Professional Documents
Culture Documents
BUDIDAYA JAGUNG MANIS DENGAN APLIKASI PUPUK NITROGEN DAN KALIUM (Laporan Proyek Usaha Mandiri)
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah Sweet Corn atau yang lebih dikenal jagung manis mempunyai kandungan gula yang tinggi dalam bijinya sekitar 5-6 %, sehingga lebih banyak disukai untuk dikonsumsi. Selain itu, keunggulan jagung manis yang lain yaitu memiliki serat yang halus sehingga lebih mudah dalam proses mengunyah. Di Indonesia jagung manis sudah mendapat perhatian dari masyarakat. Beberapa lembaga pemerintah yang telah mencoba membudidayakannya, antara lain IPB dan Balai Penelitian Pangan Mekar Sari, Sleman. Selain itu, banyak juga pihak swasta yang
membudidayakan jagung manis dan bekerjasama dengan petani untuk memenuhi permintaan pasar, baik pasar swalayan, restoran, hotel, objek wisata, dan pasar lainnya akan jagung manis tersebut. Akan tetapi, peningkatan permintaan pasar belum mampu dipenuhi oleh hasil produksi yang ditawarkan oleh petani (tabel 1). Tabel 1. Data Permintaan, Penawaran, dan Neraca Jagung Nasional (Ton) Tahun 2000-2005
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Permintaan 7.352.712 7.993.559 7.420.976 8.324.282 11.617.000 11.844.200 Penawaran 9.344.826 9.347.000 9.654.000 10.886.000 11.355.000 11.836.300 Neraca 1.992.114 1.353.441 2.233.024 2.561.718 (262.000)* (7.900)*
Keterangan : * = Defisit Sumber: Pusat PKP (Proyek Ketahanan Pangan), Departemen Pertanian. Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik). Bulog (Badan Urusan Logistik).
Kondisi iklim
Indonesia yang tropis dapat menunjang pertumbuhan jagung manis lebih baik. Akan tetapi, budidaya jagung manis tidak semudah budidaya jagung biasa karena dalam budidaya jagung manis pengairan dan teknik dalam budidaya harus lebih intensif, terutama dalam hal pemupukan nitrogen dan kalium. Menurut Moss dan Mack (1979), produksi jagung manis paling baik dan memperoleh hasil yang tinggi pada tingkat pemberian N 170-200 kg/Ha, dan K 75-120 kg/Ha dengan luasan 1 Ha. Sedangkan dalam budidaya konvesional menggunakan dosis N 135 kg/Ha (setara dengan dosis urea 300 kg/ha) dan K 58 kg/Ha (setara dengan dosis KCL 100 kg/ha) memperoleh hasil 8 ton/Ha (Jumadi, 2008). Oleh karena itu, aplikasi pemberian pupuk N dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional, diharapkan dapat meningkatkan kualitas jagung manis dan hasil yang tinggi. Dalam kegiatan PUM ini, pemberian N dan K digunakan dosis N 180 kg/Ha (setara dengan dosis urea 400 kg/ha) dan K 116 kg/Ha (setara dengan dosis KCL 200 kg/ha). Menurut Huelsen (1954), N dan K mempunyai pengaruh yang timbal balik satu terhadap yang lainnya dan tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran salah satunya. Oleh karena itu, efisiensi pemakaian N akan meningkat jika diberikan juga K. Pada keadaan tertentu, pemupukan N yang tinggi bersamaan dengan K yang rendah mempunyai efisiensi yang sama jika dibandingkan dengan N yang rendah bersamaan dengan K yang tinggi. Menurut Edmon, dkk (1979), K
berfungsi sebagai translokasi gula, sedangkan N yang tersedia menentukan laju pembentukan protoplasma dan sel baru, serta laju pemakaian gula. Jadi, jika tanaman mempunyai laju fotosintesis dan respirasi yang normal serta N tersedia
dalam jumlah yang banyak, maka gula yang terbentuk dari karbohidrat hampir seluruhnya digunakan untuk pembentukkan batang, daun, dan akar sehingga hanya sedikit sekali gula yang tersisa untuk pembentukkan bunga, biji, dan organ penyimpanan. Dari hal tersebut, bahwa N dan K mempunyai interaksi yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, dalam budidaya jagung manis N dan K perlu ada agar hasil tanaman yang didapat menjadi seimbang dan optimal.
