You are on page 1of 20

TUGAS UMUM KETUA BIDANG (PROGRAM DAN ANGGARAN)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. MENYUSUN PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN MENYIAPKAN PASILITAS KANTOR DAN ATK PEREKRUTAN STAF DAN SEKSI SEKSI PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN SISTEM INFORMASI PROGRAM PENINGKATAN PASILITAS PENEMPATAN TKI PENINGKATAN KERJASAMA KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI PENINGKATAN PROMOSI TKI PENINGKATAN SOSIALISASI PEMBINAAN DAN KELEMBAGAAN PEMBINAAN DAN EVALUASI KANTOR CABANG PPTKIS DAN LEMBAGA PENDUKUNG LAINYA RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BID. PEMBINAAN PROMOSI DAN PEMASYARAKATAN PROGRAM TRENING OF TRENER (TOT) PETUGAS PENYULUHAN TKI OPERASIONAL PELAYANAN PEMBINAAN PEMANTAUAN CALON TKI DI PENAMPUNGAN BIMBINGAN TEKNIS PELAYANAN DAN PEMBINAAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGEMBANGAN APLIKASI WARE HOSE OPERASI JARINGAN INTERNET PENGOLAAN DATA DAN INFORMASI PENGEMBANGAN DAN STUDI PENGKAJIAN TKI PENYUSUNAN PEDOMAN PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN TRIMESTER TAHUNAN SISTEM INFORMASI PUBLIK PENGADAAN BARANG DAN JASA PENGGAJIAN SEKSI DAN STAF PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN TKI PELAYANAN PUBLIKASI, INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN PORUM KOMUNIKASI KEHUMASAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT PUBLIKASI PADA MASYARAKAT UMUM DAN PERS PENYEBARAN INFORMASI PEMBERITAAN MELALUI DIALOG PEMBERITAAN MELALUI MEDIA CATAK PELAYANAN INPORMASI DAN DOKUMENTASI PENGELOLAAN ANGARAN PENYELENGGARAAN OPERASIONAL DAN PELAYANAN PERKANTORAN

PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN (PKP4TKI)

NO 1 2 3 4 v 6 7 8 9 10 11 12 13 14

RENCANA Perumusan rancangan peraturan Konsultasi Hukum dan layanan hukum Pertemuan berkala jaringan dokumentasi dan informasi hukum Peningkatan kualitas SDM dibidang ketenaga kerjaan /buruh migran Pelayanan publikasi dan informasi Koordinasi dengan instansi terkait Publikasi pada masyarakat / jumpa pers Penyebaran informasi melalui pemberitaan dan dialog Pemberitaan PKP4TKI melalui warta TKI karawang Penyelenggaraan BAKOHUMAS Pelayanan informasi dan dokumentasi Kajian peraturan Pelaksanaan kegiatan dan pembinaan Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan laporan kinerja

ANGGARAN

RINCIAN PERKIRAAN BELANJA

TARGET PENDAPATAN -

PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN PKP4TKI KAB. KARAWANG ANGGARAN TAMBAHAN 2013
NO RENCANA ANGGARAN (Rp) 5.000.000 15.000.000 2.500.000 5.000.000 10.000.000 5.000.000 RINCIAN PERKIRAAN BELANJA TARGET PENDAPATAN

1 2 3
4 5 6

menyusun program kerja dan anggaran P3 menyiapkan pasilitas kantor dan ATK perekrutan seksi seksi dan staf penelitian pengembangan dan sistem informasi program peningkatan pasilitas penempatan tki peningkatan kerjasama kelembagaan dan organisasi peningkatan promosi tki peningkatan sosialisasi pembinaan dan kelembagaan pembinaan dan evaluasi kantor cabang pptkis dan lembaga pendukung lainya rapat koordinasi dan konsultasi teknis monitoring dan evaluasi penyusunan laporan keuangan bid. P3 promosi dan pemasyarakatan program trening of trener (TOT) petugas penyuluhan tki operasional pelayanan pembinaan pemantauan calon tki di penampungan bimbingan teknis pelayanan dan pembinaan evaluasi program kerja pengembangan aplikasi ware hose operasi jaringan internet pengolaan data dan informasi pengembangan dan studi pengkajian tki P3 penyusunan pedoman P3 peningkatan kualitas P3 penyusunan laporan bulanan, trimester dan tahunan sistem informasi publik pengadaan barang dan jasa penyelenggaraan kegiatan pendampingan tki

7 8 9

10.000.000 5.000.000 5.000.000

10

5.000.000

11 12 13 14 15 16

5.000.000 5.000.000 15.000.000 5.000.000 10.000.000 5.000.000

17

10.000.000

18 19 20 21 22

5.000.000 10.000.000 5.000.000 5.000.000 10.000.000

23 24 25 26 27 28

5.000.000 10.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000 10.000.000

29

Penggajian Komisioner, seksi dan staf pelayanan publikasi, informasi dan perpustakaan porum komunikasi kehumasan koordinasi dengan instansi terkait publikasi pada masyarakat umum dan pers penyebaran informasi pemberitaan melalui dialog pemberitaan melalui media catak pelayanan inpormasi dan dokumentasi pengelolaan anggaran penyelenggaraan operasional dan pelayanan perkantoran Pengadaan kendaraan Oprasional Berupa 1 unit kendaraan roda 4 dan 2 unit kendaraan roda 2

528.000.000

30 31 32 33

5.000.000 5.000.000 10.000.000 5.000.000

34 35 36

10.000.000 5.000.000 5.000.000

37 38 39

10.000.000 20.000.000 180.000.000

990.500.000

I.

