Professional Documents
Culture Documents
2
Asmaran As, Pengantar studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 1
3
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat),
(Bandung: Mizan, 2007), h. 336
4
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2006), h. 1
3
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
5
Menurut Ibnu Miskawaih karakter (khuluq) merupakan suatu keadaan
jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau
dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama,
alamiah dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang gampang sekali
marah karena hal yang paling kecil, atau ketakutan mendengar suatu berita,
atau tertawa berlebihan hanya karena suatu hal yang amat sangat biasa yang
telah membuatnya kagum. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan dan
latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan
dipikirkan, namun kemudian melalui praktik terus-menerus menjadi
karakter.
6
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia, dia akan muncul secara spontan bila
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu,
dan tidak memerlukan dorongan dari luar.
Akhlak disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan
terpatri dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang menyumbangkan
hartanya dalam jumlah besar setelah mendapat dorongan dari seorang dai,
maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena
kemurahannya itu lahir setelah mendapatkan dorongan dari luar. Tapi
manakala tidak ada dorongapun dia tetap menyumbang, kapan dan dimana
saja, barulah bisa dikatakan dia mempunyai sifat pemurah.
Nilai-nilai Akhlak mencakup akhlak terhadap diri sendiri, seperti
optimism dalam hidup, tidak mengenal putus asa, kedisiplinan dan lain-lain.
Akhlak terhadap makhluk-makhluk lain, seperti penyayang terhadap binatang
dan menjaga kelestarian alam dan sebagainya. Dan akhlak terhadap Tuhan,
seperti tunduk dan patuh terhadap-Nya, berprasangka baik terhadap-Nya.
5
Ibid, h. 1-2
6
Abu Ali Akhmad Al-Miskawaih, Tahdzib Al-Akhlaq, Menuju Kesempurnaan Akhlak
Buku Daras Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan, 1994) h. 56
4
Demikian akhlak islam mencakup cakupan yang sangat luas dan sangat
menyeluruh sehingga tak ada satupun aspek kehidupan yang luput dari
jangkauan-Nya.
7
Dalam Al-Quran terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung
ajaran akhlak maupun yang teoritis ataupun praktis. Diantaranya yaitu; Al-
Baqarah 112, 157, Ali Imran 7-9, 199, An-Nisaa 125, At-Taubah 61, Al-Israa
23-29, Al-Anbiyaa 127, Al-Muminun 1, 57-61, As-Sajadah 15, Al-Ahzab
21, Al-Mumtahanah 4-6, Al-Qalam 4.
8
2. Akhlak Terhadap Allah SWT
a. Taqwa
Allah berfirman Pada surah Al-Baqarah:
"^1- O^- p W-Oe4O>
7E-ON_N 4:g~ -)O;E^-
@O^E^-4 O}4
O^- ;}4` =}4`-47 *.)
gO4O^-4 @O=E-
gOE:j^UE^-4
U4-^-4 =}jO)EL-4
O4-474 4E^- _O>4N
gO)O:NO OjO _.O^-
_OE4-41^-4
4-=OE^-4 4^-4
O):OO- 4-)-j*.OO-4
O)4 ~@O- 4~4
E_OUO- O4-474 E_OEO-
]OO^-4 g-g;_E)
-O) W-E_4N W
4)OO-4 O)
g7.Ec4l^- g7.-O--4
4-g4 +E4l^- Elj^q
4g~-.- W-O~E= W
7
M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa Al-Quran Tempat, Tokoh, Nama dan Istilah
Dalam Al-Quran, (Jakarta: PT. Lista Fariska Putera, 2005), h. 45
8
Afzalurrahman, Indeks Al-Quran, terj. Ahsin W. Al-Hafidz, (Jakarta: Amzah, 2009), h.
2
5
Elj^q4 N-
4pO+-^- ^__
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah [2]: 177)
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, bahwa Allah SWT
ketika memerintakan orang-orang mumin untuk menghadap kearah
Baitul Maqdis kemudian memerintahkan mereka untuk berpindah
menghadap kearah Kabah, sebagian ahli kitab dan umat Islam merasa
sulit untuk melaksanakannya, sehingga Allah SWT menurunkan ayat
ini untuk menjelaskan hikmah perintah-Nya, dan mengikuti syriat-
Nya. Inilah hakikat kebaikan, ketakwaan dan keimanan yang
sempurna.