1.2.Tujuan 1. Untuk mempelajari budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium. 2. Mengetahui analisi usaha tani budidaya jagung manis menggunakan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Jagung Manis Jagung manis pertama kali ditemukan di Mexico dan Amerika Selatan (Purseglove, 1978 dan Huelsen, 1954). Dua famili yang berdekatan dengan
jagung adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar didaerah pertanaman jagung (Pustaka Litbang Deptan, 1988). Klasifikasi jagung manis : Kingdom Divisi Sub Divisi Kelas Famili Sub Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dycotyledoneae : Gramineae : Myadeae : Zea Mays Linn : Zea Mays saccharata sturt
2.2.1. Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar yang semula
berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air (Pustaka Litbang Deptan, 1988).
2.2.2. Batang Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif (Paliwal, 2000). Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam 18 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal, 2000).
2.2.3. Daun Daun jagung mulai terbuka sesudah koleoptil muncul diatas permukaan tanah. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relative lebih banyak dibandingkan di daerah beriklim sedang (Paliwal, 2000). Bentuk ujung daun jagung berbeda-beda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul (Subekti dkk, 2002).
2.2.4. Bunga Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) yang berarti bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, dan tongkol muncul dari axilliry apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apical di ujung tanaman. Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana bunga jantan muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking) (Subekti dkk, 2002). Penyerbukan pada jagung terjadi apabila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Hampir 95 % dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (Subekti dkk, 2002).
2.2.5. Tongkol Dan Biji Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah (Pustaka Litbang Deptan, 1988).
2.3. Kandungan Jagung Manis Jagung manis sebenarnya sudah mempunyai rasa manis dalam endospermnya. Kadar gula dalam jagung manis sekitar 5 - 6% dalam endospermnya dibandingkan dengan jagung biasa yang hanya mengandung 2 - 3%. Selain itu juga, jagung manis mengandung kadar pati 10 - 11% dan kadar air sebanyak 70%. Umur produksinya juga lebih singkat, sehingga lebih menguntungkan (Koswara, 1986). Kelebihan lain dari jagung manis adalah limbahnya, yaitu batang dan daun. Kondisi batang dan daun (tebon) jagung manis selalu masih segar, sehingga nilai gizi sebagai pakan ternak masih sangat tinggi. Agribisnis jagung manis bisa bersimbiose mutualisme dengan kegiatan peternakan sapi potong, sapi perah maupun domba (FKA, 2008). Kandungan gizi jagung manis tiap kilogram berat bahan yang dapat dimakan, cukup tinggi yaitu energi 355 kalori, protein 9,2 gram, lemak 3,9 gram, karbohidrat 73,7 gram, kalsium 10 mg, fosfor 256 mg, besi 2,4 mg, vitamin A 510 SI, vitamin B 0,38 mg, dan vitamin C 12 mg, serta air 12 gram (Redhelga, 2010).
Nitrogen dan kalium mempunyai peranan yang sangat penting dalam produksi jagung manis. Pupuk Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam
produksi dan dapat mempengaruhi kualitas (Yodpetch dan Bautista, 1984 ; Cooke, 1985 ; dan Steward, 1964). Nitrogen, keberadaannya mutlak ada untuk
kelangsungan dan perkembangan tanaman. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang peka terhadap kekurangan unsur N, sehingga pemberiannya perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil secara nyata. Pupuk N diperlukan bila
jumlah N yang tersedia di lahan maupun yang berasal dari pupuk organik kurang memenuhi kebutuhan (Palangkun dan Asiani, 2004). Tanaman yang kekurangan atau defisiensi N, maka daun akan menguning (klorosis) karena kekurangan klorofil, sehingga pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan tanaman menjadi kerdil. Tanaman cepat masak bisa juga disebabkan oleh kekurangan N. Selain itu, defisiensi N dapat meningkatkan kadar air biji dan menurunkan produksi dan kualitas (Yudhiwijaya, 2009). Sedangkan kelebihan N akan meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman, tetapi akan memperpendek masa generatif, yang akhirnya justru menurunkan produksi atau menurunkan kualitas produksi tanaman. Tanaman yang kelebihan N menunjukkan warna hijau gelap sukulen, yang menyebabkan tanaman peka terhadap hama, penyakit dan mudah roboh (Joni, 2010). Nitrogen penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi, serta merupakan unsur pokok untuk pembentukkan protein apabila bergabung dengan gula (Berger, 1962 dan Cooke, 1975) yang selanjutnya digunakan untuk membentuk protoplasma dan cadangan makanan (Edmon, et all., 1979 dan Sri
10
Setyati Harjadi, 1984). Pembentukkan protein ini dapat mempengaruhi ukuran tongkol pada awal fase generative, jumlah bakal biji yang terbentuk (Koswara, 1982), pembesaran biji dan sebagai pengatur dari penggunaan unsur hara K dan P yang tersedia (Soepardi, 1983). Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar 1,7 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman. Apabila K defisiensi, maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitasaktivitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang. Tanaman yang
kekurangan unsur hara ini menunjukkan gejala pada daun bawah ujungnya menguning dan mati, kemudian menjalar ke bagian pinggir daun. Meskipun
kekurangan kalium masih mampu berbuah, tetapi tongkol yang dihasilkannya kecil dan ujungnya meruncing (Torus, 2012). Peranan kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan pati, translokasi gula, aktifitas enzym dan pergerakan stomata. Peningkatan bobot dan kandungan gula pada tongkol dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan proses fotosintesis pada tanaman dan meningkatkan translokasi fotosintat ke bagian tongkol. Selain itu unsur kalium juga mempunyai peranan dalam mengatur tata air di dalam sel dan transfer kation melewati membran (Setyono, 1980).
