You are on page 1of 12

KETERAMPILAN MENJAHIT UNTUK ANAK AUTIS DALAM MELATIH KONSENTRASI DAN MEMBERIKAN KEAHLIAN KHUSUS Putri Nur Hakiki

& Olivia N.I UNIVERSITAS NEGRI MALANG pnursoviyan@yahoo.com


Abstrak : Setiap anak memerlukan keterampilan atau keahlian khusus. Tidak terkecuali anak Autis. Anak autis memiliki hambatan yang kompleks. Hambatan yang dimaksud meliputi komunikasi sosial atau interaksi sosial yang tidak sempurna, gerak motorik kasar dan halus yang kurang baik bahkan terkadang ada anak autis yang memiliki kemampuan intelektual yang terbatas. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kontrentasi pada anak. Didalam keterampilan menjahit akan melatih anak khususnya anak autis agar lebih konsentrasi dan juga memiliki keahlian khusus. Kata Kunci : Keterampilan menjahit, Autis, melatih Konsentrasi, keahlian khusus

Semakin majunya zaman berbagai macam alat-alat elektronik yang memiliki tingkat radiasi yang tinggi dan polusi yang semakin banyak menyebabkan angka kecacatan yang tinggi terhadap janin pada ibu dan menjadikan anak mereka terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang meiliki hambatan-hambatan tertentu. Hambatan yang dimiliki seorang anak tidak hanya kekurangan dari segi fisik namun juga mental anak. Yang tergolong anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kekurangan fisik, mental dan kepribadian. Kata autis berasal dari bahasa Yunani Kuno atau Greek yang berarti self atau diri sendiri. Autis adalah hambatan perkembangan pada seseorang dalam kemampuan komunikasi sosial yang tidak sempurna dan kemampuan gerak motorik kasar dan halus yang kurang baik. Selain itu tidak sedikit dari anak autis itu memiliki kemampuan intelektual yang tidak baik. Masih Banyak masyarakat yang salah mengartikan tentang anak autis ini. Masyarakat mengatakan bahwa autis adalah anak yang dari segi mentalnya bermasalah padahal anak autis hanya memiliki hambatan dalam berkomunikasi yang tidak baik. Selain itu ada sebagian masyarakat mengatakan bahwa anak autis sama dengan anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Sedangkan salah satu karakteristik sifat anak autis adalah hanya tertarik pada satu hal yang menurut ia menarik. Hal yang menarik tersebut tidak menutup kemungkinan salah satu pelajaran disekolah ataupun diluar sekolah.

Didalam lingkungan masyarakat banyak permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan anak autis. Permalasahan-permasalahan tersebut termasuk salah satunya pandangan masyarakat yang kurang baik terhadap anak autis. Hal ini akan memberikan dampak yang kurang baik pada anak maupun keluarga dan orang tua anak. Orangtua akan merasa menyesal memiliki anak tersebut dan akan menjauhkan anaknya dari lingkungannya. Tidak hanya itu yang dilakukan orang tua, ada sebagian orang tua dari anak autis ini yang tidak memberikan pendidikan atau tidak mengikut sertakan anak mereka untuk bersekolah. Sebenarnya langkah yang diambil dari sebagian orangtua ini memiliki efek yang tidak baik untuk perkembangan anak tersebut. Karena akan semakin membuat anak menjadi terpuruk apalagi pada anak autis yang memiliki hambatan komunikasi sosial yang akan memperparah kondisi anak. Akan lebih baiknya jika anak diberikan pendidikan dan yang lebih penting memberikan anak keahlian khusus seperti mengikutsertakan anak dalam belajar keterampilan menjahit, musik dan lain sebagainya. Keterampilan dan keahlian khusus sangat penting diberikan kepada anak autis untuk menjalankan kehidupannya kedepan. Keterampilan dan keahlian khusus berfungsi sebagai bekal untuk seseorang dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari setelah ia lepas dari dunia pendidikan. Hal tersebut juga menjadi tolak ukur bagaimana penilaian masyarakat atau lingkungannya menilai bagaimana seseorang tersebut. Jika seseorang memiliki keterampilan atau keahlian khusus maka akan dipandang baik sesuaioleh masyarakat dengan keterampilan dan keahlian yang dia miliki. Semakin baik dan tinggi keahlian yang seseorang miliki maka pandangan masyarakat kepada orang tersebut semakin tinggi pula dan sebaliknya jika rendah keahlian yang seseorang miliki maka ia akan dipandang rendah didalam lingkungannya. Anak autis juga merasakan hal yang sama dan diperlakukan seperti layaknya orang normal lainnya jika ia sudah keluar dari sekolah dan terjun kelingkungannya. Masyarakat akan melihat anak autis yang sudah menginjak usia dewasa sebagai orang yang harus memiliki kehalian yang khusus untuk menjalankan hidupnya baik itu bersaing untuk mendapatkan uang ataupun menjalankan tugasnya sebagai masyarakat pada umumnya. Keterampilan dan keahlian jika hal ini diterapkan didalam lingkungan sekolah selama menjalankan peroses belajar mengjar akan menimbulkan konsentrasi kepada anak autis. Salah satu keterampilan yang memiliki nilai konsentrasi yang tinggi adalah

