You are on page 1of 15

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum Mengenal Tulisan

Ada beberapa unsur kebudayaan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan , antara lain:

a. Sistem Kepercayaan
Kepercayaan terhadap roh nenek moyang ini terus berkembang pada masa bercocok tanam hingga masa perundagian. Pada masa bercocok tanam, pemujaan roh nenek moyang diungkapkan dengan upacara penguburan dan tradisi megalitikum, maka orang yang masih hidup memuja roh tokoh itu untuk tetap dapat melindungi mereka. Sedangkan pada masa perundagian kepercayaan terhadap roh nenek moyang (animisme) makin menguat. Hal ini tampak dari makin kompleksnya bentuk upacara-upacara penghormatan, persajian, dan penguburan. Dinamisme, yaitu kepercayaan yang menganggap bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib, dan totemisme, yaitu kepercayaan terhadap hewan tertentu yang dikeramatkan. Manusia yang terdiri atas jasmani dan rohani memunculkan suatu kepercayaan bersifat rohani yang kemudian dipersonifikasikan dalam bentuk riil. Sistem kepercayaan masyarakat Indonesia mulai tumbuh pada masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, ini dibuktikan dengan penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan berbentuk cap tangan merah dengan jari-jari yang direntangkan. Lukisan itu diartikan sebagai sumber kekuatan atau simbol perlindungan untuk mencegah roh jahat. Manusia di zaman hidup bercocok tanam sudah percaya adanya dewa alam yang menciptakan banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya.

b. Sistem Kemasyarakatan
Ketika manusia hidup bercocok tanam dan jumlahnya bertambah besar, sistem kemasyarakatan mulai tumbuh. Gotong-royong dirasakan sebagai kewajiban yang mendasar dalam menjalani kegiatan hidup, contohnya seperti menebang hutan, menangkap ikan, menebar benih, dan lain-lain. Sistem kegotong-royongan, kekeluargaan, kerjasama, dan pembagian kerja makin mantap dalam organisasi mesipun sangat sederhana. Adanya upacara menunjukan masyarakat mulai mengenal status sosial, kekerabatan, dan hubungan perkawinan. Musyawarah merupakan cara pengambilan keputusan yang tepat.

c. Pertanian

Sistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia sejak zaman neolitikum, yakni sejak manusia menetap secara permanen (sedenter). Mereka terdorong untuk mengusahakan sesuatu yang menghasilkan (food producing). Sistem persawahan diawali dari system ladang sederhana yang belum banyak menggunakan teknologi, kemudian meningkat dengan adanya teknologi pengairan hingga lahirlah sistem persawahan. Kehidupan gotong-royong mulai teraktualisasi dalam system persawahan ini. Dengan sistem bersawah, sekali pun sederhana, mereka sudah memikirkan pengelolaan sawah yang intensif melalui program Pancausaha Tani (pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, irigasi, pemupukan, dan emberantasan hama).

d. Kemampuan Berlayar
Kemampuan berlayar sudah dialami cukup lama oleh bangsa Indonesia, kenyataan ini dilatar belakangi oleh cara kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari dataran Asia. Dan kemampuan itu terus berkembang di tanah yang baru, mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau. Kemampuan berlayar ini selanjutnya menjadi dasar dari kemampuan berdagang. Itulah sebabnya, sejak awal masehi, bangsa Indonesia sudah mulai berkiprah dalam jalur perdagangan internasional. Nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Yunani sebelum Masehi. Mereka sudah pandai mengarungi laut dan harus menggunakan perahu untuk sampai di Indonesia. Kemampuan berlayar ini dikembangkan di tanah baru, yaitu di Nusantara, mengingat kondisi geografi di Nusantara terdiri banyak pulau. Kondisi ini mengharuskan menggunakan perahu untuk mencapai kepulauan lainnya. Salah satu cirri perahu yang dipergunakan nenek moyang kita adalah perahu cadik, yaitu perahu yang menggunakan alat dari bambu atau kayu yang dipasang di kanan kiri perahu. Pembuatan perahu biasanya dilakukan secara gotong royong oleh kaum laki-laki. Setelah masa perundagian, aktivitas pelayaran juga semakin meningkat. Perahu bercadik yang merupakan alat angkut tertua tetap dikembangkan sebagai alat transportasi serta perdagangan. Bukti adanya kemampuan dan kemajuan berlayar tersebut terpahat pada relief Candi Borobudur yang berasal dari abad ke-8. Relief tersebut melukiskan tiga jenis perahu, yaitu 1) perahu besar yang bercadik, 2) perahu besar yang tidak bercadik, dan 3) perahu lesung

e. Sistem Bahasa
Bahasa yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia itu termasuk dalam satu rumpun bahasa, yaitu rumpun bahasa Melayu Austronesia atau bahasa Melayu kepulauan Selatan. Menurut H.Kern, bahasa Austronesia yang sampai ke Indonesia ini berasal dari daerah Campa, Vietnam, Kamboja, dan sekitarnya. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi antara warga yang satu dengan warga yang lainnya.

