You are on page 1of 13

1

Makalah Akhir Semester Berteologi dalam Konteks Indonesia : Andono Pawoko 50100270

Amore

Gereja dalam Konteks Kepelbagaian Agama: Nikah Beda Agama


Dialog yang sejati itu ada dalam cinta, tapi cinta terbatasi dogma dan peraturan negara bagaimana kasih akan menjadi sejati? Pendahuluan Makalah ini terinspirasi oleh suatu percakapan kecil di kantor gereja GKJ

Prambanan, pada saat itu kami sedang ngobrol diselang sidang pleno majelis, sampai akhirnya ada percakapan diseputar jemaat yang berpacaran dengan umat beragama lain, pada saat itu saya dengan ringan mengatkan bahwa ya nggak papa, cinta tidak terbatas agama.... hal itu ditanggapi dengan ringan juga oleh beberapa rekan majelis, namun teman kemudian mengatakan, kalau anak mas andono nanti kawin beda agama gimana?.... sejenak suasana jadi tegang, dan sayapun kemudian mengkerutkan kening, bagaimana jika itu terjadi? Untung sidang segera dimulai, jadi saya selamat dari jawaban yang segera. Makalah ini bukan hanya untuk tugas akhir saya namun juga sebagai persiapan menjawab pertanyaan tersebut. Kalau melihat realita di Indonesia yang mempunyai beragam budaya dan agama perkawinan beda agama bukan sesuatu yang mustahil, bahkan sudah sangat banyak terjadi termasuk dalam jemaat gereja. Kalau melihat jumlah mayoritas penduduk Indonesia perkawian campur akan lebih banyak bersinggungan dengan agama Islam. Dalam hubungannya dengan dialog antara agama menurut saya permasalahan ini adalah masalah yang lebih riil dari pada apa yang sering digembor-gemborkan oleh para aktif kerukunan umat beragama tentang dialog. Karena sepanjang perjumpaan saya dengan para aktifis

Dalam bahasa italia artinya cinta dipetik dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Amore judul ini sengaja dipilih sebagai kenangan saya pada saat Tika mengungkapkan sayangnya pada saya di tahun 1990. Walau saat itu kami masih belia (1 SMA) dan tidak disetujui papanya tetapi kami nekat untuk tetap pacaran hingga hampir 13 tahun kemudian. Kata itu begitu kuat. Bahkan kalaupun saat itu kami beda agama mungkin kami tetap akan pacaran.

kerukunan umat beragama, tidak lebih dari jumlah jari kanan saya yang pernah menyinggung masalah ini. Perkawinan beda agama bukan hanya dialog tanpa hati, namun dialog yang sangat penuh dengan nuansa hati dan sangat dalam. Demikian masalah-malah yang ada dibaliknya. Bukan hanya menyangkut antar dua orang yang menikah, namun juga menyangkut keluarga inti, keluarga besar, tetangga, gereja, umat agama lain, kampung, menyangkut Tuhan dan surga. Kenyataan itu membawa beberapa pertanyaan teologis antara lain: apakah perkawinan beda agama itu baik atau berdosa, atau netral-netral saja? Apakah pemberkatan perkawinan beda agama itu berkenan dihadirat Tuhan? Apakah kalau warga gereja yang memutuskan menikah dengan agama lain gereja akan merestui atau justru memberi siasat gereja? Apakah sikap teologi yang berkenan bagi Tuhan dalam permasalahan ini? Bagaimana sebaiknya gereja berbuat dan bagaimana hubungannya dengan misi? Pertanyaan-pertanyaan itu akan dicoba digumulkan dalam peper ini. Pernikahan beda agama Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai bagaimana pandangan agama-agama secara singkat mengenai perkawinan beda agama. Pandangan Agama Islam Pernikahan beda agama menurut agama Islam sering merujuk pada ayat dibawah ini: Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum mereka beriman. Sesungguh nya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walupun dia menarik hati. Dan janganlah kamu menikahkah orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. (Al-Baqarah [2]:221)2 Namun kawin bagi perempuan-perempuan ahli kitab baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani, oleh al-Quran diizinkan, dengan alasan untuk pergaulan dengan mereka negara, bahkan

