You are on page 1of 6

Sepotong Kayu untuk Tuhan

Sepotong Kayu untuk Tuhan adalah cerita pendek (cerpen) karya sastrawan sufistik Kuntowijoyo. Cerpen ini mengisahkan tentang seorang lelaki tua yang ingin memberikan sumbangan demi agama, tanpa diketahui orang banyak. Dalam cerpen ini si lelaki tua ingin merahasiakan sumbangan yang akan diberikan dengan maksud agar dirinya tidak menjadi sombong atau riya. Di benak si lelaki tua dalam cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan tersebut, memberi sumbangan demi agama musti dilakukan dengan kegembiraan dan keikhlasan, bukan untuk pamer dan bukan pula agar orang memandang sebagai orang kaya atau berjasa. Cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan rasanya merupakan paradoks dengan beberapa peristiwa yang senantiasa berulang di bulan Ramadhan ini. Di mana kita saksikan berita melalui media massa cetak maupun elektronika, tentang seseorang memberi suatu sumbangan atas nama agama kepada orang miskin secara demontratif. Yang terjadi kemudian, di samping terkesan pamer, tidak jarang demonstrasi sumbangan tersebut berakhir dengan ricuh. Tak jarang mengakibatkan jatuh korban sia-sia dari kalangan orang miskin. Sungguh kasihan benar nasib orang miskin Dengan hanya membaca ringkasan cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan di bawah ini, harapan saya kepada sidang pembaca, hendaknya jika kita ingin berderma sesuatu kepada institusi atau orang lain yang sedang membutuhkan musti dilandasi oleh keikhlasan. Sematamata diniatkan untuk mencari ridha-Nya. Seyogyanya secara diam-diam. Bukannya malah kita demonstrasikan, yang terkesan ada motif riya dibaliknya. Bukan berkah yang didapatkan, namun bencana yang menghampiri. Semoga kita bukan termasuk orang-orang semacam itu. *** Kini marilah kita simak ringkasan cerpen Sepotong Kayu untuk Tuhan dimaksud. Dikisahkan bahwa seorang lelaki tua di sebuah dusun terpencil ditinggalkan oleh istrinya, yang sedang menjenguk cucu-cucunya. Istri si lelaki tua tersebut, tipikal perempuan bawel, dan senantiasa mengatakan suaminya adalah seorang pemalas. Dalam kenyataannya, si lelaki tua itu adalah seorang laki-laki yang gemar bekerja keras. Tatkala lelaki tua itu sendiri saja di rumah, ia senang alang kepalang. Lantas muncul keinginannya untuk bermalas-malas, menikmati hari-hari luang tanpa mendapat gerutuan istrinya. Namun demikian, kesadarannya bangkit: seorang yang beragama tidak boleh bersantai-santai dan bermalas-malasan. Ia kemudian tersadarkan bahwa tidak jauh dari rumahnya akan dibangun sebuah rumah ibadah. Ia bermaksud memberi sumbangan.

Cerita Singkat Malin Kundang ( Sumatera Barat )

ibunya, bapaknya sudah lama merantau dan belum kembali pulang.Pada suatu hari Malin Kundang ingin sekali merantau, karena ia melihat seseorang yg telah kembali merantau menjadi orang kaya.Teringat dengan masalah ekonomi yg diderita Malin Kundang dan ibunya, Malin Kundang ingin merubah kehidupan dirinya dan ibunya. Diapun meminta izin pada ibunya, " Ibu , bolehkah saya merantau ? "tanya Malin Kundang "Malin, cukup sudah ibu kehilangan bapakmu nak, sekarang ibu tidak mau kehilang kamu lagi nak "jawab sang ibu "Tetapi bu, aku ingin merubak kehidupan kita bu, dan siapa tahu aku betemu bapak ketika aku merantau "kata Malin Kundang "Yasudah, bila tekad mu sudah kuat, ibu akan mengizinkan mu merantau, asal kamu tidak boleh melupakan ibu " kata sang ibu "Trimakasih bu, aku janji tidak akan melupakan ibu, dan aku akan mengubah kehidupan kita bu, aku Janji !"kata Malin Kundang bertrimahkasih. Pagi hari Malin Kundang bersiap siap untuk berangkat merantau. " Ibu aku pamit bu... " pamit Malin Kundang " Nak.. hati hati nak, ibu akan selalu mendoakan mu nak, doa ibu bersama mu nak. Jangan lupakan ibumu ini nak "pesan sang ibu kapal Malin Kundang pun berangkat.Dengan hati sedih sang ibu melepas kepergian anaknya. Diperantauan Malin Kundang bertemu dengan saudagar kaya. Malin Kundang jatuh cinta dengan anak gadis saudagar kaya tersebut. Akhirnya Malin Kundang pun menikahi gadis tersebut.Lama kelamaan ia lupa pada ibunya.Suatu hari Malin Kundang ditugaskan berdagang di kampung halamannya.Dia pun berangkat bersama istrinya.Kedatangan Malin Kundang dilihat oleh teman Malin Kundang dahulu sebelum merantau, taman Malin Kundang tersebut memberi tahu kepada ibu Malin Kundang bahwa malin Kundang sudah pulang dan bersama istrinya. Ibunya mendatangi Malin Kundang. " Oh anakku akhirnya kau kembali dan membawakan ibu seorang menantu"kata sang ibu " Siapa kamu, aku tidak mengenalimu ?"kata Malin Kundang " Aku ini ibumu nak, kau tak ingat. Ibu yg telah melahirkanmu."jawab sang ibu " Ibuku sudah meninggal, jadi aku tidak mempunyai ibu !"tukas Malin Kundang "Siapa ini Malin ?Apakah ini ibumu ?" tanya istri Malin Kundang " Bukan siapa siapa.Ini orang gila yg mengaku ngaku sebagai ibuku!" jelas Malin pada istrinya Malin Kundang dan istrinya pun meninggalkan sang ibu. Sang ibu pun berdoa. "Ya tuhan, anakku telah durhaka pada ku kutuklah dia menjadi batu !' Dan akhirnya Malin Kundang dan istrinya dikutuk menjadi batu.

