You are on page 1of 23

Penyakit Addison

I. Konsep Medis
A. Definisi Penyakit addison adalah, suatu proses patologik di korteks adrenal (Sylvi A, Price dan Lorraine M. Wilson, 2006). addisson atau isufisiensi adrenal adalah, Penyakit kadar

penurunan

glukokortikoid yang bersikulasi (Elizabet J. Corwin, 2009). Penyakit Addison adalah defisiensi hormon mineralokortikoid. Prevalensinya sebesar 10/100.000 ( Gleadle, J., 2007). Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Addison tahun 1855 ini disebabkan oleh kerusakan jaringan adrenal. Penyakit ini biasanya bersifat autoimun dan oautoantibodi adrenal dalam plasma ditemukan 75-80% pasien, namun dapat pula disebabkan oleh hal lain. Penyakit ini pertama kali muncul sebagai krisis Addison dengan demam, nyeri abdomen, kolaps hipotensi, serta pigmentasi kulit dan membran mukosa akibat konsentrasi ACTH yang sangat tinggi dalam sirkulasi. Area yang sering terkena pertama kali adalah bantalan kuku, jaringan parut dan mukosa bukal (Eizabet, Y. dan Dwi Rachmawati, 2007). B. Etiologi Penyakit autoimun merupakan penyebab tersering insufisiensi adrenal primer setelah periode neonatus. Etiologi insufisiensi adrenal primer dapat dibagi menjadi tiga katagori yaitu disgenesis adrenal, destruksi adrenal, dan gangguan steroidogenesis. Disgenesis adrenal meliputi hipoplasia adrenal kongenital, mutasi faktorsteroidognesis 1 (SF- 1) dan ketidak pekaan terhadap hormonadrenokortikotropik

(ACTH), sedangkan kerusakan kelenjar adrenal dapat terjadi pada sindrom autoimun poliglandular (SAP), adrenoleukodistrofi (ALD), pendarahan pada kelenjar adrenal, metastatis pada kelenjar adrenal, infeksi kelenjar adrenal, dan amiloidosis kelenjar adrenal. Gangguan steroidogenesis meliputi hiperplasia adrenal kongenital (HAK), gangguan pada mitokondria, dan sindrom Smith- Lemi- Opitz. Etiologi insufisiensi adrenal primer relatif berbeda- beda tergantung pada kelompok usia dan jenis kelamin. Misalnya pada saat lahir sering dijumpai pendarahan adrenal akibat anoksia atau sepsis neonatorum, pada neonatus paling sering dijumpai HAK sedangkan pada anak yang lebih besar insufisiensi adrenal primer lebih sering disebabkan oleh sindrom autoimun poliglandular. Sedangkan pada pasien dewasa lebih sering ditemukan karena infeksi dan metastatis tumor. (Jose RL Batubara dkk, 2010) Menurut Sanjaya, A. (2010) etiologi dari penyakit ini merupakan ketidakmampuan memproduksi hormon kortisol yang adekuat disebut juga insufisiensi adrenal yang terjadi karena berbagai hal. Keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan di kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau gangguan sekresi hormon ACTH oleh kelenjar hipofisis (insufisiensi adrenal sekunder). C. Patofisiologi Penyakit Addison terjadi akibat kurangnya kortisol, aldosteron, dan androgen. Penyebab tersering insufisiensi korteks adrenal primer, penyakit addison, adalah destruksi autoimun kelenjar adrenal (> 50% kasus) penyebab yang lebih jarang adalah infeksi (misalnya

tuberkulosis, AIDS ), neoplasma metastatik bilateral, perdarahan adrenal akibat terapi antikoagulan dan adrenalektomi bilateral. Insufisiensi adrenokorteks sekunder dapat disebabkan oleh : 1. Penyakit hipotalamus hipofisis (misalnya