http://zaldym.wordpress.com/2008/07/15/perkawinan-beda-agama-dalam-perspektif-agama-agama/

karena masih dinilai sebagai orang yang beragama samawi sekalipun agama itu telah diubah dan diganti. Seperti yang tertulis: "Makanan-makanan ahli kitab adalah halal buat kamu begitu juga makananmu halal buat mereka. Perempuan-perempuan mu'minah yang baik (halal buat kamu) begitu juga perempuan-perempuan yang baik-baik dari orang-orang yang pernah diberi kitab sebelum kamu, apabila mereka itu kamu beri maskawin, sedang kamu kawini mereka (dengan cara yang baik) bukan berzina dan bukan kamu jadikan gundik." (al-Maidah: 5) Menurut Islam ini adalah salah satu bentuk toleransi dalam Islam yang amat jarang sekali dijumpai diantara dalam agama-agama lain. Betapapun ahli kitab itu dinilai sebagai kufur dan sesat, namun seorang muslim masih diperkenankan, bahwa isterinya, pengurus rumahtangganya, ketenteraman hatinya, menyerahkan rahasianya dan ibu anak-anaknya itu dari ahli kitab dan dia masih tetap berpegang pada agamanya juga3. Namun perkembangan dikalangan Islam Indonesia rupaya ada penegasan yang sangat kuat sejak tahun 1980 dengan adanya keputusan Musyawarah Nasional ke II Majelis Ulama Indonesia No. 05/Kep/Munas II/MUI/1980 tanggal 1 juni 1980 tentang Fatwa, yang menetapkan perkawinan Antar Agama Umat Beragama, bahwa: 1. Perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki non muslimah adalah haram hukumya. 2. Seorang laki-laki muslim diharamkan mengawini wanita bukan muslimah. Tentang perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita Ahli Kitab terdapat perbedaan pendapat. Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadahnya lebih besar daripada maslahatnya, maka MUI memfatwakan perkawinan tersebut haram kukumnya. Dengan adanya farwa ini maka Majelis Ulama Indonesia mengharapkan agar seorang pria Islam tidak boleh kawin dengan wanita non Islam karena haram hukumnya4. Pandangan para ulama Islam inilah pada akhirnya menjadi momen yang menghasilkan jurang semakin dalam antara Islam dan Kristen juga agama-agama lain yang mulai berbuah dari tahun 1980-an sampai dengan sekarang. Inilah yang menurut Gerrit Singgih merupakan peralihan dari cara beragama sinkretisme mutlak menjadi proselitisme
3 4

http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Halal/30253.html#3.2.6 http://zaldym.wordpress.com/2008/07/15/perkawinan-beda-agama-dalam-perspektif-agama-agama/

mutlak5. Walau ada beberapa kritik yang mulai disampaikan oleh sebagian orang Islam mengenai pandangan ini. pernikahan beda agama. Pandangan Agama Hindu Perkawinan menurut agama Hindu harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satu persyaratan yang pokok adalah harus dilakukan oleh Pedande/Pendeta yang memenuhi syarat untuk itu. Jika salah seorang calon mempelai tidak beragama Hindu, maka dia diwajibkan sebagai penganut agama Hindu, untuk disucikan menurut agama Hindu seperti yang tersurat dalam Seloka V89 kitab Manawadharmasastra, yang berbunyi: Air pensucian tidak bisa diberikan kepada mereka yang tidak menghiraukan upacara-upacara yang telah ditentukan, sehingga dapat dianggap kelahiran mereka itu sia-sia belaka, tidak pula dapat diberikan kepada mereka yang lahir dari perkawinan campuran kasta secara tidak resmi, kepada mereka yang menjadi petapa dari golongan murtad dan pada mereka yang meninggaal bunuh diri6 Jadi menurut ajaran agama Hindu perkawianan campur tidak diperkenankan. Pandangan Agama Budha Perkawinan beda agama menurut keputusan Sangha Agung Indonesia diperbolehkan, asal pengesahan perkawinannya dilakukan menurut cara agama Budha. Dalam hal ini calon mempelai yang tidak bergama Budha, tidak diharuskan untuk masuk agama Budha terlebih dahulu. Akan tetapi dalam upacara ritual perkawinan, kedua mempelai diwajibkan mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma dan Sangha7 . Hal ini bisa berarti bahwa orang dari penaganut bukan Budha menghormati keyakianan ajaran Budha atau bisa juga dalam rangka terhisap dalam ke Budha an. Namun keputusan dari pemuka ajaran Budha ini lebih kooperatif pada masa sekarang ini. Misalnya Yayasan Paramadina yang pernah mengadakan