MUKODIMAH

Hak WNI untuk mendapatkan pekerjaan dan kebebasan memilih pekerjaan dilindungi UUD 1945, Pasal 27 Ayat 2, bahwa setiap Warga Negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pengaturan lebih lanjut diatur melalui UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Demand dan Supply) Pasal 34 UU Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan Penempatan Tenaga Kerja di luar negeri diatur melalui Undang-undang. Dengan demikian pemanfaatan dan pengaturan pasar kerja luar negeri (Supply) diatur melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dan Keputusan Presiden R.I Nomor 36 tahun 2002 tentang Ratifikasi Konvensi ILO. Berdasarkan Konvensi ILO Nomor 88 pasal 6 huruf b butir IV Pemerintah diwajibkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mempermudah setiap perpindahan tenaga kerja dari satu Negara ke Negara yang lain yang mungkin telah disetujuai oleh Pemerintah Negara penerima Tenaga Kerja Indonesia. Sesuai dengan mandat Konvensi dan UUD 1945 tersebut, kebijakan Nasional Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P3TKI-LN) harus bersifat menyeluruh dan integrative dengan melibatkan seluruh Instansi Pemerintah terkait dalam memberikan pelayanan kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maupun pelayanan kepada Perusahan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) berikut lembaga lain yang mendukungnya. Dengan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI yang terintegrative didukung penegakan hukum yang kuat, maka kerugian sosial yang ditimbulkan dapat diminimalisir sekecil mungkin, sehingga pelayanan penempatan dan perlindungan TKI berdaya guna dan berhasil guna dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat dan penerimaan devisa negara. Pelaksanaan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI pada dasarnya mempunyai dua sisi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam segala bentuknya yaitu komitmen nasional atas dasar keutuhan persepsi bersama untuk menggalang dan melaksanakan koordinasi lintas regional dan sektoral, baik vertikal maupun horizonal, ternasuk perlunya ada kejelasan proporsi peran dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, PPTKIS dan sarana pendukung utama dalam penyiapan TKI yang berkualitas dan bermartabat. Kejelasan proporsi dan tanggung jawab tersebut perlu dijalin dalam rangka menggalang kemitraan (Spirit Indonesia incorporate) karena ketika TKI berangkat dan bekerja di luar negeri akan menyangkut permasalah harkat dan martabat manusia Indonesia, Bangsa, Negara dan Pemerintahan dipercaturan Dunia Internasional. Kegiatan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI pada dasarnya bertumpu pada Jasa manusia yang melekat pada diri manusia yang memiliki hak asasi, harkat dan martabat yang terkait langsung dengan kegiatan ekonomi dan sosial, sehingga berbagai pihak berminat dan mudah melibatkan diri untuk dapat dimanfaatkan dan dipolitisir untuk kepentingan kelompok atau golongan masyarakat tertentu. Kegiatan ekonomi yang ditimbulkanya yaitu mendatangkan devisa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah melalui peningkatan permintaan barang dan jasa. di samping membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah, bila tidak dikelola dengan sungguh-sungguh dan profesional akan membawa dampak negative terhadap perkembangan sosial masyarakat. Untuk meminimalisir dampak negative dari pelayanan penempatan dan perlindungan TKI, campur tangan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah secara integral sangat dibutuhkan, guna mencegah TKI menerima pekerjaan-pekerjaan yang non-remuneratif, eksploitatif, penyalahgunaan, penyelewengan serta menimalisir biaya sosial yang ditimbulkanya.

Pemerintah sangat menyadari bahwa untuk melarang atau mempengaruhi keputusan masyarakat untuk tidak bekerja di luar negeri memang sulit, karena di samping menyangkut hak asasi manusia yang dilindungi Undang-undang dan juga menyangkut otoritas dan kedaulatan suatu Negara. Walaupun begitu Undang-undang juga mewajibkan Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah kebijakan yang tepat guna meminimalisir permasalahan dan memberikan perlindungan kepada CTKI/TKI. Dalam pelayanan penempatan dan perlindungan CTKI/TKI melibatkan berbagai pihak, di antara pihak-pihak tersebut selama ini hanya mengejar tujuan-tujuan ekonomis saja dan mengabaikan tujuan perlindungan, jaminan sosial, pelatihan, tabungan dan investasi. Permasalahan mendasar dalam pelayanan penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri selama ini adalah masalah perlindungan, baik perlindungan di dalam negeri maupun perlindungan di luar negeri. Bila dicermati lebih mendalam lagi terlihat adanya kecenderungan unsur ekspolitasi tenaga kerja, yakni adanya sindikasi tertentu yang menyangkut rekrut dan rekruternya yang membuat TKI tidak berdaya, ditambah dengan rawannya jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh TKI, disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan rendahnya kompensasi TKI, dan diperburuk lagi oleh prilaku PPTKIS beserta lembaga lain pendukungnya yang bekerja kurang profesional sehingga permasalahan TKI baik dalam pra penempatan, masa penempatan maupun purna penempatan seperti tidak ada unjungnya. II. PERMASALAHAN, FAKTOR PENDORONG DAN KONDISI JABATAN 1. Permasalahan. Pasar Kerja Luar Neger sudah sejak lama dikenal oleh Warga Negara Indonesia melalui hubungan tradisional antar penduduk seperti lintas batas dengan Malaysia dan Singapura yang didasari atas kedekatan wilayah, hubungan keagamaan dengan Saudi Arabia dan Negara-negara lain di Timur Tengah, dan hubungan sosial dengan negara-negara dikawasan Asia Pasifik, Eropa dan Aprika, Australia dan negara-negara di Kawasan Amerika. Pada tahap awalnya luput dari perhatian Pemerintah dan masyarakat, setelah pemerintah menyadari dan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta penempatan TKI menjadi lebih marak dan permasalahannyapun terus meningkat. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: a. Pra Penempatan. Berdasarkan data dan berita-berita yang pernah dipublikasikan oleh mas media, baik cetak maupun elekronik maupun kasus-kasus yang ditangani oleh BNP2TKI, permasalahanpermasalahan yang menimpa Calon Tenaga Kerja Indonesia Perempuan (CTKIP) adalah: 1. Direkrut secara illegal seperti: a). Direkrut oleh PPTKIS illegal (tidak memiliki SIUP). b). Direkrut oleh seponsor dijual kepada PPTKIS resmi. c). Direkrut dan diberangkatkan oleh calo. d). Direkrut oleh PPTKIS resmi, tetapi tidak memiliki job order. e). Perektrutan anak masih di bawah umur. f). Perekrutan CTKI buta huruf. 2. Pemalsuan dokumen, seperti: a). KTP b). Kartu Keluarga (KK). c). Ijazah palsu. d). Surat ijin keluarga. e). Hasil tes kesehatan asli tapi palsu (aspal). f). Sertifikat kompetensi asli tapi palsu (aspal). 3. Pemalsuan identitas pada dokumen seperti nama, umur, alamat, status perkawinan, dll. 4. Punggutan oleh calo dan dijual ke PPTKIS.

