You are on page 1of 10

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Banyak definisi kurikulum yang satu dengan yang lain saling berbeda dikarenakan dasar filsafat yang dianut oleh para penulis berbeda-beda. Walaupun demikian ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Di Indonesia tujuan kurikulum tertera pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I Pasal I disebutkan bahwa: kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar.

B. Tujuan 1. 2. 3. Mengenalkan kita akan pengertian kurikulum Memberikan pengetahuan tentang kurikulum menurut para ahli Memberikan penjabaran tentang dasar-dasar kurikulum

C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dinamakan dengan kurikulum? 2. Bagaimana para ahli kurikulum memberikan pengertian tentang kurikulum? 3. Apa saja dasar-dasar kurikulum?

1|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN DAN DASAR-DASAR KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa yunani berasal dari kata Curir, artinya pelari; dan Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di atas, kurikulum dalam pendidikan diartikan, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah. 1 Perkataan kurikulum dekenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah : 1. A race cource ; a place for running ; a chariot 2. A cource of study in a university Jadi dengan kurikulum dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Kurikulum juga berarti chariot semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seorang dari start samapai finish. Di samping penggunaan kurikulum semula dalam bidang oleh raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi. Dalam kasus Webster tahun 1955 kurikulum diberi arti ; a. A cource esp. a specified fixed cource of study, as in a school or college, as one leading to a degree b. The whole body of cource offered in an educational institution, or department there of, the usual sense.2

1 2

Nana Sudjana, Pmebinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah, hal. 4 Prof. Dr. S. Nasution, Asas-asas kurikulum, hal. 2

2|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

Di sini kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yakni yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah rencana pelajaran. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Dalam teori, juga dalam praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para ahli pendidikan kebanyakan member arti dan isi yang lebih luas daripada semula. Selain itu pengertiannya pun senantiasa dapat berkembang dan

mengalami perubahan. Perubahan itu antara lain terjadi karena orang tak kunjung puas dengan hasil pendidikan sekolah dan selalu ingin memperbaikinya. Memang tak

mungkin disusun suatu kurikulum yang baik serta mantap sepanjang zaman. Suatu kurikulum hanya mungkin baik untuk suatu masyarakat tertentu pada masa tertentu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah masyarakatdan dengan sendirinya kurikulum pun tak dapat tiada harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Disamping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru tentang hakikat dan perkembangan anak, caranya belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan, dan lain-lain, yang memaksa diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses yang tak henti-hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Jika tidak, maka kurikulum menjadi using atau ketinggalan zaman. Makin cepat perubahan dalam masyarakat, makin sering diperlukan penyesuaian kurikulum. Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Praktik pendidikan di sekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan sesuatu yang aneh, bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah 50 sampai 70 tahun kemudian. Kelambanan ini terjadi antara lain karena guru-guru banyak yang lebih ingin berpegang pada yang telah ada, merasa lebih aman dengan praktikpraktik rutin dan tradisional daripada mencobakan hal-hal baru, yang memerlukan pemikiran dan usaha yang lebih banyak dan ada kalanya menuntut perubahan pada diri
3|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

guru itu sendiri. Itu sebabnya maka kurikulum masih banyak diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan kepada anak. B. Beberapa definisi kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum : 1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander. Dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut ; The curriculum is the sum total of schools effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler. 2. Harold B. Albertycs. Dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai ; all of the activities that are provided for students by the school. Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional. 3. B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Ahores. Memandang kurikulum sebagai ; a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thingking and acting. Mereka melihat kurikulum sbagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya. 4. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut ; the tendency in recent decades has ben to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is usedto include all the experiences of children for whish the school accepts responsibility. It denotes the results of efferots on the part of the adults of the community, and the nation to bring to the children the finest, most whole some influences that exist in the culture. Ragam menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung-jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi seluruh kehidupan

4|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum. Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita peroleh penggolongan sebagai berikut : 1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, yang misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan. 2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lain-lain. 3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari. 4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara actual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana. Kurikulum yang terdiri atas berbagai komponen yang satu dengan yang lain saling terkait adalah merupakan satu system, ini berarti bahwa setiap komponen yang saling terkait tersebut hanya mempunyai satu tujuan, yaitu tujuan pendidikan yang juga menjadi tujuan kurikulum. Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media evaluasi bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar. Kurikulum yang disusun dipusat berisikan beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik di seluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama. Kurikulum tersebut dinamai Kurikulum Nasional (Kurnas) atau Kurikulum Inti, sedang evaluasinya dilaksanakan dengan Ujian