menjahit. Keterampilan menjahit ini akan menjadikan anak lebih konsentrasi dan bisa mengendalikan emosinya dengan baik jika hla ini dilakukan secara terarah. Didalam pelajaran menjahit anak akan dituntut kesabarannya dan akan berkonsentrasi jika sudah masuk ketahap menjahit sesuai dengan pola. Keterampilan menjahit adalah salah satu keterampilan yang menarik jika cara memperkenalkan kepada anak melalui cara yang menarik pula. Hal ini akan menarik minat anak khususnya pada anak autis untuk mempelajarinya dan menimbulkan rasa penasaran pada pelajaran ini. Jika anak sudah tertarik dan penasaran akan lebih gampang lagi untuk mengajaknya ikut serta dalam melakukan proses jahit-menjahit. Diawali dengan menjahit secara sederhana sehingga anak senang kemudian diberikan pola-pola tertentu agar timbul konsentrasi pada anak. Jika banyak asumsi yang berbeda-beda mengenai anak autis baik itu dikalangan masyarakat atau pendidikannya sendiri berikut ini akan kita bahas bersama mengenai anak autis beserta keterampilan menjahit untuk anak autis yang akan berdampak kepada konsentrasi anak dan mempersiapkan keahlian khusus kepada anak autis. APA ITU AUTIS? Anak autis termasuk salah satu anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus seringkali dianggap berbedadengan anak normal, mereka dipandang tak berdaya dan perlu dikasihani. Tak hanya itu, dalam interaksi sosial pun mereka cendrung mendapat perlakuan diskriminatif. Sikap masyarakat yang demikian menyebabkan banyak orangtua yang ragu atau tidak mengizinkan anak mereka yang berkebutuhan khusus mengakses layanan pendidikan. Padahal sebagaimana anak-anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus juga harus mendapatakan hal yang serupa. Merubah paradigma masyarakat mengenai anak berkebutuhan khusus bukanlah hal mudah. Tidak berbeda dengan anak autis juga. Autis adalah salah satu hambatan yang termasuk didalam anak berkebutuhan khusus. Masih banyak yang belum mengetahui apa itu autis dan apa itu anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah istilah untuk anak yang memiliki hambatan atau kekurangan tertentu baik itu kekurangan atau hambatan fisik maupun mental pada anak yang menyandang salah satu kekurangan yang ada dalam anak berkebutuhan khusus. Adapun beberapa yang hambatan yang termasuk didalam