5. Pemotongan gaji terlalu besar oleh PPTKIS bekerjasama dengan Agency-nya di luar negeri. 6. Terjebak rentenir/calo CTKI. 7. Di penampungan oleh PPTKIS disuruh menanda tangani surat, apabila batal berangkat CTKI harus membayar ganti rugi yang cukup besar (pemerasan ketika membatalkan diri berangkat). 8. Penipuan oleh calo/PPTKIS illegal/dan berbagai pihak. 9. Penyekapan di penampungan karena dijadikan stok manusia. 10. Diperjual belikan antara calo atau PPTKIS. 11. Kondisi penampungan yang buruk yaitu: a). kotor, sanitasi buruk, tanpa tempat tidur (tidur di lantai dengan tikar atau kalpet. b). makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan dan kelayakan. 12. Selama ditampung dipekerjakan pada rumah pemilik PPTKIS atau rumah perorangan dan tidak dibayar dengan alasan praktek kerja lapangan (PKL). 13. Sensor surat dari dan kepada dengan CTKI oleh karyawan PPTKIS di penampungan. 14. Kekerasan psikis dan intimidasi di penampungan. 15. Kekerasan pisik di penampungan. 16. Pelecehan seksual di penampungan. 17. Dilakukan denda yang besar apabila melakukan kesalahan di penampungan. 18. Terlalu lama di penampungan. 19. Tidak diberikan pelatihan, tapi lulus uji kompetensi dan mendapatkan setifikat pelatihan.. 20. Pelatihan dilakukan sekedar formalitas. 21. Diansuransikan, tetapi bila ada masalah tidak bisa diklaim ansuransinya. 22. Pelecehan seksual pada saat medical check up. 23. Menandatangani Surat Perjanjian Kerja dalam situasi yang tergesa-gesa, sehingga CTKI tidak sempat membaca dan mempelajari isi perjanjian kerja. 24. Tandatangan CTKI dipalsukan dalam perjanjian kerja. 25. Sakit tak terawat sehingga meninggal di penampungan. 26. Penelantaran kasus ketika mengadukan kepada pihak berwajib. 27. PPTKIS tidak melaporkan/tidak mendaftarkan di KBRI/KJRI atas kedatangan TKI ke Negara tersebut, sehingga KBRI/KJRI tidak bisa memantau ke beradaan TKI di Negara tersebut. b. Masa Penempatan. Pada umumnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Perempuan, di negara-negara tujuan penempatan bekerja pada sector-sektor pekerjaan yang sudah ditinggalkan atau tidak diminati oleh Warga Negara pemberi kerja karena kondisi kerja yang keras, upah, status rendah dan perlindungan minim. Memperhatikan kondisi demikian, maka TKI menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Dijebak menjadi pelacur di daerah transit. Diperjualbelikan antar Agency di luar negeri. Jenis pekerjaan tidak sesuai dengan perjanjian kerja (PK). Jam kerja melampaui batas, tanpa ada uang lembur. Tidak memegang dokumen apapun karena, semua dokumen ditahan majikan. Dilarang berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan keluarga. Akomodasi dan makanan di rumah majikan tidak memadai. Dilarang menjalankan ibadah, dipaksa memasak dan makan makanan haram (daging babi). 9. Gaji dipotong oleh PPTKIS bekerjasama dengan Agensy yang besarnya melampui ketentuan 10. Gaji tidak dibayar. 11. Memperpanjang kontrak kerja tidak ijin dari keluarga dan menggunakan kontrak kerja yang lama. 12. Punggutan yang tinggi oleh Agency saat perpanjangan kontrak kerja.

13. Disiksa, dianiaya, makan makanan basi dan bekas, diperkosa oleh majikan atau oleh pegawai Agency. 14. Dipenjara dengan berbagai rekayasa tuduhan. 15. Bunuh diri atau membunuh atau melakukan tindakan pidana lainnya atau melakukan tindakan pidana lain karena putus asa akibat perlakuan buruk majikan/Agency. 16. Disekap oleh majikan atau Agency. 17. Di PHK sepihak dan dipulangkan majikan tanpa diberikan hak-haknya. 18. Dipulangkan sepihak oleh Agency setelah usai masa pemotongan gaji oleh Agency, sehingga tak pernah menerima gaji penuh. 19. Penipuan dengan modus medical yang direkayasa dan akhirnya dipulangkan karena dianggap tidak fit. 20. Mengadu ke Polisi tetapi dikembalikan kepada Agency/tekong, yang kemudian oleh agency/tekong dipekerjakan secara illegal, digaji murah atau tidak digaji, bahkan dilacurkan. 21. Dideportasi tetapi tidak pernah sampai di rumah ditangkap oleh calo kemudian diberangkatkan kembali ke luar negeri secara illegal. 22. Sikap aparat KBRI/Konjen RI yang tidak mau membela dan menelantarkan. 23. Penyelesaian kasus tidak tuntas dan dupulangkan karena lamanya proses penyelesaian kasus. 24. Dikenai punggutan oleh aparat KBRI/Konjen RI di luar negeri dengan berbagai dalih. 25. Ketiadaan dan lambannya informasi untuk keluarga jika mengalami sakit, di penjara atau meninggal dunia. 26. Sebelum dipulangkan dipaksa menandatangi surat yang kemudian diketahui isinya adalah pernyataan telah menerima gaji, padahal gajinya belum dibayar/tidak diberikan dan surat pernyataan tersebut ditulis dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh TKI. c. Purna Penempatan Keberadaan terminal IV Selepajang Bandara Sorkarno-Hatta, dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan pelayanan kepada para TKI sejak dari terminal 2 dan terminal IV Selepajang sampai kekampung halamannya, tujuan dari dipilihnya terminal IV Selepajang sebagai tempat proses pemberian pelayanan dalam rangka perlindungan kepulangan TKI menuju kampung halamannya, Tetapi sangat disesalkan justru dalam proses pemberian pelayanan dalam rangka perlindungan inilah telah terjadi berbagai pelanggaran hukum, aturan, etika, moral sampai penghilangan nyawa TKI telah terjadi, yang membuat rasa keadilan dan terkesan orang kecil dan miskin dari kampung tidak ada tempat untuk hidup di negeri yang tercinta ini. Masalah-masalah tersebut antara lain: 1. Tak terpenuhinya hak-hak ansuransi, restitusi pajak, tabungan dan barang-barang bawaan yang tertinggal di luar negeri/di Bandara Soekarno Hatta. 2. Pemerasan dan perlakuan diskriminatif. 3. Luka-luka tidak mendapatkan perawatan medis, karena tidak ada krisis centre pada pos kedatangan. 4. Barang tertukar/ sengaja dihilangkan untuk dalih berbagai punggutan. 5. Pelayanan yang tidak professional. 6. Fasilitas tempat pelayanan buruk. 7. Terpaksa membeli sesuatu dengan harga yang sangat mahal. 8. Punggutan liar dari berbagai pihak. 9. Kekerasan pisik dan psikis (dibentak dan sikap tidak ramah). 10. pelecehan seksual. 11. Perampokan hasil kerja di perjalanan. 12. Masuk perangkap calo dan dijual kembali ke luar negeri. 13. Pemerasan uang dan barang oleh sopir angkutan di perjalanan menuju kampung halaman. 14. Dipindahkan keangkutan lain dan dipunggut biaya tambahan. 15. Dimintai uang tambahan oleh sopir dalam perjalanan pulang. 16. Porter meminta uang layanan kepada TKI. 17. Gila/stress/depresi. 18. Luka ringan bahkan cacat akibat penganiyaan dan atau ketika mencoba melarikan diri dari majikan.