9
Selain itu kualitas ketakwaan seseorang juga menentukan
tingkat kemuliaannya di sisi Allah SWT. Semakin maksimal takwanya
semakin mulia dia di sisi Allah SWT.
10
Allah Berfirman:
Ep) 74`4O- E4gN *.-
7^>
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Q.S. Al-Hujurat
[49]: 13)
9
Ibnu Katsir, Abu Al-Fida Ismail bin Umar Bin Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzhim,
jilid 1, (Lebanon: Dar Al-Theiba, 1999), cet.ke-2, h. 485
10
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2006), h. 21
6
Kalau kita perhatikan penjelasan Imam Ibnu Katsir, hakikat
takwa sebenarnya ialah ketika seorang hamba tidak lagi
mempertanyakan apa maksud dari sebuah perintah atau larangan. Yang
dia lakukan hanyalah tunduk dan patuh terhadap perintah dan menjauhi
larangan. Hal inilah yang dilakukan oleh sahabat Nabi Abu Bakar yang
selalu tunduk dan patuh terhadap apa yang datang dari Allah dan
Rasul-Nya, sehingga beliau diberikan gelar As-Shiddiq. Namun
demikian, bukan berarti pula kita tidak boleh bertanya-tanya dan
mencari hikmah dari setiap perintah dan larangan Allah SWT.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi,
Rasulullah SAW memerintahkan kita agar selalu bertakwa kepada
Allah dimanapun dan kapanpun berada, disertai dengan perbuatan
baik. Beliau bersabda:
11
Dari Abu Dzar beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:
bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, iringilah
(hapuslah) perbuatan buruk itu dengan kebaikan, dan bergaullah
dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik. (H.R. At-Tirmidzi)
b. Cinta Kepada Allah SWT
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah:
;g`4 +EEL- }4` 7OgC+-4C }g`
p1 *.- -41-E^
g4+Oc:g47 pUE *.- W
4O--4 W-EONL4`-47 OE-
:NO =. O4 O4O4C 4g~-.-
W-EONU ^O) 4pu4O4C
=-EOE^- Ep EO^- *.
4OgE_ Ep4 -.- CgE-
-EOE^- ^g)
11
Al-Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Bin Saurah bin Adhahak, Sunan Al-Tirmidzi, jilid 7
(disadur dari maktabah Shameela), h. 488
7
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S. Al-
Baqarah [2]: 165)
Imam Ibnu katsir menjelaskan bahwa hamba-hamba Allah itu
karena cinta mereka kepada Allah SWT, dan sempurnanya marifah
mereka, serta ketundukan dan pengakuan terhadap keesaan Allah,
mereka tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun,
bahkan mereka hanya menyembah-Nya dan bertawakkal kepada-Nya,
dan menyerahkan semua urusan mereka kepada-Nya.
12
Syarat an bukti bahwa seseorang hamba mencintai Allah,
ditegaskan dalam surah Ali Imran:
~ p) +L7 4pOcl> -.-
Og^ON)lE> N7l):NC +.-
Og^4C4 7 74O+^O
+.-4 EOOEN _OgOO ^@
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali
Imran [3]: 31)
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
) (
13
Barang siapa yang terdapat adanya tiga perkara, maka dia akan
merasakan kemanisan iman. Yang tiga perkara itu ialah: mencintai
12
Ibnu Katsir, Abu Al-Fida Ismail bin Umar Bin Katsir, Tafsir Al-Quran Al-Adzhim,
jilid 1, (Lebanon: Dar Al-Theiba, 1999), cet.ke-2, h.
13
Bukhari, Muhammad Bin Ismail Bin Mughirah, Shahih Al-Bukhari, Jilid I (disadur
dari Maktabah Shameela), h. 34
8
Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain-lain, mencintai
manusia karena cinta kepada Allah semata-mata, membenci kembali
kepada kufur seperti kebenciannya bila dilemparkan ke dalam api
neraka (H.R. Bukhari)
3. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
a. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Banyak sekali ayat Al-Quran yang memerintahkan seseorang
untuk berbakti kepada orang tuanya. Al-Quran menggunakan istilah
ihsana sebanyak 6 kali, lima diantaranya dalam konteks berbakti
kepada orang tua (Al-Baqarah: 83), (An-Nisa: 36), (Al-Anam: 151),
(Al-Isra:23), dan (Al-Ahqaf: 15), dan menggunakan kata husn sekali
pada surah Al-Ankabut: 8.