anak berkebutuhan khusus adalah berbentuk ketunaan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunalaras, tunadaksa) selain itu adapun istilah anak autis jug termasuk didalam anak berkebutuhan khusus. Selain istilah anak berkebutuhan khusus diatas ada juga istilah anak luar biasa yang akrab didengar dilingkungan pendidikan luar biasa yaitu pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Anak Luar Biasa (ALB) adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnnya. Keluarbiasaan yang dimiliki anak tersebut dapat merupakan sesuatu yang positif ataupun negatif. Istilah anak luar biasa (ALB) digunakan sebagai istilah umum untuk semua anak yang mempunyai keluarbiasaan, dan untuk menggantikan berbagai istilah yang selama ini digunakan, seperti anak cacat, anak berkelainan atau anak lemah mental. Jika sebelumnya telah dijelaskan apa-apa saja yang termasuk didalam anak berkebutuhan khusus, didalam istilah anak luar biasa juga dijelaskan jenis-jenis anak luar biasa. Jenis keluarbiasaan dapat dilihat dari bidang yang mengalami penyimpangan dan dapat pula dilihat dari arah penyimpangan. Bidang penyimpangan berkaitan dengan aspek atau penyebab terjadinya penyimpangan, sedangkan arah penyimpangan mengacu pada arah yang berawal dari kondisi normal (keatas atau kebawah normal). Kategori keluarbiasaan berdasarkan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrachman (2000) adalah, Kelompok yang mnegalami penyimpangan dalam bidanng intelektual, terdiri dari anak yang luar biasa cerdas dan tingkat kecerdasannya rendah. Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi karena hambatan sensoris/indra. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak tunalaras dan penyandang gangguan emosi. Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan/penyimpangan ganda atau berat dan sering disebut tunaganda. Dilihat dari arah penyimpangan, jenis keluarbiasaan terdiri dari; keluarbiasaan diatas normal dan keluarbiasaan dibawah normal Ada juga istilah lainnya mengenai penyimpangan pada anak yaitu, dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus, istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya, dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya. (Krik, 1970; Heward Orlansky, 1988 : 2). Hal tersebut juga

dirasakan anak autis ketika berada didalam lingkuangan diluar dari lingkungan keluarganya. Autis dianggap penyimpangan mental bagii sebagian masyarakat yang belum memahami autis secara jelas. Jika hal ini terjadi terus menerus makan dampak negatif tidak hanya akan dirasakan pada anak autis melainkan orang tua dari anak itu sendiri. Lingkungan yang memandang rendah dan acuh tak acuh kepada kondisi anak autis tersebut dan menganggap orang tua dari anak tersebut telah mendapatkan kutukan sedangkan sikap dari orangtua anak sendiri menjadi enggan untuk keluar dan mengajak anaknya untuk bergabung dengan lingkungan luar masih banyak terjadi sekarang ini. Hal tesebut terjadi tidak lain diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat umum dan orang tua sendiri akan anak-anak yang mengalami autis ini. Istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti 'diri sendiri' dan isme yang berarti 'aliran'. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Banyak paham yang mengartikan autis baik secara luas maupun sempit. Ada yang menyebutkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang mencangkup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku. Istilah autis pertama kali diperkenalkan Leo Kramer seorang psikiater dari Harvard. Berdasarkan pengamatan terhadap 11 penyandang. Ketika ia mendapati gejala kesulitan berhubungan dengan orang lain, mengisolasi diri, perilaku yang tidak biasa dan cara berkomunikasi yang aneh, terlihat acuh terhadap lingkungan dan cendrung menyendiri. Seakan ia hidup dalam hidup dalam dunia yang berbeda. Kramer kemudian mempelajarinya. Itu sebabnya, autis juga dikenal dengan Syndrom Kramer. (Kanner, Autistic Disturbance of Affective Contact; 3) Sementara itu salah satu tokoh mengatakan autis ialah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain dan emosi. Penyebabnya antar jaringan dan fungsi otak yang tdak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Survey menunjukkan, anak-anak autis lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah keatas. Ketika dikandung, asupan gizi keibunya tak seimbang. (Mudjito:46). Selain itu autis merupakan kelainan perilaku dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri (seperti melamun atau berkhayal). Dari banyaknya penjelasan diatas yang mendefinisikan anak autis namun terkadang masih banyak masyarakat mendefinisikan autis adalah gangguan yang ada pada seseorang yang diakibatkan mental yang buruk. Pada intinya mereka memandang anak autis atau seorang individu yang menyandang autis mengalami