11
Kalium dalam tanah sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena K merupakan unsur hara yang mobil dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi (Soepardi, 1985). Kalium diserap tanaman dalam jumlah yang cukup besar atau bahkan kadang-kadang melebihi jumlah nitrogen terutama pada tanaman umbi-umbian, walaupun K tersedia terbatas (Hakim, dkk. 1986). Kebutuhan K pada tanaman jagung berubah sesuai dengan kebutuhan dari proses-proses yang membutuhkan K, seperti proses fotosintesis dan fiksasi CO2, transfer fotosintat ke berbagai pengguna serta hubungan dengan air dalam tanaman. Pemupukan K disamping pupuk N dan P secara berimbang pada jagung, membuat pertumbuhan pada tanaman menjadi lebih baik, tahan kerebahan, tahan terhadap hama dan penyakit serta kualitasnya dapat meningkat (Alfon dan Aryantoro, 1993). Kalium juga memiliki peranan penting untuk mempertahankan keadaan fisiologi koloid plasma yang diperlukan untuk semua proses fisiologis (Berger, 1962). Kalium juga diperlukan untuk pembentukkan klorofil, pengisian biji, dan esensial dalam pembentukkan karbohidrat (Thompson, dan Kelly, 1957 ; Janick, et all., 1974).
12
III.
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Waktu Pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ( PUM ) dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2012 sampai dengan 30 Desember 2012 di Lahan Polinela.
3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan dalam Proyek Usaha Mandiri ini, yaitu lahan seluas 100 m2, cangkul, kored, rol meter, golok, kantong plastik, karung, tugal, sprayer, timbangan, benih jagung manis Bonanza, pupuk nitrogen (urea), pupuk posfor (SP-36), pupuk kalium (KCl), pupuk kandang, dan furadan 3G.
3.3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan jagung manis dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan jagung melalui tahap persiapan, pengolahan, dan pembersihan. Pada tahap persiapan terdiri dari pencarian lahan yang subur dan gembur untuk budidaya jagung manis. Kemudian, tahap selanjutnya yaitu
pengolahan tanah. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan merangsang pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang kurang baik dapat diperbaiki. Pengolahan lahan dilakukan melalui 2 cara. Cara yang pertama yaitu secara mekanik, dimana lahan dibajak dengan menggunakan traktor. Cara yang kedua yaitu secara manual, dimana setelah lahan
13
dibajak menggunakan traktor, maka lahan diolah lagi dengan menggunakan cangkul agar tekstur tanah benar-benar hancur. Tahap berikutnya yaitu pembersihan lahan. Lahan yang akan dipakai untuk menanam jagung harus
dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman (gambar 1).
Setelah tahap pembersihan lahan, selanjutnya menbuat bedengan. Bedengan dilengkapi dengan saluran pembuangan air. Ukuran bedengan adalah dengan lebar 10 m, panjang 10 m serta jarak antar bedengan 75 cm dan tinggi bedengan 20 cm (gambar 2). Selanjutnya, bedengan dipadatkan agar tanah tidak mudah longsor dan mempermudah dalam penanaman benih.
10 m 75 cm 20 cm
14
2.