Menipu Para Buaya


Suatu ketika kancil sedang berada ditepi sungai, dan berpikir cara untuk menyebranginya, karena disisi lain sungai terdapat banyak buah dan sayur yang enak- enak untuk dimakan. Pada saat kancil sibuk dengan pikirannya sendiri tanpa sadar seekor buaya besar mengintainya dari belakang dan hup! Dalam sekejap kaki kancil sudah diterkam sang buaya. aduh pak baya! Tunggu sebentar! tunggu apalagi cil? Perutku sudah lapar nih! jangan kuatir pak baya, aku tak mungkin bisa melawanmu, tapi aku sedang lapar juga, jadi biarkan aku mencari makan dulu! pinta kancil. Anehnya pak baya mau mendengar omongan kancil, ia lepaskan gigitannya pada kaki kancil. jadi apa mau mu cil? tukas pak buaya. temanmu banyak kan? ya, betul banyak cil! Pak buaya memanggil teman- temannya, segera muncul k permukaan air. salah satu dari kalian harus mengantarku ke seberang untuk mencari makanan agar tubuhku jadi gendut untuk kalian santap bersama. cil! Kau jangan coba- coba menipuku yah? ancam pak baya. mana aku berani menipu pak baya! baik, sekarang kuantar kau ke seberang sungai, di sana banyak makanan buah- buahan. Maka kancil segera naik ke punggung pak baya untuk menyeberang. waah! Asyik! kata kancil dengan riang gembira. nikmatilah kegembiraanmu karena sebentarlagi kau akan masuk ke dalam perutku. Pikir pak baya. ingat cil jangan coba- coba menipuku, kata pak baya, sambil menunggu di pinggir sungai, sementara kancil mencari buah- buahan untuk di santap sepuasnya. Tak beberapa lama kancil muncul lagi dengan perut lebih gendut, rupanya sudah kenyang dia makan. pak baya berapa jumlah temanmu? banyak cil! banyak itu berapa, di hitung dong! belum pernah kuhitung cil! wah payah, bagaimana cara membagi dagingku nanti? baiklah, aku yang menghitung jumlah kalian, sekarang berbarislah dengan rapi membentuk jembatan hingga ke seberang sana, setuju cil! Tapi karena aku pemimpin buaya di sungai ini maka aku berhak mendapat bagian pahamu! para buaya berjajar rapi, kancil meloncat dari punggung buaya yang satu ke lainnya sambil menghitung satu, dua, tiga, empat hingga dia sampai ke seberang sungai. Begitu sampai di seberang sungai kancil melambaikan tangannya. terimakasih pak baya dan selamat tinggal! lho? Cil kau jangan pergi begitu saja! Aku belum memakanmu! apa mau memakan dagingku? Sori aja ya! teriak kancil sambil berlari. dasar kancil! Kamu tak bisa di percaya! Penipu! umpat para buaya. nggak apa- apa aku menipu kan hanya untuk menyelematkan diri! kanciiiiil! Kembalilah! teriak para buaya. Tapi kancil terus berlari kencang tanpa menghiraukan para buaya yang hendak memangsanya.

