You are on page 1of 111

1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Oleh : KELOMPOK 82

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR


Oleh : BTARI PRATIDINA EKA PUJI LESTARI FATIHATU RIZQIY FITA KURNIASARI HAMMAD MAHRUSI JERRY IVAN M. NENDI ROHENDI SEPTIAN GANA P. (115080300111128) (115080300111112) (115080300111116) (115080300111120) (115080300111118) (115080300111110) (115080300111126) (115080300111124)

SIGIBERTUS V. BALUN (115080300111114)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

PENGGUNAAN MIKROSKOP

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leewenhoek (1632 - 1723), yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop masingmasing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka Kuningan dan perak. Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapat dicapainya hanyalah 200-300 kali. Mikroskop ini sedikit sekali perannya dibandingkan dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang (Purba, 1999). Mikroskop merupakan alat bantu utama untuk melakukan

pengamatan dan penelitian karena dapat dipergunakan untuk mempelajari struktur dan bentuk-bentuk benda yang sangat kecil. Mikroskop ada 2 macam , yaitu mikroskop electron dan mikroskop cahaya (Anonymous, 2008). Pada mikroskop banyak bagian-bagian yang harus diketahui dan diperhatikan oleh para praktikan agar dapat memakai mikroskop tersebut dengan benar (Nelson and cox,2004). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum BIOLOGI DASAR tentang MIKROSKOP ialah untuk mengenalkan dan mikroskop Monokuler Serta Dan para Binokuler, praktikan cara dapat

penggunaannya

pemeliharaannya.

mengetahui dan terampil menggunakan mikroskop. Tujuan dari praktikum BIOLOGI DASAR tentang MIKOSKOP ialah agar praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dari mikroskop beserta dengan fungsinya dan praktikan dapat menggunakan mikroskop dengan baik dan benar serta cara perawatannya juga. 1.3 Waktu dan Tempat Pratikum BIOLOGI DASAR tentang MIKROSKOP yang dilaksanakan pada hari Kamis, 29 September 2011, pukul 07.00 WIB 09.00 WIB, dan bertempat di gedung C lantai 1, Laboratorium IIP (Ilmu Ilmu Perairan), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univerrsitas Brawijaya, Malang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroskop Mikroskop (bahasa Yunani : micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopik yang artinya sangat kecil dan tidak mudah dilihat oleh mata.(Jacklet, 1998). Mikroskop merupakan salah satu alat penting dalam kegiatan praktikum biologi disekolah.Mikroskop yang banyak digunakan di sekolah adalah mikroskop monokuler.Seiring dengan kemajuan ilmu dan

tekhnologi, jenis mikroskop dan kemampuan memperbesar benda juga semakin maju.(Anonymous, 2009). Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leewenhoek (1632 - 1723), yang berkebangsaan Belanda dengan mikroskop yang masing-masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan dan perak.Kekuatan perbesaran tertinggi yang dapt dicapainya hanyalah 200-300 kali, mikroskop ini sedikit sekali perannya dibandingkan dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang.(Purba, 1999). 2.2 Sejarah Mikroskop Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penalitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mengamati stuktur benda benda yang kecil. Mikroskop pertama kali ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Belanda, Anthony Van Leuwenhook..Mikroskop yang digunakan yaitu mikroskop sederhana (berlensa tunggal).Pada tahun 1600 Hans dan Zaccharias Jansen menemukan mikroskop yang sangat canggih yaitu mikroskop majemuk (berlensa ganda), mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk merupakan mkroskop cahaya dimana keduanya memanfaatkan pancaran cahaya untuk membentuk bayangan benda.Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1932 Koll dan Ruska menemukan mikroskop elekron yang menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya.(Wildan, 2003).

Pada tahun 1661 Kebler merancang cara membuat mikroskop kompleks. Tahun 1655, Robert Hooke menggunakan mikroskop kompleks untuk melihat pori pori kecil pada irisan batang pohon gabus yang dimana sel. Tahun 1674 Leuwenhook melaporkan penemuan protozoa danberhasil bercerita 9 tahun kemudian. Tahun 1886, Zeisis membuat lensa dengan desain Abbe yang menjadi kop perbesern lebih baik.(Monrow, 2010). Pemuatan mikroskop pertama yang paling dikenal alah Hans Jansen dan Zaccharias. Jansen (Ayah Anak). Pada tahun 1590, temuan itu mendorong ilmuan lain seperti Galileo Galilei (Italia) untuk membuat alat yang sama pada tahun 2.3 Macam macam Mikroskop Menurut Volk dan Whileer (1984), macam macam mikroskop adalah sebagai berikut : Mikroskop Medan Terang Pada Mikroskop medan terang, daerah yang diamati diterangi dengan benderang sehingga objek objek yang sedang ditelaah tampak lebih gelap dari pada latarbelakangnnya. Mikrokop ini bias menghasilkan perbesaran maksimum sampai 1000 diameter. Mikroskop Medan Gelap Mikroskop ini tidak jauh berbeda dengan mmikrskop medan terang. Perbedaanya pada mikroskop medan terang dilengkapi dengan kondensor. Mikroskop Flouresensi Mikroskop ini digunakan untuk memeriksa spesimen yang telah diwrnai dengan zat zat berwarna, flourokrommemungkinkan identifikasi flourosen. Mikroskop Kontrs Fax Mikrokop ini adalah tipe mikroskop cahaya yang memungkinkan kontras yang lebih besar antara subtensi dengan ketebalan. Mikroskop Elektron Mikroskop ini memberi perbesaran yang lebih besar dari pada perbesaran yang diberikan mikroskop cahaya.Hal ini dimungkinkan mikroorgnisme dengan cepat.Bahannya dinamakan 1690. (Hiramirawan, 2008).

oleh daya pisah yang lebih besar yang diperoleh karena berkas berkas electron yang digunakan untuk perbesaran dan mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek. Mikroskop Cahaya Mikroskop ini meggunakan cahaya putih biasa untuk melihat mikroorganisme.Cahaya dapat dikeluarkan secara langsung melalui objek atau disekitar objek atau ditepi objek. Polaritas cahaya dengan melewatkan cahaya biasa melalui dua filter dapat digunakan untuk melihat bagian bagian objek yang lebih jelas. Mikroskop Ultra Violet (UV) Mikroskop ini menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya untuk melihat organisme mikroskop UV dapat melihat objek yang lebih kecil dari objek yang dapat dilihat. Mikroskop Akustik Mikroskop ini menggunakan komponen untuk menghasilkan

gelombang suara untuk melihat objek.Mikroskop akustik menghasilkan bayangan objek secara objek secara elektronik pada layar televisi dan bisa memperbesar objek secara elektronik sampai 5000 kali ukuran sebenarnya. Menurut Yekti (1994), Mcam macam mikroskop adalah sebagai berikut : Mikroskop Cahaya Memiliki dua lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler system kerjannya dibantu dengan cahaya yang menembus objek yang diamati.Perbesaran bayangan objek hingga 1000 kali. Mikroskop Elektron Mempunyai day resolusi sangat tinggi (0,1 nM) mampu memperbesar bayangan hingga jutaan kali. Scaning Electron Microscope Digunakan untuk studi detail arsitektur permukaan sel atau struktur jasad renik dan objek teramati secara tiga dimensi.

Menurut Winata Sasmita (1986), macam macam mikroskop adalah sebagai berikut : Mikroskop Cahaya Mikroskop Elektron Mikroskop Ultra Violet (UV) Mikroskop Medan Gelap Mikroskop Stereo Mikroskop Pender Mikroekop Fase Kontras 2.4 Bagian bagian Mikroskop Menurut Wargan (2009), ada beberapa bagian-bagian mikroskop yang memiliki bagian tertentu, yaitu : Lensa Objektif Untuk menangkap dan memperbesar bayangan dari objek dengan pembesaran 4x, 10x, 40x dan 100x. Revolvel Untuk mengatur lensa objektif. Lensa Okuler Untuk memperbesar bayangan dari lensa objektif. Tubulus Okuler Untuk menghubungkan lensa okuler, revolver dan lensa objektif. Difragma Untuk mengatur bayangan sedikitnya bayangan yang masuk. Kondensor Untuk memusatkan cahaya pada preperat yang diamati. Dasar atau Kaki Untuk penyangga mikroskop. Tiang Penyangga Untuk menghubungkan dasar dengan pegangan mikroskop. Meja Benda Sebagai tempat untuk preperat yang akan diamati. Penjepit Sebagai penjepit preparat agar preparat tidak bergeser. Makrometer Untuk menggerakkan lensa naik turun secara cepat.

Mikrometer Untuk menggerakkan lensa naik turun secara perlahan lahan. Menurut Sulistyodiani (2010),ada beberapa bagian bagian

mikroskop ialah sebagai berikut : Lensa Okuler Lensa Objektif Makrometer Mikrometer Revolver Diafragma Kondensor Meja Mikroskop Penjepit Kaca Lengan Mikroskop Kaki Mikroskop Sendi Ingdinasi Menurut Purba (1966), bagian bagian mikroskop ialah sebagai berikut : Lensa Okuler Revolver Penjepit Preparat Lensa Objektif Meja Preparat Diafragma Sumber Cahaya Mikrometer Makrometer Pengatur Letak Preparat

10

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Alat yang digunakan pada Praktikum Biologi Dasar materi penggunaan mikroskop sebagai berikut : Mikroskop Objek Glass Cover Glass Washing Bottle Gunting Pinset Pipet Tetes Nampan 3.2 Bahan dan Fungsi Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar materi penggunaan mikroskop adalah sebagai berikut : Potongan Kertas Koran Aquadest objek. Tissue dan objek glass. : Untuk membersihkan coverglass : Sebagai objek yang diamati. : Untuk memperjelas bayangan : Melihat benda-benda yang sangat kecil. : Meletakkan objek yang akan diamati. : Sebagai penutup objek glass. : Sebagai wadah aquadest. : Untuk memotong kertas koran. : Untuk mengambil benda kecil. : Untuk mengambil larutan. : Tempat meletakkan alat.

11

3.3 Skema Kerja 3.3.1 Pembuatan Preparat

Disiapkan alat kertas Koran Disiapkan dan bahan

Dipotong / gunting huruf

Diletakkan diatas objek glass

Ditetesi dengan aquades Ditutup dengan cover glass dengan sudut 45

Hasil Hasil

3.3.2 Pengamatan Mikroskop Disiapkan kertas Koran alat dan bahan

Dihubungkan kabel mikroskop ke listrik

Dinyalakan saklar mikroskop

Diletakkan preparat di meja preparat

Diatur fokusnya

Diamati

12

Hasil

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Dalam melakukan Praktikum BIOLOGI DASAR mengenai

penggunaan mikroskop, pertama praktikan harus menyiapkan alat dan bahan, antara lain mikroskop untuk melihat benda benda yang sangat kecil, objek glass untuk metakkan objek yang akan diamati, cover glass sebagai penutup objek glass, washing bottle sebagai wadah aquades, gunting untuk memotong koran, pinset untuk mengambil benda kecil, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam skala kecil dan nampan sebagai wadah alat dan bahan. Bahan bahan yang digunakan antara lain potongan kertas koran sebagai objek pengamatan, aquades untuk memperjelas bayangan objek dan tissue untuk membersihkan cover glass dan objek glass. Setelah alat-alat dan bahan siap, mikroskop diletakkan dengan hatihati diatas meja dengan tangan mikroskop menghadap kea rah kita dan meja objek menghadap ke arah yang berlawanan.Setelah itu, tabung di naikan dengan pengatur kasar hingga lensa objektif tidak membentur meja objek bila revolver di putarkan.Lalu lensa objektif lemah ditempatkan tepat di bawah lensa okuler. Selanjutnya diafragma di buka lebar-lebar dengan cara menggeser bagian-bagian yang menonjol. Setelah mikroskop siap, kemudian kertas koran diguakan gunting untuk menggunting 1 hufuf, kemudian kertas tersebut di letakkan di atas objek glass menggunakan pinset. Kemudian objek pengamatan di tetesi aquades.Lalu ditutup cover glass dengan kemiringan 45 dan dengan pelanpelan gelas penutup ditambah kemiringan sampai menuju penuh objek dalam objek glass agar tidak terdapat gelembung udara. Selanjutnya objek yang akan diamati diletakkan di atas meja preparat pada mikroskop. Setelah itu objek diamati dan dicatat hasil pengamatannya.

