Professional Documents
Culture Documents
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Homeostatis seluler diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Kedua ini berhubungan erat, khususnya di hipotalamus, yang mengatur fungsi hipofisis dan sel-sel neuro endokrin di tempat-tempat lain (sebelumnya dikenal dengan sistem Amine Precursor Uptakeang Dekarboxylation, APUD). Aktifitas beberapa organ endokrin, misalnya hipofisis diatur oleh adanya hormonhormon stimulator atau inhibitor yang dihasilkan di hipotalamus. Di tempat-tempat lain, seperti korteks adrenal, hormon-hormon yang diproduksi kelenjar tersebut menghambat sintesis hormon-hormon topik yang dilepas oleh hipotalamus dan hipofisis, suatu proses dikenal sebagai hambatan umpan balik (feedback inhibition). Secara umum, penyakitpenyakit sistem endokrin (endokrinopati) ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormon, yang klinisnya berupa keadaan hipofungsi atau hiperfungsi. Gangguangangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan mekanis umpan balik. Kelainan-kelainan endokrin Hipopituitary merupakan salah satu ganjaran yang tersering dalam dunia kedokteran. Penyakit-penyakit tersebut sering memberikan tanda-tanda dan gejala yang membingungkan, dimana bila dipahami secara benar, bersama-sama dapat dijadikan patokan sebagai diagnosa yang meyakinkan. Sama lebih pentingnya, penyakitpenyakit tersebut yang sebagian cukup letal tetapi sering dapat diperbaiki dan disembuhkan. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini sebagai acuan materi pembelajaran sistem endokrin kepada para mahasiswa. Diharapkan dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipopituitary dengan baik, tepat dan benar.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hipopitutari. 2. Tujuan Khusus 1. Menjelaskan definisi dari hipopituitari. 2. Menjelaskan etiologi dari hipopituitari. 3. Menjelaskan manifestari klinis dari hipopituitari. 4. Menjelaskan patofisiologi dari hipopitutari. 5. Menjelaskan penatalaksanaan dari hipopituitari.
4. Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah: 1. Mendapatkan pengetahuan tentang hipopitutari. 2. Mendapatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan hipopitutari.
2.2 Etiologi
a. Tumor Otak Kebanyakan kasus hypopituitarism disebabkan adenomas hipofisis menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar- craniopharyngioma , meningioma , Chordoma , ependymoma , glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.
b. Infeksi, peradangan dan infiltrasi otak Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak ( abses otak , meningitis , ensefalitis ) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal ( neurosarcoidosis , histiocytosis ) atau besi yang berlebihan ( hemochromatosis ). sindrom sella Kosong tidak dapat dijelaskan hilangnya jaringan hipofisis, mungkin karena tekanan luar. hypophysitis autoimun atau limfositik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara langsung menyerang hipofisis. c. Vascular Sebagai kehamilan datang ke istilah , kelenjar pituitari wanita hamil rentan terhadap tekanan darah rendah , seperti dapat mengakibatkan bentuk perdarahan , kerusakan hipofisis akibat pendarahan setelah melahirkan disebut sindrom Sheehan . hipofisis pitam adalah perdarahan atau infark (kehilangan suplai darah) dari hipofisis. Bentuk lain dari stroke semakin diakui sebagai penyebab hypopituitarism.
d. Cedera Fisik Penyebab fisik eksternal untuk hypopituitarism termasuk cedera otak traumatis , perdarahan subarachnoid , bedah saraf , dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor otak sebelumnya). e. Bawaan / Keturunan Bawaan hypopituitarism (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan tidak cukup ( hipoplasia ) dari kelenjar, kadangkadang dalam konteks kelainan genetik tertentu. Mutasi dapat menyebabkan salah
perkembangan cukup kelenjar atau penurunan fungsi. Kallmann sindrom menyebabkan kekurangan gonadotropin saja. Bardet-Biedl dan sindrom Prader-Willi telah dikaitkan dengan kekurangan hormon hipofisis.
