You are on page 1of 18

Makalah Mata Kuliah Dampak Polutan dan Respon Populasi

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara.

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Ita Widowati, DEA

Oleh :

Alfi Kusuma Admaja

PROGRAM DOUBLE DEGREE BEASISWA UNGGULAN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN MAGISTER MANAJEMEN SUMBERDAYA PANTAI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

I. 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Pertambahan penduduk akibat urbanisasi dalam suatu wilayah perkotaan yang menyebabkan terjadi konsentrasi penduduk pada suatu wilayah tertentu adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Untuk kota yang sudah padat bangunannya, semakin padat dan berkembangnya penduduk yang tinggal maka akan semakin banyak dan beragam aktivitas yang terjadi di lingkungan tersebut. Perubahan bentuk penggunaan lahan pun terjadi untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Arus

perkembangan kawasan dalam kota telah menggeser lahan-lahan produktif yang berfungsi sebagai daya dukung sumber daya alami di lingkungan tersebut. Tidak hanya itu, semakin bertambahnya waktu, kepadatan

pemukiman penduduk dengan berbagai aktivitas yang dihasilkan juga semakin meningkat, sehingga limbah buangan yang dihasilkan dari setiap individu rumah tangga maupun aktivitas lainnya juga semakin besar. Permasalahan umum yang terjadi di wilayah-wilayah pemukiman padat penduduk di indonesia adalah keterbatasan atau bahkan tidak memiliki instalasi penanganan limbah, dalam hal ini limbah rumah tangga (limbah domestik), baik itu sarana-prasarana pembuangan limbah padat (plastik, sisa makanan, dal lain-lain), maupun saluran pembuangan limbah cair rumah tangga (limbah detergen, kotoran manusia, dan lain-lain). Sebagian besar masyarakat membuang air limbah domestik langsung ke dalam saluran drainase, yang sebenarnya diperuntukkan untuk saluran air hujan, yang nantinya akan masuk ke parairan umum seperti sungai atau kali. Tidak hanya limbah domestik cair, limbah padat pun juga sering dibuang ke badan air, baik secara langsung maupun melewati drainase. Limbah domestik mengandung campuran unsur-unsur yang sangat kompleks, baik organik maupun anorganik. Limbah domestik yang paling dominan adalah jenis organik yang berupa kotoran manusia dan hewan, serta sisa-sisa makanan. Jenis limbah domestik yang lain adalah limbah domestik anorganik yang diakibatkan oleh plastik serta penggunaan
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 2

deterjen, sampho, cairan pemutih, pewangi dan bahan kimia lainnya. Limbah domestik jenis ini relatif lebih sulit untuk dihancur kan. Jika kuantitas dan intensitas limbah domestik ini masih dalam batas normal, alam masih mampu melakukan proses kimia, fisika, dan biologi secara alami. Namun, peningkatan populasi manusia telah menyebabkan peningkatan kuantitas dan intensitas pembuangan limbah domestik sehingga membuat proses penguraian limbah secara alami menjadi tidak seimbang. Bila hal ini terjadi secara terus menerus, akan terjadi akumulasi pada badan air (sungai atau kali) sehingga mengakibatkan tercemarnya badan airyang dapat membahayakan kehidupan organisme yang hidup didalamnya dan manusia yang memanfaatkan air tersebut. Selain itu, badan air yang

tercemar dapat menjadi sumber penyakit dan perantara penyebaran penyakit. Kalimas merupakan salah satu saluran air yang berada di Semarang, tepatnya di Kecamatan Semarang Utara. Akibat kepadatan pemukiman

penduduk, saluran air ini diduga telah mengalami pencemaran, yang salah satu penyebabnya berasal dari limbah domestik. Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba untuk memaparkan potensi kemungkinan dampak dari pencemaran Kalimas akibat limbah domestik terhadap kualitas lingkungan perairan dan kesehatan manusia. 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memaparkan potensi dampak pencemaran limbah domestik yang terjadi di Kali Asin terhadap kualitas lingkungan perairan.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