f. Ilmu Pengetahuan
Sebelum pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat telah memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan. Juga mengenai ilmu astronomi, sebagai petunjuk arah dalam pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian. Pengetahuan astronomi (ilmu perbintangan) sudah dimiliki nenek moyang bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknologi angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan. Selain digunakan untuk mengenali musim, ilmu astronomi juga sudah dimanfaatkan sebagai petunjuk arah dalam pelayaran, yaitu Bintang Biduk Selatan dan Bintang Pari (orang Jawa menyebut Lintang Gubug Penceng) untuk menunjuk arah selatan serta Bintang Biduk Utara untuk menunjukkan arah utara. Kemampuan astronomi dan angin musim ini telah mengantarkan mereka berlayar ke barat sampai di Pulau Madagaskar, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke selatan sampai di Selandia Baru serta ke arah utara sampai di Kepulauan Jepang. Pengetahuan astronomi juga digunakan dalam pertanian dengan memanfaatkan Bintang Waluku sebagai pertanda awal musim hujan.

g. Organisasi Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat itu lebih dikenal dengan sebutan suku. Nenek moyang kita hidup berkelompok. Mereka bersepakat untuk hidup secara bersama, hidup gotong royong, dan demokratis. Mereka memilih seorang pemimpin yang dianggap dapat melindungi masyarakat dari berbagai gangguan termasuk gangguan roh sehingga seorang pemimpin dianggap memiliki kesaktian lebih. Cara pemilihan pemimpin yang demikian disebut primus inter pares, yaitu yang terutama diantara yang banyak. Jadi, seorang pemimpin adalah yang terbaik bagi mereka bersama.

h. Teknologi
Sejak masa pra-sejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal teknik pengecoran logam, dan masyarakat juga telah mengenal teknik pembuatan perahu bercadik dan perahu bercadik itu dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan sarana dalam perdagangan.

i. Kesenian
Masyarakat pra-sejarah telah mengenal kesenian sebagai hiburan untuk mengisi waktu senggang. Waktu senggang itulah yang mereka pergunakan untuk mewujudkan dan menyalurkan jiwa seni mereka seperti seni mebuat batik, membuat gamelan, seni wayang dan lain-lain. Akan tetapi seni wayang biasanya dipertunjukan setelah panen dengan lakon cerita tentang kehidupan alam sekitar mereka. 1. Kesenian Wayang Kesenian wayang semula berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Semula wayang diwujudkan sebagai boneka nenek moyang yang dimainkan oleh dalang pada malam hari. Dengan beralaskan tirai dan tata lampu di belakangnya serta boneka yang digerakgerakkan sehingga terlihat bayangan boneka seolah-olah shidup. Jika dalang kemasukan roh nenek moyang, sang dalang akan menyuarakan suara nenek moyang yang berisi nasihat-nasihat kepada anak cucu mereka. Setelah kedatangan hinduisme ke nusantara maka kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan Mahabharata. Bonekanya kemudian diganti dengan bentuk tokoh dalam cerita Mahabharata. Fungsinya pun beralih sebagai pertunjukan dan penontonnya melihat dari depan tirai. 2. Seni Gamelan Seni gamelan ada kaitannya dengan seni wayang. Seni gamelan ini dipakai untuk mengiringi pertunjukkan wayang. Pada waktu musim bercocok tanam sudah usai masyarakat kuno itu membuat alat musik gamelan, mengembangkan seni membatik, dan mengadakan pertunjukan wayang semalam suntuk untuk dapat dilihat oleh masyarakat di sekitarnya.

3. Seni Membatik Seni membatik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain. Cara menggambarnya mempergunakan alat canting yang diisi bahan cairan lilin (orang Jawa menyebutnya malam) yang telah dipanaskan, lalu dilukiskan pada kain sesuai motifnya.

j. Sistem Ekonomi
Masyarakat pada setiap daerah tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, untuk itu mereka menjalin hubungan perdagangan dengan daerah-daerah lainnya. Hubungan perdagangan yang mereka kenal pada saat itu adalah system barter, yaitu pertukaran barang dengan barang. Kebutuhan hidup manusia selalu menuntut untuk dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat kuno saling bertukar barang (barter) dari satu wilayah ke wilayah lain.

