You are on page 1of 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

TUGAS GEOTEKNIK TAMBANG

OLEH : M. ANSHARI AKBAR D62108258

MAKASSAR 2011

Faktor keamanan minimum menurut beberapa ahli Metode Fellenius Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-failure). Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian berdasarkan kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng (toe failure), longsorang muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams). Metode Bishop 1) Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran 2) Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan 3) Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum. Metode Janbu 1) Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang longsornya tidak berbentuk busur lingkaran. 2) Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa batuan atau tanah.

3) Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali untuk mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan terendah. Klasifikasi kuat tekan uniaxial Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength, UCS) dan uji point load (point load test, PLI). UCS menggunakan mesin kuat tekan untuk menekan batuan dari satu arah (uniaksial). Sampel batuan yang di uji dalam bentuk silinder (tabung) dengan perbandingan antara tinggi dan diameter tertentu. Perbandingan ini dapat berpengaruh terhadap nilai UCS yang dihasilkan. Semakn besar perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin kecil. Metode analisis kestabilan lereng Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual, cara komputasi dan cara grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut : 1) Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di lapangan dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau diperkirakan bergerak dan yang yang tidak, cara ini memperkirakan lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi gerakan tanah dalam suatu peta lereng. 2) Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi : (a) tak terdrainase, (b) efektif untuk beberapa kasus pembebanan, (c) meningkat sejalan peningkatan konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau dengan kedalaman, (d) berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu) atau terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air tanah. Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis lereng tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai bidang gelincir saya yang dapat dihitung. 3) Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor, Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini dilakukan untuk material homogen dengan struktur sederhana. Material yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan strike/dip lapisan batuan.

Alat-alat monitoring kondisi lereng Dalam menetapkan kriteria desain Pit Slope, asumsi biasanya dibuat dengan cara menyederhanakan dalam menentukan karakteristik massa batuan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, perlu dan harus dilakukan pemantauan terhadap kinerja dinding lereng bukaan tambang. Berdasarkan hasil pemantauan aktual yang diperoleh, jika dipandang perlu, penyesuaian-penyesuaian terhadap desain dapat dilakukan. Kemungkinan sumber-sumber ketidaksesuaian, antara lain; kondisi geoteknik massa batuan, struktur geologi, interpretasi yang tidak benar (dalam asumsi level air tanah, beban luar, getaran),kesalahan orang, dan variasi dalam operasi penambangan. Pit Slope Monitoring adalah alat atau sarana yang sangat penting untuk memahami prilaku massa batuan (rockmass behaviour) dan mengidentifikasi area-area yang berpotensi untuk longsor. Program monitoring yang didesain dan diterapkan dengan baik dapat membantu untuk membedakan antara level risiko longsoran yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Deteksi dini terhadap suatu risiko longsoran yang tidak dapat diterima (yang dapat merugikan bagi keselamatan orang, peralatan atau kegiatan produksi) melalui sistem monitoring yang tepat, memungkinkan dapat dilakukan suatu tindakan yang diperlukan sebelum longsoran terjadi. Program monitoring yang digunakan tergantung dari kondisi spesifik massa batuan lereng yang akan dipantau. Jika sistem monitoring yang diterapkan baik dan memberikan hasil interpretasi yang baik tentang kondisi massa batuan, maka kemungkinan terjadinya kelongsoran yang tidak diharapkan secara signifikan akan berkurang. Pekerjaan geotek di tambang Geoteknik adalah ilmu yang mempelajari perilaku tanah maupun batuan. Di alam dunia pertambangan peran seorang geotek sangatlah penting. Tidak hanya untuk mendesain atau menganalisis lereng agar aman, akan tetapi geoteknik engineer juga diperlukan untuk mendesain stock pile, barge loading Conveyor/ Jety Manual maupun pelabuhan. Seorang geotek akan melakukan perhitungan seberapa besar beban yang dapat diterima oleh suatu tanah/batuan, sehingga dapat mencegah terjadinya longsor akibat beban yang berlebihan yang ditanggung oleh tanah/batuan tersebut. Banyak perusahaan tambang kita yang masih mengabaikan peran geoteknik di dalam tambang. Anggapan bahwa penyelidikan geoteknik itu mahal adalah salah. Biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan geoteknik tidaklah semahal biaya yang akan terbuang bila terjadi longsor di tambang, stock pile, barge loading atau bahkan pelabuhan. Sebagai contoh, perusahaan tambang yang baru sekitar satu minggu memasang hopper seberat 200 ton di lokasi barge loading conveyor, tiba-tiba mengalami longsor. Hopper terlepas dari pondasinya dan menggeser semua bangunan yang sudah terpasang disekitar BLC. Kaki conveyor terangkat, dolpin bergerak dan jatuh ke sungai akibat terjadinya pergerakan tanah