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

hamil/ melahirkan anak tak dikehendaki. Status kewarganegaraan yang tidak jelas bagi anak yang lahir akibat kekerasan seksual. Eksploitasi oleh keluarga. Penahanan dokumen oleh PPTKIS/calo. Ditelantarkan oleh pihak rumah sakit. Penelantaran kasus oleh PPTKIS dan aparat KBRI/KJRI. Dan sebagainya.

Di samping permasalahan-permasalahan tersebut diatas, yang dialami oleh TKI Perempuan, juga kerapkali menjadi korban trafiking dengan dalih penempatan. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 trafiking adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi pembayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antara negara untuk tujuan eksplotasi atau mengakibatkan orang lain tereksploitasi dan trafiking menurut Protocol PBB, adalah Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima pembayaran, memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksplotasi. Ekplotasi untuk melacurkan orang lain, atau bentuk-bentuk lain dari eksplotasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambatan atau pengambilan organ tubuh. Kedua definisi tersebut di atas tidak hanya untuk kasus trafiking pekerja seks saja, tapi juga termasuk kerja paksa dan bentuk-bentuk eksplotasi lainnya yaitu lebih mengedepankan pencegahan trafiking, melindungi dan mendampingi korban, dan untuk menghukum pelakunya (trafiker). Ciri-ciri dan bentuk perdagangan orang di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Ciri-ciri Korban Perdagangan Orang. Korban trafiking manusia dapat menimpa siapa saja yang direkrut, dikirim kesuatu tempat, dipindahkan, ditampung atau diterima, untuk tujuan eksplotasi dengan menggunakan salah satu atau lebih cara-cara sebahai berikut: a) Diancam b) Dipaksa dengan berbagai cara. c) Dipaksa dengan cara-cara lain d) Diculik dengan mengunakan kekerasan e) Ditipu dengan janji-janji manis f) Pemalsuan, manipulasi (dimanipulasi dengan informasi yang salah) g) Dijual kepada pihak lain dengan menerima imbalan

2. Bentuk-bentuk Perdagangan Orang Ditemukan di Indonesia. Penting untuk diingat bahwa, orang yang telah ditipu atau yang tidak menerima gaji, dari pekerjaannya atau yang disiksa bisa dikategorikan sebagai korban trafiking. Trafiking adalah kejahatan di mana pelakunya menerima uang atau menarik keuntungan lainnya dari orang yang dieksplotasi secara terus menerus. Pelaku trafiking cenderung mengarah pada orang-orang yang berbeda pada posisi rentan, yaitu mereka yang dengan mudah dapat ditipu dengan janji-janji kerja. Bentuk-bentuk eksplotasi selama ini ditemukan di Indonesia adalah: a) Dilacurkan atau dipaksa untuk melacurkan diri. b) Dipaksa untuk dijadikan model video porno c) Kerja paksa tanpa imbalan gaji dengan alasan hutang.