Penanaman Benih jagung manis yang digunakan yaitu benih jagung manis Bonanza yang
memiliki umur tanam 70-80 hari (umur genjah), sehingga jarak tanam yang digunakan yaitu 75 cm x 25 cm dengan 1 benih per lubang tanam. Jarak tanam 75 cm x 25 cm merupakan jarak tanam yang baik untuk budidaya jagung manis karena jarak antar tanaman tidak terlalu lebar dan persentase cahaya yang dapat diteruskan oleh tanaman sangat kecil karena pertumbuhan tajuk tanaman sudah menutupi permukaan tanah, sehingga pertumbuhan gulma terhambat. Menurut Waxn and Stoller (1977), pada dasarnya pemakaian jarak tanam yang rapat bertujuan untuk meningkatkan hasil, asalkan faktor pembatas dapat dihindari sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman. Sehingga, total benih yang
dibutuhkan dengan jarak tanam 75 x 25 cm dan luas 100 m2 yaitu 533 benih atau sekitar setengah bungkus benih jagung manis. Penanaman dilakukan dengan pembuatan lubang tanam dan menggunakan tugal. Untuk lebar lahan, lubang tanam dibuat 8 lubang tanam, sedangkan untuk panjang lahan dibuat 66 lubang tanam. Kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang tanam tersebut.
3.
pemupukan, pengairan, dan pengamatan sehari-hari. a. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal di samping kanan dan kiri tanaman. Hal tersebut karena dengan ditugal, pupuk yang diberikan dapat
15
langsung diserap oleh tanaman yang hanya diberi pupuk saja. Dosis pemupukan yang digunakan adalah N 180 kg/Ha (urea 400 kg/ha), K 116 kg/Ha (KCL 200 kg/ha), dan P 36 kg/Ha (SP-36 100 kg/ha). Sehingga, diperoleh dosis untuk luasan 100 m2 dilihat pada tabel 2.
b.
dikendalikan karena pada tanaman jagung yang sudah berbuah, gulma tidak memberikan pengaruh yang baik kepada tanaman jagung. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dan kimia, yaitu dengan mengored, mencabut langsung gulma di lahan, dan dengan menggunakan cangkul, serta herbisida. Pada tanaman jagung manis yang masih muda, penyiangan dapat menggunakan tangan dan diharapkan tidak mengganggu akar tanaman yang belum cukup kuat. Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST atau
16
15 HST dan pada saat penyiangan sekaligus dilakukan penggemburan tanah disekitar tanaman (gambar 3).
Untuk tanaman yang berumur lebih dari 15 hari, penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored. Jika tanaman sudah tinggi atau berumur sekitar 30 HST, maka penyiangan harus dilakukan dengan menggunakan cangkul. Sedangkan jika rumput tidak dapat dikendalikan lagi, maka tanaman dibersihkan dari segala macam rumput pengganggu dengan menggunakan herbisida (gambar 4).
17
c.
Penyiraman Penyiraman tanaman jagung manis dari awal pertumbuhan sampai fase
generative yaitu dengan menggunakan sprinkle. Selain untuk menghemat tenaga, juga untuk menghemat waktu dalam penyiraman. Selain itu, penyiraman juga dilakukan bila kondisi tanah kering dan tanaman membutuhkan air.
d.
Pembubunan Pembubunan tanah dapat dilakukan jika kondisi tanah tidak menutup batang
atau rata dengan tanah. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu, untuk menutup akar yang bermunculan diatas permukaan tanah yang disebabkan oleh aerasi. Pembubunan dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau menggunakan cangkul dan kored (gambar 5).
18
4.
Panen dan Pasca Panen Jagung manis yang siap dipanen adalah jagung yang berumur 7-8 minggu
setelah berbunga (gambar 6A). Jagung siap dipanen jika telah terlihat isi biji dalam tongkol jagung penuh atau kelobot jagung mulai mengering (gambar 6B).
Cara panen jagung manis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau mematahkan tangkai buah jagung. Jagung yang telah dipanen kemudian dikumpulkan untuk dibersihkan agar layak untuk dipasarkan. Kemudian, menyimpannya dalam wadah yang bersih agar jagung dapat disimpan lebih lama (gambar 7).
19
IV.
4.1. Hasil 4.1.1. Hasil Panen Per Luasan 100 m2 Hasil yang didapatkan dari budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium dengan luas 100 m2 yaitu sebesar 426 tongkol jagung, sehingga tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman jagung yaitu : SRR (tingkat keberhasilan)
Penjualan jagung manis yaitu dengan harga Rp 12.000/bungkus, dimana 1 bungkus mempunyai berat 2,5 kg dengan isi per bungkus bervariasi yaitu 9-10 tongkol tergantung dari berat masing-masing tongkol, maka diperoleh HPP : HPP (Harga Pokok Penjualan)
HPP merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Manfaat HPP yaitu sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan (Fauzi, dkk, 2013).