disekitarnya. Kerugian struktur yang diderita mencapai lebih dari 1M, belum lagi kerugian yang timbul akibat terhentinya aktifitas disekitar BLC. Banyak juga perusahaan tambang yang membuat lokasi stock pilenya dekat dengan sungai. Akibat beban yang berlebihan dari penumpukan batubara, lebih besar maka sebagian dari batubara tersebut longsor ke sungai. Dapat dibayangkan berapa kerugian yang diderita oleh perusahaan akibat hilangnya batubara dan pencemaran yang ditimbulkan. Untuk itulah peran geotek cukup penting agar terhindar dari kerugian-kerugian tersebut. Pekerjaan penting lain yang harus dilakukan seorang engineer geotek adalah memberikan panduan kepada pihak terkait mengenai potensi bahaya geoteknik yang akan terjadi kepada pihak terkait (manajemen perusahaan, institusi, mineplanner, dll). Peran seorang engineer geotek secara umum dalam pertambangan adalah : 1. Eksplorasi dan Mine Development. Geoteknik diperlukan untuk memandu kepada arah pembuatan desain pit yang optimal dan aman (single slope degree, overall slope degree, tinggi bench, potensi bahaya longsor yang ada contohnya: longsoran bidang, baji, topling busur, dll) sesuai dengan kriteria faktor keamanannya. Disini ahli geotek tidak hanya melakukan analisis namun juga ikut turun memetakan kondisi geologi (patahan/lipatan/rekahan, dll) dilokasi yang akan dibuka tambang. Selain itu juga geoteknik diperlukan dalam pembangunan infrastruktur tambang seperti stockpile, port, jalan hauling di areal lemah, dll. Disini, peran ahli geotek adalah memberikan analisis mengenai daya dukung tanah yang aman, cut fill volume, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi faktor keamanan sehingga ketika dilakukan kontruksi dan digunakan tidak terjadi longsoran (failure). 2. Operasional Tambang Pada kondisi ini ahli geotek berperan dalam pengawasan kondisi pit dan infrastruktur yang ada, sebagai contoh pengawasan pergerakan lereng tambang, zona-zona potensi longsor di areal tambang (pit dan waste dump) akibat proses penambangan, prediksi kapan longsor akan terjadi, apakah berbahaya untuk operasional di pit atau tidak, langkah apa saja yang harus dilakukan untuk mengantisipasi longsor seperti mengevakuasi alat, melakukan push back untuk menurunkan derajat kemiringan lereng, melakukan penguatan, melakukan pengeboran horizontal untuk mengeluarkan air tanah,dll. Disini peran ahli geotek memandu tim safety dalam pengawasan operasional tambang dan ahli geotek bisa melakukan penyetopan operasional pit jika membahayakan keselamatan manusia dan alat, hal ini juga berlaku pada infrastruktur. 3. Post Mining (Pasca Penambangan) Setelah kegiatan penambangan selesai, geotek bekerja sama dengan safety juga berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste dump dan pit dalam kondisi aman dan tidak terjadi longsor dalam jangka waktu lama, karena setelah tambang selesai lahan tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah dan masyarakat dan menyangkut masalah citra perusahaan, bagi perusahaan yang berstatus green company hal ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan.

