You are on page 1of 30

Eka Rachmawati 10.2007.

138

HERNIA INGUINALIS DEXTRA REPONIBLE

PENDAHULUAN
Hernia adalah keadaan dimana bagian usus keluar / menonjol melalui dinding perut yang mengalami kelemahan. Hernia inguinalis terjadi pada pangkal paha (daerah antara perut dan paha). Disebut "inguinal" karena usus keluar melalui bagian lemah yang disebut "kanalis inguinalis
Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia yaitu usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

Berdasarkan Terjadinya :
Hernia konginetal ( bawaan sejak lahir ), misalnya Hernia umbilicalis, yakni hernia pada pusar yang menonjol ketika bayi

menangis, mengejan, batuk dan aktifitas lain yang menyebabkan tekanan rongga perut (abdomen) menigkat.
Hernia didapat ( aquired ), yakni hernia yang

timbul karena berbagai faktor pemicu.

Menurut Sifatnya :
Hernia reponibilis, yakni hernia yang masih dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong

masuk Hernia irreponibililis. apabila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada perineum kantong hernia. Hernia akreta, yakni Hernia tanpa adanya keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit

Etiologi
Kegemukan, kehamilan, angkat berat, dan

mengedan saat buang air besar dapat menyebabkan keluarnya usus melalui kanalis inguinalis.
Dapat di sebabkan karena lemahnya jaringan

penyangga saluran inguinal dan peningkatan tekanan rongga perut yang berkepanjangan.

Manifestasi Klinis
Reponible : Benjolan di daerah lipat paha atau

umbilikus tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus akan terasa besar sebelah.
Irreponible : benjolan yang ada sudah menetap,

baik di lipat paha maupun di daerah pusat.

Incarcerata : benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran makanan. Tak hanya benjolan, keadaan klinis pun

mulai berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.
Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang

paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul, seperti demam, nyeri dan dehidrasi

Patofisologi Hernia Inguinal


dibagi menjadi dua, yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia inguinalis medialis (HIM)
Hernia inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga organorgan dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan di lipat paha sampai skrotum.

hernia ingunalis medialis timbul karena adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu

PENATALAKSANAAN
Persiapan Bedah 1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. 2. Pengosongan kandung kemih. 3. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi). 4. Pemeriksaan fisik ulang 5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya. 6. Premedikasi

A. Pra Operasi
a. Anamnesis
Riwayat Penyakit Pasien dan Keluarganya Riwayat Pembedahan Sebelumnya

Riwayat Kebiasaan Buruk


Riwayat Alergi Obat

Alergi perlu diwaspadai karena alergi dapat menimbulkan bahaya besar seperti syok anafilaktik Riwayat Obat-obatan yang sedang di gunakan

b.Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum (TB, BB, Vital sign) 2. Status Gizi 3. Status Psikis 4. Sistemik a. Kepala leher :
o o o o o

Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah Mandibula : bentuk mandibula Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi. Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku), penyakit di leher (sikatrik, struma, tumor) yang akan menyulitkan intubasi

o Asesori : lensa kontak.

b. Toraks (Jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit pernapasan dan sirkulasi

c. Abdomen : sirosis, kembung


d. Ekstremitas : melihat bentuk vena, tanda-tanda edema. e. Tulang belakang /vertebra : jika akan dilakukan anestesi subarakhonoid ataupun epidural. Apakah ada skoliosis, athrosis, infeksi kulit di punggung.

c. Pemeriksaan Penunjang 1. Complete blood count Hb, leukosit, hitung jenis, golongan darah 2. Elektrolit ( Na, K, 3. Urinalisis ( Ureum, Kreatinin) 4. EKG, Foto toraks Setelah kondisi pasien diketahui, anestetis kemudian dapat meramalkan prognosa pasien serta merencakan teknik dan obat anestesi yang akan digunakan.

Kriteria Prognosa Berdasarkan ASA :


ASA 1 ; tanpa ada penyakit sistemik

ASA 2 ; kelainan sistemik ringan sampai sedang. Misalnya apendisitis akut tanpa komplikasi
ASA 3 ; kelainan sistemik berat, ketergantungan

pada obat-obat, aktivitas terbatas. Misal ileus ASA 4; kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa, sangat tergantung dengan obat- obat, aktivitas sangat terbatas. ASA 5; dioperasi ataupun tidak, dalam 24 jam akan mati juga. Tanda-tandanya : nadi tidak teraba, pasien ruptur aneurisma aorta.

B. Intra Operasi
1. Pre medikasi

Pada tindakan anestesi diberikan premedikasi berupa ondansetron 4 mg i.v dan antrain 1000 mgr i.v. Ondancentron diberikan dengan tujuan mencegah mual dan muntah pasca operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak nyaman.

2. Pilihan Anestesi Lokasi : Ekterimitas bawah, bedah panggul Posisi : Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus. Type Anestesi : anestesi regional spinal. obat anastesi disuntikan kedaerah ke daerah subarrachnoid sampai ke spinal cord. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulangpunggung ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4 atau L4-5.

Indikasi

Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan 1. tungkai bawah, panggul, dan perineum. 2. bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetric, dan bedah anak.

Kontraindikasi

Kontraindikasi mutlak : infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan tekanan intracranial. Kontraindikasi relatif : neuropati, prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS, heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil,

3.Monitoring
a.

Monitoring Fisiologis Melakukan balance cairan Memantau kondisi cardiopulmonal. Pemantauan terhadap perubahan vital sign.

b. Monitoring Psikologis Memberikan dukungan emosional pada pasien. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi. Mengkaji status emosional klien. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan).

c. Suplai cairan Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan perioperatif, yaitu : 1. Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari.

2. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif (sektar 6-12 jam), kemungkinan meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum dilakukan pembedahan.

3. Kehilangan cairan saat pembedahan a. perdarahan Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari : botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah (suction pump) dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah 100-10 ml.

Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah:

1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar 1gr% dan hematokrit 2-3% pada dewasa. Transfusi 10 cc/kgBB sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin 3gr% Monitor organ-organ vital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis 1 ml/kgBB/jam ml/kgBB/jam.

b. Kehilangan cairan lainnya Pengganti defisit Pra bedah cukup diganti dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam lama puasa.

Terapi cairan selama pembedahan Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.

1. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan

saja selama pembedahan.


2. Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan. Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang seperti Ringer Laktat atau Normosol-R.

3. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam

POST OPERASI
1. Observasi Pulih-sadar
1. Management nyeri dengan obat-obatan

analgetik.

KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien seorang laki-laki berusia 25 tahun dengan diagnosis Hernia Inguinalis Dekstra Repponibel dan akan dilakukan herniotomi. Jenis anestesi yang digunakan adalah regional anastesi-anastesi spinal dengan teknik subarachnoid block yaitu anastesi pada ruang subarachnoid kanalis spinalis regio antara vertebra lumbal 4-5

You might also like