20
Setelah dilakukan pengemasan dengan kantong plastik didapatkan 43 bungkus jagung manis atau sekitar 107,5 kg jagung manis. Maka hasil penjualan jagung manis yaitu : TR (penerimaan) TC (total biaya) TC (total biaya) = 43 bungkus x Rp 12.000 = Rp 516.000 = TFC (total fixed cost) + TVC (total variable cost) = Rp 26.250 + Rp 221.500 = Rp 247.750 /100 m2 Keuntungan = TR (penerimaan) TC (total biaya) = Rp 516.000 Rp 247.750 = Rp 268.250/ 100 m2 Keuntungan yang diterima dalam budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium yaitu Rp 268.250/100 m2 dengan biaya produksi Rp 247.750. untuk melihat kalyakan usaha tani budidaya jagung manis dengan
aplikasi pupuk nitrogen dan kalium diperoleh : a. Benefit Cost Ratio (B/C) B/C
B/C B/C Artinya setiap pengeluaran Rp 100, maka keuntungan yang diterima sebesar Rp 108. b. Return of infestment R/C
21
R/C R/C Artinya setiap penggunaan modal Rp 200, maka akan kembali menjadi Rp 208. c. Break Even Point (BEP) b
b b
BEP(unit)
BEP(unit)
BEP(unit) Artinya dalam usaha budidaya jagung manis perlu memproduksi 9,6 kg jagung manis agar mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan atau profit nol. BEP(rupiah)
BEP(rupiah)
22
BEP(rupiah) BEP(rupiah) Artinya uang penjualan yang harus diterima sebesar Rp 43.750 untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan atau agar tercapai BEP. Keterangan : p = harga jual per unit a = biaya tetap total (TFC) b = biaya variabel per unit q = jumlah/kuantitas tanaman
4.1.2. Konversi Hasil Panen Per Luasan Hektar (Ha) Hasil yang diperoleh jika tanaman jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium dikonveriskan ke Ha yaitu sebagai berikut : Jumlah populasi Jumlah populasi Jumlah populasi Sehingga, tingkat keberhasilan atau SRR yang didapat dengan hasil panen 42.666 tanaman yaitu : SRR (tingkat keberhasilan)
23
Setelah dilakukan pengemasan diperoleh 4.266 bungkus jagung dengan berat masing-masing 2,5 kg/ bungkus atau 10.665 kg jagung manis yang dihasilkan. Jagung manis dijual dengan harga Rp 12.000/bungkus. Maka, diperoleh HPP : HPP (Harga Pokok Penjualan)
Sehingga, hasil penjualan jagung manis yaitu : TR (penerimaan) TC (total biaya) TC (total biaya) = 4266 bungkus x Rp 12.000 = Rp 51.192.000 = TFC + TVC = Rp 51.250 + Rp 17.642.500 = Rp 17.693.750 Keuntungan = TR (penerimaan) TC (total biaya) = Rp 51.192.000 Rp 17.693.750 = Rp 33.498.250/Ha Keuntungan yang diterima dalam budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium yaitu Rp 33.498.250/Ha dengan biaya produksi Rp 17.693.750. Keuntungan tersebut dapat juga dilihat dari B/C ratio, R/C ratio, dan BEP sebagai berikut : a. Benefit Cost Ratio (B/C) B/C
B/C
24
B/C Artinya setiap pengeluaran Rp 100, maka keuntungan yang diterima sebesar Rp 189. b. Return of infestment R/C
R/C R/C Artinya setiap penggunaan modal Rp 200, maka akan kembali menjadi Rp 289. c. Break Even Point (BEP) b
b b BEP(unit)
BEP(unit) BEP(unit) Artinya dalam usaha budidaya jagung manis perlu memproduksi 16,3 kg jagung manis agar mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan atau profit nol.
25
BEP(rupiah)
BEP(rupiah)
BEP(rupiah) BEP(rupiah) Artinya uang penjualan yang harus diterima sebesar Rp 73.214 untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan atau agar tercapai BEP.