Cara pengujian laboratorium untuk sifat fisik kuat geser dan kuat tarik uniaxial Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis daya dukung tanah, stabilitas lereng dan stabilitas dinding penahan tanah, dan nilai parameter ini diperoleh dengan melakukan pengujian di laboratorium. Pengujian kuat geser tanah di laboratorium dapat dilakukan dengan memakai berbagai peralatan, seperti Unconfined Compression Strength, Direct Shear, dan Triaxial. Sesuai dengan karakteristik peralatan tersebut, setiap pengujian menghasilkan nilai parameter yang berbeda beda untuk sampel uji yang sama. Hal ini terjadi karena prosedur pengujian dan cara kerja alat yang berbeda serta target hasil uji utama dari masing-masing peralatan dalam menentukan parameter tanah (Ardana, 2008). Pengujian yang sering dilakukan yaitu pengujian triaksial karena dapat dimodelkan sesuai kondisi lapangan sehingga menghasilkan data yang lebih akurat. Pengujian Triaksial lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengujian geser lainnya. Pada penelitian ini akan membandingkan antara hasil pengujian Triaksial dan pengujian unconfined compression strength pada kondisi consolidated undrained. Dengan membandingkan kedua hasil pengujian ini akan dibuat korelasi nilai parameter kuat geser tanah sehingga nantinya dengan melakukan pengujian UCS dapat diperoleh nilai kuat geser tanah yang setara dengan pengujian triaksial dengan waktu yang relatif singkat . Tanah merupakan material berbutir, sehingga keruntuhan tanah terutama disebabkan oleh terguling atau tergelincirnya butiran-butiran dan bukan oleh tarikan atau tekanan yang sederhana saja. Oleh karena sifat keruntuhan ini, tegangan yang ditinjau adalah tegangan geser, sedangkan tahanan tanah atau kekuatannya yang ditinjau adalah kuat geser. Uji triaksial lebih rumit dari pada uji geser langsung, namun uji triaksial juga lebih memuaskan. Kita bisa mengontrol kondisi pengaliran air dengan baik, pengukuran perubahan volume lebih teliti, kondisi tegangan bisa diketahui pada semua tahapan pembebanan sepanjang uji triaksial dimana pada uji geser langsung hanya kondisi tegangan pada saat runtuh saja yang dapat kita ketahui, dan pengujian triaksial lebih bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan. Keuntungan uji geser langsung adalah alat uji geser langsung lebih mudah dioperasikan, lebih cepat dan sample mudah dibuat, maka perlu ditemukan suatu formula yang bisa menghubungkan hasil uji geser langsung dengan Triaksial. Uji Direct Shear (geser langsung) dilakukan dengan menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser yang terbelah, dengan setengah bagian bawah merupakan bagian yang tetap dan bagian atas bebas untuk bertranslasi. Sampel berbentuk silinder berdiameter 6,35 cm dengan tinggi 2 cm. Sampel secara hati-hati diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu pori untuk drainase yang cepat diletakkan di atas contoh, kemudian suatu beban normal sebesar P dikerjakan (BSN, 1994).

Pengujian Triaxial benda uji berupa tanah (c dan ) berbentuk silinder yang dibungkus membran karet kedap air yang diberi tekanan sel (s3) kesemua arah kemudian diberi tekanan aksial sampai terjadi keruntuhan (BSN, 1992). Uji geser triaksial adalah pengujian yang paling dapat diandalkan dalam menentukan parameter tegangan geser tetapi lebih mahal dan butuh waktu cukup lama. Pada pengujian ini digunakan sampel tanah dengan diameter 3,8 cm dan tinggi 7,6 cm. Klasifikasi nilai getaran Getaran memicu longsoran dengan cara melemahkan atau memutuskan hubungan antar butir partikel-partikel penyusun tanah/ batuan pada lereng. Jadi getaran berperan dalam menambah gaya penggerak dan sekaligus mengurangi gaya penahan. Contoh getaran yang memicu longsoran adalah getaran gempabumi yang diikuti dengan peristiwa liquefaction. Liquefaction terjadi apabila pada lapisan pasir atau lempung jenuh air terjadi getaran yang periodik Pengaruh getaran tersebut akan menyebabkan butiran-butiran pada lapisan akan saling menekan dan kandungan airnya akan mempunyai tekanan yang besar terhadap lapisan di atasnya. Akibat peristiwa tersebut lapisan di atasnya akan seperti mengambang, dan dengan adanya getaran tersebut dapat mengakibatkan perpindahan massa di atasnya dengan cepat.

You might also like