5 6

Singgih E. Gerrit, Teologi dalam Konteks III, (Yogyakarta, 2002), p.41 http://zaldym.wordpress.com/2008/07/15/perkawinan-beda-agama-dalam-perspektif-agama-agama/ 7 http://deboratasya.blogspot.com/2011/02/pernikahan-beda-agama-menurut-agama-dan.html

Pandangan Agama Kristen Pada prinsipnya penganut agama Kristen mengharapkan adanya perkawinan seagama. Hampir semua gereja belum mempunyai liturgi untuk perkawinan beda agama. Bahkan masih ada beberapa gereja yang sangat tegas melarang perkawinan beda agama, dan yang melakukan perkawinan beda agama diperlakukan siasat gereja. Walau ada beberapa gereja yang agak terbuka mengenai perkawinan beda agama. Sepengetahuan saya GKJ memberi ruang bagi perkawianan beda agama, walau belum ada liturgi kusus bagi perkawianan beda agama namun dalam Tata Laksna GKJ pasal 49 ayat 7 tentang Peneguhan Pernikahan dan Pemberkatan Perkawianan Gerejawi 8, dipaparkan

bahwa ada pasal tambahan mengenai mempelai yang salah satunya bukan warga gereja (red. dipahami beragama lain) harus ada pernyataan secara tertulis mengenai persetujuannya diberkati dan diteguhkan secara gereja di GKJ, kesediaan untuk memberi kebebasan bagi pasangannya tetap beribadat di GKJ, setuju keluarganya dididik secara kristiani dan memberi kebebasan bagi anak-anak mereka apabila atas keinginan sendiri akan bergereja di GKJ. Namun penjelasan mengenai perkawianan beda agama yang dilangsungkan di luar gereja, biasanya masih dikenakan penggembalaan bagi yang melakukannya. Artinya kebebasan yang ditawarkan memang bukan kebebasan yang terbuka secara penuh. Pernikahan Antar Agama Menurut Pemerintah Indonesia Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.1/1974 tentang Ketentuan Pokok Perkawinan. Pada pasal 2 ayat 1 UU No.1/1974, dinyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya, jadi tidak secara jelas UU tersebut tidak mengatur tentang perkawinan beda agama. Mahkamah Agung dalam Yurisprudensinya tanggal 20 Januari 1989 Nomor: 1400 K/Pdt/19869, memberikan solusi hukum bagi perkawinan antar agama adalah bahwa perkawinan antar agama dapat diterima permohonannya di Kantor Catatan Sipil sebagai satusatunya instansi yang berwenang untuk melangsungkan permohonan yang kedua calon suami isteri tidak beragama Islam untuk wajib menerima permohonan perkawinan antar agama. Dalam proses perkawinan antar agama maka permohonan untuk melangsungkan perkawinan antar agama dapat diajukan kepada Kantor Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan

Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, (Salatiga,2005), p. 103.