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila gangguan terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus. a. Primer: Pembedahan, radiasi, tumor (primer atau metastasis), infeksi, infiltrasi (sarkoidosis), hemokromatosis, autoimun, iskemia (termasuk sindrom Sheehan), aneurisma karotis, trombosis sinus kavemosus, trauma. b. Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus): Tumor (termasuk kraniofaringioma), infeksi, infiltrasi, radiasi, pembedahan, dan trauma. Akibat dari hipopitutarisme adalah penurunan berat badan yang ekstrim, pelisutan tubuh, atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut, impotensi, amenore, hipometabolisme, dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi hormon pengganti.
8. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal. 9. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optik 4. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadapkadar hormon serum.
G. Komplikasi 1. Gangguan hipotalamus. 2. Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer. 3. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik. 4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik. 5. Syndrom parkinson
2.5 WOC
b. Ukuran otot dan tulang kecil c. Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang : tidak ada rambut pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dll d. Infertilitas e. f. Impotensia Libido menurun
a.
Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah(jenggot dan kumis)
b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada penyebab hipopititarisme,perlu juga dikaji data lain sebagai sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor,maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi nervus kranialis,dan adanya keluhan nyeri kepala. 7. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya 8. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostic seperti : a. Foto cranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika
b. Pemeriksaan serum darah ; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol, aldosteron, testosterone, androgen, tes stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone 3.1.2 Diagnosa Keperawatan Insufisiensi GH a. Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi hormon pertumbuhan b. Ansietas b.d ancaman atau perubahan status kesehatan 3.1.3 Intervensi Insufisiensi GH a. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi hormon pertumbuhan Tujuan : Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi. Kriteria Hasil : 1. Klien menyatakan penerimaan diri 2. Menunjukkan penerimaan dan berpartisipasi dalam perawatan diri Intervensi No 1 Intervensi Ciptakan kondisi agar klien dapat dengan bebas Rasional
mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya 2 Rencanakan/ jadwalkan aktivitas asuhan dengan pasien
dialaminya.
Meningkatkan rasa control dan memberikan pesan pasien dpat mengatasinya,meningkatkan harga diri
b.Diagnosa : Ansietas b.d ancaman atau perubahan status kesehatan Tujuan : Klien mengatakan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi Kriteria Hasil : 1.dalam 2 x 24 jam klien menyatakan telah bebas dari rasa kecemasan akibat perubahan status kesehatan No 1 Intervensi Observasi tingkah laku klien yang menunjukkan tingkat ansietas Rasional
dan insomnia.Ansietas berat berkembang dalam ke panic dan menimbulkan perasaan terancam.
2.
Pengkajian pada klien dengan Insufisiensi TSH Dampak penurunan kadar hormon TSH dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain : 1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluaraga yang menderita penyakit yang sama. 2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
a.
Pola makan
b. Pola tidur
c.
Pola aktivitas 3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita. 4. Keluhan utama klien,mencakup gangguan pada berbagai system tubuh ;
a.
