You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kekerasan terhadap anak ternyata masih terus terjadi. Setiap hari ratusan ribu bahkan jutaan anak Indonesia mencari nafkah di terik matahari, di kedinginan malam, atau di tempat-tempat yang berbahaya,ada anak yang disiksa orangtuanya atau orang yang memeliharanya. Setiap malam, di antara gelandangan ada saja gadis-gadis kecil yang diperkosa preman jalanan, Setiap menit ada saja anak yang ditelantarkan orangtuanya karena kesibukan karier, kemiskinan, atau sekedar egoisme. Mereka tidak masuk koran karena mereka tidak mati tiba-tiba. Umumnya mereka mati perlahan-lahan. Mereka tidak muncul dalam media karena perlakuan kejam yang mereka terima tidak dilaporkan polisi. Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak masih sering terjadi. Data laporan K3JHAM selama tahun 2000 di Kota Semarang terjadi 29 kasus perkosaan yang terpublikasi, jumlah tersebut terbesar terjadi di antara 29 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang terlaporkan perempuan. Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terpublikasi 26 kasus. Demikian juga kasus kekerasan terhadap anak secara kualitatif dilaporkan oleh Unicef sering terjadi di Kota Semarang baik di rumah, di sekolah maupun di komunitas.

(www.semarang.go.id edisi Kamis, 06 Juli 2006). Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan secara sengaja kekuatan fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis,

pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. (Kusworo, Danu. 2006 : 1). Penggunaan kata kekuasaan di dalam definisi kekerasan bertujuan untuk memperluas pemahaman tentang kekerasan dan memperluas pemahaman konvensional tentang kekerasan dengan memasukkan juga tindakan-tindakan kekerasan yang merupakan hasil dari relasi kekuasaan, termasuk di dalam ancaman dan intimidasi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik membahas masalah kekerasan pada anak.

B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. Gambaran umum kekerasan terhadap anak Pengertian tentang anak Kekerasan terhadap anak Kekerasan seksual Hukum perlindungan anak

C. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak. Mengidentifikasikan pengertian tentang anak. Mengidentifikasikan kekerasan terhadap anak. Mengidentifikasikan kekerasan seksual. Mengetahui hukum perlindungan anak.

D. TUJUAN MAKALAH 1. 2. 3. 4. 5. Untuk Mengetahui Gambaran umum kekerasan terhadap anak Untuk Memahami pengertian tentang anak Untuk Memahami kekerasan terhadap anak. Untuk Mengetahui kekerasan seksual Untuk Mengetahui perlindungan anak

E. MANFAAT MAKALAH Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kekerasan terhadap anak dan permasalahannya.

BAB II PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi, seksual, finansial, spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah dimensi mencakup: fisik (memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit, dan mematamati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang diarahkan kepada orang-orng dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain-lain.1 Kekerasan seksual melakukan tindakan yang mengarah ajakan atau desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium, atau melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban, ucapan-ucapan yang merendahkan dan melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin atau seks korban, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dengan kekerasan fisik maupun tidak memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak disukai, merendahkan, menyakiti, atau melukai korban (dengan dampak sosial yang sangat luas bagi anak pada umumnya). Kekerasan finansial mengambil uang korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial korban, mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang sekecil-kecilnya, semuanya dengan maksud untuk dapat mengendalikan tindakan korban. Kekerasan spiritual merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, memaksa korban melakukan ritual dan keyakinan tertentu. Pembagian diatas dilakukan hanya untuk kepentingan memudahkan pembahasan dalam kenyataan, kekerasan terhadap anak lebih sering
1

Luhulima Achie Sudarti, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya (Alumni,Jakarta,2000).Hal 11,12

menujukkan bentuk gabungan dari dimensi-dimensi yang ada, baik itu dimensi fisik, psikologis, dan atau seksual. Dan dapat dikatakan bahwa semua bentuk kekerasan memiliki dampak psikologis pada anak, suatu dampak mungkin tidak langsung keliatan dan memerlukan penelaahan teliti.

B. PENGERTIAN TENTANG ANAK Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional karena itu perlu pembinaan dan pengembangannya dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipassi secaara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus citacita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan ekstensi bangsa dan negar pada masa depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, ber-akhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untukmewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.2 Banyaknya pengertian tentang anak sehingga bisa dilihat dari bermacam-macam aspek yang ada sekarang ini seperti : 1. Pengertian anak dari aspek religius atau agama. Anak anugrah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga orang tua yang telah dianugrahi seorang anak oleh tuhan bertugas dan bertanggung jawab untuk mengasuh, membina, dan mendidik anak agar menjadi manusia yang seutuhnya. 2. Pengertian anak dari aspek sosiologis Pengertian anak dari dalam makna sosial ini lebih mengarah pada perlindungan anak secara kodrati karena keterbatasan yang dimilikinya sebagai seorang anak. Anak tidak mungkin diharapkan untuk waktu yang relatif singkat , tahu dan mengerti bagaimana ia harus bertingkah laku, bersikap, dan hidup bermasyarakat dengan orang lain dalm lingkungannya