Jejak Sejarah Indonesia


1. Folklore
Folklore sering diidentikkan dengan tradisi dan kesenian yang berkembang pada zaman sejarah dan telah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat Indonesia, setiap daerah, kelompok, etnis, suku, bangsa, golongan agama masing-masing telah mengembangkan folklorenya sendiri-sendiri sehingga di Indonesia terdapat aneka ragam folklore. Folklore ialah kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turuntemurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat. Dapat juga diartikan Folklore adalah adat-istiadat tradisonal dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, dan tidak dibukukan merupakan kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun menurun. Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris. Kata tersebut merupakan kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciriciri pengenal itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian,

bahasa, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Selain itu, yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata lore merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

Ciri-ciri Folklore Agar dapat membedakan antara folklor dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri utama folklor. Folklor memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya. b. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. c. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan. d. Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya. e. Biasanya mempunyai bentuk berpola. Kata-kata pembukanya misalnya. Menurut sahibil hikayat (menurut yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya dimulai dengan kalimat anuju sawijing dina (pada suatu hari). f. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam. g. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. h. Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.

i.

Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, Balai Pustaka, tahun 1990), folklore merupakan suatu adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Folklore dapat dibedakan menjadi dua, antara lain.

a. Folklore Lisan Adalah folklore yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk lisan, antara lain: 1. Bahasa Rakyat, adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi diantara rakyat dalam

suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai sarana pergaulan dalam kehidupan seharihari. 2. 3. Teka-teki, teka-teki dikenal sebagai sarana hiburan dan latihan mengasah otak atau pikiran. Puisi, adalah ragam sastra yang bahasa terikat oleh irama, matra, rima, dan penyusunan lirik

dan bait. 4. Cerita Rakyat, adalah suatu ceritera yang disampaikan secara turun-temurun atau dari mulut-

kemulut didalam masyarakat. 5. Nyanyian Rakyat, merupakan sebuah tradisi lisan dari satu masyarakat yang diungkapkan

melalui nyanyian atau tembang tradisional.

b. Folklore Bukan Lisan Adalah folklore yang diciptakan, disebarluaskan dan diwariskan tidak dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk benda-bena hasil kebudayaan manusia, antara lain: a. b. Arsitektur Rakyat, merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan. Kerajinan Tangan Rakyat, pada saat itu kerajinan tangan rakyat hanya dilakukan apa bila

ada waktu senggang atau untuk kebutuhan rumah tangga, dan sebagian besar bahannya diambil dari bamboo atau kayu. c. Pakaian dan Perhiasan Tradisional, setiap daerah di Indonesia memiliki pakaian atau

perhiasan tradisional yang khas.

d.

Obat-obatan Tradisional, disetiap masyarakat, selalu ada satu atau beberapa orang yang ahli

dalam mendeteksi penyakit maupun dalam menentukan ramuan yang cocok untuk mengobati penyakit tersebut, dan bahan ramuannya pun hamper seluruhnya berasal dari alam Fungsi Folklore Adapun fungsi folklor, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif. b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. c. Sebagai alat pendidik anak. d. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Salah satu cara kita untuk melacak bagaimana kesadaran sejarah yang mereka miliki ialah dengan melihat bentuk folklor. Bentuk folklor yang berkaitan dengan kesadaran sejarah adalah cerita prosa rakyat. Termasuk prosa rakyat antara lain mite atau mitologi dan legenda.

2. Mitologi
Istilah Mitologi telah dipakai sejak abad 15, dan berati ilmu yang menjelaskan tentang mitos. Di masa sekarang, Mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan Dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Menurut pakarnya, Mitos tidak boleh disamakan dengan fabel, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi. Mitos dan agama juga berbeda, namun meliputi beberapa aspek. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Tidak seperti mitologi, pada cerita rakyat, waktu dan tempat tidak spesifik dan ceritanya tidak dinggap sebagai suatu yang suci yang dipercaya kebenarannya. Sedangkan legenda, meskipun kejadiannya dianggap benar, pelaku-pelakunya pada legenda adalah manusia bukan dewa dan monster seperti pada mitologi. Mitologi juga berarti cerita tentang asal mulanya alam semesta, manusia, dan bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti sangat dalam.

3. Legenda

Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian. Adalah sebuah cerita rakyat pada masa lampau yang masih memiliki hubungan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau dengan dongeng-dongeng seperti cerita tentang terbentuknya suatu negeri, danau, gunung, dan sebagainya. Contoh : Leganda Wali Song, Ande-Ande Lumut, dll.