4.2. Pembahasan Budidaya jagung manis dalam Proyek Usaha Mandiri ini menggunakan dosis N 1,8 kg/100 m2, dosis K 1,75 kg/100 m2, dan dosis P 0,36 kg/100 m2. Dosis yang diberikan lebih banyak dari pada dosis budidaya secara konvensional, terutama dosis N dan K. Menurut Huelsen (1954), pemberian dosis N yang sedikit berlebih dapat mempengaruhi produksi, meningkatkan tinggi tanaman, dan diameter batang. Menurut Tisdale dan Nelson (1975), pemberian N berhubungan erat dengan penggunaan karbohidrat, bertambahnya N akan bertambah juga protein yang dibentuk dan membentuk protoplasma untuk pertumbuhan vegetative. Menurut Stanberry et all. (1963) bahwa peningkatan unsur N pada jagung manis dapat menambah bobot tongkol yang dapat dipasarkan. Sedangkan K yang berlebih berfungsi untuk membantu unsur N dalam pembentukkan karbohidrat dan proses fotosintesis yang terjadi selama pertumbuhan jagung manis.
26
Unsur kalium juga berperan dalam fotofosforilasi dalam proses fotosintesis. Tanaman yang mendapatkan K cukup akan tumbuh lebih cepat karena K dapat memelihara tekanan turgor sel secara konstan. Menurut Laegraid et al (1999), tekanan turgor sel yang konstan dapat memacu pembesaran sel-sel yang menyusun jaringan maristem, sehingga dapat mengasilkan tanaman yang tahan rebah. Tingkat keberhasilan budidaya jagung manis yaitu 80%. Sehingga,
persentase kegagalan yang diperoleh yaitu 20%. Hal itu, disebabkan terdapat kendala berupa serangan hama ulat yang merupakan hama utama. Akan tetapi, serangan tersebut dapat dikendalikan pada umur tanaman 30 HST dengan cara pemberian furadan pada bagian pucuk tanaman. Setelah itu, pengendalian juga dilakukan secara mekanik pada tanaman berumur 65 HST dengan cara mengumpulkan ulat-ulat lalu membunuh ulat-ulat tersebut sebelum menyerang tongkol jagung lebih lanjut. Dengan pengendalian ini, tongkol jagung yang
didapatkan sangat bagus dengan biji yang rapat. Menurut Jumadi (2008), tingkat keberhasilan budidaya jagung manis secara konvensional yaitu mencapai 90% lebih besar dari tingkat keberhasilan budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium (80%). Akan tetapi, tingkat keberhasilan 80% dapat memproduksi jagung manis 10,6 ton/Ha dengan ukuran tongkol jagung yang besar dan berbiji rapat, serta memperoleh keuntungan Rp 33.498.250. Budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium ini termasuk usaha yang layak dikembangkan, melihat nilai dari B/C ratio dalam luasan 100 m2 > 1 yaitu 1,08. Benefit cost ratio (B/C) merupakan salah satu cara untuk mengukur kelayakan usaha tani budidaya jagung manis dengan aplikasi
27
pupuk nitrogen dan kalium yang sederhana, yang merupakan rasio antara keuntungan dengan total biaya usaha. Hal ini sejalan dengan pernyataan Waruwu, Dina M. E (2011), jika B/C = 1 maka usaha hanya mampu mengembalikan sebesar opportunity cost-nya, jika B/C > 1 maka usaha layak untuk dilaksanakan, dan jika B/C < 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Selain itu, R/C ratio dalam luasan 100 m2 diperoleh 2,08 artinya artinya setiap penggunaan modal Rp 200, akan kembali menjadi Rp 208. Sehingga budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium layak diusahakan. Menurut Rahmanto, Bambang, et. Al., (1998), bahwa suatu usaha apabila memiliki R/C ratio > 1, maka usaha layak secara finansial. Usaha juga perlu
dikembangkan melihat dari nilai BEP (Break Even Point) yang merupakan salah satu metode pengendalian biaya produksi karena biaya produksi merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam mencapai efisiensi, dengan break even point (BEP) dapat diketahui analisis pulang pokok dalam suatu usaha tani. BEP yang diperoleh yaitu 9,6 kg untuk BEP(unit) dan Rp 43.750 untuk BEP(rupiah), dapat diartikan bahwa usaha akan pulang pokok jika dapat memproduksi jagung manis minimal 9,6 kg dengan biaya Rp 43.750. Menurut Yaman, Aman M (2010), BEP dikatakan layak jika nilai BEP harga lebih rendah dari pada harga yang berlaku saat ini. Sedangkan analisis usaha tani budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium jika dikonversikan per Ha yaitu diperoleh populasi tanaman 53.333 dengan tingkat keberhasilan yang sama 80%, sehingga didapatkan 42.666 tanaman atau 10.665 kg ketika dipanen. Usaha budidaya jagung manis ini
semakin terlihat layak untuk dikembangkan. Menurut Warsana (2007), Pada usaha
28