13

14

4.2 Analisa Hasil Hasil analisa dari Praktikum Biologi Dasar tentang penggunaan mikroskop adalah sebagi berikut : Mengadakan pengamatan terhadap hufuf M dari potongan kertas koran dengan perbesaran . Lensa Okuler Lensa Objektif = 10 40 = 400 kali

Sebelum diamati

Setelah diamati

Gambar 4.2.1

Gambar 4.2.2

Sifat yang dihasilkan adalah Maya, terbalik, dan diperbesar.

4.3 Data hasil pengamatan Hasil dari Praktikum Biologi Dasar tentang penggunaan mikroskop adalah sebagai berikut : Pengamatan terhadap huruf M dari potongan kertas koran.

Sebelum diamati

Setelah diamati

Gambar 4.3.1

Gambar 4.3.2

Sifat yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar.

15

4.3.3 Gambar Mikroskop

16

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Biologi Dasar untuk mikroskop adalah sebagai berikut : 1. Mikroskop merupakan alat yang berfungsi untuk melihat benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar. 2. Sifat bayangan yang diperoleh dari mikroskop yaitu maya,terbalik, dan diperbesar.

5.2 Saran Dalam Praktikum Biologi Dasar materi penggunaan mikroskop yaitu, sebaiknya praktikan harus sabar dan teliti untuk mendapatkan gambar objek yang diamati oleh mikroskop dan menggunakan waktu sebaik mungkin, karena itu yang membantu agar berjalannya praktikum lancar.

17

DAFTAR PUSTAKA

Afdhom.2008.Macam-macam mikroskop.http://www.afdhom-mikros.com/ Diakses tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB. Anonymous.2008.Pengertian mikroskop.http://Wikipedia.org/wiki/mikros Diakses tanggal 29 september 2011, pukul 21.00 WIB. .2008.Pengertian mikroskop.http://id.shroong.com/ exact/sciences/physic/212570/. Diakses tanggal 29 September 2011, pukul 21.00. Jacklet, Alice.1998.Laboratory manual life third Edition. Kadri.2010.Sejarah mikroskop.http://kadri-blogspot.copm/2010/02/sejarah-

leuwenhoek-dan-mikroskopnya.html. Diakses tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB. Warghor.2000.Bagian-bagian mikroskop.http://service-microcope.blogspot.com Diakses tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB. Nelson, DL and Cox, MM.2004.Morcular and cellular biologi.4ed. New York : W.H. 07.00 WIB. Purba.1999.Sejarah mikroskop.http://www.purba.blogspot.com/ Diakses tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB. Freeman.119P. Diakses tanggal 30 September 2011, pukul

18

SEL TUMBUHAN, SEL HEWAN DAN BENDABENDA KECIL LAINNYA

19

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sel merupakan segumpal protoplasma berinti sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Atau dengan kata lain sel merupakan unit struktural kehidupan dan merupakan unit fungsional dari kehidupan (Kartosapoetra, 2004). Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional dan herediter yang terkecil.Sel terbagi menjadi dua tipe, yaitu prokariot dan eukariot. Perbedaan karakteristik antara dua sel tersebut adalah keberadaan membran yang menyelubungi nukleus maupun organel lainnya yang memiliki fungsi spesifik, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi dn lisosom. Sel eukariot memiliki karakteristik tersebut, sedangkan pada sel prokariot tidak (Nelson and Cox, 2004). Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuan Inggris Robert Hooke, yang telah meneliti irisan gabus melalui mikroskop yang dirancang sendiri. Kata sel berasal dari bahasa latin, cellula artinya rongga/ruangan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi (Gilliand, 1985).

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya Praktikum Biologi Dasar tentang Sel

Tumbuhan, Sel Hewan dan Benda Kecil Lainnya adalah memahami penggunaan mikroskop untuk mengamati bentuk sel. Tujuan diadaannya Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan, Sel Hewan dan Benda Kecil Lainnya adalah agar praktikan dapat memahami ciri-ciri sekaligus dapat membedakan perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan.

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan, Sel Hewan dan Benda Kecil Lainnya dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 29 September 2011, pukul 07.00 WIB-09.00 WIB dan bertempat di Laboraturium IIP (Ilmu-

20

ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sel Sel adalah unit terkecil dalam organisme hidup, baik dalam dunia tumbuhan ataupun hewan, sel terbungkus oleh membran atau selaput sel. Dan terdapat protoplasma sel yang dibungkus oleh membran (Anonymous, 2008). Sel merupakan unit fungsional dari organisme multiseluler. Bagian sel ada yang disebut sentral yaitu nukleus, dan dikelilingi oleh sitoplasma yang dibatasi oleh membran inti dan bats terluar dilapisi oleh lapisan tipis dan sulit ditembus yaitu membran plasma (Hart, 1972). Sel sebagai unit fungsional makhluk hidup menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik kehidupan.Protoplasma bukan hanya bagian struktural sel, tetapi juga merupakan bagian penting sel sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia kehidupan.Berdasarkan hal ini muncullah teori sel yang menyatakan bahwa sel merupakan kesatuan fungsional kehidupan (Schultze, 1874).

2.2 Sejarah Penemuan Sel Wikipedia (2011), menerangkan sejarah penemuan sel bahwa pada awal abad 17, Galileo Galilei dengan alat dua lensa ia menggambarkan struktur tipis dari mata serangga berupa pola geometri. Galileo Galilei yang bukan seorang biologiwan sesungguhnya orang pertama yang mencatat hasil pengamatan biologi melalui mikroskop.Pada pertengahan abad, Robert Hooke, seorang kurator dari Inggris melihat gambaran dari suatu sayatan tipis gabus suatu kompartemen atau ruang-ruang. Disebut struktur yang dilihatnya itu dengan nama latin yaitu cellulae (yang berarti ruang kecil), itulah asal kata sel berasal. Pada akhir tahun 1600-an Antony Van Leeuwenhoek, seorang penjaga toko bangsa Belanda, dan terampil menyusun lensa-lensa hingga dapat digunakan untuk melihat dan mengamati berbagai macam protista, spermatozoa, bakteri dan organisme kecil yang tidak dapat dilihat lagi 2 abad kemudian.

21

Tahun 1820-an, peningkatan pada desain lensa terjadi dan membawa sel menjadi lebih dapat terfokus diamati.Robert Brown seorang ahli botani, mengamati adanya titik buran yang selalu ada pada sel telur.Sel polen atau serbuk sari dari jaringan anggrek yang sedang tumbuh.Dia menyebut titik tersebut sebagai nukleus.Pada tahun 1838 Matthias Schleiden, juga seorang ahli botani berpendapat bahwa nukleus dan perkembangan sel erat hubungannya. Berdasarkan hasil penalitiannya, Schleiden menyimpulkan bahwa masing-masing sel tumbuhan mengarah ke suatu kehidupan ganda, satu tergantung pada kehidupannya sendiri dan yang lain sebagai integral tanaman. Pada tahun 1939, Theodor Schwann, seorang ahli zoologi, berdasrakan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun terhadap struktur dan pertumbuhan jaringan hewan mengemukakan bahwa hewan sama seperti tanaman, terdiri atas sel dan produk-produk sel. Dan bahwa walaupun sel adalah bagian dari organisme, mereka pada tingkat tertentu adalah kehidupan tersendiri. Satu abad kemudian Rudolfrang Virchow, seorang ahli fisiologi, melaporkan hasil penelitiannya mengenai pertumbuhan dan reproduksi sel bahwa sel membelah menjadi dua sel. Setiap sel berasal dari sel yang sudah ada.Analisis mikroskop (hasil penelitian pada pertengahan abad 19) membuktikan bahwa sel adalah unit terkecil kehidupan dan bahwa kehidupan yang berlangsung terus-menerus berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal.Konsep-konsep tersebut menjadi teori sel. Sentraedukasi (2011), mengemukakan pemahaman mengenai

struktur sel perlu penggunaan mikroskop. Ada tiga konsep mengenai sel, yaitu: 1. Semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. 2. Sel adalah unit terkecil yang memiliki semua persyaratan hidup. 3. Keberlangsungan kehidupan secara langsung berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal.

2.3 Bentuk-bentuk Sel dan Contohnya. Ukuran sel pada umumnya mikroskopis, namun kita masih bias menganalisis bentuk-bentuk sel menggunakan mikroskop. Berikut adalah bentuk-bentuk sel beserta contohnya menurut penjelasan Anonymous (2009):

22

Pipih, contohnya sel epitel. Panjang, contohnya sel saraf atau neuron. Bikonkaf, contohnya sel eritrosit. Bentuk sel yang tetap, contohnya spermatozoa. Bentuk sel yang berubah-ubah, contohnya amoeba.

2.4 Bagian-bagian sel dan Fungsinya. Pramesti (2011), mengemukakan beberapa bagian-bagian sel. Sel mempunyai bagian-bagian atau organel-organel yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri, diantaranya yaitu: a. Membran sel : untuk mengatur pemasukan dan

pengeluaran zat dari luar sel. b. Nukleus (inti) : untuk mengendalikan semua kegiatan sel. c. Sitoplasma : untuk ekstrim basa). d. Ribosom e. Lisosom : untuk sintesis protein. : untuk mencerna bahan dari luar dan menghancurkan organel-organel yang rusak. f. Reticulum endoplasma : sebagai jembatan antara inti sel dan sitoplasma. g. Plastida h. Vakuola : sebagai pigmen klorofil. : untuk menyimpan makanan, mencerna makanan serta pengeluaran berupa cairan. i. Mitokondria j. Sitoskleton : sebagai respirasi sel. : sebagai penyokong. menetralkan kondisi yang

(terlalu asam atau terlalu

23

2.5 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan. Menurut penjelasan Pramesti (2010), perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan adalah sebagi berikut:

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Sel Hewan Tidak memiliki dinding sel. Tidak memiliki plastida. Tidak memiliki klorofil. Memiliki sentrosom. Memiliki ribosom. Timbunan zat berupa lemak. Bentuk tidak tetap.

Sel Tumbuhan Memiliki dinding sel. Memiliki plastida. Memiliki klorofil. Tidak memiliki sentrosom. Tidak memiliki ribosom. Timbunan zat berupa pati. Bentuk sel tetap. vakuola besar dan

Pada hewan tertentu memiliki Memiliki vakuola, ukurannya kecil dan sedikit. banyak.

9.

Jumlah mitokondria banyak.

Jumlah mitokondria sedikit.

24

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi. Alat-alat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut : a. Mikroskop monokuler/binokuler : untuk melihat benda-benda kecil. b. Objek glass akan diamati. c. Cover glass d. Tissue : untuk menutup objek glass. : untuk membersihkan alat-alat praktikum yang akan digunakan. e. Jarum pentul pohon yang diamati. f. Batang korek api squamosum pipi. g. Silet : untuk menyayat ketela pohon. : untuk mengambil ephitelium : untuk mengambil bagian ketela : untuk meletakkan media yang

3.2 Bahan dan Fungsi. Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut : a. Ketela pohon b. Aquades akan diamati. c. Lugol diamati. d. Larutan Y-KY akan diamati. : untuk memperjelas objek yang : untuk memperjelas objek yang : sebagai objek pengamatan. : untuk memperjelas objek yang

25

e. Ephitelium squamosum pipi f. Daun hydrilla

: sebagai media pengamatan. : sebagai media pengamatan. : untuk memperjelas objek yang

g. Larutan biru methylene akan diamati. h. Paramecium diamati.