II. 2.1. Kualitas Perairan Sungai

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktifitas dan perilaku penghuninya. Pada umumnya daerah

hulu mempunyai kualitas air yang lebih baik daripada daerah hilir. Sejalan dengan hal tersebut suplai bahan pencemar dari daerah hulu yang menuju daerah hilir pun menjadi meningkat. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu (Wiwoho, 2005). Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air sungai menurut Alaerts dan Santika (1987) sangat tergantung pada komponen penyusunnya dan banyak dipengaruhi oleh

masukan komponen yang berasal dari pemukiman. Perairan yang melintasi daerah pemukiman dapat menerima masukan bahan organik maupun anorganik yang berasal dari aktivitas penduduk. Dengan demikian ekosistem sungai keberadaannya terkait integral dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya. Menurut Riyadi (1984) parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis. Parameterparameter tersebut adalah : Sifat fisik Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah ke keruhan (turbiditas), suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan terlarut dan daya hantar listrik (DHL). Sifat kimia
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 4

Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air adalah pH, konsentrasi dari zat-zat kalium, magnesium, mangan, besi, sulfida, sulfat, amoniak, nitrit, nitrat, posphat, oksigen terlarut, BOD, COD, minyak, lemak serta logam berat. Sifat biologis Organisme dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator pencemaran suatu lingkungan perairan, misalnya bakteri, ganggang, benthos, plankton, dan ikan tertentu. 2.2. Kriteria Baku Mutu Air Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Untuk itu agar kualitas air tetap terjaga maka setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair yang akan dibuang ke perairan umum atau sungai harus memenuhi standart baku mutu atau kriteria mutu air sungai yang akan menjadi tempat pembuangan limbah cair tersebut, sehingga kerusakan air atau pencemaran air sungai dap at dihindari atau dikendalikan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu : Kelas Satu : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas Dua: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudi dayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas Tiga: Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

pembudayaan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

Kelas Empat:

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk

mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.3. Pencemaran Air Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya (Fardiaz, 1992). Keadaan normal air berbedabeda tergantung pada faktor penentunya, yaitu kegunaan air dan asal sumber air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Industrialisasi dan urbanisasi telah membawa dampak pada lingkungan. Pembuangan limbah industri dan domestik ke badan air merupakan penyebab utama polusi air. Pencemaran air didefinisikan sebagai pembuangan substansi dengan karakteristik dan jumlah yang menyebabkan estetika, bau, dan rasa menjadi terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi. Sedangkan bahan pencemar penyebab terjadinya polusi

tersebut disebut sebagai polutan (Suripin, 2002). Menurut Wardhana (2004), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui adanya perubahan suhu air, perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen, perubahan warna, bau dan rasa air, timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut, meningkatnya kandungan mikroorganisme tertentu, serta meningkatnya radioaktivitas air lingkungan. Penyebab pencemaran badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPS (Tempat Pembuangan Sampah), maupun limbah rumah tangga yang langsung di buang ke badan air, dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 6

atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga

digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian (Suriawiria, 1996). 2.4. Limbah Domestik Beban pencemar (polutan) adalah bahanbahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan atas pencemaran yang disebabkan oleh alam (polutan alamiah) dan pencemaran karena kegiatan manusia (polutan antropogenik) (Effendi, 2003). Salah satu sumber pencemaran karena kegiatan yang memiliki berdampak negatif bagi lingkungan adalah limbah rumah tangga (domestik). Menurut Keputusan Meneg Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Menurut Asis (1992)

dalam Nurmayanti (2002), limbah domestik adalah semua bahan limbah yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci peralatan rumah tangga. Secara kualitatif limbah rumah tangga sebagian besar terdiri dari zat organik baik berupa padatan maupun cair, garam, lemak dan bakteri,

khususnya bakteri Escherichia coli, jasad patogen dan parasit (Asis dalam Nurmayanti, 2002). Menurut Daryanto (1995) limbah domestik dapat digolongkan ke dalam tiga limbah gas. Menurut Fachrizal (2004) bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia,
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 7

jenis, yaitu limbah cair, limbah padat dan

dalam satu gram tinja mengandung satu milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10C. Terdapat empat mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu: virus, Protozoa , cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis E. coli (E-coli).

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

III.