Komnas Ham, Anak-anak Indonesia yang Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi VII/Tahun IV/1-30 November 2006

3. Pengertian anak dari aspek ekonomi Dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan anak oleh orang tuanya demi menciptakan kesejahteraan bagi anak tersebut, kesejahteraan anak dapat diperoleh oleh faktor-faktor internal anak itu sendiri maupun dari ekternal keluarga anak yang bersangkutan. Anak dalam aspek ekonomi ini berkaitan dengan kegiatan eksploitasi anak dan perdagangan manusia. 4. Pengertian anak dari aspek hukum Pengertian anak dalam kedudukan hukum yaitu anak dipandang sebagai subyek hukum.

C. KEKERASAN TERHADAP ANAK 1. Pengertian Kekerasan Istilah kekerasan setara dengan kata violence dalam bahasa inggris. Violence berkaitan erat dengan kata latin vis (daya atau kekuatan) dan latus (yang berasal dari : membawa), yang berarti membawa kekuatan.3 Dalam kamus besar bahasa indonesia, kekerasan diartikan sebagai perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada paksaan. Menurut penjelasan ini, kekerasan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit, atau penderitaan pada orang lain. Dimana salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah berupa paksaan atau ketidakrelaan atau tidak adanya persetujuan pihak lain yang dilukai.4 Kata kekerasan yang dimaksud disini merupakan padanan dari kata violence dalam bahasa inggris, meskipun keduanya memikili konsep yang berbeda. Kata violence diartikan sebagai suatu serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangakan kata kekerasan dalam bahasa indonesia pada umumnya dipahami hanya menyangkut serangan fisik belaka.5
3

I. Marshana Windu, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johsn Galtung , (Yogyakarta :Kanisius, 1992, hal.63.) 4 Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hal 30 5 Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas Indonesia,1997), hal.7

2. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan pada anak Bentuk-bentuk kekerasan pada anak antara lain : a. Penganiayaan fisik : menyakiti dan melukai anak atau membunuhnya. Termasuk diantaranya : dipukul, dibakar, digigit, juga diracun, diberi obat yang salah, ditenggelamkan. b. Penganiayaan seksual: ketika anak-anak, laki-laki maupun perempuan, dianiaya secara seksual oleh orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka sendiri. Hal ini dapat berupa hubungan kelamin (penetrasi), masturbasi (seks oral,hubungan seksual anal, dan

mengekspos anak untuk keperluan pornografi). c. Penelantaran anak : ketika orang tua tidak memenuhi kebutuhan dasar anak seperti makanan, pakaian, pengobatan, juga meninggalkan anak yang masih kecil sendirian dirumah. Orang tua yang menolak atau tidak memberi cinta dan kasih sayang dikatakan penelantaran emosional. d. Penganiayaan emosional : ketika anak kurang mendapat cinta dan kasih sayang, sering diancam dan dicela sehingga anak kehilangan percaya diri dan harga diri.6 Dimana apabila dilakukan pengelompokkan besar maka bentuk kekerasan dapat dikelompokkan menjadi : a. Kekerasan dalam area domestik/hubungan intim-personal Yaitu berbagai bentuk kekerasan anatara pelaku dan korbannya memikili hubungan keluarga atau hubungan kedekatan lain. Termasuk didalmnya penganiayaan terhadap istri, penganiayaan terhadap anak kandung dan anak tiri, penganiayaan terhadap pacar, bekas istri, tunangan, orang tua, serangan seksual atau perkosaan oleh anggota keluarga. b. Kekerasan dalam are publik Yaitu berbagai kekerasan yang terjadi diluar Hubungan keluarga atau hubungan personal lain, meliputi berbagai bentuk kekerasan yang sangat luas cakupannya, baik yang terjadi ditempat kerja, ditempat umum (bus dan kendaraan umum, pasar, restiran, dan tempat umum

Ibid, hal 52

lainnya), di lembaga-lembaga pendidikan, dalam bentuk publikasi atau produk dan praktek ekonomis yang meluas distribusinya (misalnya ponografi, perdagangan perempuan dan lainnya) maupun bentu-bentuk lain. c. Kekerasan yang dilakukan oleh atau dalam lingkup negara meliputi kekerasan secraa fisik, seksual, dan atau psikologis yang dilakukan, dibenarkan, atau didiamkan, dibiarkan terjadi oleh negara dimana pun terjadinya, termasuk pelanggaran hak asasi perempuan dalam

pertentangan antar kelompok, dalam situasi konflik senjata, berkaitan dengan antara lain pembunuhan, perkosaan, perbudakan seksual dan kehamilan paksa.7