Celaka Karena Sombong


Dahulu ada seekor keledai dan seekor srigala yang berteman baik. Bersama- sama mereka berkelana mencari makanan. hari ini aku ingin makan buah semangka, kata si keledai. ayo kita pergi dan mencari lading semangka. Keledai dan srigala mencari di semua tempat dan pada akhirnya mereka menemukan sebuah lading penuh dengan buah semangka besar- besar dan masak. Keduanya menunggu malam tiba sehingga mereka dapat memasukinya tanpa terlihat orang. wah, kata si keledai, lihat semua semangka yang masak itu. Dengan cepat dia memakan buah semangka sebanyak yang dapat ia lakukan. Setelah keledai dan srigala mengisi perutnya, si srigala berkata, ayo kita kembali, nanti terlambat. mengapa kita harus kembali buru- buru? angin bertiup sepoi- sepoi, bintang- bintang berkerlip di langit, bulan bersinar cemerlang. Aku belum ingin kembali. Ternyata makan semua buah semangka yang lezat ini membuatku merasa sangat nyaman. Aku merasa ingin menyanyi. Dengan lagak jumawa si keledai menyanyikan sebuah lagu. hentikan berisik yang sangat memekakkan itu, kamu bodoh! teriak srigala, para petani akan mendengar dan datang ke sini! apa, berisik katamu. Kamu sebut nyanyianku yang merdu ini sebagai berisik? kata keledai dengan marah.aku rasa kamu iri padaku, karena kamu tak dapat menyanyi separuh saja dari kemampuanku. kalau demikian kamu menyanyilah terus. Aku lebih baik menunggu di luar kebun, kata srigala cepat- cepat keluar dari kebun. hii, haw, hoek, hoekkk! teriak si keledai. hiii, haaw, hooekk. Keledai mengira suaranya amat merdu. Dia bahkan menuduh temannya yaitu srigala sengaja keluar hanya karena tak bisa menyanyi seperti dirinya. Ketika pak tani mendengar ringkikan keledai yang melengking itu, dia merasa heran. ada apa ya? Siapa yang bersuara di kebunku? kurangajar! Ada seseorang atau sesuatu yang memasuki kebun semangkaku, awas ya! Tidak akan kuampuni kau! kata pak tani sambil berlari cepat. kamu pencuri! teriak pak tani memukul si keledai dengan keras. rasakan pentungan ini karena mencuri semangka kami. Bak! Buk! Bak! Buk! Berkali- kali pak tani menggebuki si keledai. Si keledai ambruk akibat pukulan pak tani. bagaimana? Klenger nggak kamu? Kukira keledai ini telah mati, hem aku masih banyak pekerjaan, terpaksa kau kutinggalkan saja di sini! kata pak tani. Setelah para petani meninggalkannya, sang srigala mendekati si keledai dan berkata, bukankah aku telah memperingatkanmu? yah, karena kebodohanku sendirilah menyebabkan aku di pukuli, rintih si keledai menahan sakit sambil berusaha berdiri. lain kali aku akan mendengarkan nasihat baik yang di berikan kepadaku secara lebih cermat.