4. Upacara
Adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan-aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, atau pun kepercayaan. Adapun jenis-jenis upacara, antara lain: a. Upacara Penguburan, merupakan upacara yang pertama kali dikenal dalam kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan atau sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha. Upacara ini muncul karena kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. b. Upacara Perkawinan, dalam arti yang lebih luas, perkawinan tidak hanya melibatkan dua orang yang saling mencintai tetapi juga melibatkan keluarga dari kedua mempelai. c. Upacara Pengukuhan Kepala Suku, untuk menjadi seorang kepala suku, seseorang harus terbukti memiliki kekuatan, keahlian, pengalaman, atau pengaruh yang lebih dibandingkan dengan orang

lain karena beratnya tanggung jawab yang akan dipikulnya. Biasanya kepala suku berfungsi sebagai pelindung kelompok sukunya dari berbagai ancaman. d. Upacara Sebelum Perang, pada saat itu peperangan antar kelompok sering sekali terjadi, dan biasanya peperangan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: - Masalah perbatasan - Ingin menguasai daerah dari kelompok suku lain - Masalah yang timbul dari hubungan yang kurang harmonis antaranggota dari kedua kelompok suku - Membuktikan ketangguhan dan kekuatan dari masing-masing kelompok sukunya - Mempertahankan harga diri suku.

5. Lagu Daerah
Lagu merupakan syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik, sedangkan lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah. Nyanyian rakyat menurut Jan Garlod Brunvand dianggap sebagai salah satu bentuk (genre) Folklore yang terdiri dari teks dan lagu yang beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu dan mempunyai banyak varian. Fungsi nyanyian rakyat : 1. Membebaskan orang dari kejenuhan dan untuk menghibur diri meskipun hanya bersifat sementara sehingga nyanyian menjadi pelipur lara. 2. Mambangkitkan semangat 3. Memelihara sejarah tempat san klan (Keluarga Besar) 4. Mengunkapkan suatu bentuk protes sosial terhadap yang terjadi.

Daftar Beberapa lagu daerah

No 1 2 3 Sajojo Sansaro

Nama Lagu

Asal Daerah Papua Sumatera Barat Jawa Barat

Sapu Nyere Pegat Simpai

4 5 6 7 8 9

Saputangan Bapuncu Ampat Sarinande Saule Say Selamat Masinegar Sayang Kene Selendang Mayang

Kalimantan Selatan Maluku Maluku Sumatera Utara Maluku Jambi Sumatera Utara Sumatera Barat Sulawesi Utara Jawa Barat Sumatera Utara Sumatera Utara Yogyakarta Jakarta Sulawesi Utara Riau Sumatera Utara Maluku

10 Sengko-sengko 11 Seringgit Dua Kupang 12 Si Patokaan 13 Bajing Luncat 14 Sinanggar Tulo 15 Sing Sing So 16 Sinom 17 Sirih Kuning 18 Sitara Tillo 19 Soleram 20 Sory Ya Katulla 21 Sudah Berlayar

Tradisi Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan


03:05 Diposkan oleh Chantika Dewi Lestari

Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut.

Tradisi lisan merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada orang lain. Tradisi lisan dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi yang lain,dst. Menurut Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia. Tradisi sejarah masyarakat sebelum menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari. Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta petuah leluhur. Tradisi lisan ada sejak manusia memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu merekam pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh tradisi lisan: Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya. Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya? 1. Cara Masyarakat Mewariskan Masa Lulunya

Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui keluarga dan masyarakat atau orang lain disekitarnya. a. Keluarga Penggenalan dilakukan dari hal-hal sederhana yang mudah dipahami seperti: aspek-aspek material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat) hingga proses pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material (kepercayaan, nilai, norma, dan bahasa). Pewarisan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara: langsung (secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku) tidak langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).

Selain disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak boleh dilakukan. b. Masyarakat Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang tersetruktur. Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui: Tradisi dan adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu dalam kelompok). Adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui. Nasihat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat. Contoh: Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji. Pemimpin kelompok menyampaikan secar lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya. Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya. Contoh: Benda-benda (kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya. Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.

Seperti: Menhir (tugu batu), merupakan tugu peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat arwah nenek moyang yang harus disembah.

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia sebelum Mengenal Tulisan


20:30 | Label: Kelas X

Kehidupan masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan dikenal dengan zaman prasejarah. Pada zaman ini cara untuk mentransfer kebudayaan kepada generasi selanjutnya lewat lisan saja. Ada beberapa cara untuk mewariskan masa lalu, antara lain: 1. Melalui Keluarga Keluarga merupakan unit masyarakat kecil yang bersinggungan pertama kali dalam kehidupan seseorang. Disinilah terjadi proses pengasahan kemampuan berkomunikasi. Lewat keluarga diperkenalkan dengan unsur-unsur utaa kebudayaannya. Ada dua cara sosialisasi dalam keluarga pada masyarakat sebelum mengenal tulisan, yakni: a. Adat Istiadat b. Cerita Dongeng 2. Melalui Masyarakat Masyarakat adalah sekumplan individu yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan social yang terstruktur. Proses pewarisan budaya dalam masyarakat melalui adat istiadat, pertunjukan hiburan, dan kepercayaan masyarakat. Sumber : Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.

You might also like