3. Dampak kekerasan terhadap anak Secara rinci dampak kekerasan terhadap anakadalah sebagai berikut :8 a. Anak akan menjadi negative dan agresif serta mudah frustasi b. Menjadi sangat pasif dan apatis c. Tidak mempunyai kepribadian sendiri, apa yang dilakukan sepanjang hidupnya extension). d. Rendah diri e. Sulit menjalin relasi dengan individu. hanyalah memenuhi keinginan orangtuanya (parental

D. KEKERASAN SEKSUAL Kekerasan seksual terhadap anak merupakan semua bentuk perlakuan yang merendahkan martabat anak dan menimbulkan trauma yang

berkepanjangan. Bentuk perlakuan tersebut adalah digerayangi, diperkosa, dicabuli dan digauli. Adapun kekerasan yang ditonjolkan merupakan pembuktian bahwa pelaku memiliki kekuatan fisik lebih. Kekuatan lain yang dimiliki selain kekuatan fisik yang dijadikan alat untuk memperlancar usahausaha jahatnya.

7 8

Ibid , hal 3-4 Purnianti dan Rita Serena Kalibonso, op.cit,hal.54

Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu (Pasal 8 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004).

1. Perkosaan Menurut Soetandyo Wignjosoebroto : Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang lelaki terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang berlaku melanggar.

2. Jenis-Jenis Perkosaan Perkosaan dapat digolongkan sebagai berikut :Forcible rape (pasal 285 KUHP). Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. a. Statutory rape : perkosaan terhadap anak perempuan di bawah umur (<14 tahun) orang gila, imbisil / lemah akal mental (unable person) b. Exploitation Rape : Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap kesempatan melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi perempuan yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial. Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau pembantu rumah tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang berwajib. c. Victim Precipitated Rape Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung) dengan menempatkan korban sebagai pencetusnya. d. Sadistic rape : perkosaan yang disertai agresi / serangan beerapa kekejaman tindakan-tindakan merusak. e. Anger Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas yang menjadi sarana untuk menyatakan dan melampiaskan rasa geram dan marah yang tertahan. Tubuh korban disini seakanakan merupakan
8

obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan kekecewaan hidupnya. f. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual. g. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa keintiman personal harus dibatasi tidak sampai sejauh persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai keyakinan membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks h. Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan seksnya, melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban.

3. Faktor penyebab perkosaan a. Pelampiasan kemarahan unjuk kekuasaan b. Naluri lelaki: laki-laki mempunyai dorongan seksual yang tinggi, dan jika lelaki menunjukan agresivitas seksualnya pada umumnya tidak ada sanksi sosial bagi pelakunya c. Pelakunya mempunyai kelainan seksual-harus dihukum dan ditangani secara klinis. Penyimpangan seksual tidak termasuk dalam dasar penghapus pidana (dasar pemaaf) yang dialur dalam Pasal. 44 KUHP d. Mispersepsi pelaku atas korban, mengalami pengalaman buruk khususnya dalam hubungan personal (cinta), terasing dalam pergaulan sosial, rendah diri, ada ketidakseimbangan emosional.

4. Tanda Dan Gejala Pelecehan Seksual Gejala dan tanda seorang anak yang mengalami pelecehan seksual tidak selalu jelas. Ada anak-anak yang menyimpan rahasia pelecehan seksual yang dialaminya dengan bersikap manis dan patuh, berusaha agar tidak
9

menjadi pusat perhatian. Meskipun pelecehan seksual terhadap anak tidak memperlihatkan bukti yang jelas. Beberapa tanda-tanda yang mencurigakan tampak pada anak dan terlihat terus-menerus dalam jangka waktu panjang,Tanda dan indikasi pelecehan seksual antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral Remaja Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri, pikiran bunuh diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa. Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan ngompol), menarik diri atau depresi, serta perkembangan terhambat. Anak usia prasekolah Gejalanya sama ditambah tanda-tanda berikut: Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut, sembelit. Tanda pada perilaku emosional dan sosial: kelakuan yang tiba-tiba berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan seksual. Tanda pada perilaku seksual: masturbasi berlebihan, mencium secara seksual, mendesakkan tubuh, melakukan aktivitas seksual terang-terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas seksual, dan rasa ingin tahu berlebihan tentang masalah seksual. Anak usia sekolah Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar, seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan teman terganggu, tidak percaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka disentuh, serta menghindari hal-hal sekitar buka pakaian.