tani jagung luas lahan jagung akan berpengaruh pada produksi. Hal itu berarti nilai HPP yang rendah pada luasan Ha dibandingkan dengan luasan 100 m2 menunjukkan bahwa produksi jagung manis semakin meningkat. Keuntungan yang diperoleh pun sangat besar yaitu Rp 33.498.250 dengan biaya produksi hanya Rp 17.693.750. Selain itu, nilai dari B/C ratio yang diperoleh 1,89 dan nilai R/C yang diperoleh pun 2,89 serta BEP(unit) 16,3 kg dan BEP(rupiah) Rp 73.214. Sehingga, dapat diartikan bahwa usaha budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium sangat layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hasil panen budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium menunjukkan hasil panen yang baik dari pada hasil panen secara konvensional yaitu mencapai 10.665 kg/Ha atau 10,67 ton/Ha. Menurut Jumadi (2008) hasil panen jagung secara konvensional hanya menghasilkan 8 ton/Ha dengan menggunakan dosis N 300 kg/Ha, P 100 kg/Ha, dan K 100 kg/Ha. Untuk pemasaran jagung manis yaitu dengan masyarakat perumahan serta mahasiswa-mahasiswa Polinela. Alasan hanya dipasarkan disekitaran perumahan dan mahasiswa karena sudah banyaknya pasokan yang tersedia dipasar. Banyaknya peminat jagung manis selain karena bertepatan dengan tahun baru, juga karena jagung manis yang dihasilkan memiliki ukuran tongkol yang besar dengan biji yang rapat serta rasa yang sangat manis berbeda dengan jagung manis lainnya karena dosis nitrogen dan kalium yang diberikan lebih banyak dari dosis secara konvensional.
29
V.
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari usaha budidaya jagung manis, dapat disimpulkan bahwa : 1. Budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium menggunakan dosis pupuk N 1,8 kg/100m2 (setara dengan urea 4 kg/100m2), dan dosis K 1,75 kg/100m2 (setara dengan KCL 2 kg/100m2). Dosis ini lebih tinggi dari dosis pemupukan N dan K secara konvensional yaitu N 1,35 kg/100m2 dan K 0,58 kg/100m2. 2. Hasil panen dengan aplikasi pupuk Nitrogen (180 kg/Ha), dan Kalium (116 kg/Ha) memiliki hasil 10,67 ton/Ha, lebih tinggi dari hasil panen pemupukan konvensional (N 135 kg/Ha dan K 58 kg/Ha) menghasilkan 8,2 ton/Ha yang dilakukan oleh Jumadi (2008). 3. Untuk luasan 100 m2, usaha tani dengan menggunakan aplikasi pupuk nitrogen dan kalium layak secara ekonomi dengan ditunjukkan dari nilai B/C 1,08, R/C 2,08, dan BEP(unit) 9,6 kg dan BEP(rupiah) Rp 43.750 dan konversi per Ha usaha budidaya jagung manis memberikan kelayakan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan nilai B/C 1,89, R/C 2,89, dan BEP(unit) 16,3 kg dan BEP(rupiah) Rp 73.214. 5.2. Saran Usaha tani jagung manis dengan menggunakan dosis pupuk N dan K tinggi sebaiknya diusahakan dalam luasan yang lebih luas agar dapat diperoleh keuntungan dan kelayakan usaha yang lebih besar.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Data Pemintaan, Penawaran, dan Neraca Jagung. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Anonim. 2012. Pengertian Definisi Dan Rumus BEP/ Titik Impas. http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/pengertian-definisi-dan-rumus-beptitik.html. Diakses pada tanggal 24 Januari 2013. Adri Haris S dan Veronica Krestiani . 2005. Studi Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Varietas SuperBee. http://eprints.umk.ac.id/103/1/STUDI_PEMUPUKAN_KALIUM_TERHAD AP_PERTUMBUHAN.pdf. Diakses pada tanggal 24 Januari 2013. Askari. 2010. Pupuk NPK. http://wahyuaskari.wordpress.com/umum/pupuk-n-pk/. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012. Choon, Lee Nyuk. 1987. Pengaruh Pemupukan Nitrogen Tinggi Dan Kalium Terhadap Produksi Dan Rasa Manis Pada Jagung Manis (zea mays saccharata sturt). Skripsi S-1 Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012. FKA. 2008. Jagung Manis Open Pollinated. http://foragri.blogsome.com/jagungmanis-open-pollineted/. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Ibrahim. 2000. Bisnis Jagung Manis. http://mitra-bisnis.tripod.com/sweet.html. Diakses pada tangga 1 Agustus 2012. Joni. 2010. Unsur Nitrogen Dan Peranannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. http://bibirmemble.wordpress.com/2010/03/23/unsur-nitrogen-danperanannya-terhadap-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Jumadi. 2008. Tanam Jagung Manis Sistem Galangan. http://informasibudidaya.blogspot.com/2008/12/tanam-jagung-manis-sistim-galangan.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013. Kasmadi. 2010. Kandungan Dan Manfaat Pupuk NPK. http://kasmadikasmadi.blogspot.com/2010/05/kandungan-manfaat-pupuk-npk.html. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012. Maruapey, Ajang, 2008. Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis.