: sebagai objek yang akan

3.3 Skema Kerja. 3.3.1 Ketela pohon

Diambil ketela pohon dengan jarum pentul Ditetesi dengan larutan Y-KY Ditutup dengan cover glass dengan sudut Diamati menggunakan mikroskop

Hasil

3.3.2 Hydrilla

Diambil atau disayat dan hydrilla

Diambil, diletakkan di atas beker glass Ditetesi dengan aquades Ditutup dengan cover glass dengan sudut Diamati menggunakan mikroskop Hasil

26

3.3.3 Paramecium

Diambil paramecium dengan pipet tetes Diletakkan diatas obek glass Ditetesi dengan larutan lugol Ditutup dengan cover glass dengan sudut Diamati menggunakan mikroskop Hasil

3.3.3

Ephitelium squamosum pipi

Dikorek bagian dalam pipi dengan batang korek api

Dioleskan di atas objek glass Ditetesi dengan larutan biru methilene Ditutup dengan cover glass dengan sudut Diamati dengan mikroskop Hasil

27

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Sebelum melakukan praktikum, praktikan diwajibkan untuk

memahami apa maksud dan tujuan praktikum dan bagaimana prosedur pelaksanaannya. Untuk praktikum biologi dasar tentang sel tumbuhan dan sel hewan, alat-alat yang digunakan diantaranya sebagai berikut : mikroskop digunakan untuk melihat benda-benda kecil yang tak terlihat oleh mata telanjang, objek glass untuk tempat media yang akan diamati, cover glass untuk menutup media diatas objek glass, washing bottle untuk tempat larutan, pipet tetes untuk mengambil cairan dalam skala kecil, jarum pentul untuk mengambil media yang sangat tipis, silet untuk mengiris media, lalu pinset untuk mengambil benda kecil. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu, ketela pohon, hydrilla, paramecium, ephitelium

squamosum pipi, aquades, larutan biru methylene, lugol dan larutan Y-KY. Setelah siap semua maka praktikum bisa dimulai. 4.1.1 Ketela pohon Pada pengamatan ketela pohon, pertama pastikan semua alat telah siap dan dalam keadaan bersih.Kemudian disayat ketela pohon dengan menggunakan silet.Gunakan jarum pentul untuk mengambil irisan ketela pohon.Kemudian letakkan di atas objek glass dan ditetesi dengan larutan objek Y-KY, di lalu atas ditutup meja dengan cover

glass.Letakkan

glass

preparat.Amati

menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya. 4.1.2 Hydrilla Pada pengamatan hydrilla, pastikan semua alat yang akan digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil daun satu lembar hydrilla dengan menggunakan pin set letakkan di atas objek glass, lalu ditetesi dengan aquades. Ditutup dengan cover

28

glass.Kemudian

diletakkan

di

atas

meja

preparat.Amati

menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya. 4.1.3 Paramecium Pada pengamatan paramecium, pertama pastikan semua alat yang akan digunakan telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil paramecium dalam rendaman jerami dengan menggunakan pipet tetes.Kemudian diletakkan di atas objek glass, ditetesi dengan lugol.Lalu ditutup dengan cover glass.Kemudian diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya. 4.1.4 Ephitelium squamosum pipi Pada pengamatan ephitelium squamosum pipi, pertama pastikan semua alat telah siap dan dalam keadaan bersih. Kemudian diambil ephitellium squamosum pipi dengan menggunakan batang korek api pada bagian dalam pipi. Lalu diletakkan di atas objek glass, ditetesi dengan larutan biru methylene.Lalu ditutup dengan cover glass.Kemudian diletakkan di meja preparat.Amati menggunakan mikroskop.Dicatat hasilnya. 4.2 Analisa Hasil Sel merupakan segumpal protoplasma berinti sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktifitas untuk kebutuhan hidupnya. Atau dengan kata lain sel adalah unit struktural kehidupan dan merupakan unit fungsional dari kehidupan (Kertosapoetra,2004). Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, adapun data yang dihasilkan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan Sel Hewan adalah sebagai berikut :

No.

Bahan

Pengamatan

1.

Ketela pohon

Keterangan Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel ketela pohon seperti titik-titik buram tidak jelas.

29

2.

Hydrilla

3.

Paramecium

Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel daun hydrilla berupa persegi panjang yang tersusun rapid dan terdapat garis panjang di tengah. Pengamatan pada gambar meggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel paramecium seperti bintik-bintik merah.

4.

Ephitelium squamosum pipi

Pengamatan pada gambar menggunakan perbesaran sampai 400 x. Pada gambar terlihat sel ephitelium squamosum pipi bentuknya ada yang panjang dan ada yang tidak berbentuk.

Dari gambar-gambar hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa bentu-bentuk sel bermacam-macam.

4.3 Gambar dan Hasil Pengamatan Berdasarkan analisa prosedur dan analisa hasil pengamatan tentang sel tumbuhan dan sel hewan, dapat diambil perbandingan gambar dan data hasil pengamatan sebagai berikut: No. Bahan Gambar Pengamatan Gambar Literatur Keterangan Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dapat dilihat dari literatur bentuk sel ketela pohon berbentuk persegi dan terdapat titiktitik di sekelilingnya.

1.

Ketela pohon

30

2.

Hydrilla

3.

Paramecium

4.

Ephitelium squamosum pipi

Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat disimpulkan bahwa sel daun hydrilla berbentuk persegi panjang dan tersusun rapi. Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat diketahui bahwa paramecium memiliki bulu atau rambut dan terdapat inti sel ditengahnya. Perbesaran pengamatan sampai 400 x. Dari gambar literatur dapat diketahui bahwa sel ephitelium squamosum pipi berbentuk panjang dan lonjong. Tak tentu.

31

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Sel merupakan organisasi terkecil dari materiil yang mengandung kehidupan. Bentuk sel bermacam-macam, ada yang pipih, memanjang, sangat panjang dan bikonkaf. Ukuran sel umumnya mikroskopis. Sel yang ada pada hewan berbeda dengan sel yang ada pada tumbuhan. Larutan Y-KY digunakan untuk memperjelas karbohidrat. Aquades digunakan untuk memfiksasi sel yang bergerak cepat. Larutan lugol berfungsi sebagai penyebab difraksi pada

paramecium. Larutan biru methylene berfungsi sebagai penyebab difraksi pada ephitelium squamosum pipi.

5.2 Saran Diharapkan bagi asisten praktikumdalam menjelaskan jangan terlalu cepat, supaya praktikan bisa betul-betul memahami materi praktikum dan lancer dalam mengerjakan posttest.Dan diharapkan tidak jutek terhadap praktikan supaya suasana tidak tegang dan jenuh.

32

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Pengertian Sel. http://www.visioneg.com/cell.php. Diakses pada tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB. Anonymous. 2009. Bentuk-bentuk Sel. http://www.visioneg.com/cell.php. Diakses pada tanggal 29 September, pukul 21.00 WIB. Gilland.1985. Lehninger Principles of Biochemistry.Vol. 103, no. 2. P. 228-232. Hart. 1972. The Federation of American Scienties for Experiment Biology

Journal. Vol. 13, no. 9, p. 1007-24. Kartosapoetra. 2004. Pengertian Sel. http://www.biologycell.com/Kartosapoetra. Diakses pada tanggal 29 September 2011, pukul 21.00 WIB. Nelson, DL and Cox, MM. 2004.Molecular and Cellular Biology. 4 ed. New York: W. H. Freeman 1119. Pramesti.Hening.Tjaturina. 2010. Mikroskop dan Sel. Lampung: FK.UNLAM. Schultze. 1874. Seminar in Cell Biology. Vol. 6, no. 6, p. 357-365. Jakarta: Erlangga. Sentraedukasi.2011.http://www.sentraedukasi.com/2011/06/SejarahPenemuanS el. html.Diakses pada tanggal 30 September 2011, pukul 07.00 WIB. Wikipedia.2011. http://biodas.wikipedia.com/rancangan-pembelajaran/bahan-

ajar/sejarah/. Diakses pada tanggal 30 september 2011, pukul 07.00 WIB.

33

SISTEMATIKA, ANATOMI, FISIOLOGI, DAN MORFOLOGI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

34

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus), nama internasionalnya nile tilapia berasal dari sungai Nil di Afrika. Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang cukup dikenal baik secara nasional maupun

internasional.Ikan nila menjadi terkenal karena memiliki banyak keunggulan. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh ikan nila yaitu mudah

berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anaknya banyak, ukuran badan reltive besar, tahan penyakit, sangat mudah beradaptasi, relative murah harganya dan dagingnyapun enak (Widiyati et al, 1999). Ikan nila sebagai pemakan plangton yang sifatnya cenderung omnivorus, artinya tidak memerlukan pakan yang khusus.Selain itu, ikan nila juga memiliki suatu kelebihan, yaitu ikan nila berkemampuan untuk dapat hidup pada rentang salinitas yang lebar sehingga ikan nila dapat dibudidayakan di air tawar, payau, maupun di laut (Wardoyo, 1997). Di air tawar, potensi pembesaran ikan nila di kolam dan sawah sangat tepat terutama di luar jawa di daerah pegunungan di mana sumber air bersih yang masih melimpah dan kompetisi peruntukan antar sektor dan sub sektor belum terlalu ketat , misalnya di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Bengkulu, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan pengembangan di perairan umum cocok dengan sistem budidaya keramba jaring dan keramba biasa yaitu di provinsi-provinsi di luar jawa yang banyak memiliki perairan umum (danau, rawa, perairan, bekas galian, dan sungai), misalnya di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi (Sarnita et al, 2011).

35

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi pada Ikan Nila yaitu agar praktikan dapat mengetahui bagian-bagian ikan nila. Tujuan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi pada Ikan Nila yaitu agar praktikan dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan mengenai bagian-bagian ikan nila. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi pada Ikan Nila dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 06 Oktober 2011, pukul 07.00 sampai 08.40 WIB dan bertempat di Laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan), Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

36

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila (Deskripsi) Ikan Nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar.Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur pada tahun 1969.Kini, ikan nila menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar Indonesia. Nama ilmiah dari ikan nila adalah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Nile Tilapia (Linnaeus, 1758). Ikan nila adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk ekor rounded, sirip dorsal (punggung), bentuk sirip cetenoyd, bentuk mulutnya sub terminal, dan giginya berupa fili form (Lestari, 2009). Menurut Suyanto (1994), ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan nila merah Florida mempunyai tingkat kelangsungan hidup lebih baik pada salinitas 18 ppt dibandingkan dengan salinitas lebih rendah dan yang lebih tinggi, walaupun dapat dipelihara sampai salinitas 36 ppt (watanabe et al, 1990 dalam Arifin, 1995).

2.2 Klasifikasi Menurut Dr. Trevas (1982), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut : Kingdom Filum : Animalia : Chordata

37

Sub filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili Genus Spesies

: Vertebrata : Osteichtes : Acanthioptherigii : Percormorphii : Percoidae : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus

Nama latin Nama Indonesia 1972). Daerah penyebaran Indonesia).

: Oreochromisniloticus linn : Nila (ditetapkan oleh Dirjen Perikanan tahun

: Afrika, Amerika, Eropa, Asia (termasuk

Sejak diintroduksi di Indonesia tahun 1969, ikan nila telah berganti nama sebanyak tiga kali. Semula ia diberi nama Tilapia nilotica, kemudian berganti nama menjadi Sarotharoden niloticus, dan kini ditetapkan dengan nama Oreochromis niloticus. Para pakar ikan (Ichtyolog) mengadakan penelitian dipelopori oleh seorang doktor bernama Trewavas, tahun 1980. Menurut Dr. Trewavas (1982), perubahan klasifikasi pada genus tilapia dibagi menjadi tiga genus, yaitu sebagai berikut : 1. Genus tilapia 2. Genus Sarotherodon 3. Genus Oreochromis 2.3 Morfologi Ikan Nila Ikan nila memiliki ciri-ciri fisik badan dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1.Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan dubur 3 duri serta 8-11 jari-jari.Tubuh ada yang berwarna kemerahan, kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita hitam belang yang makin mengabur pada saat ikan dewasa. Ekor berbentuk rounded

38

dengan garis-garis tegak, 7-12 sirip punggung dengan warna kemerahmerahan atau kekuning-kuningan saat musim berbiak (Saputra, 2007). Ciri khas nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur.Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membulat terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pula dengan bagian analnya. Dengan posisi sirip anal di bagian belakang sirip dada (abdominal) (Suyanto,1994 dalam wibaw 2003).

2.4 Anatomi Ikan Nila Menurut Ainun Nimah (2009), ada sepuluh sistem anatomi pada tubuh ikan nila, yaitu: 1. Sistem penutup (kulit), antara lain: sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan. 2. Sistem otot (urat daging) : penggerak tubuh, sirip, insang, organ listrik. 3. Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dalam dan penggerak tubuh, tulang tengkorak, tulang rusuk visceral (tulang penyokong insang), tulang punggung, appendicular (tulang penyokong sirip), tulang-tulang penutup insang (opperculum, sub opperculum, pre opperculum, dan interculum). 4. Sistem pernafasan (respirasi) : insang yang terdiri dari tulang lengkung insang, tulang tipis insang dan insang. 5. Sistem peredaran darah (sirkulasi) : organnya adalah jantung, dan sel-sel darah yang berfungsi untuk mengedarkan oksigen, nutrisi, dll. 6. Sistem pencernaan : rongga mulut, esofagus, lambung, usus pilarus, dan pilotik saeka dan organ-organ tambahan (kelenjar empedu dan kelenjar pankreas). 7. Sistem saraf : organnya otot dan saraf tepi. 8. Sistem hormon : hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, hormon ekskresi dan osmoregulasi. 9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organ utamanya ginjal.

