You are on page 1of 5

2.3 suhu 2.3.1 Pengertian Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan.

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat diberbagai tempat didunia. Sebagai contoh hewan karang di mana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik ( hutabarat, 2012). Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti : curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari (Nontji, 2007). Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap

proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Algae dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30oC-35C. Sedangkan filum Cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan diatom (Effendi, 2003). Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, terjadi perubahan suhu dimana suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada perairan pantai sekitarnya. Variasi suhu yang besar ini sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai (Nybakken, 1992).

2.3.2 faktor yang mempengaruhi suhu Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi adalah : lama

penyinaran matahari, sudut datang sinar matahari, relief permukaan bumi, banyak sedikitnya awan, dan perbedaan letak lintang ( Murtianto, 2008). Suhu permukaan laut dipengaruhi oleh panas matahari, arus permukaan, keadaan awan, upwelling, divergensi dan konvergensi terutama pada daerah muara dan sepanjang garis pantai. Faktor-faktor meteorologi juga berperan yaitu curah

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Variasi suhu musiman pada permukaan untuk daerah tropis sangat kecil, dimana variasi rata-rata musiman kurang dari 2oC yang terjadi di daerah khatulistiwa (Hela dan Laevastu, 1981). Suhu yang paling tinggi berada di permukaan, sedangkan makin dalam

perairan laut maka suhu akan semakin menurun. Penurunan suhu terjadi pada zona pynocline yakni antara 200 meter sampai 1000 meter. Semakin dalam akan terjadi perubahan suhu yang nyaris konstan. Zona dengan perubahan suhu yang besar

disebut zona thermocline. Perubahan densitas pada setiap kedalaman disebut sebagai pynocline ( Wibisono, 2011).

Gambar 2.3 perubahan suhu pada kedalaman laut yang berbeda-beda

2.4 densitas 2.4.1 Pengertian densitas Pada umumnya parameter Salinitas, Densitas, dan Suhu merupakan tiga serangkai sifat pokok air laut yang saling mempengaruhi satu sama lain. Densitas () diartikan sebagai tingkat kerapatan air laut (gr/cm3). menggunakan alat yang dinamakan densitometer Densitas dapat diukur (Wibisono, 2011).

Penyebaran yang luas dari air laut dapat di tentukan oleh adanya perbedaan densitas dari massa air yang ada di dekatnya. Densitas terjadi karena adanya

perbedaan suhu dan salinitas. Lapisan permukaan lautan di daerah kutub utara dan kutub selatan lebih dingin, maka akan menjadi lebih padat dari pada lapisan perairan yang ada di bawahnya. Akibatnya massa air yang lebih padat ini akan tenggelam masuk ke perairan yang lebih dalam sambil membawa massa air yang kaya gas oksigen dan mengakibatkan timubulnya system arus-arus utama lautan ( hutabarat, 2012). Massa air laut dengan densitas tertinggi berada di bagian bawah dari kolom air laut (zona abyso-pelagik), dan sebaliknya densitas yang paling rendah berada di

bagian atas (zona epi pelagik). Dari permukaan laut sampai pada kedalaman kurang lebih 200 m maka perubahan (peningkatan) densitas terjadi sangat kecil. Garis yang menghubungkan setiap titik besarnya perubahan densitas pada setiap kedalaman disebut sebagai Pynocline. Lapisan antara kedalaman 200 meter sampai dengan kurang lebih 1.000 meter tersebut dinamakan sebagai zona pynocline. ( wibisono, 2011).

Gambar 2.4 perubahan densitas pada setiap kedalaman

2.4.2 faktor yang mempengaruhi densitas Perubahan nilai densitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai suhu dan salinitas. Proses pemanasan yang terjadi di suatu permukaan laut dapat menyebabkan perubahan pada nilai densitasnya. Densitas air laut lebih besar dari air murni disebabkan terdapatnya kandungan air garam dalam air laut. Rata-rata

densitas permukaan air laut sekitar 1,02500 g/cm3. Seperti halnya lapisan termoklin pada pelapisan suhu dan lapisan haloklin pada pelapisan salinitas, pelapisan densitas pada suatu perairan akan menghasilkan lapisan piknoklin. Densitas pada lapisan piknoklin mengalami peningkatan yang drastis seiring meningkatnya kedalaman. Ketebalan lapisan ini berbeda-beda untuk tiap wilayah perairan ( Jayanti, 2009). Sirkulasi yang dibangkitkan oleh perbedaan densitas air laut, dimana densitas air laut bergantung pada nilai temperatur dan salinitasnya. sirkulasi laut adalah pergerakan masa air di laut. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut,