panhipopituitarisme), yang menyebabkan penurunan ACTH 2. Penghentian mendadak obat kortikosteroid eksogen Biasanya kerusakan kelenjar adrenal harus lebih dari 80% sebelum gejala dan tanda infisisuensi korteks adrenal nyata terlihat. (Sylvi A, Price dan Lorraine M. Wilson, 2006) D. Manifestasi Klinik Menurut Sylvi A, Price dan Lorraine M. Wilson (2006), penyakit addison terjadi akibat defesiensi kortisol, aldesteron dan androgen, dan mencangkup : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kelemahan dan kelelahan yang progresif Anoreksia Penurunan berat Tekanan darah rendah Hipotensi ortostatik Hiperpigmentasi Gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit hiperkalemia, hiponatremia, hipovolemia, asidosis metabolik 8. 9. Hipoglikemia puasa Gangguan sistem reproduksi amenorea dan hilangnya rambut ketiak dan pubis pada perempuan

E. Pemeriksaan Penunjang Menurut Elizabet J. Corwin (2009), ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu: 1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis defesiensi glukokortikoid. 2. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar CRH, ACTH, dan glukokortiroidyang berbeda akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau kelenjar adrenal 3. Hiponatremia, hiperkalemia dan hipotesi dapat terjadi apa bila sel adrenal yang menghasilkan aldesteron rusak atau apabila kadar ACTH tidak terdeteksi. F. Komplikasi Dapat terjadi krisis adrenal setelah stres fisik atau mental pada individu yang terkena. Hal ini dapat mengancam jiwa dan ditandai dengan deplesi volume, hipotensi dan kolaps vaskular. (Elizabet J. Corwin, 2009). G. Penatalaksanaan Menurut Elizabet J. Corwin (2009), penatalaksanaan penyakit addison meliputi: 1. Penggantian glukokortikoid seperti penggunaan hidrokortison atau kartison asetat diperlukan 2. Pemberi perawatan kesehatan harus membantu riwayat

penyesuaian dosis glukokortikoid; kejadian merugikan yang potensial mencakup setiap krisis sejak kunjungan terakhir; kemampuan individu untuk mengatasi stresor setiap hari; berat

badan individu; dan tanda yang menunjukkan penggantian yang berlebihan atau penggantian yang kurang 3. Pemantauan tekanan darah, edema perifer, natrium serum, kalium serum, dan aktivitas renin plasma memberi petunjuk keefektifan terapi 4. Penggantian aldesteron (hanya pada insufisiensi adenal perifer) dapat diperlukan 5. Pemberian glukokortikoid mungkin perlu ditingkatkan selama periode stres, yang mencangkup infeksi, trauma, dan pembedahan. Morbilitas dan mortalitas tinggi tanpa terapi. Apa bila penyebab insufisiensi adrenal berkaitan denan tumor hipofisis, insufisiensi adrenal dapat diobati dengan kemotrapi, radiasi, atau pembedahan. (Elizabet J. Corwin, 2009). H. Pencegahan Kekurangan hormon kortikosteroid menyebabkan tubuh

mengeluarkan sejumlah besar natrium dan kalium. Ginjal tidak mampu mengkonsentrasikan urin, menyebabkan buang air kecil dan dehidrasi dan berlebihan. Dehidrasi akut dan kurangnya volume konsentrasi darah dan rendah sodium dan dapat menyebabkan sengatan peredaran darah. Kondisi ini juga memberikan kontribusi untuk kepekaan ekstrem terhadap insulin dan akibatnya kadar gula darah bisa turun dan akan sangat berbahaya. Kurangnya gula mencegah pergantian protein menjadi karbohidrat pada tubuh , melawan infeksi dan menyembuhkan luka dengan benar. Otot-otot melemah, termasuk jantung, yang tidak dapat memompa darah dengan baik. Jika tidak diobati penyakit ini dapat mengakibatkan nyeri perut yang parah, kelemahan, dalam, tekanan darah