d) Dipaksa menjadi pengemis e) PRT mengalami eksplotasi, seperti disiksa, ditahan gajinya. f) Kawin paksa g) Adopsi illegal atau penculikan h) Pemindahan organ tubuh 3. Tanda-tanda Umum Perdagangan Orang Perlindungan terhadap TKI perempuan kedepan perlu mendapatkan perhatian yang serius dan utama karena sangat rentan terhadap ekploitasi dan pelecehan seksual. Pekerjaan tersebut cenderung terpusat pada sektor rumah tangga, perkebunan, pertanian, peternakan dan sektor informal lainnya seperti pabrik garmen yang sering disebut sebagai bengkel keringat (sweatshops), dan yang paling buruk perdagangan seks. Rentannya terhadap ekploitasi dan diperberat dengan kenyataan bahwa undang-undang ketenagakerjaan dibanyak negara penempatanTKI tidak menjamin sektor pekerja rumah tangga dengan baik, memang pekerjaan sektor rumah tangga belum dianggap sebagai profesi. Tandatanda umum yang perlu diwaspadai akan terjadinya perdagangan manusia antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. Diiming-imingi gaji besar Pemalsuan dan memanipulasi dokumen serta indentitas Indentitas ditahan atau disembunyikan orang lain Dipaksa untuk bekerja ditempat yang tidak diinginkan Pemindahan kota, tempat, atau agency tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Larangan berkomunikasi dengan keluarga selama di asrama Pemungutan biaya administrasi yang besar Tidak ada kontrak kerja yang jelas. Ancaman dari majikan bahwa dia akan melaporkan keberadaan anda kepada polisi maupun imigrasi. j. Jam kerja yang lama dan tidak adanya kemampuan untuk menolak k) Tidak diijinkan untuk berhenti karena alasan Jeratan hutang. 4. Faktor Penyebab Orang mudah di Perdagangkan a) Orang yang kehilangan anggota keluarga penopang hidup (yatim piatu, janda) . b) Orang yang menghadapi krisis ekonomi karena kehilangan pendapat atau sakit keras. c) Impian mendapatkan gaji tinggi dari bekerja di luar negri maupun diluar daerahnya. d) Kekerasan dalam rumah tangga 5. Penyebab Perdagangan Wanita dan Anak di Indonesia a. Kemiskinan, menurut data BPS, dari 210 juta penduduk diperkirakan sekitar 4 juta orang berada dibawah garis kemiskinan. apalagi saat ini adanya kenaikan harga BBM, angka kemiskinan bertambah dua kali lipat. b. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. c. Sempitnya lapangan pekerjaan. d. Pengangguran yang besar. e. Konflik atau bencana alam. f. Kurangnya informasi atau perencanaan kedepan. g. Kurangnya informasi tentang kota atau negara tujuan bekerja. h. Menaruh kepercayaan yang begitu besar kepada perekrut. i. Praktek-praktek social dan cultural. marginal-isasi atau subordinasi perempuan, dijual oleh keluarga, mempercayakan anaknya kepada keluarga/temannya yang kaya

6. Penyebab Trafiking di Negara Tujuan. a. Kebutuhan akan tenaga kerja rumah Tangga. b. Kebutuhan akan pelayanan seks.

c. Kebijakan Imigrasi yang ketat 7. Faktor Pendorong.

Bagi WNI Perempuan bekerja di luar negeri tidak selalu didorong oleh faktor kemiskinan, pengangguran dan sempitnya lapangan kerja saja di dalam negeri. Berbagai faktor, alasan dan motif yang ikut menentukan WNI bekerja di luar negeri, seperti kehilangan anggota keluarga penopang hidup (yatim piatu, janda), menghadapi krisis ekonomi, anggota keluarga sakit membutuhkan biaya yang besar, bencana alam, impian mendapatkan gaji tinggi, komplik keluarga dan lain-lainya. Disamping faktor-faktor tersebut, juga didorong oleh faktor tersedianya informasi mengenai tata cara bekerja di luar negeri dan keterkaitan sejarah sosial masyarakat yang panjang, juga menentukan minat masyarakat bekerja di luar negeri, sebagai contoh WNI bekerja ke Arab Saudi mempunyai motif ganda yaitu motif ekonomi dan motif sosial keagamaan seperti naik haji dan umroh, walaupun hak-hak pekerja asing belum dihormati dan terlindungi dengan baik. Selain faktor-faktor tersebut diatas, faktor pendorong lainnya seperti struktur persediaan Tenaga Kerja di Negara asal dan struktur permintaan Tenaga Kerja di Negara-negara tujuan penempatan juga menjadi pendorong menentukan terjadinya Penempatan TKI di luar negeri.

8. Kondisi Jabatan TKI. Pengaturan kebijakan pelayanan penempatan TKI ke luar negeri khususnya penempatan TKI Perempuan dalam kendali alokasi perlu dilaksanakan seselektif mungkin, karena disamping pendidikan, keterampilan, wawasan TKI Perempuan rendah juga bekerja pada jabatan-jabatan yang rawan terhadap pelanggaran noma, susila, etika dan mudah terjadi kekerasan pisik, psikis, diekploitasi dan pelecehan seksual. Kendala-kendala jabatan pada sektor antara lain: a) Kebanyakan TKI terserap dalam pekerjaan di informal seperti pekerja rumah tangga (PRT), sosial bangunan, sosial pertanian, perkebunan dan sosial industri yang sudah tidak diminati lagi oleh warga sosial pemberi pekerjaan karena resiko kesehatan dan keselamatan, status sosial yang rendah dan kurangnya peluang untuk maju dan penghasilan yang rendah. b) Kebijakan sosial negara pemberi kerja mengenai penerimaan Tenaga Kerja Asing (TKA) tidak terampil sering kali disengaja dibuat berat agar tidak mendorong tumbuhya ganguan sosial seperti ketertiban, keaman, kebersihan, gelandangan dan tumbuhnya pemukiman kumuh. c) Tenaga Kerja tidak terampil sering kali menghadapi perlakuan yang diskriminatif dalam upah maupun jaminan sosial dan kebanyakan tidak mempunyai jaminan kerja dan kontrak kerja
Oleh karena semua permasalahan tersebut diatas, keberadaan lembaga yang secara khusus menangani TKI di Daerah Kabupaten Karawang seperti Komisi PKP4TKI ( Pusat Kegiatan Pembinaan, Penempatan, Perlindungan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia) sangatlah penting dan mendapat dukungan dari semua pihak, juga harus ditopang dengan Anggaran yang cukup, sehingga penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI dapat terlaksana sesuai harapan semua pihak.

