You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit sIstem kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia diperkirakan 972 juta jiwa atau setara dengan 26,4 persen populasi orang dewasa. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas (riset kesehatan dasar) 2007 mencapai 30 persen dari populasi. Dari jumlah itu, 60 persen penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi
2 golongan yaitu hipertensi esensial atau primer ( 90 % dari seluruh penderita hipertensi) dan hipertensi sekunder atau renal ( 10 %).

1.2

Tujuan Tujuan penyusunan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai hipertensi serta untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang di RSUD Kanjuruhan kepanjen.

BAB II STATUS PENDERITA


2.1 Identitas Penderita Nama Umur Jenis kelamin Alamat Suku Tanggal MRS No register 2.2 Anamnesis : sendiri : orang lain : Nyeri kepala bagian belakang 1. Keluhan Utama : Ny. S : 75 tahun : Perempuan : Bululawang : Jawa : 29 Desember 2012 : 308020

Status Perkawinan : Menikah

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD dengan keluhan nyeri kepala sejak satu hari yang lalu. Nyeri dirasakan di bagian belakang kepala, terus menerus dan menjalar ke seluruh bagian kepala. Sekitar dua jam yang lalu pasien mengatakan mual, muntah sebanyak tiga kali, dan jika makan semua dimuntahkan. Pasien juga mengeluh nyeri di bagian ulu hati. Selain itu, pasien mengatakan bakwa akhir-akhir ini sering mengalami kesemutan. Lima tahun yang lalu pasien pernah di diagnosa hipertensi oleh dokter, pasien minum obat selama dua minggu kemudian konsumsi obat dihentikan karena pasien merasa penyakitnya sudah sembuh. 3. Riwayat Penyakit Dahulu : - Tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. - Riwayat hipertensi (+) - Riwayat asma (-) - Riwayat alergi makanan (-) 2

- Penyakit diabetes melitus (-) 4. Riwayat Penyakit Keluarga : - Hipertensi (+) dari ayah - Asma (-) - Penyakit jantung (-) - Penyakit paru (-) - DM (-) - Alergi obat/makanan (-) - Sakit maag (-) - Tipes (-) 5. Riwayat Kebiasaan - Riwayat merokok (-) - Minum kopi (-) - Minum alkohol (-) - Olah raga (-) - Suka makan yang asin-asin (+) 2.3 Anamnesis Sistemik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kulit: kulit gatal (-) Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-) Hidung: tersumbat (-), mimisan (-) Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-) Mulut: sariawan (-), lidah terasa pahit (-) Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-) Leher: sakit tengkuk (-), kaku (-), gondok (-) Mammae: nyeri (-), benjolan (-) Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

10. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-) 11. Gastrointestinal: mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri ulu hati (+) 12. Genitourinaria: BAK spontan (+), BAB spontan (+) 3

13. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kesemutan (+), sakit kepala (+), pusing (-) 14. Psikiatrik: emosi stabil (+), mudah marah (-) 15. Muskuluskeletal: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-), lemah (-) 16. Ekstremitas atas dan bawah: bengkak (-), sakit (-), ujung jari, telapak tangan dan kaki dingin (-) 17. Endokrin: polidipsi (-), polifagi (-), poliuri (-) 18. Darah: kepucatan (-), mudah kebiruan (-) 19. Penyakit yang pernah diderita: TBC (-), alergi (-), asma (-) 20. Makanan: nasi (+), sayur (+), tahu (+), tempe (+), ikan (+), telur (+), susu (-), kwantitas: cukup 2.4 Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup. 2. Tanda Vital Tensi Nadi Suhu 3. 4. Kulit Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-), spider nevi (-). Kepala Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-), atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bellspalsy (-). 5. 6. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-). Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-). 4 : 170/70 mmHg : 98 x/menit, reguler, isi cukup : 36,5oC

Pernafasan : 20 x/menit

7.

Mulut Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (putih kecoklatan) (-).

8. 9.