sangat rendah, gagal ginjal dan shock yang disebutkan di atas (Sitesinbahasa, 2011). Perkembangan insufsiensi adrenal akut yang telah didioagnosa sebelumnya dan terapi pasien hampir sepenuhnya dapat dicegah pada mereka yang kooperatif. Unsur pentingnya adalah edukasi pasien dan peningkatan dosis glukokortikoid selama kesakitan. Pada pasien harus diberitahukan mengenai perlunya terapi seumur hidup, kemungkinan timbulnya sakit akut dan kebutuhan untuk meningkatkan terapi dan bantuan medis selama sakit akut. Kartu identitas atau gelang harus dibaqwa atau digunakan sepanjang waktu. Dosis kortisol harus ditingkatkan oleh pasien menjadi 60-80 mg/d dengan perubahan nyeri minor, dosis perawatan biasa diberikan kembali jika 24-48 jam terjadi perbaikan. Peningkatan mineralokortikoid tidak diperlukan. Jika keluhan tidak berkurang atau memburuk, pasien harus melanjutkan dosis kortisol yang ditingkatkan dan menghubungi dokter. vomitus dapoat

mengakibatkan ketidakmampuan untuk absorbsi oral dan diare ada pasien addisonian memunculkan krisis karena kehilangan cairan elektrolit yang cepat. Pasien wajib paham bahwa jika ini terjadi, mereka harus mencari bantuan medis segera sehingga terapi kortikosteroid parenteral dapat diberikan (Said, A. dan Megawati dkk, 2011). I. Prognosis Dengan pengurusan yang berhati-hati, seseorang individu dengan penyakit Addison boleh menjalani penuh, kehidupan yang agak aktif. Walau bagaimanapun, penyakit, tekanan, dan walaupun anestesia am untuk pembedahan boleh membawa kepada krisis adrenal memerlukan penjagaan khas dan pelarasan dalam dos

hormon gantian. Jika tidak dirawat, penyakit Addison adalah keadaan progresif yang secara beransur-ansur boleh menyebabkan sakit perut, tekanan darah amat rendah, dan kegagalan buah pinggang. Krisis Addisonian mesti dirawat dengan segera atau koma dan kematian boleh berlaku (Mdhealthresource, 2012).

II. Konsep Proses Keperawatan Menurut Marilynn E. Doenges (2000), konsep keperawatan bagi klien yang mengidap penyakit addison meliputi: A. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Penyakit Addison dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada pasien yang menderita penyakit Addison yaitu : 1. Aktivitas Istirahat Tanda : lelah, nyeri/ kelemahan pada otot ( terjadi pemburukan setiapa hari). Dan tidak mampu beraktivitas atau bekerja. Gejala : peningktan denyut jantung/ nadi pada aktivitass yang minimal. Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi. 2. Sirkulasi Tanda : hipotensi termaksud hipotensi postural, takikardia, disritmia, suara jantung meemah. Nadi perifer melemah, pengisian kapiler memanjang. Ekstermitas dingin, sianosis dan pucat. Membran mukos hitam keabu- abuan (peningkatan pigmentasi) 3. Integritas Ego Gejala : adanya riwayat faktor stres yang baru dialami termaksut sakit fisisk/ pembedahan, perubahan gaya hidup dan ketidak mampuan menghadapi stres Tanda : ansietas, peka ransang, depresi, emosi tidak stabil

4. Eliminasi Gejala : diare sampai dengan adanya konstipasi kram abdomen dan perubahan frekuensi dan karakteristik urine Tanda : turgor kulit jelek, membran mukosa kering 5. Makanan/ cairan Gejala : anoreksia berat (gejala utama), mual, muntah, kekurangan zat garam srta berat badab menurun dengan cepat. 6. Neuro Sensori Gejala : pusing, sinkope (pinsan sejenak), gemetar. Sakit kepala yang berlansung lama yang diikuti oleh diaforesis, kelemahan otot, penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stres. Kesemutan/ baal/ lemah. Tanda : disorentasi terhadap waktu, tempat dan ruang (karena kadar natrium yang rendah), letargi, kelelahan mental, peka ransang, cemas, koma (dalam keadaan krisis). Parastesia, paralisis, astenia (pada keadaan krisis. Rasa kecap/ penciuman berlebihan, ketjaman pendengaran juga meningkat. 7. Nyeri Kenyamanan Gejala : nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala. Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas ( pada keadaan krisis) 8. Pernapasan Gejala : dispnea Tanda : kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, suara napas krakel, ronki (pada keadaan infeksi) 9. Keamanan Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.