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/23324

atas dirinya sebagai salah satu pasangan tersebut berkehendak untuk melangsungkan perkawinan tidak secara Islam. Dan dengan demikian pula ditafsirkan bahwa dengan mengajukan permohonan tersebut pemohon sudah tidak lagi menghiraukan status agamanya. Sehingga pasal 8 point f UU No. 1/1974 tidak lagi merupakan halangan untuk dilangsungkan perkawinan, dengan anggapan bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama Islam. Dengan demikian Kantor Catatan Sipil berkewajiban untuk menerima permohonan tersebut bukan karena kedua calon pasangan dalam kapasitas sebagai mereka yang berbeda agama, tetapi dalam status hukum agama atau kepercayaan salah satu calon pasangannya 10. Rupanya perkawinan beda agama tidak bisa diterima dengan baik dinegara ini baik secara agama dan secara negara. Kalaupun ada, penerimaan tersebut harus melepaskan salah satu kepercayaan yang dianut. Hal ini menjadikan saya merasakan bahwa ini adalah sumber dari maraknya keteganaan antar agama di Indonesia sekarang ini. Ketika kebebasan menjalin cinta asmara, sebagai kebebasan individu, di tekan oleh kepentingan komunitas bahkan negara. Perkawinan yang semestinya masalah cinta antar individu terkontaminasi oleh kepentingan agama dan negara. Bahkan ada semacam semangat kebencian yang kemudian dimunculkan antar umat beragama dalam membentengi anggota keluarganya yang hendak menjalin hubungan pribadi yang mengarah keperkawianan dengan orang yang beda kepercayaan. Bahkan ada penolakan yang sangat tegas kepada anggota keluarga yang tidak mau menurut keinginan komunitas agamanya, dan bahkan agama yang semestinya menawarkan cinta kasih tiba-tiba menjadi sangat mengadili, bahkan cenderung kejam, bagi orang yang ingin menjalin kasih dengan sesamanya yang beda agama. Menurut saya pemahaman kemurnian agamalah yang memisahkan relasi antar umat beragama. Kembali mengulang apa yang telah dipaparkan diatas bahwa sebelum tahun 1980 adalah hal yang tidak asing dalam satu keluarga terdiri dari banyak agama. Namun setelah tahun itu dan belakangan ini, setelah banyaknya orang punya uang dan menjalankan ibadah di tanah suci baik dari Kristen ataupun Islam, ketegangan itu menjadi semakin meruncing. Gerakan kesadaran atau penyadaran (baca cuci otak) tentang kenyataan bahwa ada kebangkitan agama tertentu yang semakin kuat yang akan mengancam keberadaan agama yang dianut. Propaganda ini yang pada akhirnya menimbulkan sikap protektif terhadap agama supaya penyebaran agama lain tidak menyusup dalam keluarga yang telah beragama

10

http://www.scribd.com/doc/3144824/Perkawinan-Beda-Agama-Di-Indonesia

tertentu. Sikap protektif ini dikembangkan dalam kesetiakawanan yang inklusif11, dimana orang menganggap bahwa kelompoknyalah yang benar sedang yang lain tidak benar dan pemahaman ini kemudian digerakan dalam tindakan melarang anggota keluarga menjadi bagian dari kelompok lain. Bahkan ketika menjadi bagian dari kelompok keagamaan lain dianggap sebagai kekalahan dan ketidakmampuan keluarga dalam beragama, dan jika mampu membawa orang masuk dalam kelompoknya sepertinya telah berjasa dihadapan Tuhan dan menjadi keluarga yang baik. Dari pemaparan diatas menurut saya orang harus didorong untuk melihat dan merasakan secara pribadi keberadaan Tuhan dan hidup dalam kuasa dan ajakan roh Tuhan12. Pemahaman akan Tuhan yang semacam itu akan menjadikan orang dapat menentukan secara pribadi apa yang harus dilakukan dengan perasan cintanya. Sehingga keputusan apapaun dalam hubungan cinta dengan sesama adalah penemuan otentik dia dengan Tuhan dan merupakan laku spiritualitas pribadi dan bukan sebagai hasil indoktrinasi agama bahkan korban kepentingan bisnis dan solidaritas inklusif tertentu. Dari sini kita akan mencoba mencari Tuhan dalam hubungannya dengan kasih antar individu dan bagaimana selanjutnya komunitas gereja menaggapi permasalahan ini dan bagaimana peran kita ditengah dunia atas kenyataan kasih yang terbatasi agama dan peraturan negara ini. Teo logi Mencoba memahami Tuhan dalam peristiwa ini menjadi menarik sekali sekaligus membuka wawasan yang sangat dalam. Menarik karena secara jelas kita disadarkan bahwa ternyata Tuhan tidak beragama. Membuka wawasan karena kesadaran diatas menjadikan saya paling tidak merasa begitu merdeka merasakan hadirat Tuhan. Dalam pembahasan mengenai ber Teo Logi disini adakan dipaparkan mengenai beberapa pemikiran mengenati Tuhan. Pertama Tuhan Pencipta. Ada banyak narasi mengenai Tuhan sang pencipta ini, kisah Kejadian 1: 27-28, memberi wawasan pandangan bahwa Tuhanlah yang menciptakan manusia. Ini memberi pengetahuan dasar bahwa semua manusia diciptakan dari Tuhan yang sama. Pemahaman dari Tuhan yang sama ini akan membawa kesadaran bahwa semua manusia berada dalam kuasa Tuhan. Karena itulah membenci keberadaan manusia lain adalah tindakan yang sebenarnya meremehkan arti keberadaan Tuhan sebagai pencipta semua

