You are on page 1of 14

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II ASUHAN KEPERAWATAN MENINGOKEL

DOSEN PENGAMPU : ARMY NAJMUNA S,Kep .NS

Nama kelompok : 1. Habiburrohman 2. Riswanti kusmaningrum 3. Defi ratnasari 4. Lovina santika 5. Edi harjanto

STIKES ALMA ATA PRODI S-I ILMU KEPERAWATAN


1

YOGYAKARTA 2013 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Meningokel Pada Anakini dengan baik. Kami ucapkan terimakasih pada Ibu Army najmuna,S.kep.,Ns. yang memberikan arahan dan tugas makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan untuk teman-teman dan bagi para pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,maka kami butuh saran agar makalah ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 29 Maret 2013

(..........................................)
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1 DAFTAR ISI.............................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ........................................................................................3 B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................4 C. TUJUAN .............................................................................................................4 D. MANFAAT .........................................................................................................4 BAB 1I PEMBAHASAN A. PENGERTIAN MENINGOKEL.........................................................................5 B. ETIOLOGI ..........................................................................................................5 C. TANDA DAN GEJALA .....................................................................................6 D. PATOFISIOLOGI ...............................................................................................6 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................7 F. PENATALAKSANAAN ....................................................................................7 G. KOMPLIKASI ....................................................................................................8 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN ....................................................................................................9 B. DIAGNOSA ........................................................................................................9 C. ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................................9
3

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................................................................11 B. SARAN .............................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA

BAB l PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Cacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan (bahan teratogenik). Bila cacat bawaan terutama malformasi multipel disertai dengan retardasi mental dan kelainan rajah tangan (dermataoglifi) memberikan kecurigaan kelainan genetik (kromosomal). Penyakit genetik adalah penyakit yang terjadi akibat cacat bahan keturunan pada saat sebelum dan sedang terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat pewarisan dan diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh lingkungan seperti radiasi sinar radioaktif dan

kekurangan/kelebihan bahan nutrisi juga dapat menyebabkan cacat bawaan. Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya meningokel dan ensefalokel.
4

Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang. Meningokel biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis ( dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal.

B. RUMUSAN MASALAH 1) Apa definisi Meningokel ? 2) Apa saja klasifikasi Meningokel ? 3) Apa etilogi dari Meningokel ? 4) Bagaimana tanda dan gejala Meningokel ? 5) Bagaimana patofisiologi dari Meningokel ? 6) Bagiamana penatalaksanaan pada Meningokel ? 7) Apa pemeriksaan penunjang dari Meningokel ? 8) Apa komplikasi dari Meningokel ? 9) Bagaimana asuhan keperawatan Meningokel ?

C. TUJUAN a. Tujuan umum Mengetahui gambaran pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan

b. Meningokel Tujuan khusus 1. Mengetahui definisi Meningokel 2. Mengetahui saja klasifikasi Meningokel 3. Mengetahui etilogi dari Meningokel 4. Mengetahui tanda dan gejala Meningokel 5. Mengetahui patofisiologi dari Meningokel 6. Mengetahui penatalaksanaan pada Meningokel 7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Meningokel 8. Mengetahui komplikasi dari Meningokel 9. Mengetahui asuhan keperawatan dari Meningokel D. MANFAAT Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tenaga perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Meningokel.

BAB ll PEMBAHASAN A. PENGERTIAN MENINGOKEL Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista di garis tulang belakang yang umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral. Lapisan meningel berupa durameter dan arachnoid ke luar kanalis vertebralis, sedangkan medulla spinalis masih di tempat yang normal. Benjolan ditutup dengan membrane tipis yang semi-transparan berwarna kebirubiruan atau ditutup sama sekali oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikhosis atau nevus. Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf pusat di dinding benjolan.
6

Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.

B. ETIOLOGI Penyebab spesifik dari meningokel atau spina bifida belum diketahui.Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Tuba neural umumnya lengkap empat minggu setelah konsepsi. Hal-hal berikut ini telah ditetapkan sebagai faktor penyebab; kadar vitamin maternalrendah, termasuk asam folat, mengonsumsi klomifen dan asam valfroat, danhipertermia selama kehamilan. Diperkirakan hampir 50% defek tuba neural dapatdicegah jika wanita bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsitermasuk asam folat. Kelainan kongenital SSP yang paling sering dan penting ialah defek tabung neural yang terjadi pada 3-4 per 100.000 lahir hidup. Bermacam-macam penyebab yang berat menentukan morbiditas dan mortalitas, tetapi banyak dari abnormalitas ini mempunyai makna klinis yang kecil dan hanyadapat dideteksi pada kehidupan lanjut yang ditemukan secara kebetulan.