14
dalam hal ini sedangkan hadist sering
menggunakan istilah birrul walidain. Di antara ayat Al-Quran yang
memerintahkan hal tersebut ialah:
W-+:;N-4 -.- 4
W-O7)O; gO) 6*^OE- W
^4).4O^)4
4L=O;O)
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa (Q.S. Annisa [4]:36)
Kata ihsan digunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat
pada pihak yang lain, kedua perbuatan baik. Maknanya bahkan lebih
tinggi dan dalam dibandingkan makna adil, karena adalah
memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya dengan anda,
sedangkan ihsan memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya
terhadap anda.
15
Sehubungan dengan ayat diatas, ada sebuah hadis
14
Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran, (Bandung:
Mizan, 2007), h 125
15
Ibid, h. 126
9
yang menerangkan kedudukan bakti kepada kedua orang tua dalam
islam yaitu:
16
Telah diriwayatkan oleh Abu Al-Walid Hisyam Bin Abdul
Malik, beliau berkata: telah diriwayatkan oleh Syubah, beliau berkata:
Al-Walid bin Al-Aizar telah meriwayatkan kepadaku, beliau berkata:
Aku telah mendengar Abu Amr Al-Syaibani berkata : Telah
meriwayatkan kepada kami pemilik rumah ini, sambil menunjuk
rumah Abdullah (bin Masud), bahwa beliau berkata: Aku telah
bertanya kepada Nabi SAW, Apakah amal perbuatan yang paling
dicintai oleh Allah SWT? Beliau bersabda: Shalat pada waktunya,
kemudian beliau bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah bersabda:
Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) kemudian beliau
bertanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah menjawab: Jihad fi sabililah
(H.R. Bukhari)
b. Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
4g~-.-4 ]O7O4C E4+4O
UE- E4 ;}g` 4L_4^e
E4g-+CjOO4 EO~ -N-;N
E4UE;_-4 --+Ug
`4`) ^_j
16
Bukhari, Muhammad Bin Ismail Bin Mughirah, Shahih Al-Bukhari, Jilid II (disadur
dari Maktabah Shameela), h.34
10
Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami,
anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-Furqan: 74)
Qurratuayyun berarti cahaya mata, permata hati, sangat
menyenangkan. Inilah tipologi anak yang ideal. Kriteria tipologi ini
antara lain tunduk dan patuh kepada Allah SWT, berbakti kepada
orang tua, bermuamalah dengan baik sesama manusia. Atau dengan
ungkapan lain beriman, berilmu dan beramal. Hablun minallah dan
hablun minannasnya berjalan dengan baik.
17
Tetapi untuk mendapatkan anak semacam ini, bukanlah
semudah membalikan telapak tangan. Karena pada dasarnya setiap
anak dilahirkan membawa potensi dasar yang sama. Disebut dengan
fitrah, tinggal bagaimana orang tuanya membina dan mendidiknya
menjadi seorang muslim yang taat kepada Allah. Dalam sebuah hadis
Beliau bersabda:
18
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu
bapaknyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani, atau
Majusi (H.R. Bukhari)
Oleh karena itu orang tua mempunyai kewajiban memelihara
dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak tersebut
sehingga tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang benar-benar
menyerahkan diri secara total kepada Allah SWT.
19
Bukan sebaliknya,
anak menjadi musuh bagi kedua orang tuanya, sebagaimana yang telah
diperingatkan oleh Allah SWT di dalam surah Al-Taghabun:
17
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2006), h. 176
18
Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Jilid 5, h. 321
19
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2006), h. 177
11
Og^4C -g~-.-
W-EONL4`-47 ]) ;}g`
7_4^e gu4
-E4N :- -+OEOu _
p)4 W-Ou> W-OE>4
W-NOg^>4 ]) -.-
EOOEN vOgOO ^j
Artinya: Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-
isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-
Taghabun:14)
Maksud dari ayat di atas kadang-kadang isteri atau anak dapat
menjerumuskan suami atau Ayahnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
c. Kewajiban Anak Berbakti Kepada Orang Tua
Berbuat baik kepada kedua orang tua suatu perbuatan yang
amat disukai Allah SWT, sebagaimana hadis Nabi SAW:
: :
) (
: ( !
87
93 )
Anas r.a. berkata: Aku telah melayani (menjadi pelayan) Nabi saw.