11

Fletcer Verne H. Lihatlah Sang Manusia: Suatu Pendekatan pada Etika Kristen Dasar, (Jakarta, 2007), p. 328 12 Bandingkan : Harjana Agus M. Religiositas Agama & Spiritualitas, ( Yogyakarta, 2005), p 73

manusia. Dari kisah penciptaan lainnya Kejadian 2:18 Tuhan lah yang membuatkan pasangan kepada manusia. KarenaTuhan memandang tidak baik kalau sedirian saja. Cerita ini memberi pamahaman yang juga banyak dimiliki orang Jawa bahwa jodoh itu ada ditanganTuhan, selain kelahiran dan kematian. Karena kelahiran, pasangan hidup, dan kematian adalah sesuatu yang misteri yang tidak bisa dipahami dengan jelas. Jadi dengan memberi ruang pada misteri Illahi sebenarnya membuka ruang juga bagi kemungkinan berbeda sekaligus menjadi bersama. Dalam hubungannya dengan dialog antar agama memang belum disinggung apakah manusia pertama ini se agama atau tidak tidak jelas, menurut saya mereka belum beragama sama sekali, namun mempunyai hubungan dnegan Tuhan. Gambaran Allah yang mencipta manusia dan sekaligus Allah yang menyediakan pasangan bagi manusia cukup memberi dasar pada dialog antar kepercayaan dalam sebuah keluarga bahwa adalah tepat jikalau orang saling menerima semua anggota keluarga. Kedua Tuhan kawin dengan manusia diluar nikah gerejawi dan pencatatan sipil. Pernyataan itu membuat saya sendiri tersenyum dan sekaligus penasaran. Pada kisah hamilnya Maria dalam Lukas 1:26-38, sangat kontrofersial. Tuhan menghamili manusia. Peristiwa kehamilan Maria oleh kuasa Roh Kudus dalam hal ini baik kalau dihayati sebagai Tuhan yang berkenan kepada manusia. Tuhan yang tidak memandang status keAllah-an yang mulia sebagai sesuatu yang harus dipertahankan dalam relasi cintaNya kepada manusia. Kisah itu bisa dipahami sebagai Tuhan yang menerima manusia apa adanya bahkan yang berkenan menaruh rohNya yang kudus dalam diri manusia. Dengan demikian perbedaan surga mulia dan dunia fana dihancurkan dalam kehamilan Maria oleh roh Kudus. Tuhan menghilangkan perbedaan kemuliaan surgawi dan dunia ini. Jika Tuhan dihayati hadir dan berdiam dalam diri manusia, itu berarti manusia siapapun dia mempunyai kapasitas untuk mampu dipakai Tuhan, jika Tuhan berkenan. Tuhan tidak mengharapkan diriNya jauh

dengan manusia. Tuhan tidak perlu diasingkan oleh manusia dalam rangka memuliyakanNya. Karena Tuhan sendiri hadir dalam diri manusia. Dengan demikian pandangan yang menolak adanya perkawianan campur dalam rangka ingin menyucikan dirinya dihadapan Tuhan dan dalam rangka memenuhi kesucian Tuhan patut mengoreksi diri. Tuhan sendiri hadir dalam diri manusia dengan meninggalkan kemuliaanya, meninggalkan kekhudusannya demi relasi cinta yang tak terbendungkan13 dengan manusia ciptannnya. Sepantasnyalah manusia saling