39

10. Sistem reproduksi : organ-organ reproduksi meliputi organ kelamin (gonad). Menurut Balarin and hotton (1979), pada ikan betina, lubang kencing dan lubang pengeluaran telurnya terpisah. Lubang kencing terletak di ujung papilla di depan lubang kencing yang sangat khas yaitu seperti bulan yang melintang.

2.5 Sistem Pencernaan Pencernaan pada ikan berlangsung secara fisik dan kimiawi. Pencernaan secara fisik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Sedangkan pencernaan mekanik di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerak-gerak (kontraksi) otot pada segmen tersebut.Pencernaan mekanik di segmen lambung dan usus terjadi secara lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif (Ahmad, 2009). Pencernaan adalah proses penyederhanaan melalui cara fisik dan kimia sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap dalam usus, kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Organ-organ saluran pencernaan terdiri dari arah depan/anterior ke arah belakang /posterior. Jika diurutkan menjadi hati, pilorus, mulut/rongga mulut, usus, esofagus, lambung, empedu, pankreas.Organ-organ tambahan terdiri dari kelenjar hati, kelenjar empedu, dan pankreas.Organ-organ pelengkap diantaranya sungut, gigi, tapis, insang (Ka.462, 2008). 2.6 Sistem Ekskresi dan Reproduksi 2.6.1 Sistem Ekskresi Ikan memiliki sistem ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut lubang virogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan yang berada tepat di belakang anus.Ginjal pada ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomerulus, sehingga hasil metabolisme berjalan lambat dibanding ikan air tawar (Ka.462, 2008). Sistem ekkresi adalah sistem pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan dan padatan melalui kulit, ginjal dan saluran

40

pencernaan. Organ-organ dalam sistem ekskresi ialah kulit, saluran pencernaan dan ginjal : 1. Menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang, zat-zat

yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah. 2. Mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga

keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh. Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan bertulang benar (tekostei) yang hidup di laut dan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertukang rawan (Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasi (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011). Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistanefros) dan berwarna kemerah-merahan.Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda.Ikan yang di air tawar mengekskresikan amoniak dan aktif menyerap oksigen melalui insang serta mengeluarkan urin dalam jumlah besar. Sebaliknya, ikan yang hidup di air laut akan mengekskresikan amoniak melalui urin yang jumlahnya sedikit (Rachmadrevanz, 2011). 2.6.2 Sistem Reproduksi Sistem reproduksi ialah sistem untuk mempertahankan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Embriologi ialah urutan proses perkembangan dari zigot sampai pada anak ikan. Organ reproduksi diantaranya organ kelamin (gonad) menghasilkan sel kelamin (gamet) yaitu spermatozoa (gonad jantan), biasanya

sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pula telur (gonad betina) yaitu ovarium (Ainun, 2009). Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan

populasinya.Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi yang terdiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan

sukses.Fungsi reproduksi pada ikan nila pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi terdiri dari kelenjar kelamin atau gonad,

41

di mana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya (Hoar dan Randall, 1983). Menurut Harder (1975), tipe reproduksi dibagi menjadi a) Tipe sinkronisasi total di mana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun, b) Tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di samping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur dan c) Tipe asinkronisasi di mana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal.Faktor eksternal meluputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu terjadi akan terjadi perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah (Sutisna, 1995). 2.7 Jenis dan Bagian Fungsi Sisik Ikan memiliki jenis sisik yang berbeda-beda, begitu pula dengan fungsi sisiknya. Berikut adalah jenis dan fungsi sisik pada ikan : 2.7.1 Jenis Sisik 1) Sisik Kosmoid (Cosmoid) Sisik kosmoid yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah.Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih.Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut cosmine.Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin.Ikan Coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati. 2) Sisik Ganoid Sisik-sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae.Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoid terletak diantara lapisan kosmin dan

enamel.Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.

42

3) Sisik Plakoid Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya .sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi. 4) Sisik Leptoid Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk, yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus dan paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki siripsirip yang lembut. Misalnya ikan-ikan salem dan karper. Sisik-sisik ktenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikanikan yang lebih modern yang memiliki sirip-sirip berduri (Suyana, 2010).

2.7.2 Fungsi Sisik Untuk melindungi tubuh ikan dari serangan musuh, Untuk melindungi ikan dari perubahan cuaca drastis, Untuk melindungi kulit dari penyakit (Suriyana, 2010).

Gambar sisik (Google image, 2011)

2.8 Jenis dan Bagian Fungsi Ekor 2.8.1 Jenis Ekor Ada lima macam bentuk ekor, yaitu :

43

1) Emarginate (Google Image, 2011)

2) Pointed (Google Image, 2011)

3) Rounded (Google Image, 2011)

4) Forked (Google Image, 2011)

5) Lunate (Google Image, 2011) 2.8.2 Fungsi Fungsi ekor pada ikan adalah untuk mempercepat laju ikan di di dalam air (Fowcett, 1969). Menurut Suriyana (2010) adalah untuk keseimbangan tubuh ikan dan membantu dalam pergerakan ikan.

44

3.METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Alat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila adalah sebagai berikut : a) 1 set alat bedah (sectio set) : untuk membedah ikan nila. b) Baki (plastik/seng) c) Mikroskop binokuler nila. d) Lap basah saat dipindahkan ke baki. e) Object glass pada mikroskop. f) Cover glass : untuk menutup object glass. : untuk tempat obyek yang akan diamati : untuk mengambil ikan nila agar tidak mati : untuk meletakkan ikan nila. : untuk mengamati bentuk dari sisik ikan

45

3.2 Bahan dan Fungsi Bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila adalah sebagai berikut : a) Ikan nila : sebagai obyek pengamatan. b) Tissu : untuk membersihkan alat-alat.

3.3 Skema Kerja 3.3.1 Pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi Diambil ikan nila dengan lap basah dan jaring Diletakkan ikan nila pada nampan Ditusuk ikan nila dengan penusuk pada Medula Oblongata Diamati dan digambar bagian tubuh ikan nila Dibuka bagian perut ikan nila mulai anus hingga rongga perut secara melintang dengan sectio set Diamati dan digambar bagian pencernaan dan sekresi ikan nila Hasil

3.3.2

Pengamatan Sisik

Diambil sisik dengan pinset

Diletakkan di atas objek glass Ditutup dengan cover glass dengan 450 Diamati bagian sisik dengan mikroskop

Hasil

3.3.3

Pengamatan Insang

Diambil insang dengan pinset

Diamati dan digambar bagian-bagian insang

46

Hasil

4. PEMBAHASAN

4.1 Data dan Gambar Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam Praktikum Biologi Dasar dengan metri Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

A. Gambar Ikan Sebelum Dibedah (Morfologi)

47

Keterangan Gambar

1. Sirip punggung (dorsal) 2. Sirip bawah (ventral) 3. Sirip dada (pectoral) 4. Sirip dubur (anal) 5. Mulut 6. Mata 7. Tutup insang (opercullum) 8. Sisik 9. Sirip ekor (caudal) 10. Pangkal ekor

B. Gambar Ikan Nila Setelah Dibedah

Keterangan Gambar

48

1. Mulut 2. Mata 3. Tutup insang (opercullum) 4. Sirip bawah (ventral) 5. Sirip dubur (anal) 6. Pangkal ekor

7. Sirip ekor (ekor) 8. Sisik 9. Anus 10. Ginjal 11. Hati 12. Kulit dalam ikan

(Google Image, 2011)

C. Gambar Insang Keterangan Gambar : 1. Gill filament 2. Gill rakers 3. Gill arch

D. Gambar Sisik

49

4.2 Analisa Prosedur Pada Praktikum Biologi Dasar tentang Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus), pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah satu set sectio set yang terdiri dari pisau yang berfungsi untuk membedah ikan nila, penusuk yang berfungsi untuk menusuk medula oblongata ikan nila yang merupakan pusat syaraf ikan sehingga ikan dapat cepat mati, dan gunting yang berfungsi untuk mempermudah pembedah. Selain itu juga ada baki yang berfungsi sebagai tempat ikan, lap basah yang digunakan untuk memindahkan ikan dari ember ke baki agar ikan tetap dalam keadaan hidup saat dibawa ke meja pengamatan.Alat terakhir adalah mikroskop binokuler yang berfungsi untuk mengamati bentuk sisik pada ikan nila.Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan nila sebagai obyek pengamatan, serta tissue yang berfungsi untuk membersihkan alat-alat praktikum. Setelah alat dan bahan disiapkan, praktikan mengambil ikan dan memindahkannnya ke meja praktikum dengan menggunakan lap basah agar ikan tidak mati, setelah itu diletakkan ke baki plastik. 4.2.1 Pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi Pada pengamatan Alat Pencernaan dan Sekresi, alat dan bahan yang digunakan adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah alat dan bahan disiapkan, diambil alat penusuk dari sectio set untuk ditusukkan di bagian medula oblongata ikan nila. Medula oblongata adalah pusat syaraf pada ikan sehingga ikan dapat cepat mati jika medula oblongatanya rusak.Membedah bagian perut ikan dengan menggunakan pisau atau gunting mulai anus hingga rongga perut secara melintang dengan hati-hati agar tidak merusak organ dalamnya.Mengamati serta mencatat dan menggambar hasilnya.

50

4.2.2 Pengamatan Sisik Pada pengamatan sisik, alat dan bahan yang digunakan adalah sectio set, baki, mikroskor binokuler, object glass, cover glass, serta ikan nila. Setelah alat dan bahan disisapkan, praktikan memindahkan mikroskop sevara perlahan hingga posisi lengan mikroskop

menghadap ke arah pengamat, mengatur perbesaran, diafragma, dll. Setelah mikroskop binokuler siap, preparat mulai disiapkan. Diambil sisik ikan dengan menggunakan pinset yang ada pada sectio set dan diletakkan pada object glass. Ditutup object glass dengan cover glass kemudian diletakkan diletakkan di meja object mikroskop. Diamati dengan mikroskop dan dicatat serta digambar hasilnya. 4.2.3 Pengamatan Insang Pada pengamatan insang, alat dan bahan yang digunakan adalah sectio set, baki, dan ikan nila. Setelah alat dan bahan disiapkan, praktikan mengambil insang pada ikan nila dengan cara mengguntingnya dengan gunting yang ada di dalam sectio set kemudian diambil dengan menggunakan pinset yang ada di dalam sectio set pula. Mengamati dan mencatat hasilnya.

4.3 Analisa Hasil Dari Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi, dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan mengamati ikan nila yang telah dibedah, maka dapat diperoleh hasil bagian-bagian ikan nila secara mendetail.

51

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam Praktikum Biologi Dasar tentang sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila ( Oreochromis niloticus) adalah : 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mempunyai nama internasional Nile tilapia adalah ikan budidaya air tawar. 2. Ikan nila awalnya diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur.