Telinga Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-). Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

10. Leher JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-) 11. Thoraks: normochest, simetris, pernapasan abdominothorakal, retraksi (-), spidernevi (-), sela iga melebar (-) - Cor : I : ictus cordis tak tampak P : ictus cordis tak kuat angkat P : batas kiri atas batas kanan atas : SIC II linea para sternalis sinistra : SIC II linea para sternalis dekstra

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral linea medio clavicularis sinistra batas kanan bawah pinggang jantung : SIC IV linea para sternalis dekstra : SIC III linea para sternalis sinistra (batas jantung kesan tidak melebar) A :bunyi Jantung III intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo: Statis (depan dan belakang) I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri. P : fremitus raba kanan sama dengan kiri P : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+),suara tambahan (-/-) Dinamis (depan dan belakang) 12. Abdomen: Inspeksi Palpasi Perkusi : bekas luka (-) , stria (-), bentuk cembung : nyeri tekan epigastrium (+), tumor (-), hepar: sulit dievaluasi lien: sulit dievaluasi : meteorismus (-), shifting dullness (-) Auskultasi : peristaltik usus BU (+) Normal 13. System collumna vertebralis : inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) 14. Ektremitas Palmar eritema (-/-) Akral dingin Oedem -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal. 2.5 Pemeriksaan Penunjang Hematologi: Item periksa Hemoglobin Leukosit Trombosit LED PCV/HCT Eritrosit Hitung jenis eosinofil Hitung jenis basofil Hitung jenis N.Stab Hitung jenis N.Segmen Hitung jenis lymphosit Hasil pemeriksaan 13,8 9.100 256.000 12 43,9 4,92 1 1 67 22 Nilai normal satuan 12-16 4-10 150-400 2-20 37-48 4,0-5,5 1-3 0-1 2-6 50-70 20-40 6 g/dl ribu/mm3 ribu/mm mm/jam % juta/mm3

Hitung jenis monosit Kimia darah : GDP GD2PP Kolesterol total Trigliserid HDL LDL Urea Kreatinin SGOT SGPT Ureum Kreatinin Elektrolit : Na K Cl Asam Urat 2.6 Resume

3 110 120 116 100 40 152 30 0,8 29 27 35 1,2 139 4,2 101 5,6

2-8 (70-115 mg/dl) (<140 mg/dl) (123 - 240 mg/dl) (30 - 150 mg/dl) (35 - 60 mg/dl) (< 160 mg/dl) (20 40 mg/dl) (< 1,3 mg/dl) (< 40 U/L) (< 41 U/L) (20 40 mg/dl) (< 1,3 mg/dl) (136-146 mg/dl) (3,4-5,6 mg/dl) (97-111 mg/dl) (2,6 7,2 mg/dl)

Pasien datang ke RSUD dengan keluhan nyeri kepala sejak satu hari yang lalu. Nyeri dirasakan di bagian belakang kepala, terus menerus dan menjalar ke seluruh bagian kepala. Sekitar dua jam yang lalu pasien mengatakan mual, muntah sebanyak tiga kali, dan jika makan semua dimuntahkan. Pasien juga mengeluh nyeri di bagian ulu hati. Selain itu, pasien mengatakan bakwa akhir-akhir ini sering mengalami kesemutan. Lima tahun yang lalu pasien pernah di diagnosa hipertensi oleh dokter, pasien minum obat selama dua minggu kemudian konsumsi obat dihentikan karena pasien merasa penyakitnya sudah sembuh. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan tensi 170/70 mmHg, nadi 98x/menit, RR: 20 x/mnt. Thorax: dalam batas normal . Abdomen: terdapat nyeri tekan di epigastrium. 7

2.7

Diagnosis Hipertensi Grade II

2.8

Penatalaksanaan 1. Non Medika mentosa 2. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita Bed rest Membatasi cairan Makan lunak Monitoring tanda vital

Medikamentosa - IVFD RL 20 tpm - Ranitidin 2 x 1 ampul (iv) - Ondansetron 3x1 ampul (iv) - Drip Neurobion - Captopril 3 x 12,5 (po) - Sanmag 3 x 1 (po)

2.9

Follow Up Nama : Ny. S Diagnosis : Hipertensi Grade II Tabel 2.1. Flowsheet Penderita

No
1

Tanggal
29/12/2012

S
Nyeri kepala (+), mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+)

O
T : 170/70 N :98 x/mnt S : 36,5oC RR : 20 x/mnt KU lemah, kompos mentis, GCS (456)

A
Hipertensi Grade II -

P
IVFD RL 20 tpm Ranitidin 2x1amp (iv) Ondansetron 3x1 ampul (iv) Drip Neurobion Captopril 3x12,5 (po)

2 30/12/2012 Nyeri kepala (+), mual (+), nyeri ulu hati (+) S : 36oC RR : 20 x/mnt KU cukup baik, kompos mentis, GCS (456) 3 31/12/2012 Nyeri kepala (-), mual (+), muntah (-) nyeri ulu hati (-) S : 36, 2oC KU cukup baik kompos mentis, GCS (456) T : 120/80 N : 80 x/mnt Hipertensi Grade II T : 160/90 N : 80 x/mnt Hipertensi Grade II -