METODE PENULISAN

Data dan informasi yang dihimpun dalam makalah ini merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan berbagai bahan-bahan pustaka seperti laporan hasil penelitian, publikasi di jurnal internasional maupun nasional, buku teks, makalah dan informasi lainnya yang relevan dengan topik bahasan makalah ini. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif sehingga diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang potensi dampak potensi dampak limbah domestik terhadap kualitas perairan di sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi, diduga telah terjadi pencemaran air yang salah satunya disebabkan oleh limbah domestik. Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya sampah-sampah plastik, sisasisa makanan yang terakumulasi di pintu air Air Plombokan. Indikasi lain telah terjadi pencemaran di perairan tersebut adalah warna yang nampak hijau gelap dan tercium bau yang tidak sedap disepanjang aliran kali. Limbah domestik yang ditemukan mencemari Kali Asin pada daerah yang diobservasi, dapat dikelompokkan menjadi limbah organik dan anorganik. Limabh organik dapat berupa sisa-sisa makanan, potongan

ranting maupun kayu, dedaunan, organisme mati, serta kotoran manusia. Sedangkan limbah anorganik dikelompokkan menjadi limbah padat (kantung-kantung plastik, botol-botol minuman mineral, dan pipa paralon) dan limbah cair (detergen). Keadaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Limbah Domestik yang Terakumulasi di Pintu Air Plombokan, Kali Asin Penumpukan sampah-sampah tersebut diduga terjadi karena

masyarakat membuang sampahnya langsung ke kali (Gambar 2a). Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan, ditemukan adanya Tempat Penampungan Sampah (TPS) sementara yang lokasinya sangat dekat dengan badan kali dan tidak dikelola dengan baik, sehingga sampah-sampah dibiarkan tertumpuk hingga penuh dan berhamburan keluar dari bak penampungan sampah (Gambar 2a).
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 10

Gambar 2. Sampah (limbah domestik padat) yang tidak dikelola dengan baik; a. Kantung-kantung sampah yang sengaja dibuang di tepi jembatan ; b. Bak penampungan sampah sementara yang menumpuk hingga penuh dan berhamburan; dan c. Lokasi pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Penumpukan sampah padat juga terjadi pada saluran yang mengarah ke Kali Asin, sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air (Gambar 3). Pada musim hujan volume air akan meningkat, kehadiran sampah-

sampah tersebut dapat menghambat aliran air, sehingga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Meluapnya air kali pada musim hujan akan membawa sampah-sampah tersebut beserta kandungan polutan didalamnya hingga ke dalam hunian penduduk sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara polutan dan manusia. Terjadinya kontak tersebut akan dapat membahayakan kesehatan manusia berupa timbulnya penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran pencernaan.

Gambar 3. Penumpukan Sampah di Sub Pintu Air yang Mengarah ke Kali Asin.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

11

4.2. Potensi Dampak Limbah Domestik di Perairan 4.2.1. Potensi Dampak Limbah Organik Masuknya limbah organik ke dalam perairan dapat menurunkan kandungan oksigen dalam air. Hal ini disebabkan kandungan oksigen terlarut banyak diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organik. Bahkan, proses dekomposisi bahan organik dan akan mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (kondisi anaerob). Selain

menekan oksigen terlarut proses dekomposisi tersebut juga menghasilkan gas beracun seperti NH3 dan H2S yang pada konsentrasi tertentu dapat membahayakan fauna air. Proses dekomposisi akan menghasilkan senyawa nutrien (nitrogen dan fosfor) yang menyuburkan perairan. Nitrogen dan Fosfor merupakan unsur kimia yang diperlukan alga untuk hidup dan pertumbuhannya.

Kelimpahan alga dapat menjadi indikator kesuburan perairan, sebab alga merupakan salah satu produsen primer di ekosistem air. Namun, ketika kandungan unsur hara melebihi ambang batas, akan terjadi eutrofikasi yaitu peningkatan kesuburan perairan di atas ambang batas. Hal ini akan menagkibatkan terjadinya ledakan populasi alga dan fitoplankton. Selain badan air didominasi oleh fitoplankton yang tidak ramah lingkungan, eutrofikasi juga merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya, seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan hydrilla. Pada keadaan tersebut akan terjadi kompetisi dalam mengkonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut karena kekurangan oksigen. Selain itu, pertumbuhan ganggang pada permukaan air akan menghambat penetrasi sinar matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis Perubahan kondisi perairan seperti yang dipaparkan diatas, pada umumnya terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama, sehingga organisme yang dapat berpindah akan bermigrasi mencari daerah yang kondisinya lebih baik. Namun, organisme yang tidak dapat bermigrasi,
Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara 12

