You are on page 1of 9

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata antrophos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistic dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan

pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia.

1. Makna Antropologi
Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup manusia. Antropologi mempunyai dua cabang utama : a. Antropologi yang mengkaji evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda , dan, b. Antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun kebudayaan yang sudah punah. Antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan-kebudayan yang sudah punah, ekologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang hidup yang masih dapat diamati secara langsung. Jadi antropologi adalah kajian yang mendalam tentang kebudayaan-kebudayaan tertentu.

2. Konsep Kebudayaan

2.1.Definisi kebudayaan Dalam arti sempit kebudayaan adalah kesenian, yaitu pikiran, karya, dan hasal karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Adapun dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar (koentjaraningrat, 1984)

2.2.Unsur-unsur universal kebudayaan :

Kebudayaan mengandung pengertian yang amat lus meliputi hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia karenanya demi keperluan analisis konsep tentang

kebudayaan maka kebudayaan tersebut kedalam perlu dipecah lagi kedalam unsureunsurnya. Menurut koentjaraningrat(1984) terdapat 7 unsur universal kebudayaan, yaitu sebagai berikut : 1. System religi dan upacara keagamaan 2. System organisasi kemasyarakatan 3. System pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. System mata pencaharian hidup 7. Sistem teknologi dan peralatan.

2.3.Wujud kebudayaan Kebudayaan memeiliki 3 wujud, yaitu : 1. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan. 2. Wujud system social, yaitu wujud kebudayaan sebagai sutu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat 3. Wujud fisik, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2.4.Sifat atau karakteristik kebudayaaan a. Organic dan super organic b. Overt dan covert c. Ideal dan actual d. Stabil dan berubah

2.5.Fungsi kebudayaan Kebudayaan meliputi ide-ide, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, norma-norma, benda-benda atau alat-alat hasil karya manusia, dan peraturan mengenai hidup berkelompok. Kebudayaan merupakan dasar dan alat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu kelangsungan hidup organis, penyesuaian terhadap lingkungan dan kelestarian arti biologis.

3. Kebudayaan dan Pendidikan


Antropologi menghubungkan semua aspek terhadap kebudayaan sebagai satu keseluruhan yang mengkaji semua kebudayaan baik lampau maupun sekarang, sederhana ataupun maju. Antropologi menyadarkan kita akan keragaman kebudayaan umat

manusia dan pengaruh yang dalam dari pendidikan (cultural conditional) terhadap perilaku dan kepribadian manusia. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan tidak pernah berlangsung di dalam suatu ruang hampa, melainkan selalu berlangsung di dalam suatu masyarakat tertentu, dan untuk suatu tujuan kehidupan suatu masyarakat tertentu pula. Perlu diketahui bahwa antar masyrakat dan kebudayaannya merupakan dwi tunggal, secara nyata tak dapat dipisahkan. Sebab itu, akan terdapat hubungan antara kebudayaan dengan pendidikan.

3.1.Pendidikan sebagai pranata kebudayaan Pendidikan merupakan salah satu pranata kebudayaan manusia karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Contoh pranata pendidikan antara lain pengasuhan kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan.

3.2.Kaitan Antara Kebudayaan dengan Pendidikan Antara kebudayaan dengan pendidikan terdapat hubungan komplementer. Pertama, kebudayaan berperan sebagai masukan bagi pendidikan. Kedua, pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat (fungsi konservsi) dan juga berfungsi dalam

rangka melakukan pengembangan dan atau perubahan kebudayaan masyarakat ke arah yang lebih baik (fungsi kreasi atau inovasi).

3.3.Pendidikan/Enkulturasi Kebudayaan memepengaruhi manusia apa yang disebut dengan enkulturasi atau internalisasi budaya, yaitu suatu proses di mana seseorang individu menyerap cara berpikir, bertindak, dan merasa yang mencerminkan kebudayaannya.

Enkultrurasi berlangsung di dalam kehidupan dan sepanjang hayat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan mempengaruhi kepribadian seseorang melalui proses enkulturasi atau pendidikan.