Langkah-langkah dan yang akan dilakukan oleh Komisi PKP4TKI Kabupaten Karawang

1. Pemantapan Program dan Kegiatan Dengan mendukung kegiatan-kegiatan prioritas dan mendesak dalam pencapaian kinerja termasuk hasil hasil kesepakatan yang telah dibahas dengan para calon mitra kerja Komisi PKP4TKI 2. Sinkronisasi Kegiatan Rapat teknis, Bimtek dan Sosialisasi Dengan memperhatikan padatnya kegiatan-kegiatan Komisi PKP4TKI ke depan yang melibatkan Unit Kerja yang ada, terutama dalam hal pelaksanaan kegiatan Bimtek dan Sosialisasi, maka dalam pelaksanaan kegiatan tersebut perlu disiapkan bahan yang bersifat komprehensif dan dilakukan secara terpadu antar Unit Kerja, dengan demikian pelaksanaan kegiatan tersebut tidak dilaksanakan secara sendiri-sendiri. Dalam rangka mendukung semua kegiatan Komisi PKP4TKI dan dalam mempersiapkan pelaksanaanProgram Kerja , maka perlu diselesaikan semua piranti ,aturan teknis dan SOP yang memastikan agar para pelaksana lapangan dapat melaksanakan secara tepat sesuai tujuan kegiatan tersebut 3. Sinkronisasi dan efektivitas Semua Kegiatan Komisi PKP4TKI harus dilakukan berorientasi hasil dan dilakukan dengan sangat selektif. Untuk kepentingan assessment, keterpaduan program dan kepentingan komunikasi dengan semua Intansi terkait 4. Peningkatan komitmen pelayanan publik yang terbaik. Seluruh Komisioner dan Staf Komisi PKP4TKI harus didorong untuk menjadi aparatur Pelayanan yang kompeten bertanggung jawab dan profesional, transparan, loyal, semangat anti KKN 5. Peningkatan peran dan fungsi MITRA KERJA Guna mendukung tercapainya tujuan Amanah dari Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 dan terciptanya koordinasi stakeholder yang terkait dalam pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di wilayah Kabupaten Karawang, maka keikutsrtaan mitra kerja swasta harus mendapat perhatian secara Optimal, dalam rangka penguatan organisasi diperlukan review terhadap struktur, tugas dan fungsi sesuai dinamika, kompleksitas masalah dan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI yang berkualitas. 6. Pelaksanaan pemetaan potensi persediaan CTKI Pemetaan Potensi persediaan CTKI, lebih diarahkan pada jabatan-jabatan TKI formal, oleh karena itu dalam pelaksanaannya Mitra kerja BKLN sebagai simpul penyediaan data dari sumbersumber persediaan (lembaga pendidikan, lembaga pelatihan, asosiasi) menjadi center of excelent dalam mengisi peta potensi di masing-masing Kecamatan dan Desa. Dalam rangka mendorong tersedianya data peta potensi tersebut harus diluncurkan Sistim Informasi Pasar Kerja Luar Negeri (SIPKLN) yang mekanisme dan prosedurnya disiapkan oleh Dinas dan Komisi PKP4TKI 7. Pelaksanaan Pemetaan Potensi Permintaan Job Order atau Bursa Kerja Pemetaan potensi permintaan pada dasarnya dikerjakan sejalan dengan pemetaan potensi persediaan, sehingga proses padupadan dapat berjalan memenuhi mekanisme yang disepakati

antara BKLN dan PPTKIS, pemetaan potensi permintaan memerlukan kerjasama dengan Pihak Lainnya yang menjalankan fungsi market inteligent. Oleh karena itu peta potensi persediaan dan peta potensi permintaan harus menjadi modalitas awal dalam melakukan promosi guna mendapatkan permintaan riil. 8. Peningkatan Kerjasama Luar Daerah Peran dan fungsi kerjasama luar Daerah dalam penempatan dan perlindungan TKI ke depan semakin diharapkan menjadi garda terdepan dalam membangun kerjasama di Dalam negeri pada saat proses Pra atau purna penempatan, oleh karena itu prioritas kerjasama luar Daerah lebih diarahkan pada penyempurnaan kerjasama yang sudah ada dalam mendukung penempatan dan perlindungan TKI. 9. Road show, rakor/EBM serta pemanfaatan info lainnya. Kegiatan tersebut didukung oleh penyusunan seluruh instrumen pemetaan dan penyiapan TKI (SOP, Pedoman, Juknis/Juklak), sosialiasi website jobsinfo.komisipkp4tki.go.id, melanjutkan pengembangan website jobsinfo dan menyusun perencanaan bursa kerja fisik, pemetaan penawaran CTKI. 10. Sosialisasi job yang ada di website jobsinfo 11. Pembiayaan penyiapan calon TKI (harmonisasi) Fasilitas lain yang sedang dikembangkan oleh Komisi PKP4TKI adalah penyiapan sistem pembiayaan penyiapan CTKI. Salah satu opsi yang dikaji adalah kemungkinan dikembangkannya konsep Badan Layanan Umum (BLU), pemanfaatan KUR TKI, dan pembiayaan melalui BMT. 12. Pelatihan dan Bimbingan Teknis Dalam rangka mendukung terwujudnya pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia perlu disiapkan petugas fungsional pengantar kerja luar negeri ditingkat Desa sehingga setidaknya memiliki kemampuan sebagai Pengantar Kerja melalui pelatihan-pelatihan singkat, bimbingan teknis, maupun on the job training untuk dapat memberikan layanan ketenagakerjaan luar negeri. 13. Pengendalian Perekrutan Calon TKI Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kemampuan petugas dari BKLN dan perwakilan PPTKIS atau Kantor Cabang PPTKIS akan diadakan pelaksanaan Bimbingan Teknis dengan melakukan pembenahan dan penertiban system dilakukan berbasis Teknologi Informasi, Seperti : Registrasi Calon TKI yang bekerja pada pengguna berbadan hukum (sektor formal) dilakukan di Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan dan BP3TKI/LP3TKI/P4TKI (Registrasi Calon TKI di PPTKIS akan ditutup) Registrasi Calon TKI yang bekerja pada pengguna perseorangan (sektor informal) dilakukan di Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan. Memastikan petugas yang melakukan rekrut adalah karyawan atau petugas BKLN yang memiliki hubungan kerja dengan Komisi PKP4TKI Mem perwakilan PPTKIS atau Kantor Cabang PPTKIS astikan satu perwakilan PPTKIS Kantor Cabang PPTKIS hanya untuka satu PPTKIS Memberikan pembekalan kepada perwakilan PPTKIS atau Kantor Cabang PPTKIS melalui bimbingan teknis mengenai perekrutan, penempatan dan perlindungan. Pada saat bimbingan teknis akan dilakukan pengambilan finger print dan capture photo serta diberikan ID untuk masing-masing perwakilan PPTKIS atau Kantor Cabang PPTKIS . Dengan demikian registrasi Calon TKI secara online di Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan dan BP3TKI hanya dapat dilakukan oleh perwakilan PPTKIS atau Kantor Cabang PPTKIS yang telah didata dalam SISKOTKLN.

a.

b. c. d. e. f. g. h.