13

Lihat kitab Kidung Agung 8:5-7

menerima sesamanya dengan baik dan mau menjadikan sesamanya sebagai bagian dari kehidupan pribadinya. Sebelum menutup bagian Teo logi saya rasa harus dibereskan satu hal, Bagaimana dengan Allah yang cemburu dalam Keluaran 20: 4-6? Disana dipaparkan bagaiman Allah akan mebalas kesalahan bagi orang yang menyembah illah lain selain dirinya. Harus disadari bahwa konteks bacaan tersebut adalah dasa titah. Dimana pada masal itu Israel butuh alat pemersatu bangsa. Dengan memakai otoritas Tuhan dan pemahaman Tuhan yang tunggal bangsa Israel akan menjadi solit dan secara strategi mudah untuk ditata. Bagi saya kalaupun itu harus ditarik pada masa sekarang juga bukan masalah yang berarti. Jika dipahami bahwa Allah yang dimaksut adalah pencipta alam semesta. Pencipta kita semua. Artinya kita semua menyembah Allah yang sama dengan cara dan penghayatan yang berbeda. Hukum itu bisa tetap berlaku. Dan memang kita tidak bisa menyembah illah lain, seperti patung buatan manusia. Memang semua buatan manusia tidak bisa disembah keculai Tuhan sendiri. Juga dogma buatan manusia tidak bisa disembah menggantikan Tuhan. Justru ketika kasih Tuhan terbatasi oleh dogma dan aturan agama manusia telah menduakan Tuhan. Karena itu dasa titiah tidak menjadi penghalang dalam nikah beda agama. Eklesiologi Bangunan eklesiologi yang sepantasnya dibangun adalah gereja yang meneladan Tuhan. Gereja yang hadir dan mau berelasi dengan sesamanya. Gereja yang hadir atau dalam istilah Gerrit presensia, yang dimaknai sebagai hadir dan berada ditengah-tengan dunia dab nbukan mengasingkan diri dari dunia ini14. Kehadiran gereja bukan hanya bersentuhan pada masalah-masalah sosial yang besar seperti yang sering dilakukan gereja sekarang ini dengan apa yang katakan sebagai diakonia, baik yang karitatif sampai yang transformatif. Namun gereja juga hendaknya bersinggungan dengan ruang prifat, ruang cinta. Dimana hati, yang menurut saya sabagai nahkoda kehidupan, harus juga disentuh sebagai salah satu ajang pelayanan. Dalam hati ada cinta, salah satu cinta adalah cinta asmara, cinta yang baik karena
14

Singgih E. Gerrit, Teologi dalam Konteks III, (Yogyakarta, 2002), p.42

10

akan menjurus pada pelestaraian umat manusia. Pada titik ini hadir di dunia tidak cukup hanya melayani dunia seperti dengan cara gerejawi. Namun juga gereja harus melepas kemuliaannya seperti Tuhan yang melepas kemuliaanya untuk kawin dengan manusia guna mendatangkan kehidupan dan penyatuan cinta. Gereja harus mau hadir membuka diri menerima orang yang berkeyakinan lain masuk mewarnai kehidupan bergereja. Gereja perlu membuka diri bagi anggotanya yang ingin kawin dengan orang yang beragama lain karena cinta. Gereja harus mengakui kedasyatan cinta yang adalah anugerah Tuhan. Dalam rangka menghadirkan ruang bagi cinta yang menggelora tersebut gereja perlu juga membuka diri akan kesadaran bahwa dirinya tidak sempurna. Gereja memerlukan sahabat, teman yang memberi masukan tambahan dalam rangka lebih memahami

keberadaannya dan pergumulan yang sedang dirasakan. Karena itu saya setuju dengan rumusan dialog yang ditawarkan oleh Gerrit yang mengatakan dialog sebagai usaha mencari kebenaran yang penuh dalam rangka mencari kebenaran yang penuh dengan berdasarkan pengakuan bahwa apa yang kita yakini sebagai kebenaran, belum merupakan kebanaran yang penuh15. Dengan sikap yang menyadari bahwa kebenaran yang dimiliki belum sempurna adalah sikap yang jujur akan kenyataan yang sebenarnya. Justru dengan mau menjalin dialog yang sadar akan usaha yang sama dalam mencari kebenaran maka akan ada penghargaan yang tinggi atas cinta. Sehingga gereja akan semakin bertumbuh dalam kedewasaan iman yang otentik bersama dengan institusi agama lainnya. Hal lain yang kemudian perlu untuk dikembangkan dalam gereja adalah sikap gereja yang mau membongkar cerita-cerita, mitos-mitos kebahagiaan dan keselarasan hidup

