You are on page 1of 2

Mempersiapkan Generasi Yang Berkualitas

Oleh : Akhiyat (Pengasuh Pesantren Masyarakat Pinggiran [PMP], tinggal di Pelosok Mojokerto)

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita semua sehingga pada hari Jumat yang mulia ini kita masih dapat melaksanakan perintah-Nya, yaitu melaksanakan shalat Jumat bersama. Selanjutnya marilah kita tingkatkan taqwa kita kepada Allah dengan berusaha meningkatkan amal ibadah kita dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat selama ini dan tidak lagi melakukan kesalahan tersebut. Melihat tantangan saat ini, bahwa hidup di era modern, penuh dengan berbagai macam problem kehidupan yang dihadapi. Mulai dari kebutuhan hidup sehari-hari yang perlu dicukupi sampai dengan kebutuhan pendidikan pun perlu dipenuhi sehingga sesuai dengan standar yang diperlukan sebagaimana tuntutan zaman yang makin komplekssss. Bila kita hanya termangu, terdiam, dan tidak mengikuti perkembangan yang ada, boleh jadi kita akan ditinggalkan oleh perkembangan zaman yang terus melaju tiada henti ini. Dalam rangka menyiasati perkembangan zaman ini dan mempersiapkan generasi yang akan datang, kita perlu memiliki strategi agar anak-anak kita, cucu-cucu kita dan generasi-generasi mendatang memiliki daya tahan yang kuat dan cakap sehingga mampu bertahan dalam menghadapi zaman yang terus melaju. Sebagaimana diperingatkan oleh Allah SWT. Di dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 9:

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Artinya: Hendaklah mereka takut jangan sampai meninggalkan anak keturunan yang lemah di belakangnya, dikhawatirkan akan sengsara, sebab itu hendaklah mereka patuh kepada Allah dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9). Ayat ini merupakan peringatan Allah kepada kita tentang apa dan bagaimana semestinya kita berbuat untuk keselamatan anak keturunan dan generasi mendatang. Dari ayat ini pula kita dapat mengambil pengertian yang luas bahwa kelemahan anak-anak tidak hanya dilihat dari segi jasmani (fisik) semata, tetapi yang lebih memprihatinkan adalah kelemahan dari berbagai aspek, terutama kelemahan akidah mereka. Ayat ini pun, jika ditinjau dari asbabunnuzul qadim, sebabsebab turunnya ayat tersebut pada masa lampau, bahwa ayat ini ketika diturunkan di tanah Arab pada masa Rasulullah SAW. negara-negara timur tengah banyak yang tandus, gersang, sehingga dengan turunnya ayat ini diharapkan oleh Rasulullah SAW. masyarakat Arab agar lebih produktif dan kreatif sehingga tidak lemah dari berbagai aspek. Melihat fenomena yang terjadi di tanah Arab saat itu, saat ini dengan berbagai sentuhan teknologi modern di negara-negara Arab bermunculan tanah-tanah pertanian yang subur. Masyarakat Arab dapat merasakan hasilnya, begitu pula generasinya menjadi generasi yang kuat dan cakap. Begitu pula jika ayat tersebut jika ditinjau dari asbabunnuzul jadid, sebab-sebab turunya ayat dengan konteks yang baru, dengan kacamata hermeneutik, yang disesuaikan dengan era Indonesia kekinian, maka yang terjadi sebaliknya. Bahwa negara kita yang subur makmur yang ditaburi dengan berbagai zamrud di sana-sini seakan mulai banyak yang terkikis. Sebab masyarakatnya kurang dapat menjaga tanah zamrud ini. Banyak kerusakan hutan, air, udara, tanah yang merupakan sumber pokok primer kebutuhan manusia. Terjadinya tanah longsor akibat penggalian batu dan tanah secara sembarangan, penebangan liar, pembuangan limbah pabrik secara langsung ke sungai, pencemaran udara akibat polusi yang

