembentukan karakter yang beraneka ragam namun demikian nilainya harus tetap terjaga lestari. Nilai kejujuran dan keberanian contohnya harus tetap terjaga namun cara atau metode untuk menanamkan kejujuran dan keberanian itu bisa beraneka ragam yang tentunya menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Mengutip Bung Karno yang mengistilahkan dengan "Kita ambil apinya, bukan abunya." (Saifudin dalam mpr.go.id) Bagaimanakah pendidikan kewarganegaraan berperan dalam pembangunan dan pengembangan karater dalam diri generasi muda, tentu dapat terjawab jika kontribusi yang diberikan pendidikan kewarganegaraan berhasil mengarahkan generasi muda saat ini untuk ikut mengusung karakter bangsa. Oleh karena itu, sangat perlu sebuah pemahaman mengenenai karakter bangsa sendiri dan memberikan jalan itu berkembangnya karakter bangsa.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakter bangsa Indonesia? 2. Bagaimana Pendididikan Kewarganegaraan berperan dalam

membangun karakter generasi muda? 3. Seperti apakah kontribusi nyata yang diberikan Pendidikan

Kewarganegaraan dalam pemabangunan karakter? C. Tujuan 1. Memberikan pemahaman mengenai karakter bangsa Indonesia seutuhnya. 2. Memberikan gambaran bagaimana peran pendidikan kewarganegaraan dalam membangun karakter generasi muda.

3. Mengetahui

kontibusi

pendidikan

kewarganegaraan

dalam

membangun dan mengembangkan karakter generasi muda dan diharapkan dapat berinovasi dan menyumbangkan kontribusi lebih.

BAB II PEMBAHASAN

A. Karakter Bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan RI yang dikumandangkan ke seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sebuah produk dari sejumlah konstituen perjuangan yang sangat lengkap. Ada perjuangan yang bersifat politis, yakni melalui pendirian sejumlah partai, ada perjuangan yang bersifat konseptual yakni berbagai aktifitas intelektual yang melahirkan berbagai konsepsi yang di kemudian hari menjadi ideologi bangsa dan ada pula perjuangan yang bersifat fisik yaitu melalui berbagai konflik bersenjata yang telah merenggut ribuan nyawa pahlawan kita. Kumpulan konstituen perjuangan itu bersinergi dengan baik dan dengan kohesivitas yang tinggi, yang pada akhirnya bermuara pada proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Harus diakui bahwa pola sinergi dari berbagai konstituen yang beraneka ragam tersebut hanya dapat dikonvergensikan melalui suatu kerja keras dari individu dan sekelompok masyarakat dengan karakter dan semangat juang yang tinggi. Menterpadukan berbagai konstituen perjuangan yang sangat kompleks tersebut untuk kemudian menjadi sebuah produk yang koheren dan produktif, yaitu kemerdekaan

bagi suatu bangsa adalah sebuah upaya yang sangat luar biasa dan hanya mungkin dilakukan oleh manusia-manusia dengan karakter unggul. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa para pendiri bangsa ini adalah generasi manusia Indonesia dengan karakter kepahlawanan yang unggul, yang sanggup merancang skenario masa depan bangsanya, menuju bangsa yang mandiri dan bermartabat. Gagasan pembangunan karakter bangsa unggul telah ada semenjak diproklamirkannya republik ini pada tanggal 17 Agustus 1945. Pimpinan nasional kita yang pertama yakni Bung Karno telah pernah menyatakan perlunya nation and character buildings. Walaupun pernyataan tersebut dalam konteks politik, namun secara eksplisit mengandung arti bahwa pembangunan Indonesia tidak cukup hanya dengan membangun fisik akan tetapi harus termasuk membangun karakter dan budaya bangsa. Beberapa tokoh nasional bangsa ini seperti Ki Hadjar Dewantoro juga menyebutkan tentang perlunya character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa. Adapun kemerosotan sebuah karakter pada masa orde baru kepemimpinan presiden Soeharto. Perubahan politik dan ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap karakter dan perilaku seseorang. Masuknya modal asing yang deras ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap karakter dan perilaku bangsa. Ciri-ciri orang Indonesia yang digambarkan Mochtar Lubis jelas tidak sama dengan ciri-ciri orang Indonesia pada tahun 1908, 1928, dan 1945. Adanya pro dan kontra terhadap ciri-ciri orang Indonesia hasil penelitian Mochtar Lubis itu adalah sesuatu yang biasa. Ciri-ciri karakter dalam genggaman Soeharto menurut Mukhtar Lubis : 1. Hipokrisi atau munafik. Di depan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka, tapi kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat
4