52

3. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan nila yaitu, mudah berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anakannya banyak, tahan terhadap penyakit, dan mudah beradaptasi. 4. Sistem pernapasan pada ikan nila menggunakan insang. 5. Sistem pencernaan ada dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. 6. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan berakhir pada anus. 5.2 Saran Pada kegiatan Praktikum Biologi Dasar mengenai Sistematika, Anatomi, Fisiologi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) terdapat proses awal pre test. Saran kami, waktu menjawab soal-soalnya janganlah terlalu cepat.Sebenarnya soal-soal dapat dijawab, namun waktu yang terlalu cepat membuat jawaban tidak dapat ditulis dengan tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2009. Pencernaan Ikan Nila. http://ahmad.blogspot.com/pencernaan Ikan. Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB Ainun, Nimah. 2009. Anatomi Ikan Nila. http://books.google.co.id/advancebook.search ?hl&blw=1366&bih=553 lq=pengarang=buku=ainun=nimah Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB

53

Balarin and Haton. 1979. Anatomi Ikan Nila. New York : W.H Freeman Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Sistem Ekskresi Ikan Nila. http://www.google.co.id/#hl =id&q=dinas+perikanan+dan+kelautan&aq Diakses tanggal 13 Oktober 2011, Pukul 08.00 WIB Dr. Trevas. 1982. Klasifikasi Ikan Nila. http://www.cowro.info/thr2054803-0klasifikasi-ikan-nila.html Diakses tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB Fowcett. 2010. The Fish Tails Function. New York : Mc Grawhill, inc Google image. 2011. http://google.co.id/image Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB Harder. 1975. Sistem Reproduksi Ikan. http://www.smecda.com/files/budidaya/ikan_nila.pdf Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB Hoar dan Randall. 1983. Reproduksi Ikan Nila. London : Science, inc Ka.462. 2008. SistemPencernaan Ikan Nila. http://www.scribd.com/doc/51094795/Ikan-Nila Diakses tanggal 15 oktober 2011, pukul 10.00 WIB Lestari. 2009. Oreochromis niloticus. http://lestaripuji.wordpress.com/ikan-nila Diakses tanggal 08 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB Linnaeus. 1758. Description of Nila. New York : W.H Freeman Rachmadrevanz.2011. Sistem Ekskresi Ikan, Katak, Reptil dan Burung | Rachmad Revanz.http://rachmadrevanz.com/2011/sistem-ekskresi-ikankatak-reptil-dan-burung.html Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.00 WIB Saputra. 2007. Morfologi Ikan. http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/12/morfoligi-ikan/ Diakses tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB Sarnita et all. 2001. Potensi Ikan Nila. http://xnyder.blogspot.com/ Diakses tanggal 13 Oktober 2011, pukul 08.15 WIB Suriyana. 2010. Fungsi Sisik. http:// id.Answer yahoo.com/question/ index?qid=2080414232 707 agkirn Diakses tanggal 09 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB Sutisna. 1995. Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Gramedia

54

Suyanto. 1994. Ikan Nila Merah. Jakarta: Erlangga Wardoyo.1997. Budidaya Ikan Air Tawar. http:// books.google.co.id/books?id.kuu Diakses tanggal 09 Oktober 2011, pukul 15.00 WIB Watanabe et all. 1990. Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jakarta: Gramedia Widiyati et all. 1999. Endonesia Scientific Journal Database. http://journal.pdii.upi.go.id/ index.php/search.html?aet=tampil&id=51891&idc=33 Diakses tanggal 06 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB

55

JARINGAN TUMBUHAN DAN HEWAN

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam ilmu biologi modern pengertian jaringan dapat diartikan sebagai kumpulan dari beberapa sel makhluk hidup. Pengertian jaringan dalam biologi pada era modern ini tidak memiliki perbedaan dengan bilogi di

56

masa lalu seperti jaringan otot, jaringan syaraf, dan jaringan otak (Sriwedani,2010). Jaringann tumbuhan maupun jaringan hewan berupa sel yang terorganisasi berupa lembar-lembar atau beerkas-berkas longgar yang melakukan sebuah aktivitas yang spesifik. Berbagai jaringan yang berbeda disusun dalam struktur-struktur dengan batas dann bentuk yang jelas, dikenal sebagai organ (Hedomenes,2006). Jaringan merupakan sekelompok sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matrik. Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk suatu tubuh tumbuhan. Jaringan tumbuhan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa (Ramalex,1988). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari diadakannya Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adlah untuk memahami dan mengetahui struktur sel yang menyusun jaringan tubuh tumbuhan dan hewan serta mengetahui perbedaannya. Tujuan dari diadakannya Praktikum biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adalah agar praaktikan dapat membedakan berbagai macam jaringan pada tumbuhan dan hewan serta dapat menunjukkan letak jaringan tersebut. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan hewan dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00-09.00 WIB.Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan hewan diadakan di Laboratorium Ilmu-Ilmu perairan Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan, Universitass Brawijaya, Malang. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jaringan Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama disebut jaringan. Jaringan pada

57

tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam yang berbentuk yang memiliki fungsi khusus (Sriwedani,2010). Baik pada tumbuhan maupun hewan, kelompok-kelompok sel-sel yang serupa terorganisasi menjadi lembar-lembar atau berkas-berkas longgar yang disebut jaringan.Jaringan melakukan tugas spesifik. Berbagai jaringan yang beda disusun dalam struktur-struktur dengan batas dan bentuk yang jelas (hademenos and George,1999). Jaringan hewan adalah sekumpulan sel-sel hewan yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dalam tubuh hewan mempunyai tugas yang khusus dalam melakukan fungsinya seperti jaringan otot,jaringan syaraf, dan jaringan epitel. Berdasarkan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi empat yaitu epitel proteksi, epitel kelenjar, epitel absorbsi, dan epitel sensori.Dan berdasarkan bentuknya yaitu epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis, epitel silindris bersilia, dan epitel transisional. Jaringan otot dibedakan menjadi tiga, yaitu jaringan otot polos , otot lurik, dan otot jantung. Sedangkan jaringan ikat dibedakan menjadi enam, yaitu jaringan kartilago, jaringan darah, jaringan limfa, jaringan lemak, jaringan ikat padat, dan jaringan ikat longgar

(Rustam,2009).

2.2 Macam-Macam Jaringn Hewan Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekumpulan sel yanga mempunyai struktur yang khusus yang memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik, misalnya otot-otot jantung yang

menghubungkan sel jantung dengan organ yang lain (Patrician,1998). Menurut Godam (2006), jaringan ada 4 macam, yaitu : 2.2.1Jaringan Ephitellium Jaringan epitel adalah jaringan yang salah satu dari 4 jaringan dasar sebelumnya.Dahuluistilah epitel digunakan untuk menyebut selaput jernih yang berada diatas permukaan tonjolan anyaman penyambung di merah bibir. 2.2.2 Jaringan Ikat Jaringan ikat disebut juga dengan penyokong atau

penyaambung. Jaringan ikat berbeda dengan jaringan epitel,baik

58

susunan selnya, bahan interselulernya, maupun fungsinya. Letak selsel jaringan ikat berpencar-pencar dan jika berhubungan hanya pada ujung ujung protoplasmanya.Jaringan ikat berasal dari mesenkima, mesenkima berasal dari misoderm yaitu lapisan tengah

embrio.Mesenkima berkembang menjadi jaringan ikat. 2.2.3 Jaringan Otot Jaringan otot tersusun atas sel-sel membujur dengan inti yang tampak jelas batasnya dan miofibril.Miofibril tersusun atas protein kontraktil yanng terdapat di sepanjang sel dan tampak jelas pada otot rangka dan jantung.Batas antar sel otot terlihat jelas karena adanya sarkolema.Sarkolema adalah lapisan membran yang mrngelilingi sel otot. Jaringan otot dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : a. Otot polos b. Otot lurik c. Otot jantung 2.2.4 Jaringan Syaraf Jaringan syaraf tersusun atas sel-sel syaraf atau neuron. Tiap neuron atau sel syaraf terdiri atas badan sel syaraf, cabang dendrit dan cabang akson ( cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiaptiap sel syaraf sehingga membentuk jaringan syaraf). Sel syaraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya kemampuan sel syaraf untuk bereaksi dengan lingkungan,

konduktivitas artinya kemampuan sel syeraf untuk membawa impulsimpuls syaraf Ada 3 macam syaraf, yaitu: a. Sel syaraf sensorik b. Sel syaraf motorik c. Sel syaraf prnghubung

Macam-Macam Sel Jaringan pada Hewan a. Jaringan Syaraf b. Jaringan Otot

59

(Google image, 2011)

(Google image, 2011)

c. Jaringan Epitel

d.jaringan Ikat

(Google image, 2011) e. Jaringan otot lurik, otot jantung, dan otot polos

(Google image, 2011)

(Google image, 2011) 2.4 Jaringan Tumbuhan Seperti pada hewan, tumbuhan pun terdiri dari

sel-sel, sel-sel

tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan ( Sastrodinoto,1980). Menurut Fawcett (1999), jaringan tumbuhan dibagi menjadi 2, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa

2.4.1 Jaringan Meristem Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus

membelah.Jaringan meristem terdiri dari jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder. 2.4.2 Jaringan Dewasa

60

Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Jaringan dewasa dibagi dalam beberapa macam : a. Jaringan epidermis b. Jaringan parenkim c. Jaringan penguat/ penyokong d. Jaringan pengangkut

Gambar Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Epidermis

b. Jaringan Parenkim

(Google image,2011) c. Jaringan Meristem

(Google image,2011) d. Jaringan Penyokong

(Google image,2011) e. Jaringan Pengangkut

(Google image,2011)

(Google image,2011) 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Adapun alat-alaat yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adalah sebagai berikut:

61

a. Mikroskop b. Cover glass

: Untuk mengamati objek yang akan diamati : Untuk menutup media atau objek pengamatan di atas objek glass agar tidak bergeser

c. Okbjek glass d. Silet

: Untuk meletakkan objek yang akan diamati : Untuk menyayat media yang diamati

3.2 Bahan dan Fungsi Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan adalah sebagai berikut: a. Penampang melintang akar, batang , daun baik monokotil maupun dikotil dalam bentuk segar atau awetan, berfungsi sebagai objak pengamatan b. Penampang berbagai organ tubuh hewan dalam bentuk awetan atau segar yang berfungsi sebagai objek pengamatan 3.3 Skema Kerja 3.3.1 Pengmatan Preparat Ketela Pohon Diamati preparat irisan melintang gabus (ketela pohon)

Diamati irisan gabus dengan mikroskop

Hasil 3.3.2 Pengamatan Akar Bawang Diambil preparat irisan melintang akar bawang

Diamati dengan mikroskop

Hasil 3.3.3 Pengamatan Umbi Batang Diambil preparat irisan melintang umbi batang

62

Diamati dengan mikroskop Hasil

3.3.4 Pengamatan Akar Paku-Pakuan Diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan Diamati dengan mikroskop Hasil

3.3.5 Pengamatan Hati Diambil preparat (hati)

Diamati dengan mikroskop Hasil

3.3.6 Pengamatan Daun Bawang Diambil preparat daun bawang

Diamati dengan mikroskop Hasil

63

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan, sebelum memulai praktikum langkah pertama yang dilakukan adalah kita harus memahami tujuan dan bagaimana prosedur pelaksanaannya, agar hasil yang kita peroleh dapat maksimal. Kemudian yang harus dilakukan adalah mempersiapkan semua alat dan bahan dari praktikum, yaitu mikroskop untuk meneliti objek, objek glass untuk menempatkan preparat, cover glass untuk menutup objek glass, dan silet sebagai penyayat. Kemudian bahan yang harus disiapkan adalah irisan gabus (ketela pohon), irisan melintang akar bawang, irisan umbi bawang, irisan pakupakuan, hati, dan irisan daun bawang.Semua bahan tersebut digunakan sebagai objek pengamatan. Setelah itu, untuk pengamatan ketela pohon, langkah yang harus dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang sel gabus pada ketela pohon, lalu diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya. Untuk pengamatan akar bawang, langkah yang dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang akar bawang, kemudian diamati dengan mikroskop, dan gamber hasilnya. Untuk pengamatan umbi bawang, langkah yang dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang umbi bawang, lalu diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya. Untuk pengamatan akar paku-pakuan, langkah yang dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan, kemudian diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya. Untuk pengamatan hati, langkah yang dilakukan adalah diambil preparat irisan melintang hati, kemudian diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya. Dan untuk pengamatan daun bawang, langkah yang dilakukan adalah diambil preparat daun bawang, kemudian diamati dengan mikroskop, dan gambar hasilnya.

64

4.2 Analisa Hasil Jaringan tumbuhan ataupun jaringan hewanberupa sel yang terorganisasi berupa lembar-lembar atau berkas-berkas longgar yang melakukan sebuah aktifitas yanng spesifik (Hedomenes,2006). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat diperoleh hasil berupa gambar sebagai berikut:

4.2.1 Pengamatan Preparat Akar bawang

Gambar tangan

(Google image,2011)

4.2.2 Pengamatan Preparat Ketela Pohon

Gambar tangan

(Google image,2011)

4.2.3 Pengamatan Preparat Umbi Bawang

Gambar tangan

(Google image,2011)

65

4.2.4 Pengamatan Preparat Akar Paku-Pakuan

Gambar tangan

(Google image,2011)

4.2.5 Pengamatan Preparat Irisan Hati

Gambar tangan(Google image,2011)

4.2.6 Pengamatan Preparat Daun Bawang

Gambar tangan

(Google image,2011)

66

5. PENUTUP

5.1

Kesimpulan Dari Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai fungsi dan bentuk yang sama Jaringan pada hewan adalah jaringan epitelium, jaringan otot, jaringan pengikat, jaringan syaraf, jaringan otot jantung, otot lurik, dan otot polos. Jaringan pada tumbuhan adalah jaringan meristem, jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut. Jaringan bekerja dengan spesifik sehingga jaringan satu dengan jaringan lainnya tidak ada kesamaan fungsi. Jaringan adalah unit terkecil pembentuk organ pada tubuh hewan dan tumbuhan.