berkeluarga. Banyak warga gerja bahkan pendeta yang mengatakan bahwa hidup berkeluarga dengan pasangan yang beda agama adalah berat dan tidak berkenan pada Tuhan. Tetapi kenyataan berata beda, orang yang nikah satu agama saja hidupnya belum tentu bahagia, dan ada juga kenayataan bahwa orang yang nikah beda agama ada yang hidupnya baik sampai sekarang. Gereja perlu melihat tradisi bergerejanya dan membaca ulang Alkitabnya yang berhubungan dengan pernikahan. Misalnya Musa pun kawin dengan orang yang berkepercayaan lain (Keluaran 2: 16-22). Jadi perbedaan agama bukan menjadi alasan selaras

15

Singgih E. Gerrit, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milinium III, (Jakarta, 2005), p.60

11

atau tidaknya perkawinan, namun cinta yang membaralah yang menjadikan pernikahan itu indah dan menyenangkan. Ada satu permasalahan yang kemudian juga muncul dalam hubungannya dengan gereja. Ada pemahaman bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya, dalam hal ini percaya pada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Jika keluarga adalah gereja terkecil apakah itu bisa terwujud? Tentu tidak dalam definisi diatas. Namun orang percaya pada Tuhan Yesus Kristus adalah orang melakukan kehendak Tuhan yaitu mengasihi sesamanya. Karena itu perlu dipikirkan lebih dalam lagi arti melakukan kehendak Tuhan tersebut. Menurut saya gereja terkecil adalah kehidupan dimana Tuhan hadir sebagai pemimpin hidupnya. Persekutuan orang percaya adalah persekutuan yang percaya akan kasih Tuhan yang menyatukan semua manusia dalam kasih Tuhan. Karena itu dengan menerima orang lain masuk dalam ruang hati kita yang terpribadi sebenarnya mengundang ciptaan Tuhan untuk merasakan cinta kasihNya dan menurut saya itu adalah ungkapan penghormatan dan cinta kepada Tuhan sang pencipta. Misiologi Misiologi disini selalu terkait dengan dialog16. Karena itu sikap yang telah dikembangkan diatas menjadi dasar bagi gerekan misi kristen. Karena itu misiologi yang dikembangkan disini jelas bukan amanat agung (Matius 28:19-20) seperti yang sering digembor-gemborkan oleh sebagian gereja kita. Namun saya tertarik untuk mengangkat misiologi dari hukum kasih Matius 22 : 37-40. Bagi saya inilah misi kita sebagai orang yang saling mencinta. Dari ajakan untuk mengasihi Tuhan sesuai dengan kapasitas kita masingmasing inilah sebenarnya kita diajak untuk juga menghargai cara orang lain mengasihi Tuhan. Dengan demikian penghargaan akan cara orang orang lain mengasihi Tuhan juga akan menjadikan kita bisa menghayati Tuhan sebagai yang luas sekaligus sebagai yang pribadi. Pada titik ini misi orang percaya adalah mengabarkan bahwa Tuhan berkenan menerima kasih orang-per orang sesuai kemampuan hati, jiwa, dan akal budi masing-masing. Dan itu adalah misi mengabarkan dan mendialogkan pengalaman-pengalaman usaha mengasihi Tuhan dan pengalaman-pengalaman perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi

16

Singgih E. Gerrit, Menguak Isolasi Menjalin Relasi: Teologi Kristen dan Tantangan Dunia Postmodern, (Jakarta, 2009), p 98