Sistem pulmonary
g. Metabolic h. Emosi/psikologis 5. Pemeriksaan fisik mencakup : a. Penampilan secara umum amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh kecil dan pendek.Kulit kasar,tebal dan bersisik,dingin dan pucat. b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi e. Parastesia dan reflek tendon menurun 6. Pengkajian psikososial : klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya. 7. Pemeriksaan penunjang mencakup ; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) 1. Diagnosa Keperawatan Insufisiensi TSH a. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat dari bradikardi, penurunan hormone regulator tekanan darah b. Pola napas tidak efektif b.d penurunan tenaga/kelelahan;ekspansi paru menurun,obesitas dan inaktivitas 1. Intervensi Keperawatan Insufisiensi TSH
a. Diagnosa : Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat dari bradikardi, penurunan hormone regulator tekanan darah Tujuan : Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, nadi, irama jantung dalam batas normal Kriteria Hasil: 1. TD dalam rentang normal sistol 90-120 diastol 60-100 2. Nadi dalam rentang normal 80-100 x permenit 3. Irama jantung vesikuler No 1 Intervensi Kolaborasi Obat yang sering digunakan adalah Levotyroxine sodium (Synthroid,T4,dan Eltroxin) Observasi adanya nyeri dada dan dispneu 2 Pantau tekanan darah, nadi dan irama jantung Rasional
Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya ganggua hemodinamik jantung yang mengancam jiwa klien
Anjurkan klien untuk memberitahu perawat 3 segera bila klien mengalami nyeri dada
b. Diagnosa: Pola napas tidak efektif b.d penurunan tenaga/kelelahan ;ekspansi paru menurun, obesitas dan kelemahan motorik Tujuan : Klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif Kriteria hasil: 1. RR dalam rentang normal 12-24 x permenit
No 1
Rasional
pernapasan
Alat bantu bernafas membantu klien dengan TSH mendapatkan oksigen adekuat
3. Pengkajian pada Klien dengan Insufisiensi ACTH Pengkajian pada klien dengan Insufisiensi ACTH antara lain: 1. Riwayat penyakit yang dapat menggali kemungkinan penyebab dan factor yang mencetuskan penurunan ACTH seperti radiasi kepala,pengangkatan hipofise atau adrenal. 2. Keluhan yang biasanya mencakup kelelahan, letargi dan tidak mampu beraktivitas. Juga tidak nafsu makan,mual,muntah,diare dan nyeri abdomen. 3. Tanyakan pada klien apakah terjadi penurunan BB selama enam bulan terakhir, bagaimana masukan garamnya. 4. Pada klien wanita tanyakan pola menstruasinya, pada klien pria tanyakan apakah mengeluh impotensi 5. Tanyakan apakah klien menderita tuberkolosis, karsinoma paru, atau infeksi menahun kuman gram negative, karena kesemuanya ini dapat menyebabkan hipofungsi idiopatis. 6. Pemggunaan obat-obatan baik masa lalu maupun sekarang; seperti golongan steroid ,antikoagulan dan sitotoksik 7. Banyak berkeringat, nyeri kepala, takikardi dan tremor dapat dijumpai bila klien mengalami hipoglikemia. 8. Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang buruk,mukosa kering dan penurunan BB. 9. Pengkajian psikososial, apakah klien tampak letargi atau apatis, bingung atau psikosa; kaji bagaimana orintasi klien terhadap orang,waktu,tempat 10. Pemeriksaan laboratorium mencakup :
a.
d. Kadar glukosa darah e. f. Pemeriksaan leukosit Pemeriksaan urin terhadap 17 OHC dan 17 steroid
g. Pemeriksaan radiologi
1. Diagnosa Keperawatan insufisensi ACTH a. Kekurangan volume cairan b.d kelebihan natrium ekstra vaskuler dan kehilangan cairan melalui ginjal,kalenjar keringat,saluran gastrointestinal 3.3.2 Intervensi Keperawatan Insufisiensi ACTH a. Diagnosa: Kekurangan volume cairan b.d kelebihan natrium ekstravaskuler dan kehilangan cairan melalui ginjal, kalenjar keringat, saluran gastrointestinal Tujuan : Menunjukkan adanya keseimbangan cairan Kriteria Hasil: 1. Klien mendapatkan kembali keseimbangan volum cairan intake = volum cairan output No 1 Intervensi Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,kekuatan dan nadi perifer 2 Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori Rasional
Dehidrasi berat menurunkan curah jantung dan perf jaringan terutama di otak
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan Hipopituitari adalah penurunan/tidak adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis anterior. Hipopituitari sering di sebut juga hipofungsi kelenjar hipofisis. Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitari) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar hipofifsis sendiri atau pada hipotalamus.