5.2

Saran Dari Praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Tumbuhan dan Hewan sebaiknya di setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal, proses pengamatan objek dengan menggunakan mikroskop, pengaturan fokus sebaiknya dilakukan dengan pelan-pelan.

67

DAFTAR PUSTAKA Fawcett, 1999.Biology Silence.Jakarta : Erlangga Godam 64.2006. http://organisasi.org/taxonomi-menu/2/16? Page = 1 Diakses tanggal 7 Oktober 2011, pukul 20.00 WIB Google images.2011.http://google.co.id/images Hedomenes. 2006. http://hedomenes.blogspot.com Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB Patrician, D. Novak. 1998. Kamus Sara Kedokteran Orland. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Rustam. 2009. http:// aquaculture-rustam.blogspot.com/2009/07/biologi.html Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB Sriwedani. 2010. http://pengertianimasi.tk/pengertian-jaringan-dalam-biologi-

modern.aspx Diakses tanggal 11 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB Sastrodinoto. 1980. http://aquaculture.blogspot.com/1980/07/biologi.html Diakses tanggal 6 Oktober 2011, pukul 07.00 WIB

68

MIKROORGANISME PERAIRAN

69

1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di segala macam lingkungan sebagai bagian dari seluruh ekosistem alam. Sebagian dari mokroorganisme itu adalah produsen, sebagian konsumen pertama dan sebagian lagi konsumen kedua serta ketiga. Kita dapat menemukan mikroorganisme di daerah kutup, di daerah tropik, di dalam air, di dalam tanah, dalam debu di udara. Ada mikroorganisme hidup di satosfer bila terangkat oleh arus udara. Ada mikrhidup di satosfer bila terangkat oleh arus udara. Ada mikroorganisme yang dapat hidup meski tanpa oksigen, misalnya pada dasar laut dan

danau-danau yang sangat dalam. Bahkan ada yang hidup di sumber air panas dengan temperatur yang sedemikian tinggi hingga alam memastikan organisme yang lebih besar. Mikroorganisme memegang peranan penting sebagai penghubung jaring-jaring makanan dalam ekosistem darat, laut, sungai, dan kolam. Mereka merupakan pengurai utama dari berbagai zat dan senyawa (Sastrodinoto, 1980). Menurut Budiyanto (2010), mikroorganisme merupakan suatu

kelompok organisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya. Seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Mikroorganisme adalah organisme kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang hidup di seluruh ekosistem alam.

Mikroorganisme dibagi menjadi dua yaitu mikroorganisme autotrof dan mikroorganisme heterotrof, sebagian merupakan fotoautotrof dan hanya sebagian kecil merupakan heterotrof.

1.2

Maksud dan Tujuan Maksud dari Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme

Perairan adalah agar praktikan mengerti dan mengenal mikroorganisme yang ada di perairan.

70

Tujuan dari Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan adalah untuk meneliti jumlah nisbi mikroorganisme yang penyebarannya di lingkungan perairan. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar materi Mikroorganisme Perairan ini

dilaksanakan pada Hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2011, pukul 07.00 09.00 WIB, dan bertempat di Laboraturium IIP ( Ilmu-Ilmu Perairan ), gedung C lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

71

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroorganisme Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multi seluler tidak terlihat dengan mata tealanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja dibidang ini disebut mikrolog (Devo, 1997). Mikroorganisme terdapat dimana-mana dari dasar laut sampai kepuncak-puncak gunung berselimut es, dimata mata air belerang panas, dalam tanah dan debu di udara, dalam air atau susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir), pendeknya di sergala macam tempat serta lingkungan di bumi ini sesungguhnya memang kita dikelilingi oleh bakteri, cendawan, protozoa, dan mikroorganisme lain (Hadioetomo, 1985). Bagi banyak orang, kuman mikroba dunia dan membawa kepikiran sekelompok makhluk hidup yang kecil yang tidak cukup masuk ke salah satu kategori dalam pertanyaan tua, adalah hewan, tumbuhan dan manusia?. Mikroba, mikroorganisme juga disebut, adalah makhluk individual menit yang biasa terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kelompoknya termasuk bakteri, jamur, protozoa dan ganggang mikroskopis, itu juga mencakup virus yang terkadang entitas non seluler dianggap sebagai

berada di perbatasan antara hidup dan tidak hidup (Tortora et.al, 2007).

72

2.2 Macam Macam Organisme di Lingkungan Menurut Palezor (1986), macam macam kolompok mikroorganisme dilingkungan ,antara lain : Kelompok Bakteri Ukuran Khas Ciri Perhitungan Kepentingan Praktik

0,5- - Prokariot uniseluler, - Penyebab penyakit srtuktur sederhana. Tumbuh media laboratoris - Reproduksi aseksual, pembelahan sederhana pada buatan internal - Menambah kesuburan merusak untuk mampu membuat sendiri tanah, tanaman dan untuk makanan

1,5 m kali 1,0- 3,0 m

industri

Sianobakteria Kisaran 0,5-1,5 m

- Prokariota uniseluler struktur internal sederhana, tumbuh pada

- Sumber hewan, membantu

makanan amatik

pembentukan

dan

media laboratoris. Reproduksi secara aseksual dan

memperkaya tanah.

spora mengadung klorofil fotosintesis. Virus Kisaran 0,015-0,2 m - Semua parasit tumbuh obligat - Penyebab tidak pada penyakit dan

pada manusia dan makhluk hidup lain, dapat menginfeksi

media buatan, dan membutuhkan sel hidup reproduksi. - Dibutuhkan mikroskop elektron untuk melihatnya. Khamir Kisaran - Eukariotik guna

mikroorganisme.

- Sebagai

pembantu

73

5,0-10 m

uniseluler, reproduksi aseksual penguapan, sifatnya mempunyai kesamaan dengan bakteri.

dalam

produsen

minimum dikhol dan - Penyebab penyakit - pelengkap makann

Kapang

Kisaran 2,0-100 kali beberapa mm

- eukariotik multiseluler, kahlvitasnya sama seperti bakteri,

- Sumber hewan sumber media sifat bagian makanan. - Makanan penyakit.

makanan akuatik, agar bagi

laboratoris, racun, dan

reproduksi secara aseksual seksual. Protozoa Kisaran 2,0-200m - Eukariotik uniseluler, khalvitasnya sama dengan bakteri intraseluler - Reproduksi aseksual seksual. Alga - Eukariotik uniseluler dan multiseluler, hidup dilingkungan akuatik klorifil fotosistesis - Reproduksi aseksual seksual dan memiliki dan dan praktik parasit dan

pelengkap

hewan

akuatik dan sumber

- Sumber makanan lingkungan sumber media sifat sebagai makanan.

produksi bagi akuatik, bagi

agar

laboratoris, racun dan

pelengkap

74

Menurut Amboinas (2009), atau beberapa lingkungan di bumi ini mengandung sedemikian banyak macam mikroorganisme. Mikroba tanah contohnya bakteri, cendawan, algae, protozoa, dan virus secara bersama sama membentuk kumpulan mikroorganisme yang dapat mencapain jumlah total sampai bermilyar milyar organisme pergram tanah. 2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Organisme Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat bergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan mikroba makin menyediakan nutrien yang sesuai dengan khultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba biak hanya berfariasi dsalam persyaratan nutrisinya tetapi juga menunjukkan resp[on yang berbeda beda untuk berhasilnya khultivasi berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrien serta faktor lingkungan yang sesuai (Palazer dan Chan, 2006). Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme meliputi suplay gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Bukls,1985). Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, akan tetapi juga dipengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup. Perubahan ini dapat disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor faktor lingkungan dapat dibagi atas makhluk makhluk hidup yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiosis, sinergisme, antibiosi dan sintronisme. Sedangkan faktor faktor abiotik terdiri dari faktor fisika (misal : suhu, pH, atmosfer gas, tekanan osmotik, kelembapan, sinar gelombang dan pengeringan pengeringan) ( Hadioetomo, 1985). 2.4 Pengertian Sterelisasi Sebelum digunakan, media harus disterilkan yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yaitu dengan perlakuan yang lembap. Bergantung pada macam bahan yang akan disterilkan. Sterelisasi dapat pula dilakukan dengan

75

perlakuan panas (Gunawan, 2000).

kering, kimia, penyaringan dan radiasi radiasi

Menurut Yudha dan Hany 1996), sterelisasi adalah eliminasi total atau destruksi semua bentuk kehidupan mikroba. Sterelisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup (Darmadi, 2008).

2.5 Pengertian Media dan PCA Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur, yang umumnya digunakan didalam laboraturium yaitu media biakan yang

menggunakan bahan pemadat berupa agar (Gunawan , 2000 ) PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan mokulasi diatas permukaan . PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan ( casein, enzymie, hydroliste, yeast, extract, dextrose, agar )hingga

membentuk suspensi 22,5 % kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121 0 C ). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba ( semua jenis mikroba ) karena didalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrostatis yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta extrak yeast menyuplay vitamin B kompleks ( Falihis , 2009 ). Medium lengkap tersusun atas semua senyawa yang dibutuhkan untuk menumbuhkan jasad renik tertentu . biasanya medium semacam ini dibuat dari bahan-bahan organik, misalnya ,ekstrak khamir , ekstrak daging, ekstrak malt dan sebagainya ditambah dengan sumber karbon yang sesuai. Medium biasanya digunakan menumbuhkan dan memelihara jasad renik yang tidak memerlukan nutrisi khusus sehingga diperoleh jumlah sel yang tinggi ( Yuwono , 2008 ). 2.6 Cara Perhitungan Bakteri Pertumbuhan jasad renik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan metode langsung maupun tidak langsung . pengukuran pertumbuhan secara langsung dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan menghitung jumlah sel menggunakan penkraf houser Bakteria Counter atau

hemositometer atau dengan mengukur kepekaan (inbidikasi) selnya

76

menggunakan spektrofotometer. Jumlah sel dapat dihitung secara langsung jika jasad renik tersebut , ditumbuhkan didalam medium cair. Pertumbuhan dapat juga dapat dibentuk secara tidak langsung misalnya dengan metode penuangan (platting)pada medium padat atau menghitung berat

biomassanya. Dalam metode penuangan, jumlah sel ditentukan dengan menghitung jumlah kalor yang tumbuh dalam medium padat sehingga yang terhitung hanya sel-sel yang masih hidup (Yuwono , 2008 ). Menurut Harmita dan Radjji (2006) , ada empat macam cara yang umum digunakan untuk memperkirakan besar populasi mikroorganisme , yaitu : - Perhitungan langsung (direct count) : jumlah sel atau biomassa mikroorganisme , sel dihitung langsung dibawah mikroskop atau dengan penghitung partikel elektrik (electric perticle counter). - Pengukuran langsung ( direct measurmen ) :biomassa mikroorganisme, massa sel ditentukan dengan menimbang / mengukur berat seluruh sel, biomassa dapat dikorelasikan dengan jumlah sel dengan

membandingkannya pada kurva standart. - Perhitungan tidak langsung ( indirect count ) jumlah sel , mikroorganisme dalam sampel di konsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai , pertumbuhan mikroorganisme , contohnya pembentukan koloni dalam pelat agar digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang terdapat didalam sampel. - Perkiraan tidak langsung ( indirect estimzte ) biomassa mikroorganisme, biomassa mikroorganisme diperkirakan dengan mengukur komponen biokimia sel mikroorganisme yang relatif konstan, seperti protein, adenosin tripospat (ATP) lipopolisakarida (LPS), murein klorofil.