14. Optimalisasi Penyelenggaraan PAP di Daerah Untuk memastikan bahwa Calon TKI yang akan mengikuti PAP telah memenuhi persyaratan maka perlu dilakukan verifikasi secara fisik terhadap peserta PAP yang bekerja pada pengguna perseorangan, apabila ditemukan CTKI yang buta huruf, tidak membawa PK asli yang disahkan oleh Perwakilan RI, tidak memahami bahasa negara penempatan, dan yang in-kompeten (kecuali untuk jabatan tertentu yang tidak memerlukan uji kompetensi). Instruktur melaporkan kepada penanggung jawab kelas untuk disampaikan kepada Kepala BP3TKI/LP3TKI/P4TKI bahwa TKI dimaksud tidak memenuhi syarat dan ditolak. Calon TKI tersebut dapat mengikuti PAP kembali pada periode berikutnya setelah memenuhi persyaratan. Pada dasarnya berdasarkan ketentuan yang berlaku setiap TKI harus mengikuti PAP, untuk itu TKI perseorangan/mandiri agar diikut sertakan dalam PAP, dengan model pelaksanaan PAP yang fleksibel baik jam pelajaran maupun materinya dengan pertanggungjawaban anggaran tersendiri/terpisah dengan kontraktual yang dilakukan PAP kepada TKI dari PPTKIS. Untuk mengoptimalkan daya serap pelaksanaan PAP dan mengeliminir sisa anggaran PAP yang selalu terjadi tiap tahun, maka pelaksanaan PAP perlu disesuaikan dengan model-model PAP, baik yang bersifat klasikal, perorangan dan orientasi dengan durasi waktu yang lebih singkat. Oleh karena itu perlu disusun rencana kebutuhan PAP dengan menghitung kembali anggaran PAP berdasarkan model-model yang disepakati. 15. Peningkatan Pengendalian Keberangkatan TKI di Daerah Saat ini diduga masih ada TKI yang lolos berangkat bekerja ke Luar Negeri tanpa KTKLN. Untuk hal ini perlu dilakukan bersama-sama dengan Dinas dan Pemerintah Desa setempat, kegiatan ini merupakan amanat Pasal 66 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004. 16. Peningkatan Kualitas Calon TKI Dalam rangka peningkatan kualitas Calon TKI, Komisi PKP4TKI akan melakukan pembinaan dan pengawasan kepada BLKLN, meliputi : Pendataan Instruktur, Penilaian Sarana dan Prasarana, Kurikulum dan Silabus dan Penyelenggaraan Pelatihan. 17. Pendirian Lembaga Pelatihan Bahasa Korea Pendirian dan pembinaan lembaga pelatihan Bahasa Korea yang meliputi aspek kelembagaan, aspek sarana dan prasarana serta penyelenggaraan pelatihan. 18. Integrasi System dengan Instansi terkait 19. Peningkatan Pelayanan Perlindungan TKI Dalam upaya memberikan perlindungan yang lebih baik kepada CTKI/TKI, dilakukan langkahlangkah penguatan kelembagaan pelayanan perlindungan di negara penempatan, perlindungan pada perempuan, pengawasan klaim asuransi, percepatan penanganan TKI-B,, pemberdayaan TKI purna, pembentukan satgas perlindungan, pembentukan pos pelayanan di embarkasi dan debarkasi, pencegahan dan penindakan penempatan CTKI/TKI secara illegal, pengamanan keberangkatan dan kepulangan TKI, mediasi dan advokasi serta bantuan hukum. 20. Pelayanan pengaduan Crisis Centre/Call Centre Crisis Centre/Call Centre selama 24 jam secara online dengan melibatkan instansi terkait dan menindaklanjuti informasi pengaduan yang dihimpun melalui crisis centre.

21. Pelaksanaan Mediasi dan Advokasi Dalam rangka peningkatan kualitas mediasi dan advokasi dilakukan penyempurnaan SOP penanganan kasus TKI, melakukan mediasi dan advokasi, mengembangkan sarana dan prasarana perlindungan TKI serta meningkatkan koordinasi fungsional dengan lembaga perlindungan TKI, melakukan pembinaan teknis petugas mediasi dan advokasi, meningkatkan kualitas petugas mediasi, melakukan advokasi /pendampingan/pembelaan atas kasus TKI, menyampaikan laporan secara berkala/insidentil penanganan dan penyelesaian kasus secara mediasi dan pemberian advokasi, meningkatkan koordinasi dengan stakeholder terkait dalam rangka penyelesesaian masalah, peraturan perundangan yang berlaku, optimalisasi data dan informasi, pelayanan advokasi, peningkatan kapasitas SDM dan tindak lanjut perluasan pelayanan terpadu satu pintu serta memberikan informasi migrasi yang aman 22. Pelayanan Pengaduan Guna meningkatkan kualitas pelayanan pengaduan akan dikembangkan SOP pelayanan pengaduan, pengembangan sistem di Daerah, meningkatkan koordinasi fungsional dengan lembaga perlindungan TKI, pembinaan teknis petugas crisis center di daerah, melakukan klarifikasi, klasifikasi dan validasi bagi kasus CTKI/TKI yg berasal dari Kabupaten Karawang, tindak lanjut proses dan penyelesaian kasus sesuai dengan kewenangannya, pelaporan secara berkala/insidentil penanganan dan penyelesaian kasus. 23. Pemberdayaan dan Pelayanan Pemulangan TKI Dalam rangka peningkatan pemberdayaan dan pelayanan pemulangan, akan dilakukan Kerjasama antar Lembaga Keuangan dan non keuangan serta Juknis rehabilitasi TKI Purna, peningkatan kapasitas petugas pemberdayaan, sinergitas program pemberdayaan TKI Purna dengan stakeholders, pemetaan di Desa-desa kantong TKI tentang TKI Purna berusaha, kolaborasi/sinergitas program dalam hal pemberdayaan TKI dan keluarganya dengan stakeholder terkait (Disnakertrans, Dinsos, Koperasi/UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Perbankan, BUMN dll) dengan cara melakukan pembinaan/pendampingan secara intensif dan terpadu di satu lokasi (yg merupakan pilot project). Model pembinaan/pendampingan yang dilakukan meliputi : pembinaan dalam pengembangan usaha, akses pasar dan linkage ke lembaga keuangan, membentuk pos-pos pelayanan kepulangan. 24. Pengamanan dan Pengawasan Upaya peningkatan Pengamanan dan Pengawasan penempatan dan perlindungan TKI dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas petugas pengamanan, pengawasan, pendampingan/pembelaan atas kasus TKI, laporan secara berkala/insidentil penanganan dan penyelesaian kasus, masukan regulasi yang berkaitan dengan pengamanan dan pengawasan, koordinasi dengan stakeholder terkait dalam rangka pencegahan CTKI/TKI ilegal , pengamanan, pengawasan dan pemberdayaan. 25. Pengendalian pelaksanaan program Dalam rangka pengendalian pelaksanaan kegiaan, agar semua unit kerja patuh dan mempedomani pelaksanaan jadwal ''rapat pengendalian'' secara berjenjang . 26. Penguatan Systim dan Kelembagaan Dalam rangka menyelesaikan beban kerja dan Perencanaan dalam mempersiapkan program dan anggaran selanjutnya akan lebih mempertimbangkan penyelesaian masalah yang masih dihadapi dalam tahun ini terkait dengan penempatan dan perlindungan TKI. Proses perencanaan akan dibangun melalui