4. Implikasi Karakteristik Manusia Terhadap Pendidikan

Profil karakteristik masyarakat (bangsa) Indonesia antara lain adalah beragama, yaitu berke-Tuhan-an Y.M.E. dan memiliki kebudayaan nasional. Karena itu, pendidikan harus dikembangkan dengan berakar kepada nilai-nilai agama dan kebudayaan bangsa tersebut. Jika tidak demikian maka pendidikan tidak akan dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa secara utuh. Demikian pula jika pendidikan dilaksanakan dengan berakar pada budaya bangsa lain, tentu akan menimbulkkan kesenjangan social-budaya. Bahkan mungkin identitas tersebut akan terkikis habis dan masyarakat baru yang terputus dari dimensi kesejarahan kebudayaan bangsanya.

Pengelolaan pendidikan bersifat dekosentrasi. Mengingat betapa luasnya wilayah Negara republic Indonesia serta aneka ragamnya keadaan lingkungan fisik dengan segala kekayaan yang dikandungnya, dan majemuknya keadaan social-budaya di Indonesia

maka perlu diambil suatu kebijakan dalam pengelolaan pendidikan agar efisien dan efektif.

5.

Konsep Budaya Belajar Pendidikan Antropologi


Budaya atau kebudayaan tidak hanya berupa fenomena yang berwujud material semata, baik yang berupa benda, tindakan ataupun emosi, melainkan sesuatu yang abstrak yang terdapat dalam pikiran manusia, yaitu berupa model system pengetahuan manusia yang digunakan oleh pemiliknya untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi (Geodenough dalam Spradley, 1972). Cara pandang budaya belajar sebagai system pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama (Keesing & Keesing, 1971). Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. System pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni: a. Syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi b. Syarat kejiwaan, yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya c. Syarat dasar social, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. (Suparlan, 1980, Bennet, 1976: 172)

6. Aplikasi Pendidikan Antropologi bagi Pendidikan Multikulturan

Bagi pendidik persoalan pendidikan multiculturan merupakan sesuatu yang sensitive dalam pengertian isu yang kompleks dan unik yang mesti diantisipasi. Dalam kaitannya dengan menumbuhkan kesadaran terhadap keberagaman ini, secara dini harus terjadi suasana saling memahami melalui interaksi yang bermakna antar satu dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan keragaman sebagai bagian dari lingkungan dan perilaku yang dibentuk oleh budaya, maka pembelajaran seyogyanya berpusat pada keragaman latar sosiobudaya. Berdasarkan pandangan ini, beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain: a. Penyelenggaraan pendidikan bertumpu pada kesadaran adanya keberagaman b. Memahami dan mengenai pengalaman setiap individu peserta didik berdasarkan pada etnis dan keturunan, dst. c. Orientasi pelayanan bertolak dari kondisi keberagaman menuju keberasamaan. d. Kiat mempromosikan perbedaan yang ditujukan untuk membangun kesamaan dan tidak memperbesar perbedaan. e. Memahami peran organisasi termasuk pengusaha dan profesi sebagai sumber belajar potensial dalam pelaksanaan dan peningkatkan proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan.

7. Pendidikan stabilitas dan Perubahan Kebudayaan


Pendidikan atau enkulturasi yang diterima anak selama masa kanak-kanak dan masa mudanya bersifat menstabilkan kebudayaan, sebab enkulturasi mengembangkan kebiasaan-kebiasaan social yang diterima menjadi kepribadian yang makin meningkat. Sedangkan, dikala dewasa enkulturasi sering mendorong terjadinya perubahan baik bagi dirinya maupun kebudayaan.

Para antropolog mengemukakan 3 proses utama dalam perubahan kebudayaan. Ketiga jenis proses perubahan kebudayaan yang dimaksud adalah originasi, difusi dan reinterpretasi.

7.1. Cultural lag Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebudayaan masyarakat terkadang menimbulkan apa yang disebut cultural lag atau kesenjangan budaya. Misalnya didalam masyarakat seperti kita dapat melihat cepatnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara nilai-nilai tahayul tertentu sebagaimana sering ditayangkan ditelevisi atau kepercayaan terhadap perdukunan masih dianut sebagian masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

wahyudin, din dkk.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta : Universitas Terbuka. www.wikipedia/antropologi/ www.yahooanswer/antropologipendidikan/

You might also like