5|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

Nasional, kurikulum yang lain yang disesuaikan di daerah-daerah disebut kurikulum Muatan Lokal, evaluasinya dilaksanakan secara Ujian Sekolah.3 C. Dasar-dasar Kurikulum Mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak pertanyaan yang dapat diajukan untuk diperhitungkan. misalnya ; apakah yang ingin dicapai, manusia yang bagaimana yang diharapkan akan dibentuk? Apakah akan diutamanakan kebutuhan anak pada saat sekarang atau masa mendatang? Apakah hakikat anak harus dipertibangkan, atau ia diperlakukan sebagai orang dewasa? Apakah kebutuhan anak itu? Apakah harus dipentingkan anak sebagai anggota kelompok? Apakah yang harus dipentingkan, mengajarkan kejujuran atau memberi pendidikan umum? Apakah pelajaran akan didasarkan atas disiplin ilmu ataukah dipusatkan pada masalah social dan pribadi? Apakah semua anak harus mengikuti pelajaran yang sama ataukah ia diizinkan memilih pelajaran sesuai dengan minatnya? Apakah seluruh kurikulum sama bagi semua sekolah secara uniform, atau diberi kelonggaran untuk menyesuaikannya dengan keadaan daerah? Apakah hasil belajar anak akan diuji secara uniform ataukah diserahkan pada penilaian guru yang dapat mempelajari anak itu dalam segala aspek selama waktu yang panjang? Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yakni : 1. Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat Negara 2. Asas psikologis yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum yakni ; a. psikologi anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak. 3. Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain. 4. Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan. Penjabarannya sebagai berikut : 1. Asas filosofis

Prof. Drs. H. Dakir, Perencanaan dan pengembangan Kurikulum, hal.2

6|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang baik. Apakah yang dimaksud baik pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut Negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. Pendidikan di Negara otokratis akan berbeda dengan Negara yang demokratis, pendidikan yang menganut agama Budha akan berlainan dengan pendidikan di Negara yang memeluk agama islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan Negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. 2. Asas psikologis a. Psikologi anak Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi di mana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. b. Psikologi belajar Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengarui kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan. 3. Asas sosiologis Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lainnya, ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tuntutan masyarakat tak dapat diabaikannya. 4. Asas organisatoris Asas ini berkenaan dengan masalah, delam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukan diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu.
7|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu hasil semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa curriculum is a matter of choice, kurikulum adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif.

Kurikulum tradisional atau progresif : Kurikulum tradisional yang ingin mengawetkan yang lama tidak dengan sendirinya buruk dan merugikan, oleh sebab apa yang diawetkan, selalu yang baik, apakah itu nilai-nilai, barang seni, benda, dan sebagainya. Namun dalam masa perubahan yang serba dinamis ini, menutup mata bagi perubahan akan merugikan diri sendiri. Sebaliknya kurikulum modern-progresif juga tidak dengan sendirinya baik dan luput dari berbagai kekurangan. Menjalankan kurikulum progresif akan banyak mendapat tantangan, antara lain dari pihak guru yang terkenal karena sikap konservatifnya, juga orang tua yang telah mengecap pendidikan tradisional dan merasakan manfaatnya. Kesulitan yang dihadapi kurikulum progresif ialah, bahwa orang mengharapkan hasil-hasil tradisional dari sekolah yang progresif. Sekolah progresif misalnya mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan pengetahuan secara fungsional untuk memcahkan masalah itu. Tidak diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang uniform. Namun orang tua masih mengharapkan agar muridmurid hafal akan nama-nama geografis, tahun-tahun dan tokoh-tokoh sejarah, terampil dalam hitungan di luar kepala, dan lain-lain. Sekolah progresif harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip sekolah itu. Kita inginkan agar anak-anak kreatif, sanggup berpikir sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, kita ingin agar anak sanggup mengadakan penelitian dan penemuan, namun kita mengadakan ujian nasional yang uniform yang tidak menghiraukan perbedaan individual, dan terutama menonjolkan hafalan, tidak mengizinkan perbedaan pendapat, menentukan lebih dahulu mana yang benar yang dicoba anak mencari atau menerkanya bila menghadapi ujian bercorak objektif.

8|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Curriculum dalam bahasa yunanai berasal dari kata Curir, artinya pelari; dan Curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media evaluasi bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar. Kurikulum yang disusun dipusat berisikan beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik di seluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama. Hal-hal yang menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yakni : 1. Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat Negara 2. Asas psikologis yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum yakni ; a. psikologi anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak. 3. Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain. 4. Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.

B. Saran-Saran Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami sampaikan banyak terimakasih.

9|Page

Pengembangan kurikulum PAI ; pengertian dan dasar kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2009. Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1988 Ilmu Kalam, Prof. K.H. M. Taib Thahir Abd. Muin, Widjaya, Jakarta 1986

10 | P a g e

You might also like