kerusakan pada mentalnya. Selain itu ada juga yang menyamakan antara anak tunagrahita dengan anak autis. Mereka mengatakan bahwa keddua jenis hambatan ini sama karena keduanya sama-sama hasil belajar yang buruk. Padalah pada kenyataannya anak autis memiliki ciri menyukai atau hanya terpikat pada satu hal yang menurutnya menarik. Sedangkan anak tunagrahita adalah kecerdasan yang dimiliki atau IQ anak berada dibawah rata-rata anak normal lainnya. Tidak sedikit dari mereka menggunakan kata autis sebagai bahan candaan. Mereka yang sering melakukan ini adalah sebagiannya masyarakat awam yag tidak mengerti namun sebagiannya ada juga yang memang mengetahui hanya saja menggunakan kata-kata autis ini sebagai bahan candaan dikarenakan untuk menjadikan suasana riang. Padahal apa yang dilakukan mereka isa menyakiti perasaan dari anak autis sediri jika mendengarnya. Kata autis sensiri memang agak lama masuk ke Indonesia. Pada tahun 1990-an kata autis belum terlalu diketahui secara luas oleh masyarakat Indonesia terkecuali orangtua yang memiliki anak penyandang autis ini. Pada tahun 2000 sudah mulai dikenal kata-kata autis oleh masyarakat Indonesia yang diperkenalkan melalui adanya Yayasan Autisme Indonesia sebelumnya kata autisme sendiri diakses melalui blog-blog yang ada disitus internet dan jejaring sosial sehingga ada sebagian orang peduli dan menciptakan sesuatu yang berharga ini untuk anak penyandang autis. Gejala pada anak autis memang sulit diketahui sejak dini. Biasanya bisa diketahui setelah anak meranjak usia 3 tahun. Namun ada juga beberapa sumber yang mengatakan bahwa gejala anak autis ini tanpak pada usia dibawah 3 tahun. Autis memiliki tingkatan, dari yang ringan, sedang bahkan yang berat. Pada tingkatan ringan gejala pada anak tidak akan nampak seutuhnya hanya saja jika ia menyenangi satu yang menurutnya baik dan ini terjadi berulang-ulang maka anak bisa jadi salah satu penyandang autis. Sedangkan pada anak penyandang autis berat akan nampak secara jelas dan seutuhnya dari ciri-ciri anak autis. Anak yang penyandang hambatan berupa autis ini tidaklah selalu memiliki kekurangan pada dirinya namun anak autis juga memiliki gambaran unik pada dirinya. Didalam gambaran unik inilah kita bisa mengembangkan menjadi hal yang positif. Gambaran unik pada anak autis ini menjadikan anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan ank lainnya. Ggambaran unik pada anak berupa anak sangat selektif terhadap rangsangan, sehingga kemampuan anak menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas. Anak juga kurang motivasi, anak tidak hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi

menjelajahi lingkungan baru akan memperluas lingkup perhatian mereka. Selain itu anak autis memiliki respons stimulus diri yang tinggi, anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merangsang dirinya sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, dan memandang jari-jemari sehingga kegiatan ini tidak produktif. Dan yang terakhit anak autis memiliki respons terhadap imbalan, disini anak mau belajar jika mendapatkam imbalan langsung dan jenis imbalannya sangat individual, akan tetapi respons ini berbeda untuk setiap anak autis. Diantara gambaran-gambaran keunikan dari anak autis tersebut tidaklah semuanya ada didalam diri anak autis melainkan melihat dari tingkatan keautisan pada setiap individu. Penyebab autis masih belum jelas dan tidak diketahui secara jelas. Ada sebagian mengatakan bahwa autis itu disebabkan oleh kesalah asuhan orangtua terhadap anak. Namun autis bukanlah disebabkan dari kessalahasuhan orangtua. Para pakar telah sepakat bahwa otak pada anak autis dijumpai suatu kelainan pada otaknyya. Ada tiga lokasi diotak yang ternyata mengalami kelainan neuro-anatomis. Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Penyandang autis mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Dari beberapa kasus mungkin berhubungan dengan infeksi virus (rubella kongenital atau cytomegalic inclusion disease), feniketonuria (defisiensi enzim yang turun) atau fragile x syndrome (kelainan kromosom). KETERAMPILAN MENJAHIT DIDALAM PENDIDIKAN ANAK AUTIS Pendidikan sangat penting untuk setiap individual untuk mencapai atau memenuhi kebutuhannya dikemudian hari. Didalam pendidikan terdapat beberapa ilmu tambahan diluar dari lingkungan luar seorang individu. Ilmu yang bersifat menambahkan pengetahuan seseorang inilah yang akan menunjang kehidupan seseorang dimasa depan karena semakin majunya zaman akan bertambah lagi ilmu yang perlu untuk diketahui oleh setiap individu. Maka dari itu mengapa pendidikan sangatlah penting dimiliki oleh setiap orang. Pendidikan akan selalu maju mengikuti majunya zaman maka dari itu banyak sekarang peraturan-peraturan yang mengatur mengenai pentingnya pendidikan dimiliki oleh setiap individu. Peraturan ini tidak hanya dikeluarkan oleh pemerintah yang ada didalam setiap negara melainkan