27. Online System pengaduan TKI/Crisis Center, System pendaftaran TKI, System informasi pasar kerja akan terus dikembangkan online dengan stakeholder lainnya 28. Pembinaan SDM Pembinaan SDM akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM yang bersifat crash programme untuk meningkatkan kapasitas SDM melalui in house training dan diklat khususnya fungsional teknis seperti pengantar kerja, mediator, operator system, dll

Semua langkah-langkah dan yang akan dilakukan oleh Komisi PKP4TKI Kabupaten Karawang tersebut diatas adalah sebagai upaya mewujudkan terciptanya iklim penempatan dan perlindungan TKI kearah yang lebih baik sesuai dengan Amanah dan Harapan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012, semoga semua upaya kita mendapatkan Ridho dari allah SWT.. Amin.

PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN PKP4TKI KAB. KARAWANG BIDANG PEMBERDAYAAN


NO 1 2 3 4 RENCANA ANGGARAN RINCIAN PERKIRAAN BELANJA TARGET PENDAPATAN

5 6

menyusun program kerja dan anggaran pemberdayaan menyiapkan pasilitas kantor dan atk perekrutan seksi seksi dan staf penelitian pengembangan dan sistem informasi bidang pemberdayaan program peningkatan pasilitas penempatan tki peningkatan kerjasama pemberdayaan baik sector pormal dan non pormal peningkatan promosi tki peningkatan sosialisasi pembinaan dan kelembagaan Kerjasama kelembagaan dan pendukung lainnya rapat koordinasi dan konsultasi teknis monitoring dan evaluasi penyusunan laporan keuangan bid. Pemberdayaan Promosi dan pemasyarakatan program pemberdayaan Trening Of Trener (TOT) petugas penyuluhan tki operasional pelayanan pemberdayaan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bimbingan teknis pelayanan dan pemberdayaan evaluasi program kerja pengembangan aplikasi ware hose operasi jaringan internet pengolaan data dan informasi pengembangan dan studi pengkajian pemberdayaan ctki,tki keluarga tki dan tki purna penyusunan pedoman peningkatan kualitas pemberdayaan dan kesejahteraan ctki, tki, tki purna dan keluarga tki penyusunan laporan bulanan, trimester dan tahunan sistem informasi publik

7 8 9 10

11 12 13 14 15

16

17

18 19 20 21 22

23 24

25 26

27 28 29 30 31 32 33

pengadaan barang dan jasa penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan tki Peng gajian seksi dan staf pelayanan publikasi, informasi dan perpustakaan porum komunikasi kehumasan koordinasi dengan instansi terkait publikasi pada masyarakat umum dan pers penyebaran informasi pemberitaan melalui dialog pemberitaan melalui media catak pelayanan inpormasi dan dokumentasi pengelolaan angaran penyelenggaraan operasional dan pelayanan perkantoran

34 35 36

37 38

PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN PKP4TKI KAB. KARAWANG BIDANG PENEMPATAN


NO RENCANA ANGGARAN RINCIAN PERKIRAAN BELANJA TARGET PENDAPATAN

1 2 3
4 5 6

menyusun program kerja dan anggaran penempatan menyiapkan pasilitas kantor dan atk perekrutan seksi seksi dan staf penelitian pengembangan dan sistem informasi penempatan program peningkatan pasilitas penempatan tki peningkatan kerjasama kelembagaan dan organisasi peningkatan promosi tki peningkatan sosialisasi pembinaan dan kelembagaan evaluasi kantor cabang pptkis dan lembaga pendukung lainya rapat koordinasi dan konsultasi teknis monitoring dan evaluasi penyusunan laporan keuangan bid. penempatan promosi dan pemasyarakatan program trening of trener (TOT) petugas penyuluhan tk operasional pelayanan pembinaan pemantauan calon tki di penampungan bimbingan teknis pelayanan dan penempatan evaluasi program kerja pengembangan aplikasi ware hose operasi jaringan internet pengolaan data dan informasi pengembangan dan studi pengkajian tki penyusunan pedoman

7 8 9 10

11 12 13 14 15 16

17

18 19 20 21 22

23

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

peningkatan kualitas penyusunan laporan bulanan trimester dan tahunan sistem informasi publikb pengadaan barang dan jasa penyelenggaraan kegiatan pendampingan tki gajian seksi dan staf pelayanan publikasi, informasi dan perpustakaan porum komunikasi kehumasan koordinasi dengan instansi terkait publikasi pada masyarakat umum dan pers penyebaran informasi pemberitaan melalui dialog pemberitaan melalui media catak pelayanan inpormasi dan dokumentasi pengelolaan anggaran penyelenggaraan operasional dan pelayanan perkantoran

34 35 36

37 38

You might also like