44

MPA 305 / Februari 2012

tak terkendalikan dan sebagainya. Bila semua komponen alam ini kita biarkan, tidak terawat, dan tidak kita lestarikan bagaimana nasib generasi mendatang? Akankah tinggal gigit jari, tentu kita tidak berharap demikian. Dengan melihat realita yang nyata, sudah saatnya kita mempersiapkan diri agar generasi mendatang tidak lemah dari berbagai aspek. Pertama, dengan menjaga sumber pangan yakni hutan, tanah, air, udara serta laut harus kita lestarikan dan jaga dengan baik. Bila sumber-sumber primer ini kita biarkan rusak tidak menutup kemungkinan semua yang ada akan lenyap, dan hal ini berdampak menimbulkan krisis pangan. Semua realita itu dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab karena menuruti kebutuhan sesaat atau kepentingan sesaat dan hanya untuk segelintir golongan, mereka telah melalaikan kepentingan jangka panjang untuk generasi mendatang anak cucu kita. Andai ada dua pilihan, dan salah satunya harus dipilih antara (sekuntum mawar atau sekuntum melati atau sebutir padi) dengan pilihan yang kedua yaitu (uang triliunan atau mobil mewah). Tentu, yang berpikir sesaat akan memilih uang triliunan atau mobil mewah. Mereka melupakan hal yang abadi yakni sumber kehidupan atau sumber pangan, bahwa sebutir padi atau sekuntum mawar yang jika ditanam secara terus menerus akan menghasilkan bertonton padi, atau berton-ton kuntum mawar atau melati yang dapat dijadikan minyak wangi dan ini akan melampaui bahkan menghasilkan lebih dari sekedar triliyunan atau mobil mewah yang hanya sesaat dan dan tidak abadi. Melihat alternatif pilihan masyarakat yang condong kebutuhan sesaat dan melupakan keabadian, tentunya cerdik cendekiawan tua maupun muda perlu membimbing masyarakat kita. Mereka masih butuh teladan-teladan yang baik dan bijak. Realita yang kita hadapi mereka lebih banyak yang tertarik kepentingan sesaat, yakni lebih suka dengan uang triliyunan atau mobil mewah. Kedua, yakni kelemahan ekonomi yang harus pula kita antisipasi. Karena berbagai gesekan di sana-sini, adanya teror bom ataupun demo buruh, semua tidak lain akibat mereka kekurangan ekonomi. Sehingga masyarakat kita dijadikan objek permainan orang asing. Padahal dari berbagai gesekan yang terjadi semua itu juga saudara-saudara kita. Oleh karena itu bila kita tidak sadar dengan hal ini tidaklah salah berbagai kemungkinan terjadi gesekan antara aparat dan rakyat kecil yang sama-sama saudara kita sendiri. Ketiga, yaitu masalah politik, masyarakat kita perlu juga kuat dalam masalah politik, sehingga dalam berbangsa dan bernegara masyarakat kita diharapkan dapat hidup sejahtera. Realitanya saat ini hanya masih sebagian kecil saja yang hidup layak, sedangkan masih banyak ratusan juta masyarakat kita yang juga ingin hidup layak. Hal itu disebabkan mereka lemah dari berbagai akses akibat masih minimnya perjuangan politisi kita yang benarbenar memihak masyarakat kecil dan lemah. Keempat, masalah pendidikan, hendaknya masyarakat atau generasi mendatang jangan sampai lemah pendidikannya. Sebab bila lemah pendidikannya, negeri kita akan menjadi objek permainan negara-negara asing. Seperti realita saat ini yang mana investor-investor asing masuk ke negeri kita hanya untuk mengeruk kekayaan kita. Sebab tenaga-tenaga profesional di negeri ini, di berbagai bidangnya belum dimanfaatkan secara maksimal, masih menyukai tenaga asing, sehingga lebih banyak

menguntungkan orang asing dan hanya memakmurkan sekelompok elit pemerintahan, yang masih jauh hingga menyentuh orang-orang lemah. Kelima, yaitu budaya, diharapkan dengan budaya ini terutama budaya IT (informasi dan teknologi) masyarakat kita dapat mengikuti perkembangan yang terjadi saat ini sehingga tidak tertinggal. Begitu pula diharapkan masyarakat kita tidak sekedar hanya pengguna atau pemakai IT dari produk-produk asing. Seharusnya kita juga dapat memproduksi sebanyak-banyaknya IT sendiri, meski saat ini masih tergolong minim sebab budaya kita masih cenderung dominan lebih suka sebagai konsumen. Sebagai langkah mengantisipasi kelemahan berbagai aspek untuk generasi kita mendatang, tentunya kita perlu semacam problem solving. Cara bagaimana meme cahkan masalah untuk generasi mendatang kita, se hingga diharapkan mereka memiliki kecakapan dan ke mam puan yang berkualitas sehingga mampu bertahan dalam kondisi apa pun di masa mendatang. Caranya kita perlu merekonstruksi atau membangun kembali tentang keberagamaan kita selama ini serta keberagamaan anak didik kita. Kalau selama ini kita beragama hanya sebatas normatif dan historis, yakni sebatas pengakuannya saja Islam, serta karena pendahulu kita. Maka, cara-cara lama seperti itu perlu diperkuat kembali dengan merekonstruksi lebih memaknai secara mendalam tentang keberagamaan kita melalui peri laku kita, yakni perilaku yang bersih dalam hidup ber birokrasi, perilaku yang jujur di pasar, berpolitik yang mengedepankan kepentingan kaum lemah, berbuat bijak sana dan sebagainya. Inilah kira-kira perilaku akhlak terpuji yang perlu dikedepankan yang dapat menye lamatkan diri sendiri dan orang lain. Begitu pula hendaknya kita memandang ke depan, tentang kehidupan generasi kita mendatang yang meru pakan tanggung jawab kita bersama. Bahkan Rasulullah SAW sendiri amat memperhatikan kehidupan masa depan mereka sebagaimana pesannya:

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka itu dijadikan buat menghadapi masa yang bukan masamu (yakni masa depan, sebagai generasi pengganti). Demikianlah hendaknya kita dapat mengubah mindset kita yang selama ini konsumtif atau konsumerisme minimal melakukan rekonstruksi kembali, supaya dapat mengarah lebih baik kembali, lebih produktif, inovatif serta kreatif untuk dapat di tanamkan kepada anak didik kita atau generasi kita mendatang agar mereka lebih siap menghadapi tantangan yang tentunya lebih berat kembali dibandingka hidup kita saat ini. Tentunya tantangan itu lebih kompleksss dari pada tantangan yang dihadapi saat ini. Mudah-mudahan Allah SWT menjaga mereka serta memberi kekuatan sehingga mereka dapat mengatasi problem yang dihadapinya dengan sabar dan ulet hingga dapat menyelamatkan kehidupannya, masyarakatnya, bangsanya dan generasi penerus berikutnya. Amin.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

MPA 305 / Februari 2012

45

You might also like