disetiap negara khususnya Indonesia memiliki kesatuan khusus untuk mengatur jalannya pendidikan di Indoesia yaitu adanya menteri pendidikan yang akan mematau berrjalannya pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tugas dari menteri pendidikan ini tidak hanya memantau jalannya pendidikan melainkan juga ikut mengatur dan membuat peraturan untuk pendidikan itu sendiri. Pentingnya pendidikan bagi setiap individu menyebabkan adanya peraturan yang mengatakan bahwa yang perlu mendapatkan pendidikan tidak hanya anak normal melainkan anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang sejajar dengan anak lainnya. Autis adalah salah satu bentuk dari anak berkebutuhan khusus. Salah satu ciri-ciri anak autis adalah cendrung tertarik pada satu hal yang menurutnya menyenagkan. Jika hal itu diarahkan dengan benar dan sesuai maka hal terseut yang awalnya dipandang sebagai hal yang negatif akan beruah menjadi positif. Anak autis memerlukan kasih sayang, pembinaan, dan pendidikan seperti halnya anak normal lainnya agar mereka bisa lebih mandiri jika telah beranjak pada usia yang lebih tinggi. Salah satu keutuhan diatas adalah pendidikan untuk anak autis karena sering ditemukan dalam hal akademik anak autis memiliki kemampuan spesifik dan meleihi kemampuan anak-anak diusianya. Namun masih berhubungan dengan kemampuan yang sedikit pada yaitu hanya satu bidang menyebabkan rata-rata anak autis tidak memiliki kemampuan rata-rata disemua bidang. Dapat disimpulkan bahwa anak autis sebenarnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai pegangan hidup kedepannya. Hanya saja model pengembangan diri dan pendidikan pada anak autis harus disusun dengan standar dan komposisi berada dengan anak keanyakan. Hal ini mengikat karakter anak autis yang relatif berbeda dan unik. Pendidikan anak autis memang mengalami kendala karena gangguan perilaku yang ditunjukkan oleh anak autis. Hal ini menimulkan banyak perhatian yang muncul dari eragai pihak mulai dari masyarakat, idang kesehatan dan juga dari dunia pendidikan itu sendiri. Berbagai upaya yang telah dilakukan dari pihak-pihak yang terkait. Upaya tersebut berupa mendirikan yayasan-yayasan yang peduli terhadap anak autis, ada juga yang dibangun berupa pusat-pusat terapi untuk anak autis. Semua usaha ini bernilai positif untuk anak sendiri dalam usaha untuk meningkatkan konsentrasi anak, menambah pengetahuan anak, melatih gerak motorik anak dan lain sebagainya. Pusat terapi yang ada biasanya menerapkan metode behavioristic atau yang sering dikenal dengan terapi ABA (Applied Behavior Analisis) yang dikenalkan