untuk mencari lingkungan dengan kondisi yang dapat mendukung kehidupannya, harus dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi tersebut. Jika tidak mampu beradaptasi, maka jenis organisme tersebut akan mati. Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya penuruan pupulasi dan diversitas. Sebab, hanya organisme yang dapat beradaptasi yang akan bertahan hidup pada lingkungan tersebut. Selain itu, pada kondisi perairan yang tercemar bahan organik akan memicu munculnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit yang dapat menular dengan perantaraan air. Miikroorganisme tersebut dapat muncul karena kondisi lingkungan yang mendukung, namun ada pula mikroorganisme patogen yang memang berasal dari kotoran manusia (tinja). Penyakit-penyakit tersebut dikenal dengan sebutan water borne diseases, diantaranya adalah kolera, tipus, disentri dan penyakit karena cacing. Indikator yang sering digunakan untuk menentukan pencemaran air oleh mikroorganisme dengan menggunakan bakteri E. Coli. 4.2.2. Potensi Dampak Limbah Anorganik 4.2.2.1. Limbah Padat Limbah padat anorganik yang paling banyak ditemukan berdasarkan observasi yaitu limbah padat yang terbuat dari bahan plastik, seperti bekasbekas kantung makanan, botol air mineral, alat-alat rumah tangga yang telah rusak, dan masih banyak lagi. Plastik menjadi salah satu masalah terbesar dan paling berbahaya. Akumulasi plastik di permukaan air akan menghalangi penetrasi cahaya matahari sehingga menghambat terjadinya proses fotosisntesisi. Akumulasi tersebut terjadi karena mereka tidak mudah terurai secara alami oleh lingkungan, mereka

akan photodegrade (terurai oleh cahaya matahari) pada paparan sinar matahari, tetapi hanya dapat terjadi dalam kondisi kering dan proses tersebut pun akan memerlukan waktu yang sangat lama. Sedangkan dalam air plastik hanya akan terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, namun tetap polimer, bahkan sampai ke tingkat molekuler, dalam kurun waktu yang sangat lama.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

13

Bahan beracun yang digunakan dalam pembuatan bahan plastik dapat terurai dan masuk ke lingkungan ketika terkena air. Racun ini bersifat hidrofobik (berikatan dengan air) dan menyebar di permukaan air. Dengan demikian plastik jauh lebih mematikan di perairan.

Kontaminan hidrofobik juga dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga racun plastik diketahui mengganggu sistem endokrin ketika dikonsumsi, serta dapat menekan sistem kekebalan tubuh atau menurunkan tingkat reproduksi (Effendi, 2003). Selain membahayakan bagi kehidupan biotik perairan, menumpuknya sampah plastik di perairan akan mengurangi nilai estetika lingkungan (Gambar 2). Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik, akan

mengganggu kenyamanan masyarakat, baik masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi maupun bagi para pengguna jalan. 4.2.2.2. Limbah Cair Pencemaran limbah rumah tangga (domestik) pada perairan Kali Asin yang digolongkan ke dalam limbah cair anorganik, pada makalah ini, diduga terutama berasal dari limbah detergen. Detergen merupakan salah satu penyumbang polusi perairan terbesar. Sebab frekuensi penggunaan deterjen adalah sangat tinggi di masyarakat. Bisa dibayangkan, pada

kondisi pemukiman yang padat penduduk, dengan frekuensi pemakaian deterjen yang tinggi pada setiap kepala keluarga, maka limbah detergen yang dihasilkan akan sangat tinggi. Limbah buangan ini akan dibuang langsung melalui saluran drainase dan nantinya akan masuk ke perairan, baik itu kali maupun sungai.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

14

Gambar 4. Kondisi Parit (Drainase) yang Mengindikasikan Terjadinya Pencemaran Limbah Cair Anorganik Detergen mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat

membahayakan kehidupan organisme perairan. Detergen memiliki efek beracun dalam air, karena detergen akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. Deterjen juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Beberapa jenis senyawa kimia yang terkandung pada detergen menurut (Sugiharto. 1987) yaitu surfaktan