Tanda : hiperpigmentasi pada kulit ( coklat kehitaman karena kena sinar matahari atau hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau berbintik- bintik. Peningkatan suhu ; demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan krisis), otot menjadi kurus, dan terjadi gangguan/ tidak mampu berjalan. 10. Seksualitas Gejala : adanya riwayat monopause dini, amenorea. Hilangnya tanda- tanda seks skunder (misalnya berkurangnya rambut- rambut pada tubuh terutama pada wanita) dan hilangnya libido. 11. Penyuluhan/ Pembelajaran Gejala : adanya riwayat DM, TB, Kanker. Adanya riwayat tiroiditis, DM, TB, Anemia pernisiosa.

B. Penyimpangn KDM

Cortisol (hydrocortisone, cortisone acetate, predrisone, or dexamethasone) very low

Liver Function decreases

Low sugar

Extremely low sugar

or absent

Stomach digestive enzymes decrease

Vomiting diarrhea, cramps BrainCOMA & DEATH

Adrenal glands not functioning Kidney-water & sodium loss Aldosterone (florinef) very low or absent Heart irregular & output decreases Low blood pressure Low fluid volume

Shock

C. Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron). b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi glukokortikoid, metabolisme lemak abnormal, protein dan

karbohidrat. Mual muntah dan anoreksia. c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolisme, perubahan kimia tubuh, ketidak sembangan cairan, elektrolit dan glukosa. d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya aliran darah/ vena sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung. e. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kurang pemajanan/

mengingat; kesalahn interpretasi informasi, keterbatasan kognitif. D. Intervensi Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron). Tujuan : menunjukkan adanya perbaikan kseimbangan cairan. :

Intervensi

a. Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas dari gejala yang muncul seperti contoh: muntah, pengeluaran urine yang berlebihan. Rasional : membantu memperkirakan penurunan volume total cairan b. Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dan nadi perifer Rasional : hipotensi postural merupakan bagian hipopolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kartison. Nadi mungkin melemah yang dengan mudah dapat hilang. c. Ukur dan timbang berat badan setiap hari. Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggatian volume cairan dan ke efektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid. d. Kaji pasien mengenai adana rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya. Rasional : untuk mengidentifikasi berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti. e. Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori. Rasional : dehidrasi berat menurunkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama pada jaringan otak. f. Auskultasi bising usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare.

Rasional: kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangna cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi. g. Berikan perawatan mulut secara teratur. Rasinal : membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membran mukosa. h. Pertahankan kenyamanan lingkungan. Lindungi pasien dari cahaya dengan selimut atau sejenisnya. Rasional : mengindari panas yang berlebihan akan dapat meningkatkan kehilangan cairan i. Anjurkan klien untuk istirahat, bantu dalam mengubah posisi dan aktifitas perawatan sehari-hari. Rasional : mengurangi dan mmbatasi hipotensi ortostatik, menurunkan resiko penurunan kesadaran dan trauma. j. Anjurkan cairan oral diatas 3000ml/hari segera mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Rasional ; adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi saluran cerna tersebut memungkinkan untuk memberikan caoiran dan elektrolit melalui oral. k. Ubah posisi secara teratur. Masase terutama pada bagian tulang yang menonjol. Rasional : dehidrasi berat dapat menimbulkan gangguan sorkulasi dan kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat. l. Observasi adanya tanda-tanda kelelahan, krekels, edema, dan peningkatan frekuensi jantung.