Sanmag 3x1 (po) IVFD RL 20 tpm Ranitidin 2x1amp (iv) Ondansetron 3x1 ampul (iv) Captopril 3x12,5 (po) Sanmag 3x1 (po) Captopril 3x12,5 (po) Sanmag 3x1 (po) Pasien boleh pulang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3. 1 Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan sebagai hipertensi esensial, atau lebih dikenal sebagai hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi sekunder bahwa hipertensi sekunder dengan sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report Of The Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat I, Hipertensi derajat II. Tabel 3.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

3. 2 Epidemiologi Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi lanjut usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan juga besar, 10

dimana hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik diastolik sering timbul pada usia >60 tahun, seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1. Perubahan Tekanan Darah Berdasarakan Usia (JNC VII)

Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1989-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. 3.3 Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu: (Lany Gunawan, 2001) 1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan 11

terjadinya hipertensi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr) Kegemukan atau makan berlebihan Stress Merokok Minum alkohol Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah : a. Ginjal b. Vascular c. Kelainan endokrin d. Saraf e. Obat-obatan

12

Tabel 3.2. Penyebab Hipertensi yang Dapat di Identifikasi (JNC VII)

3.4

Manifestasi Klinis Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing

3.5

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan yang lain seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol HDL,dan EKG.

3.6

Diagnosis Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada 13

sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lamanya menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor lingkungan, pekerjaan, psikososial dsb. Penegakan diagnos hipertensi menurut JNC VII seperti pada tabel di bawah ini:

Gambar 3.2. Penegakan Diagnosa Hipertensi (JNC VII)

3.7

Patogenesis Beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. Curah jantung dan tahanan perifer total menentukan tekanan darah, sesuai dengan hukum Ohm. Hipertensi terjadi akibat peningkatan curah jantung, atau tahanan perifer total, atau keduanya. Peningkatan curah jantung dapat disebabkan oleh peningkatan denyut jantung atau tekanan ekstraseluler, yang kemudian menyebabkan peningkatan aliran balik vena dan isi sekuncup (mekanisme Frank-Starling). Peningkatan aktivitas simpatis sistem saraf pusat dan peningkatan respons terhadap katekolamin dapat menyebabkan peningkatan curah jantung. 14

Hipertensi yang resisten disebabkan terutama karena vasokonstriksi perifer, namun dapat juga terjadi akibat peningkatan viskositas darah (hematokrit meningkat). Vasokonstriksi disebabkan oleh peningkatan aktivitas simpatis sistem saraf pusat, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin, atau peningkatan konsentrasi angiotensin II. Beberapa penyebab hipertensi dapat diketahui, misalnya abnormalitas hormon atau fungsi ginjal), namun hal ini hanya terjadi pada 5-10% kasus. Pada sisa kasus lainnya, penyebab hipertensi tidak diketahui dan disebut hipertensi primer atau esensial. Selain komponen genetik, stres psikologis kronik juga dapat menginduksi hipertensi. Walaupun konsentrasi renin tidak meningkat pada hipertensi primer, tekanan darah dapat berkurang dengan menginhibisi angiotensin-coverting enzyme atau antagonis reseptor angiotensin. Skema patogenesis dan patofisologi hipertensi adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Skema Patogenesis dan Patofisiologi Hipertensi

15

3.8

Kerusakan Organ Target Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah : 1. Jantung a. b. c. 2. Otak Stroke atau Transient Ischemic Attack 3. Penyakit ginjal kronis 4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati Hipertrofi ventrikel kiri Angina atau infark miokardium Gagal jantung

Gambar 3.3. Faktor Resiko Kardivaskular dan Kerusakan Organ Target

16

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organorgan tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor (TGF-). Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi: 1. Jantung a. Pemeriksaan fisik b. Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan sirkulasi pulmoner) 2. Pembuluh darah a. Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure b. USG karotis c. Fungsi endotel (masih dalam penelitian) 3. Otak a. Pemeriksaan neurologis b. Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan kognitif) 4. Mata Funduskopi 5. Fungsi ginjal a. Pemeriksaan urin fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin

17

b. Perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF). 3.9 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah : a. b. darah c. Modifikasi life style Menurunkan tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, CKD) <130/80 mmHg Menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat peningkatan tekanan

Gambar 3.4. Prinsip Terapi Hipertensi JNC VII

18

Gambar 3.5. Algoritma Terapi Hipertensi JNC VII

Gambar 3.6. Obat-obat Hipertensi dengan Indikasi Mendesak (JNC VII)

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko, serta penyakit penyerta lainnya. a. Nonfarmakologis : 19