10

5. Dampak Perkosaan Bagi Korban Pemerkosaan a. Dampak fisik 1) Nafsu makan menurun drastis 2) Sakit asma 3) Sakit kepala 4) Sulit tidur 5) Sakit didaerah perut / kemaluan 6) Bengkak disekujur tubuh / tubuh yang terluka 7) Sulit buang air besar / kecil 8) Mungkin akan mandul 9) Tertular PMS, HIV-AIDS 10) Infeksi pada alat reproduksi b. Dampak Mental / Emosional 1) Stres berat- ketakutan, depresi, phobia 2) Merasa : hina, bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri, tidak berdaya 3) Curiga pada orang lain 4) Takut hamil 5) Goncangan jiwa yang berat 6) Dorongan untuk bunuh diri c. Dampak Pada Kehidupan Pribadi dan Sosial 1) Ditinggalkan teman dekat 2) Hubungan dengan suami / pasangan memburuk atau pecah cerai 3) Tidak lagi bergairah untuk bercinta 4) Takut atau tidak bisa jatuh cinta 5) Sulit membina hubungan dengan pria lain
11

6) Menghindari setiap pria 7) Sulit untuk percaya orang lain dan sungguh-sungguh mencintai : pernah dan merasa dikhianati

6. Dampak kekerasan seksual terhadap anak Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat serius dan berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Seorang anak yang mengalami kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia maka ia akan mengalami cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya. Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa. Finkelhor dan Browne (dalam Tower, 2002) menggagas empat jenis efek trauma akibat kekerasan seksual, yaitu : a. Betrayal (penghianatan) Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan seksual. Sebagai anak individu percaya kepada orang tua dan kepercayaan itu dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan otoritas orang tua menjadi hal yang mengancam anak. b. Traumatic sexualization (trauma secar seksual) Russel (dalam Tower, 2002) menemukan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual dalam rumah tangga. Finkelhor mencatat bahwaa korban lebih memilih pasangan sesama jenis karena menganggap laki-laki tidak dapat dipercaya. c. Powerlessness (merasa tidak berdaya) Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaaan tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah. Korban merasa dirinya tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja. Beberapa korban juga merasa sakit pada tubuhnya. Sebaliknya paada korban lain yang memiliki intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya. d. Stigmatization

12

Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat

ketidakberdayaan dan merassa berbeda dengan orang lain, dan beberapa korban marah pada tubuhnya akibat penganiayaan yang dialami. Korban lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman alkohol untuk menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya. Atau berusaha

menghindari memori kejadian tersebut (Gelinas, Kinzl dan Biebl dalam Tower, 2002)

7. Landasan Hukum untuk Jaminan Perlindungan dari Tindak Kekerasan Seksual a. Nasional 1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 285, 286,287, 290, 291 2) UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga(PKDRT) Pasal 8(b), 47, 48 3) UU No 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pasal 1 (3,7) 4) UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1(15), 17(2), 59 dan 66(1,2), 69, 78 dan 88 b. Internasional 1) Statuta Roma Pasal 7 ayat 2 (g), Pasal 69 ayat 1&2, Pasal 68 2) Resolusi PBB 1820 tentang Kekerasan Seksual dalam Konflik Bersenjata 3) Deklarasi penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan (ICPD) pada bulan 4) Desember 1993,Deklarasi Wina Tahun 1993

E. HUKUM PERLINDUNGAN ANAK (UU NO.23 TAHUN 2002 (23/2002) 1. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiaptiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia; 2. bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya;
13

3.

bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan;

4.

bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hakhaknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi;

5.

bahwa untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya;

6.

bahwa berbagai undang-undang hanya mengatur hal-hal tertentu mengenai anak dan secara khusus belum mengatur keseluruhan aspek yang berkaitan dengan perlindungan anak;

7.

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, c, d, e, dan f perlu ditetapkan Undang-undang tentang Perlindungan Anak;

14

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi, seksual, finansial, spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah dimensi mencakup: fisik (memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit, dan memata-mati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang diarahkan kepada orang-orng dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain-lain. Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat serius dan berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa pertumbuhan baik fisik maupun mentalnya. Seorang anak yang mengalami kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia maka ia akan mengalami cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan emosinya. Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu

B. SARAN Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kelompok meminta kritk dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

15

DAFTAR PUSTAKA
Luhulima Achie Sudarti, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya (Alumni,Jakarta,2000).Hal 11,12 Komnas Ham, Anak-anak Indonesia yang Teraniaya, Buletin Wacana, Edisi VII/Tahun IV/1-30 November 2006 I. Marshana Windu, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johsn Galtung, (Yogyakarta :Kanisius, 1992, hal.63.) Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hal 30 Suparman Marzuki, Pelecehan Seksual, (Jakarta :Fakultas Hukum Universitas Indonesia,1997), hal.7 Ibid, hal 52 Ibid , hal 3-4 Purnianti dan Rita Serena Kalibonso, op.cit,hal.54

16

You might also like