You are on page 1of 2

Sistem pelayanan kesehatan yang ideal sangat tergantung pada masalah kesehatan suatu Negara.

Di Indonesia sebagai Negara berkembang, kita menghadapi masalah utama kemiskinan yang berimplikasi pada rendahnya tingkat pendidikan dan buruknya nutrisi, serta kurangnya sanitasi yang memudahkan penyebaran penyakit menular. Di samping itu, biaya kesehatan masih sangat tinggi dikarenakan belum adanya sistem pembiayaan kesehatan yang ideal. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia, telah diadopsi beberapa model sistem pelayanan kesehatan baik yang bersifat liberal maupun sosialis. Namun demikian, belum ada model ideal yang mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks ini. Hal ini disebabkan permasalahan ini tidak hanya mencakup bidang kesehatan, namun juga berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan seperti fisik, mental, sosial, ekonomi, budaya, spiritual, dll. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif untuk mengatasinya. Menurut Goodman, karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang ideal adalah sebagai berikut: 1. Mensubsidi pasien yang berasuransi dan membebani yang tidak. 2. Subsidi untuk asuransi swasta harus sesuai dengan nilai sosial individu yang ditanggung. 3. Nilai sosial asuransi adalah jumlah yang kita keluarkan untuk pelayanan pasien yang tidak berasuransi. 4. Beban yang dibayar oleh pasien yang tidak berasuransi harus digunakan untuk mengkompensasi biaya pelayanan kesehatannya. 5. Subsidi untuk pasien berasuransi baru harus diberikan dengan mengurangi perkiraan jumlah yang harus dibayar untuk pelayanan pasien tersebut. 6. Subsidi untuk pasien berasuransi tidak tergantung pada jumlah yang dibayar ke asuransi. 7. Jumlah optimal pasien yang tidak berasuransi bukan nol. 8. Prinsip reformasi disesuaikan dengan jumlah yang disamakan untuk semua warga Negara, tanpa melihat jumlah pendapatannya. 9. Subsidi asuransi kesehatan tidak perlu ditambahkan dalam anggaran. 10. Peraturan pemerintah harus berperan secara financial. Dari berbagai masalah dan kebutuhan ini, muncullah ide mengenai model pelayanan kesehatan yang disebut dokter keluarga. Model ini telah teruji melalui penelitian berkaitan dengan strategi dan operasionalnya. Model baru sistem pelayanan kesehatan ini menunjukkan lebih jauh kriteria pendekatan dokter keluarga dalam prakteknya, dengan objek meliputi individu, keluarga, dan komunitas. Strateginya lebih mengarah pada promotif dan preventif sebanyak 60%, dibandingkan dengan kuratif yang hanya 40%. Pendekatannya dilakukan secara holistik, komprehensif, dan integratif dengan terapi dan intervensi yang rasional dan berkelanjutan. Dalam model ini juga diterapkan sistem advokasi yang bertujuan memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Secara praktis, model ini meliputi diagnosis holistik (bukan hanya diagnosis klinis, namun meliputi status biomedis, faktor risiko, dan upaya kesehatan) dan intervensi kesehatan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, kunjungan rumah, kunjungan tempat kerja, yang dapat menurunkan total kunjungan pasien (morbiditas) dan kasus hospitalisasi secara signifikan. Fenomena tersebut didukung dengan terapi rasional serta mediasi dan advokasi untuk kasus hospitalisasi yang dapat menurunkan total biaya kesehatan. Menurut teori ekuilibrium

biaya kesehatan, rasio pendapatan tim dokter keluarga dengan total biaya kesehatan berkisar 2550%. Sehubungan dengan sistem kesehatan nasional, pelayanan kesehatan dokter keluarga yang telah diaplikasikan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk membentuk standar pelayanan kesehatan dasar dokter keluarga, yang beroperasi dalam klinik, organisasi tertentu, dan jejaringnya dalam pelayanan kesehatan strata satu. Deskripsi dan peranan dokter keluarga dapat dinyatakan sebagai organisasi pelayanan kesehatan fungsional strata satu yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dengan pendekatan integratif dan komprehensif terhadap objek tertentu tanpa batasan wilayah. Model pelayanan kesehatan dokter keluarga ini cukup menjanjikan karena mampu meningkatkan health performance, kualitas pelayanan kesehatan, profesionalitas tim kesehatan, dan produktivitas populasi umum. Model ini juga dapat menurunkan total biaya kesehatan sehingga meningkatkan devisa Negara dan menurunkan faktor risiko serta masalah kesehatan. Referensi:

Roebijoso, Jack. 2010. Family Doctor, Strategic and Operational Health Service Management Model, A Revolution in Primary Health Care, in Indonesia, 2010 : The Role of General Practitioners and family Doctors. Goodman, J.C. 2001. Characteristics Of An Ideal Health Care System.

You might also like