bergerak dengan arah horizontal dan di pengaruhi oleh pola sebaran angin, sedangkan arus bawah ( deep-water circulation) adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut arah pergerakannya tidak di pengengaruhi oleh pola sebaran angin dan membawa masa air dari daerah kutub ke ekuator. Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air adalah densitas air laut. Perbedaan densitas di antara dua masa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertical air laut dan menciptakan gerakan masa laut dalam (deep-water mases) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan (setiawan,2006). Arus densitas atau yang dikenal sebagai arus termohalin, diawali dengan kondisi suhu dan salinitas di permukaan laut yang menghasilkan massa air berdensitas tinggi, sehingga tenggelam dan menyebar secara perlahan di bawah air permukaan. Kelompok kedua terjadi karena dorongan angin di lapisan permukaan air, sehingga menimbulkan pergerakan massa air yang terbatas hanya dibagian permukaan laut saja. Gerakan massa air di muka laut ini pada gilirannya akan menciptakan perubahan terhadap sebaran densitas air laut, sehingga akan tercipta arus sekunder sebagai akibatnya ( Rahmawati, 2004).

2.5 salinitas 2.5.1 pengertian salinitas Salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam dalam gram pada setiap kilogram air laut. Menggunakan symbol satuan 0/00 (permil). Lambang 0/00 adalah bagian perseribu. Kandungan garam 3,5 % sebanding dengan 35 0/00 atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya dituliskan dalam 0/00 (iqbal,2011). Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam air laut disebut salinitas. cara yang bisa menghitung salinitas adalah dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam satu sampel (chlorinitas). Rumus yang dipergunakan adalah : Salinitas = klorinitas x 1.817 Daerah estuarin adalah suatu daerah di mana kadar salinitasnya berkurang, karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh terjadinya pasang surut di daerah ini (Hutabarat, 2012). Tingkat ke asinan pada air laut karena banyaknya Nacl ( Natrium klorida ) penyebab rasa asin (saline) pada air laut. Salinitas berada pada kisaran 30 35 ppt. Khusus untuk budidaya perikanan, nilai salinitas yang dibutuhkan sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidaya. Hal ini disebabkan ikan tertentu membutuh salinitas atau ppt yaitu singkatan dari part per thousand

tertentu pula. Ikan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas, nilai salinitas yang sesuai untuk ikan berkisar 20 34 ppm, beberapa jenis ikan memiliki nilai salinitas berbeda. Kerapu secara umum memiliki salinitas optimum pada kisaran 27 34 ppm (affan,2012). 2.5.2 faktor yang mempengaruhi salinitas Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti presipitasi, evaporasi, masukan air tawar (run off), proses pengadukan (mixing), serta perubahan arus akibat pergantian musim. Pada Musim Barat (Desember-Februari) akan terjadi penurunan nilai salinitas air laut akibat masukan air tawar dan presipitasi dalam jumlah yang besar. Daerah dengan evaporasi yang lebih tinggi dibandingkan Pengaruh perubahan arus akibat

presipitasi memiliki nilai salinitas yang tinggi.

pergantian musim terhadap nilai salinitas dapat diketahui dari perbedaan letak isohalin. Di perairan Indonesia, isohalin pada Musim Barat bergerak lebih ke timur dan sebaliknya pada Musim timur (Jayanti, 2009). Salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam sirkulasi untuk mempelajari dan mengidentifikasi asal-usul massa air. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisik air laut ( seperti densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) (iqbal,2011). Sebaran salinitas di laut di pengengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai yang masuk ke laut. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan di lapisan atas sehingga membentuk lapisan homogen kira-kira 50-70 meter kedalaman atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Salinitas pada perairan bebas (laut

lepas) memiliki perubahan relative lebih kecil dibandingkan perairan pantai. Hal ini disebabkan perairan pantai banyak memperoleh masukan air tawar dari muara-muara sungai terutama pada waktu musim penghujan (Rahmawati, 2004).

You might also like