12

tentang penerimaan Tuhan atas manusia17. Cerita-cerita pribadi tersbut akan membentuk cerita besar yang walaupun tidak pernah utuh namun akan membimbing pada kesadaran spiritualitas baru yang dialogis dan dinamis serta dapat menjadi sumber pengabilan keputusan yang penting, sebagai sumber etika, karena dengan mau mendengar cerita sesama dan menceritakan cerita pribadi akan ada pemahaman satu dengan yang lain18. Pada sisi lain masih dari Matius 22: 39 kita diajak untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dari sini kita diajak untuk berani masuk dalam diri kita sendiri, menghayati cinta yang mengalir dalam hati kita, dan sekaligus menghayati cinta sesama yang mungkin sedang penuh dengan cinta asmara. Jadi misi yang pantas dikembangkan adalah bagaimana orang percaya memberi ruang bagi orang lain untuk menerima keberadaanya sendiri secara otentik mengasihi diri sendiri- supaya setiap orang mampu mengasihi sesamanya dengan lebih baik lagi. Penutup Cinta tidak bisa dibendung termasuk oleh gereja. Karena itu cinta harus diberi ruang. Dengan memberi ruang bagi pernikahan beda agama sebenarnya kita membuka dialog yang sejati dan kongkrit ditengah-tengah masyarakat. Sekaligus memberi peluang bagi intensifnya interaksi antara umat beragama. Cinta tidak perlu disembunyikan atas nama agama, namun agama harusnya malu kalau tidak menghargai cinta yang adalah anugerah dari Tuhan. Demikian paper ini dibuat supaya cinta semakin membara dan berjaya.

17

Groom mengembangkan metode menjumpakan pengalamanan hidup sesehari dalam komunitas kristen yang Alkitab, dengan menekankan pada pengalaman sebagai sesuatu yang dihargai. Metode nya menjadikan Alkitab didialogkan dengan kenyataan hidup, sehingga alkitab menjadi hidup dan pada akhir metode ini kelompok akan memutuskan aksi yang kemudian akan dilakuakan dan dievaluasi bersama kembali. Dengan metode ini perjumpaan dengan Allah secara pribadi dihargai dan diberi tempat. Memang Goome membuat metodenya bagi orang kristen,namun menutut saya baik juga dikembangkan bagi usaha dialog antar agama, dan sepertinya Tabita Kartika telah mengembangkannya. Tentang metode ini lihat dalam: Groome Thomas H, Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Misnistry, The Way of Shared Praxis, (Eugene, 1998).p.146-148
18

Vicencio Charles Villa, Telling One Another Stories: Toward a Theology of Reconciliation, dalam Adeney , Bernard T, Etika Sosial dalam Konteks Indonesia (bacaan matakuliah).. p.331

13

Daftar Pustaka
Fletcer Verne H. 2007,Lihatlah Sang Manusia: Suatu Pendekatan pada Etika Kristen Dasar, Jakarta, BPK Gunung Mulia

Groome Thomas H, 1998, Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education and Pastoral Misnistry, The Way of Shared Praxis, Eugene, Wipf and Stock Pulishers Harjana Agus M. 2005, Religiositas Agama & Spiritualitas,Yogyakarta, Kanisius
Singgih E. Gerrit, 2002, Teologi dalam Konteks III, Yogyakarta, Duta Wacana Universiti Press

Singgih E. Gerrit, 2005, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milinium III, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Singgih E. Gerrit, 2009Menguak Isolasi Menjalin Relasi: Teologi Kristen dan Tantangan Dunia Postmodern, Jakarta, BPK Gunung Mulia Sinode GKJ, ,2005, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa, Salatiga, Sinode Vicencio Charles Villa, Telling One Another Stories: Toward a Theology of Reconciliation, dalam Adeney , Bernard T, Etika Sosial dalam Konteks Indonesia (bacaan matakuliah).

Sumber internet
http://deboratasya.blogspot.com/2011/02/pernikahan-beda-agama-menurut-agama-dan.html

http://www.scribd.com/doc/3144824/Perkawinan-Beda-Agama-Di-Indonesia
http://zaldym.wordpress.com/2008/07/15/perkawinan-beda-agama-dalam-perspektif-agama-agama/ http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Halal/30253.html#3.2.6

http://en.wikipedia.org/wiki/Amore http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/23324

You might also like