Gong Nabi Sulaiman


Di tengah hutan, terdapat sebuah pohon rindang. Daunnya subur, cabang- cabang dan rantingnya sangat banyak. Di pohon itu ada banyak sekali tawon hutan yang bergerombol membuat rumah. Dari hari ke hari semakin bertambah banyak jumlah tawon tersebut, sehingga ketika tawon- tawon itu bergerombol di sekitar sarangnya, kelihatan seperti sebuah benda hitam yang sedang bergantung di ranting pohon. Ketika terik matahari begitu panas menyengat, si kancil berlari- lari kecil menuju pohon rindang itu. Rupanya ia ingin berteduh sambil melepaskan lelah. Sambil duduk termenung bersandar di akar pohon, si kancil menatap suasana sekitarnya. Ia merasakan sejuknya berada di bawah pohon tersebut. Saat mendongak ke atas, tiba- tiba matanya yang tajam melihat ada benda yang bergantung di ranting pohon, tepat diatas kepalanya. Cukup lama ia diam sambil terus mengawasi benda hitam tersebut, hingga akhirnya ketika ada beberapa tawon yang berterbangan dan hinggap pada benda itu, ia baru mengetahui bahwa benda yang bergantung itu tidak lain adalah tawon yang sedang bergerombol. Yakin benda itu adalah sarang tawon yang cukup besar, dalam hatinya ia ingin sekali menikmati madu yang ada di dalamnya, tapi bagaimana cara mendapatkan madunya? Bila diambil begitu saja, pasti tawon- tawon itu akan menyengatku. Cukup lama si kancil berpikir untuk menemukan cara yang dianggapnya paling tepat untuk mengambil madu. Pada saat yang sama tiba- tiba dating srigala. Air liur serigala keluar dari sela- sela giginya yang tajam begitu melihat tubuh kancil yang kecil dan mulus. hem, pastilah dagingmu sangat lezat untuk makan siangku, kancil gumam srigala. Kancil gemetar ketakutan, namun hewan cerdik ini menyembunyikan rasa takutnya. oh, kamu srigala! sahut kancil agaknya kamu kelaparan siang ini. benar cil! Dan relakan dirimu untuk kumakan. berarti kau akan membunuhku? itu sudah jelas! tapi tunggu dulu. kau harus dengar kata- kataku. apalagi cil. Aku ini sudah sangat lapar, dari kemarin belum makan sama sekali. aku di sini sedang menjalankan tugas! kata kancil setelah sekian detik menemukan gagasan untuk menyelamatkan diri. tugas apa itu, cil? Tanya srigala penasaran. ini. Aku di suruh oleh Nabi Sulaiman untuk menjaga gongnya. Srigala terkejut. apa? Kamu di suruh menjaga gongnya Nabi Sulaiman!? Di mana gong itu? itu! jawab kancil sambil menunjuk benda yang tergantung di ranting pohon.gongnya itu milik Nabi Sulaiman. Sedangkan beliau sekarang sedang pergi! apakah kamu sudah pernah mendengarkan bunyi gong itu, cil? Tanya srigala. oh., tentu kawan! jawab kancil.bunyinya sangat merdu sekali. coba kamu pukul cil! Aku ingin mendengarnya, pinta srigala. oh,janganjangan! Sekali- sekali jangan di pukul, nanti aku mendapatkan marah dari baginda Nabi Sulaiman. Aku tidak mau di hukum karena melanggar perintah Cuma sekali saja cil, masak kamu tidak mau!? desak srigala. tidak saya tidak mau! jawab kancil menolak. kalau begitu biarkan aku sendiri yang memukulnya, pinta srigala. kamu juga tidak boleh tanpa ijin Nabi Sulaiman. lho? Kamu jangan macammacam, cil. Kalau kamu tak membiarkan aku memukul gong itu maka sekarang juga kau kuterkam. jangan dong! jadi biarkan aku memukulnya. wah gawat! gawat gimana? Apa maksudmu? Kancil berkata lirih, sebenarnya gong ini bukan hanya bersuara merdu, tapi siapa yang memukulnya dan mendengar suaranya akan di takuti semua binatang lain. Artinya ia akan menjadi raja di hutan ini. Mendengar keterangan itu srigala makin penasaran. Ia mendengus dan siap menerkam kancil. Kancil ketakutan agaknya srigala tidak main- main. baiklah kalau kamu tetap memaksa kawan! Tapi tunggu dulu! Karena aku tidak ingin kena hukum Nabi Sulaiman, maka aku harus pergi dulu. Baru setelah aku pergi jauh kamu boleh memukul gong itu. aku setuju cil! jawab srigala. kalau begitu cepatlah kamu meninggalkan tempat ini. selamat tinggal kawan! Semoga kamu bisa menikmati merdunya

suara gong itu, kata si kancil. Si kancilpun kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun tanpa sepengetahuan srigala. Ia hanya bersembunyi di balik semak- semak. Ia menunggu apa yang akan di lakukan oleh srigala. Setelah mengira si kancil pergi cukup jauh. Srigalapun kemudian mengambil ranting kayu kering yang bergeletak di tanah, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia segera mendekati benda hitam itu tanpa mengamat- amati terlebih dahulu dan langsung mengayunkan ranting tersebut. buk..! buk..! dua kali srigala memukulnya dengan keras. Saat itulah gong yang tak lain adalah tawon yang bergerombol itu langsung mendengung marah. Srigala terkejut bukan main. Dia baru menyadari bahwa yang dipukulnya bukan gong, tetapi rumah tawon. Tawon- tawon itu dengan ganasnya menyerbu srigala. kancil keparat kau menipuku! teriak srigala kesakitan karena disengat puluhan tawon. Ia langsung lari meninggalkan tempat itu. Ia tak ingin di sengat lebih banyak lagi oleh tawon- tawon hutan yang sangat ganas tersebut. Si kancil yang bersembunyi di balik semaksemak hanya tertawa kecil melihat apa yang dialami oleh srigala. Dia sangat senang karena keinginannya untuk mendapatkan madu tawon, sebentar lagi akan terwujudkan. Sebab setelah rumah tawon tersebut dipukul oleh srigala, banyak sekali madunya yang berceceran di tanah. Sesaat setelah tawon- tawon itu tenang kembali, mulailah si kancil mendekati tempat itu dan menyantap madunya yang sangat lezat. Sedang asyik- asyiknya menyantap madu. Tanpa di sadari oleh si kancil, ada seekor tawon yang hinggap di hidungnya dan menyengatnya. aduh! teriak si kancil sambil melompat- lompat kesakitan. Si kancil merasakan kesakitan yang luar biasa. Sambil menahan sakit, ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

You might also like