C. TANDA DAN GEJALA Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau akar saraf yang terkena.

Gejala pada umumnya berupa penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi, inkontinesia uri maupun inkontinensia tinja. Korda spinalis yang tekena rentan terhadap infeksi (meningitis). 1) Gangguan persarafan 2) Gangguan mental 3) Gangguan tingkat kesadaran

D. PATOFISIOLOGI Ada dua jenis kegagalan penyatuan lamina vertebrata dan kolumna spinalisyaitu spina bifida okulta dan spina bifida sistika.Spina bifida okulta adalah defek penutupan dengan meningen tidak terpajan di permukaan kulit. Defek vertebralnya kecil, umumnya pada daerah lumbosakral. Spina bifida sistika adalah defek penutupan yang menyebabkan penonjolanmedula spinalis dan pembungkusnya. Meningokel adalah penonjolan yang terdiridari meninges dan sebuah kantong berisi cairan serebrospinal (CSS): penonjolanini tertutup kulit biasa. Tidak ada kelainan neurologi, dan medulla spinalis tidak terkena. Hidrosefalus terdapat pada 20% kasus spina bifida sistika. Meningokelumumnya terdapat pada lumbosakral atau sacral. Hidrosefalus terdapat padahampir semua anak yang menderita spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira60% sampai 70% tersebut memiliki IQ normal.Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD (neural tube defect)merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio.Akan tetapi, ada bukti bahwa defek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairanserebrospinal selama trimester pertama. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan. 2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra

3. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.

F. PENATALAKSANAAN Tujuan dari pengobatan awal meningokel adalah mengurangi kerusakan saraf, meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi kelainan ini. Pembedahan dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah rupture. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan kulit diperlakukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai system tubuh. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati dn mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan lainnya diberikan antibiotic. Untuk membantu memperlancar aliran kemih bias dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan. Untuk mengatasi gejala muskulo skeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik. Keleinan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting untuk memperbaiki hidrosefalus. Seksio sesarae terencana, sebelum melahirkan, dapat mengurangi kerusakan neurologis yang terjadi pada bayi dengan defek korda spinalis. Penatalaksanaan: 1) Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan kedalam incubator dengan kondisi tanpa baju. 2) Bayi dalam posisi telungkup atau tidurjika kantungnya besar untuk mencegah infeksi. 3) Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah dan ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tidakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent
9

Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang dan ubun-ubun akan besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi urin dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.

G. KOMPLIKASI 1. Hedeosefalus 2. Meningitis 3. Hidrosiringomielia 4. Intraspinal tumor 5. Kiposkoliosis 6. Kelemahan permanen atau paralisis pada ekstermitas bawah 7. Serebral palsy disfungsi batang otak 8. Infeksi pada sistem organ lain 9. Sindroma Arnold-Chiari 10. Gangguan pertumbuhan

10

BAB ll ASUHAN KEPERWATAN A. PENGKAJIAN 1) Identitas pasien dan keluarga 2) Riwayat kesehatan 3) Riwayat kebutuhan sehari-hari 4) Riwayat psikososial 5) Pemeriksaan fisik

B. DIAGNOSA 1. Nyeri berhubungan dengan tekanan otak yang menonjol 2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya benjolan dengan luka terbuka 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema atau tekanan

C. ASUHAN KEPERAWATAN No Dx 1 Nyeri Noc Diharapkan setelah diberikan berhubunga perawatan selama 2x24 jam n dengan derajat nyeri dapat diturunkan dengan kriteria hasil : tekanan otak yang Klien tidak rewel Klien tidak gelisah menonjol Nic Kaji tingkat nyeri Lakukan (pengalihan nyeri) Ciptakan lingkungan yang nyaman Berikan analgetik distraksi

11

Klien tidak meringis

Resiko infeksi n

Setelah

di terjadi

lakukan selama

tindakan Monitor keadaan luka

keperawatan

berhubunga tidak adanya benjolan dengan luka terbuka

2x24jam Rawat luka dengan teknik infeksi dengan aseptik Kolaborasi dengan dokter beri cairan antibiotik

dengan kriteria hasil : Luka bersih dan tidak basah

Kerusakan integritas kulit n

Setelah

di

lakukan selama

tindakan Anjurkan 3x24jam menggunakan longgar Hindari kerutan

untuk pakaian pada

keperawatan

kerusakan integritas kulit teratasi dengan Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan

berhubunga dengan kriteria hasil : adanya tekanan

tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleska lotion/baby oil pada daerah yang tertekan Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka

edema atau Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik

12

BAB lV PENUTUP A. KESIMPULAN Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling seringterjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat didaerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaputotak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi.

B. SARAN Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.

13

DAFTAR PUSTAKA Elizabet J. Corwin. 2000. Buku saku patofisiologi . EGC: Jakarta Marliynn E. Doengoes, Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. NANDA (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. Philadelphia: NANDA International

14

You might also like