77

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi Adapun alat-alat yang di gunakan dalam praktikum Biologi Dasar tentang mikroorganisme Perairan adalah sebagai berikut : Cawan petri Koloni counter Autoklaf suhu 121 C Bunsen Spatula Elenmeyer Timbangan digital Incase Crust table tang Sprayer Hot plate Gunting Kapas Pipet volum 3.2 Bahan dan Fungsi Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Biologi Dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah sebagai berikut : Medium agar steril Aquadest Alkohol Benang Spirtus Kertas label Kertas saring Kertas koran Korek api : media untuk menumbuhkan mikroorganisme : pelarut : untuk mengkondisikan steril : untuk mengikat cawan petri : bahan bunsen : untuk memberi label : untuk menyaring : membungkus cawan petri : untuk menyalakan autoklaf tradisional : sebagai sumber panas : untuk menghomogenkan larutan : tempat pembuatan PCA : untuk menimbang : untuk menginkubasi pada suhu kamar 25 0 C 27 0 C : penjepit cawan petri : sebagai wadah untuk alkohol : untuk memanaskan atau menghomogenkan PCA
0

: untuk mengembangbiakkan bakteri : untuk menghitung mikroorganisme atau jumlah koloni : sebagai sterilisasi semua alat yang digunakan pada

dengan cara mekanik : untuk memotong tali : untuk menutup elenmeyer : untuk mengambil larutan dalam skala kecil

78

3.3

Skema Kerja 3.3.1 Sterelisasi

Cawan petri Dicuci Dikeringkan Dibungkus Koran Diikat tali Dimasukkan autoklaf

Autoklaf Disesuaikan ketinggian air hingga batas ketinggian Dimasukkan saringan Dinyalakan kompor Ditutup klep secara diagonal Ditunggu suhunya 121 C, tekanan 1 atm (0,15 MPA) Disterilkan selama 15-20 menit Dimatikan kompor Dibuka katup uap agar uap panas keluar Dibuka tutupnya Dikeluarkan alat Didinginkan dengan incase

Hasil

79

3.3.2 Pembuatan Media

PCA 17,5 gr

Aquadest

Dimasukkan erlemeyer PCA + aquadest Diaduk dengan spatula Ditutup kapas pada erlemeyer Dibungkus koran Dihomogenkan Disterilkan basah Hasil

PCA hangat Dituangkan ke dalam cawan petri 20 ml Didinginkan Dibalik Disimpan dalam incase Has Hasil

80

3.3.3 Penanaman Media PCA beku Dibuka 10 menit Ditutup

Ditutup Dibalik Dibungkus Diinkubasi 3 hari Hasil

3.3.5 Perhitungan TPC (Total Plate Count) Total komponen PCA 1000

TPC =

x volume larutan cawan x cawan 4.

Komponen PCA : Agar : 9 gram

Ekstrak yeast : 2,5 gram Pepton Glukosa : 5 gram : 1 gram + 17,5 gram

Volume larutan cawan = 20 ml

81

4. PEMBAHASAN

4.1 Analisa prosedur Dalam Praktikum Biologi Dasar Mikroobiologi Perairan, langkah pertama adalah menyaiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan adalah ; cawan petri, koloni counter, autoklaf, bunsen, spatula, elenmeyer, timbangan digital, incase, crust table tang, sprayer, hot plate, gunting, kapas dan pipet volum. Sedangkan bahan yang digunakan adalah medium agar steril, aquadest, alkohol, benang, spirtus, kertas label, kertas saring, kertas koran, dan korek api. 4.1.1 Sterilisasi Pertama-tama cawan petri di cuci, kemudian di keringkan, lalu di bungkus dengan koran dan di ikat dengan benang.Setelah itu, di masukkan ke autoklaf. Kemudian di sesuaikan ketinggian air hingga batas ketinggian. Lalu dimasukkan saringan dan di nyalakan kompor, dan di tutup klop secara diagonal. Di tunggu suhu nya sampai 121 0 C, lalu di sterilisasikan 15 20 menit. Kemudian di matikan kompor dan di buka tutup nya, lalu di keluarkan alat nya dan di dinginkan dengan incase. 4.1.2 Pembuatan Media Alat dan bahan disiapkan ,kemudian masukkan PCA 17,5 gr dan aquadest kedalam labu elenmeyer ,PCA dan aquadest

dipanaskan, diaduk dengan spatula dan ditutup kapas pada elenmeyer lalu di bungkus koran di homogenkan ,lalu di sterilisasi basah menggunakan autoklaf dan di lihat hasilnya. PCA yang masih hangat kemudian di tuangkan ke dalam cawan petri 20 ml di dinginkan dan dibalik. Setelah itu di simpan dalam incase dan dilihat hasilnya.

82

4.1.3 Penanaman Media PCA yang beku, di buka 10 menit lalu di tiup, setelah itu ditutup kembali dan di balik. Setelah itu di bungkus menggunakan kertas permanen, dan kemudian di inkubasi. 4.1.4 Perhitungan Koloni Cawan petri yang terisi medium di keluarkan dari incase lalu di hitung koloni yang tumbuh dan di catat hasilnya.

83

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari praktikum Biologi Dasar tentang Mikroorganisme Perairan dapat di peroleh kesimpulan sebagai berikut : Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme disebut dengan mikrobiologi Mikroorganisme adalah organisme mikroskopis yang tidak dapat di lihat kasat mata atau mata telanjang Macam-macam kelompok mikroorganisme di lingkungan antara lain ; bakteri, sianobakteri, virus, khamir, kapang, protozoa dan algae Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganis memeliputi supplai gizi, waktu, suhu, air, PH, dan tersedianya oksigen. Sterilisasi adalah eliminasi total atau distruksi semua bentuk krhidupan mikroba Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur, yang digunakan didalam laboratorium PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan mokulasi diatas permukaan Perhitungan koloni ada perhitungan langsung( Direct count ) dan pengukuran tidak langsung ( Direct measurmen ) 5.2 Saran Dalam praktikum ini , banyak praktikan yang tidak paham karna kita tidak praktikum secara langsung atau praktikum seperti biasanya. Untuk alatalat laboratorium mohon dilengkapi.

84

DAFTAR PUSTAKA

Amboinas. 2009. Mikroorganisme. http://amboinas.wordpress.com/2009/06/14 mikroorganisme. Diakses 15 November 2011, pukul 16.00 WIB. Buckls.1985. http://www.artikelkimia.info/ faktorfaktor-yang- mempengaruhipertumbuhan-mikroba. Diakses 01 November 2011, pukul 13.00 WIB. Budiyanto. 2010. Mikroorganisme. http://budiyanto897.blogspot.com/. Diakses 15 November 2011, pukul 16.00 WIB. Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomiol. Jakarta : Salemba Medika. Devo, A. 2011. http://m.DEVOAF1997.webnode.com/news/ pengertianmikroorganisme. Diakses 01 November 2011, pukul 13.00 WIB. Fathir, Fuadz. 2009. http://fuadzfathir.multiply.com/jurnal/item/2. diakses pada 01 November 2011 pulul 13.00 WIB. Gunawan, Agustion Widya. 2000. Usaha-Usaha Membiakkan Jamur. Surabaya : PT. Penebar Swadaya. Hadioetomo. 1985. http://www.artikelkimia.info/faktor-faktor-yang-mempengaruhipertumbuhan-mikroba. Diakses 1 November 2011 pukul 13.00 WIB. Harmita dan Radji. 2006. Bromed Maksum Buku Ajar Analisis Hayati Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC. Pelzar dan Chan. 2006. http://www.artikelkimiainfo/. Diakses 01 November 2011, pukul 15.00 WIB. Palazor. 1988. Lament of Mikrobiology.mc.Grawhill : New York. Sastrodinoto. 1980. Mikroorganisme. Jakarta : Erlangga. Tortora, Gerad J et.al. 2007. Mikrobiologi An Introduction Tortora Fonke Case : San Francisco. LA 9411. Yuwono, Triwibisono. 2008. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.

85

PRODUSEN DAN KONSUMEN DI PERAIRAN

86

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang lebih mengetahui siklus karbon amoeba selama fotosintesis.Bahan organik adalah sebagian hasil umum dari karbondioksida. Fotosintesis tumbuhan dan organisme adalah sebagai produsen utama dan bahan organikkarbon menghasilkan nutrisi bagi organisme lain, organisme sebagi konsumen dan melepaskan bahan organik dalam proses fermentasi dan respirasi (Heritage, 2003). Menurut Syamsury (2004), sumber energi bagi segala kehidupan adalah energi matahari. Hanya organisme autotrof yang dapat menangkap dan memanfaatkan energi matahari tersebut melalui proses fotosintesis. Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan oksigen. Itulah sebabnya, maka organisme autotrof disebut dengan produsen, yang menyediakan energi dalam bentuk makanan I, selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan oleh konsumen I, selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan oleh konsumen II, konsumen III, konsumen IV dan berakhir pada pengurai. Selain energi dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air, oksigen, dan mineral. Munculnya jaring-jaring makanan diawal dengan terjadinya proses perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dan reaksi-reaksi kimia. Produsen memerlukan CO2 untuk fotosintesis dari konsumen dan kegiatan fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk respirasi. Produsen dapat menghasilkan makan sendiri, seperti tumbuhan melalui fotosintesis sehingga dapat dimanfaatkan oleh konsumen contohnya manusia.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah agar praktikan peran produsen dan konsumen. mengerti dan memahami

87

Tujuan dari praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen di Perairan adalah untuk memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon. 1.3. Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Dasar materi Produsen dan Konsumen di Perairan ini dilaksanakan hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2011 pukul 07.00 09.00 WIB dan bertempat di laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) gedung C lantai 1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

88

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Siklus Karbon Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon

dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer,dan atmosfer bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Dalam siklus ini terdapat empat reservoir korban utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran

reservoir.Reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer terestrial (biasanya termasuk pula freswater system) dan non hayati organik seperti karbon tanah (Sol Carbon), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil) (Darmadi, 2010). Menurut Aminu Irfanda (2010), siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarakan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui). Menurut Devo (2010), siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belun diketahui). Menurut Ynder (2011), model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif dari larutan dan biosfer terhadap nilai CO2 dimana dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun biokimia.Model-model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik positif antara temperatur dan CO2.

89

2.2. Gambar Siklus Karbon dan Penjelasannya

(Aminu Irfanda, 2010) Dalam siklus karbon ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran, reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer terestrial (biasanya termasuk pula freswater sistem dan material non hayati organik) sperti karbon tanah (soil carbon), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non hayati) dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil), pergerakan tahunan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, dan biologi yang bermacam-macam. Lautan mengandung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antara masuk dan keluar) antara reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer biosfer). Analisa neraca karbon dari sebuah kolam atau

90

reservoir

berfungsi

sebagai

sumber

(source)

atau

lubuk

(sink)

karbondioksida (Aminu Irfanda,2010).

(Docudesk, 2010) Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0,03%. Sumbersumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batu bara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama membentuk batu bara di dalam tanah. Batu bara dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara (Docudesk, 2011).

91

(Legawa, 2011) Ini diagram siklus karbon cepat menunjukkan pergerakan karbon antara daratan, atmosfer, dan lautan. Nomor kuning adalah fluks yang alami, dan merah merupakan kontribusi manusia dalam kisaran karbon per tahun.Nomor putih menunjukkan karbon yang tersimpan (digram diadaptasi dari U.S.DOE, Biological dan Enviromental Research Information System) selama jangka panjang, siklus karbon tampaknya mempertahankan keseimbangan yang mencegah semua karbon bumi dan memasuki atmosfer (seperti halnya di Venus) atau agar tidak disimpan seluruhnya dalam batuan, keseimbangan ini membantu menjaga suhu bumi relatif stabil, seperti termosfer (Legada, 2011). 2.3. Siklus Karbon Dalam Hubungan Dengan Produsen dan Konsumen Perairan Peran zat besi dalam siklus karbon laut adalah meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang menghasilkan CO2 dari udara melalui fotosintesis meskipun banyak karbon pada biomassa yang dihasilkan akan masuk kembali ke atmosfer melalui siklus karbon ada sedikit yang jatuh ke dalam laut ketika plankton mati secara efekif mengunci karbon tersebut selama hingga 300 tahun. Teorinya adalah bahwa semakin banyak karbon plankton, semakin banyak karbon yang akan disimpan ke dalam laut (Soetrisna, 2009).

92

Faktor yang menyerap CO2 di atmosfer adalah larutan dan organisasi vegetasi perairan. Bila tanaman mati, maka CO2 dalam biomasa tanaman yang tidak terdekomposisi dapat disimpan sebagai fosil atau berupa batu bara atau batu kapur (Kabar Indonesia, 2007). 2.4. Faktor yang Mempengaruhi Siklus Karbon Selain lambatnya omsel laut, dua faktor yang lebih menentukan tingkat dimana mengambil CO2 salah satunya adalah ketersediaan karbonat yang berawal dari deporsita besar leeusit (kerang) di tingkat atas laut.Kerang ini harus larut dalam air agar tersedia untuk membantu dalam penyerapan CO2, tetapi tingkat dimana mereka larut dengan CO2 meningkat namun lambatnya sirkulasi laut mencegah proses ini dikembang momentum yang berguna.Dibutuhkan waktu lama untuk keasaman.Untuk membubarkan mereka dan kemudian membawa karbonat ke permukaan yang dapat menggabungkan CO2 di perairan permukaan laut (Navart, 1996). Proses dekomposisi dipengaruhi oleh interaksi antara kualitas substrat, biota, dan waktu lingkungan peneliti mengenai dekomposisi.Serasa telah banyak dilakukan oleh berbagai faktor biokimia, ilmu tanah, bakteriologi, mikologi, zoologi, invertebrata, dan ekologi. Perhatian yang begitu besar dari pakar disebabkan karena proses dekomposisi (Radian, 2002).