1) Mengontrol berat badan Menyarankan pasien untuk mencapai dan mempertahankan target berat badan yang sehat : lingkar pinggang kurang dari 80 cm dan indeks massa tubuh (BMI) kurang dari 25 kg / m2 2) Membatasi alkohol Anjurkan pasien ini untuk membatasi asupan alkohol untuk maksimum satu minuman standar per hari dan memiliki setidaknya dua hari bebas alkohol per minggu 3) Meningkatkan aktivtas fisik aerobik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : - Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain - Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. - Lama latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan, frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu 4) Mengurangi asupan natrium (100 mmol Na/6 gr Nacl/hari) Anjurkan pasien untuk membatasi asupan garam sampai 4 g / hari (65 mmol / hari natrium) dengan memilih makanan yang diproses tanpa garam, makanan yang berlabel 'tidak ditambahkan garam' atau 'rendah garam'. Hindari makanan olahan yang tinggi garam seperti sosis, sup kalengan, snack asin. 5) Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari) 20

Pasien dengan hipertensi yang tidak memakai diuretik hemat kalium dan memiliki fungsi ginjal normal dapat disarankan untuk meningkatkan asupan kalium dengan mengonsumsi berbagai macam buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan. 6) Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. Anjurkan pasien untuk diet yang mencakup nabati (misalnya buah, sayuran, kacang-kacangan dan berbagai pilihan makanan gandum, produk susu rendah lemak), daging tanpa lemak, unggas dan ikan, lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun, minyak canola, mengurangi garam margarin). 7) Berhenti merokok

Gambar 3.7. Prinsip-prinsip Modifikasi Gaya Hidup (JNC VII)

21

Gambar 3.8. Rekomendasi Modifikasi Gaya Hidup (JNC VII)

b. Farmakologi Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh JNC 7 adalah : 1. Diuretika, terutaman jenis Thiazid atau Aldosterone antagonist Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid dan Furosemid. 2. Beta bloker (BB) Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan 22

pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. 3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. 4. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor) Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. 5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB) Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

23

Gambar 3.9. Jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (At A Glance Farmakologi)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mancapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB,kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.

24

Tabel 3.3. Obat-obat Anti Hipertensi Oral (JNC VII)

25

3.10 Follow Up

26

BAB IV PENUTUP

3.1

Kesimpulan Hipertensi merupakan faktor resiko penting penyakit jantung koroner di Indonesia. Hipertensi adalah keadaan tubuh kehilangan atau kurang mampu mengendalikan tekanan darah sehingga mengalami tekanan berlebih atau biasa dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Jika tidak terkendali, hipertensi dapat menimbulkan komplikasi ke otak sehingga terjadi stroke, mempengaruhi ginjal dan jantung. Resiko pada jantung dapat mencapai angka 75% berupa pembengkakan jantung (left ventricel hyperthophy), penyempitan pembuluh darah koroner (coronary artery disease), atau kombinasi keduanya. Ketiga komplikasi tersebut akan meningkatkan angka kematian kardiovaskuler atau gagal jantung Hipertensi dapat ditangani dengan baik, bila diketahui penyebabnya. Bila penyebabnya dikendalikan dengan baik, maka tekanan darah akan turun dengan sendirinya. Sayangnya, sekitar 90% kejadian hipertensi tidak diketahui penyebabnya (kemungkian perubahan pada jantung dan pembuluh darah) dan hanya 10% saja yang diketahui penyebabnya, yang umumnya diakibatkan oleh penyakit ginjal (5-10%), kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu seperti pil KB (1-2%). Untuk menangani hipertensi adalah dengan memperbaiki peredaran darah, membersihkan sumbatan-sumbatan dan meningkatkan ketersediaan oksigen serta mengobati penyakit penyerta.

3.2

Saran Kami menyadari bahwa laporan kasus ini belum sepenuhnya sempurna, maka dari itu kami memerlukan kritik dan kontruksif guna tercapainya kesempurnaan dalam penyusunan laporan kasus selanjutnya.

27

DAFTAR PUSTAKA

Fauci, S Anthony, et al. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine . 17th ed. United states of America: McGraw-Hill. Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. George L, et al. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Departement of Healt and Human Services. US Katzung BG , Benowitz NL et al. 2007. Antihypertensive agents. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. New York:McGraw Hill. h.141-58.

Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. 2007. Diagnosis and Initial Evaluation of Hypertension in Braunwalds Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine. Edisi 8. USA: Saunders.

Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. 2000. New York: Thieme. h.208-12.

Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati, S. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614

28

You might also like