plus sex, dan melindungi prostitusi. Banyak yang pura-pura alim, tapi begitu sampai di luar negeri lantas mencari nightclub dan pesan perempuan kepada bellboy hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi, tapi dia sendiri seorang koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap asal bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive. 2. Segan dan Enggan bertanggung jawab atas perbuatannya. Atasan menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan dapat cepat membela diri dengan mengatakan, "Saya hanya melaksanakan perintah atasan." 3. Berjiwa feodal. Sikap feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri otomatis menjadi ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat memimpin. Akibat jiwa feodal ini, yang berkuasa tidak suka mendengar kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik terhadap atasan. 4. Masih percaya takhayul. Manusia Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua untuk menyenangkan "mereka" agar jangan memusuhi manusia, termasuk memberi sesajen. 5. Manusia Indonesia artistik. Karena dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri, dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik yang dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.

Dapat disimpulkan bahwa karakter bangsa Indonesia pada saat itu sedemikian merosotnya. Apalah jadinya jika karakter itu jika sudah membudaya, tentu bangsa ini akan hancur secara perlahan dalam menghadapi perkembangan dunia yang global. Sudah saatnya kita mampu berfikir rasional dan meninggalkan karakter yang masih percaya takhayul. Demi kemajuan sebuah bangsa dan meninggalkan karakter yang sudah lalu perlu menyusun lagi sebuah karakter yang akan membawa kemajuan kedepan. Adapun rumusan karakter menjadi patokan dalam pengembanganya karakter bangsa bagi generasi muda, yaitu : 1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin : Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis : Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan : Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air : Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan rasa kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta Damai : Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-Jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu upaya yang bisa mewujudkan karakter tersebut menggunakan atau menginjeksi sebuah lembaga pendidikan yang sangat dekat dengan setiap generasi muda penerus bangsa. Sebuah media pelu diterapkan yaitu melalui sebuah mata kuliah dan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

B. Peran Pendididikan Kewarganegaraan dalam Membangun dan Mengembangkan Karakter Generasi Muda. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pemeran penting, perlu mengenalkan sebuah materi pendidikan kewarganegaraan yang dihubungkan dengan nilai-nilai karakter sebuah bangsa. Beberapa nilai karakter yang tertuang diatas memiliki sebuah korelasi dengan materimateri pendidikan kewarganegaraan. Diantara nilai karakter bisa berkorelasi dengan pendidikan karakter mengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara demi memunculkan sebuah karakter yang bertanggung jawab. Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu : 1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orangorang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syaratsyarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang. 2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung

hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang. Pasal-pasal tersebut diatas memberikan gambaran relasi antara pendidikan karakter bagi generasi muda. Sudah tercantum dalam UUD 1945 mengenai Hak dan Kewajiban yang bertujuan dalam membentuk karakter yang bertanggung jawab. Adapun korelasi lain antara materi pendidikan nasional dengan pembangunan dan pengembangan karakter bangsa. Peduli sosial dan kesejahteraan nasional. UUD 1945 ayat 4 pasal (2) Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pendalaman yang bisa langsung diterapkan oleh negara dan semua warganya yaitu peduli terhadap rakyat miskin dan terlantar. Dengan begitu karakter peduli sosial bisa dibangun dan diterapkan. Cinta tanah air korelasinya dengan pertahanan dan keamanan negara. Dalam UUD 1945 Pasal 30, (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. (3) Tentara Nasional Indonesia

terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. (5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. Sebuah bentuk korelasi mengenai karakter cinta tanah dan pendalaman mengenui UUD 1945 pasal 30 yang mendukung pengembangan karakter melaui materi-materi yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa dengan pendidikan kewarganegaraan dapat membangun dan mengembangkan karakter generasi muda melului pendalaman UUD dasar 1945, sehingga tercapainya sebuah karakter yang kuat untuk Indonesia dan warganya dan mendapat pengakuan yang lebih dari negara dunia. C. Kontribusi Nyata Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membangun Karakter Genrasi Muda. Lembaga pendidikan yang dapat membaca situasi tentunya tidak akan mengabaikan pentingnya karakter bangsa dan media pendidikan kewarganegaraan. Berupaya dan berkontribusi melalui sebuah pendidikan adalah yang mungkin dan memberikan sebuah pengalaman agar tercapainya karakter yang diidamkan. Kontribusi nyata dalam pendidikan kewarganegaraan melalui materi yang disampaikan kepada peseta didik atau individu. Pendidikan kewarganegaraan menyajikan fakta-fakta mengeani kenegaraan sehinggi dapat dipahami oleh peserta didik.
10

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mempunyai karakter. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan karakter memiliki dimensi-dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas publik warga negara. Dengan begiti pendidikan kewarganegraan tidak jauh dari pengembangan 1. Pembelajaran Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, menginternalisasika nilai-nilai, dan menjadikan perilaku. Zainal dan Sujak (2011: 11-12) menyatakan pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalanpengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. 2. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Demi terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter, perlu didukung dengan dengan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan 18 karakter, dan revitalisasi kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter. 3. Alternatif pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah sebagai aktualisasi budaya sekolah. karakter yang ada didalam faktor pendidikan. Pengembangan yang dapat dilakukan disekolah meliputi ;

11

Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah. Menurut Masnur Muslich (2011: 81), budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Dengan demikian diperlukan pengembangan dan pembinaan karakter di sekolah sebagai aktualisasi budaya sekolah merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter peserta didik agar dapat berjalan efektif. 4. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat Pendidikan karakter bukan sekedar pengetahuan saja, melainkan harus dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa mencintai perilaku yang baik dan dilakukan setiap hari sebagai pembiasaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Sudah jelas bagaimana kontribusi yang bisa diberikan pendidikan kewarganegaraan kaitannya dengan karakter generasi muda. Dengan menanampilkan karakter melalui pembelajaran yang ada disekolah dan efek pengiring di masyarakat dapat menjadi individu menjadi matang dalam mengembangkan karakter bangsa.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

12

Salah satu upaya yang bisa mewujudkan karakter tersebut menggunakan atau menginjeksi sebuah lembaga pendidikan yang sangat dekat dengan setiap generasi muda penerus bangsa. Sebuah media pelu diterapkan yaitu melalui sebuah mata kuliah dan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mempunyai karakter. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan karakter memiliki dimensi-dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas publik warga negara. B. Saran Menjadi sebuah saran yang baik jika sebuah proses pembelajaran apapun perlu dengan dikaitkan dengan nilai-nilai yang diajarkan pendidikan kewarganegaraan yang berideologi pancasila. Peningkatan mutu pendidikan kewarganegaraan harus ditingkat melalui unjuk kerja yang dilakukan pendidikan untuk membangun dan mengembangkan generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA

13

Aqib, Zainal dan Sujak. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya : 2011 Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara : 2011 Krisis

Republik Indonesia. 1945. Undang-Undang Dasar. Jakarta, Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Saifuddin, Lukman Hakim. 2012. Pentingnya Pembentukan Karakter Bangsa (On-line), http://www.mpr.go.id/berita/read/2012/02/04/10240/pentingnyapembentukan-karakter-bangsa. 20 April 2013

14

You might also like