(bahan pembersih), alkyl benzene Sulfonat (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya. Surfaktan, yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme (nonbiodegradable), sehingga dapat terakumulasi diperairan. Sedangkan senyawa fosfat

merupakan (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Algae (meledaknya

populasi tanaman air)

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

15

Gambar 5. (a) Populasi Enceng Gondok di badan air Kali Mas dan (c) pada salah satu saluran dalam pemukiman penduduk yang alirannya mengarah ke Kali Mas Keberadaan enceng gondok (Eichhornia crassipes) di perairan kali Asin dapat menjadi indikasi meningkatnya kandungan bahan anorganik di perairan tersebut. Yuliati (2010) menyatakan bahwa keberadaan senyawasenyawa organik dan anorganik yang cukup besar di perairan akan memicu tumbuhan eceng gondok tumbuh subur di perairan sungai. Tumbuhan eceng gondok mempunyai kemampuan menyerap senyawa anorganik, terutama senyawa-senyawa logam berat. Enceng gondok mempunyai akar yang bercabang-cabang halus yang berfungsi sebagai alat untuk meyerap senyawa logam, sehingga toksisitas logam yang terlarut semakin berkurang (Kirby dan Mengel, 1987 dalam Yuliati, 2010). Selain itu, Suwondo et al. (2005) menyatakan bahwa eceng gondok memiliki kemampuan sebagai bioakumulator yakni dapat menyerap anion atau kation yang terdapat di dalam air buangan serta dapat berkembang cukup cepat dan tahan hidup pada kondisi yang buruk.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

16

V.

PENUTUP

Perubahan kondisi fisik perairan Kali Asin, mengindikasikan telah terjadi penurunan kualitas lingkungan tersebut. Hal itu nampak dari

penumpukan sampah di permukaan perairan, perubahan warna air, timbulnya busa/buih, serta tercuimnya bau yang cukup menyengan di sepanjang kali. Salah satu penyebabnya diduga berasal dari limbah rumah tangga (domestik) dari pemukiman padat masyarakat di lingkungan tersebut. Limbah domestik yang mencemari dapat digolongkan menjadi menjadi limbah organik dan anorganik. Limbah organik dapat berupa sisa-sisa

makanan, potongan ranting maupun kayu, dedaunan, organisme mati, serta kotoran manusia. Sedangkan limbah anorganik dikelompokkan menjadi limbah padat (kantung-kantung plastik, botol-botol minuman mineral, dan pipa paralon) dan limbah cair (detergen). Potensi dampak yang disebabkan oleh limbah organik dapat berupa menurunnya kandungan oksigen di perairan yang dapat membahayakan biota didalamnya, meningkatnya kandungan unsur hara melebihi batas normal (eutrofikasi) yang dapat memicu terjadinya bloming alga dan fitoplankton, memicu munculnya mikroorganisme patogen, serta terjadinya penularan penyakit melalui perantara air yang berasal dari kotoran manusia (tinja). Sedangkan potensi dampak yang disebabkan oleh limbah anorganik adalah pencemaran yang disebabkan limbah detergen yang tidak mudah terdegadrasi secara alami akan mengakibatkan menurunnya populasi dan biodiversitas biota yang hidup diperairan. Pencemaran tersebut dapat diindikasikan dengan

kehadiran makroalga enceng gondok (E. crassipes).

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

17

DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Daryanto, M. 1995. Masalah Pencemaran. Tarsito. Bandung. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Fachrizal, 2004, Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik Di Kali Mas, UPN, Surabaya. Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Nurmayanti. 2002. Kontribusi Limbah domestik terhadap Kualitas Air KaligarangSemarang. Program Pasca Sarjana Universitas Gajahmada. Yogyakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Riyadi, S. 1984. Pencemaran Air. Karya Anda, Surabaya. Suriawiria, Unus. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni. Bandung. Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset. Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai Dengan Qual2eStudy Kasus Sungai Babon. Semarang: Universitas Diponegoro.

Potensi Dampak Limbah Domestik Terhadap Kualitas Perairan di Sekitar Pintu Air Plombokan, Kali Asin, Semarang Utara

18

You might also like