oleh Loovas (Sutardi, 2003). Layanan pendidikan bagi anak autis yang paling efektif adalah dengan menggunakan metode yang mengarah kepada kurikulum pendidikan. Bentuk pelayanan pendidikan ini harus sesuai dengan karakteristik dan kemampuan pada anak. Program pengajaran yang tersturktur dinyatakan sebagai cara untuk memperoleh kemajuan yang besar. Hal ini karena peran guru yang ersifat aktif mengamil inisiatif untuk berinteraksi dan memberi petunjuk dan juga guru memulainya dengan bagian yang kecil sehingga anak dengan mudah mengikuti penajaran yang guru berikan. Jika dilakukan dengan mendadak dalam memberikan pengajaran akan sulit untuk anak autis sedniri untuk mengikutinya. Namun tetap perlu mengajarkan juga hal-hal yang spontan dan fleksibel terutama keterampilan sosialnya. (Baron-Cohen, 1993) Dari berbagai macam usaha dalam memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak autis hal yang terpenting adalah meningkatkan komunikasi sosial anak dan juga memberikan keterampilan atau keahlian khusus untuk anak. Hal ini dianggap penting karena setiap anak yang awalnya bersekolah nantinya dia akan dituntut untuk mandiri setelah lepas dari jenjang pendidikan. Hal serupa juga akan dijalani oleh anak autis dimana nantinya dia akan keluar dari lingkungan pendidikan dan terjun kelingkungan masyarakat yang luas. Seperti kita ketahui bahwa dilingkungan masyarakat seseorang akan dipandang jika memiliki keterampilan yang bisa dibanggakan ataupun keahlian yang khusus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Keterampilan atau keahlian ini juga berpengaruh terhadap cara pandang masyarakat terhadap seseorang, karena dengan adanya keterampilan atau keahlian ini seseorang akan mudah diterima didalam lingkunganya. Keterampilan tidak hanya beerfungsi ketika anak keluar dari dunia pendidikan melainkan memiliki fungsi untuk mengubah cara pandang anak terutama anak autis dalam menjalankan rutinitas sekolah. Jika anak diajarkan untuk memiliki konsentrasi sejak dini melalui media ketermpilan maka hal ini akan menjadi kebiasaan anak jika cara dalam memberikannya baik dan anak menjadi tertarik. Salah satu keterampilan yang bisa meningkatkan konsentrasi pada anak autis adalah keterampilan menjahit. Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa ketermapilan menjahit ini memiliki beberapa tahapan yang awalnya gampang berikutnya adalah rumit hal inilah yang akan meningkatkan konsetrasi pada otak anak. Namun pada anak autis sendiri kita tidak bisa memerikan keterampilan menjahit yang rumit sebaiknya dimulai dengan

memberikan yang mudah namun cukup membuat anak menjadi tertarik dan kinerja otaknya terpancing sehingga terciptalah konsentrasi pada anak. Hal ini akan menjadi kebiasaan pada anak dalam mengikuti kegiatan belajar dikelas jika kegiatan keteramapilan menjahit ini dilakukan secara terus menerus dengan cara memuat anak tidak bosan dan senang dalam mengikuti kegiatan terseut. Hal ini juga sangat tergantung pada cara pengajaran guru atau pihak yang memberikan keterampilan menjahit ini. Semakin baik kinerja guru yang diberikan terhadap anak juga semakin baik. Menjahit adalah salah satu kegiatan yang berpengaruh terhadap fungsi otak dimana terciptanya kosentrasi dan rasa ingin tahu pada anak. Menjahit akan memberikan suasana yang erbedda dengan suasana didalam kelas, pada umumnya menjahit akan menciptakan suasana yang kondusif jika cara pemberianya baik dan menarik. Anak yang menyandang autis memiliki ciri terpaku kepada satu hal yang menurut ia menarik dan membuat ia penasaran. Ada baiknya jika guru memberikan keterampilan ini pada anak autis diawali dengan menciptakan suasana yang riang dan menarik bagi anak. Kegiatan menjahit akan menjadikan anak menjadi lebih konstrasi dan isa mengendalikan emosi karena didalam menjahit memutuhkan emosi yang stabil maka dari itu peran guru disini sangat penting selain menjadi pemiming guru juga harus bisa mengetahui mood pada anak sehingga tidak terjadi kekacauan disaat pembelajaran berlangsung. Adanya keterampilan menjahit ini didalam sekolaah akan mempermudah anak untuk mengaksesnya karena anak tidak perlu lagi untuk mengikuti kursus-ursus diluar sekolah. Nantinya sekolah juga akan menghasilkan siswa-siswa mereka yang cerdar dengan memberikan keterampilan ini sejak dini kepada anak-anak autis. Keterampilan menjahit akan memberikan keahlian khusus pada anak jika anak keluar dari lingkungan pendidikan. Keterampilan ini secara tidak langsung menjadi bekal masa depan untuk anak autis untuk terjun keingkungan masyarakat. Menjahit menjadi keterampilan khusus karena anak isa menjadikannya seagai usaha ataupun anak nantinya bisa membuka kursus menjahit sendiri untuk anak autis. KESIMPULAN Autis adalah gangguan yang ada didalam sistem saraf pada otak yang menyebabkan kelukaan pada saraf terseut. Hal ini menyebabkan komunikasi sosial