31
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/3bpros11.pdf. Diakses pada tanggal 24 Januari 2013. Rahmanto, B dan Made Oka Adnyana. 1988. Potensi SUTPA dalam Meningkatkan Kemampuan Daya Saing Komoditas Pangan di Jawa Tengah. Prosiding Ekonomi Pedesaan dan Peningkatan Daya Saing Sektor Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Redhelga. 2010. Kandungan Gizi Jagung Manis. http://eemooesprit.blogspot.com/2010/10/kandungan-gizi-jagung-manis-sweet-corn.html. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Subekti, Nuning Argo, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012. Morfologi Tanaman Dan Fase Pertumbuhan Jagung. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10232.pdf. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Vadheela, anna. 2012. Jagung Manis no 4. http://ml.scribd.com/doc/38158723/JagungManis-no4. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Warsana. 2007. Analisis Efisiensi Dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi Di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora). Tesis S-2 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/17660/1/WARSANA.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013. Waruwu, Dina M. E. 2011. Analisis Finansial Usaha tani Paprika Pada PT Saung Mirwan Di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/49896/H11dme.pdf?se quence=1. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013. Wikipedia. 2012. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2012. Yaman, Aman. 2010. Dalam buku : Ayam Kampung Unggul. Bogor: Penebar Swadaya.http://books.google.co.id/books?id=jw1sBW1BpH0C&pg=PA126& lpg=PA126&dq=r/c+ratio+dikatakan+layak&source=bl&ots=KLezBDCom&sig=DS6GCdtlFzsJi6mpnb3xuhX_NS4&hl=id&sa=X&ei=Hr HrwBU1Do_zrQeRkoGAAQ&ved=0CEIQ6AEwBQ#v=onepage&q=r%2Fc %20ratio%20dikatakan%20layak&f=false. Diakses pada tanggal 25 Januari 2013.
LAMPIRAN
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Budidaya Jagung Manis Dengan Aplikasi Pupuk Nitrogen Dan Kalium
Agus 1 X X X X X X X 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Okt Nov Des Keterangan :
No
Mencari alat dan bahan yang diperlukan Pengolahan lahan (membuat bedengan, lubang tanam, menanam) Pemeliharaan tanaman dan pemupukan pertama
Pembubunan tanaman
Pemupukan kedua
Pemupukan ketiga
X X X X X
10
11
12
Panen
32
33
LAMPIRAN Tabel 4. Rincian Jadwal Kegiatan Budidaya Jagung Manis Dengan Aplikasi Pupuk Nitrogen Dan Kalium
No 1 2
Kegiatan yang Dilakukan Mencari alat dan bahan yang diperlukan Pengolahan lahan (membuat bedengan, lubang tanam, menanam) Pemeliharaan tanaman (mengored lahan) dan pemupukan pertama Pemeliharaan tanaman (pembubunan tanaman) Pemeliharaan tanaman (mengored) Pemupukan kedua. Pemeliharaan tanaman (pembubunan) Pemupukan ketiga Pemeliharaan tanaman (mengored lahan) Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman Panen
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
25 Oktober 2012 6 November 2012 13 November 2012 18 November 2012 26 November 2012 4 Desember 2012 10 Desember 2012 17 Desember 2012 24 Desember 2012 30 Desember 2012
34
Rp 150.000 Rp 250.000
Rp 12.500 Rp 26.250
Harga satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 20.000 6.250 4.500 27.000 2.500 3.000 6.000 5.000 5.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
Total harga Rp 20.000 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 25.000 9.000 27.000 10.000 3.000 18.000 5.000 5.000
35
Rp 12.500 Rp 51.250
Rp 3.000.000 Rp 17.642.500