Selama sepuluh tahun, maka tidak pernah membentak saya dengan
25
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah pesan,kesan dan keserasian Al-Quran, (Jakarta:
Lentera Hati 2002), h.244
26
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan M. Abdul Ghaffar, Abu Ihsan Al-
Atsari, (Bogor: Pustaka Imam SyafiI,2004) h.250-251
16
kalimat: Uf. Juga tidak pernah menegur: mengapa anda berbuat itu, atau
mengapa anda tidak berbuat itu? (Bukhari, Muslim)
27
Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang
akhlak Nabi Muhammad saw. Ayat tersebut sekaligus menjadi nama lain
dari Rasulullah SAW salah satunya adalah al rauf (belas kasihan):
; 47.~E} g[Oc4O ;}g)`
:O^ NOCjG4N gO^OU4N 4`
-g44N RC@OEO :^OU4
--gLg`u^) [+74O
_1gOO ^gg
Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan, sangat menginginkan
(keinginan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin. (Q.S. At-Taubah [9]: 128)
C. Kesimpulan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, dia akan
muncul secara spontan bila diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu, dan tidak memerlukan dorongan dari luar.
Sebagai seorang muslim, contoh teladan yang patut kita tiru adalah
Rasulullah SAW. Dan itu berarti bahwa Nabi SAW menjadi percontohan Al-
27
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu Wal Marjan, terj. H. Salim Bahreisy,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996) h. 882
17
Quran, baik dalam hal perintah, larangan, sebagai karakter sekaligus perangai
beliau.
Hakikat takwa sebenarnya ialah ketika seorang hamba tidak lagi
mempertanyakan apa maksud dari sebuah perintah atau larangan. Yang dia
lakukan hanyalah tunduk dan patuh terhadap perintah dan menjauhi larangan.
Agar dapat merasakan kemanisan iman yang harus kita lakukan
yaitu: mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain-lain,
mencintai manusia karena cinta kepada Allah semata-mata, membenci
kembali kepada kufur seperti kebenciannya bila dilemparkan ke dalam api
neraka.
Kewajiban seorang anak adah berbakti kepada orang tua, orang tua
mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi
dasar keislaman anak tersebut sehingga tumbuh dan berkembang menjadi
muslim yang benar-benar menyerahkan diri secara total kepada Allah SWT.
Daftar Pustaka
Afzalurrahman, Indeks Al-Quran, terj. Ahsin W. Al-Hafidz, Jakarta: Amzah,
2009.
18
Al-Miskawaih, Abu Ali Akhmad, Tahdzib Al-Akhlaq, Menuju Kesempurnaan
Akhlak Buku Daras Pertama Tentang Filsafat Etika, terj. Helmi Hidayat,
Bandung: Mizan, 1994.
Al-Tirmidzi, Muhammad Bin Isa Bin Saurah bin Adhahak, Sunan Al-Tirmidzi,
jilid 7 (disadur dari maktabah Shameela)
Asmaran As, Pengantar studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Al-Lulu Wal Marjan, terj. H. Salim Bahreisy,
Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1996.
Bukhari, Muhammad Bin Ismail Bin Mughirah, Shahih Al-Bukhari, Jilid I (disadur dari
Maktabah Shameela)
El Saha, M. Ishom dan Saiful Hadi, Sketsa Al-Quran Tempat, Tokoh, Nama dan
Istilah Dalam Al-Quran, Jakarta: PT. Lista Fariska Putera, 2005.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI), 2006.
Katsier, Ibnu, Mukhtasar Tafsir Ibnu katsier, terj. H. Salim Bahreisy dan H. Said
Bahreisy, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.
Katsir, Ibnu, Abu Al-Fida Ismail bin Umar Bin Katsir, Tafsir Al-Quran Al-
Adzhim, jilid 1, cet.ke-2, Lebanon: Dar Al-Theiba, 1999.
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan M. Abdul Ghaffar, Abu Ihsan Al-
Atsari, Bogor: Pustaka Imam SyafiI, 2004.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran Di Bawah Naungan Al-Quran, terj.
Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Rabbani Press, 2000.
Shihab, Quraish, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran, Bandung:
Mizan, 2007.
19
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah pesan,kesan dan keserasian Al-Quran,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab, Quraish, Wawasan Al-Quran (Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat), Bandung: Mizan, 2007.