93

3. METODOLOGI

3.1. Alat dan Fungsi Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah sebagai berikut : Tabung reaksi Rak tabung reaksi Hot plate Sendok Beaker glass Pipet tetes Cool box : untuk meletakkan bahan : untuk meletakkan tabung reaksi : untuk mencairkan parafin : untuk mengambil parafin cair : untuk tempat parafin cair : untuk memindahkan larutan dalam skala kecil : untuk pengkondisian reaksi gelap

3.2 Bahan dan Fungsi Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah sebagai berikut : Siput air Parafin cair Hydrilla Air kolam Larutan bromtimol biru Kapas tidak masuk : sebagai konsumen : untuk menutup pori-pori kapas : sebgai produsen : sebagai media kehidupan : sebagai indikator CO2 : untuk menutup tabung reaksi agar udara

94

3.3. Skema Kerja 3.3.1. Reaksi Terang

Tabung reaksi A1 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Ditetesi larutan bromtimol biru Dimasukkan siput air Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

95

Tabung reaksi A1 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Ditetesi larutan bromtimol biru Dimasukkan siput air Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

96

Tabung reaksi A2 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Ditetesi larutan bromtimol biru Dimasukkan siput dan hydrilla Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

97

Tabung reaksi A3 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Ditetesi larutan bromtimol biru Dimasukkan hydrilla Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

98

Tabung reaksi A4 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung Ditetesi larutan bromtimol biru Ditutup tabung reaksi Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat terang Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

99

3.3.2. Reaksi Gelap Tabung reaksi B1 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Dimasukkan siput air Ditetesi larutan bromtimol biru Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

100

Tabung reaksi B2 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Dimasukkan siput air dan hydrilla Ditetesi larutan bromtimol biru Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

101

Tabung reaksi B3 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Dimasukkan hydrilla Ditetesi larutan bromtimol biru Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

102

Tabung reaksi B4 Diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi Ditetesi larutan bromtimol biru Ditutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas Dicelupkan ke parafin cair Diletakkan di tempat gelap Diamati selama Hasil 3 hari 2 tetes

103

4. PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan 4.1.1. Reaksi Terang Tabung Hari ke 1 A1 -Siput hidup, -Larutan bromtimol biru berada di lapisan atas Keterangan Hari ke 2 -Siput hidup -Larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya biru bening A2 -Siput hidup -Daun hydrilla segar -Larutan bromtimol biru berada di atas lapisan -Siput hidup -Larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya biru kehijauan A3 -Daun segar -Larutan bromtimol -Daun segar -Larutan bromtimol -Daun segar -Warna air Ruang Terang -Siput hidup -Warna air biru kehijauan dan agak keruh Ruang Terang Hari ke - 3 -Siput hidup -Warna air biru agak keruh Kondisi Inkubasi Ruang Terang

104

biru berada di lapisan atas

biru bercampur dengan air dan warnanya biru pudar

lebih bening dan hampir hilang

A4

-Larutan bromtimol biru berada di lapisan atas

-Larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya biru bening

-Warna air tetap

Ruang Terang

Keterangan : A1 = air + siput A2 = air + siput + hydrilla A3 = air + hydrilla A4 = air 4.1.2. Reaksi Gelap Tabung Hari ke 1 B1 -Siput hidup mulai melemas -Larutan bromtimol masih biru Keterangan Hari ke 2 -Siput hidup -Larutan bromtimol biru berubah warna jadi biru kehijauan B2 -Siput hidup -Larutan bromtimol masih di lapisan atas - hydrilla -Siput mati -Larutan bromtimol menjadi kehijauan -hydrilla -Siput mati -Larutan bromtimol biru -hydrilla layu Ruang Gelap Hari ke - 3 -Siput hidup -Laruatan bromtimol biru menjadi hijau kekuningan Kondisi Inkubasi Ruang Gelap

105

masih segar

agak layu

B3

-Hydrilla masih segar -Bromtimol menjadi kehijauan

-Hydrilla layu kekuningan -Warna air jernih

-Hydrilla layu kekuningan -Bromtimol biru bening

Ruang Gelap

A4

-Bromtimol biru menjadi biru muda

-Bromtimol biru tetap biru muda

-Bromtimol biru tetap biru muda

Ruang Gelap

Keterangan : B1 = air + siput B2 = air + siput + hydrilla B3 = air + hydrilla B4 = air 4.2. Analisa Prosedur Dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak, dan pipet tetes.Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah siput air, hydrilla, larutan bromtimol biru, air kran, parafin cair, dan kapas. 4.2.1. Reaksi Terang Pada reaksi terang, pertama disiapkan 4 tabung reaksi yang kemudian diberi tanda menggunakan kertas label dan tabung reaksi tersebut diberi nama A1, A2, A3,A4. Masing-masing tabung diisi dengan air kran 2 cm dari mulut tabung reaksi, dan ditetesi dengan larutan bromtimol biru 2 tetes.

Tabung reaksi A1 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air di dalamnya kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati dicatat perubahan setiap harinya. 3 hari dan

106

Tabung reaksi A2 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air + hydrilla di dalamnya, kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati hari dan dicatat hasil perubahan. Tabung reaksi A3 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan hydrilla di dalamnya kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati 3 hari dan dicatat hasil perubahan. 3

Tabung reaksi A4 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Kemudian langsung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat terang.Diamati 4.2.2. Reaksi Gelap Tabung reaksi B1 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air di dalamnya kemudian mulut tabung reaksi ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat gelap.Diamati hari dan dicatat hasil tiap harinya. Tabung reaksi B2 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan siput air + hydrilla di dalamnya, kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan tabung reaksi di rak tabung reaksi dan ditaruh di tempat gelap.Diamati hari dan dicatat hasil perubahan. Tabung reaksi B3 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Dimasukkan hydrilla di dalamnya, kemudian mulut tabung ditutup dengan kapas dan dilapisi parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan ditaruh di cool box kondisi gelap.Diamati 3 hari dan dicatat hasil. 3 3 3 hari dan dicatat hasil.

107

Tabung reaksi B4 diisi dengan air kran 2 cm kemudian ditetesi larutan bromtimol biru 2 tetes.Kemudian langsung ditutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan dilapisi dengan parafin cair agar tidak ada udara yang masuk.Diletakkan di rak tabung reaksi dan ditaruh di cool box kondisi gelap.Diamati hari. 3 hari dan diamati setiap

4.3. Analisa Hasil Pada praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 4.3.1 Reaksi Terang Pada tabung reaksi A1 hasil pertama siput masih hidup, larutan bromtimol biru masih berada di lapisan atas. Tabung reaksi A2 siput masih hidup karena mendapat O2 dari daun hydrilla, dan hydrilla masih segar karena masih bisa berfotosintesis di tempat terang, larutan bromtimol biru berada di lapisan atas. Tabung reaksi A3 daun hydrilla masih segar karena masih bisa berfotosintesis, larutan bromtimol biru berada di lapisan atas. Tabung reaksi A4 larutan bromtimol masih berada di lapisan atas. Hari ke 2, pada tabung reaksi A1 siput masih hidup, larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya menjadi biru bening. Tabung reaksi A2 siput masih segar karena mendapat O2 dari hydrilla, larutan bromtimol biru bercampur dengan air dan warnanya biru kehijauan, hydrilla masih segar karena bisa berfotosintesis. Tabung reaksi A3 hydrilla masih segar karena berfotosintesis, larutan bromtimol campur dengan air warnanya biru pudar. Tabung reaksi A4 bromtimol biru campur dengan air warnanya biru bening. Hari ke 3, pada tabung reaksi A1 siput masih hidup, warna air hijau biru agak keruh, tabung reaksi A2 siput hidup karena mendapat O2 dari hydrilla, hydrilla masih segar karena berfotosintesis, warna air biru kebiruan dan agak keruh, tabung reaksi A3 daun segar karena

108

berfotosintesis, dan air biru lebih bening serta hampir hilang, tabung reaksi A4 warna air tetap. 4.3.2 Reaksi Gelap Hari pertama pada tabung reaksi B1 siput masih hidup tapi mulai melemas, bromtimol biru masih di lapisan atas. Tabung reaksi B2, siput masih hidup mendapat O2 dan hydrilla masih segar karena fotosintesis, pada tabung reaksi B3 hydrilla masih segar, bromtimol biru menjadi kehijauan. Tabung reaksi B4, bromtimol biru menjadi biru muda. Hari ke 2 , pada tabung reaksi B1 siput masih hidup, bromtimol biru menjadi biru kebiruan campur dengan air. Tabung reaksi B2, siput hidup mendapat O2 dari hydrilla, hydrilla agak layu, bromtimol biru menjadi kehijauan campur air pada tabung reaksi B3, hydrilla layu kekuningan, warna air jernih, tabung reaksi B4, bromtimol masih berada di lapisan atas. Hari ke 3, pada tabung reaksi B1, siput hidup, warna air hijau kekuningan. Tabung reaksi B2, siput mati karena tidak mendapat O2 dari hydrilla, hydrilla layu, bromtimol biru kehijauan, tabung reaksi B3 hydrilla layu tidak berfotosintesis, bromtimol biru bening, tabung reaksi B4 bromtimol biru masih di lapisan atas. Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis, reaksi ini tidak membutuhkan cahaya

(Sukabio,2009).

109

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan - Siklus karbon adalah siklus biogeokimia, dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. - Peran zat besi dalam siklus karbon laut adalah meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang menghasilkan CO2 dari udara melalui fotosintesis. - Pada percobaan reaksi gelap pada hari ketiga siputnya mati karena tidak mendapat O2 dari hydrilla, dan hydrilla menjadi layu karena tidak mendapatkan sinar matahari sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis. - Hubungan siklus karbon dengan perairan adalah semakin banyak plankton, semakin banyak karbon yang disimpan dalam laut. - Faktor yang mempengaruhi siklus karbon adalah adanya karbonat yang berasal dari aeposito terang ditingkat atas laut. - Siklus karbon didasarkan pada karbondioksida (CO2) yang dapat ditemukan di udara dalam bentuk gas dan air dalam bentuk terlarut.

5.2. Saran Dalam praktikum ini sebaiknya para praktikan memperhatikan dengan baik dan melakukan pengamatan dengan teliti sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.

110

DAFTAR PUSTAKA Darmadi, 2010. Sikluskarbon.http://dharmadharma.wordpress.com/2010 /02/11/siklus-siklus-karbon-ia-laut. Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 16.00 WIB. Devo, 2010. Pengertian sikluskarbon.http://dewar/1997/webhode.com/news /pengertian.Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 16.15 WIB. Decudesk, 2011.Siklus karbon.http://www.decudesk.com.Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 16.15 WIB. Navart, 1996.Siklus karbon. http://samudra.translate.google.co.id. Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 18.00 WIB. Heritage, 2003.Siklus Karbon. Jakarta : Erlangga. Irfanda, 2010. Siklus karbon.http://kmermanlsbw.wordpress.com/2010 /10/26/siklus-karbon-carbon-cycle. Diakses tanggal 15 November 2011, pukul 18.00 WIB.

111

Kabar Indonesia, 2007.Siklus karbon global. http://www.bpphp.12web.com. Diakses tanggal 16 November 2011, pukul 18.00 WIB. Legawa, 2011. Siklus karbon.http://catatan.legawa.com/2011/sikluskarbon/ Diakses tanggal 16 November 2011, pukul 15.00 WIB. Soetrisna, 2009.Siklus karbon hubungan perairan.http://www.chemistry.org.Diakses tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 WIB. Syamsury, 2008.Siklus karbon.http://syamsurymar.wordpress.com/carboncycle/Diakses tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 WIB. Ynder, 2011.Siklus karbon.http://vinder88.blogspot.com.Diakses tanggal 18 November 2011, pukul 13.00 WIB.

You might also like