anak tidak seempurna, cara kerja otak anak tidak baik dan cara pandang anak terhadap sesuatu kurang baik. Autis termasuk salah satu anak berkebutuhan khusus. Dimana anak berkebutuhan adalah seseorang yang memiliki hambatan atau kekurangan baik itu secara fisik maupun mental. Autis yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti self atau diri sendiri adalah gambaran dari autis itu sendiri. Dimana isa dilihat dari ciri-ciri anak autis yang eragam menjelaskan bahwa anak autis adalah anak yang memiliki pemikiran yang sempit dimana anak hanya memandang satu hal yang menurut ia menarik. Pendidikan adalah salah satu kepentingan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk mendapatkan ilmu yang nantinya akan dikembangkan didalam lingkungan masyarakat. Anak autis juga memerlukan pendidikan ini unntuk melanjutkan kehidupannya diluar dari lingkungan pendidikan natinya. Pendidikan untuk anak autis harus menyesuaikan dengan karakteristik anak karena autis bisa dibagi sesuai dengan tingkatan penyandangnya. Didalam peroses belajar didalam pendidikan untuk setiap anak pasti membutuhkan konsentrasi pada anak untuk dapat menangkap apa yang sedang dipelajari. Didalam usaha meningkatkan pendidikan untuk anak autis pembelajaran haru sesuai dengan karakter pada anak. Konsentrasi otak pada anak autis yang lemah menyebakan guru atau pembimbing dari anak autis ini memerlukan kreatifitas yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk anak. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa menciptakan konsentrasi otak pada anak autis adalah keterampilan menjahit. Ketampilan menjahit adalah keterampilan yang dimana si penjahit dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dalam menjahit. Anak autis tidak perlu diberikan latihan menjahit yang keras hanya saja dalam melatih konsentrasi anak autis membutuhkan kegiatan ini. Didalam keterampilan menjahit ini tidak hanya akan melatih konsentrasi pada anak autis melainkan memberikan keahlian khusus pada anak dimana keterampilan ini akan digunakan anak jika telah keluar dari dunia pendidikan. SARAN Didalam memberikan pendidikan untuk anak autis yang memiliki ciri khusus dan keunikan yang berbeda dengan anak lainnya akan menuntut dari pihak guru untuk leih memiliki inisiatif yang tinggi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan

menarik dimata anak. Fungsi dari sekolah ataupun pendidikan adalah memberikan keahlian khusus terutama pada anak autis. Maka dari itu perlu adanya pemberian keterampilan pada anak autis. Keterampilan menjahit sangat cocok untuk diberikan kepada anak autis karena keterampilan ini tidak hanya meltih konsetrasi pada anak melainkan akan memberikan keahlian khusus pada anak untuk pembekalan kehidupan kedepannya. DAFTAR RUJUKAN Efendi, Mohammad. 2005. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Buni Aksara. Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Garailmu. Handojo, Y. 2002. Autisma (petunjuk praktis dan pedoman materi untuk mengajar anak normal, autis dan perilaku lain). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Kosasih, E. 2012. Cara ijak Memahami Anak Berkeutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya. Prasetyono, d.s. 2008. Serba-Serbi Anak Autis. Jogjakarta: DIVA press Patiha, Titi. 2008. Medidik Anak Cerdas Sejak Dalam Kandungan. Jogjakarta: Arti Bumi Intaran. Rachmawati, Fauziah. 2008. Pendidikan Seks Untuk Anak Autis . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

You might also like