Rasional : penggantian cairan yang cepat dapat menimbulkan GJK pada adanya regang jantung. 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi glukokortikoid, metabolisme lemak abnormal, protein dan

karbohidrat. Mual muntah dan anoreksia. Tujuan : tidak ada mual dan muntah, klien menunjukkan berat badan stabil atau meningkat sesuai dengan yang diharapkan nilai laboratorium normal. Intervensi :

a. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah. Rasional : kekurangan kartisol dapat menyebabkan gejala

gastrointestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi dari makanan. b. Catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka ransang, nyeri kepala, sempoyongan. Rasional : gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu memberikan glukosa dan mengidentifikasikan pemberia tambahan glukokortikoid c. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari Rasional : anoreksia, kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme mengakibatkan oleh kartisol terhadap berat badan makanan dan dapat

penurunan

terjadinya

malnutrisi yang serius. Perhatikan : berat badan yang

meningkat dengan cepat merupakan indikasi terjadinya retensi cairan atau pengaruh dari pemberian glukokortikoid. d. Berikan atau bantu perawatan mulut Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan. e. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman. Rasional : dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan. f. Berikan informasi tentang menu pilihan Rasional : perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi napsu makan dan meningkatkan pemasukan makanan. 3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolisme, perubahan kimia tubuh, ketidak sembangan cairan, elektrolit dan glukosa. Tujuan : klien menyatakan mampu untuk beristerahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa. Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan dan menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas. Intervensi : a. Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan klien. Rasional : pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari karena

peroses penyakit dan munculnya ketidak seimbangan natrium kalium. b. Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Observasi adanya takikardia, hipotensi dan perifer yang dingin. Rasional : kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktivitas jika curah jantung berkurang. c. Diskusikan kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas bersama- sama dengan pasien. Identifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan. Rasional : meskipun klien pada awalnya merasa lemah untuk melakukan akitivitas, aktivitas yang berkurang selama

menerima terapi hormon pengganti unutk memperbaiki tonus dan kekuatan otot, menurunnya kelelahan. Selain itu hal tersebut memberikan harapan bahwa kemampuan unutk melakukan aktivitas yang baik akan kembali seperti semula. d. Sarankan pasien untuk menentukan masa/ periode antara isterahat dan melakukan aktivitas. Rasional : mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung. e. Diskusikan cara unutk menghemat tenaga (misal : duduk lebih baik dari pada berdiri selama melakukan aktivitas/ latihan), jika perlu biarkan klien melakukannya sendiri. Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan.

f. Berikan kesempatan kepada klien untuk ikut berpartisipasi secara adekuat untuk melakukan aktivitas sehari- hari sebagian atau seluruhnya. Tingkatkan keterlibatan klien sesuai

kemampuannya. Rasional : menambahkan tingkat keyakinan klien dan harga dirinya secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransinya. 4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya aliran darah/ vena sirkulasi; berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung. Tujuan : menunjukkan curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perifer teraba dengan baik, pengisian kapiler cepat dan status mental membaik. Intervensi : a. Pantau tanda vital; VJ, irama jantung, dan catat adanya disaritmia. Rasional : peningkatan FJ merupakan mrnifestasi awal sebagai kompensasi hipovolemia dan dan penurunan otot curah jantung/ jantung. krisis

Perkembangan

kegagalan

addisonmungkin menyebabkan serangan yang tiba- tiba dan tekanan darah yang menurun (hipotensi). Frekuensi jantung yang tidak teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung atau merupakan petunjuk adanya IM. PVC dan depresi gelombang T menunjukkan klien dalam keadaan hipokalemia, atau gelombang T memuncak akan terjadi pada keadaan hiperkalemia. b. Lakukan pengukuran CVP

Rasional : CVP memberikan gambaran pengukuran yang lansung terhadap volume cairan dan berkembangnya komplikasi, contoh : gagal jantung. c. Kaji warna kulit, suhu, pengisian kapiler, dan nadi perifer Rasional : pucat, kulit yang dingin, pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat dan lemah merupakan identifikasi terjadi syok. d. Teliti adanya perubahan mental dan laporkan adanya nyeri pada abdomen, daerah punggung dan kaki. Rasional : perubahan mental (peka ransang, cemas, ketakutan) merupakan cerminan dari penurunan curah jantung/ serebral, perfusi perifer dan serangan hipoglikemia. e. Ukur jumlah haluaran urine Rasional : walaupun biasanya ada poluria, penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh penurunan curah jantung. f. Tempatkan klien pada ruangan yang tenang dan dengan kelembapan yang sesuai, tidak bising dan batasi aktivitas. Pertahankan tirah baring, bantu atau berikan semua aktivitas sehari- hari. Rasional : respon normal klien terhadap stres adalah kurang dan stimulus yang biasanya tidak menimbulkan masalah dapat berpengaruh negatif pada klien. g. Pantau adanya hipertensi, edema (daerah yang terjuntai), krekels, berat badan meningkat, nyeri kepala yang hebat, peka ransang dan bingung.

Rasional : efek pemberian kartikosteroid/ natrium dan cairan pengganti yang berlebihan dapat menyebabkan potensial kelebihan cairan dan gagal jantung. 5. Kurangnya kebutuhan pemajanan/ pengetahuan pengobatan mengingat; mengenai yang kondisi, prognosis dengan dan

berhubungan

kurang

kesalahn

interpretasi

informasi,

keterbatasan kognitif. Tujuan : klien dapat mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis, dan pengobatannya. Intervensi : a. Tinjau ulang keadaan penyakit dan harapan masa depan rasional : memberikan pengetahuan kepada klien yang dapat memilih berdasarkan informasi b. Sarankan klien untuk tetap mempertahankan secara aktif jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan latihan Rasional : membantu untuk meningkatkan perasaan

menyenangkan, sehat dan untuk memahami bahwa aktivitas fisik yang tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan hormon. c. Jelaskan alasan kehilangan cairan yang berlebihan. Anjurkan klien untuk melakukan pengukuran terhadap pemasukan dan pengeluaran dan juga berat badan jika mungkin dan untuk pemasukan glukosa, cairan dan garam selama keadaan stres, gangguan gastrointensinal, keringat yang berlebihan (latihan yang berlebihan, lingkungan yang panas) Rasional : pengetahuan yang dimiliki dapat menolong mencegah munculnya masalah dimasa datang, dan partisipasi akan

membantu

meningkatkan

penerimaan

pengobatan

dan

memberikan kesempatan untuk mengenali perubahan secara dini. d. Diskusikan mengenai diet, seperti: diet yang teratur, diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein. Anjurkan juga untuk menyertakan makanan tinggi karbohidrat dalam pemberian makanan tambahan diantara waktu makan. Rasional : mencegah kehilangan berat badan dan menurunkan resiko timbulnya hipoglukemia. e. Tinjau ulang tentang terapi hormon pengganti dan perlunya memahami jadwal pengobatan yang tepat. Rasional : membantu klien unutk memahami situasi pengobatan (obat sehari- hari memungkinkan klien hidup normal, dan hidup secara aktif) yang dapat meningkatkan kerjasama dalam perogram pengobatan. f. Minum obat pada waktu makan/ dengan makanan kudapan atau dengan antasida. Rasional : menurunkan gangguan gastrointestinal dan resiko terbenuknya ulkus peptikum. g. Minum dua pertiga dari dosis kartisol pada pagi hari, dan sepetiganya lagi pada petang hari atau dnegn menggunakan fludrokortison pada pagi hari. Rasional : meniru sekresi kartikoid tubuh secara alamiah. E. Evaluasi Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit addison dikatakan berhasil/efektif jika: a. Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan.

b. Klien mampu menunjukkan berat badan yang stabil atau meningkat sesuai dengan yang diharapkan nilai laboratorium normal. Tidak ada mual dan muntah. c. Klien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan

berpartisipasi dalam aktivitas. d. Status mental membaik e. Klien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis, dan pengobatanya.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Jose RL dkk. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak edisi I. Badan penerbit ikatan dokter anak indonesia: Jakarta Corwin, Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta Doenges, E., M., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta Gleadle, J., 2007, Anamnesis Dan pemeriksaan Fisik, Erlangga, Jakarta Price, Sylvy A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi (konsep Klinks Proses- Proses Penyakit) edisi VI. EGC : Jakarta Saidm A. dan Megawati dkk., Penyakit Addison, (Online), diakses tanggal 26 Maret 2013 Sitesinbahasa, 2011, Penyakit Addison, (Online), diakses tanggal 27 Maret 2013

You might also like